Anda di halaman 1dari 159

PT.

PERTAMINA EP - PPGM

BabRONA LINGKUNGAN HIDUP


Sesuai dengan hasil telaahan kaitan komponen kegiatan yang berpotensi menimbulkan dampak dan jenis-jenis dampak potensial yang ditimbulkannya, maka berikut ini adalah komponen lingkungan yang relevan untuk ditelaah dalam studi ANDAL. a) Komponen geo-fisik-kimia yang meliputi iklim dan kualitas udara ambien, kebisingan, kebauan dan getaran; fisiografi dan geologi; hidrologi dan kualitas air; hidrooceonografi; ruang, lahan dan tanah serta transportasi. b) Komponen biologi meliputi biota darat dan biota air. c) Komponen sosial meliputi kependudukan, sosial-ekonomi, dan sosial-budaya d) Komponen kesehatan masyarakat meliputi sanitasi lingkungan dan tingkat

kesehatan masyarakat.

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-1

PT. PERTAMINA EP - PPGM

3.1.

GEOFISIK KIMIA

3.1.1. Iklim Menurut klasifikasi ikllim Schmidt dan Ferguson, daerah Banggai bertipe iklim B, dengan nisbah rata-rata jumlah bulan kering dan rata-rata jumlah bulan basah (Q) adalah 5, atau termasuk wilayah cukup basah. Data curah hujan stasiun meterologi bandar Udara Bubung Luwuk menunjukkan bahwa musim hujan berlangsung dari bulan Maret sampai Juli dengan jumlah curah hujan berkisar dari 115 mm pada bulan Mei sampai 169 pada bulan Juli. Musim kemarau berlangsung dari bulan Agustus sampai Februari, dengan curah hujan berkisar dari 41 mm pada bulan Oktober sampai 85 mm pada bulan Desember. Hujan rata tahunan daerah penelitian adalah sebesar 1856,6 mm/tahun, seperti disajikan pada Tabel 3.1. Suhu udara rata-rata bulanan berkisar dari 25,9 C pada bulan Juli sampai 28,3 C pada bulan November. Suhu udara maksimum terendah 28,9 oC pada bulan Juli dan yang tertinggi 30,0 o C pada bulan Maret. Suhu udara berkisar dari 22,9 o C pada bulan Juli sampai 24,5 oC pada bulan Februari.
o o

Wilayah studi merupakan daerah pesisir sehingga kelembaban nisbi udara cenderung tinggi. Kelelbaban udara rata-rata bulanan berkisar dari 73% pada bulan oktober yang bertepatan dengan musim kemarau sampai 81% pada bulan Juni dan Juli yang bertepatan dengan musim hujan.

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-2

PT. PERTAMINA EP - PPGM

Tabel 3.1. Hujan Rata Bulanan dan Tahunan Wilayah Studi


Tahun 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 Jan 42.3 37.5 102.0 0.0 93.6 0.0 26.3 67.6 61.7 18.9 Feb 67.2 58.5 35.4 0.0 36.1 94.3 27.0 40.6 42.0 83.4 Mar 58.9 23.2 50.1 27.3 72.2 56.6 82.0 57.8 0.0 27.5 Apr 145.9 11.9 93.3 69.5 148.5 41.3 87.3 97.6 233.3 81.6 Mei 253.8 303.9 93.0 103.0 233.6 176.4 253.0 199.4 114.7 195.3 Jun 631.1 390.3 265.0 340.2 344.5 555.7 292.9 776.3 269.6 667.5 Jul 746.5 389.0 239.0 173.3 344.0 495.8 622.1 358.1 523.1 638.1 Agt 927.5 443.4 0.0 0.0 212.0 626.0 122.7 109.0 239.0 16.1 Sep 22.1 110.4 0.0 85.6 247.0 277.1 110.7 0.0 56.8 178.3 Okt 36.8 49.4 0.0 33.7 95.0 108.3 32.2 0.0 3.2 0.0 Nov 96.7 65.8 0.0 60.3 75.7 8.0 51.3 7.8 31.5 67.2 Des 105.1 41.3 0.0 26.4 48.4 0.0 120.2 95.1 100.6 33.6 Jumlah 3134.0 1924.7 877.7 919.3 1950.5 2439.6 1827.7 1809.5 1675.6 2007.5 1856.6

Rata-rata tahunan
(Sumber data: St. Meteorologi Bandara Bubung Luwuk)

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-3

PT. PERTAMINA EP - PPGM

3.1.2. Kualitas Udara dan Kebisingan 3.1.2.1. Kualitas udara Untuk dapat mengetahui kualitas udara di wilayah studi diperlukan penelitian tentang kandungan SO2 , CO, NO2 , Oksidan (O3 ), debu TSP, PM10, dan kebisingan di wilayah studi agar dapat diketahui kemungkinan terjadinya dampak terhadap rencana kegiatan tersebut.

Pengukuran lapangan untuk kualitas udara dan kebisingan dilakukan pada 12 lokasi (titik) dan hasilnya disajikan pada berikut.

