Anda di halaman 1dari 21

BAB II

RUANG LINGKUP STUDI

2.1 Status dan Lingkup Rencana Pembuatan Waduk Krueng Seulimum


2.1.1 Status Studi AMDAL
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 308 Tahun 2005 memuat
pembentukan Tim Teknis AMDAL Khusus untuk melaksanakan proses pelingkupan atau
penyusunan dokumen Kerangka Acuan ANDAL bagi setiap rencan kegiatan wajib
AMDAL yang terkait dengan pembangunan rehabilitasi dan rekonstruksi di Aceh pasca
bencana gempa bumi dan tsunami.
Dalam rancangan pembuatan waduk krueng Seulimum di Aceh besar, AMDAL
yang dibuat adalah AMDAL khusus. AMDAL khusus adalah dokumen mengenai analisis
dampak lingkungan yang dibuat karena kondisi lingkungan yang mengharuskan proses
pembuatan suatu usaha atau kegiatan segera dilaksanakan. Hal ini terjadi karena dikawasan
tersebut terjadi bencana alam, kemiskinan, dan kerusakan alam yang besar.
Saat ini status studi AMDAL waduk Krueng Seulimum telah sampai pada
penyusunan Kerangka Acuan (KA ANDAL) oleh tim teknis dan pembahasan KA ANDAL
oleh komisi dan pemrakarsa pembuatan waduk.
Pembuatan waduk krueng Seulimum sangat penting untuk segera dilaksanakan.
Oleh karena itu, dibuatlah kerangka acuan ANDAL yang mengarah pada pembuatan
AMDAL khusus. Dalam kerangka acuan ini dijelaskan mengenai pekerjaan feasibility
study Waduk Krueng Selimum Aceh Besar.

2.1.2 Kesesuaian Lokasi Rencana Pembuatan Waduk Krueng Seulimum dengan


Tata Ruang Wilayah Setempat
Dalam pembangunan Waduk Krueng Seulimum akan terjadi perubahan tata ruang
di wilayah tersebut. Potensi perubahan tata ruang yang terjadi mengenai ketersedian suplai
air ke waduk dalam jangka panjang. Potensi ini dibuat dalam bentuk simulasi atau
permodelan agar terlihat kemungkinan perubahan yang terjadi setiap tahunnya.
Ketersediaan suplai air ini erat kaitannya dengan rencana penataan dan pemanfaatan ruang
kawasan hulu waduk. Dalam rencana penataan, dikaji tingkat erosi dan laju sedimentasi ke
dalam waduk.

Gambar 1. Salah satu contoh waduk yang menjadi PLTA


K
u
r
t
n
o
k
c
s
p
h
a
T
i
sampah).

tawar.

2.1.3
Pembangunan waduk ini akan memberikan dampak yang positif bagi masyarakat
sekitar. Banyak hal yang dapat dilakukan untuk pemanfaatan waduk. Potensi dan
perkembangan pemanfaatan ruang sekitar danau dikaji sebagai daerah wisata dalam
kaitannya dengan perubahan kualitas air dan nilai sosial setempat (termasuk timbulan

Waduk seperti kita tahu memiliki potensi untuk pembangkit listrik karena alirannya
cukup deras sehingga perlu dikaji tata ruang wilayah dalam pembangunan PLTA. Daya
dukung dan daya tampung waduk dikaji terkait rencana pemanfaatan untuk perikanan air

Uraian Rencana Kegiatan Pembuatan Waduk Krueng Seulimum per tahap


Rencana pembangunan dan pengembangan yang menjadi dasar identifikasi potensi
dan kondisi fisik yang dikaji secara umum dapat dikelompokan dalam tiga tahap kegiatan
utama yaitu:

Adapun kegiatan-kegiatan dari masing masing tahap tersebut diperkirakan akan


menjadi sumber dampak adalah sebagai berikut:

