Anda di halaman 1dari 22

BAB III

PRAKIRAAN DAMPAK PENTING

Untuk memprakirakan perubahan kualitas lingkungan, digunakan metoda yang berlaku pada
masing-masing aspek lingkungan yang ditelaah dengan mempertimbangkan kondisi lingkungan
eksisting dan dengan adanya kegiatan Pembangunan Pasar Cicalengka. Metoda prakiraan
besaran dampak dilakukan baik dengan cara informal maupun cara formal. Cara formal
dilakukan dengan menggunakan formula tertentu, sedangkan cara informal dilakukan
berdasarkan analog, penggunaan baku mutu lingkungan, pengalaman, penilaian para pakar dalam
masing-masing bidang kajian (professional judgement), serta kepustakaan.

Metode penentuan sifat penting dampak mengacu pada kriteria dampak penting berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan (Penjelasan pasal 3 Ayat
1), yaitu:

1. besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana Usaha dan/atau Kegiatan;
2. luas wilayah penyebaran dampak;
3. intensitas dan lamanya dampak berlangsung;
4. banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang akan terkena dampak;
5. sifat kumulatif dampak;
6. berbalik atau tidak berbaliknya dampak; dan/atau
7. kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Prakiraan dampak penting dilakukan terhadap komponen lingkungan yang akan terkena dampak
oleh kegiatan pada tahap kontruksi dan operasi.

Besaran dampak ditentukan berdasarkan perubahan masing-masing dampak dari setiap kegiatan
terhadap masing-masing komponen lingkungan. Sedangkan untuk menentukan derajat penting
dampak sebagai dasar pengelolaan dan pemantauan lingkungan dikaitkan dengan Peraturan
Pemerintah No. 27 tahun 2012 penjelasan pasal 3 Ayat 1 mengenai kriteria dampak penting
seperti yang telah diuraikan di atas.
3.1. Tahap Konstruksi

3.1.1. Penurunan Kualitas Udara

1) Prakiraan Besaran Dampak

Kegiatan pematangan/penyiapan lahan, khususnya pekerjaan penggalian untuk basement dengan


melibatkan alat berat akan menimbulkan peningkatan emisi gas buang dan debu lokal pada
lokasi kegiatan seluas 10.160 m2 dan akan menyebar ke lingkungan sekitarnya.

Kegiatan tersebut berpotensi menimbulkan dampak terhadap penurunan kualitas udara lokal
yang diakibatkan dari emisi gas buang kendaraan (CO, NO2 dan SO2) dan sebaran debu lokal.
Besaran masing-masing parameter gas buang berdasarkan sumber emisinya menurut
Environmental Data Book (1992) dan Zears Zemansky (1976) dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.1. Emisi Gas dari Kendaraan dan Alat-alat Berat

Faktor Emisi
No Jenis Alat Berat CO NO2 SO2
Kg/jam μg/m³ Kg/jam μg/m³ Kg/jam μg/m³
1 Tractor 0,976 7,81 0,451 3,61 0,313 2,50
2 Buldozer 0,360 2,88 2,293 18,34 0,174 1,39
3 Scapper 0,663 5,30 2,824 22,59 0,210 1,68
4 Motor Grader 4,184 33,47 0,477 3,82 0,039 0,31
5 Truck 0,608 4,86 3,464 27,71 0,206 1,65
6 Lain-lain 0,188 1,50 1,031 8,25 0,065 0,52
Total Emisi (Kg/jam) 6,979 - 10,54 - 1,008 -
 Konsentrasi Ambien (μg/m³) 55,83 84,31 8,063
12,77- 1,26-
Rona Lingkugan Awal 1) <102
13,11 12,24
Baku mutu 2) 30.000 400 900
Sumber: Environmental Data Book, 1992
Keterangan: 1) = Hasil Analisis LPKL – BINALAB, 2013
2) = Baku Mutu Udara Ambien Nasional berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999

Berdasarkan tabel tersebut, terlihat bahwa besarnya konsentrasi polutan yang dihasilkan dari 1
kendaraan alat berat adalah gas CO sebesar 55,83 μg/m³, SO2 sebesar 8,06 μg/m³ dan NO2
sebesar 84,31 μg/m³. Apabila memperhitungkan data rona lingkungan kualitas udara ambien,
maka besaran dampak kondisi rona akhir adalah cukup kecil pada saat kegiatan berlangsung
karena masih jauh di bawah baku mutu.

Sedangkan parameter debu akan menyebar pada saat kendaraan bergerak dan akan menempel
pada permukaan bangunan di area permukiman terdekat dari lokasi kegiatan serta pada tanaman,
sehingga akan mudah terlihat dan secara estetika lingkungan kurang nyaman. Dampak turunan
lainnya adalah terhadap gangguan kesehatan (ISPA) akibat debu terhirup dan masuk ke dalam
sistem pernafasan, dengan demikian dampak tergolong besar.

Sebaran debu lokal dari lokasi kegiatan dipengaruhi oleh beberapa parameter yaitu temperatur
udara, kecepatan angin, laju/pergerakan kendaraan, jenis kendaraan, jumlah ritasi dan kelayakan
kendaraan.