Tabel 3.2. Lokasi Pengambilan Sampel Udara dan Kebisingan No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. Lokasi Kilang LNG Padang Kilang LNG Uso Sumur Minahaki (MHK-AA) Kode Lokasi A B D E F G H J K L M Koordinat 51M UTM 0459960 9868722 0452733 0424922 0430699 0418158 0441848 0441232 0435108 0423358 0430323 0446188 9860862 9839366 9849204 9829792 9854068 9854564 9846652 9836670 9844042 9856122

Block Station Sukamaju Block Station Donggi


Sumur Maleoraja (MLR-1)

Block Station Matindok


Jalur pipa BS Donggi BS Matindok Jalur pipa di unit XII desa Tirtasari Jalur pipa di unit II desa Arga Kencana Jalur pipa di pesawahan Kintom

Sumber: Data Primer, 2007

Rekapitulasi hasil analisis kualitas udara rona lingkungan awal sekitar lokasi rencana kegiatan, disajikan pada Tabel 3.4 dan Tabel 3.6 . angka di bawah baku mutu lingkungan. Dari tabel-tabel tersebut terlihat bahwa kondisi semua parameter kualitas udara ambien dan kebisingan di sekitar wilayah studi mempunyai

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-4

PT. PERTAMINA EP - PPGM

Parameter yang diteliti, cara pengambilan sampel, dan metode analisis setiap parameter dilakukan sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara dan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 48 Tahun 1996 tentang Baku Mutu Kebisingan. Pengolahan data hasil analisis laboratorium, dilakukan dengan mengacu pada Kep.Ka. BAPEDAL No. Kep-107/KABAPEDAL/11/1997 tentang Pedoman Teknis Perhitungan dan Pelaporan serta ISPU.

Hasil perhitungan ISPU dikonversi menjadi skala kualitas lingkungan yang mencerminkan kondisi rona lingkungan awal. Konversi ISPU menjadi skala kualitas lingkungan disajikan pada Tabel 3.3. Skala Kualitas Lingkungan (SKL) digunakan untuk memprakirakan besarnya dampak rencana kegiatan terhadap lingkungan hidup disekitarnya. Tabel 3.3. Konversi ISPU menjadi Skala Kualitas Lingkungan ISPU 1 50 51 100 101 199 200 299 > 300 Kategori Baik Sedang Tidak sehat Sangat tidak sehat Berbahaya Skala Kualitas Lingkungan 5 4 3 2 1 Kategori Sangat baik Baik Jelek Sangat jelek Sangat jelek sekali

Sementara itu kondisi kualitas udara ambien setiap lokasi pengambilan sampel dengan besaran skala kualitas lingkungan rona awal, disajikan pada Tabel 3.5 .

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-5

PT. PERTAMINA EP - PPGM

Tabel 3.4. Data Kualitas Udara di Sekitar Wilayah Studi


KODE LOKASI Parameter Sulfur Dioksida (SO2 ) Karbon Monoksida (CO) Nitrogen Oksida (NOx) Satuan g/m3 (24 jam) ppm (1 jam) g/m3 (24 jam) g/m3 (24 jam) g/m3

A
ttd 0 2,42

B
ttd 0 1,93

C
ttd 0 0,65

D
ttd 0 0,32

E
ttd 0 2,01

F
0,31 0-1 3,86

G
ttd 0 3,23

H
0,14 0 2,74

J
-

K
-

L
-

M
-

Baku Mutu PP No.41 tahun 1999 365 20 150

PM10

1,32

3,53

1,03

2,03

2,33

4,21

1,42

2,01

3,46

5,73

3,67

3,03

150

TSP (Debu) Keterangan :

38,4

65,92

32,64

32,00

13,08

33,92

20,80

21,76

26,56

70,16

33,28

28,16

230

Sumber: Data Primer, 2007


ttd = tidak terdeteksi

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-6

PT. PERTAMINA EP - PPGM

Tabel 3.5. Rona Lingkungan Awal Kualitas Udara di Sekitar Rencana Kegiatan No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. Kilang LNG Padang Kilang LNG Uso Sumur Minahaki (MHK-AA) Lokasi SKL 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 Tingkat kualitas udara tidak berpengaruh pada kesehatan manusia, hewan dan tumbuhan Keterangan

Block Station Sukamaju Block Station Donggi Sumur Maleoraja (MLR-1) Block Station Matindok Jalur pipa BS Donggi BS Matindok Jalur pipa di unit XII desa Tirtasari Jalur pipa di unit II desa Arga Kencana Jalur pipa di persawahan Kintom

Rekapitulasi hasil analisis kualitas udara yang mencerminkan kondisi rona lingkungan hidup awal di wilayah studi disajikan pada Tabel 3.6 .

Tabel 3.6. Hasil Rekapitulasi Pengolahan Data Kualitas Lingkungan


No Lokasi Parameter Sulfur Dioksida (SO2) Karbon Monoksida (CO) Nitrogen Oksida, NOx TSP (Debu) PM10 Sulfur Dioksida (SO2) Karbon Monoksida (CO) Nitrogen Oksida, NOx TSP (Debu) PM10 Sulfur Dioksida (SO2) Karbon Monoksida (CO) Nitrogen Oksida, NOx TSP (Debu) PM10 Hasil Analisis ttd 0 2,42 38,4 1,32 ttd 0 1,93 65,92 3,53 ttd 0 0,32 32,00 2,03 BML 220 g/m 20 ppm 92,5 g/m3 260 g/m3 150 g/m3 220 g/m3 20 ppm 92,5 g/m3 260 g/m3 150 g/m3 220 g/m3 20 ppm 92,5 g/m3 260 g/m3 150 g/m3
3

SKL 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

1.

Kilang LNG Padang

2.

