Anda di halaman 1dari 20

PENYUSUNAN DOKUMEN UKL-UPL

Pembangunan Pelabuhan Laut Munse Kelurahan Munse Kab. Konawe Kepulauan


DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KAB. KONAWE KEPULAUAN

2 RENCANA
KEGIATAN
2.1. RINGKASAN DESKRIPSI RENCANA KEGIATAN
Lokasi rencana pembangunan Pelabuhan Laut Munse terdiri atas wilayah darat dan
wilayah laut. Wilayah darat meliputi Kelurahan Munse Kec. Wawonii Timur sedangkan
wilayah laut meliputi wilayah perairan Kecamatan Wawonii Timur dan perairan sekitarnya.
Lokasi pembangunan pelabuhan Laut Munse dapat dilihat pada Gambar II-1.

Gambar II.1. Rencana Lokasi Pembangunan Pelabuhan Laut Munse Kec. Wawonii Timur

Dalam kaitannya dengan aktivitas pembangunan Pelabuhan Laut Munse, tahapan


kegiatan tersebut secara umum dikelompokkan ke dalam 3 (tiga) tahapan, yakni tahap pra-
konstruksi, konstruksi, operasi. Beberapa hal yang penting untuk diperhatikan adalah:
(1) Rencana jadwal pelaksanaan kegiatan

Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi II - 1


Lembaga Penelitian Universitas Halu Oleo
PENYUSUNAN DOKUMEN UKL-UPL
Pembangunan Pelabuhan Laut Munse Kelurahan Munse Kab. Konawe Kepulauan
DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KAB. KONAWE KEPULAUAN

Sebagai bahan acuan pelaksanaan kegiatan, penyusunan jadwal merupakan salah satu
bagian dari perencanaan yang matang. Sehubungan dengan itu, pembangunan
Pelabuhan Laut Munse ini direncanakan mengikuti jadwal kegiatan pembangunan.
(2) Rencana penggunaan lahan
Rencana Pengembangan Pelabuhan Laut, pada sisi Utara dan Barat akan
bersinggungan dengan lahan milik masyarakat sedangkan pada sisi Selatan
berbatasan dengan Daerah Aliran Sungai. Hal ini perlu kajian mendalam terkait
dengan analisis Feasibility Study (Studi Kelayakan) khususnya pembebasan lahan milik
warga baik dari sisi ekonomi maupun sosial ekonomi. Mekanisme pembebasan lahan
milik masyarakat ini harus mengikuti prosedur sesuai ketentuan yang berlaku dan
kesepakatan yang dibangun bersama antara pemrakarsa dengan masyarakat.
(3) Rencana penggunaan sumber daya air.
Air digunakan untuk berbagai keperluan, antara lain keperluan sehari-hari tenaga
kerja, keperluan dan konstruksi. Keperluan air tersebut akan dipenuhi dari sumber-
sumber air terdekat khususnya mata air maupun sumur.
(4) Rencana penggunaan energi.
Kebutuhan energi yang diperlukan dalam kegiatan ini meliputi kebutuhan atas energi
listrik dan bahan bakar minyak (BBM). Kebutuhan energi listrik akan disuplai oleh PLN
ataupun menggunakan generator listrik, antara lain untuk memenuhi keperluan
penerangan di malam hari serta kebutuhan pengelasan saat pembuatan konstruksi
besi. Sedang kebutuhan BBM untuk keperluan pengoperasian dan generator listrik.
Kebutuhan BBM akan dilakukan kontrak pembelian BBM Industri dengan lembaga
penyalur resmi yang ditetapkan oleh pemerintah (Pertamina dan Patra Niaga, dengan
beberapa agennya). Besaran kontrak pembelian BBM berdasarkan besaran
penggunaan BBM yang tertuang dalam RKAB (Rencana Kerja Anggaran Biaya) yang
telah disahkan oleh Pemerintah Kabupaten Konawe Kepulauan.
(5) Rencana pengelolaan limbah Cair dan Padat
Limbah padat yang dihasilkan saat proses penyiapan lahan dan material-material
sisa/buangan limbah kapal, kendaraan dan limbah domestik, dikumpulkan pada lokasi
Tempat Pembuangan Sampah (TPS) yang berada di lokasi Pelabuhan, sebelum
dibuang secara rutin ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang ditunjuk oleh
Pemerintah Kabupaten Konawe Kepulauan. Pelabuhan Laut Munse dilengkapi dengan
sarana pengeloaan limbah cair setempat dengan memakai tangki septic (septic tank)
untuk mengolah tinja dan urin. Limbah cair berupa air bilas dan air cucian tidak
dilakukan pengolahan dan langsung dibuang ke badan air melalui saluran yang telah
dibuat di areal pelabuhan tersebut. Air limbah domestik dari kamar mandi dan dapur
akan dibuang ke sistem sumur resapan. Limbah dari WC dibuang ke septic tank. Air
yang telah memenuhi syarat baku mutu akan digunakan kembali di dalam sistem
resirkulasi atau pasokan tambahan, atau kemungkinan juga dilepas ke badan air.
Sedangkan limbah yang termasuk golongan limbah B3 memerlukan penanganan
khusus seperti oli bekas, accu bekas, bahan kimia campuran semen ( Besmittel atau

Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi II - 2


Lembaga Penelitian Universitas Halu Oleo
PENYUSUNAN DOKUMEN UKL-UPL
Pembangunan Pelabuhan Laut Munse Kelurahan Munse Kab. Konawe Kepulauan
DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KAB. KONAWE KEPULAUAN

Addition HE) saat proses konstruksi. Oli bekas dapat berasal dari
perbaikan/pemeliharaan kendaraan dan peralatan mesin lainnya pada tahap konstruksi
serta kegiatan pelayanan kapal pada tahap operasi, penanganannya akan dikumpulkan
dalam drum-drum dan disimpan di dalam gudang khusus untuk selanjutnya
diserahkan/dijual kepada badan usaha/penanggung jawab yang mempunyai izin untuk
mengumpulkan dan memanfaatkan oli bekas/minyak pelumas untuk diolah kembali.
Secara garis besar upaya pengolahan tersebut dilakukan dengan teknik koagulasi,
filtrasi dan netralisasi. Khusus untuk limbah yang mengandung minyak (oli dan BBM)
akan diolah dalam unit oil water separator, ditampung dalam drum, dan selanjutnya
dijual ke badan usaha/penanggung jawab/pedagang pengumpul oli bekas.
Prosedur penanganan minyak pelumas bekas dan limbah lainnya mengacu pada
Peraturan Menteri LH No. 03 tahun 2007 tentang fasilitas pengumpulan dan
penyimpanan limbah B3 di pelabuhan, Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak
Lingkungan Hidup No. Kep-225/BAPEDAL/08/1996 tentang Tata Cara dan Persyaratan
Penyimpanan dan Pengumpulan Minyak Pelumas Bekas dan Keputusan serta
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 30 Tahun 2009 tentang Tata Laksana
Perijinan dan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun serta Pengawasan
Pemulihan Akibat Pencemaran Limbah B3 oleh Pemerintah Daerah.

2.2. LOKASI RENCANA KEGIATAN


Penetapan lingkup wilayah studi dimaksudkan untuk membatasi luas wilayah studi
sesuai hasil pelingkupan dampak penting dan dengan memperhatikan keterbatasan sumber
daya, waktu dan tenaga, serta saran dan pendapat dan tanggapan dari masyarakat yang
berkepentingan. Batas wilayah studi untuk hasil Dokumen UKL-UPL pembangunan
pelabuhan laut dijelaskan pada Gambar II-2.

2.2.1. BATAS PROYEK


Batas proyek adalah ruang dimana pembangunan pelabuhan laut yang terletak di
Kelurahan Laut Munse Kecamatan Wawonii Timur Kabupaten Konawe Kepulauan. Luasan
tapak proyek ± 2 Ha, dengan batas-batas lahan sebagai berikut :
 Sebelah utara : Kec. Wawonii Timur Laut
 Sebelah selatan : Kec. Wawonii Tenggara
 Sebelah barat : Laut Banda
 Sebelah timur : Kec. Wawonii Utara

2.2.2. BATAS EKOLOGIS


Batas ekologis adalah ruang persebaran dampak dari suatu rencana usaha dan atau
kegiatan menurut media transportasi limbah (air, tanah dan udara) dimana proses alami
yang berlangsung di dalam ruang di sekitar kegiatan diperkirakan akan mengalami
perubahan yang mendasar. Termasuk dalam ruang ini adalah ruang di sekitar rencana
usaha dan atau kegiatan yang secara ekologis memberi dampak terhadap aktivitas usaha

Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi II - 3


Lembaga Penelitian Universitas Halu Oleo
PENYUSUNAN DOKUMEN UKL-UPL
Pembangunan Pelabuhan Laut Munse Kelurahan Munse Kab. Konawe Kepulauan
DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KAB. KONAWE KEPULAUAN

dan atau kegiatan. Secara ekologi, lokasi rencana pembangunan pelabuhan Laut Munse
meliputi Pesisir pantai dan kawasan pemukiman penduduk Kelurahan Munse.

Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi II - 4


Lembaga Penelitian Universitas Halu Oleo
PENYUSUNAN DOKUMEN UKL-UPL
Pembangunan Pelabuhan Laut Munse Kelurahan Munse Kab. Konawe Kepulauan
DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KAB. KONAWE KEPULAUAN

Batas Proyek
Batas Ekosistem
Batas Sosial

Gambar II.2 Batas Wilayah Proyek, Ekosistem dan Sosial

Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi II - 5


Lembaga Penelitian Universitas Halu Oleo
PENYUSUNAN DOKUMEN UKL-UPL
Pembangunan Pelabuhan Laut Munse Kelurahan Munse Kab. Konawe Kepulauan
DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KAB. KONAWE KEPULAUAN

2.2.3. BATAS SOSIAL


Batas sosial adalah suatu ruang gerak tempat berlangsungnya suatu kegiatan dan
interaksi sosial. Di dalam ruang tersebut terdapat berbagai interaksi sosial yang
mengandung norma dan nilai-nilai tertentu yang sudah mapan. Di sekitar rencana kegiatan
Pembangunan Pelabuhan Laut Munse, merupakan tempat berlangsungnya proses sosial,
yang diakibatkan oleh dinamika sosial suatu kelompok masyarakat yang diprakirakan
mengalami perubahan mendasar akibat dari rencana kegiatan. Wilayah yang diperakirakan
mengalami perubahan adalah daerah sekitar tapak proyek yaitu Kelurahan Munse
Kecamatan Wawonii Timur Kabupaten Konawe Kepulauan. Perubahan yang dimungkinkan
dapat terjadi pada tiap wilayah dapat berbeda-beda. Daerah yang paling dekat dengan
lokasi dikhawatirkan terkena dampak globalisasi yang berpengaruh pada perilaku
masyarakatnya.