Data rona lingkungan menunjukkan bahwa temperatur udara di wilayah studi adalah 29,6 – 30,6
C, sedangkan kecepatan angin sesaat adalah 0,4 – 1,7 m/detik serta kadar debu 102,98 – 108,27
o

µg/m3 (BML = 230 µg/m3). Alat berat yang akan digunakan rata-rata memiliki tekanan gandar
seberat 10 - 30 ton.

Untuk memperkirakan berapa jauh jarak sebaran partikel debu tersebut digunakan persamaan
dinamika fluida-partikel dari Hukum Stoke. Kecepatan partikel jatuh ke permukaan tanah
ditentukan dengan persamaan:

V = gρp(dp)2/18μa

dimana: dp = diameter partikel debu rata-rata = 40 μm


g = percepatan gravitasi = 9,8 m/det²
ρp = densitas partikel debu = 144,14 lb/ft³
μa = viskositas udara = 0,0000121 lb/ft-det

Dengan menggunakan persamaan di atas, maka kecepatan partikel jatuh adalah 0,3665 ft/det.

Waktu yang diperlukan untuk partikel jatuh dengan beda ketinggian dengan permukaan tanah
adalah 3 meter (9,84 ft) adalah:

t = (ketinggian partikel jatuh) : (kecepatan partikel jatuh)


= 9,84 ft : 0,3665 ft/det.
= 26,85 det.
= 0,0074 jam
Maka, jarak horizontal partikel jatuh adalah:

S = (lamanya waktu partikel jatuh) x (kecepatan angin)


= 0,0074 jam x 3,80 mil/jam
= 0,028 mil  0,045 km = 45 m

Berdasarkan hasil perhitungan matematika tersebut di atas, maka radius sebaran partikel debu
dari lokasi kegiatan dapat mencapai jarak 45 m.

Untuk memprediksi resuspensi debu yang diakibatkan oleh pergerakan alat berat di areal kerja
pematangan/penyiapan lahan digunakan persamaan:

eu = 5,9 (s/12) ( S/30) (W/7)0,7 (w/4)0,5 (d/365)

Dimana : eu = jumlah debu per panjang area (lb/mile)


s = silt content (%)
S = kecepatan kendaraan (mile/jam)
W = berat kendaraan (ton)
w = jumlah roda kendaraan
d = jumlah hari tidak hujan dalam satu tahun

Bila diketahui silt content 6%, kecepatan alat berat pada saat manuver adalah 10 km/jam, berat
alat berat adalah 30 ton, jumlah roda 4 buah, jumlah hari hujan dalam 1 tahun 207 hari, sehingga
kecepatan sebaran debu yang akan terangkat ke udara akibat pergerakan roda kendaraan ke udara
adalah:

eu = 5,9 (6/12) (6,21/30) (30/7)0,7 (4/4)0,5 (158/365)


= 5,9 (0,5) (0,207) (2,77) (1) (0,43)
= 0,73 lb/mile ≈ 0.46 lb/km

Apabila lebar area kerja alat berat adalah 100 m dan tinggi pengadukan (kepulan debu) 3 m,
maka konsentrasi sebaran debu dari lahan yang dimatangkan adalah:

C = eu /(lebar area kerja x tinggi kepulan debu)


= (0,46 x 0,4536 X 109) / (100 x 3 x 1.000)
= 695,52 µg/m3
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut di atas terlihat bahwa konsentrasi debu di udara ambien
pada saat alat berat bekerja untuk mematangkan lahan mencapai 695,52 µg/m3. Sedangkan
konsentrasi debu di lokasi kegiatan paling tinggi pada saat ini (rona awal) mencapai 108,27
µg/m3, sehingga terjadi peningkatan sekitar 6,4 kali, maka besaran dampaknya tergolong besar.

Tabel 3.2. Konsentrasi Debu (TSS) Sebelum dan Pada Saat Pematangan/Penyiapan Lahan

Konsentrasi Debu (TSS) (µg/m3)

Sebelum Kegiatan (Rona Awal) Pada Saat Kegiatan Dilakukan

102,98 - 108,27 695,52

2) Penentuan Sifat Penting Dampak

Untuk menentukan sifat penting dampak dari penurunan kualitas udara dapat dilihat dari kriteria
dampak sebagai berikut:

a. Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak

Jumlah penduduk yang terkena dampak akibat sebaran partikel debu adalah penduduk yang
berada dalam radius 45 m dari lokasi kegiatan, khususnya penduduk di permukiman Desa
Cicalengka Wetan dan Desa Cicalengka Kulon, sehingga dampaknya bersifat penting.

b. Luas wilayah penyebaran dampak

Luas sebaran dampaknya meliputi radius sekitar 45 m dari lokasi kegiatan


pematangan/penyiapan lahan, khususnya di permukiman Desa Cicalengka Wetan dan Desa
Cicalengka Kulon yang berbatasan langsung dengan lokasi kegiatan, sehingga dampaknya
bersifat penting.

c. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung

Intensitas dampak rendah dan berlangsung hanya pada saat dilakukan kegiatan
pematangan/penyiapan lahan, yaitu sekitar 4 bulan, sehingga dampaknya bersifat tidak
penting.

d. Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang akan terkena dampak


Komponen lingkungan hidup lain yang terkena dampak adalah adalah gangguan kesehatan
(ISPA), khususnya penduduk di Desa Cicalengka Wetan dan Cicalengka Kulon pada radius
45 m dari lokasi kegiatan. Dampak terhadap ISPA diprakirakan tidak permanen karena masa
inkubasi ISPA umumnya sekitar 2 – 4 tahun tergantung kepada kondisi kesehatan reseptor
dan kuantitas debu yang terhisap, adapun lamanya pemaparan selama konstruksi yaitu
sekitar 4 bulan, sehingga dampaknya dianggap bersifat tidak penting.

e. Sifat kumulatif dampak

Perubahan kualitas lingkungan yang terjadi bersifat sementara, tidak akan terakumulasi
karena akan berhenti pada saat kegiatan berhenti. Oleh karena itu dampaknya dianggap
bersifat penting

f. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak

Dampak akan berlanjut ke tahap operasi, karena adanya mobilisasi kendaraan yang masuk
dan keluar area pasar. Oleh karena itu dampaknya dianggap bersifat penting.

g. Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Dampak sebaran partikel debu dapat diminimalkan dengan memasang pagar penghalang,
sehingga dampaknya dianggap bersifat tidak penting.

Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka dampak kegiatan pematangan/penyiapan lahan


terhadap penurunan kualitas udara, khususnya peningkatan debu lokal dikategorikan dampak
penting.

3.1.2. Peningkatan Kebisingan

A. Mobilisasi Alat Berat dan Material

1) Prakiraan Besaran Dampak

Dampak yang diakibatkan oleh kegiatan mobilisasi alat berat dan material konstruksi terhadap
peningkatan kebisingan bersumber dari kendaraan yang digunakan. Sumber kebisingan yang
ditimbulkan oleh kendaraan tersebut termasuk jenis intermittent. Untuk memprediksi pola
sebaran kebisingan dari kendaraan yang melaju di jalur mobilisasi alat berat dan material
terhadap lingkungan sekitarnya dibantu melalui perhitungan matematika berikut ini.
 Sumber bergerak

It = Io + 10 log(Ni /vi . T) + 10 log(15/d)1,5 − 13

 Sumber benda tetap (point source)

It = I0 + 20 log d − 11

dimana: It = Intensitas kebisingan di lokasi penerima (receptor)


Io = Intensitas kebisingan di sumbernya
Ni = Jumlah kendaraan yang lewat secara bersamaan
vi = Kecepatan kendaraan yang lewat
T = Lamanya pemaparan
d = Jarak sumber bising terhadap penerima (receptor).

Angka 15, 1.5, 13 dan 11 adalah faktor koreksi (tetapan)

Pendekatan yang dilakukan adalah suara yang diemisikan kendaraan diambil rata-rata yaitu 90
dBA pada sumbernya, jumlah ritasi pada saat kegiatan mencapai puncaknya adalah 20 rit/hari,
serta kecepatan kendaraan rata-rata adalah 40 km/jam, sedangkan rona lingkungan awal rata-rata
kebisingan sekitar wilayah studi adalah 31,04 - 44,76 dBA, maka prakiraan sebaran kebisingan
pada saat kegiatan mobilisasi alat berat dan material ditampilkan pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3. Hasil Perhitungan Sebaran Kebisingan yang Bersumber dari Kendaraan Mobilisasi
Alat Berat dan Material

Kebisingan
Jarak
Kontribusi Rona Akhir
(m)
Kendaraan (dBA) (dBA)
10 70,61 70,65
25 64,64 64,79
50 60,13 60,53
75 57,48 58,20
100 55,61 56,66
125 54,16 55,57
150 52,97 54,74
175 51,96 54,10
200 51,10 53,59
225 50,33 53,18
Kebisingan
Jarak
Kontribusi Rona Akhir
(m)
Kendaraan (dBA) (dBA)
250 49,64 52,83
500 45,13 51,22
Sumber: Hasil Perhitungan, 2014
Ket.: Baku mutu tingkat kebisingan berdasarkan KEPMENLH No. KEP-48/
MENLH/11/1996, Peruntukan Jalan & Industri 70 dBA, Permukiman 55 dBA & ruang
terbuka hijau 50 dBA.

Hasil perhitungan tersebut dilakukan berdasarkan pendekatan bahwa sebaran kebisingan terjadi
di daerah terbuka tanpa memperhitungkan faktor peredam alami seperti tanaman (pohon) dan
tidak memperhitungkan arah serta kecepatan angin. Apabila sekitar sumber kebisingan terdapat
tanaman yang cukup, maka tingkat kebisingan dapat tereduksi antara 2 - 5 dBA (Raw & Wooten,
1980) tergantung kepada jenis dan kerapatan tanaman.

Berdasarkan Tabel 3.3, terlihat bahwa radius sebaran kebisingan terhadap reseptor, khususnya
penduduk (lingkungan permukiman), akan terjadi dalam radius 125 m (melebihi baku mutu) dari
sumber suara, sedangkan setelah radius 125 m telah memenuhi baku mutu. Kondisi kebisingan
pada saat ini di permukiman penduduk terdekat ke lokasi kegiatan adalah 31,04 - 44,76 dBA,
sehingga besaran dampak sebaran kebisingan terhadap lingkungan permukiman tergolong besar.