Kilang LNG Uso

3.

Sumur Minahaki (MHK-AA)

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-7

PT. PERTAMINA EP - PPGM

Tabel 3.6. Lanjutan


No Lokasi Parameter Hasil Analisis ttd 0 2,01 13,08 2,33 0,31 0-1 3,86 33,92 4,21 ttd 0 3,23 20,8 1,42 0,14 0 2,74 21.76 2,01 26,56 3,46 70,16 5,73 33,28 3,67 28,16 3,03 BML 220 g/m3 20 ppm 92,5 g/m3 260 g/m3 150 g/m3 220 g/m3 20 ppm 92,5 g/m3 260 g/m3 150 g/m3 220 g/m3 20 ppm 92,5 g/m3 260 g/m3 150 g/m3 220 g/m3 20 ppm 92,5 g/m3 260 g/m3 150 g/m3 220 g/m3 20 ppm 92,5 g/m3 260 g/m3 150 g/m3 220 g/m3 20 ppm 92,5 g/m3 260 g/m3 150 g/m3 220 g/m3 20 ppm 92,5 g/m3 260 g/m3 150 g/m3 220 g/m3 20 ppm 92,5 g/m3 260 g/m3 150 g/m3 SKL 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5

4.

5.

6.

7.

8.

Sulfur Dioksida (SO2) Karbon Monoksida (CO) BS Sukamaju Nitrogen Oksida, NOx TSP (Debu) PM10 Sulfur Dioksida (SO2) Karbon Monoksida (CO) BS Donggi Nitrogen Oksida, NOx TSP (Debu) PM10 Sulfur Dioksida (SO2) Karbon Monoksida (CO) Sumur Maleoraja Nitrogen Oksida, NOx (MLR-1) TSP (Debu) PM10 Sulfur Dioksida (SO2) Karbon Monoksida (CO) BS Matindok Nitrogen Oksida, NO x TSP (Debu) PM10 Sulfur Dioksida (SO2) Karbon Monoksida (CO) Jalur pipa BS Donggi Nitrogen Oksida, NOx BS Matindok TSP (Debu) PM10

9.

Jalur pipa di unit XII desa Tirtasari

10.

Jalur pipa di unit II desa Arga Kencana

11.

Jalur pipa di persawahan Kintom

Sulfur Dioksida (SO2) Karbon Monoksida (CO) Nitrogen Oksida, NOx TSP (Debu) PM10 Sulfur Dioksida (SO2) Karbon Monoksida (CO) Nitrogen Oksida, NOx TSP (Debu) PM10 Sulfur Dioksida (SO 2) Karbon Monoksida (CO) Nitrogen Oksida, NOx TSP (Debu) PM10

Sumber : Analisis Data Primer, 2007

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-8

PT. PERTAMINA EP - PPGM

3.1.2.2. Kebisingan Kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari suatu kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan pada kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan. Tingkat kebisingan suatu lokasi menunjukkan ukuran energi bunyi yang dinyatakan dalam satuan desibel atau disingkat dengan notasi dB(A). Lokasi pengambilan sampel tingkat kebisingan sama dengan lokasi pengambilan sampel kualitas udara. Cara pengukuran dengan menggunakan alat Sound Level Meter, perhitungan dan evaluasi tingkat kebisingan berpedoman pada Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. Kep-48/MENLH/11/1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan. Hasil pengukuran tingkat kebisingan, disajikan pada Tabel 3.7. Tabel 3.7. Hasil Pengukuran Tingkat Kebisingan No 1. 2. 3. Lokasi Tingkat Kebisingan dB(A) 60,1 64,3 49,6 38,7 50,6 48,3 38,6 51,3 39,1 56,0 40,3 BML 70 70 70 70 70 70 55 55 55 55 55 SKL 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 Keterangan lokasi Pinggir laut Pinggir laut, dekat pemukiman Area ladang Hutan Persawahan Hutan Hutan 200 m dari jalan utama Hutan rakyat Pinggir jalan utama, pemukiman Persawahan

Kilang LNG Padang Kilang LNG Uso Sumur Minahaki (MHK-AA) 4. BS Sukamaju 5. BS Donggi 6. Sumur Maleoraja (MLR-1) 7. BS Matindok 8. Jalur pipa BS Donggi BS Matindok 9. Jalur pipa di Unit XII Desa Tirtasari 10. Jalur pipa di Unit II Desa Arga Kencana 11. Jalur pipa di persawahan Kintom
Sumber: Data Primer, 2007

Lokasi pengukuran kebisingan dilakukan pada jarak 25 meter dari permukiman terdekat. Dari hasil pengukuran yang disajikan pada tabel tersebut di atas terlihat semua lokasi tingkat kebisingan tidak melebihi ambang batas baku tingkat kebisingan dan secara umum kondisinya sangat baik dan baik atau memiliki skala kualitas lingkungan = 5 dan 4 .

