Anda di halaman 1dari 54

PT.

PANCAR BUANA 1

BAB III
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING

Dari sejumlah dampak yang akan ditimbulkan oleh kegiatan


penambangan batu gamping dan mineral ikutannya PT. Pancar Buana 1,
besaran dampak dan tingkat kepentingan dampak hanya diprakirakan
pada dampak-dampak penting hipotetik saja, dengan menentukan
selisih status lingkungan pada saat sekarang (RLA) dengan status
lingkungan pada saat akan datang setelah kegiatan berjalan.

3.1 Tahap Pra Konstruksi

Sumber dampak penting pada kegiatan persiapan adalah rencana


pengalihan lahan kawasan hutan menjadi lahan pertambangan.

Dampak yang akan terjadi adalah :

 Dampak terhadap tanaman dalam wilayah yang dialihkan


penggunaannya, berupa hilangnya tanaman tersebut.

 Dampak terhadap tata guna lahan, kegiatan proyek ini akan


merubah lahan kawasan hutan menjadi lahan pertambangan batu
gamping selama kegiatan Operasi Produksi berlangsung.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kualitas lingkungan awal


(Rona Lingkungan Awal, RLA) dari aspek sikap dan persepsi masyarakat
dinilai baik (skala 4).

3.1.1 Perizinan

Kegiatan perizinan pada dasarnya berkaitan dengan aktivitas


pemrakarsa dalam mengurus berbagai dokumen pada instansi terkait,
terutama dokumen tetang legalitas pelaksanaan kegiatan penambangan
batu gamping dan mineral ikutannya PT. Pancar Buana 1. Kegiatan
perizinan ini secara tidak langsung akan mempengaruhi sikap dan
persepsi masyarakat. Namun demikian, kejelasan atas legalitas rencana
peningkatan kapasitas produksi ditandai dengan terbitnya persetujuan

ANDAL Batu Gamping dan Penambangan Mineral Ikutannya oleh PT. Pancar Buana 1
Desa Waekatin Kec. Leksula Kab. Buru Selatan III - 1
PT. PANCAR BUANA 1

dari Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Propinsi.
Dengan demikian, kualitas lingkungan atas parameter sikap dan
persepsi masyarakat tetap dalam kategori baik (skala 4), hanya
terkendala pada pembebasan lahan saja. Besaran dampak yang terjadi
adalah positif sangat kecil (0).

3.1.2 Sosialisasi

Kegiatan sosialisasi berkaitan dengan aktivitas pemrakarsa


memperkenalkan berbagai hal sehubungan dengan rencana
pelaksanaan kegiatan penambangan batu gamping dan mineral
ikutannya PT. Pancar Buana 1. Selain itu, sosialisasi diperlukan untuk
menerima aspirasi dari masyarakat yang diperkirakan terkena dampak
atas adanya kegiatan ini. Derajat kepentingan dampak sikap dan
persepsi masyarakat akibat kegiatan pengurusan perizinan dan kegiatan
sosialisasi diuraikan sebagai berikut:

(a) Jumlah manusia terkena dampak


Masyarakat yang ada di sekitar lokasi kegiatan relatif banyak
sehingga jumlah masyarakat yang sikap dan persepsinya dapat
berubah juga relatif banyak. Dengan demikian dapat dikategorikan
berdampak penting (P)

(b) Luas wilayah persebaran dampak


Dampak tidak akan menyebar luas, sehingga dampak ini dinilai
tidak penting (TP).

(c) Intensitas dan lamanya dampak berlangsung


Dampak perubahan sikap dan persepsi masyarakat terkait dengan
perizinan dan sosialisasi intensitasnya relatif kecil, yakni hanya pada
tahap pra konstruksi, sehingga dinilai tidak penting (TP)

(d) Banyaknya komponen lingkungan yang terkena dampak


Perubahan sikap dan persepsi masyarakat secara tidak langsung
memiliki dampak lanjutan, khususnya berkaitan dengan
keberlangsungan kegiatan. Oleh karena itu, dampak ini dapat
dikategorikan penting (P).

(e) Sifat kumulatif dampak

ANDAL Batu Gamping dan Penambangan Mineral Ikutannya oleh PT. Pancar Buana 1
Desa Waekatin Kec. Leksula Kab. Buru Selatan III - 2
PT. PANCAR BUANA 1

Perubahan sikap dan persepsi masyarakat dapat bersifat kumulatif


oleh pengaruh dampak-dampak lainnya, sehingga dampak ini
dikategorikan penting (P).

(f) Berbalik tidak berbaliknya dampak


Perubahan sikap dan persepsi masyarakat dapat saja berubah
apabila pihak pemrakarsa tidak mempertimbangkan harapan
masyarakat, sehingga dampak ini dinilai penting (P).

Berdasarkan 6 kriteria penentuan dampak penting di atas, diperoleh


P = 4, atau dalam kategori cukup penting.

3.2 Tahap Konstruksi

3.2.1 Penurunan Kualitas Udara

Penurunan kualitas udara dapat terjadi pada saat kegiatan mobilisasi


peralatan serta kegiatan penyiapan sarana/prasarana pertambangan.
Pada kegiatan-kegiatan ini digunakan kendaraan pengangkut dan
sejumlah alat berat. Kendaraan dan peralatan tersebut menggunakan
bahan bakar minyak (BBM) sehingga berpotensi meningkatkan
konsentrasi SO2, NO2, dan CO oleh emisi gas dari kendaraan. Selain itu,
lalu lalang kendaraan pengangkut peralatan berpotensi meningkatkan
konsentrasi partikulat debu di udara. Peningkatan gas pencemar serta
partikulat debu di udara dapat mengganggu kesehatan, khususnya
gangguan sistem pernapasan.

Berdasarkan hasil pengukuran kualitas udara di sekitar lokasi kegiatan,


terlihat bahwa semua parameter kualitas udara masih jauh di bawah
baku mutu menurut PP No. 41 tahun 1999, dengan nilai API masing-
masing 6,955 dan 8,541. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
kondisi Rona Lingkungan Awal untuk kualitas udara masih dalam
keadaan bersih atau dapat dinilai dalam kategori sangat baik (skala 5),

3.2.1.1 Kegiatan Mobilisasi Peralatan


 Emisi gas
Saat pengangkutan peralatan, penurunan kualitas udara ditimbulkan
oleh emisi gas buang kendaraan pengangkut. Dengan prakiraan jumlah

ANDAL Batu Gamping dan Penambangan Mineral Ikutannya oleh PT. Pancar Buana 1
Desa Waekatin Kec. Leksula Kab. Buru Selatan III - 3
PT. PANCAR BUANA 1

kendaraan pengangkut sebanyak 10 kendaraan, dan kecepatan angin


rata-rata 3 knot atau 1,54 m/det, maka konsentrasi gas yang diemisikan
dihitung menggunakan model Gaussian Plume untuk line source:

[ ( )]
Qi 1 y 2
Ci = exp −
πσ y σ z U 2 σy

dimana Ci adalah konsentrasi pencemar-i di udara ambien (g/m3), Qi


adalah laju emisi pencemar-i (g/det), U adalah kecepatan angin rata-
rata (m/det), y adalah jarak pencampuran (m),y adalah koefisien
dispersi Gauss arah horisontal, dan z adalah koefisien dispersi Gauss
arah vertikal. Konsentrasi masing-masing gas pencemar serta
konsentrasi gas total di sekitar jalur pengangkutan selanjutnya dapat
ditentukan, sebagaimana diperlihatkan pada tabel 3-1 berikut. Terlihat
bahwa konsentrasi pencemar masih jauh di bawah baku mutu, sehingga
konsentrasi gas emisi di daerah pemukiman juga masih berada di bawah
baku mutu.

Konsentrasi Gas Buang Kendaraan Pengangkut

70.00

SO2 NO2 C

60.00
Konsentrasi (mg/Nm3)

50.00

40.00

Gambar 3-1 Konsentrasi


30.00 gas buang kendaraan pengangkut pada jarak

100 m dari sumber


20.00

10.00

Hasil penentuan konsentrasi pencemar saat pengangkutan peralatan


pada tahap konstruksi 0.00
dalam 100
jarak 100m
200
dari sumber
300 400 500 600

ANDAL Batu Gamping dan Penambangan Mineral Ikutannya


Jarak Dari oleh PT. Pancar Buana 1
Sumber (meter)
Desa Waekatin Kec. Leksula Kab. Buru Selatan III - 4
PT. PANCAR BUANA 1

Faktor Konsentrasi akhir


Jenis Laju Konsentrasi Baku
Emisi (μg/m3)
Pencema Emisi Pencemar Mutu
(gr/ U-02
r (μg/det) (μg/m3) U-01 (μg/m3)
km)
CO 8,4 58333,3 30,65 1130,65 680,65 30000
122916,
NO2 17,7 400
7 64,57 144,97 93,27
SO2 0,82 5694,4 2,99 35,49 15,59 900

 Bangkitan TSP
Bangkitan Total Suspended Particulate dihitung dengan persamaan yang
dibangun oleh Rochimawati (2014):

4 , 10 2 −0, 46
TSP=22 ,36 u +(2, 43 x 10 ) θ
Dimana u adalah kecepatan angin dan  adalah kadar air tanah.
Berdasarkan pengamatan rona awal, jenis tanah di lokasi kegiatan
adalah jenis podsolik dan kambisol dengan kadar air tanah rata-rata
16,5%. Dengan menggunakan kecepatan angin rata-rata 3 knot (1,54
m/s), maka diperoleh bangkitan TSP sebagai berikut:

4 ,10 2 −0 ,46 3
TSP=22,36 x (1,54) +(2, 43 x 10 ) x (16,5) = 198,23 μg/m
Berdasarkan perhitungan di atas, bangkitan total suspended particulate
tahap konstruksi lebih rendah bila dibandingkan dengan baku mutu
berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 tahun
1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara, namun sudah
mendekati batas ambang dan sangat menghawatirkan.

3.2.1.2 Penyiapan Sarana/Prasarana


Kegiatan penyiapan sarana/prasarana akan menggunakan bulldozer,
dan excavator. Faktor emisi hasil pembakaran BBM untuk masing-
masing alat berat berbeda-beda. Besar emisi masing-masing pencemar
yang dibangkitkan oleh seluruh sumber emisi dihitung menggunakan
persamaan:

B e=∑ nk . P k . f jk
jk

Hasil perhitungan besar emisi sebagaimana diperlihatkan pada Tabel 3-2


berikut:

ANDAL Batu Gamping dan Penambangan Mineral Ikutannya oleh PT. Pancar Buana 1
Desa Waekatin Kec. Leksula Kab. Buru Selatan III - 5
PT. PANCAR BUANA 1

Hasil penentuan besar emisi gas pencemar saat penyiapan


sarana/prasarana
Daya Faktor Emisi Besar Emisi
Jenis Alat Alat (gr/HP.jam) (gr/jam)
(HP) CO NO2 SO2 PM10 CO NO2 SO2 PM10
Bulldozer 300 1,38 4,76 0,74 0,33
1.608 5.616 888 390
Excavator 300 1,30 4,60 0,74 0,32

Selanjutnya, dengan kecepatan angin 3 knot atau 1,54 m/det maka


konsentrasi masing-masing pencemar dapat ditentukan menggunakan
model Gaussian Plume untuk point source:

Qi
Ci =
πσ y σ z U

dimana Ci adalah konsentrasi pencemar-i di udara ambien (g/m3), Qi


adalah laju emisi pencemar-i (g/det). (m), U adalah kecepatan angin
rata-rata (m/det), y adalah koefisien dispersi Gauss arah horisontal,
dan z adalah koefisien dispersi Gauss arah vertikal. Konsentrasi
masing-masing gas pencemar serta konsentrasi gas total di sekitar jalur
pengangkutan, sebagaimana diperlihatkan pada tabel 3-3 berikut.
Terlihat bahwa konsentrasi pencemar masih jauh di bawah baku mutu,
sehingga konsentrasi gas emisi di daerah pemukiman juga masih berada
di bawah baku mutu.

Hasil penentuan konsentrasi pencemar saat pematangan lahan dan


pekerjaan fasilitas konstruksi pada tahap konstruksi dalam jarak 100m
dari sumber

Jenis Beban Konsentrasi


No Konsentrasi Baku Mutu
Pencema Emisi Pencemar
. akhir (μg/m3) (μg/m3)
r (gr/jam) (μg/m3)
1 CO 1.608 3,853 893,853 30000
2 NO2 5.616 10,639 47,339 400
3 SO2 888 1,361 20,261 900
4 PM10 390 0,735 53,535 90

Dari data pengukuran 1 jam untuk kualitas udara pada rona awal di
sekitar lokasi kegiatan (U-03), terlihat bahwa pada konsentrasi gas CO
sebesar 890g/Nm3, gas NO2 sebesar 36,7g/Nm3, gas SO2 sebesar
18,9g/Nm3, dan PM10 sebesar52,8g/Nm3. Jika konsentrasi gas

ANDAL Batu Gamping dan Penambangan Mineral Ikutannya oleh PT. Pancar Buana 1
Desa Waekatin Kec. Leksula Kab. Buru Selatan III - 6
PT. PANCAR BUANA 1

tersebut berkaitan dengan beban emisi dari kendaraan bermotor, maka


dengan konsentrasi gas emisi saat kegiatan ini berlangsung akan
mengalami peningkatan, namun semua parameter masih berada di
bawah baku mutu. Dengan konsentrasi ini, maka diperoleh nilai API
mengalami peningkatan, sebagaimana diperlihatkan pada Tabel 3-4.
Kualitas lingkungan tetap dalam kondisi bersih (skala 5). Dengan
demikian, secara umum bahwa besaran dampak yang terjadi adalah
negatif sangat kecil (0).

Indeks Kualitas Udara di Sekitar Wilayah Studi saat kegiatan tahap


konstruksi

Baku Rating Kualitas Parameter


No Parameter
Mutu U-01 U-02 U-03
1 Sulfur Dioksida (SO2) 365 5,401 2,373 3,083
2 Nitrogen Dioksida (NO2) 150 53,684 34,539 17,530
3 Karbon Monoksida (CO) 10.000 6,280 3,781 4,965
5 Debu (TSP) 230 51,415 50,692 12,929
Air Pollution Index (API) 29,195 22,846 9,627

Derajat kepentingan dampak penurunan kualitas udara selama kegiatan


konstruksi diuraikan sebagai berikut:

a) Jumlah manusia terkena dampak


Gas emisi yang dibangkitkan akan tersebar luas oleh hembusan
angin, sehingga diprediksi jumlah manusia yang terkena dampak
akibat penurunan kualitas udara ini relatif banyak. Demikian halnya
dengan emisi gas dari aktivitas alat berat akan berdampak pada
masyarakat di sekitarnya, Oleh karena itu, kriteria dampak ini
dikategorikan penting (P).

b) Luas wilayah persebaran dampak


Wilayah yang akan terkena dampak luas yaitu sekitar lokasi
kegiatan dan jalur jalan utama yang akan dilewati oleh kendaraan
pengangkut bahan-bahan konstruksi. Oleh karena wilayah
persebaran dampak tersebut relatif luas, maka kriteria ini
dinyatakan penting (P).

c) Intensitas dan lamanya dampak berlangsung


Kegiatan mobilisasi peralatan dan kegiatan penyiapan
sarana/prasarana akan berlangsung dalam waktu yang relatif
singkat, sehingga intensitas dan waktu penurunan kualitas udara

ANDAL Batu Gamping dan Penambangan Mineral Ikutannya oleh PT. Pancar Buana 1
Desa Waekatin Kec. Leksula Kab. Buru Selatan III - 7
PT. PANCAR BUANA 1

akibat kegiatan juga relatif tidak lama, sehingga kriteria dampak ini
menjadi tidak penting (TP).

d) Banyaknya komponen lingkungan yang terkena dampak


Penurunan kualitas udara selama kegiatan pada tahap konstruksi
ini dapat berdampak pada komponen lingkungan lain misalnya
gangguan pernapasan masyarakat (ISPA), iritasi mata dan gangguan
transportasi. Dengan demikian kriteria dampak ini dinilai penting
(P).

e) Sifat kumulatif dampak


Penurunan kualitas udara pada lokasi-lokasi seperti yang diuraikan
di atas bukan hanya ditimbulkan oleh aktivitas konstruksi, tetapi
juga ditimbulkan oleh aktivitas masyarakat lainnya. Oleh karena itu,
penurunan kualitas udara merupakan akumulasi dampak dari
sejumlah kegiatan di sekitarnya. Dengan demikian kriteria dampak
ini dinilai penting (P).

f) Berbalik tidak berbaliknya dampak


Dampak akan berbalik, yaitu setelah kegiatan selesai, kondisi akan
kembali seperti sediakala, maka kriteria ini tidak penting (TP).