2) Penentuan Sifat Penting Dampak

Untuk menentukan sifat penting dampak dari peningkatan kebisingan dapat dilihat dari kriteria
dampak sebagai berikut:

a. Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak

Jumlah penduduk yang terkena dampak akibat sebaran kebisingan adalah penduduk
sepanjang jalan yang berada dalam radius 125 m dari lokasi/jalan yang digunakan untuk
mobilisasi alat berat dan material, khususnya penduduk di Kecamatan Cicalengka, sehingga
dampaknya bersifat penting.

b. Luas wilayah penyebaran dampak

Luas sebaran dampaknya meliputi radius sekitar 125 m dari jalan yang dilalui khususnya di
Kecamatan Cicalengka, sehingga dampaknya bersifat penting.

c. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung


Intensitas dampak cukup tinggi meskipun berlangsung hanya pada saat dilakukan kegiatan
mobilisasi alat berat dan material, yaitu sekitar 8 bulan, sehingga dampaknya bersifat
penting.

d. Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang akan terkena dampak

Komponen lingkungan hidup lain yang terkena dampak adalah adalah timbulnya keresahan
masyarakat akibat kenyamanan penduduk terganggu dalam intensitas yang cukup tinggi
selama 8 bulan, sehingga dampaknya dianggap bersifat penting.

e. Sifat kumulatif dampak

Dampak tidak akan terakumulasi karena kebisingan yang timbul bersifat sementara. Oleh
karena itu dampaknya dianggap bersifat tidak penting.

f. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak

Dampaknya akan berbalik sebab dampak yang ditimbulkan tidak bersifat permanen,
sehingga dampaknya bersifat tidak penting.

g. Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Dampak peningkatan kebisingan dapat diminimalkan dengan memasang silencer pada


knalpot kendaraan pengangkut dan menggunakan kendaraan yang telah lulus uji emisi,
sehingga dampaknya dianggap bersifat tidak penting.

Berdasarkan uraian kriteria dampak penting tersebut, maka dampak kegiatan mobilisasi alat berat
dan material terhadap peningkatan kebisingan dikategorikan dampak penting.
3.1.5. Penurunan Kualitas Air

1) Prakiraan Besaran Dampak

Kegiatan Pematangan Lahan dan Pembangunan Infrastruktur Pasar diprakirakan akan


menimbulkan dampak terhadap penurunan kualitas air permukaan, khususnya akan
meningkatkan padatan tersuspensi dan pelumpuran di badan air penerima.

Pekerjaan galian tanah untuk membuat basement cukup besar, yaitu dalamnya mencapai 4 m
dengan luas 5.132,02 m2, sehingga material hasil galian tersebut apabila tercecer dan terbawa
hanyut (tererosi) ke badan air pada saat hujan turun, akan menyebabkan pelumpuran dan
peningkatan kandungan padatan tersuspensi (TSS) sehingga akan mempengaruhi kualitas air.
Demikian pula pada saat pembangunan infrastruktur pasar, ceceran material seperti pasir dan
semen apabila terbawa air hujan dan masuk ke badan air penerima akan meningkatkan
kandungan padatan tersuspensi (TSS).

Perkiraan besarnya potensi erosi pada saat kegiatan pematangan lahan adalah sebagai berikut:

A=RKLSCP

Dimana :

A = rata-rata potensi erosi tanah tahunan (ton/ha)

R = indeks erosivitas hujan dihitung dengan rumus R = 0,41 x H1,09 dimana H adalah curah
hujan (mm/tahun)

Lo
L = dihitung dengan rumus L  dengan Lo = panjang lereng (m)
22

s 1,4
S = dihitung dengan rumus S  dengan s = kemiringan lereng (%)
9

Berdasarkan data dan pengamatan lapangan, maka:


 R = 0,41 x (2.052,04)1,09 = 1.671,35; curah hujan rata-rata tahunan di wilayah studi
adalah 2.052,04 mm/tahun.
 L =  (25/22) = 1,07 ; rata-rata panjang lereng di wilayah studi adalah 25 m.
 S = (5)1,4/9 = 1,06 ; rata-rata kemiringan di wilayah studi adalah 5%.
 Penggunaan lahan di lokasi rencana kegiatan berupa tanah terbuka (tanpa tanaman akibat
land clearing) , sehingga nilai C = 0,45
 Pengelolaan tanah di lokasi rencana kegiatan tanpa tindakan konservasi, sehingga nilai P
= 0,5
 Jenis tanah di lokasi rencana kegiatan adalah latosol merah-kuning, sehingga nilai K =
0,12

Sehingga besarnya potensi erosi adalah:

A = 1.671,35 x 0,12 x 1,07 x 1,06 x 0,45 x 0,5

= 51,18 ton/ha/tahun

Kelas erosi menurut Departemen Kehutanan RI (1987) adalah :

Kelas 1 : sangat ringan : < 15 ton/ha/tahun

Kelas 2 : ringan : 15 – 60 ton/ha/tahun

Kelas 3 : Sedang : 60 – 180 ton/ha/tahun

Kelas 4 : Berat : 180 – 480 ton/ha/tahun

Potensi tererosinya tanah di lokasi rencana kegiatan pada saat kegiatan pematangan/penyiapan
lahan dan pembangunan infrastruktur pasar adalah 51,18 ton/ha/tahun (tergolong ringan).