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-9

PT. PERTAMINA EP - PPGM

3.1.3. Fisiografi dan Geologi Fisiograi daerah penelitian merupakan daerah dataran pantai yang memanjang dari Batui di barat daya sampai dengan Kanohan di timur laut, dengan lebar dataran pantai antara 100 meter sampai dengan 1000 meter, terutama pada Tanjung Maoloh dan Tanjung Mondono, dan dengan Selat Peleng di timur serta daerah perbukitan yang sejajar dengan garis pantai di barat dengan ketinggian antara 50 450 meter. Kelerengan daerah ini berkisar antara 5o di daerah datar 40o di daerah perbukitan. Sistem aliran sungai di daerah penelitian hampir seluruhnya paralel sub paralel yang bermuara di Selat Peleng dengan aliran sungainya yang bersifat perenial atau airnya mengalir sepanjang tahun, seperti Sungai Batui, Sungai Tangkiang, Kali Kintom, Kali Mondono, dan Kali Nambu, dan ada juga yang intermiten, yaitu kali-kali yang tak bernama dengan panjang kurang dari 3 km. Pelapukan di daerah penelitian cukup intensif, terutama pada Formasi Kintom (Tmpk) dan Formasi Bongka (Tmpb) yang ketebalan soilnya mencapai 3 m. Stratigrafi daerah penelitian, terdiri atas (dari yang berumur tua ke yang berumur muda): Formasi Nambo (Jnm), Formasi Salodik (Tems), Formasi Poh (Tomp), Formasi Bongka (Tmpb), Formasi Kintom (Tmpk), Satuan Terumbu Koral (Ql), dan Satuan Aluvium (Qa). Formasi Nambo (Jnm) tersusun oleh napal pasiran dan napal yang mengandung fosil Belemnit, menandakan umur Jura. Formasi ini tersingkap di daerah timur laut daerah penelitian, di sebelah timur desa Babang, diantara formasi-formasi yang berumur Mio-Pliosen. Formasi Salodik (Tems) tersusun oleh batugamping dengan sisipan napal yang berumur Eosen. Formasi ini tersingkap lebih kurang 15-an km dari garis pantai pada daerah perbukitan dengan ketinggian lebih dari 450 meter di atas permukaan laut. Di dunia perminyakan formasi ini dikatakan sebagai Group Salodik. Formasi Poh (Tomp) terdiri atas napal bersisipan batugamping yang berumur Oligocene dan formasi ini tersingkap di sebelah barat Formasi Salodik dengan batas struktur. Formasi Bongka (Tmpb) tersusun oleh konglomerat, batupasir, batulanau, napal dan batugamping yang berumur Miosen Atas Pliosen. Formasi ini tersingkap di sebelah barat Kintom, Mondono dan Hoombola, pada daerah perbukitan dengan ketinggian 50 meter sampai dengan 500 meter.

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-10

PT. PERTAMINA EP - PPGM

Formasi Kintom (Tmpk) atau sering disebut sebagai Formasi Batui, tersusun oleh batugamping koral dengan sisipan napal dan batupasir yang berdasarkan kehadiran fosil Globigerinoides

extremus maka formasi ini berumur Miosen Atas Pliosen Awal. Formasi Kintom tersingkap di
bagian barat Formasi Bongka, pada elevasi yang relatif lebih tinggi dibanding singkapan Formasi Bongka. Satuan Terumbu Koral (Ql) terdiri atas terumbu koral dengan sisipan napal yang berumur Kuarter. Satuan ini terdapat di sepanjang pantai di sebelah utara Batui, sedangkan di selatan Batui terumbu koral (sekarang) tumbuh di lepas pantai. Satuan Aluvium (Qa) terdiri atas lempung, pasir dan kerakal yang berumur Kuarter. Satuan ini tersingkap terutama di selatan Batui, sedangkan di utara Batui tersingkap setempat-setempat. Di Sungai Batui dijumpai endapan teras yang mencapai ketinggian hingga 30 meter. Hal ini menandakan bahwa di sebelah utara Batui telah terjadi pengangkatan yang lebih intensif di banding di daerah selatan Batui. Mungkin pengangkatan terjadi karena tumbukan antara pulau Sulawesi dengan Pulau Pelang yang merupakan bagian dari kontinen mikro Banggai-Sula.

Struktur geologi daerah penelitian ditandai dengan pengangkatan akibat tumbukan antara Pulau Sulawesi dengan kontinen mikro Banggai-Sula dari sebelah timur. Struktur geologi yang berada di lengan timur Pulau Sulawesi terutama sesar naik, sesar dan perlipatan yang sejajar dengan arah pantai di samping terdapat beberapa sesar geser yang menyilang terhadap garis pantai. Secara garis besar, sesar-sesar ataupun perlipatan tersebut akan tampak jelas pada Formasi Bongka atau formasi-formasi yang lebih tua tetapi tidak begitu tampak pada Satuan Terumbu Koral ataupun Satuan Aluvium yang berumur Kuarter. Sesar-sesar tersebut hanya diduga dari kelurusan-kelurusan yang terdapat pada citra Landsat ataupun dari foto udara. Di lapangan tampak sebagai sesar-sesar minor saja. Karena sesar-sesar tersebut memotong endapan Kuarter, maka diduga bahwa sesar-sesar tersebut masih aktif.

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-11

PT. PERTAMINA EP - PPGM

AMBIL DI FILE GB 3.1.

Gambar 3.1. Peta Geologi Daerah Batui dan sekitarnya (diambil dari Surono dkk., 1993)

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-12

PT. PERTAMINA EP - PPGM

Kegempaan dan Kemungkinan Tsunami Seperti di wilayah Indonesia yang lain dan dari peta kegempaan (seismicity) sejak tahun 1900, wilayah Sulawesi terdapat jalur kegempaan yang cukup padat terutama di sepanjang jalur sesar Palu-Koro, sesar Matano, tetapi boleh dikatakan tidak terdapat pada daerah Batui ke timur laut (lihat Gambar 3.2. Peta Kegempaan untuk magnitudo > 5 skala Richter). Mungkin di daerah tersebut pernah terjadi gempabumi dengan magnitudo < 5 skala Richter mengingat di daerah tersebut dijumpai sesar-sesar minor.