Tahap Pra Konstruksi


Tahap pra konstruksi adalah kegiatan yang dilakukan sebelum Waduk Krueng
Seulimum dibangun. Yang termasuk dalam kegiatan tahap pra konstruksi adalah:
1. Survey pendahuluan
Survey pendahuluan dilakukan beberapa bulan sebelum konstruksi. Survey
pendahuluan dilakukan untuk melihat keseluruhan lokasi dan menelaah hal-hal
potensial dan penting apa yang akan terjadi jika Waduk Krueng Seulimum
dibangun. Aspek yang dilihat adalah dari segi sosial budaya, ekologis, dan
kesehatan masyarakat.
2. Perencanaan penataan lokasi
Setelah survey dilakukan, dilakukan perencanaan penataan lokasi pembangunan.
Desain waduk yang akan dibuat, dicocokan rencana konstruksinya dengan keadaan
di wilayah tersebut. Dalam perencanaan tersebut dipikirkan pula rencana
penghijauan pada daerah sekitar untuk mengganti kerusakan lingkungan yang
terjadi. Pada tahap ini pula dilakukan perencanaan relokasi jalan raya dan kereta
api yang akan hilang pada pembangunan waduk tersebut.
Ketika perencanaan penataan konstruksi, dilakukan Perencanaan teknis waduk,
Perencanaan teknis pelimpah, dan perencanaan saluran pengelak. Untuk
merencanakan suatu tipe waduk yang paling cocok pada suatu tempat
kedudukan tertentu, didasarkan pada berbagai faktor, dimana faktor-faktor
utamanya adalah :
1. kualitas dan kuantitas dari bahan-bahan tubuh waduk yang terdapat
disekitar tempat kedudukan calon waduk.
2. kondisi penggarapan bahan
3. kondisi pondasi
4. kondisi alur dan lereng tebing.
Perencanaan teknis pelimpah, dan perencanaan saluran pengelak harus dihitung
dengan perhitungan yang akurat agar tidak terjadi kesalahan dalam tahap
konstruksi.
3. Penyediaan/pembebasan lahan
Lahan yang akan dijadikan lokasi pembangunan sebagian besar merupakan
kawasan penduduk. Oleh karena itu, sebelum pembangunan telah dicari tempat
relokasi warga yang terkena dampak pembangunan waduk. Dihitung pula
perkiraan biaya pembebasan lahan dan ganti rugi pada penduduk sekitar. Hal ini
harus dikaji dan ditelaah dengan baik agar tidak terjadi masalah di masa konstruksi,
pra konstruksi dan operasional.
Tahap Konstruksi
Tahap Konstruksi adalah tahap yang dilakukan dalam pembuatan waduk. Dalam
konstruksi waduk, hal utama adalah pondasi waduk tersebut. Dalam teknis pembuatan
pondasi waduk harus memenuhi 3 persyaratan terpenting yaitu:
1. mempunyai daya dukung yang mampu menahan bahkan dari tubuh waduk dalam
berbagai kondisi.
2. mempunyai kemampuan menghambat aliran filtrasi yang memadai, sesuai dengan
fungsinya sebagai penahan air.
3. mempunyai ketahanan terhadap gejala-gejala sufosi dan sembulan yang
disebabkan oleh aliran filtrasi yang melalui lapisan pondasi.

Gambar 2. Salah satu bentuk kontstruksi pondasi waduk

Dalam tahap konstruksi waduk terdapat beberapa kegiatan yang dilakukan yaitu:
1. Mobilisasi peralatan berat dan pengadaan material
Pada kegiatan konstruksi, akan banyak material yang dibutuhkan untuk
membangun. Material tersebut ada yang bisa didapatkan didaerah sekitar, ada juga
yang harus dibawa dari daerah lain. Mobilisasi peralatan dari daerah lain akan
menimbulkan dampak lingkungan bagi daerah tersebut. Dampak yang terjadi seperti
debu semakin banyak dan asap kendaraan juga meningkat. Keadaan tersebut dapat
menurunkan kualitas udara di sekitar daerah tersebut.
2. Pengadaan tenaga kerja
Dalam pembangunan waduk Krueng Seulimum diusahakan para pekerja merupakan
penduduk didaerah sekitar atau didaerah yang lahannya terkena relokasi. Selain
akan lebih mudah merekrut dan biaya lebih murah (tidak memerlukan tambahan
biaya transportasi), tenaga kerja dari daerah sekitar akan membuat warga merasa
ikut dilibatkan dalam pembangunan waduk tersebut. Warga akan merasa memiliki
waduk tersebut sehingga dijaga dengan baik.
3. Pekerjaan sipil
Pekerjaan sipil adalah pekerjaan pembangunan konstruksi bangunan. Dampak yang
akan ditimbukan adalah kebisingan, debu, dan air bersih yang berkurang.