Tingginya laju erosi serta meningkatnya jumlah air larian akan menyebabkan penurunan kualitas
air badan air penerima. Penurunan kualitas air tersebut akibat meningkatnya parameter total
padatan tersuspensi (TSS). Besaran TSS yang terkandung dalam air larian adalah:

 Erosi pada pematangan lahan konstruksi : 51,18 Ton/Ha/tahun


 Luas lahan yang dibuka pada saat konstruksi : 1,016 Ha
 Debit air larian pada saat konstruksi : 1,32 m3/jam atau 31,68 m3/hari

Maka:

 Besarnya erosi tahunan = 51,18 Ton/Ha/th x 1,016 Ha


= 52,00 Ton/tahun
= 0,14 Ton/hari
 Besarnya TSS yang terbawa air larian = 0,14 Ton/hari : 31,68 m3/hari
= 4,50 mg/L
 TSS yang masuk ke saluran irigasi = 4,50 mg/L x 20% (asumsi)
= 0,90 mg/L.

Kandungan TSS di saluran irigasi saat ini pada musim hujan (rona) berkisar 56,29 mg/L, pada
saat ini telah melewati baku mutu, sehingga masuknya TSS yang terbawa oleh air larian dari
lokasi pembangunan pasar sebesar 0,90 mg/L akan menambah beban pencemaran terhadap
saluran irigasi tersebut.

2) Penentuan Sifat Penting Dampak

Untuk menentukan sifat penting dampak dari penurunan kualitas air permukaan yang
diakibatkan oleh kegiatan pematangan/penyiapan lahan dan pembangunan infrastruktur pasar
dapat dilihat dari kriteria dampak sebagai berikut:

a. Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak

Jumlah manusia yang terkena dampak cukup banyak, yaitu penduduk di Desa Cicalengka
Wetan dan Cicalengka Kulon, sehingga dampaknya bersifat penting.

b. Luas wilayah penyebaran dampak

Wilayah sebaran dampak cukup luas, yaitu di saluran irigasi sepanjang ± 500 m ke arah hilir
dari lokasi kegiatan, sehingga dampaknya bersifat penting.

c. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung

Dampak berlangsung selama kegiatan pematangan lahan dan pembangunan infrastruktur


pasar dengan intensitas yang cukup tinggi tergantung dari jumlah air larian, sehingga
dampaknya bersifat penting.

d. Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang akan terkena dampak

Komponen lingkungan lain yang terkena dari TSS ini adalah estetika air sungai dan
terganggunya biota air dan timbulnya keresahan masyarakat sebagai dampak turunan. Oleh
karena itu, dampaknya bersifat penting.

e. Sifat kumulatif dampak


Dampak bersifat kumulatif, yang disebabkan TSS terbawa air larian pada saat hujan dan
terkumpul pada badan air penerima. Oleh karena itu, dampaknya bersifat penting.

f. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak

Dampaknya akan berbalik (berhenti) pada saat pematangan lahan dan pembangunan
infrastruktur pasar selesai, sehingga dampaknya bersifat tidak penting.

Berdasarkan pertimbangan tersebut, serta kondisi rona awal kandungan TSS di badan air
penerima telah melebihi baku mutu, maka dampak kegiatan pamatangan lahan dan pembangunan
infrastruktur pasar terhadap peningkatan TSS dianggap penting.

3.1.7. Terganggunya Kelancaran Lalu Lintas

1) Prakiraan Besaran Dampak

Untuk memprakirakan dampak dari kegiatan mobilisasi alat berat dan material terhadap
terganggunya kelancaran lalu lintas digunakan hasil dari Studi Analisis Dampak Lalu Lintas
Pembangunan Pasar Cicalengka (Dinas Perhubungan Kabupaten Bandung, 2013).

Hal yang harus diwaspadai dalam masa konstruksi adalah aktivitas mobil barang pengangkut
material bangunan. Walaupun volumenya tidak terlalu banyak, namun aspek keselamatan dan
keamanan operasionalnya menjadi penting untuk diperhatikan, baik di sepanjang perjalanan
maupun pada saat kendaraan melakukan manuver keluar masuk kawasan pembangunan. Selain
itu, jumlah pegawai yang terlibat dalam kegiatan konstruksi juga pastinya akan menimbulkan
pergerakan perjalanan baru. Tercampurnya arus keluar masuk lokasi pembangunan antara
angkutan barang dengan angkutan orang berpotensi menimbulkan konflik lalu lintas.