Tsunami bisa terjadi jika terdapat gempabumi dangkal (pada kedalaman antara 0-33 km) di
dasar laut dengan magnitudo > 6,5 skala Richter dan mekanisme fokalnya menunjukkan telah terjadi sesar naik ataupun turun. Jika sudut kemiringan sesar naik ataupun turun kecil, maka kemungkinan tsunami terjadi juga semakin kecil, karena efek perubahan volume air laut juga semakin kecil. Mengingat gempabumi yang terjadi bermagnitudo < 5 skala Richter, maka kemungkinan terjadi tsunami kecil, walaupun daerah tersebut termasuk daerah rawan tsunami (Badan Geologi, 2007).

Untuk kepentingan struktur bangunan di Indonesia telah disusun peta zonasi seismik (gempabumi) (Gambar 3.3) berdasarkan akselerasi gelombang gempanya pada batuan induk (SNI-1726-2002). Zona seismik di Indonesia yang terdiri dari 6 zona, zona 1 yang terrendah dan zona 6 adalah zona yang tertinggi. Daerah lengan timur Sulawesi termasuk di dalam zona 6 dengan nilai akselerasi = 0,30 g. Jika kilang akan dibangun di daerah datar yang terdiri dari Satuan Aluvium yang cukup tebal, maka nilai akselerasi yang aman untuk suatu bangunan adalah = 0,36 ( Peak ground acceleration untuk medium soil). Tetapi menurut peta terbaru yang diterbitkan oleh Badan Geologi pada tahun 2007, daerah Teluk Pelang di antara Batui dan Luwuk termasuk wilayah dengan akselerasi = 0,20 g dan jika terdapat pada Satuan Aluvium yang cukup tebal maka nilai akselerasi yang aman adalah = 0,28 g.

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-13

PT. PERTAMINA EP - PPGM

Ambil File GB 3.2.

Gambar 3.2. Peta Kegempaan Pulau Sulawesi sejak Tahun 1900 (USGS-NIEC, 2003)

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-14

PT. PERTAMINA EP - PPGM

AMBIL FILE GB 3.3. Gambar 3.3. Peta Zonasi Seismik di Indonesia (SNI-1726-2002)

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-15

PT. PERTAMINA EP - PPGM

1. Kondisi Geologi pada Rencana Jalur Pipa Secara umum rencana jalur pipa berada pada morfologi pantai dimana ketinggiannya tidak berbeda jauh dengan ketinggian muka air laut, namun ada beberapa ruas yang lokasinya sangat dekat dengan perbukitan. Satuan batuan di wilayah ini antara lain adalah satuan batupasir, satuan konglomerat, satuan batugamping-konglomerat karbonatan dan endapan pasir lempungan. Sedangkan struktur geologi yang dijumpai pada rencana jalur pipa ini terdiri atas sesar-sesar minor yang secara umum berarah barat laut-tenggara. Di daerah Batui (km 57), rencana jalur pipa akan melewati singkapan dimana pada bagian atas merupakan tanah lapukan setebal 0,5 meter, kemudian pada bagian bawah batugamping konglomeratan dengan tebal 1,5 meter, kemudian batu pasir dengan tebal lebih dari 1,5 meter. Batugamping konglomeratan berwarna putih kecoklatan, ukuran butir kerikil kerakal, tersusun oleh matrik dan fragmen dengan matrik dominan, berukuran butir pasir terdiri dari material karbonat; fragmen berukuran 1 20 cm terdiri dari koral (5 20 cm) dan fragmen batuan beku dan metamorf (2 mm 1 cm). Sedangkan batupasir berwarna putih kecoklatan dan bersifat non karbonatan. Selanjutnya jalur pipa di daerah Kasambang melewati singkapan batugamping

konglomeratan setebal 5,80 meter di km 53 dengan sisipan paleosoil. warna putih kecoklatan, ukuran butir kerikilkerakal, tersusun oleh matrik dan fragmen dengan matrik dominan, berukuran butir pasir terdiri dari material karbonat; fragmen berukuran 1 20 cm terdiri dari koral (5 -20 cm) dan fragmen batuan beku dan metamorf (2 mm 1 cm). Makin ke atas fragmen makin dominan dan berubah menjadi paleosoil. Sementara ke arah utara makin banyak dijumpai fosil jejak. Paleosoil warna coklat kehitaman, ukuran butir lempungpasir, tebal 30 cm. Sedangkan pada km 50 jalur pipa akan melewati singkapan batugamping dengan warna lapuk abu-abu cerah, warna segar putih kecoklatan, ukuran butir pasir, grainsupported, tersemenkan kuat (grainstone), mengalami karstifikasi lanjut dengan tebal singkapan 8m. Pada satu meter bagian atas mengalami pelarutan yang paling tinggi. Pada barat jalan Batui - Kintom, 700 m dari tugu km 42 ke arah Luwuk rencana jalur pipa melewati singkapan batugamping pada tebing setebal 12 -15 m. Pada bagian bawah (3 m) dan atas (9 m), tersusun oleh batugamping warna putih, ukuran butir 2 mm 8 cm, fragmen dominan forambesar, gastropoda , pelecypoda dan pecahan koral (rudstone). Di antaranya tersusun oleh batugamping setebal 3 m, warna putih, ukuran butir 2 mm 20 cm dan tersusun oleh tubuh utuh koral berbentuk bulat (framestone ).