Tahap Pasca Konstruksi


1. Pemeliharaan bangunan embung dan pelengkapnya
Setelah waduk tersebut selesai dibangun, hal yang paling penting adalah menjaga
agar bangunan tersebut tetap kokoh dan bisa beroperasi dengan baik. Bangunan
harus dirawat dengan baik dan tidak dicuri barang barangnya. Masalah utama dalam
tahap pasca konstruksi adalah keamanan dan keselamatan waduk
Perlu adanya pengkajian keamanan waduk (bangunan, kawasan genangan dan
potensi gangguan perembesan air ke lingkungan sekitar) dan pengkajian dan
pengembangan sistem tanggap darurat dalam kaitanya dengan potensi terjadinya
kecelakaan dan kegagalan waduk (dam failure), termasuk area evakuasi dalam hal
terjadinya bencana tersebut dan keselamatan pemanfaatan waduk seperti petambak
ikan dll.
2. Pemeliharaan sungai
Daerah sungai yang melewati waduk harus dijaga kebersihannya dari sampah agar
waduk dapat terus beroperasi. Masalah utama waduk dapat tidak berfungsi adalah
karena timbunan sampah didaerah aliran sungai, sehingga menghambat aliran dan
kerja peralatan pada waduk.
2.1.4 Kegiatan-Kegiatan Lain di Sekitar Rencana Lokasi
Pada wilayah rencana lokasi aka nada kegiatan yang terhenti dan harus segera dicari
relokasinya seperti kegiatan belajar mengajar di madrasah Desa Lon Asan, kegiatan
gembala dan bertani, serta yang paling penting adalah transportasi dari Aceh ke Medan
yang merupakan salah satu jantung kehidupan perekonomian di daerah sekitar.

Gambar 3. Ruas jalan Aceh – Medan KM 53 yang akan terendam

2.1.5 Alternatif yang Akan Dikaji Dalam AMDAL


Alternatif yang akan dikaji dalam AMDAL yang akan dibuat meliputi kepastian
wilayah yang akan digunakan sebagai waduk (alternatif 1, alternatif 2, atau alternatif 3).
Hal yang harus dipikirkan dalam pemilihan ini adalah pola DAS Krueng Seulimeum yang
termasuk daerah genangan dan terdapat potensi persebaran pencemaran terhadap flora
faunanya
Terdapat tiga alternatif lokasi dalam rencana pembuatan Waduk Krueng Seulimum.
Ketiga lokasi tersebut berada pada wilayah genangan.
Deskripsi ketiga tempat alternatif:
1. Alternatif 1 terletak pada 05o 21’ 8.39” LU, 95o 36’ 0.49” BT. Luas pada lokasi
alternatif 1 adalah 725.52 ha.
2. Alternatif 2 terletak pada 05o 20’ 51.39” LU, 95o 36’ 39.72” BT. Luas pada lokasi
alternatif 2 adalah 98.94ha.
3. Alternatif 3 terletak pada 05o 20’ 49.82” LU, 95o 37’ 48.20” BT. Luas pada lokasi
alternatif 2 adalah 407.17ha.
Pengumpulan informasi awal sebelum pembangunan waduk berkaitan dengan
jaminan keberhasilan pembangunan waduk dan operasinya masih diperlukan seperti peta
topografi dan geologi detail.
Berdasarkan gambar peta topografi dirumuskan deskripsi kerangka utama kegiatan:
a) Pembuatan bendungan pada alternatif terpilih, pembuatan jalan ke lokasi
b) Kegiatan relokasi (4 desa tergenang: Lon Asan, Lon Barum Lamtamot, Data
meureudu)
c) Relokasi jalan raya dan jalan kereta api
Pembuatan waduk Krueng Seulimum akan merubah tata kota dibagian daerah aliran
sungai, muara, serta perubahan jalan raya dan jalan kereta api. Tata kota daerah Lon
Asan, Lon Barum Lamtamot dan Data meureudu akn berubah karena sebagian besar
wilayah tersebut akan digenangi air. Relokasi para penduduk di keempat daerah
tersebut akan merubah tata kota daerah baru yang akan ditinggali.