Kondisi pada saat ini pada Jalan Raya Cicalengka memiliki kapasitas sebesar 2.229,98 smp/jam
dengan volume tertinggi 1.050,20 smp/jam dan VCR 0,47. Pada saat dilakukan kegiatan
mobilisasi akan terjadi penambahan sekitar 13 smp yang dihasilkan dari 10 truk pengangkut alat
berat dan material dengan ritasi pada saat puncaknya mencapai 20 rit/hari (2 rit/hari/truk), oleh
karena itu dampaknya tergolong kecil.

2) Penentuan Sifat Penting Dampak


Untuk menentukan sifat penting dampak dari terganggunya kelancaran lalu lintas dapat dilihat
dari kriteria dampak sebagai berikut:

a. Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak

Jumlah penduduk yang terkena dampak adalah pengguna Jalan Raya Cicalengka, khususnya
di persimpangan jalan masuk ke lokasi kegiatan, sehingga dampaknya bersifat penting.

b. Luas wilayah penyebaran dampak

Sebaran dampak terganggunya kelancaran lalu lintas meliputi ruas jalan raya Cicalengka
sepanjang ± 500 m, yaitu dari persimpangan sebelum jalan masuk ke lokasi pembangunan
hingga persimpangan setelah jalan masuk ke lokasi pembangunan, sehingga dampaknya
bersifat penting

c. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung

Intensitas tergolong kecil karena jumlah ritasi pada saat puncaknya hanya 20 rit/hari, namun
jangka waktu kegiatan relatif lama, yaitu sekitar 8 bulan, sehingga dampaknya bersifat
penting.

d. Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang akan terkena dampak

Terganggunya kelancaran lalu lintas juga akan menimbulkan dampak terhadap timbulnya
keresahan masyarakat karena kenyamanannya terganggu. Oleh karena itu dampaknya
bersifat penting.

e. Sifat kumulatif dampak

Dampak akan terakumulasi karena belangsung dalam waktu yang cukup lama, yaitu 8 bulan
dan akan berlanjut hingga tahap operasi, sehingga dampaknya bersifat penting.

f. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak

Dampaknya akan berbalik sebab dampak yang ditimbulkan tidak bersifat permanen dan
akan berhenti ketika kegiatan selesai dilakukan, sehingga dampaknya bersifat tidak penting.
Berdasarkan uraian kriteria dampak penting tersebut, maka dampak kegiatan mobilisasi alat berat
dan material terhadap terganggunya kelancaran lalu lintas dikategorikan dampak penting.

3.1.8. Terganggunya Biota Air

1) Prakiraan Besaran Dampak

Kegiatan pematangan/penyiapan lahan berupa pekerjaan galian tanah untuk basement serta
kegiatan pembangunan infrastruktur pasar berpotensi menimbulkan peningkatan TSS di perairan
dan akan menimbulkan dampak lanjutan terganggunya biota air.

Pekerjaan galian tanah dalamnya mencapai 4 m dan seluas ± 5.132,02 m2, sehingga material
hasil galian yang tercecer, apabila terkena air hujan akan masuk ke perairan. Masuknya material
galian ke perairan akan meningkatkan TSS dan dapat mengganggu biota air.

TSS yang masuk ke perairan diperkirakan sebesar 1,047 mg/L, adapun data rona lingkungan
untuk TSS di badan air penerima (saluran irigasi) adalah 56,29 mg/L atau telah melebihi baku
mutu yang dipersyaratkan berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Baku
Mutu Air Kelas II yaitu sebesar 50 mg/L, sehingga dengan masuknya TSS sebesar 1,047 mg/L
dari lokasi kegiatan, akan meningkat dan menambah beban pencemar di badan air penerima
tersebut.

Berdasarkan rona lingkungan, diketahui hasil perhitungan Indeks Diversitas Shannon-Wiener


(H’) untuk fitoplankton di badan air penerima (saluran irigasi) saat ini memiliki nilai 1,338
dengan kelimpahan sebanyak 495 sel/liter dan hasil perhitungan Indeks Dominansi Simpson (D)
untuk fitoplankton memiliki nilai 0,316. Untuk zooplankton, memiliki nilai Indeks Diversitas
Shannon – Wiener (H’) 0,637 dan Indeks Dominansi Simpson (D) 0,556 dengan kelimpahan
sebanyak 99 individu/liter. Adapun untuk benthos, hanya dijumpai satu jenis dengan kelimpahan
75 individu/m2. Berdasarkan kondisi tersebut, maka biota air di badan air penerima kegiatan
(saluran irigasi) berada dalam kondisi sedang hingga tidak stabil, sehingga adanya penambahan
beban pencemar (peningkatan TSS) akan semakin membuat biota air tertekan, maka dampaknya
tergolong besar.