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-16

PT. PERTAMINA EP - PPGM

Kondisi geologi regional daerah Batui dan sekitarnya (Lampiran 5) yang memungkinkan terjadinya gempabumi. Untuk mengurangi kerusakan akibat adanya gempa tersebut, pembangunan jaringan pipa akan dilakukan pada struktur yang lentur sehingga dapat mengakomodasi adanya getaran yang ditimbulkan dari gempa tersebut. Selain itu rencana peletakan pipa juga mempertimbangkan jalur patahan sesar yang ada di wilayah itu (Lampiran 5). 2. Kondisi Geologi pada Rencana Lokasi Kilang a. Rencana Lokasi Kilang di Kawasan Uso Terletak di sebelah barat jalan Batui-Luwuk (0464548; 9874633). Morfologi hampir sama dengan kondisi di Desa Solan yakni berupa dataran aluvial pantai lebar kurang lebih 750 m. Dataran aluvial pantai ini tersusun atas endapan aluvial dan koluvial yang berasal dari daerah perbukitan di sebelah baratnya. Material penyusun bentuklahan ini pada umumnya terdiri dari pasir lempungan dengan warna coklat kehitaman, ukuran butir lempung-pasir, dengan fragmen batuan penyusunnya berasal dari rombakan batuan beku dan metamorf, dan tidak mengandung gamping. Ke arah pantai endapan berubah menjadi kerakal dengan komposisi rombakan batuan andesit, kuarsit, serpentinit dan gabro. Topografi datar, dan dijumpai muka air tanah sangat dangkal yakni sekitar 3,5 m dari permukaan tanah. Berdasarkan pengamatan dari sumur penduduk, pada kedalaman 2,6 m dijumpai lapisan konglomerat, dengan ukuran butir kerikil sampai kerakal. Ketinggian lokasi berkisar 1 15 m dari permukaan laut. Geologi dan litologi yang berupa pasir kerikil agak kompak ini pada umumnya mempunyai nilai daya dukung berkisar antara 200-400 kg/m 2. Daerah ini cukup untuk pendirian lokasi LNG. Dengan kondisi dan data tersebut dapat diperkirakan berapa beban konstruksi yang masih dapat diterima oleh batuan. Perlu dipertimbangkan sistem pembangunan konstruksi pada daerah ini, misal dengan menggunakan pondsi tapak ataupun pondasi rakit. Hal ini untuk mengantisipasi adanya penurunan akibat pemadatan (compaction) dalam jangka panjang yang akan dapat menyebabkan terjadinya kerusakan serius atau mempengaruhi fungsi struktur. Daerah rencana tapak LNG ini termasuk daerah yang rawan bencana tsunami, sehingga perlu diperhatikan tindakan preventif dan antipasinya.

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-17

PT. PERTAMINA EP - PPGM

Mengingat daerah yang datar dan elevasi rendah, penimbunan tanah ( land fill) dapat dilakukan di daerah ini untuk meninggikan elevasi permukaan tanah, sehingga mengurangi resiko terlanda banjir dari sungai maupun dari pasang air dari laut. Bangunan penahan pasang air laut ataupun tsunami perlu dibangun mengingat jarak lokasi ini dari pantai dekat. b. Rencana Lokasi Kilang di Desa Padang Calon lokasi kilang ini di sekitar 200 meter ke arah barat dari tugu km 47 mengikuti aliran sungai (0456009; 9862490) berada pada teras sungai berupa endapan konglomerat batupasir yang belum kompak. Konglomerat berwarna abu-abu putih, struktur gradasi normal, memotong lapisan batupasir-konglomerat di bagian bawahnya, ukuran butir 2 mm 10 cm, rounded, kemas tertutup, tersusun atas kuarsit, batuan beku dan karbonat/batugamping. Batupasir warna coklat, ukuran pasir sedang-kasar,

rounded, non karbonatan. Pada tubuh sungai terdapat endapan berukuran kerakal.
Selain itu pada daerah 400 meter dari tugu km 47 ke arah utara dijumpai kontak morfologi dataran dengan perbukitan (0456369; 9862435). Pada dataran tersusun oleh endapan pasir warna coklat kehitaman berukuran dominan pasir sedang-kasar, tersusun oleh fragmen batuan beku dan metamorf. Pada pantai endapan berubah menjadi endapan kerakal. Lebar dataran 80 meter, makin ke arah selatan lebar dataran < 80 meter. Perbukitan dengan tinggi 5 15 meter dan slope 20 30 tersusun oleh lempung pasiran dengan fragmen batugamping berukuran 2 20 cm. Batugamping berupa packstone, grainstone, dan rudstone atau framestone yang telah mengalami pelarutan intensif. Selain itu dibeberapa tempat dapat teramati batugamping konglomeratan dengan warna coklat muda, struktur gradasi normal walau tidak tegas, ukuran butir matrik pasir dan fragmen 2 cm. Di sekitar tugu perbatasan Kintom-Batui (0458817;9863580) pada tepi barat jalan BatuiLuwuk dijumpai singkapan batugamping warna putih, tersusun oleh massa dasar berukuran pasir dan fragmen > pasir (tersusun oleh koral yang dominan berbentuk nodular). Batugamping sudah mengalami karsifikasi intensif. Strike/dip N 68 E/9 , jumpai pula adanya kekar dengan arah 80 /195 dan 80 /46. Distribusi keruangan formasi geologi daerah penelitian selengkapnya disajikan pada Peta Geologi Lampiran 5 .
o o o o o