Berdasarkan 6 kriteria penentuan dampak penting di atas, diketahui


P = 4.

3.2.2 Peningkatan Kebisingan

Penggunaan alat-alat berat serta lalu lalang kendaraan pengangkut


peralatan pada kegiatan konstruksi memberikan kontribusi yang besar
terhadap meningkatnya kebisingan di sekitar lokasi kegiatan. Dari hasil
pengukuran kebisingan yang dilakukan pada lokasi pengamatan.
Berdasarkan skala kualitas lingkungan parameter tingkat kebisingan
menunjukan bahwa tingkat kebisingan di sekitar wilayah studi
termasuk dalam kategori sangat baik (skala 5).

3.2.2.1 Kegiatan Mobilisasi Peralatan


Mobilisasi peralatan dan material konstruksi menggunakan kendaraan
pengangkut dengan tingkat kebisingan 84 dB(A). Pada jarak 100 meter,
kebisingan ini turun menjadi:

ANDAL Batu Gamping dan Penambangan Mineral Ikutannya oleh PT. Pancar Buana 1
Desa Waekatin Kec. Leksula Kab. Buru Selatan III - 8
PT. PANCAR BUANA 1

[
L=84 dB( A )− 10 x log
15 ,24 )]
( 100 dB( A )=78 , 84 dB ( A )

Namun demikian, kesepuluh kendaraan ini tidak melewati satu titik


pada waktu yang bersamaan, sehingga tambahan sumber bising
diasumsikan hanya oleh 1 unit dump truck. Dengan demikian,
kebisingan pada titik pengukuran (ST-03) akan mengalami peningkatan
dari 50,6 dB(A) menjadi:

Ltot =10 x log [10


( 10 )
50 , 6

+10
( 78 , 84
10 ) ]=78 , 85 dB ( A )

Sehingga kualitas lingkungan untuk parameter kebisingan berubah


menjadi sedang (skala 3). Dengan demikian, besaran dampak yang
terjadi adalah negatif sedang (-2).

3.2.2.2 Kegiatan Penyiapan Sarana/Prasarana


Kegiatan penyiapan dan pematangan lahan menggunakan bulldozer
dengan kebisingan masing-masing 85 dB(A) dan excavator dengan
kebisingan masing-masing 85 dB(A). Total kebisingan masing-masing
alat dapat dihitung sebagai berikut:

 Lbulldozer =85 dB ( A )+ [ 10 x log ( 2 ) ] =88 , 01 dB( A )

 Lexcavator =85 dB( A )+ [ 10 x log ( 2 ) ] =88 , 01 dB( A )


Jika semua sumber bising tersebut diasumsikan sebagai sumber tidak
bergerak dan bekerja secara bersamaan, maka total kebisingan yang
dihasilkan adalah:

Ltot =10 x log [ 10


( 88 , 01
10 ) +10
( 88 , 01
10 ) ]=91 , 02 dB( A )

Pada jarak 100 meter, kebisingan ini turun menjadi:

[
L=91 , 02 dB( A )− 20 x log
15 ,24 )]
(100 dB( A )=74 , 68 dB ( A )

Dengan demikian, kebisingan pada titik pengukuran (ST-01) akan


mengalami peningkatan dari 53,2 dB(A) menjadi:

ANDAL Batu Gamping dan Penambangan Mineral Ikutannya oleh PT. Pancar Buana 1
Desa Waekatin Kec. Leksula Kab. Buru Selatan III - 9
PT. PANCAR BUANA 1

Ltot =10 x log [10


( 10 )
49 , 7

+10
( 74 ,68
10 ) ]=74 , 69 dB( A )

Sehingga kualitas lingkungan untuk parameter kebisingan berubah


menjadi sedang (skala 3). Dengan demikian, besaran dampak yang
terjadi adalah negatif sedang (-2).

Derajat kepentingan dampak peningkatan kebisingan akibat kegiatan


mobilisasi peralatan dan material serta pekerjaan struktur bangunan
diuraikan sebagai berikut:

a) Jumlah manusia terkena dampak


Jalur mobilisasi peralatan untuk menuju lokasi kegiatan akan
melewati jalur jalan utama sehingga diprediksi jumlah manusia yang
terkena dampak akibat kebisingan dari kendaraan juga semakin
banyak. Demikian halnya dengan kebisingan yang dihasilkan dari
aktivitas alat berat akan berdampak pada masyarakat di sekitarnya.
Oleh karena itu, kriteria dampak ini dikategorikan penting (P).

b) Luas wilayah persebaran dampak


Wilayah yang akan terkena dampak luas yaitu sekitar lokasi
kegiatan dan jalur jalan utama yang akan dilewati oleh kendaraan
pengangkut bahan-bahan konstruksi. Oleh karena wilayah
persebaran dampak tersebut relatif luas, maka kriteria ini
dinyatakan penting (P).

c) Intensitas dan lamanya dampak berlangsung


Kegiatan mobilisasi peralatan dan kegiatan penyiapan
sarana/prasarana memerlukan waktu yang relatif singkat, maka
intensitas dan waktu peningkatan kebisingan akibat kegiatan ini
juga relatif tidak lama, sehingga kriteria dampak ini menjadi tidak
penting (TP).

d) Banyaknya komponen lingkungan yang terkena dampak


Peningkatan kebisingan selama kegiatan konstruksi ini dapat
berdampak pada komponen lingkungan lain misalnya gangguan
pendengaran. Dengan demikian kriteria dampak ini dinilai penting
(P).

e) Sifat kumulatif dampak


Dampak kebisingan pada dasarnya tidak akan terakumulasi karena
tidak ada faktor yang menyebabkan terjadinya biomagnifikasi, maka
kategori dampak tidak penting (TP).

ANDAL Batu Gamping dan Penambangan Mineral Ikutannya oleh PT. Pancar Buana 1
Desa Waekatin Kec. Leksula Kab. Buru Selatan III - 10
PT. PANCAR BUANA 1

f) Berbalik tidak berbaliknya dampak


Dampak hanya terjadi sesaat dan akan berbalik menjadi baik setelah
kegiatan selesai, kondisi akan kembali seperti sediakala, sehingga
kriteria ini tidak penting (TP).

Berdasarkan 6 kriteria penentuan dampak penting di atas, diketahui


P = 3.

3.2.3 Peningkatan Kesempatan Kerja

Kegiatan rekruitmen tenaga kerja akan berdampak pada penyerapan


tenaga kerja lokal, sehingga akan terbuka kesempatan kerja baru bagi
masyarakat Kec. Leksula. Total tenaga kerja yang diperlukan dalam
kegiatan penambangan ini sekitar 1.891 orang.

Tabel 3-5. Kebutuhan tenaga kerja untuk kegiatan penambangan

Posisi Status Jumlah


Direktur Karyawan tetap 3
Kepala Teknik Tambang Karyawan tetap 1
Kepala Bagian Karyawan tetap 10
Kepala Seksi Karyawan tetap 17
Operator / teknisi Karyawan tetap 160
Staf Karyawan tetap 400
Tenaga Kerja Lapangan Karyawan tidak tetap 1.300
Jumlah 1.891
Sumber: Studi Kelayakan PB1, 2018

Perekrutan tenaga kerja penambangan diprioritaskan masyarakat


setempat atau tenaga kerja lokal dengan komposisi minimal 60%.
Mekanisme perekrutan tenaga kerja berpedoman pada peraturan
perundang-undangan ketenagakerjaan yang berlaku.

Derajat kepentingan dampak peningkatan kesempatan kerja akibat


kegiatan rekruitmen tenaga kerja konstruksi diuraikan sebagai berikut:

a) Jumlah manusia terkena dampak


Jumlah manusia yang terkena dampak akibat kegiatan rekruitmen
tenaga kerja konstruksi relatif banyak, sehingga kriteria dampaknya
dinilai penting (P).

b) Luas wilayah persebaran dampak

ANDAL Batu Gamping dan Penambangan Mineral Ikutannya oleh PT. Pancar Buana 1
Desa Waekatin Kec. Leksula Kab. Buru Selatan III - 11
PT. PANCAR BUANA 1

Wilayah sebaran dampak untuk kesempatan kerja ini dapat


mencapai seluruh wilayah Kec. Leksula, sehingga kriteria dampak
dinilai penting (P)

c) Intensitas dan lamanya dampak berlangsung


Dampak kesempatan kerja untuk konstruksi bangunan hanya
berlangsung selama tahap konstruksi, sehingga dampak dengan
kriteria ini dinilai tidak penting (TP)

d) Banyaknya komponen lingkungan yang terkena dampak


Kesempatan kerja akan berdampak pada komponen lingkungan lain
seperti peningkatan pendapatan masyarakat dan berkurangnya
angka pengangguran sehingga kriteria dampaknya adalah penting
(P).

e) Sifat kumulatif dampak


Dampak tidak bersifat kumulatif, sehingga dampak dengan kriteria
ini dinilai tidak penting (TP).

f) Berbalik tidak berbaliknya dampak


Kesempatan kerja yang terjadi dapat kembali semula saat kegiatan
konstruksi berakhir, sehingga dampaknya adalah tidak penting
(TP).

Berdasarkan 6 kriteria penentuan dampak penting di atas, diketahui


P = 3.

3.2.4 Peningkatan Kesempatan Berusaha

Kegiatan konstruksi bangunan akan melibatkan sejumlah besar tenaga


kerja, sebagaimana diuraikan di atas. Aktivitas tenaga kerja dengan
kebutuhan harian akan membuka kesempatan berusaha bagi
masyarakat sekitar lokasi kegiatan. Berdasarkan pantauan di lapangan,
di sekitar lokasi kegiatan telah ada beberapa pedagang/kios sembako,
namun jumlahnya masih terbatas. Demikian pula dengan rumah-rumah
tinggal yang disewakan ataupun penginapan masih sangat terbatas.
Oleh karena itu, kualitas lingkungan awal dari aspek kegiatan usaha
termasuk kategori kurang (skala 2).

ANDAL Batu Gamping dan Penambangan Mineral Ikutannya oleh PT. Pancar Buana 1
Desa Waekatin Kec. Leksula Kab. Buru Selatan III - 12
PT. PANCAR BUANA 1

a. Kegiatan penerimaan tenaga kerja

Dalam kegiatan ini akan dilibatkan sejumlah tenaga kerja yang tentu
masing-masing memerlukan kebutuhan sehari-hari. Pemenuhan
kebutuhan sehari-hari antara lain seperti kebutuhan sembako pada
dasarnya dapat diterjemahkan sebagai peluang usaha bagi
masyarakat sekitar. Oleh karena itu, dengan kegiatan ini,
kesempatan berusaha masyarakat sekitar akan mengalami
peningkatan menjadi sedang (skala 3), dampak yang terjadi adalah
positif kecil (+1).

b. Kegiatan mobilisasi peralatan

Dalam kegiatan ini akan dilibatkan sejumlah tenaga kerja yang tentu
masing-masing memerlukan kebutuhan sehari-hari. Pemenuhan
kebutuhan sehari-hari antara lain seperti kebutuhan sembako pada
dasarnya dapat diterjemahkan sebagai peluang usaha bagi
masyarakat sekitar. Oleh karena itu, dengan kegiatan ini,
kesempatan berusaha masyarakat sekitar akan mengalami
peningkatan menjadi sedang (skala 3), dampak yang terjadi adalah
positif kecil (+1).

c. Kegiatan penyiapan sarana/prasarana

Kesempatan berusaha bagi masyarakat yang telah dimulai sejak


pelaksanaan kegiatan pematangan lahan dapat terus berlanjut
hingga selesai kegiatan konstruksi. Oleh karena itu, dengan kegiatan
ini, kesempatan berusaha masyarakat sekitar akan mengalami
peningkatan menjadi sedang (skala 3), dampak yang terjadi adalah
positif sedang (+1).

Derajat kepentingan dampak akibat kegiatan pada tahap konstruksi ini


diuraikan sebagai berikut:

a) Jumlah manusia terkena dampak


Jumlah masyarakat yang terkena dampak relatif sedikit, hanya
untuk masyarakat sekitar lokasi kegiatan. Olehnya itu kriteria
dampaknya dinilai tidak penting (TP).

b) Luas wilayah persebaran dampak


Wilayah sebaran dampak cukup sempit sehingga kriteria dampak
dinilai tidak penting (TP)

c) Intensitas dan lamanya dampak berlangsung

ANDAL Batu Gamping dan Penambangan Mineral Ikutannya oleh PT. Pancar Buana 1
Desa Waekatin Kec. Leksula Kab. Buru Selatan III - 13
PT. PANCAR BUANA 1

Intensitas dan lamanya dampak akan berlangsung lama, bukan


hanya sampai pada tahap konstruksi, tetapi berlanjut hingga tahap
operasi, sehingga kriteria dampak bersifat penting (P)

d) Banyaknya komponen lingkungan yang terkena dampak


Terbuka kesempatan berusaha akan memberikan peluang
peningkatan pendapatan masyarakat, sehingga kriteria dampaknya
adalah penting (P).

e) Sifat kumulatif dampak


Dampak bersifat kumulatif, sehingga kriteria dampak ini penting
(P).

f) Berbalik tidak berbaliknya dampak


Kegiatan usaha dengan tidak langsung berhenti seiring berakhirnya
tahap konstruksi, tetapi dapat berlanjut hingga tahapan selanjutnya,
sehingga kriteria dampaknya adalah penting (P).

Berdasarkan 6 kriteria penentuan dampak penting di atas, diketahui


P = 4.

3.2.5 Peningkatan Pendapatan Masyarakat

Dampak lanjutan yang dapat timbul dari kesempatan kerja dan


kesempatan berusaha pada rangkaian kegiatan tahap konstruksi ini
adalah peningkatan pendapatan masyarakat. Kualitas lingkungan awal
sebelum adanya kegiatan menunjukan bahwa pendapatan masyarakat
termasuk dalam kategori kurang (skala2).

a. Kegiatan penerimaan tenaga kerja

Dalam kegiatan ini akan dilibatkan sejumlah tenaga kerja, namun


dalam jumlah yang terbatas. Peluang usaha yang dapat
dimanfaatkan oleh masyarakat juga sangat kurang, sehingga
pendapatan yang diperoleh tidak secara signifikan mempengaruhi
pendapatan rata-rata masyarakat. Dengan demikian, kondisi
lingkungan dari parameter pendapatan masyarakat akan tetap
dalam kondisi kurang (skala 2) dan dampak yang terjadi adalah
positif sangat kecil (0).