2.2.4. BATAS ADMINISTRASI


Batas administrasi adalah batas ruang dimana masyarakat dapat secara leluasa
melakukan kegiatan sosial ekonomi dan sosial budaya sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku yaitu Kelurahan Munse Kecamatan Wawonii Timur Kabupaten
Konawe Kepulauan.

2.3 GARIS – GARIS KOMPONEN RENCANA KEGIATAN


2.3.1 Tahap Pra Konstruksi
A. Pengurusan Perizinan
Lokasi kegiatan pembangunan Pelabuhan Laut Munse terletak di Kelurahan Munse
Kecamatan Wawonii Timur Kabupaten Konawe Kepulauan. Status lokasi sebagian
merupakan tanah negara yang sudah dibebaskan berdasarkan Pembangunan Pelabuhan
Laut Munse merupakan program yang dilaksanakan oleh Dinas Perhubungan Komunikasi
dan Informatika Kab. Konawe Kepulauan.
Seiring dengan kemajuan tahapan kegiatan ini, beberapa jenis perizinan lain yang
harus diusahakan diantaranya; izin penggunaan jalan, Izin Mendirikan Bangunan (IMB),
izin pemasukan dan pengoperasian alat-alat berat, izin pemanfaatan air pemukaan, dan
lain-lain. Semua jenis perizinan tersebut harus diselesaikan sesuai dengan mekanisme dan
peraturan yang berlaku.

B. Pembebasan Lahan
Lokasi pembangunan pelabuhan laut berada di Kelurahan Munse Kecamatan
Wawonii Timur. Pada wilayah darat, tanah lokasi merupakan sebagian lahan masyarakat
yang telah dihibahkan untuk kepentingan pemerintah dalam hal ini sebagai lokasi
pelabuhan Laut Munse. Terkait tanah masyarakat yang dihibahkan akan buatkan Akta
Hibah oleh Notaris atau PPAT setempat. Adapun jalan akses menuju pelabuhan yang
direncanakan dengan lebar 30 m sepanjang ± 1 Km melewati area pemukiman penduduk

Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi


Lembaga Penelitian Universitas Halu Oleo
PENYUSUNAN DOKUMEN UKL-UPL
Pembangunan Pelabuhan Laut Munse Kelurahan Munse Kab. Konawe Kepulauan
DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KAB. KONAWE KEPULAUAN

yang akan direlokasi ke tempat lain. Secara umum, biaya pembebasan lahan meliputi tanah
termasuk bangunan, tanaman, dan utilitas yang berada di atasnya untuk keperluan Daerah
Milik Jalan (damija). Proses pembebasan lahan akan mengikuti prosedur dan peraturan
yang terkait serta melakukan pendekatan dengan masyarakat di bawah koordinasi
dinas/instansi terkait dan aparat pemerintah setempat. Mekanisme persuasif akan
dilakukan secara optimal agar diperoleh hasil yang sesuai dengan keinginan/kesepakatan
bersama.

2.3.2 TAHAP KONSTRUKSI


A. Rekruitmen Tenaga Kerja Konstruksi
Kebutuhan tenaga kerja pada tahap konstruksi diperkirakan mencapai ± 70 orang
dengan spesifikasi sebagai tukang batu, mandor, pelaksana, kuli bangunan dan tenaga
pengawas dengan memprioritaskan tenaga kerja lokal yang berada di sekitar lokasi proyek.
Selain itu pula dibutuhkan kualifikasi jabatan yang meliputi site manager, project manager,
architecture, civil, mechanical dan electrical. Kebutuhan tenaga kerja ini dapat berkurang
atau bertambah sesuai dengan jenis pekerjaan dan tahapannya.
Kegiatan Pembangunan Pelabuhan Laut Munse Kecamatan Wawonii Timur
memerlukan tenaga kerja untuk kegiatan konstruksi disajikan pada Tabel II-1.

Tabel II-1
Tenaga Kerja Konstruksi Pelabuhan yang dibutuhkan
No Spesifikasi Jumla No Spesifikasi Jumlah
h
A Tenaga Terampil B Tenaga Tidak Terampil
1 Site Manager 1 Mandor 1
2 Civil 1 Tukang Batu/pekerjaan sipil 15
3 Architecture 1 Kuli Bangunan 30
4 Mechanical dan Electrical 1 Tukang Listrik dan Mesin 15
5 Operator Alat Berat 1 Supir 2
Keamanan 2
Jumlah 5 Jumlah 65

Proses rekruitmen tenaga kerja konstruksi harus melalui berbagai tahapan sesuai
peraturan dan perundang-undangan yang berlaku dan Standard Operational Procedure
(SOP) yang telah ditetapkan. Proses penerimaan tenaga kerja diawali pengumuman secara
terbuka, selanjutnya dilakukan proses seleksi sesuai ketentuan yang berlaku. Masyrakat
setempat yang telah memenuhi kualifikasi untuk pekerjaan tertentu akan direkrut.