Gambar 6. Lokasi pembangunan waduk Krueng Seulimum


Dalam pemilihan alternatif tempat, perlu dikaji mengenai rencana penghijauan,
pengalihan lahan serta relokasi penduduk dari area proyek dikaji dalam AMDAL. Ganti
rugi lahan dan mata pencaharian juga dibahas dalam AMDAL.
Dalam AMDAL dikaji juga mengenai alternatif pengambilan sumber bahan urugan.
Hal yang dikaji adalah jarak ke sumber bahan baku, dampak transportasi, dan dampak pada
lingkungan sekitar proyek. Dikaji pula mengenai potensi gangguan utilitas seperti potensi
gangguan suplai listrik, kepadatan lalu lintas akibat pengalihan jalur, potensi erosi dan
longsor di jalan baru. Berdasarkan studi kelayakan teknis, tinggi genangan waduk
direncanakan 30-50 m dan saat pelingkupan ini masih dilakukan studi kelayakan teknis

Gambar 7. Sketsa ketinggian muka air waduk, dimana tinggi muka air waduk akan
sama untuk ketiga alternatif

Masing-masing alternatif lokasi pembangunan wduk dikaji dengan kedalaman


kajian yang sama untuk dapat dibandingkan, serta menggunakan criteria pengambilan
keputusan yang jelas. Beberapa faktor yang dinilai:
1. Kestabilan geologis (resiko kegagalan waduk)
2. Luas lahan tergenang (berkaitan dengan flora fauna serta relokasi yang dilakukan)
3. Dampak sosial (pemindahan penduduk dan konflik lahan, termasuk persepsi
masyarakat)
4. Biaya pembangunan waduk di setiap alternatif lokasi
5. Nilai manfaat ekonomi dari pembangunan waduk.
Setelah pengkajian tersebut, dikaji pula secara singkat pilihan tanpa proyek (alternatif
tidak dibangunnya waduk di dalam lokasi tersebut). Hal apa saja yang akan terjadi serta
solusi yang harus diambil.

2.2 Lingkup Rona Lingkungan Hidup Awal


Komponen lingkungan hidup yang dikaji dalam penyusunan aspek lingkungan ini
terutama komponen lingkungan yang diprakirakan akan terkena dampak kegiatan yang
meliputi:
a. Komponen lingkungan ruang dan lahan
1. Tata guna lahan
Tujuan dari analisa tata guna lahan dan pertanian adalah :
- Mengidentifikasi karakteristik lahan, baik sifat fisik, kimia maupun unsur iklim
untuk mengetahui potensi lahan untuk pengembangan komoditi pertanian
tertentu
- Menganalisis evaluasi tingkat kesesuaian lahan untuk komoditas tanaman
pangan lahan basah, tanaman pangan lahan kering, dan tanaman perkebunan
- Memetakan kelas kesesuaian lahan untuk komoditas tanaman pangan lahan
basah, tanaman pangan lahan kering dan tanaman perkebunan.
- Menentukan arah pembangunan pertanian dan mengkaji perubahan sosek pada
kawasan yang akan dikembangkan di wilayah studi.
2. Status lahan dan kepemilikan lahan
3. Sistem transportasi
4. Prasarana dan sarana lingkungan

b. Komponen lingkungan fisika kimia


Komponen lingkungan fisika kimia yang dikaji meliputi 3 aspek, yaitu :
1. Ilkim dan kualifikasi udara
2. Fisiografi dan Topografi
3. Geologi dan geohidrologi

c. Komponen lingkungan biologi


1. Biota darat
2. Biota pengairan

d. Komponen lingkungan sosial ekonomi dan budaya


1. Aspek kependudukan (demografi)
2. Aspek sosial ekonomi penduduk
3. Aspek sosial budaya penduduk
4. Aspek sosia budaya penduduk terjauh dari masing-masing komponen/parameter
llingkungan fisika-kimia, biologi, dan sosekbud

