DIBUAT OLEH:
KELOMPOK 3
Nurul Maghfira (2020421017)
Sitti Nurul Maulida (2220422008)
Nurfitrahyani (2020421018)
Musdalifah Putri (2020421019)
Nurfitrah Amalia S (2020421023)
M. Alief Harun (2020421021)
M. Fajri Waldana (2020421022)
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lingkungan merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan
manusia dikarenakan dimana seseorang hidup maka akan terciipta suatu lingkungan yang
berbeda dan sebaliknya. Akhir-akhir ini sering kali ditemukannya suatu pengrusakan
lingkungan oleh manusia dengan pemanfaatan untuk menghasilkan materi yang lebih.
Secara tidak langsung tindakan ini akan mengakibatkan terkikisnya lingkungan dan
mengancam pada kelangsungan hidup manusia. Banyak pembangunan disetiap kota yang
dilakukan untuk kepentingan manusia itu sendiri. Pada hakekatnya pembangunan adalah
kegiatan pemanfaatan sumber daya alam mencapai tujuan tertentu. Apabila pemanfaatan
sumber daya alam dilaksanakan secara besar-besaran, maka akan terjadi perubahan
ekosistem yang mendasar. Agar pembangunan tidak menyebabkan menurunnya
kemampuan lingkungan yang disebabkan karena sumber daya yang terkuras habis dan
terjadinya dampak negatif, maka sejak tahun 1982 telah diciptakan suatu perencanaan
dengan pertimbangan lingkungan. Hal ini kemudian digariskan dalam Peraturan
Pemerintah No. 29 tahun 1986 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup
(AMDAL). Peraturan Pemerintah ini kemudian diganti dengan disempurnakan oleh
Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 1993 dan terakhir Peraturan Pemerintah No. 27 tahun
1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL).
AMDAL adalah kajian mengenai dampa besar dan penting suatu usaha dan atau
kegiatan yang direncanakan pada linngkungan hidup yang diperlukan bagi proses
pengambilan putuusan tentang penyelenggaraan usaha dan atau kegiatan (Peraturan
Pemerintah No. 27/1999 Pasal 1). Hasil studi ini terdiri dari dokumen Kerangka Acuan
Analisis Dampak Lingkungan Hidup (KA-ANDAL), Analisis Dampak Lingkungan
Hidup (ANDAL), Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) dan Rencana
Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL). Kajian dokumen tersebut sebagai dasar
pengambilan keputusan kelayakan lingkungan hidup oleh Pemerintah.
RONA LINGKUNGAN
Data kualitas udara ambien dan bising pada beberapa lokasi dalam wilayah studi
pembangunan Apertemen dan Kondotel Puspamaya
Tabel 1.2 ISPU dari parameter kualitas udara ambien di beberapa lokasi dalam wilayah
studi AMDAL pembangunan Apertemen dan Kondotel Puspamaya
ISPU
Lokasi Pengukuran
TSP SO2 CO NO2
Pemukiman masyarakat
23,6 15,2 0,27 -
RT.05/RW.03 (U1)
Depan Tapak Proyek Kel. Sudiang
34 14 0,4 -
(U2)
Di sekitar pemukiman Bandara
28,4 13,2 0,26 -
Estate (U3)
Hasil perhitungan ISPU udara ambien di wilayah studi seperti tercantum dalam
Tabel ...... ISPU keseluruhan parameter yang diamati pada beberapa lokasi dalam wilayah
studi masih dibawah angka 50 atau masih dalam kategori baik (hijau) atau skala 5 sesuai
skala kualitas lingkungan.
b. Kebisingan.
Kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam
tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan
kenyamanan lingkungan. Pada umumnya kebisingan sangat berkaitan dengan
ketergangguan (annoyance). Intensitas bising yang terukur di wilayah studi yaitu berkisar
antara 49,2 hingga 62,4 dBA. Intensitas bising yang terukur di depan tapak proyek
sebesar 62,4 dBA, telah melewati ambang baku mutu yang ditetapkan yaitu 55 dBA
untuk lingkungan perumahan dan pemukiman. Intensitas bising yang telah melewati
ambang baku mutu untuk pemukiman tersebut diduga berasal dari bunyi kendaraan yang
beroperasi di kawasan bandara, termasuk kegiatan operasional penerbangan di Bandar
Udara Sultan Hasanuddin. Paparan bising sesaat di kawasan ini bahkan dapat mencapai
120 – 100 dB diakibatkan oleh aktivitas bandara (Latief & Azmy, 2011). Kebisingan
tersebut besifat semikontinyu sehingga masuk skala 4 sesuai skala kualitas lingkungan.