ANDAL Batu Gamping dan Penambangan Mineral Ikutannya oleh PT. Pancar Buana 1
Desa Waekatin Kec. Leksula Kab. Buru Selatan III - 14
PT. PANCAR BUANA 1

b. Kegiatan mobilisasi peralatan

Dalam kegiatan ini akan dilibatkan sejumlah tenaga kerja, namun


dalam jumlah yang terbatas. Peluang usaha yang dapat
dimanfaatkan oleh masyarakat juga sangat kurang, sehingga
pendapatan yang diperoleh tidak secara signifikan mempengaruhi
pendapatan rata-rata masyarakat. Dengan demikian, kondisi
lingkungan dari parameter pendapatan masyarakat akan tetap
dalam kondisi kurang (skala 2) dan dampak yang terjadi adalah
positif sangat kecil (0).

c. Kegiatan penyiapan sarana/prasarana

Seperti halnya kegiatan mobilisasi material dan peralatan, dalam


kegiatan ini juga akan dilibatkan sejumlah tenaga kerja dalam
jumlah yang sangat terbatas. Pendapatan yang diperoleh tidak
secara signifikan mempengaruhi tingkat pendapatan rata-rata
masyarakat. Dengan demikian, kondisi lingkungan dari parameter
pendapatan masyarakat akan tetap dalam kondisi kurang (skala 2)
dan dampak yang terjadi adalah positif sangat kecil (0).

Derajat kepentingan dampak peningkatan pendapatan masyarakat


akibat kegiatan konstruksi dapat diuraikan sebagai berikut:

a) Jumlah manusia terkena dampak


Jumlah tenaga kerja yang terserap relatif banyak sehingga jumlah
manusia yang mengalami peningkatan pendapatan juga relatif
banyak. Olehnya itu kriteria dampaknya dinilai penting (P).

b) Luas wilayah persebaran dampak


Tenaga kerja lokal yang terserap dalam kegiatan ini berasal dari
wilayah Kecamatan Leksula, sehingga persebaran dampak
pendapatan masyarakat luas dan kriteria dampak dinilai penting (P)

c) Intensitas dan lamanya dampak berlangsung


Intensitas dampak cukup kecil dan hanya berlangsung dalam waktu
yang relatif singkat, sehingga bersifat tidak penting (TP)

d) Banyaknya komponen lingkungan yang terkena dampak


Peningkatan pendapatan masyarakat akan berdampak pada
komponen lingkungan lain, diantaranya peningkatan daya beli
masyarakat dan perubahan pola hidup masyarakat, sehingga
kriteria dampaknya adalah penting (P).

e) Sifat kumulatif dampak

ANDAL Batu Gamping dan Penambangan Mineral Ikutannya oleh PT. Pancar Buana 1
Desa Waekatin Kec. Leksula Kab. Buru Selatan III - 15
PT. PANCAR BUANA 1

Dampak tidak bersifat kumulatif dan akan terus menurun seiring


dengan selesainya kegiatan rekruitmen tenaga kerja konstruksi,
serta pekerjaan struktur bangunan, sehingga kriteria dampak ini
tidak penting (TP).

f) Berbalik tidak berbaliknya dampak


Pendapatan masyarakat yang terjadi dapat kembali semula saat
rangkaian kegiatan berakhir, sehingga dampaknya adalah tidak
penting (TP).

Berdasarkan 6 kriteria penentuan dampak penting di atas, diketahui P


= 3.

3.2.6 Perubahan Sikap dan Persepsi Masyarakat

Perubahan sikap dan persepsi masyarakat diperkirakan sebagai


implikasi atas penanganan dampak-dampak yang terjadi saat
penerimaan tenaga kerja konstruksi, mobilisasi peralatan, serta
pekerjaan konstruksi bangunan. Berdasarkan kualitas lingkungan awal
dari aspek sikap dan persepsi masyarakat sebelum pelaksanaan
kegiatan (Rona Lingkungan Awal, RLA) yang dikumpulkan saat
konsultasi publik, masyarakat pada dasarnya telah mengetahui kegiatan
penambangan yang dilakukan oleh PT. Pancar Buana 1. Dengan
peningkatan kapasitas produksi ini, masyarakat hanya mengharapkan
agar tetap memperhatikan kelestarian lingkungan dan menyelesaikan
pembebasan lahan masyarakat. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa kualitas lingkungan saat ini dari aspek sikap dan persepsi
masyarakat dapat dikategorikan dalam kondisi baik (skala 4).

a. Kegiatan penerimaan tenaga kerja

Dalam kegiatan ini, pemrakarsa berencana akan melakukan


penerimaan tambahan tenaga kerja secara transparan berdasarkan
ketentuan perundang-undangan yang berlaku dan atau dengan
melibatkan tokoh-tokoh masyarakat sekitar lokasi kegiatan. Selain
itu, pemrakarsa akan memprioritaskan tenaga kerja lokal, kecuali
untuk tenaga kerja dengan keahlian khusus. Jika rencana ini dapat
berjalan dengan baik, maka diprediksi bahwa mekanisme
penerimaan tenaga kerja ini dapat menumbuhkan sikap dan
persepsi positif dari masyarakat sekitar. Dengan demikian, kondisi

ANDAL Batu Gamping dan Penambangan Mineral Ikutannya oleh PT. Pancar Buana 1
Desa Waekatin Kec. Leksula Kab. Buru Selatan III - 16
PT. PANCAR BUANA 1

lingkungan dari parameter sikap dan persepsi masyarakat tetap


dalam kategori sangat baik (skala 5) dan dampak yang terjadi
adalah positif kecil (+1).

b. Kegiatan mobilisasi peralatan

Sebagaimana diuraikan di atas, beberapa dampak negatif yang akan


timbul dari kegiatan mobilisasi peralatan antara lain adalah
penurunan kualitas udara, peningkatan kebisingan, dan gangguan
transportasi. Oleh karena itu, pelaksanaan kegiatan ini berpotensi
memicu munculnya sikap dan persepsi negatif dari masyarakat.
Namun demikian, pemrakarsa telah mempersiapkan langkah-
langkah pengelolaan untuk meminimalisasi dampak negatif yang
timbul dari kegiatan ini. Dengan demikian, kondisi lingkungan dari
parameter sikap dan persepsi masyarakat akan dipertahankan
dalam kondisi baik (skala 4). Meskipun demikian, kondisi terburuk
adalah jika rencana tersebut tidak berjalan dengan baik sehingga
persepsi masyarakat dapat menurun dalam kategori sedang (skala
3), sehingga dampak yang terjadi adalah negatif kecil (-1).

c. Kegiatan penyiapan sarana/prasarana

Seperti halnya kegiatan mobilisasi peralatan dan material


konstruksi, beberapa dampak negatif yang akan timbul dari kegiatan
pematangan lahan dan pembangunan fasilitas konstruksi antara
lain adalah penurunan kualitas udara, peningkatan kebisingan, dan
penurunan kualitas air. Dengan langkah-langkah pengelolaan yang
telah direncanakan oleh pemrakarsa diharapkan dapat
meminimalisasi dampak negatif yang timbul dari kegiatan ini.
Kondisi terburuk adalah jika rencana tersebut tidak berjalan dengan
baik dapat mengakibatkan munculnya sikap persepsi negatif dari
masyarakat, sehingga kualitas lingkungan dari aspek ini menurun
dalam kategori sedang (skala 3). Dampak yang terjadi adalah
negatif kecil (-1).

Derajat kepentingan sikap dan persepsi masyarakat atas kegiatan pada


tahap konstruksi ini dapat diuraikan sebagai berikut:

a) Jumlah manusia terkena dampak


Masyarakat sekitar lokasi kegiatan cukup banyak, termasuk para
pengguna jalan umum yang akan dilalui oleh kendaraan proyek,
sehingga banyak pula yang memiliki sikap dan persepsi yang negatif

ANDAL Batu Gamping dan Penambangan Mineral Ikutannya oleh PT. Pancar Buana 1
Desa Waekatin Kec. Leksula Kab. Buru Selatan III - 17
PT. PANCAR BUANA 1

atas pelaksanaan kegiatan ini. Dengan demikian dampak kegiatan


ini dikategorikan penting (P).

b) Luas wilayah persebaran dampak


Dampak atas perubahan sikap dan persepsi masyarakat akan
meluas sehingga dampaknya dikategorikan penting (P).

c) Intensitas dan lamanya dampak berlangsung


Intensitas dari dampak perubahan sikap dan persepsi masyarakat
cukup tinggi karena pemicu munculnya dampak ini cukup banyak.
Demikian halnya dengan waktu berlangsungnya dampak akan lebih
lama. Oleh karena itu, dampak ini dikategorikan penting (P).

d) Banyaknya komponen lingkungan yang terkena dampak


Komponen lingkungan lain terkena dampak dari perubahan sikap
dan persepsi masyarakat adalah timbulnya gejolak dalam
masyarakat yang bahkan dapat mengancam keberlangsungan
proyek, sehingga kriteria dampak ini dikategorikan penting (P).

e) Sifat kumulatif dampak


Perubahan sikap dan persepsi masyarakat dapat bersifat kumulatif
apabila faktor pemicu dampak ini juga hasil kumulatif dari dampak
lainnya, sehingga kriteria dampaknya termasuk kategori penting (P).

f) Berbalik tidak berbaliknya dampak


Dampak ini dapat berbalik bila pemrakarsa dengan segera mampu
meredam dan menanggulangi penyebab munculnya dampak ini.
Dengan demikian, kriteria dampaknya dikategorikan tidak penting
(TP).

Berdasarkan 6 kriteria penentuan dampak penting di atas, diketahuiP


= 5.

3.2.7 Penurunan Kualitas Kesehatan Lingkungan

Penurunan kualitas kesehatan lingkungan diperkirakan dapat terjadi


akibat kegiatan-kegiatan pada tahap konstruksi ini, antara lain seperti
tumpukan limbah padat dan limbah cair domestik. Karena kegiatan
sehari-hari tenaga kerja yang telah ada sudah berlangsung, maka
kualitas kesehatan lingkungan saat ini sebelum kegiatan berlangsung

ANDAL Batu Gamping dan Penambangan Mineral Ikutannya oleh PT. Pancar Buana 1
Desa Waekatin Kec. Leksula Kab. Buru Selatan III - 18
PT. PANCAR BUANA 1

dinilai sudah berada dalam kategori sedang (skala 3). Pada tahap
konstruksi, sumber dampak penurunan kualitas kesehatan lingkungan
diprakirakan hanya terjadi pada saat pelaksanaan kegiatan penyiapan
sarana/prasarana. Saat kegiatan ini, sisa-sisa material konstruksi tentu
akan ditempatkan pada lokasi pembuangan sampah sementara sebelum
kemudian diangkut ke tempat pembuangan akhir. Demikian halnya
dengan limbah cair domestik, penanganannya akan melalui bak
penampungan sementara (septick tank) sebelum dibuang ke lingkungan.
Oleh karena itu, kualitas kesehatan lingkungan akibat kegiatan ini
perubahannya diprediksi tidak signifikan sehingga tetap berada dalam
kategori sedang (skala 2) dan dampak yang terjadi adalah negatif
sangat kecil (0).

Derajat kepentingan perubahan kualitas kesehatan lingkungan akibat


seluruh kegiatan pada tahap konstruksi ini dapat diuraikan sebagai
berikut:

a) Jumlah manusia terkena dampak


Jumlah manusia yang terkena dampak relatif banyak, yaitu seluruh
pekerja dan masyarakat di sekitar lokasi kegiatan. Dengan
demikian, dampak ini dikategorikan penting (P)

b) Luas wilayah persebaran dampak


Daerah yang kualitas kesehatan lingkungannya berpotensi menurun
relatif tidak luas, hanya mencakup wilayah sekitar lokasi kegiatan,
sehingga dampak ini dikategorikan tidak penting (P)

c) Intensitas dan lamanya dampak berlangsung


Intensitas kegiatan yang dapat menurunkan kualitas kesehatan
lingkungan cukup rendah namun berlangsung dalam waktu yang
relatif lama, sehingga dampak ini dikategorikan tidak penting (P)

d) Banyaknya komponen lingkungan yang terkena dampak


Komponen lain yang terkena dampak akibat penurunan kualitas
kesehatan lingkungan yaitu perubahan sikap dan persepsi
masyarakat serta potensi terjadinya penyakit, maka dampak ini
dianggap penting (P)

e) Sifat kumulatif dampak

ANDAL Batu Gamping dan Penambangan Mineral Ikutannya oleh PT. Pancar Buana 1
Desa Waekatin Kec. Leksula Kab. Buru Selatan III - 19
PT. PANCAR BUANA 1

Penurunan kualitas kesehatan lingkungan dinilai tidak akan


kumulatif, sehingga dampak yang terjadi dianggap tidak penting
(TP).

f) Berbalik tidak berbaliknya dampak


Dampak penurunan kualitas kesehatan lingkungan dapat berbalik
apabila pemicu dampak ini dapat teratasi dengan baik. Dengan
demikian kriteria dampak dianggap tidak penting (TP).

Berdasarkan 6 kriteria penentuan dampak penting di atas, diketahui P


= 2.

3.2.8 Potensi Terjadinya Penyakit

Potensi terjadinya penyakit, diperkirakan terjadi akibat kegiatan


mobilisasi peralatan dan pembangunan sarana/prasarana. Gas-gas SO 2,
NOx, dan CO yang diemisikan dari asap kendaraan pengangkut
diprakirakan akan berpotensi menimbulkan penyakit seperti iritasi mata
dan gangguan Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA). Hasil wawancara
dengan masyarakat menunjukan bahwa jenis penyakit yang lazim
diderita oleh masyarakat seperti demam, influenza, flu, batuk, dan
gangguan pernapasan (ISPA). Oleh karena itu, kategori kualitas
lingkungan dari aspek ini dinilai masih berada dalam kondisi baik
(skala4).

3.2.8.1 Kegiatan mobilisasi peralatan


Beberapa dampak negatif yang akan timbul dari kegiatan mobilisasi
peralatan antara lain adalah penurunan kualitas udara, peningkatan
kebisingan, dan gangguan transportasi. Dampak-dampak tersebut
secara langsung akan mempengaruhi tingkat kesehatan masyarakat.
Penurunan kualitas udara misalnya berpotensi memicu gangguan
pernapasan, peningkatan kebisingan berpotensi memicu gangguan
pendengaran, dan gangguan transportasi berpotensi memicu terjadinya
kecelakaan lalulintas. Oleh karena itu, pelaksanaan kegiatan ini jika
dampaknya tidak dikelola dengan baik dapat meningkatkan potensi
terjadinya penyakit. Namun demikian, karena kegiatan ini sudah
berlangsung lama maka peningkatan kapasitas produksi tidak akan
mempengaruhi secara signifikan kondisi rona awal saat ini ditinjau dari

ANDAL Batu Gamping dan Penambangan Mineral Ikutannya oleh PT. Pancar Buana 1
Desa Waekatin Kec. Leksula Kab. Buru Selatan III - 20
PT. PANCAR BUANA 1

potensi terjadinya penyakit. Dengan demikian, kualitas lingkungan dari


aspek ini tetap dalam kategori baik (skala 4) dan dampak yang terjadi
adalah negatif sangat kecil (0).