Berdasarkan survey yang dilakukan pada bulan Oktober 2005, diketahui bahwa
sebagian besar sub DAS Krueng Aceh berada pada kondisi kritis dan sebagai cabangnya
bahkan sudah kering. Pada musim kemarau, masyarakat di sekitar sungai tidak bisa lagi
menggunakan air sungai untuk mandi karena debitnya yang terlalu kecil, berlumut, dan
menimbulkan gatal-gatal. Selain itu, erosi juga terjadi di tebing sungai Krueng Aceh
(Environmental Services Program, 2005).

Gambar 8. Debit Air Sungai Krueng Agamsangat yang Berkurang

(Environmental Services Program, 2005)


Gambar 9. Erosi Tebing Sungai Krueng Aceh

(Environmental Services Program, 2005)

Secara umum, kondisi vegetasi di sekitar DAS Krueng Aceh sudah sangat kritis.
Dari hasil survey, diketahui bahwa banyak terjadinya penebangan liar dan pembakaran
hutan yang terjadi pada hutan alami di sekitar DAS Krueng Aceh. Pembakaran lahan terjadi
umumnya disebabkan karena 2 alasan: 1) cultivation shifting, 2) perburuan. Dua aktivitas
ini yang banyak dilakukan warga sekitar dengan menggunakan cara pembakaran lahan
(Environmental Services Program, 2005).

Gambar 10. Kondisi Catchment Area Daerah Krueng, Aceh

(Environmental Services Program, 2005)


Gambar 11. Pembakaran Hutan di Daerah Krueng, Aceh

(Environmental Services Program, 2005)

Selain itu, kondisi perairan di DAS Krueng Aceh juga mengkhawatirkan, karena
banyak pencemar-pencemar yang dibuang ke batang sungai utama, diantaranya adalah
sampah, kotoran ternak, dan limbah tani. Limbah pertanian dapat berbahaya bagi
kelangsungan hidup organisme di dalam sungai, terutama jika sistem pertanian yang
digunakan masih menerapkan banyak pestisida dan insektisida sintetik yang berbahaya.
Selain itu, potensi pencemaran juga ada dari limbah Pembangkit Listrik Tenaga Diesel
(PLTD) milik pemerintah di sekitar aliran sungai (Environmental Services Program, 2005).

Gambar 12. Buangan Air Pertanian ke Krueng Aceh

(Environmental Services Program, 2005)


Gambar 13. Buangan PLTD Lueng Bata ke Krueng Aceh

(Environmental Services Program, 2005)

2.3 Pelingkupan

2.3.1 Proses pelingkupan


Pelaksanaan kerja pelingkupan Tim Teknis AMDAL khusus meliputi tahap-tahap
sebagai berikut :
1. Mendengarkan dan mempelajari deskripsi kegiatan proyek pembangunan proyek
pembangunan waduk Krueng Seulimeum – Kabupaten Aceh Besar yang diusulkan
untuk kemudian melakukan kajian terhadap rencana kegiatan yang diusulkan.
2. Identifikasi dampak potensial oleh maasing-masing anggota Tim Teknis
3. Tinjauan lapangan dengan fokus pengamatan rencana kegiatan dan identifikasi
kemungkinan dampak lingkungan yang akan terjadi.
4. Verifikasi hasil tinjauan lapangan yang dipadankan dengan hasil evaluasi dampak
hipotetik [identifikasi dampak lingkungan yang ditentukan sebelum tinjauan
lapangan]
5. Penyususnan laporan pelingkupan menjadi dokumen Kerangka Acuan studi
ANDAL
Ruang lingkup kegiatan ini adalah mengkaji aspek dampak lingkungan yang berada
di lokasi studi. Kegiatan yang dilaksanakan adalah sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi komponen-komponen lingkungan hidup yang akan terkena dampak
besar dan penting
2. Mengadakan survey dan inventarisasi keadaan lingkungan masyarakat akibat pengaruh
pekerjaan yang akan dilaksanakan.