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-18

PT. PERTAMINA EP - PPGM

3.1.4. Hidrologi Pada wilayah studi terdapat beberapa sungai besar yang mengalir sepanjang tahun berurutan dari barat daya ke timur laut yaitu S. Toili, S. Sinorang, S. Kayowa/Matindok, S. Bakung, S. Batui, S. Omolu, S. Tangkiang dan S. Kintom. Semua sungai mengalir kea rah barat laut menuju muaranya di tenggara. Selain sungai-sungai tersebut terdapat juga sungai-sungai kecil yang merupakan anak sungai dari sungai besar atau sungai sendiri yang bermuara langsung ke laut seperti S. Bakiriang. Sedikit dijumpai rwa permanen kecuali rawa belakang (back swamp) di Suaka Margasatwa Bakiriang. Sistem drainase dan jaringan irigasi persawahan di Kecamatan batui dan Toili teratur dan tertata dengan baik, bahkan jaringan atau saluran-saluran irigai tersier dibangun sesuai dengan aturan irigasi teknis dan setengah teknis. Pada perbukitan dan pegunungan diantara Kecamatan Batui, Toili dan Toili Barat dapat diperoleh air bawah tanah yang cukup dengan kedalam aquifer diperkirakan tidak terlalu dalam (shallow groundwater). Wujud sumberdaya air tersebut adalah pada atau hamparan lahan sawah yang sangat luas dengan irigasi teknis di dataran dan pelelbaban di ketiga kecamatan tersebut.

3.1.4.1. Kualitas Air Kualitas air yang diamati adalah kualitas air laut, kualitas air sungai dan kualitas airtanah di sekitar wilayah studi. Data kualitas air laut diambil dari 6 titik (lokasi) sampling, kualitas air sungai diambil dari 6 titik (lokasi) sampling dan kualitas airtanah diambil dari 3 titik (lokasi) sampling pada daerah sekitar rencana kegiatan. Parameter yang dianalisis meliputi: Parameter yang langsung diukur di lapangan (in situ measurement), yaitu pH, suhu, DO. Parameter yang diukur di laboratorium seperti COD, BOD, kesadahan, klorida, nitrat, nitrit, sulfida, amoniak, serta logam-logam Berikut ini disajikan hasil analisis kualitas air yang meliputi kualitas air tanah, air laut dan air sungai. A. Kualitas airtanah Untuk mengetahui kualitas airtanah (air sumur) yang dipakai penduduk di sekitar lokasi rencana kegiatan, maka dilakukan pengukuran terhadap kualitas air sumur. Jumlah pengambilan sampel airtanah dilakukan sebanyak 3 titik/lokasi (ASP-1, ASP-2 dan ASP-3). Lokasi pengambilan sampel dan hasil pengukuran disajikan pada Tabel 3.8.

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-19

PT. PERTAMINA EP - PPGM

Cara pengukuran dan perhitungan kualitas airtanah mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416/Men.Kes/Per/IX/1990 tentang Persyaratan Kualitas Air Bersih. Tabel 3.8. Hasil Analisis Laboratorium Kualitas Air Sumur No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Bau Rasa

Parameter

Satuan
-

Baku Mutu
Tak berbau Tak berasa

*)

ASP-1
Tak berbau Tak berasa

Lokasi ASP-2
Tak berbau Tak berasa

ASP-3
Tak berbau Tak berasa

Suhu pH Warna Kekeruhan Besi (Fe) Kesadahan (CaCO3) Flourida (F )


-

C mg/L Skala TCU Skala NTU mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L

Suhu udara 3 oC 6,5-9,0 50 25 1,0 500 1,5 600 0,5 10 1,0 400 10

27,5 8,75 5 0,139 0,009 256,10 0,348 15,74 0,182 0,144 0,007 5,745 4,79

28 8,58 7,5 0,238 0,002 214,73 0,409 23,61 0,001 0,280 0,023 9,38 7,03

27,5 8,56 5,0 0,217 0,002 226,55 0,409 31,48 0,002 0,234 0,006 30,422 6,12

10 Klorida (Cl -) 11 Mangan (Mn) 12 Nitrat/NO3 - (sbg N) 13 Nitrit/NO2 (sbg N) 14 Sulfat 15 Zat Organik (KMnO 4 ) Keterangan: ASP-1 ASP-2 ASP-3 *)
-

Air Sumur P. Sutrisno, Unit II Ds. Arga Kencana (Jalur pipa) Air Sumur P. Rahmat, Uso (LNG) Air Sumur P. Kades, Padang (LNG) Permenkes No. 416/MENKES/PER/IX/1990

Penduduk di beberapa lokasi penelitian menggunakan air sumur sebagai air bersih yang digunakan untuk memasak. Dari hasil analisis pada tabel tersebut di atas dengan mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan No. 416 Tahun 1990 tidak ada parameter yang melebihi ambang batas baku mutu. Hasil analisis kualitas air tanah kemudian dikonversikan ke dalam skala kualitas lingkungan (SKL) yang disajikan pada Tabel 3.9.

