Anda di halaman 1dari 6

Evaluasi Pengendalian Pencemaran Lingkungan

Nama : Ari sofiansyah


NRP : 03211750010010

1. Upaya pengendalian Pencemaran Lingkungan udara dilihat dari aspek teknis, aspek
hukum dan aspek peran serta masyarakat.

a. Aspek Teknis:

 Melakukan pemantauan kualitas udara ambien dengan melakukan sampling


udara secara langsung dan berkala untuk mengontrol kualitas udara suatu
wilayah, terutama kota besar dan wilayah industri
 Memasang alat pengontrol emisi pada stack/cerobong pabrik untuk memantau
kualitas udara
 Mengubah proses produksi pada pabrik dengan menggunakan bahan ramah
lingkungan yang menghasilkan lebih sedikit emisi setelah dilakukan proses
pengolahan seperti pembakaran batu bara (co: penggantian sumber energi
dengan energi geothermal)
 Untuk wilayah industri, menambah jumlah pepohonan atau tanaman besar
sebagai shelterbelt yang berfungsi sebagai reduktor polutan di udara ambien,
sementara untuk perkotaan, luas RTH ada minimal 30% dari luas wilayah kota
 Mengelola limbah atau gas buang seperti fan (alat penghisap), adsorpsi,
penyerapan ion, pembersihan pertikel, dan teknologi lain yang memungkinkan

b. Aspek Hukum:

 Pelaksanaan Peraturan Pemerintah No.41 Tahun 1999 tentang Pengendalian


Pencemaran Udara dan Permen LH No.12 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan
Pengendaian Pencemaran Udara di Daerah
 Kulalitas udara harus dibawah baku mutu udara ambien dan tidak boleh
melebihi, jika suatu industri terbukti menghasilkan emisi melebihi baku mutu
dan berdampak pada pemukiman sekitar, maka harus ada penindakan secara
hukum dan harus dilakukan upaya pemulihan
 Regulasi pembatasan bahan bakar fosil pada industri yang dapat menjadi
pencemar di udara setelah adanya proses produksi
 Sertifikasi dan pemantauan terhadap produk hasil produksi industri
 Peningkatan kualitas proper

c. Aspek Peran serta masyarakat:

 Tidak melakukan pembakaran (sampah, hutan, hasil panen)


 Mengganti alat elektronik seperti AC dan kulkas dengan material yang ramah
lingkungan
 Melakukan penggantian oli kendaraan bermotor secara berkala untuk
mengurangi emisi gas buang yang dihasilkan knalpot
 Uji emisi secara berkala untuk mengetahui hasil buangan kendaraan bermotor
 Ikut melaksanakan penghijauan di lingkungan terdekat
2. Analisis penentuan jumlah stasiun pemantau kualitas udara, rencana pemantauan kualitas
udara dan penentuan indeks status mutu udara sesuai Permen LH No. 12 Tahun 2010
dengan penduduk sebanyak 1 juta jiwa.

2.1 Penentuan jumlah stasiun pemantau:

Dalam penentuan jumlah stasiun pemantauan kualitas udara dapat ditentukan


dengan melihat kurva aproksimal dan dengan jumlah penduduk sebanyak satu juta jiwa
dengan pencemar SOx, CO, O3, dan NOx, dapat dicek pada kurva aproksimal seperti
gambar di bawah ini:

Dari kurva tersebut dapat diketahui bahwa dengan jumlah populasi sebesar satu
juta jiwa didapatkan jumlah stasiun pemantau diperlukan sebanyak 3 buah.