2.3.2 Hasil Proses Pelingkupan


Hasil proses pelingkupan terhadap komponen lingkungan ruang dan lahan meliputi :
1. Perubahan tata ruang
Kaji potensi ketersediaan suplai air ke waduk dalam jangka panjang [dalam bentuk
stimulasi], dalam kaitannya dengan rencana penataan dan pemanfaatan ruang kawasan
hulu waduk [termasuk kajian tingkat erosi dan laju sedimentasi ke dalam waduk]
2. Pemanfaatan lain waduk
- Kaji potensi dan perkembangan pemanfaatan ruang sekitar danau sebagau daerah
wisata dalam kaitannya dengan perubahan kualitas air dan nilai sosial setempat
[termasuk timbukan sampah]
- Kaji potensi pemanfaatan waduk untuk pembangkit tenaga listrik
- Kaji daya dukung dan daya tampung waduk terkait rencana pemanfaatan untuk
perikanan air tawar

Gambar 14. Salah Satu Contoh Waduk


Hasil proses pelingkupan terhadap komponen lingkungan fisika kimia meliputi:
- Kaji potensi pencemaran air waduk oleh kegiatan masyarakat di catchment area
[misalnya kegitan rumah tangga, pertanian, peternakan dan kegitan ekonomi dll]
- Kaji perubahan kualitas air waduk akibat erosi di hulu, penempatan dan
terkelupasnya (detachment) bahn urugan serta penggunaan grouting pada bangunan
waduk, termasuk kaitannya dengan penyediaan air bersih dan MCK bagi penduduk
serta irigasi.
- Kaji potensi pengikisan tebing sungai akibat pelepasan air waduk (penggelontaran
air pada pintu air)
- Kaji ketersediaan sumber air bersih bagi masyarakat sekitar akibat adanya
perubahan muka air tanah terkait rencana pembangunan waduk
- Kaji potensi gangguan habitat, kehilangan vegetasi, satwa liar [terutama harimau
dan ikan migrasi], dan invasi spesies tertentu di daerah hulu dan hilir waduk
- Kaji potensi penanganan dan pemanfaatan vegetasi pada area genangan waduk
dalam kaitannya dengan penurunan kualitas air apabila penggenangan dilakukan
secara langsung [tanpa pembuangan vegetasi]
- Kaji perubahan iklim mikro di sekitar lokasi kegiatan [genangan waduk] dalam
kaitannya dengan potensi pemanfaatan lahan di sekitar lokasi [seperti pemanfaatan
untuk penanaman bawang merah dll]

Gambar 15. Potensi Pengikisan Tebing Sungai Akibat Pelepasan Air Waduk
Hasil proses pelingkupan terhadap komponen lingkungan biologi meliputi :
1. Biota darat
Biota darat yang ada umumnya terdiri dari tumbuhan, hewan, dan mikroba. Tumbuhan
yang ada terdiri dari rumput dan pohon-pohon berkayu lainnya. Hewan yang umumnya
ada merupakan hewan ternak sepert sapi, kambing dan kerbau. Selan itu,ada pula
hewan yang umumnya ditemukan didaerah berumput, yaitu kodok, cacing, semut,
belalang, dll. Mikroba yang ada berupa mikroba tanah dan mikroba udara.

Gambar 16. Salah Satu Contoh Biota Darat

2. Biota pengairan
Biota pengairan yang ada di lingkungan ini pun terdiri dari tumbuhan, hewan, dan
mikroba. Tumbuhan air yang ada umumnya berupa lumut dan alga. Hewan air yang ada
adalah ikan dan hewan air lainnya. Miroba yang ada merupakan mikroba air tawar.