2) Penentuan Sifat Penting Dampak


Untuk menentukan sifat penting dampak dari terganggunya biota air dapat dilihat dari kriteria
dampak sebagai berikut:

a. Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak

Tidak ada penduduk yang terkena dampak karena menurut informasi masyarakat setempat,
tidak ada penduduk yang memanfaatkan aliran air dari saluran tersebut secara langsung
karena kondisi fisik airnya cenderung berwarna hitam, sehingga dampak bersifat tidak
penting.

b. Luas wilayah penyebaran dampak

Luas wilayah yang akan terkena dampak adalah pada saluran irigasi sepanjang ± 500 m ke
arah hilir dari lokasi kegiatan sesuai dengan sebaran TSS di saluran tersebut, sehingga
sifatnya penting.

c. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung

Dampak akan berlangsung sementara, yaitu selama kegiatan pematangan/penyiapan lahan


berlangsung dan pada saat hujan dengan intensitas yang kecil. Oleh karena itu dampak
bersifat tidak penting.

d. Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang akan terkena dampak

Komponen lingkungan lain yang terkena dampak adalah timbulnya keresahan masyarakat
yang memanfaatkan air dari saluran irigasi tersebut, namun tidak ada masyarakat yang
memanfaatkan air saluran tersebut secara langsung, sehingga dampak bersifat tidak penting.

e. Sifat kumulatif dampak

Dampak tidak bersifat kumulatif, sehingga sifatnya tidak penting.

f. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak

Dampak akan berhenti dan dapat berbalik, jika kegiatan pematangan/penyiapan lahan telah
selesai. Oleh karena itu sifatnya tidak penting.
Berdasarkan uraian kriteria dampak penting tersebut, maka dampak kegiatan
pematangan/penyiapan lahan dan pembangunan infrastruktur pasar terhadap terganggunya biota
air dikategorikan dampak penting.

3.1.9. Terbukanya Kesempatan Kerja dan Berusaha

1) Prakiraan Besaran Dampak

Pengadaan tenaga kerja dan aktivitasnya aktivitas untuk kegiatan konstruksi menjadi sumber
mata pencaharian baru bagi masyarakat setempat. Dampak ini adalah dampak langsung (primer).
Tenaga kerja konstruksi yang direncanakan direkrut sekitar 41 orang, dimana sebagian besar
(80% atau ± 33 orang) akan dipenuhi dari tenaga kerja setempat. Jika dibandingkan dengan
jumlah penduduk usia produktif (15 – 64 th) di Kecamatan Cicalengka, yaitu 71.620 jiwa, maka
jumlah tenaga kerja yang direkrut tergolong kecil (0,05%), sehingga dampaknya tergolong kecil.

2) Penentuan Sifat Penting Dampak

Untuk menentukan sifat penting dampak dari terbukanya kesempatan kerja dan berusaha dapat
dilihat dari kriteria dampak sebagai berikut:

a. Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak

Jumlah penduduk yang akan terkena dampak yaitu sebanyak 33 orang yang akan direkrut
sebagai tenaga kerja atau hanya 0,05% dari penduduk usia produktif di Kecamatan
Cicalengka, sehingga dampaknya bersifat tidak penting.

b. Luas wilayah penyebaran dampak

Wilayah sebaran dampak diperkirakan meliputi Desa Cicalengka Wetan dan Cicalengka
Kulon, sehingga dampaknya bersifat tidak penting.

c. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung

Dampak akan berlangsung sementara, yaitu selama konstruksi dilakukan dengan intensitas
yang kecil. Oleh karena itu dampak bersifat tidak penting.

d. Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang akan terkena dampak


Komponen lingkungan lain yang terkena dampak adalah timbulnya keresahan masyarakat
dan terjadinya konflik sosial, namun karena tenaga kerja yang dibutuhkan terbatas, maka
dampaknya bersifat tidak penting.

e. Sifat kumulatif dampak

Dampak tidak bersifat kumulatif, sehingga sifatnya tidak penting.

f. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak

Dampak akan berbalik, jika kegiatan konstruksi telah selesai karena akan dilakukan
pemutusan tenaga kerja. Oleh karena itu sifatnya tidak penting.

Berdasarkan uraian kriteria dampak penting tersebut, maka dampak kegiatan pengadaan tenaga
kerja dan aktivitasnya terhadap terbukanya kesempatan kerja dan berusaha dikategorikan
dampak tidak penting.

3.1.10. Timbulnya Keresahan Masyarakat

1) Prakiraan Besaran Dampak

Sedikitnya tenaga kerja yang direkrut untuk konstruksi, yaitu 33 orang dari 41 tenaga kerja total,
diprakirakan akan mengakibatkan timbulnya keresahan masyarakat.

Keresahan masyarakat juga akan timbul akibat terjadinya peningkatan debu lokal pada kegiatan
pematangan/penyiapan lahan; peningkatan kebisingan pada kegiatan mobiliasi alat berat dan
material, pematangan/penyiapan lahan dan pembangunan infrastruktur pasar; penurunan
kuantitas air tanah dangkal pada kegiatan pematangan/penyiapan lahan; penurunan kualitas air
pada kegiatan pematangan/penyiapan lahan serta pembangunan infrastruktur pasar; serta
terganggunya kelancaran lalu lintas pada kegiatan mobilisasi alat berat dan material. Oleh karena
itu dampaknya tergolong besar.