3.2.8.2 Kegiatan penyiapan sarana/prasarana


Seperti halnya kegiatan mobilisasi peralatan, beberapa dampak negatif
yang akan timbul dari kegiatan penyiapan lahan antara lain adalah
penurunan kualitas udara, peningkatan kebisingan, dan penurunan
kualitas air yang secara langsung berimplikasi pada kesehatan
masyarakat. Penurunan kualitas udara misalnya berpotensi memicu
gangguan pernapasan, peningkatan kebisingan berpotensi memicu
gangguan pendengaran, dan penurunan kualitas air akan mengganggu
keberlangsungan hidup ekosistem perairan. Oleh karena itu,
pelaksanaan kegiatan ini jika dampaknya tidak dikelola dengan baik
dapat meningkatkan potensi terjadinya penyakit. Namun demikian,
karena kegiatan ini sudah berlangsung lama maka peningkatan
kapasitas produksi tidak akan mempengaruhi secara signifikan kondisi
rona awal saat ini ditinjau dari potensi terjadinya penyakit. Dengan
demikian, kualitas lingkungan dari aspek ini tetap dalam kategori baik
(skala 4) dan dampak yang terjadi adalah negatif sangat kecil (0).

Derajat kepentingan dampak potensi terjadinya penyakit diuraikan


sebagai berikut:

a) Jumlah manusia terkena dampak


Jumlah manusia yang terkena dampak relatif sedikit yaitu
masyarakat yang bermukim sepanjang jalan yang dilewati oleh
kendaraan pengangkut peralatan serta pekerja yang terlibat
langsung dalam kedua kegiatan tersebut. Dengan demikian dampak
yang terjadi dikategorikan penting (P)

b) Luas wilayah persebaran dampak


Dampak menyebar dalam wilayah yang relatif luas, sehingga
dampak yang terjadi dikategorikan penting (P)

c) Intensitas dan lamanya dampak berlangsung


Intensitas dampak cukup tinggi dan dalam waktu relatif lama, yakni
pada tahap konstruksi. Dengan demikian, kriteria dampak ini
dikategorikan penting (P)

ANDAL Batu Gamping dan Penambangan Mineral Ikutannya oleh PT. Pancar Buana 1
Desa Waekatin Kec. Leksula Kab. Buru Selatan III - 21
PT. PANCAR BUANA 1

d) Banyaknya komponen lingkungan yang terkena dampak


Komponen lain yang terkena dampak akibat peningkatan potensi
terjadinya penyakit yaitu peningkatan kebutuhan sarana dan tenaga
kesehatan, maka dampak dianggap penting (P)

e) Sifat kumulatif dampak


Potensi terjadinya penyakit dapat bersifat kumulatif, sehingga
dampak yang terjadi dikategorikan penting (P).

f) Berbalik tidak berbaliknya dampak


Dampak potensi terjadinya penyakit dapat berbalik apabila kegiatan
konstruksi dilakukan sesuai prosedur. Dengan demikian kriteria
dampak dianggap tidak penting (TP).

Berdasarkan 6 kriteria penentuan dampak penting di atas, diketahui P


= 5.

3.3 Tahap Operasi

3.3.1 Penurunan Kualitas Udara

Penurunan kualitas udara pada tahap operasi dapat terjadi saat


pelaksanaan kegiatan pengupasan tanah pucuk dan tanah penutup,
penambangan batu gamping dan mineral ikutannya, serta pengangkutan
dan penimbunan. Pada kegiatan-kegiatan ini digunakan kendaraan
pengangkut (truck) dan sejumlah alat berat seperti bulldozer, grader,
backhoe loader, serta peralatan lainnya. Kendaraan dan peralatan
tersebut menggunakan bahan bakar minyak sehingga berpotensi
meningkatkan SO2, NO2, dan CO oleh emisi gas dari kendaraan. Selain
itu, lalu lalang kendaraan pengangkut berpotensi meningkatkan
konsentrasi partikulat debu di udara. Peningkatan gas pencemar serta
partikulat debu di udara dapat mengganggu kesehatan, khususnya
gangguan sistem pernapasan.

Berdasarkan hasil pengukuran kualitas udara di sekitar lokasi kegiatan,


yakni U-01 di sekitar lokasi penambangan pada koordinat 4 o17'03,7"S;
121o32'19,7"E, U-02 di sekitar pemukiman warga Desa Waekatin pada
koordinat 4o17'12,6"S ; 121o32'43,6"E, dan U-03 di ruas jalan menuju

ANDAL Batu Gamping dan Penambangan Mineral Ikutannya oleh PT. Pancar Buana 1
Desa Waekatin Kec. Leksula Kab. Buru Selatan III - 22
PT. PANCAR BUANA 1

lokasi tambang pada koordinat 4 o17'09,0"S ; 121o33'34,5"E, terlihat


bahwa indeks kualitas udara (Air Pollution Index-API) di sekitar lokasi
studi berkisar antara 6,955-13,872, atau dalam kondisi masih sangat
baik (skala 5).

3.3.1.1 Kegiatan pengupasan tanah pucuk dan tanah penutup


Kegiatan penyiapan dan pematangan lahan menggunakan 2 unit
bulldozer. Faktor emisi hasil pembakaran BBM untuk masing-masing
alat berat berbeda-beda. Besar emisi masing-masing pencemar yang
dibangkitkan oleh seluruh sumber emisi dihitung menggunakan
persamaan:

Be =∑ n k . Pk . f jk
jk

Hasil perhitungan besar emisi sebagaimana diperlihatkan pada Tabel 3-6


berikut:

Hasil penentuan besar emisi gas pencemar saat pematangan lahan dan
pekerjaan fasilitas konstruksi
Jumla Daya Faktor Emisi Besar Emisi
Jenis Alat h Alat Alat (gr/HP.jam) (gr/jam)
(unit) (HP) CO NO2 SO2 PM10 CO NO2 SO2 PM10
Bulldozer 2 300 1,38 4,76 0,74 0,33 828 2.856 444 198

Selanjutnya, dengan kecepatan angin 3 knot atau 1,54 m/det maka


konsentrasi masing-masing pencemar dapat ditentukan menggunakan
model Gaussian Plume untuk point source:

Qi
C i=
π σ yσzU

dimana Ci adalah konsentrasi pencemar-i di udara ambien (g/m3), Qi


adalah laju emisi pencemar-i (g/det), U adalah kecepatan angin rata-
rata (m/det), y adalah koefisien dispersi Gauss arah horisontal, dan z
adalah koefisien dispersi Gauss arah vertikal. Konsentrasi masing-
masing gas pencemar serta konsentrasi gas total di sekitar lokasi
kegiatan, sebagaimana diperlihatkan pada tabel 3-7 berikut. Terlihat
bahwa konsentrasi pencemar masih jauh di bawah baku mutu, sehingga

ANDAL Batu Gamping dan Penambangan Mineral Ikutannya oleh PT. Pancar Buana 1
Desa Waekatin Kec. Leksula Kab. Buru Selatan III - 23
PT. PANCAR BUANA 1

konsentrasi gas emisi di daerah sekitar lokasi penambangan juga masih


berada di bawah baku mutu.

Hasil penentuan konsentrasi pencemar saat kegiatan pengupasan tanah


pucuk dan tanah penutup dalam jarak 100m dari sumber

Jenis Beban Konsentrasi


No Konsentrasi Baku Mutu
Pencema Emisi Pencemar
. akhir (μg/m3) (μg/m3)
r (gr/jam) (μg/m3)
1 CO 828 0,439 1.100,44 30000
2 NO2 2.856 1,515 81,915 400
3 SO2 444 0,236 32,736 900
4 PM10 198 0,105 60,805 90

Dari data pengukuran 1 jam untuk kualitas udara pada rona awal di
sekitar lokasi kegiatan, terlihat bahwa pada konsentrasi gas CO sebesar
1.100 g/Nm3, gas NO2 sebesar 80,4 g/Nm3, gas SO2 sebesar 32,5
g/Nm3, dan PM10 sebesar 60,7 g/Nm3. Jika konsentrasi gas tersebut
berkaitan dengan beban emisi alat berat yang digunakan, maka dengan
konsentrasi gas emisi saat kegiatan ini berlangsung akan mengalami
peningkatan, namun semua parameter masih berada di bawah baku
mutu. Dengan konsentrasi ini, maka diperoleh nilai API mengalami
peningkatan dari 13,837 menjadi 14,028, sehingga kualitas lingkungan
tetap dalam kondisi bersih (skala 5). Dengan demikian, besaran dampak
yang terjadi adalah negatif sangat kecil (0).

3.3.1.2 Kegiatan penambangan batu gamping dan mineral


ikutannya
Kegiatan penambangan batu gamping dan mineral ikutannya akan
menggunakan 10 unit backhoe loader. Faktor emisi hasil pembakaran
BBM untuk masing-masing alat berat berbeda-beda. Besar emisi
masing-masing pencemar yang dibangkitkan oleh seluruh sumber emisi
dihitung menggunakan persamaan:

Be =∑ n k . Pk . f jk
jk

Hasil perhitungan besar emisi sebagaimana diperlihatkan pada Tabel 3-8


berikut. Selanjutnya, dengan kecepatan angin 3 knot atau 1,54 m/det

ANDAL Batu Gamping dan Penambangan Mineral Ikutannya oleh PT. Pancar Buana 1
Desa Waekatin Kec. Leksula Kab. Buru Selatan III - 24
PT. PANCAR BUANA 1

maka konsentrasi masing-masing pencemar dapat ditentukan


menggunakan model Gaussian Plume untuk point source:

Qi
C i=
π σ yσzU

dimana Ci adalah konsentrasi pencemar-i di udara ambien (g/m3), Qi


adalah laju emisi pencemar-i (g/det). (m), U adalah kecepatan angin
rata-rata (m/det), y adalah koefisien dispersi Gauss arah horisontal,
dan z adalah koefisien dispersi Gauss arah vertikal. Konsentrasi
masing-masing gas pencemar serta konsentrasi gas total di sekitar jalur
pengangkutan, sebagaimana diperlihatkan pada tabel 3-9 berikut.
Terlihat bahwa konsentrasi pencemar masih jauh di bawah baku mutu,
sehingga konsentrasi gas emisi di daerah pemukiman juga masih berada
di bawah baku mutu.

Hasil penentuan besar emisi gas pencemar saat pematangan lahan dan
pekerjaan fasilitas konstruksi
Jumla Daya Faktor Emisi Besar Emisi
Jenis Alat h Alat Alat (gr/HP.jam) (gr/jam)
(unit) (HP) CO NO2 SO2 PM10 CO NO2 SO2 PM10
Backhoe
10 300 1,55 5,00 0,74 0,35 4.650 15.000 2.220 1.050
Loader

Hasil penentuan konsentrasi pencemar saat pematangan lahan dan


pekerjaan fasilitas konstruksi pada tahap konstruksi dalam jarak 100m
dari sumber

Jenis Beban Konsentrasi


No Konsentrasi Baku Mutu
Pencema Emisi Pencemar
. akhir (μg/m3) (μg/m3)
r (gr/jam) (μg/m3)
1 CO 4.650 2,467 1.102,47 30000
2 NO2 15.000 7,957 88,357 400
3 SO2 2.220 1,178 33,678 900
4 PM10 1.050 0,557 61,257 90

Dari data pengukuran 1 jam untuk kualitas udara pada rona awal di
sekitar lokasi kegiatan, terlihat bahwa pada konsentrasi gas CO sebesar
1.100 g/Nm3, gas NO2 sebesar 80,4 g/Nm3, gas SO2 sebesar 32,5
g/Nm3, dan PM10 sebesar 60,7 g/Nm3. Jika konsentrasi gas tersebut

ANDAL Batu Gamping dan Penambangan Mineral Ikutannya oleh PT. Pancar Buana 1
Desa Waekatin Kec. Leksula Kab. Buru Selatan III - 25
PT. PANCAR BUANA 1

berkaitan dengan beban emisi alat berat yang digunakan, maka dengan
konsentrasi gas emisi saat kegiatan ini berlangsung akan mengalami
peningkatan, namun semua parameter masih berada di bawah baku
mutu. Dengan konsentrasi ini, maka diperoleh nilai API mengalami
peningkatan dari 13,837 menjadi 14,691, sehingga kualitas lingkungan
tetap dalam kondisi bersih (skala 5). Dengan demikian, besaran dampak
yang terjadi adalah negatif sangat kecil (0).

3.3.1.3 Kegiatan pengangkutan dan penimbunan


Saat pengangkutan material laterit, penurunan kualitas udara
ditimbulkan oleh emisi gas buang kendaraan pengangkut. Dengan
prakiraan jumlah kendaraan pengangkut sebanyak 10 unit, dan
kecepatan angin 3 knot atau 1,54 m/det, maka konsentrasi gas yang
diemisikan dihitung menggunakan model Gaussian Plume untuk line
source:

Qi
[ ( )]
2
−1 y
C i= exp
π σ yσzU 2 σy

dimana Ci adalah konsentrasi pencemar-i di udara ambien (g/m3),


Qi adalah laju emisi pencemar-i (g/det). (m), U adalah kecepatan
angin rata-rata (m/det), y adalah jarak pencampuran (m), y adalah
koefisien dispersi Gauss arah horisontal, dan z adalah koefisien
dispersi Gauss arah vertikal. Dengan asumsi bahwa jarak tempuh
pengangkutan adalah 1 km, maka diperoleh konsentrasi masing-
masing gas pencemar serta konsentrasi gas total di sekitar jalur
pengangkutan, sebagaimana diperlihatkan pada tabel 3-10 berikut.
Terlihat bahwa konsentrasi pencemar masih jauh di bawah baku
mutu, sehingga konsentrasi gas emisi di daerah pemukiman juga
masih berada di bawah baku mutu.

Hasil penentuan konsentrasi pencemar saat pengangkutan material


nikel laterit pada tahap operasi dalam jarak 100m dari sumber

Baku
Faktor Laju Konsentras Konsentras
No Jenis Mutu
Emisi Emisi i Pencemar i akhir
. Pencemar (μg/m3
(gr/km) (μg/det) (μg/m3) (μg/m3)
)
1 CO 8,4 23.333,33 12,26 902,258 30000
2 NO2 17,7 49.166,67 25,83 62,529 400
3 SO2 0,82 2.277,78 1,20 20,097 900

ANDAL Batu Gamping dan Penambangan Mineral Ikutannya oleh PT. Pancar Buana 1
Desa Waekatin Kec. Leksula Kab. Buru Selatan III - 26
PT. PANCAR BUANA 1

Bangkitan TSP

Bangkitan Total Suspended Particulate dihitung dengan persamaan yang


dibangun oleh Rochimawati (2014):

TSP=22,36 u 4,10 +(2,43 x 1 02 )θ−0,46

Dimana u adalah kecepatan angin dan  adalah kadar air tanah.


Berdasarkan pengamatan rona awal, jenis tanah di lokasi kegiatan
adalah jenis ultisol dengan kadar air tanah 31,1%. Dengan
menggunakan kecepatan angin rata-rata 3 knot (1,54 m/s), maka
diperoleh bangkitan TSP sebagai berikut:

TSP=22,36 x ¿

Berdasarkan perhitungan di atas, bangkitan total suspended particulate


tahap konstruksi lebih rendah bila dibandingkan dengan baku mutu
berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 tahun
1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara, konsentrasi debu telah
melampaui baku mutu dan sangat menghawatirkan.