B. Mobilisasi Peralatan dan Material Konstruksi


Sebagaimana lazimnya bahwa pembangunan fisik proyek membutuhkan beberapa
alat berat, material, dan tenaga kerja konstruksi. Proses mobilisasi alat berat dan material
konstruksi dilakukan mulai dari kegiatan land clearing sampai dengan proses akhir
konstruksi dilakukan. Peralatan berat yang didatangkan berupa alat-alat berat seperti

Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi


Lembaga Penelitian Universitas Halu Oleo
PENYUSUNAN DOKUMEN UKL-UPL
Pembangunan Pelabuhan Laut Munse Kelurahan Munse Kab. Konawe Kepulauan
DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KAB. KONAWE KEPULAUAN

sebagaimana diuraikan dalam Tabel II-2. Mobilisasi material berupa kegiatan


mendatangkan berbagai material yang akan digunakan untuk kegiatan konstruksi. Material
yang akan digunakan pada proyek ini antara lain adalah agregat kelas A dan kelas B,
campuran aspal panas, besi tulangan, beton ready-mix pasir, semen, sirtu, dan berbagai
bahan cetakan beton, dan lain-lain.
Mobilisasi alat dan bahan/material akan menggunakan 2 cara yaitu melalui darat
dan laut. Kegiatan demobilisasi peralatan dilakukan sesudah kegiatan konstruksi selesai.

Tabel II-2.
Peralatan Konstruksi Pembangunan Pelabuhan Laut Munse
Kuantitas
No Nama Alat Keterangan
Puncak
1 Excavator 1 Kebutuhan penyiapan lahan
2 Truck Crane/Drugline 1 Derek untuk konstruksi darat dan Laut
3 Diesel Hammer Pile 1 Penumbuk tiang pancang
4 Mixer Truck 2 Pengaduk campuran material
5 Generator, 220 kW ke bawah 3 Sumber energi listrik
6 Prime movers truck 1 Pengangkut material besar
Untuk mengukur ketepatan posisi dan
7 Teodolit / Waterpass 2
kemiringan tiang saat pemancangan
8 Tandem Roller 2
9 Asphalt Distributor 2
Kebutuhan pengerasan dan pengaspalan
10 Asphalt Mixing Plant 2
11 Pneumatic Tire Roller 2
12 Tangker Bahan Bakar 3
13 Tangker Air 3 Pengangkut
14 Dumping Truk 2
15 Mesin Las, diesel 4
Pengelasan besi/baja
16 Mesin Las, listrik 4
Sumber: Laporan Detail Engineering Design Pelabuhan Munse, 2015

C. Penyiapan Lahan dan Pembangunan Fasilitas Konstruksi


Penyiapan lahan dilakukan untuk membersihkan lahan dari benda-benda yang tidak
terpakai di lokasi rencana kegiatan. Dalam pelaksanaanya kegiatan ini dilakukan kegiatan
cut & fill, dimana pekerjaan ini terdiri dari penggalian, penanganan, pembuangan atau
penumpukan tanah/batu/bahan-bahan lainnya dari bagian lahan yang bergelombang atau
berbukit dan sekitarnya untuk memberikan tinggi (level) lahan yang sama.
Selain penyiapan lahan, juga dilakukan kegitan pembangunan beberapa fasilitas
konstruksi di sekitar lokasi kegiatan antara lain adalah basecamp bagi tenaga kerja,
gudang penyimpanan material konstruksi, dan sarana penunjang fisik seperti sarana air
bersih, listrik, dan fasilitas umum.

D. Pekerjaan Struktur Pelabuhan dan Fasilitas Penunjang


a. Pekerjaan Struktur Pelabuhan
Komponen utama strutur pelabuhan yang direncanakan yaitu causeway, sarana
penghubung (trestle) dan dermaga. Detail desain konstruksi causeway, trestle dan
dermaga dijelaskan pada Tabel II-3 dan Gambar II-3.

Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi


Lembaga Penelitian Universitas Halu Oleo
PENYUSUNAN DOKUMEN UKL-UPL
Pembangunan Pelabuhan Laut Munse Kelurahan Munse Kab. Konawe Kepulauan
DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KAB. KONAWE KEPULAUAN

Tabel II-3.
Detail Konstruksi dan Volume Pekerjaan Sarana Cusway, Trestle dan Dermaga Pada
Pembangunan Pelabuhan Laut Munse
Prasarana yang
Detail Konstruksi Luas
Diperlukan
Sarana Tambat/Labuh Dermaga Multipurpose, konstruksi beton dan 800 m2
(dermaga) pondasi pipa baja, ukuran 8 m x 100 m
Sarana Penghubung Trestle, kontruksi beton dan pondasi pipa baja, 900 m2
(Trestle) ukuran 3 segmen @ 6 m x 50 m
Causeway Causeway, kontruksi pasangan batu dan urugan 32 m 2

sirtu padat, perkerasan aspal


Sumber: Laporan Detail Engineering Design Pelabuhan Munse, 2015

Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi


Lembaga Penelitian Universitas Halu Oleo
PENYUSUNAN DOKUMEN UKL-UPL
Pembangunan Pelabuhan Laut Munse Kelurahan Munse Kab. Konawe Kepulauan
DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KAB. KONAWE KEPULAUAN