2.2 Pemantauan Kualitas Udara:

Dalam pemantauan kualitas udara disesuaikan dengan Pedoman Teknis


Penentuan Status Mutu Udara Daerah Permen LH No. 12 Tahun 2010 seperti
berikut :

 Target penurunan beban pencemaran untuk tiap jenis pencemar yang melampaui
BMUA daerah ataupun nasional dan dapat ditinjau ulang setiap 5 (lima) tahun.
 Target waktu pemenuhan BMUA selama minimum dan rata-rata setelah minimal 5
tahun dan selanjutnya dilakukan pemantauan secara berkala untuk mengetahui
kesesuaian BMUA.
 Upaya instansi terkait sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing :
a. Instansi lingkungan hidup daerah:
- Mengkoordinir pelaksanaan rencana aksi.
- Melaksanakan evaluasi dan bersama-sama dengan instansi terkait meninjau
kembali upaya pelaksanaan rencana aksi.
- Menyebarluaskan rencana aksi serta hasil evaluasi kepada masyarakat secara
tertulis dan/atau situs resmi pemerintah daerah paling sedikit 1 (satu) tahun
sekali.
- Menyampaikan hasil evaluasi dan laporan pencapaian pemenuhan BMUA
daerah kepada gubernur paling sedikit 1 (satu) tahun sekali.
b. Instansi terkait melaksanakan rencana aksi yang telah ditetapkan :
- Rencana pemantauan kemajuan kegiatan
- Evaluasi pelaksanaan pemantauan setiap bulan
- Merencanakan perbaikan metode dan cara pemantauan untuk periode
selanjutnya
- Memberikan sangsi kepada industri yang lalai dalampencemaran udara

2.3 Penentuan Indeks Status Mutu Udara

Penentuan indeks status mutu udara menggunakan persamaan dan Indeks ini
digunakan untuk menilai status mutu udara suatu kota dengan mengacu pada lima
parameter, yaitu CO, PM10, NO2, SO2 dan O3. Adapun persamaan yang digunakan
adalah
3𝑆𝑐𝑟 𝐶𝑂 + 2𝑆𝑐𝑟 𝑃𝑀10 + 2𝑆𝑐𝑟 𝑁𝑂2 + 2𝑆𝑐𝑟 𝑆𝑂3 + 𝑆𝑐𝑟(𝑂3 )
𝐼𝑆𝑀 =
10
Dari persamaan tersebut dapat diketahui status mutu udara dari suatu kota dimana
dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Jika ISM ≥ 0,1 maka status mutu udara kota tercemar.


b. Jika ISM < 0,1 maka status mutu udara kota dikatakan tidak tercemar
3. Analisis evaluasi ketercukupan RTH pada stasiun pemantau kualitas udara yang mewakili
area dengan ukuran box 500-800 meter dan arah angin 260 o-350o data yang didapatkan
sebagi berikut :
Kecepatan
Arah Kuadran Derajat Radian
Jam (m/det)
Angin
0:30 0.44 292.2 4 22.2 0.39
1:00 0.43 298.35 4 28.35 0.5
1:30 0.58 268.01 3 88.01 1.54
2:00 1.43 269.56 3 89.56 1.57
2:30 0.95 264.61 3 84.61 1.48
3:00 1.19 266.75 3 86.75 1.52
3:30 0.79 262.53 3 82.53 1.44
4:00 0.08 291.34 4 21.34 0.38
4:30 0.54 268.22 3 88.22 1.54
5:00 0.24 272.29 4 2.3 0.05
6:30 0.92 265.29 3 85.29 1.49
7:00 0.41 272.93 4 2.94 0.06
11:30 2.7 309.58 4 39.58 0.7
18:00 0.5 294.13 4 24.13 0.43
18:30 0.92 280.38 4 10.38 0.19
19:00 0.08 291.09 4 21.09 0.37
19:30 0.11 338.36 4 68.36 1.2
20:00 0.04 322.12 4 52.12 0.91
20:30 0 338.36 4 68.36 1.2
21:00 0 300.76 4 30.76 0.54
22:00 0.34 269.82 3 89.82 1.57
22:30 0.35 278.46 4 8.46 0.15
23:00 0.34 347.76 4 77.76 1.36
23:30 0.42 347.14 4 77.14 1.35
0:00 0.44 304.16 4 34.16 0.6