Derajat kepentingan dampak penurunan kualitas udara selama kegiatan


konstruksi diuraikan sebagai berikut:

a) Jumlah manusia terkena dampak


Gas emisi yang dibangkitkan akan tersebar luas oleh hembusan
angin, sehingga diprediksi jumlah manusia yang terkena dampak
akibat penurunan kualitas udara ini relatif banyak. Demikian halnya
dengan emisi gas dari aktivitas alat berat akan berdampak pada
masyarakat di sekitarnya, Oleh karena itu, kriteria dampak ini
dikategorikan penting (P).

b) Luas wilayah persebaran dampak


Wilayah yang akan terkena dampak luas yaitu sekitar lokasi
kegiatan dan jalur jalan utama yang akan dilewati oleh kendaraan
pengangkut bahan-bahan konstruksi. Oleh karena wilayah
persebaran dampak tersebut relatif luas, maka kriteria ini
dinyatakan penting (P).

c) Intensitas dan lamanya dampak berlangsung


Kegiatan mobilisasi peralatan dan material konstruksi, kegiatan
pematangan lahan dan pembangunan fasilitas konstruksi, dan

ANDAL Batu Gamping dan Penambangan Mineral Ikutannya oleh PT. Pancar Buana 1
Desa Waekatin Kec. Leksula Kab. Buru Selatan III - 27
PT. PANCAR BUANA 1

kegiatan pekerjaan konstruksi bangunan akan berlangsung dalam


waktu yang relatif lama, sehingga intensitas dan waktu penurunan
kualitas udara akibat kegiatan juga relatif lama, sehingga kriteria
dampak ini menjadi penting (P).

d) Banyaknya komponen lingkungan yang terkena dampak


Penurunan kualitas udara selama kegiatan pada tahap konstruksi
ini dapat berdampak pada komponen lingkungan lain misalnya
gangguan pernapasan masyarakat (ISPA), iritasi mata dan gangguan
transportasi. Dengan demikian kriteria dampak ini dinilai penting
(P).

e) Sifat kumulatif dampak


Penurunan kualitas udara pada lokasi-lokasi seperti yang diuraikan
di atas bukan hanya ditimbulkan oleh aktivitas konstruksi, tetapi
juga ditimbulkan oleh aktivitas masyarakat lainnya. Oleh karena itu,
penurunan kualitas udara merupakan akumulasi dampak dari
sejumlah kegiatan di sekitarnya. Dengan demikian kriteria dampak
ini dinilai penting (P).

f) Berbalik tidak berbaliknya dampak


Dampak akan berbalik, yaitu setelah kegiatan selesai, kondisi akan
kembali seperti sediakala, maka kriteria ini tidak penting (TP).

Berdasarkan 6 kriteria penentuan dampak penting di atas, diketahui P


= 5.

3.3.2 Peningkatan Kebisingan

Penggunaan alat-alat berat serta lalu lalang kendaraan pengangkut


material pada kegiatan penambangan memberikan kontribusi yang besar
terhadap meningkatnya kebisingan di sekitar lokasi kegiatan. Dari hasil
pengukuran kebisingan yang dilakukan di sekitar lokasi studi, masing-
masing pada ST-01 di sekitar lokasi penambangan pada koordinat
4o17'03,7"S ; 121o32'19,7"E sebesar 53,2 dB, ST-02 di sekitar
pemukiman warga Desa Waekatin pada koordinat 4 o17'12,6"S ;
121o32'43,6"E sebesar 47,6 dB, dan ST-03 di ruas jalan menuju lokasi
tambang pada koordinat 4o17'09,0"S ; 121o33'34,5"E sebesar 50,6 dB.
Berdasarkan skala kualitas lingkungan parameter tingkat kebisingan
menunjukan bahwa tingkat kebisingan di sekitar wilayah studi masih

ANDAL Batu Gamping dan Penambangan Mineral Ikutannya oleh PT. Pancar Buana 1
Desa Waekatin Kec. Leksula Kab. Buru Selatan III - 28
PT. PANCAR BUANA 1

berada di bawah baku mutu dan termasuk dalam kategori sangat baik
(skala 5).

3.3.2.1 Kegiatan pengupasan tanah pucuk dan tanah penutup


Kegiatan penyiapan dan pematangan lahan menggunakan 2 unit
bulldozer dengan kebisingan masing-masing 85 dB(A) dan 2 unit
excavator dengan kebisingan masing-masing 85 dB(A). Total kebisingan
masing-masing alat dapat dihitung sebagai berikut:

Lbulldozer =85 dB (A )+ [10 x log ( 2 ) ]=88,01 dB( A)


Pada jarak 100 meter, kebisingan ini turun menjadi:

[
L=88,01dB ( A ) − 20 x log ( 15,24
100
)] dB ( A ) =71,67 dB( A)
Dengan demikian, kebisingan pada titik pengukuran akan mengalami
peningkatan dari 53,2 dB(A) menjadi:

( 53,2
10 ) ( 71,67
10 )
Ltot =10 x log [¿1 0 +1 0 ]=71,73 dB( A)¿
Sehingga kualitas lingkungan untuk parameter kebisingan berubah
menjadi sedang (skala 3). Dengan demikian, besaran dampak yang
terjadi adalah negatif sedang (-2).

3.3.2.2 Kegiatan penambangan batu gamping dan mineral


ikutannya
Kegiatan penyiapan dan pematangan lahan menggunakan 10 unit
backhoe loader dengan kebisingan masing-masing 79 dB(A). Total
kebisingan masing-masing alat dapat dihitung sebagai berikut:

Lb ack h oeloader =79 dB ( A ) + [ 10 x log ( 10 ) ] =89 dB( A)


Pada jarak 100 meter, kebisingan ini turun menjadi:

[
L=89 dB( A)− 20 x log ( 15,24
100
)] dB( A)=72,66 dB( A)
Dengan demikian, kebisingan pada titik pengukuran akan mengalami
peningkatan dari 49,7 dB(A) menjadi:

ANDAL Batu Gamping dan Penambangan Mineral Ikutannya oleh PT. Pancar Buana 1
Desa Waekatin Kec. Leksula Kab. Buru Selatan III - 29
PT. PANCAR BUANA 1

( 53,2
10 ) ( 72,66
10 )
Ltot =10 x log [¿1 0 +1 0 ]=72,71dB ( A )¿
Sehingga kualitas lingkungan untuk parameter kebisingan berubah
menjadi sedang (skala 3). Dengan demikian, besaran dampak yang
terjadi adalah negatif sedang (-2).

3.3.2.3 Kegiatan pengangkutan dan penimbunan


Mobilisasi peralatan dan material konstruksi menggunakan 10 unit
kendaraan jenis dump truck dengan tingkat kebisingan 84 dB(A). Pada
jarak 100 meter, kebisingan ini turun menjadi:

[
L=84 dB( A)− 10 x log ( 15,24
100
)] dB( A)=78,84 dB( A)
Namun demikian, kesepuluh kendaraan ini tidak melewati satu titik
pada waktu yang bersamaan, sehingga tambahan sumber bising
diasumsikan hanya oleh 1 unit dump truck. Dengan demikian,
kebisingan pada titik pengukuran akan mengalami peningkatan dari
50,6 dB(A) menjadi:

( 50,6
10 ) (78,84
10 )
Ltot =10 x log [¿1 0 +1 0 ]=78,85 dB( A) ¿
Sehingga kualitas lingkungan untuk parameter kebisingan berubah
menjadi sedang (skala 3). Dengan demikian, besaran dampak yang
terjadi adalah negatif sedang (-2).

Derajat kepentingan dampak peningkatan kebisingan akibat kegiatan


mobilisasi peralatan dan material serta pekerjaan struktur bangunan
diuraikan sebagai berikut:

a) Jumlah manusia terkena dampak


Jalur mobilisasi peralatan dan material konstruksi untuk menuju
lokasi kegiatan akan melewati jalur jalan utama sehingga diprediksi
jumlah manusia yang terkena dampak akibat kebisingan dari
kendaraan juga semakin banyak. Demikian halnya dengan
kebisingan yang dihasilkan dari aktivitas alat berat akan berdampak
pada masyarakat di sekitarnya. Oleh karena itu, kriteria dampak ini
dikategorikan penting (P).

b) Luas wilayah persebaran dampak

ANDAL Batu Gamping dan Penambangan Mineral Ikutannya oleh PT. Pancar Buana 1
Desa Waekatin Kec. Leksula Kab. Buru Selatan III - 30
PT. PANCAR BUANA 1

Wilayah yang akan terkena dampak luas yaitu sekitar lokasi


kegiatan dan jalur jalan utama yang akan dilewati oleh kendaraan
pengangkut bahan-bahan konstruksi. Oleh karena wilayah
persebaran dampak tersebut relatif luas, maka kriteria ini
dinyatakan penting (P).

c) Intensitas dan lamanya dampak berlangsung


Kegiatan mobilisasi peralatan dan material konstruksi, kegiatan
pematangan lahan, dan kegiatan pekerjaan struktur bangunan
memerlukan waktu yang relatif lama, maka intensitas dan waktu
peningkatan kebisingan akibat kegiatan ini juga relatif lama,
sehingga kriteria dampak ini menjadi penting (P).

d) Banyaknya komponen lingkungan yang terkena dampak


Peningkatan kebisingan selama kegiatan konstruksi ini dapat
berdampak pada komponen lingkungan lain misalnya gangguan
pendengaran. Dengan demikian kriteria dampak ini dinilai penting
(P).

e) Sifat kumulatif dampak


Dampak kebisingan pada dasarnya tidak akan terakumulasi karena
tidak ada faktor yang menyebabkan terjadinya biomagnifikasi, maka
kategori dampak tidak penting (TP).

f) Berbalik tidak berbaliknya dampak


Dampak hanya terjadi sesaat dan akan berbalik menjadi baik setelah
kegiatan selesai, kondisi akan kembali seperti sediakala, sehingga
kriteria ini tidak penting (TP).

Berdasarkan 6 kriteria penentuan dampak penting di atas, diketahui P


= 4.

3.3.3 Peningkatan Aliran Permukaan

Aliran permukaan yang lazim terjadi pada areal-areal terbuka saat hujan
turun akan membawa material-material ataupun partikel menuju ke
badan air. Beberapa faktor yang berpengaruh pada aliran permukaan ini
terutama adalah luas areal lahan yang terbuka serta kondisi lahan
tersebut. Yang menjadi permasalahan akibat aliran permukaan adalah
partikel-partikel yang di bawanya sehingga dapat meningkatkan
sedimentasi yang secara langsung menurunkan kualitas air. Dari

ANDAL Batu Gamping dan Penambangan Mineral Ikutannya oleh PT. Pancar Buana 1
Desa Waekatin Kec. Leksula Kab. Buru Selatan III - 31
PT. PANCAR BUANA 1

pengamatan yang dilakukan pada lokasi rencana kegiatan, letak lahan


berada pada daerah yang lebih tinggi sehingga memberi tambahan
energi bagi air untuk membawa partikel sedimen menuju badan air.

Prediksi volume air limpasan permukaan di areal pertambangan PT.


Pancar Buana 1

Debit Limpasan Volume Limpasan


Curah
No Permukaan (mm) Permukaan (m3)
Bulan Hujan
. Rona Tahap Rona Tahap
(mm)
Awal Operasi Awal Operasi
1 Januari 215,90 197,59 207,21 92.868,79 97.386,53
104.358,6
2 Februari 230,75 212,37 222,04 99.815,40
4
108.568,2 113.139,5
3 Maret 249,45 231,00 240,72
8 7
4 April 212,85 194,56 204,16 91.442,58 95.954,67
100.727,8 105.274,2
5 Mei 232,70 214,31 223,99
7 4
6 Juni 199,05 180,83 190,38 84.992,19 89.476,70
7 Juli 218,30 199,98 209,60 93.991,19 98.513,27
8 Agustus 105,54 88,30 97,09 41.502,25 45.633,83
9 September 130,30 112,68 121,76 52.959,30 57.228,47
10 Oktober 135,25 117,57 126,70 55.257,00 59.548,25
100.790,3
11 November 223,15 204,81 214,45 96.259,71
0
101.306,7
12 Desember 224,25 205,90 215,55 96.774,29
6
Rata-rata volume limpasan per bulan 84.596,57 89.050,94

Diasumsikan bahwa dari luas lahan (AL) adalah 30 Ha yang saat ini
sudah dalam kondisi terbuka. Pada kegiatan konstruksi, sebahagian
besar lahan (70%) akan tertutup dengan bangunan atau jalanan kedap
air sedang 30% sisanya adalah ruang terbuka belum tertata.
Berdasarkan data curah hujan rata-rata (C H) tahun 2005-2015,
perkiraan volume air limpasan permukaan (V ro) akibat curah hujan
dapat dihitung menggunakan metode Soil Conservation Service (SCS)
dengan persamaan (Arsyad, 2010):

Qro
V ro = x AL
1000
dimana Qro adalah debit limpasan (dalam mm) yang ditentukan melalui
persamaan:

ANDAL Batu Gamping dan Penambangan Mineral Ikutannya oleh PT. Pancar Buana 1
Desa Waekatin Kec. Leksula Kab. Buru Selatan III - 32
PT. PANCAR BUANA 1

2
( C H −0,2. S )
Qro =
C H +0,8. S
Nilai S ditentukan berdasarkan Curve Number Tertimbang (CNT) melalui:

S=(25,5)
[( ) ]
1000
CNT
−10

CNT =
∑ (( luas lahan sesuai penggunaannya) x(CN ))
luas total lahan
Dengan CN bernilai 94 untuk lahan terbuka pada tanah lempung berliat.
Hasil analisis limpasan air permukaan dapat dilihat pada tabel 3.11
Terlihat bahwa limpasan air permukaan sebelum kegiatan konstruksi
sebesar 84.596,57 m3 per bulan termasuk dalam kategori sedang (skala
3). Volume air limpasan permukaan saat kegiatan konstruksi akan
meningkat sebesar 5% menjadi 89.050,94 m 3 per bulan sehingga
kualitas tetap dalam kategori sedang (skala 3). Dengan demikian maka
dampak yang terjadi adalah negatif kecil (0).

a. Kegiatan pengupasan tanah pucuk dan tanah penutup

Dari Tabel 3.11 di atas, terlihat bahwa kondisi limpasan permukaan


pada rona awal adalah 84.596,57 m3 per bulan atau 0,0326 m3/det.
Saat kegiatan pengupasan tanah pucuk dan tanah penutup, tidak
ada perubahan kondisi lahan dari tutupan vegetasi karena lahan
sebelumnya telah terbuka sehingga limpasan permukaan sama
dengan kondisi rona awal yaitu 0,03 m 3/det. Atas dasar tersebut
maka diprediksi bahwa kualitas lingkungan dari parameter limpasan
permukaan tetap dalam kategori sedang (skala 3). Dengan demikian
maka dampak yang terjadi adalah negatif sangat kecil (0).

b. Kegiatan penambangan batu gamping dan mineral ikutannya

Dari Tabel 3.11 di atas, terlihat bahwa kondisi limpasan permukaan


pada rona awal adalah 84.596,57 m3 per bulan atau 0,0326 m3/det.
Saat kegiatan penambangan batu gamping dan mineral ikutannya,
diasumsikan bahwa 10 Ha dari 47 Ha lahan akan dipergunakan
sebagai lahan penempatan fasilitas penambangan dan sebagian lagi
tertutup vegetasi. Dengan demikian, limpasan permukaan akan
mengalami perubahan menjadi 89.050,94 m 3 per bulan atau 0,0344
m3/det. Atas dasar tersebut maka diprediksi bahwa kualitas
lingkungan dari parameter limpasan permukaan tetap dalam

ANDAL Batu Gamping dan Penambangan Mineral Ikutannya oleh PT. Pancar Buana 1
Desa Waekatin Kec. Leksula Kab. Buru Selatan III - 33
PT. PANCAR BUANA 1

kategori sedang (skala 3). Dengan demikian maka dampak yang


terjadi adalah negatif sangat kecil (0).

c. Kegiatan pengangkutan dan penimbunan

Dari Tabel 3.11 di atas, terlihat bahwa kondisi limpasan permukaan


pada rona awal adalah 84.596,57 m3 per bulan atau 0,0326 m3/det,
dan setelah kegiatan penambangan berubah menjadi 89.050,94 m 3
per bulan atau 0,0344 m3/det. Saat kegiatan pengangkutan dan
penimbunan, tidak ada perubahan kondisi lahan sehingga limpasan
permukaan sama dengan kondisi saat kegiatan penambangan. Atas
dasar tersebut maka diprediksi bahwa kualitas lingkungan dari
parameter limpasan permukaan tetap dalam kategori sedang (skala
3). Dengan demikian maka dampak yang terjadi adalah negatif
sangat kecil (0).