Gambar II-3. Detail Gabungan Cusway, Trestle dan Dermaga Pada Pembangunan Pelabuhan Laut Munse
Sumber: Laporan Detail Engineering Design Pelabuhan Munse, 2015

Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi


Lembaga Penelitian Universitas Halu Oleo
PENYUSUNAN DOKUMEN UKL-UPL
Pembangunan Pelabuhan Laut Munse Kelurahan Munse Kab. Konawe Kepulauan
DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KAB. KONAWE KEPULAUAN

Tahapan pekerjaan pada pembangunan struktur dermaga multipurpose di


Pelabuhan Laut Munse meliputi:
a. Pekerjaan Tiang Pancang
b. Pekerjaan Beton
c. Pekerjaan Fasilitas Dermaga (fender, bollard dan stopper)
d. Pekerjaan Mekanikal Elektrikal
Berdasarkan tahapan pekerjaan tersebut disusun network diagram yang mana
menggambarkan lintasan kritis pelaksanaan proyek. Berikut ini adalah flowchart
yangmenggambarkan urutan metode pelaksanaan :

start

Persiapan :
Mobilisasi, Kantor Sementara,
Pagar dll

Fabrikasi Beton Pekerjaan Tiang Pancang


Precast Pengadaan dan fabrikasi
Pemancangan
Cut off pille
PDA test

Pekerjaan Beton
Pengecoran Upper plug
Pengecoran pile cap
Pemasangan baok dan pelat precast
finishing

Pekerjaan Mekanikal Fasilitas Dermaga


Elektrikal Pemasangan Bollard
Pemasangan Fender

Finish

Gambar II-4. Flow chart tahapan pekerjaan


Sumber: Laporan Detail Engineering Design Pelabuhan Munse, 2015

Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi


Lembaga Penelitian Universitas Halu Oleo
PENYUSUNAN DOKUMEN UKL-UPL
Pembangunan Pelabuhan Laut Munse Kelurahan Munse Kab. Konawe Kepulauan
DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KAB. KONAWE KEPULAUAN

1) Pekerjaan Pemasangan Tiang Pancang


Bahan tiang pancang adalah plat baja dan beton. Pembuatan pondasi tiang
pancang dilakukan di lokasi dermaga dan di lokasi trestle. Kebutuhan tiang pancang untuk
dua lokasi tersebut disajikan pada Tabel II-4.
Tabel II-4.
Kebutuhan tiang pancang untuk pembangunan dermaga dan trestle pada
Pembangunan Pelabuhan Laut Munse
Diameter Tebal Panjang Jumlah
No Lokasi
Ø (cm) T (m) L (m) Tegak Miring
1 Dermaga 45,72 12 36 35 8
2 Trestle -1 40,00 12 30 24 -
3 Tresle -2 40,00 12 30 22 -
4 Tresle -3 40,00 12 30 22 -
Sumber: Laporan Detail Engineering Design Pelabuhan Munse, 2015

Gambar II-5. Detail Tiang Pancang Pada Pembangunan Pelabuhan Laut Munse
Sumber: Laporan Detail Engineering Design Pelabuhan Munse, 2015

Pondasi tiang pancang direncanakan dari pipa baja ( steel pipe pile) dengan mutu
baja minimal setara JIS A5525 SKK 400 (fy=2450 kg/cm 2). Secara umum pondasi tiang
pancang dibedakan atas dua jenis tiang yaitu : tiang tegak dan tiang miring (bater pile).
Semua beban dalam arah vertikal diasumsikan diterima/dipikul oleh tiang tegak dan

Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi


Lembaga Penelitian Universitas Halu Oleo
PENYUSUNAN DOKUMEN UKL-UPL
Pembangunan Pelabuhan Laut Munse Kelurahan Munse Kab. Konawe Kepulauan
DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KAB. KONAWE KEPULAUAN

komponen vertikal dari tiang miring/batter pile. Sedangkan untuk beban dalam arah
horizontal/lateral diasumsikan diterima sepenuhnya oleh tiang miring (batter pile). Pondasi
direncanakan dengan menggunakan steel pipe pile Ø 457 mm dengan tebal dinding 12
mm.