Hasil proses pelingkupan terhadap komponen lingkungan sosial ekonomi


budaya meliputi :
1. Keselamatan dan keamanan waduk dan dampak terhadap manusia
- Kaji keamanan waduk [bangunan, kawasan genangan dan potensi gangguan
perembesan air ke lingkungan sekitar]
- Kaji dan kembangkan sistem tanggap darurat dalam kaitannya dengan potensi
terjadinya kecelakaan dan kegagalan waduk (dam failure), termasuk area evakuasi
dalam hal terjadi bencana tersebut dan keselamatan pemanfaatan waduk seperti
pertambak ikan dll
2. Relokasi penduduk
- Kajian LARAP (land acquisition and resettlement plan) untuk memastikan
keberlanjutan kehidupan masyarakat yang dipindahkan [termasuk jaminan mata
pencaharian, pendidikan, kesehatan, dan berfungsinya sistem sosial sesuai kondisi
masyarakat NAD]

Gambar 17. Gambar Masyarakat Aceh Yang Akan Direlokasi

3. Kaji luasan lahan yang digunakan dalam pembangunan waduk terkait pembebasan
lahan dan ganti rugi [termasuk hilangnya area penggembalaan ternak, kebun, dan
sawah]
4. Kaji potensi konflik akibat adanya perubahan nilai jual lahan di lokasi yang berada di
luar area genangan, khususnya dari km 51.2 di Lambaro Tunong sampai km 23 [titik
awal genang], dan dari km 56 sampai km 57.5 di Lamtamot
5. Kaji potensi perubahan jumlah dan struktur peenduduk akibat adanya kegiatan
pembangunan waduk
2.3.3 Dampak Penting Hipotetik
Kegiatan relokasi akan menggenangi daerah 4 desa (Desa Lon Asan, Desa Lon Baru,
Desa Lamtamot, dan Desa Data Mureudu) di Kexamatan Lembah Seulawah [berdasarkan
peta survei tanggal 9 Desember 2006]. Beberapa utilitas yang perlu direlokasi :
- Kantor Camat Lembah Seulawah
- Meunasah 2 buah
- Jalan sepanjang 3.8 km
- Jembatan 4 buah
- Rel kereta api sepanjang daerah genangan (~3.8 km)
- MIN Desa Lon Asan
- Fasilitas kesehatan (posyandu)
- Bangunan tempat usaha

Selain utilitas, penduduk juga perlu direlokasi. Jumlah penduduk yang perlu
direlokasi sekitar ~100 Kepala Keluarga.

2.3.4 Lingkup Wilayah Studi dan Batas Waktu Kajian


Lingkup wilayah studi meliputi :
a. Inventarisasi/pengumpulan data
b. Pengukuran situasi topografi dan pembuatan peta iktisar
c. Analisis Hidrologi
d. Penyelidikan tanah
e. Menganalisa kondisi sosial ekonomi
f. Survey Hidrologi
g. Menganalisa tata guna lahan dan pertanian
h. Analisa dampak lingkungan
i. Perencanaan waduk
j. Gambar pradetail desain waduk
k. Pelaporan
Batas wilayah studi terdiri dari :
- Batas tapak proyek
- Tapak proyek berada pada daerah aliran sungai dengan lebar sekitar 50 m kanan kiri
sungai dan kawasan sekitar lahan yang diusahakan serta areal pemukiman.
- Batas ekologis
- Secara ekologis, lingkungan rencana pembangunan merupakan daerah perbukitan yang
sebagian besae merupakan kawasan perkebunan, lahan kosong, dan pemukiman.
- Batas administrasi
- Secara administratif, wilayah studi berada di Kecamatan Lembah Seulawah dan
Kecamatan Seulimemum, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Naggroe Aceh Darussalam.
- Batas sosial
- Wilayah studi meliputi penduduk yang berdomisili di daerah tapak proyek dan
sekitarnya.

Proses pelingkupan dilakukan oleh Tim Teknis AMDAL Khusus pada tanggal 8-12
Desember 2006 dengan melakukan kunjungan lapangan ke lokasi kegiatan.siap

Anda mungkin juga menyukai