Derajat kepentingan dampak atas peningkatan aliran permukaan akibat


kegiatan penyiapan lahan dapat diuraikan sebagai berikut:

a) Jumlah manusia terkena dampak


Aliran permukaan akan langsung mengarah ke Sungai Waekatin
yang jaraknya cukup dekat, sehingga jumlah manusia yang terkena
dampak relatif kurang. Oleh karena itu, kriteria dampak ini
dikategorikan tidak penting (TP).

b) Luas wilayah persebaran dampak


Wilayah yang akan terkena dampak relatif tidak luas karena lokasi
kegiatan tidak jauh dari badan air. Oleh karena itu, kriteria ini
dinyatakan tidak penting (TP).

c) Intensitas dan lamanya dampak berlangsung


Pelaksanaan konstruksi bangunan cukup lama, namun waktu
terjadinya aliran permukaan akibat kegiatan ini hanya terjadi di
musim penghujan. Oleh karena itu, kriteria dampak ini menjadi
tidak penting (TP).

d) Banyaknya komponen lingkungan yang terkena dampak


Peningkatan aliran permukaan selama kegiatan konstruksi dapat
berdampak pada komponen lingkungan lain misalnya peningkatan
sedimentasi dan gangguan biota perairan. Dengan demikian kriteria
dampak ini dinilai penting (P).

e) Sifat kumulatif dampak

ANDAL Batu Gamping dan Penambangan Mineral Ikutannya oleh PT. Pancar Buana 1
Desa Waekatin Kec. Leksula Kab. Buru Selatan III - 34
PT. PANCAR BUANA 1

Dampak aliran permukaan pada dasarnya tidak akan terakumulasi


karena sedimentasi yang terbawa ke badan air langsung mengalami
pengendapan, maka kategori dampak tidak penting (TP).

f) Berbalik tidak berbaliknya dampak


Dampak hanya terjadi sesaat dan akan berbalik menjadi baik setelah
kegiatan selesai, kondisi akan kembali seperti sediakala, sehingga
kriteria ini tidak penting (TP).

Berdasarkan 6 kriteria penentuan dampak penting di atas, diketahui P


= 1.

3.3.4 Peningkatan Sedimentasi

Sedimentasi yang terjadi pada badan air umumnya sebagai dampak


ikutan dari peningkatan aliran permukaan. Dampak ini dinilai penting
berdasarkan pertimbangan bahwa peningkatan sedimentasi dapat
membebani komponen lingkungan lain seperti penurunan kualitas air
dimana kualitas air memiliki peranannya yang penting bagi
keberlangsungan ekosistem di dalamnya. Untuk kegiatan ini,
sedimentasi dapat terjadi saat pelaksanaan kegiatan pematangan lahan
dan pekerjaan konstruksi bangunan. Berdasarkan data pengukuran
kualitas air sungai di sekitar lokasi studi, nilai total padatan tersuspensi
(TSS) masih jauh di bawah baku mutu sesuai Peraturan Pemerintah No.
82 Tahun 2001 (50 mg/L). Oleh karena itu, kualitas lingkungan untuk
kondisi ini dinilai sangat baik (skala 5). Prediksi nilai TSS saat kegiatan
(TSSk) ditentukan berdasarkan metode perbandingan debit limpasan
pada rona awal (Qroa) dengan debit limpasan saat kegiatan (Q rok), sesuai
hubungan:

Q rok
TS Sk =TS S a x
Q roa
a. Kegiatan pengupasan tanah pucuk dan tanah penutup

Dari Tabel 3.11 di atas, terlihat bahwa kondisi limpasan permukaan


pada rona awal adalah 84.596,57 m3 per bulan atau 0,0326 m3/det.
Saat kegiatan pengupasan tanah pucuk dan tanah penutup, tidak
ada perubahan kondisi lahan dari tutupan vegetasi sehingga
limpasan permukaan sama dengan kondisi rona awal yaitu 0,03

ANDAL Batu Gamping dan Penambangan Mineral Ikutannya oleh PT. Pancar Buana 1
Desa Waekatin Kec. Leksula Kab. Buru Selatan III - 35
PT. PANCAR BUANA 1

m3/det. Atas dasar tersebut maka diprediksi bahwa maka kualitas


lingkungan air sungai dari parameter TSS tetap dalam kategori
sangat baik (skala 5). Dengan demikian maka dampak yang terjadi
adalah negatif sangat kecil (0).
b. Kegiatan penambangan batu gamping dan mineral ikutannya

Sebagaimana diuraikan di atas bahwa dasar perhitungan air


limpasan permukaan adalah kondisi lahan. Selama tahap operasi,
kondisi lahan belum tertata dengan baik sehingga laju air limpasan
permukaan sebesar 84.596,57 m3 per bulan atau 0,0326 m3/det.
Saat kegiatan penambangan batu gamping dan mineral ikutannya,
diasumsikan bahwa 10 Ha dari 47 Ha lahan akan dipergunakan
sebagai lahan penempatan fasilitas penambangan dan sebagian lagi
tertutup vegetasi. Dengan demikian, limpasan permukaan akan
mengalami perubahan menjadi 89.050,94 m 3 per bulan atau 0,0344
m3/det. Dengan membandingkan kondisi sedimen pada rona awal,
maka total padatan tersuspensi (TSS) dalam air sungai oleh
angkutan sedimen dari lokasi penyiapan lahan diprediksi akan
mengalami peningkatan menjadi:
0,0344 m 3 /det
TS S PL=22,8 mg / L x =24 mg/ L
0,0326 m 3 /det
Atas dasar tersebut maka diprediksi bahwa maka kualitas
lingkungan air sungai dari parameter TSS tetap dalam kategori
sangat baik (skala 5). Dengan demikian maka dampak yang terjadi
adalah negatif sangat kecil (0).

c. Kegiatan pengangkutan dan penimbunan

Dari Tabel 3.11 di atas, terlihat bahwa kondisi limpasan permukaan


pada rona awal adalah 84.596,57 m3 per bulan atau 0,0326 m3/det,
dan setelah kegiatan penambangan berubah menjadi 89.050,94 m 3
per bulan atau 0,0344 m3/det. Saat kegiatan pengangkutan dan
penimbunan, tidak ada perubahan kondisi lahan sehingga limpasan
permukaan sama dengan kondisi saat kegiatan penambangan. Atas
dasar tersebut maka diprediksi bahwa maka kualitas lingkungan air
sungai dari parameter TSS tetap dalam kategori sangat baik (skala
5). Dengan demikian maka dampak yang terjadi adalah negatif
sangat kecil (0).
Derajat kepentingan dampak atas peningkatan aliran permukaan akibat
kegiatan pada tahap konstruksi dapat diuraikan sebagai berikut:

a) Jumlah manusia terkena dampak

ANDAL Batu Gamping dan Penambangan Mineral Ikutannya oleh PT. Pancar Buana 1
Desa Waekatin Kec. Leksula Kab. Buru Selatan III - 36
PT. PANCAR BUANA 1

Jumlah manusia yang akan terkena dampak akibat meningkatnya


sedimentasi di sungai relatif banyak, mengingat sungai tersebut
menjadi sumber air bagi kegiatan pertanian dan perkebunan di
sekitarnya. Oleh karena itu, kriteria dampak ini dikategorikan
penting (P).

b) Luas wilayah persebaran dampak


Wilayah penyebaran dampak sedimentasi luas dapat mencapai
seluruh daerah alirannya hingga ke hilir, sehingga kriteria
dampaknya dinyatakan penting (P).

c) Intensitas dan lamanya dampak berlangsung


Sedimentasi berlangsung tidak lama yaitu hanya selama kegiatan
pekerjaan struktur bangunan, sehingga dampak dinilai tidak
penting (TP).

d) Banyaknya komponen lingkungan yang terkena dampak


Komponen lain yang terkena dampak yaitu menurunnya kualitas air
hingga gangguan pada biota perairan. Oleh karena itu, kriteria
menjadi penting (P).

e) Sifat kumulatif dampak


Sedimentasi yang terjadi tergantung pada laju aliran permukaan di
sekitar lokasi kegiatan. Apabila hujan terjadi dengan intensitas tinggi
dan waktu yang lama, maka akan terjadi akumulasi laju aliran
permukaan yang tinggi, sehingga terjadi sedimentasi yang tinggi
pula. Dengan demikian kriteria dampak dikategorikan penting (P).

f) Berbalik tidak berbaliknya dampak


Dampak dapat berbalik dengan berakhirnya kegiatan pada tahap
konstruksi. Oleh karena itu kriteria ini tidak penting (TP).

Berdasarkan 6 kriteria penentuan dampak penting di atas, diketahui P


= 4.

3.3.5 Perubahan bentang alam

3.3.5.1. Penambangan biji nikel


Dampak ini terjadi karena kegiatan penambangan biji nikel dimana
material akan digali dan diangkut ke stockpile. Bekas galian tersebut
merupakan perubahan bentang lahan. Kondisi lahan saat ini (rona awal)
terdiri atas tutupan hutan dan lahan terbuka yang merupakan bekas
penambangan sebelumnya. Dengan adanya kegiatan akan terjadi

ANDAL Batu Gamping dan Penambangan Mineral Ikutannya oleh PT. Pancar Buana 1
Desa Waekatin Kec. Leksula Kab. Buru Selatan III - 37
PT. PANCAR BUANA 1

pembukaan lahan yang lebih luas lagi. Dengan demikian maka dampak
ini termasuk dampak Besar yang bersifat Negatif.

Derajat kepentingan dampak perubahan bentang alam akibat kegiatan


penambangan biji nekel pada tahap operasi diuraikan sebagai berikut:

a) Jumlah manusia terkena dampak


Dampak ini tidak berpengaruh secara langsung pada manusia
sekitar sehingga dampak termasuk tidak penting (TP).

b) Luas wilayah persebaran dampak


Wilayah penyebaran dampak yaitu pada seluruh tapak proyek
sehingga kriteria dampaknya dinyatakan penting (P).

c) Intensitas dan lamanya dampak berlangsung


Dampak ini akan berlangsung sejak kegiatan penambangan hingga
pasca operasi dengan lokasi yang luas, sehingga dampak dinilai
penting (P).

d) Banyaknya komponen lingkungan yang terkena dampak


Komponen lain yang terkena dampak yaitu gangguan flora dan
fauna, menurunnya kualitas air hingga gangguan pada biota
perairan. Oleh karena itu, kriteria menjadi penting (P).

e) Sifat kumulatif dampak


Dampak ini termasuk tidak kumulatif penting (TP).

f) Berbalik tidak berbaliknya dampak


Dampak ini termasuk tidak berbalik secara utuh. Oleh karena itu
kriteria ini penting (P).

Berdasarkan 6 kriteria penentuan dampak penting di atas, diketahui P


= 4 sehingga termasuk Penting.

3.3.6 Penurunan Kualitas Air

Untuk kualitas air, dari rona awal terlihat bahwa kualitas air permukaan
diambil dari air Sungai Waekatin yang pada dasarnya sudah berada
dalam kondisi tercemar ringan (skala 4), sedang kualitas air laut di
sekitar lokasi kegiatan masih dalam kategori bersih (skala 5). Penurunan
kualitas air pada tahap operasi diprediksi akan terjadi berupa

ANDAL Batu Gamping dan Penambangan Mineral Ikutannya oleh PT. Pancar Buana 1
Desa Waekatin Kec. Leksula Kab. Buru Selatan III - 38
PT. PANCAR BUANA 1

peningkatan total padatan terlarut (TSS) yang akan menyebabkan


kekeruhan.

3.3.6.1 Kegiatan pengupasan tanah pucuk dan tanah penutup


Sebagaimana diuraikan sebelumnya bahwa kondisi lahan saat ini sudah
dalam keadaan terbuka. Dari hasil analisis sedimentasi di atas, tidak
ada perubahan kualitas air sungai maupun laut karena kegiatan
pengupasan tanah pucuk dan tanah penutup pada dasarnya telah
dilaksanakan pada kegiatan penambangan sebelumnya, sehingga nilai
TSS (22,8 mg/L) tidak mengalami perubahan, sehingga kualitas air
sungai saat tanpa kegiatan ini (Rona Lingkungan Awal, RLA) yang dinilai
sangat baik (skala 5) dengan IP 2,459 akan tetap dalam kondisi sangat
baik (skala 5), sehingga dampak yang terjadi adalah negatif sangat
kecil (0).

3.3.6.2 Kegiatan penambangan batu gamping dan mineral


ikutannya
Diasumsikan bahwa kualitas air sungai sekitar lokasi studi akan
terpengaruh oleh adanya angkutan sedimen dari kegiatan penambangan
batu gamping dan mineral ikutannya. Dari hasil analisis sedimentasi di
atas, perubahan kualitas air sungai akibat perubahan TSS dari 22,8
mg/L menjadi 24 mg/L, maka kualitas lingkungan awal dari aspek
penurunan kualitas air sungai saat tanpa kegiatan ini (Rona Lingkungan
Awal, RLA) yang dinilai sangat baik (skala 5) dengan IP 2,459 akan tetap
dalam kondisi sangat baik (skala 5), sehingga dampak yang terjadi
adalah negatif sangat kecil (0).

3.3.6.3 Kegiatan pengangkutan dan penimbunan


Kegiatan pengangkutan dan penimbunan pada dasarnya tidak
berpengaruh pada perubahan kualitas air. Dari hasil analisis
sedimentasi di atas, tidak ada perubahan kualitas air sungai maupun air
laut, sehingga nilai TSS (22,8 mg/L) tidak mengalami perubahan,
sehingga kualitas air sungai saat tanpa kegiatan ini (Rona Lingkungan
Awal, RLA) yang dinilai sangat baik (skala 5) dengan IP 2,459 akan tetap

ANDAL Batu Gamping dan Penambangan Mineral Ikutannya oleh PT. Pancar Buana 1
Desa Waekatin Kec. Leksula Kab. Buru Selatan III - 39
PT. PANCAR BUANA 1

dalam kondisi sangat baik (skala 5), sehingga dampak yang terjadi
adalah negatif sangat kecil (0).