2) Pekerjaan Beton
Pekerjaan struktur beton merupakan pekerjaan struktur atas dermaga dan trestle
yang dilaksanakan setelah pelaksanaan pemancangan. Urutan metode pelaksanaan
pekerjaan struktur beton adalah sebagai berikut :

Pemotongan tiang
Pemancangan
Temporary pile bracing

Beton cast in situ


Beton readymix Beton pengisi ujung tiang pancang

Pemasangan precast
Pabrikasi precast Selimut beton, pilecap, balok melintang dan
memanjang, listplank, dan pelat lantai bagian bawah

Beton cast in situ


Pertemuan balok precast dengan pile cap

Finishing

Gambar II-6. Flow Chart Pekerjaan Beton


Sumber: Laporan Detail Engineering Design Pelabuhan Munse, 2015

Mutu beton yang digunakan pada proyek ini adalah beton dengan karakteristik K
350 dengan slump 10 ± 2 cm. Pekerjaan beton meliputi :
 Pekerjaan beton selimut tiang pancang baja
Setelah tiang pancang baja selesai dipancang dan dilakukan cut off level segera
dipasang selimut beton untuk menghindari korosi pada tiang pancang. Pemasangan
selimut beton dengan tower crane, setelah terpasang segera dilakukan grouting
antara precast dengan tiang pancang yang sebelumnya ujung precast bagian
bawah telah disumbat dan air dalam precast dipompa sehingga dalam precast
benar-benar kering.

Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi


Lembaga Penelitian Universitas Halu Oleo
PENYUSUNAN DOKUMEN UKL-UPL
Pembangunan Pelabuhan Laut Munse Kelurahan Munse Kab. Konawe Kepulauan
DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KAB. KONAWE KEPULAUAN

 Pekerjaan beton pilecap


Setelah selimut beton terpasang dan di grouting pada bagian dalamnya dilanjutkan
dengan pemasangan pilecap beton. Bagian pilecap yang dicor pertama kali adalah
bagian bawah sampai dengan elevasi bawah balok (50 cm).
 Pekerjaan beton balok
Setelah pengecoran pilecap dilaksanakan, dilanjutkan dengan pemasangan balok
beton precast dengan menggunakan tower crane, kemudian setelah semua balok
terpasang dan terangkai dilakukan pengecoran betoncast in situ untuk isian U-
shelldan joint pada pile cap. Pengecoran menggunakan beton ready mix yang
dituang dengan bucket dan diangkat menggunakan tower crane. Direncanakan dari
konstruksi beton bertulang. Ukuran beton sebesar 500 x 800 mm.
 Pekerjaan beton pelat dan tutup channel
Setelah balok precast terpasang dan selesai di cor pada bagian jointnya dilanjutkan
dengan pemasangan peat lantai precast menggunakan tower crane. Setelah pelat
lantai terpasang dilanjutkan dengan pemasangan besi tulangan pelat di atasnya.
Setelah itu dilanjutkan dengan pengecoran lantai dan finishing permukaan atas
dengan cara cast in situ menggunakan beton ready mix yang dituang
menggunakan tower crane dan bucket cor. Elevasi lantai dermaga (crown height)
direncanakan dengan memperhitungkan ketinggian minimum sebesar 1,4 m di atas
permukaan air pasang tertinggi (HWS), dimana elevasi HWS adalah + 2,60 m
terhadap LWS. Dengan demikian elevasi minimum dermaga yang diperlukan adalah
+ 4,00 m LWS. Pelat dermaga direncanakan dari konstruksi beton bertulang
dengan ketebalan sebesar 300 mm.

3) Pekerjaan Fasilitas Dermaga (fender dan bollard)


Fender yang digunakan adalah type V 300H x 2500L dengan defleksi 52,5 %,
minimum energy absorbtion 24 Ton dan reaksi maksimum 39 Ton. Sedangkan Bollard yang
digunakan terbuat dari baja cor (cast steel) kualitas kelas 3-SC46 (sesuai JIS G5101) dan
mampu menahan beban kerja 25 Ton.

Gambar II-7. Model fender dan bollard

Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi


Lembaga Penelitian Universitas Halu Oleo
PENYUSUNAN DOKUMEN UKL-UPL
Pembangunan Pelabuhan Laut Munse Kelurahan Munse Kab. Konawe Kepulauan
DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KAB. KONAWE KEPULAUAN

4) Pekerjaan Mekanikal Elektrikal


Pekerjaan mekanikal elektrikal pada pembangunan dermaga Laut Munse ini
meliputi: Pekerjaan elektrikal (pondasi, tiang lampu, lampu dan HMP) dan Pekerjaan
instalasi pipa air HDPE

b. Pekerjaan Fasilitas Penunjang Pelabuhan


Secara umum salah satu fasilitas Penunjang Pelabuhan yaitu terminal. “Terminal”
adalah fasilitas pelabuhan yang terdiri atas kolam sandar dan tempat kapal bersandar atau
tambat labuh (dermaga), tempat penumpukan, tempat menunggu dan naik turun
penumpang, dan/atau tempat bongkar muat barang. Adapun fasilitas penunjang
pelabuhan Laut Munse terdiri atas fasilitas sisi laut dan sisi darat ini diuraikan sebagai
berikut :
1) Fasilitas Darat
Untuk menunjang kegiatan operasional pelabuhan direncanakan pula fasilitas
penunjang di darat dengan rincian seperti Tabel II-5.