Kecepatan Angin Rata-rata (m/det) 0.57

Arah Angin Rata-rata (◦) 292.57


Unit Analisis
Waktu pengambilan sampel
Tg α 0.5 menit
PM2.5 (∆t)
Kecepatan Angin Rata-rata
c 0.57 m/detik
(m/det)
Panjang sisi box = v * ∆t (m) 18 meter
Arah box 292.57◦
∆𝐶
- Mencari nilai ∆𝐶 dan ∆𝑡 dan menghitung nilai laju perubahan konsentrasi 𝐾𝑃𝑀 = ∆𝑡
- Mencari nilai kumulatif konsentrasi PM10 menggunakan rumus
𝑓 𝑡0 + 𝑓 𝑡1 𝑓 𝑡1 + 𝑓 𝑡2 𝑓 𝑡𝑛 − 1 + 𝑓 𝑛
𝐾𝑃𝑀 = ∆𝑡 + ∆𝑡 + ⋯+
2 2 2
∆𝑡 𝑛−1
𝐾𝑃𝑀 = [𝑓 𝑡0 + 𝑓 𝑛 + 2 𝑓(𝐶𝑖)]
2 𝑖−1

∆C ∆t
JAM Konsentrasi (PM10) ∆C / ∆t
(C1 - C0 ) (t1 - t0 )

0:30 33.53 0 0 0
1:00 34 0.47 30 0.016
1:30 36.83 3.3 60 0.055
2:00 37 3.47 90 0.039
2:30 35.07 1.54 120 0.013
3:00 35 1.47 150 0.01
3:30 35 1.47 180 0.009
4:00 35.08 1.55 210 0.008
4:30 37 3.47 240 0.015
5:00 37.32 3.79 270 0.015
6:30 47 13.47 420 0.033
7:00 48.08 14.55 450 0.033
11:30 65 31.47 720 0.044
18:00 37.51 3.98 1110 0.004
18:30 37 3.47 1140 0.004
19:00 36.47 2.94 1170 0.003
19:30 36 2.47 1200 0.003
20:00 36.55 3.02 1230 0.003
20:30 37 3.47 1260 0.003
21:00 40.52 6.99 1290 0.006
22:00 46.73 13.2 1350 0.01
22:30 49 15.47 1380 0.012
23:00 49.65 16.12 1410 0.012

23:30 50 16.47 1440 0.012

0:00 50.68 17.15 1470 0.012


(PM10) Rata-rata 40.92

∆t 30

f(t0) 0
f (tn) 0.012

𝑛−1
0.374
𝑓(𝐶𝑖)
𝑡=𝑛
∆t/2 15
𝑛−1
2 𝑓(𝐶𝑖) 0.748
𝑖−1
𝑛 −1
𝑓 𝑡0 + 𝑓 𝑛 + 2 𝑓(𝐶𝑖) 0.76
𝑖−1
KPM10 11.4
Didapatkan nilai KPM10 = 11.4

- Data diplotkan ke dalam grafik. Dari kurva tersebut maka dapat diketahui bagaimana
pola reduksi PM10. Jika nilai KPM10 bertanda negatif (-), artinya reduksi PM10 lebih
besar dari emisi PM10. Dan jika nilai KPM10 bertanda (+), artinya reduksi PM10 lebih
kecil dari emisi PM10. Nilai PM10 sama dengan nol (0) artinya proses reduksi maupun
emisi PM10 udara ambien berjalan seimbang.

0.06
laju perubahan kontrasi ∆C / ∆t

0.05
0.04
0.03
0.02
0.01
0
0:30
1:00
1:30
2:00
2:30
3:00
3:30
4:00
4:30
5:00
6:30
7:00

22:00

0:00
11:30
18:00
18:30
19:00
19:30
20:00
20:30
21:00

22:30
23:00
23:30
Jam

Grafik tersebut menunjukkan bahwa yang terjadi pada data dengan arah angin antara
260 o hingga 350o adalah pada waktu dengan emisi PM10 lebih besar dari pada reduksi
PM10. Hal ini ditunjukkan pada grafik yang bernilai positif (+) pada jam dimana arah
angin berasal dari arah angin 260 o-350o atau berasal dari kuadran 3 dan 4. Dengan
diketahui hasil dari perhitungan tersebut, maka dapat dilihat penghasil emisi terbesar
berasal dari arah atau kuadran berapa dan terjadi pada waktu kapan.

Anda mungkin juga menyukai