Derajat kepentingan dampak penurunan kualitas air akibat kegiatan


pada tahap konstruksi diuraikan sebagai berikut:

g) Jumlah manusia terkena dampak


Jumlah manusia yang akan terkena dampak akibat penurunan
kualitas air sungai relatif banyak, mengingat sungai tersebut
menjadi sumber air bagi kegiatan pertanian dan perkebunan di
sekitarnya. Oleh karena itu, kriteria dampak ini dikategorikan
penting (P).

h) Luas wilayah persebaran dampak


Wilayah penyebaran dampak sedimentasi luas dapat mencapai
seluruh daerah alirannya hingga ke hilir, sehingga kriteria
dampaknya dinyatakan penting (P).

i) Intensitas dan lamanya dampak berlangsung


Sedimentasi berlangsung tidak lama yaitu hanya selama kegiatan
pekerjaan struktur bangunan, sehingga dampak dinilai tidak
penting (TP).

j) Banyaknya komponen lingkungan yang terkena dampak


Komponen lain yang terkena dampak yaitu menurunnya kualitas air
hingga gangguan pada biota perairan. Oleh karena itu, kriteria
menjadi penting (P).

k) Sifat kumulatif dampak


Sedimentasi yang terjadi tergantung pada laju aliran permukaan di
sekitar lokasi kegiatan. Apabila hujan terjadi dengan intensitas tinggi
dan waktu yang lama, maka akan terjadi akumulasi laju aliran
permukaan yang tinggi, sehingga terjadi sedimentasi yang tinggi
pula. Dengan demikian kriteria dampak dikategorikan penting (P).

l) Berbalik tidak berbaliknya dampak


Dampak dapat berbalik dengan berakhirnya kegiatan pada tahap
konstruksi. Oleh karena itu kriteria ini tidak penting (TP).

Berdasarkan 6 kriteria penentuan dampak penting di atas, diketahui P


= 4.

ANDAL Batu Gamping dan Penambangan Mineral Ikutannya oleh PT. Pancar Buana 1
Desa Waekatin Kec. Leksula Kab. Buru Selatan III - 40
PT. PANCAR BUANA 1

3.3.7 Peningkatan Kesempatan Berusaha

Kegiatan operasi penambangan akan melibatkan sejumlah besar tenaga


kerja, sebagaimana diuraikan di atas. Aktivitas tenaga kerja dengan
kebutuhan harian akan membuka kesempatan berusaha bagi
masyarakat sekitar lokasi kegiatan. Berdasarkan pantauan di lapangan,
di sekitar lokasi kegiatan telah ada beberapa pedagang/kios sembako,
namun jumlahnya masih terbatas. Demikian pula dengan rumah-rumah
tinggal yang disewakan ataupun penginapan masih sangat terbatas.
Oleh karena itu, kualitas lingkungan awal dari aspek kegiatan usaha
termasuk kategori kurang (skala 2).

3.3.7.1 Kegiatan pengupasan tanah pucuk dan tanah penutup


Dalam kegiatan ini akan dilibatkan sejumlah tenaga kerja yang tentu
masing-masing memerlukan kebutuhan sehari-hari. Pemenuhan
kebutuhan sehari-hari antara lain seperti kebutuhan sembako pada
dasarnya dapat diterjemahkan sebagai peluang usaha bagi masyarakat
sekitar. Oleh karena itu, dengan kegiatan ini, kesempatan berusaha
masyarakat sekitar akan mengalami peningkatan menjadi sedang (skala
3), dampak yang terjadi adalah positif kecil (+1).

3.3.7.2 Kegiatan penambangan nikel


Dalam kegiatan ini akan dilibatkan sejumlah tenaga kerja yang tentu
masing-masing memerlukan kebutuhan sehari-hari. Pemenuhan
kebutuhan sehari-hari antara lain seperti kebutuhan sembako pada
dasarnya dapat diterjemahkan sebagai peluang usaha bagi masyarakat
sekitar. Oleh karena itu, dengan kegiatan ini, kesempatan berusaha
masyarakat sekitar akan mengalami peningkatan menjadi sedang (skala
3), dampak yang terjadi adalah positif kecil (+1).

3.3.7.3 Kegiatan pengangkutan dan penimbunan


Kesempatan berusaha bagi masyarakat yang telah dimulai sejak
pelaksanaan kegiatan tahap konstruksi dapat terus berlanjut hingga
selesai kegiatan konstruksi. Oleh karena itu, dengan kegiatan ini,
kesempatan berusaha masyarakat sekitar akan mengalami peningkatan

ANDAL Batu Gamping dan Penambangan Mineral Ikutannya oleh PT. Pancar Buana 1
Desa Waekatin Kec. Leksula Kab. Buru Selatan III - 41
PT. PANCAR BUANA 1

menjadi sedang (skala 3), dampak yang terjadi adalah positif sedang
(+1).

Derajat kepentingan dampak akibat kegiatan pada tahap konstruksi ini


diuraikan sebagai berikut:

a) Jumlah manusia terkena dampak


Jumlah masyarakat yang terkena dampak relatif sedikit, hanya
untuk masyarakat sekitar lokasi kegiatan. Olehnya itu kriteria
dampaknya dinilai tidak penting (TP).

b) Luas wilayah persebaran dampak


Wilayah sebaran dampak cukup sempit sehingga kriteria dampak
dinilai tidak penting (TP)

c) Intensitas dan lamanya dampak berlangsung


Intensitas dan lamanya dampak akan berlangsung lama, bukan
hanya sampai pada tahap konstruksi, tetapi berlanjut hingga tahap
operasi, sehingga kriteria dampak bersifat penting (P)

d) Banyaknya komponen lingkungan yang terkena dampak


Terbuka kesempatan berusaha akan memberikan peluang
peningkatan pendapatan masyarakat, sehingga kriteria dampaknya
adalah penting (P).

e) Sifat kumulatif dampak


Dampak bersifat kumulatif, sehingga kriteria dampak ini penting
(P).

f) Berbalik tidak berbaliknya dampak


Kegiatan usaha dengan tidak langsung berhenti seiring berakhirnya
tahap konstruksi, tetapi dapat berlanjut hingga tahapan selanjutnya,
sehingga kriteria dampaknya adalah penting (P).

Berdasarkan 6 kriteria penentuan dampak penting di atas, diketahui P


= 4.

3.3.8 Peningkatan Pendapatan Masyarakat

Dampak lanjutan yang dapat timbul dari kesempatan kerja dan


kesempatan berusaha pada rangkaian kegiatan tahap operasi ini adalah
peningkatan pendapatan masyarakat. Hasil konsultasi dengan
masyarakat menunjukan bahwa sebahagian besar masyarakat

ANDAL Batu Gamping dan Penambangan Mineral Ikutannya oleh PT. Pancar Buana 1
Desa Waekatin Kec. Leksula Kab. Buru Selatan III - 42
PT. PANCAR BUANA 1

berprofesi sebagai petani dengan pendapatan rata-rata sebesar Rp.


1.250.000,- perbulan. Berdasarkan kualitas lingkungan awal sebelum
adanya kegiatan menunjukan bahwa pendapatan masyarakat termasuk
dalam kategori kurang (skala2).

3.3.8.1 Pengupasan tanah pucuk dan tanah penutup


Dalam kegiatan ini akan dilibatkan sejumlah tenaga kerja, namun dalam
jumlah yang terbatas. Peluang usaha yang dapat dimanfaatkan oleh
masyarakat juga sangat kurang, sehingga pendapatan yang diperoleh
tidak secara signifikan mempengaruhi pendapatan rata-rata masyarakat.
Dengan demikian, kondisi lingkungan dari parameter pendapatan
masyarakat akan tetap dalam kondisi kurang (skala 2) dan dampak
yang terjadi adalah positif sangat kecil (0).

3.3.8.2 Kegiatan penambangan batu gamping dan mineral


ikutannya
Dalam kegiatan ini akan dilibatkan sekitar 105 tenaga kerja, meskipun
sebahagian besar adalah tenaga kerja yang berasal dari wilayah sekitar
lokasi penambangan. Selain upah tenaga kerja, peluang usaha yang
dapat dimanfaatkan oleh masyarakat juga akan mempengaruhi tingkat
pendapatan masyarakat. Dengan demikian, kondisi lingkungan dari
parameter pendapatan masyarakat diprakirakan akan mengalami
peningkatan dalam kategori sedang (skala 3) dan dampak yang terjadi
adalah positif sangat kecil (0).

3.3.8.3 Kegiatan pengangkutan dan penimbunan


Seperti halnya kegiatan pengupasan tanah pucuk dan tanah penutup,
dalam kegiatan ini juga akan dilibatkan sejumlah tenaga kerja dalam
jumlah yang sangat terbatas. Pendapatan yang diperoleh tidak secara
signifikan mempengaruhi tingkat pendapatan rata-rata masyarakat.
Dengan demikian, kondisi lingkungan dari parameter pendapatan
masyarakat akan tetap dalam kondisi kurang (skala 2) dan dampak
yang terjadi adalah positif sangat kecil (0).

Derajat kepentingan dampak peningkatan pendapatan masyarakat


akibat kegiatan konstruksi dapat diuraikan sebagai berikut:

ANDAL Batu Gamping dan Penambangan Mineral Ikutannya oleh PT. Pancar Buana 1
Desa Waekatin Kec. Leksula Kab. Buru Selatan III - 43
PT. PANCAR BUANA 1

a) Jumlah manusia terkena dampak


Jumlah tenaga kerja yang terserap relatif banyak sehingga jumlah
manusia yang mengalami peningkatan pendapatan juga relatif
banyak. Olehnya itu kriteria dampaknya dinilai penting (P).

b) Luas wilayah persebaran dampak


Tenaga kerja lokal yang terserap dalam kegiatan ini berasal dari
wilayah Kecamatan Leksula, sehingga persebaran dampak
pendapatan masyarakat luas dan kriteria dampak dinilai penting (P)

c) Intensitas dan lamanya dampak berlangsung


Intensitas dampak cukup kecil dan hanya berlangsung dalam waktu
yang relatif singkat, sehingga bersifat tidak penting (TP)

d) Banyaknya komponen lingkungan yang terkena dampak


Peningkatan pendapatan masyarakat akan berdampak pada
komponen lingkungan lain seperti daya beli dan perubahan pola
hidup masyarakat, sehingga kriteria dampaknya adalah penting (P).

e) Sifat kumulatif dampak


Dampak tidak bersifat kumulatif dan akan terus menurun seiring
dengan selesainya kegiatan rekruitmen tenaga kerja konstruksi,
serta pekerjaan struktur bangunan, sehingga kriteria dampak ini
tidak penting (TP).

f) Berbalik tidak berbaliknya dampak


Pendapatan masyarakat yang terjadi dapat kembali semula saat
rangkaian kegiatan berakhir, sehingga dampaknya adalah tidak
penting (TP).

Berdasarkan 6 kriteria penentuan dampak penting di atas, diketahui


P = 3.

3.3.9 Penurunan Kualitas Kesehatan Masyarakat

Penurunan kualitas kesehatan lingkungan diperkirakan dapat terjadi


akibat kegiatan penanganan limbah, terutama limbah domestik dari
basecamp karyawan/tenaga kerja, serta akibat penurunan kualitas
udara. Sebelum kegiatan berlangsung, kualitas kesehatan lingkungan di
sekitar lokasi kegiatan dinilai sedang (skala 3). Pada tahap operasi,
kualitas kesehatan lingkungan dapat terjadi saat pelaksanaan kegiatan
pengupasan tanah pucuk dan tanah penutup, penambangan batu

ANDAL Batu Gamping dan Penambangan Mineral Ikutannya oleh PT. Pancar Buana 1
Desa Waekatin Kec. Leksula Kab. Buru Selatan III - 44
PT. PANCAR BUANA 1

gamping dan mineral ikutannya, serta pengangkutan dan penimbunan.


Dampak negatif yang akan timbul dari kegiatan operasional
pertambangan adalah menurunnya kualitas kesehatan lingkungan.
Sebagaimana diuraikan di atas bahwa kegiatan ini merupakan kegiatan
peningkatan kapasitas produksi dimana kegiatan operasional
penambangan pada dasarnya telah berlangsung sebelumnya.
Pemrakarsa telah memiliki standar khusus pengelolaan dampak
penurunan kualitas kesehatan lingkungan. Meskipun demikian,
penambahan jumlah tenaga kerja ada aktivitas penambangan jika tidak
ditangani dengan baik secara langsung akan menurunkan kualitas
kesehatan lingkungan. Oleh karena itu, kondisi lingkungan dari
parameter kualitas kesehatan lingkungan dapat mengalami penurunan
menjadi kurang baik (skala 2) dan dampak yang terjadi adalah negatif
kecil (-1).

Derajat kepentingan dampak penurunan kualitas kesehatan lingkungan


diuraikan sebagai berikut:

a) Jumlah manusia terkena dampak


Jumlah manusia yang terkena dampak cukup banyak yaitu pekerja
dan masyarakat yang bermukim di sekitar lokasi kegiatan, sehingga
dampak yang terjadi dikategorikan penting (P).

b) Luas wilayah persebaran dampak


Dampak tidak menyebar dalam wilayah yang relatif luas, tetapi
hanya pada wilayah sekitar lokasi kegiatan, sehingga dampak yang
terjadi dikategorikan tidak penting (TP)

c) Intensitas dan lamanya dampak berlangsung


Intensitas dampak cukup tinggi dan dapat terjadi dalam waktu yang
relatif lama, sehingga dampak dikategorikan penting (P)

d) Banyaknya komponen lingkungan yang terkena dampak


Komponen lain yang terkena dampak akibat peningkatan potensi
terjadinya penyakit yaitu peningkatan kebutuhan sarana dan tenaga
kesehatan, maka dampak dianggap penting (P)

e) Sifat kumulatif dampak


Potensi terjadinya penyakit dapat bersifat kumulatif, sehingga
dampak yang terjadi dikategorikan penting (P).

ANDAL Batu Gamping dan Penambangan Mineral Ikutannya oleh PT. Pancar Buana 1
Desa Waekatin Kec. Leksula Kab. Buru Selatan III - 45
PT. PANCAR BUANA 1

f) Berbalik tidak berbaliknya dampak


Dampak potensi terjadinya penyakit dapat berbalik apabila kegiatan
ini dilakukan sesuai prosedur dan standar baku kesehatan. Dengan
demikian kriteria dampak dianggap tidak penting (TP).

Berdasarkan 6 kriteria penentuan dampak penting di atas, diketahui


P = 4.

3.3.10 Potensi Terjadinya Penyakit

Potensi terjadinya penyakit, diperkirakan terjadi akibat kegiatan


pengupasan tanah pucuk dan tanah penutup, penambangan batu
gamping dan mineral ikutannya, serta pengangkutan dan penimbunan.
Gas-gas SO2, NOx, dan CO yang diemisikan dari asap kendaraan
pengangkut dan alat-alat berat diprakirakan akan berpotensi
menimbulkan penyakit seperti iritasi mata dan gangguan Infeksi Saluran
Pernafasan Atas (ISPA). Hasil wawancara dengan masyarakat
menunjukan bahwa jenis penyakit yang lazim diderita oleh masyarakat
seperti demam, influenza, flu, batuk, dan gangguan pernapasan (ISPA).
Oleh karena itu, kategori kualitas lingkungan dari aspek ini dinilai
masih berada dalam kondisi baik (skala 4).