Tabel II-5
Jenis-Jenis Fasilitas Darat
Jenis Prasarana Yang
Fasilitas Darat Penunjang Volume
Ditunjang
Penumpukan Barang Lapangan Penumpukan, urugan sirtu dan 2000 m2
perkerasan paving blok beton
Areal perkantoran, - Area perkantoran dan pergudangan 3000 m2
pergudangan, Gedung - Jalan lebar 6 meter, perkerasan aspal
Terminal, jalan dan parkir - Lapangan parkir, perkerasan aspal
kendaraan
Sumber: Laporan Detail Engineering Design Pelabuhan Munse, 2015

Jenis konstruksi yang direncanakan untuk bangunan fasilitas darat secara umum adalah
sebagai berikut :
- Lapangan penumpukan : paving blok
- Jalan dan lapangan parkir : perkerasan aspal

2) Fasilitas Laut
Untuk menjaga konstruksi dermaga Pelabuhan Laut Munse maka direncanakan pula
pembangunan Talud Dermaga dan Pengerasan Pelabuhan serta fasilitas pengelolaan
limbah. Talud dermaga berfungsi untuk menjaga agar tidak terjadi kelongsoran dan abrasi
oleh gelombang laut. pekerjaan talud dermaga dilakukan dengan penimbunan batu-
batuan berukuran 10-20 Kg. Sedangkan pengerasan atau pelapisan lahan pelabuhan ( sub
grade) berfungsi untuk menahan beban kendaraan (lalu lintas) di atasnya dengan
menggunakan aspal yang sebelumnya diperkeras dengan batuan ( rubble stone) sebagai
pondasi (rigid flexible moveamant)

Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi


Lembaga Penelitian Universitas Halu Oleo
PENYUSUNAN DOKUMEN UKL-UPL
Pembangunan Pelabuhan Laut Munse Kelurahan Munse Kab. Konawe Kepulauan
DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KAB. KONAWE KEPULAUAN

Gambar II-8. Detail Desain Pembangunan Talud Dermaga


Sumber: Laporan Detail Engineering Design Pelabuhan Munse, 2015

3) Fasilitas Pengelolaan Limbah B3 di Pelabuhan


Dalam melakukan mendirikan fasilitas Limbah B3, sebelumnya pemrakarsa akan
mendirikan bangunan TPS sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh peraturan
perundang-undangan. Karakteristik Bangunan adalah sebagai berikut :
Bangunan Tempat Penyimpanan
a. Memiliki rancang bangun dan luas ruang penyimpanan yang sesuai dengan jenis,
karakteristik dan jumlah limbah B3 yang dihasilkan/akan disimpan.
b. Terlindung dari masuknya air hujan baik secara langsung maupun tidak langsung
c. Dibuat tanpa plafon dan memiliki system ventilasi udara yang memadai (Gambar
II-10) untuk mencegah terjadinya akumulasi gas didalam ruang penyimpanan,
serta memasang kasa atau bahan lain untuk mencegah masuknya burung atau
binatang kecil lainnya ke dalam ruang penyimpanan.
d. Memiliki system penerangan (lampu/cahaya matahari) yang memadai untuk
operasional penggudangan atau inspeksi rutin. Jika menggunakan lampu, maka
lampu penerangan harus dipasang minimal 1 meter di atas kemasan dengan
sakelar (stop contact) harus terpasang di sisi luar bangunan.
e. Dilengkapi dengan system penangkal petir
f. Pada bagian luar tempat penyimpanan diberi penandaan (symbol) sesuai dengan
tata cara yang berlaku.
Lantai Bangunan
Lantai bangunan penyimpanan harus kedap air, tidak bergelombang, kuat dan tidak
retak. Lantai bagian dalam dibuat melandai turun kearah bak penanmpungan dengan

Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi


Lembaga Penelitian Universitas Halu Oleo
PENYUSUNAN DOKUMEN UKL-UPL
Pembangunan Pelabuhan Laut Munse Kelurahan Munse Kab. Konawe Kepulauan
DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KAB. KONAWE KEPULAUAN

kemiringan maksimum 1%. Pada bagian luar bangunan, kemiringan lantai diatur
sedemikian rupa sehingga air hujan dapat mengalir kearah menjauhi bangunan
penyimpanan.
Sarana lain yang harus tersedia adalah
a. Peralatan dan system pemadam kebakaran
b. Pagar pengaman
c. Pembangkit listrik cadangan
d. Fasilitas pertolongan pertama
e. Peralatan komunikasi
f. Gudang tempat penyimpanan peralatan dan perlengkapan
g. Pintu darurat dan alarm

Gambar II-9
Sirkulasi Udara dalam Ruang Penyimpanan Limbah B3

2.3.3 TAHAP OPERASI


A. Rekruitmen Tenaga Kerja Operasi
Tenaga kerja operasi yang dimaksud adalah karyawan outsourcing (mandor dan
buruh pelabuhan) dan pegawai dinas perhubungan sebagai tenaga operasional pelabuhan
Laut Munse. Penempatan karyawan dan pegawai pelabuhan Laut Munse akan dilakukan
oleh Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kabupaten Konawe Kepulauan.
Jumlah personel dan spesifikasi keilmuan disesuaikan dengan kebutuhan operasional
pelabuhan. Kegiatan ini akan menyerap sekitar 95 orang tenaga kerja yang terdiri dari
tenaga kerja ahli kepelabuhanan, mandor dan buruh pelabuhan. Adapun tenaga
operasional pelabuhan laut disajikan pada Tabel II-6.

Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi


Lembaga Penelitian Universitas Halu Oleo
PENYUSUNAN DOKUMEN UKL-UPL
Pembangunan Pelabuhan Laut Munse Kelurahan Munse Kab. Konawe Kepulauan
DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KAB. KONAWE KEPULAUAN

Tabel II-6
Tenaga Kerja Operasional Pelabuhan
No Spesifikasi Jumlah No Spesifikasi Jumlah
A Kepelabuhan Non Kepelabuhan
1 Kepala Kantor Otoritas Pelabuhan 1 1 Mandor 5
2 Kepala Bagian Tata Usaha 1 2 Tenaga Kerja Bongkar 40
Muat (TKBM)
3 Bagian Pelayanan Jasa, Pemasaran, Fasilitas 1 3 Buruh Pelabuhan 30
Pelabuhan Lalu Lintas dan Angkutan Laut
4 Bagian Penunjang Angkutan Laut 1 4 Kebersihan 10
5 Bagian Tertib Berlayar 1
6 Bagian Keamanan Pelabuhan, Pemanduan dan Patroli 1
7 Bagian Keselamatan Kapal 1
8 Bagian Status Hukum kapal dan kepelautan 1
9 Bagian Pelayanan Teknik dan Peralatan Pelabuhan 1
10 Bagian Lingkungan Pelabuhan 1
Jumlah 10 Jumlah 85

B. Operasional Pelabuhan Laut Munse


Pelabuhan Laut Munse direncanakan tipe pelabuhan Pengumpan Regional. Yaitu
pelabuhan yang fungsi pokoknya melayani kegiatan angkutan laut dalam negeri, alih muat
angkutan laut dalam negeri dalam jumlah terbatas, merupakan pengumpan bagi
pelabuhan utama dan pelabuhan pengumpul, dan sebagai tempat asal tujuan penumpang
dan/atau barang, serta angkutan penyeberangan dengan jangkauan pelayanan dalam
provinsi. Kegiatan operasi pelabuhan terdiri atas kegiatan pelayanan kapal masuk maupun
kapal berangkat, Aktivitas naik turun penumpang dan/atau barang, Pengisian bahan bakar,
dan Pengisian air bersih.

Penanganan limbah Cair B3


Limbah B3 kemungkinan besar yang dihasilkan dari operasional pelabuhan. Oli
bekas ini dihasilkan dari kapal-kapal yang berlabuh di pelabuhan Laut Munse. Pengelolaan
limbah B3 dilakukan terhadap kegiatan penyimpanan sementara. Penyimpanan sementara
limbah B3 ini, adalah TPS yang berizin dari Bupati Konawe Kepulauan. Selanjutnya
pengolahan atau pemanfaatan lebih lanjut diserahkan kepada Pihak Ketiga yang telah
mendapatkan izin dari Pejabat yang berwenang (KLH). Terkait dengan ini pihak pelabuhan
Laut munse melakukan kontrak kerja sama (MoU) dengan pihak ketiga tersebut.
Penanganan oli bekas disimpan dalam suatu drum (tanki limbah oli) dengan persyaratan
sebagai berikut:
 Dalam kondisi baik, tidak bocor atau rusak;
 Terbuat dari bahan yang cocok dengan karakteristik limbah B3 yang disimpan;
 Memiliki penutup yang kuat untuk mencegah terjadinya tumpahan saat dilakukan
pemindahan atau pengangkutan;
 Tiap kemasan diberikan simbol dan label sesuai ketentuan yang berlaku;

Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi


Lembaga Penelitian Universitas Halu Oleo
PENYUSUNAN DOKUMEN UKL-UPL
Pembangunan Pelabuhan Laut Munse Kelurahan Munse Kab. Konawe Kepulauan
DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KAB. KONAWE KEPULAUAN

Gambar II-10. Simbol dan Label Kemasan B3

 Penyimpanan kemasan dibuat dengan sistem blok;


 Setiap blok terdiri atas 2 (dua) x 2 (dua) kemasan, sehingga dapat dilakukan
pemeriksaan menyeluruh terhadap setiap kemasan;
 Lebar gang untuk lalulintas manusia akan dibuat minimal 60 cm dan lebar gang
untuk lalulintas kendaraan pengangkut (forklift) disesuaikan dengan kelayakan
pengoperasiannya;
 Penumpukan kemasan limbah B3 mempertimbangkan kestabilan tumpukan
kemasan. Mengingat wadah yang akan digunakan adalah drum logam (isi 200
liter), maka tumpukan maksimum adalah 3 (tiga) lapis dengan tiap lapis diberi alas
pelat;
 Jarak tumpukan kemasan tertinggi dan jarak blok kemasan terluar terhadap atap
dan dinding bangunan penyimpanan tidak boleh kurang dari 1 (satu) meter.

Gambar II-11. Pola Penyimpanan Limbah B3

Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi


Lembaga Penelitian Universitas Halu Oleo
PENYUSUNAN DOKUMEN UKL-UPL
Pembangunan Pelabuhan Laut Munse Kelurahan Munse Kab. Konawe Kepulauan
DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KAB. KONAWE KEPULAUAN

Gambar II-12. Tata Ruang Gudang Penyimpanan Limbah B3

Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi


Lembaga Penelitian Universitas Halu Oleo

Anda mungkin juga menyukai