2) Penentuan Sifat Penting Dampak

Untuk menentukan sifat penting dampak dari timbulnya keresahan masyarakat dapat dilihat dari
kriteria dampak sebagai berikut:
a. Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak

Jumlah penduduk yang akan terkena dampak yaitu penduduk di wilayah Desa Cicalengka
Wetan (13.690 jiwa) dan Cicalengka Kulon (7.269 jiwa) khususnya, dan umumnya di
wilayah Kecamatan Cicalengka, sehingga dampaknya bersifat penting.

b. Luas wilayah penyebaran dampak

Wilayah sebaran dampak diperkirakan meliputi wilayah Kecamatan Cicalengka, sehingga


dampaknya bersifat penting.

c. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung

Dampak akan berlangsung sementara, yaitu selama konstruksi dilakukan namun dengan
intensitas yang tinggi. Oleh karena itu dampak bersifat penting.

d. Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang akan terkena dampak

Komponen lingkungan lain yang terkena dampak adalah terjadinya konflik sosial, maka
dampaknya bersifat penting.

e. Sifat kumulatif dampak

Dampak bersifat kumulatif, sehingga sifatnya penting.

f. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak

Dampak akan berbalik, karena dampak kegiatan konstruksi terhadap keresahanp masyarakat
dapat berbalik jika sosialisasi mengenai kegiatan terus dilakukan dan masyarakat dilibatkan
dalam kegiatan. Oleh karena itu sifatnya tidak penting.

Berdasarkan uraian kriteria dampak penting tersebut, maka dampak seluruh kegiatan pada tahap
konstruksi terhadap timbulnya keresahan masyarakat dikategorikan dampak penting.

3.1.11. Terjadinya Konflik Sosial

1) Prakiraan Besaran Dampak


Sedikitnya tenaga kerja yang direkrut untuk konstruksi, yaitu 33 orang dari 41 tenaga kerja total,
diprakirakan dapat menimbulkan ketidak-puasan masyarakat sehingga dapat menimbulkan
potensi terjadinya konflik sosial.

Tenaga kerja konstruksi yang direncanakan direkrut sekitar 41 orang, dimana sebagian besar
(80% atau ± 33 orang) akan dipenuhi dari tenaga kerja setempat. Jika dibandingkan dengan
jumlah penduduk usia produktif (15 – 64 th) di Kecamatan Cicalengka, yaitu 71.620 jiwa, maka
jumlah tenaga kerja yang direkrut tergolong kecil (0,05%), sehingga dapat menimbulkan
ketidak-puasan sebagian masyarakat yang ingin dilibatkan. Namun pengadaan tenaga kerja tidak
menjadi isu pokok pada saat konsultasi publik, sehingga dampaknya tergolong kecil.

2) Penentuan Sifat Penting Dampak

Untuk menentukan sifat penting dampak dari terjadinya konflik sosial dapat dilihat dari kriteria
dampak sebagai berikut:

a. Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak

Jumlah penduduk yang akan terkena dampak yaitu sebagian masyarakat di wilayah Desa
Cicalengka Kulon dan Cicalengka Wetan, sehingga dampaknya bersifat tidak penting.

b. Luas wilayah penyebaran dampak

Wilayah sebaran diperkirakan hanya meliputi Desa Cicalengka Wetan dan Cicalengka
Kulon, sehingga dampaknya bersifat tidak penting.

c. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung

Dampak akan berlangsung sementara, yaitu selama konstruksi dilakukan dengan intensitas
yang kecil. Oleh karena itu dampak bersifat tidak penting.

d. Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang akan terkena dampak

Tidak ada komponen lingkungan lain yang terkena dampak, maka dampaknya bersifat tidak
penting.

e. Sifat kumulatif dampak

Dampak tidak bersifat kumulatif, sehingga sifatnya tidak penting.


f. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak

Dampak akan berbalik, jika kegiatan konstruksi telah selesai serta sosialisasi mengenai
kegiatan terus dilakukan. Oleh karena itu sifatnya tidak penting.

Berdasarkan uraian kriteria dampak penting tersebut, maka dampak kegiatan pengadaan tenaga
kerja dan aktivitasnya terhadap terjadinya konflik sosial dikategorikan dampak tidak penting.

Tabel 3.4. Hasil Prakiraan Dampak Penting

Konstruksi Operasi
Komponen Kegiatan

Pembangunan Infrastruktur Pasar


Mobilisasi Alat Berat & Material

Pematangan/Penyiapan Lahan

Pengoperasian/Aktivitas Pasar
Pengadaan Tenaga Kerja &

Pemeliharaan Pasar
Aktivitasnya

Komponen Lingkungan
1 2 3 4 5 6
A. Fisik - Kimia
1. Kualitas Udara DP DP
2. Kebisingan DP DP DP DP
3. Hidrologi (Run Off) DTP DTP
4. Kuantitas Air Permukaan
5. Kuantitas Air Tanah Dangkal DP
6. Kualitas Air DP DP DP
7. Getaran DP
8. Lalu Lintas DP DP
B. Biologi
9. Biota Air DP DP DP
C. Sosial, Ekonomi & Budaya
10. Kesempatan Kerja & Berusaha DTP DP
11. Keresahan Masyarakat DP DP DP DP DP DP
12. Konflik Sosial DTP DP
D. Kesehatan Masyarakat
13. Kesehatan Lingkungan DP DP DP
14. Morbiditas DP DP

Keterangan: DP = Dampak Penting; DTP = Dampak Tidak Penting

Anda mungkin juga menyukai