Derajat kepentingan dampak potensi terjadinya penyakit diuraikan


sebagai berikut:

a) Jumlah manusia terkena dampak


Jumlah manusia yang terkena dampak cukup banyak yaitu pekerja
dan masyarakat yang bermukim di sekitar lokasi penambangan,
sehingga dampak yang terjadi dikategorikan penting (P).

b) Luas wilayah persebaran dampak


Dampak tidak menyebar dalam wilayah yang relatif luas, tetapi
hanya pada wilayah sekitar lokasi penambangan, sehingga dampak
yang terjadi dikategorikan tidak penting (TP)

c) Intensitas dan lamanya dampak berlangsung


Intensitas dampak cukup tinggi dan dapat terjadi dalam waktu yang
relatif lama, sehingga dampak dikategorikan penting (P)

d) Banyaknya komponen lingkungan yang terkena dampak

ANDAL Batu Gamping dan Penambangan Mineral Ikutannya oleh PT. Pancar Buana 1
Desa Waekatin Kec. Leksula Kab. Buru Selatan III - 46
PT. PANCAR BUANA 1

Komponen lain yang terkena dampak akibat peningkatan potensi


terjadinya penyakit yaitu peningkatan kebutuhan sarana dan tenaga
kesehatan, maka dampak dianggap penting (P)

e) Sifat kumulatif dampak


Potensi terjadinya penyakit dapat bersifat kumulatif, sehingga
dampak yang terjadi dikategorikan penting (P).

f) Berbalik tidak berbaliknya dampak


Dampak potensi terjadinya penyakit dapat berbalik apabila kegiatan
ini dilakukan sesuai prosedur dan standar baku kesehatan. Dengan
demikian kriteria dampak dianggap tidak penting (TP).

Berdasarkan 6 kriteria penentuan dampak penting di atas, diketahui


P = 4.

3.4 Tahap Pasca Operasi

3.4.1 Penurunan Kesempatan Kerja

Kegiatan pemutusan hubungan kerja akan berdampak pada hilangnya


pekerjaan tenaga kerja lokal. Dengan asumsi bahwa tenaga tidak trampil
adalah tenaga kerja lokal yang diberhentikan, maka akan terjadi
penurunan kesempatan kerja yang sebelumnya berada pada kategori
sangat baik (skala5) akan berubah menjadi baik (skala 4). Dengan
demikian dampak yang terjadi adalah negatif kecil (-1).

Derajat kepentingan dampak peningkatan kesempatan kerja


akibat kegiatan rekruitmen tenaga kerja konstruksi diuraikan sebagai
berikut:
a) Jumlah manusia terkena dampak
Jumlah manusia yang terkena dampak akibat kegiatan pemutusan
hubungan kerja operasi relatif banyak, sehingga kriteria dampaknya
dinilai penting (P).

b) Luas wilayah persebaran dampak


Wilayah sebaran dampak penurunan kesempatan kerja ini dapat
mencapai seluruh wilayah Kec. Leksula, sehingga kriteria dampak
dinilai penting (P)

c) Intensitas dan lamanya dampak berlangsung

ANDAL Batu Gamping dan Penambangan Mineral Ikutannya oleh PT. Pancar Buana 1
Desa Waekatin Kec. Leksula Kab. Buru Selatan III - 47
PT. PANCAR BUANA 1

Dampak penurunan kesempatan kerja hanya berlangsung selama


tahap pascaoperasi, sehingga dampak dengan kriteria ini dinilai
tidak penting (TP)

d) Banyaknya komponen lingkungan yang terkena dampak


Penurunan kesempatan kerja akan berdampak pada komponen
lingkungan lain seperti penurunan pendapatan masyarakat dan
meningkatnya angka pengangguran sehingga kriteria dampaknya
adalah penting (P).

e) Sifat kumulatif dampak


Dampak tidak bersifat kumulatif, sehingga dampak dengan kriteria
ini dinilai tidak penting (TP).

f) Berbalik tidak berbaliknya dampak


Penurunan kesempatan kerja yang terjadi dapat kembali semula
saat kegiatan pascaoperasi berakhir, sehingga dampaknya adalah
tidak penting (TP).

Berdasarkan 6 kriteria penentuan dampak penting di atas, diketahui


P = 3.

3.4.2 Penurunan Pendapatan Masyarakat

Dampak lanjutan yang dapat timbul dari penurunan kesempatan kerja


adalah penurunan kesempatan berusaha pendapatan masyarakat.
Berdasarkan kualitas lingkungan awal sebelum adanya kegiatan
menunjukan bahwa pendapatan masyarakat termasuk dalam kategori
kurang (skala 2) dan kondisi lingkungan dari parameter pendapatan
masyarakat saat kegiatan pemutusan hubungan kerja akan tetap dalam
kondisi kurang (skala 2). Dengan demikian, dampak yang terjadi adalah
negatif sangat kecil (0).

Derajat kepentingan dampak penurunan pendapatan masyarakat akibat


kegiatan konstruksi dapat diuraikan sebagai berikut:

a) Jumlah manusia terkena dampak


Jumlah tenaga kerja yang diberhentikan relatif banyak sehingga
jumlah manusia yang mengalami penurunan pendapatan juga relatif
banyak. Olehnya itu kriteria dampaknya dinilai penting (P).

b) Luas wilayah persebaran dampak

ANDAL Batu Gamping dan Penambangan Mineral Ikutannya oleh PT. Pancar Buana 1
Desa Waekatin Kec. Leksula Kab. Buru Selatan III - 48
PT. PANCAR BUANA 1

Tenaga kerja lokal yang diberhentikan berasal dari wilayah


Kecamatan Leksula, sehingga persebaran dampak pendapatan
masyarakat luas dan kriteria dampak dinilai penting (P)

c) Intensitas dan lamanya dampak berlangsung


Intensitas dampak cukup kecil dan hanya berlangsung dalam waktu
yang relatif singkat, sehingga bersifat tidak penting (TP)

d) Banyaknya komponen lingkungan yang terkena dampak


Penurunan pendapatan masyarakat akan berdampak pada
komponen lingkungan lain seperti penurunan daya beli dan
perubahan pola hidup masyarakat, sehingga kriteria dampaknya
adalah penting (P).

e) Sifat kumulatif dampak


Dampak tidak bersifat kumulatif dan akan terus menurun seiring
dengan selesainya kegiatan pasca operasi dimana tenaga kerja akan
mencari lapangan pekerjaan baru, sehingga kriteria dampak ini
tidak penting (TP).

f) Berbalik tidak berbaliknya dampak


Pendapatan masyarakat yang terjadi dapat kembali semula saat
rangkaian kegiatan berakhir, sehingga dampaknya adalah tidak
penting (TP).

Berdasarkan 6 kriteria penentuan dampak penting di atas, diketahui


P = 3.

3.4.3 Perubahan Sikap dan Persepsi Masyarakat

Perubahan sikap dan persepsi masyarakat diperkirakan sebagai


implikasi atas penanganan dampak-dampak yang selama tahap
pascaoperasi. Berdasarkan kualitas lingkungan awal dari aspek sikap
dan persepsi masyarakat sebelum pelaksanaan kegiatan (Rona
Lingkungan Awal, RLA) yang dikumpulkan saat konsultasi publik,
masyarakat pada dasarnya telah mengetahui kegiatan penambangan
yang dilakukan oleh PT. Pancar Buana 1 dan telah mengetahui implikasi
yang akan dialami saat operasi penambangan selesai. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa kualitas lingkungan saat ini dari aspek sikap
dan persepsi masyarakat dapat dikategorikan dalam kondisi baik (skala

ANDAL Batu Gamping dan Penambangan Mineral Ikutannya oleh PT. Pancar Buana 1
Desa Waekatin Kec. Leksula Kab. Buru Selatan III - 49
PT. PANCAR BUANA 1

4) akan tetap berada dalam kondisi baik (skala 4). Dengan demikian,
dampak yang terjadi adalah negatif sangat kecil (0).

Derajat kepentingan sikap dan persepsi masyarakat atas kegiatan pada


tahap konstruksi ini dapat diuraikan sebagai berikut:

a) Jumlah manusia terkena dampak


Masyarakat sekitar lokasi kegiatan cukup banyak, sehingga banyak
pula yang sikap dan persepsinya mengalami perubahan atas
pelaksanaan kegiatan ini. Dengan demikian dampak kegiatan ini
dikategorikan penting (P).

b) Luas wilayah persebaran dampak


Dampak atas perubahan sikap dan persepsi masyarakat akan
meluas sehingga dampaknya dikategorikan penting (P).

c) Intensitas dan lamanya dampak berlangsung


Intensitas dari dampak perubahan sikap dan persepsi masyarakat
cukup tinggi karena pemicu munculnya dampak ini cukup banyak.
Demikian halnya dengan waktu berlangsungnya dampak akan lebih
lama. Oleh karena itu, dampak ini dikategorikan penting (P).

d) Banyaknya komponen lingkungan yang terkena dampak


Komponen lingkungan lain terkena dampak dari perubahan sikap
dan persepsi masyarakat adalah timbulnya gejolak dalam
masyarakat, sehingga kriteria dampak ini dikategorikan penting (P).

e) Sifat kumulatif dampak


Perubahan sikap dan persepsi masyarakat dapat bersifat kumulatif
apabila faktor pemicu dampak ini juga hasil kumulatif dari dampak
lainnya, sehingga kriteria dampaknya termasuk kategori penting (P).

f) Berbalik tidak berbaliknya dampak


Dampak ini dapat berbalik bila pemrakarsa dengan segera mampu
meredam dan menanggulangi penyebab munculnya dampak ini.
Dengan demikian, kriteria dampaknya dikategorikan tidak penting
(TP).

Berdasarkan 6 kriteria penentuan dampak penting di atas, diketahui


P = 5.

ANDAL Batu Gamping dan Penambangan Mineral Ikutannya oleh PT. Pancar Buana 1
Desa Waekatin Kec. Leksula Kab. Buru Selatan III - 50
PT. PANCAR BUANA 1

3.4.4 Peningkatan Kualiats Kesehatan Lingkungan

Peningkatan kualitas kesehatan diperkirakan dapat terjadi akibat


kegiatan rehabilitasi lahan pasca tambang dan pemutusan hubungan
kerja. Sebelum kegiatan berlangsung, kualitas kesehatan lingkungan di
sekitar lokasi kegiatan dinilai kurang baik (skala 2). Pada tahap
pascaoperasi, kualitas kesehatan lingkungan dapat meningkat. Oleh
karena itu, kondisi lingkungan dari parameter kualitas kesehatan
lingkungan dapat mengalami penurunan menjadi sedang (skala 3) dan
dampak yang terjadi adalah positif kecil (+1).

Derajat kepentingan dampak penurunan kualitas kesehatan lingkungan


diuraikan sebagai berikut:

a) Jumlah manusia terkena dampak


Jumlah manusia yang terkena dampak cukup banyak yaitu pekerja
dan masyarakat yang bermukim di sekitar lokasi kegiatan, sehingga
dampak yang terjadi dikategorikan penting (P).

b) Luas wilayah persebaran dampak


Dampak tidak menyebar dalam wilayah yang relatif luas, tetapi
hanya pada wilayah sekitar lokasi penambangan, sehingga dampak
yang terjadi dikategorikan tidak penting (TP)

c) Intensitas dan lamanya dampak berlangsung


Intensitas dampak cukup tinggi dan dapat terjadi dalam waktu yang
relatif lama, sehingga dampak dikategorikan penting (P)

d) Banyaknya komponen lingkungan yang terkena dampak


Komponen lain yang terkena dampak akibat penurunan potensi
terjadinya penyakit, maka dampak dianggap penting (P)

e) Sifat kumulatif dampak


Peningkatan kualitas kesehatan lingkungan dapat bersifat
kumulatif, sehingga dampak yang terjadi dikategorikan penting (P).

f) Berbalik tidak berbaliknya dampak


Dampak peningkatan kualitas kesehatan lingkungan dapat berbalik
apabila kegiatan ini dilakukan sesuai prosedur dan standar baku.
Dengan demikian kriteria dampak dianggap tidak penting (TP).

ANDAL Batu Gamping dan Penambangan Mineral Ikutannya oleh PT. Pancar Buana 1
Desa Waekatin Kec. Leksula Kab. Buru Selatan III - 51
PT. PANCAR BUANA 1

Berdasarkan 6 kriteria penentuan dampak penting di atas, diketahui


P = 4.

3.4.5 Potensi Terjadinya Penyakit

Potensi terjadinya penyakit akan mengalami penurunan, diperkirakan


terjadi akibat kegiatan rehabilitasi lahan dan pemutusan hubungan
kerja. Gas-gas SO2, NOx, dan CO yang diemisikan dari asap kendaraan
pengangkut dan alat-alat berat diprakirakan akan menurun drastis,
sehingga potensi penyakit juga menurun. Jenis penyakit yang lazim
diderita oleh masyarakat seperti demam, influenza, flu, batuk, dan
gangguan pernapasan (ISPA) akan mengalami penurunan. Oleh karena
itu, kategori kualitas lingkungan dari aspek ini dinilai masih berada
dalam kondisi baik (skala 4).

Derajat kepentingan dampak potensi terjadinya penyakit diuraikan


sebagai berikut:

a) Jumlah manusia terkena dampak


Jumlah manusia yang terkena dampak cukup banyak yaitu pekerja
dan masyarakat yang bermukim di sekitar lokasi penambangan,
sehingga dampak yang terjadi dikategorikan penting (P).

b) Luas wilayah persebaran dampak


Dampak tidak menyebar dalam wilayah yang relatif luas, tetapi
hanya pada wilayah sekitar lokasi penambangan, sehingga dampak
yang terjadi dikategorikan tidak penting (TP)

c) Intensitas dan lamanya dampak berlangsung


Intensitas dampak cukup tinggi dan dapat terjadi dalam waktu yang
relatif lama, sehingga dampak dikategorikan penting (P)

d) Banyaknya komponen lingkungan yang terkena dampak


Komponen lain yang terkena dampak akibat penurunan potensi
terjadinya penyakit yaitu peningkatan kebutuhan sarana dan tenaga
kesehatan, maka dampak dianggap penting (P)

e) Sifat kumulatif dampak


Potensi terjadinya penyakit dapat bersifat kumulatif, sehingga
dampak yang terjadi dikategorikan penting (P).

f) Berbalik tidak berbaliknya dampak

ANDAL Batu Gamping dan Penambangan Mineral Ikutannya oleh PT. Pancar Buana 1
Desa Waekatin Kec. Leksula Kab. Buru Selatan III - 52
PT. PANCAR BUANA 1

Dampak potensi terjadinya penyakit dapat berbalik apabila kegiatan


ini dilakukan tidak sesuai prosedur dan standar baku kesehatan.
Dengan demikian kriteria dampak dianggap tidak penting (TP).

Berdasarkan 6 kriteria penentuan dampak penting di atas, diketahui


P = 4.

ANDAL Batu Gamping dan Penambangan Mineral Ikutannya oleh PT. Pancar Buana 1
Desa Waekatin Kec. Leksula Kab. Buru Selatan III - 53
PT. PANCAR BUANA 1

ANDAL Batu Gamping dan Penambangan Mineral Ikutannya oleh PT. Pancar Buana 1
Desa Waekatin Kec. Leksula Kab. Buru Selatan III - 1

Anda mungkin juga menyukai