B. Kualitas Air
Kualitas air pada perairan di sekitar lokasi rencana pembangunan Apertemen dan
Kondotel dapat dilihat dari data hasil pengujian beberapa sampel air pada bulan
September 2015. Sampel air diambil di tiga lokasi yaitu Air Sumur Warga RW.03/RT.05
dan RW 03/ RT 05 Kelurahan Sudiang serta saluran air belakang tapak proyek. Parameter
uji kualitas air meliputi parameter fisik dan kimia. Baku mutu air yang digunakan untuk
air sumur warga adalah air kelas I yaitu air yang peruntukannya dapat digunakan untuk
air baku air minum, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama
dengan kegunaan tersebut. Sementara baku mutu yang digunakan untuk saluran air
belakang lokasi pembangunan yaitu air kelas IV. Penetapan mutu sampel air didasarkan
pada Peraturan Gubernur Sulawesi Selatan Nomor 69 Tahun 2010 tentang Baku Mutu
dan Kriteria Kerusakan Lingkungan. Data hasil pengujian kualitas air terdapat pada tabel
Tabel 1.3 Lokasi pengambilan sampel air dalam wilayah studi AMDAL pembangunan
Apertemen dan Kondotel Puspamaya.
Sampel Lokasi Titik koordinat
Air Sumur Warga RW.03/RT.05, Kelurahan S: 05°04'01,2"
A1
Sudiang (Sebelah Barat Lokasi) E: 119°31’38,2"
S: 05°04'03,48"
A2 Saluran Air Belakang Lokasi
E: 119°31’47,09"
Sumur Warga RW 03/ RT 05, Kelurahan Sudiang S: 05°04'07,63"
A3
(sebelah timur lokasi) E: 119°31’49,39"
Sumber: Hasil survei, September 2015
Hasil uji kualitas air dalam wilayah studi pembangunan Apertemen dan Kondotel Puspamaya
2. Air Permukaan
Air permukaan atau air saluran dekat tapak proyek masih tergolong baik berdasarkan hasil
pengujian parameter fisik, kimia dan mikrobiologi. Penilaian tersebut sesuai baku mutu air kelas IV.
Kualitas air beredasarkan nilai beberapa paramater uji sebagaimana dalam uraian berikut.
Parameter fisik. Suhu air saluran masih normal, yaitu 29,5 °C. Kandungan padatan terlarut
724 mg/L, masih lebih rendah dibandingkan baku mutu yang ditetaokan untuk air kelas IV sebesar
2000 mg/L. TSS di saluran air hanya sebesar 2,4 mg/L, jauh di bawah baku mutu yang ditetapkan
sebesar 400 mg/L.
Parameter kimia. Kualitas air di saluran tersebut masih tergolong baik berdasarkan semua
parameter kimia yang diujikan. Nilai parameter DO, BOD 5 dan COD cukup menggambarkan bahwa
air saluran di wilayah studi belum tercemar oleh limbah organik maupun anorganik. Hal serupa
digambarkan oleh beberapa parameter lainnya, seperti kandungan fosfat total sebesar 0,185 mg/L
sedangkan baku mutu yang ditetapkan untuk air kelas IV adalah 5 mg/L dan kandungan beberapa
logam berat yang sangat rendah atau di bawah batas deteksi alat uji.
Parameter mikrobiologi. Kandungan bakteri coliform dalam sampel air dari saluran air
belakang lokasi pembangunan hotel masih rendah, yaitu hanya 17 MPN. Kandungan coliform
tersebut, masih jauh lebih rendah dibanding baku mutu yang ditetapkan sebesar 10000 MPN/100 mL.
3. Indeks Pencemaran
Indeks Pencemaran (IP) adalah analisis statistik untuk mengetahui kualitas suatu perairan.
Indeks Pencemaran (Pollution Index) digunakan untuk menentukan tingkat pencemaran relatif
terhadap parameter kualitas air yang diizinkan. Metode perhitungan dan penentuan status mutu air
yang digunakan berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003
tentang Pedoman Penentuan Status Mutus Air. Perhitungan indeks pencemaran didasarkan pada titik
pengambilan sampel dan pada parameter uji yang telah ditentukan. Hasil perhitungan indeks
pencemaran pada titik pengambilan sampel tersaji pada tabel berikut ini.
Indeks Pencemaran air tanah dan air permukaan dalam wilayah studi pembangunan Apertemen
dan Kondotel Puspamaya.
Lokasi Indeks Pencemaran Status
A1 0,683 Kondisi baik / Memenuhi baku mutu
A2 0,258 Kondisi baik / Memenuhi baku mutu
A3 0,662 Kondisi baik / Memenuhi baku mutu
Berdasarkan data hasil perhitungan IP pada Tabel ... di atas dan dibandingkan dengan status
mutu air sesuai Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 115 Tahun 2003 tentang Pedoman
Penentuan Status Mutu Air, kualitas pada ketiga badan air tersebut berada pada status kondisi baik
atau memenuhi baku mutu, yaitu berada dalam rentang Nilai IP = 0 – 1,0.