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-20

PT. PERTAMINA EP - PPGM

Tabel 3.9. Rekapitulasi Skala Kualitas Lingkungan Airtanah Kode Sampel Lokasi
Bau Rasa

Parameter

Hasil Analisis
Tak berbau Tak berasa

BML
Tak berbau Tak berasa

SKL 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 4 5 5 5 4 5 5 5 5 5

pH ASP-1 Air Sumur P. Sutrisno, Unit II Ds. Arga Kencana (Jalur pipa) Kekeruhan Klorida (Cl ) Nitrat/NO3 (sbg N) Nitrit/NO2 - (sbg N) Sulfat
Bau Rasa
-

8,75 0,139 ppm 15,74 ppm 0,144 ppm 0,007 ppm 5,745 ppm
Tak berbau Tak berasa

6,5-9,0 25 ppm 600 ppm 10 ppm 1,0 ppm 400 ppm


Tak berbau Tak berasa

pH ASP-2 Air Sumur P. Rahmat, Uso (LNG) Kekeruhan Klorida (Cl ) Nitrat/NO3 (sbg N) Nitrit/NO2 (sbg N) Sulfat
Bau Rasa
-

8,58 0,238 ppm 23,61 ppm 0,280 ppm 0,023 ppm 9,38 ppm
Tak berbau Tak berasa

6,5-9,0 25 ppm 600 ppm 10 ppm 1,0 ppm 400 ppm


Tak berbau Tak berasa

pH ASP-3 Air Sumur P. Kades, Padang (LNG) Kekeruhan Klorida (Cl ) Nitrat/NO3 - (sbg N) Nitrit/NO2 (sbg N) Sulfat
Sumber: Hasil Analisis Data Primer, 2007
-

8,56 0,217 ppm 31,48 ppm 0,234 ppm 0,006 ppm 30,422 ppm

6,5-9,0 25 ppm 600 ppm 10 ppm 1,0 ppm 400 ppm

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-21

PT. PERTAMINA EP - PPGM

B. Kualitas air laut Untuk mengetahui kualitas air laut di sekitar lokasi wilayah studi, maka dilakukan pengukuran terhadap kualitas air laut. Cara pengukuran, perhitungan dan evaluasi kualitas air laut berpedoman pada Kep.Men.LH. No. 51 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut untuk Perairan Pelabuhan. Lokasi pengukuran lapangan untuk kualitas air laut yang dilakukan pada 6 lokasi (titik) disajikan pada Tabel 3.10. Hasil analisis kualitas air laut disajikan pada Tabel 3.11 .

Tabel 3.10. Lokasi Pengambilan Sampel Kualitas Air Laut No 1 Lokasi Pelabuhan Khusus Padang1 Pelabuhan Khusus Padang2 Pelabuhan Khusus Padang3 Pelabuhan Khusus Uso1 Pelabuhan Khusus Uso2 Pelabuhan Khusus Uso3 Kode AL-1 Koordinat 51M UTM 0459678 Keterangan

9868600 Sebelah kanan rencana Pelabuhan Khusus Padang 9868722 Rencana Pelabuhan Khusus Padang 9869056 Sebelah kiri rencana Pelabuhan Khusus Padang 9860741 Sebelah kanan rencana Pelabuhan Khusus Uso 9860862 Rencana Pelabuhan Khusus Uso 9861195 Sebelah kiri rencana Pelabuhan Khusus Uso

2 3 4 5

AL-2 AL-3 AL-4 AL-5

0459660 0459640 0452750 0452733

AL-6

0452711

Dari hasil analisis tersebut di atas, terlihat bahwa di semua lokasi pengambilan sampel air laut parameter sulfida, kadmium, tembaga dan timbal melebihi ambang batas baku mutu, kecuali untuk paramater sulfida di lokasi Pelabuhan Khusus Uso-2 dan parameter tembaga di kokasi Pelabuhan Khusus Uso-1. Untuk mendapatkan skala kualitas lingkungan, hasil analisis tersebut kemudian dikonversi terhadap pedoman skala kualitas lingkungan (Canter dan Hill 1979). Kondisi kualitas air laut selengkapnya disajikan pada Tabel 3.12 . seperti yang tertera dalam tabel berikut. Hasil analisis kualitas air laut tersebut kemudian dikonversi kedalam skala kualitas lingkungan

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-22

PT. PERTAMINA EP - PPGM

Tabel 3.11. Hasil Analisis Laboratorium Kualitas Air Laut


No. Parameter FISIKA : 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Padatan Tersuspensi Total Suhu Kebauan Sampah Lapisan Minyak KIMIA pH Salinitas DO NH3 H2 S Deterjen Minyak Lemak LOGAM TERLARUT Cd Cu Pb Zn Hg mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l 0,01 0,05 0,05 0,1 0,003 0,115 0,071 0,424 0,016 ttd 0,119 0,067 0,517 0,036 ttd 0,101 0,075 0,517 0,069 ttd 0,097 0,049 0,363 0,052 ttd 0,103 0,054 0,363 0,031 ttd 0,099 0,062 0,301 0,040 ttd mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l 0,3 0,03 1 5 6,5-8,5 Alami 7,7 34,5 5,4 ttd 0,084 0,98 5,00 7,5 34,2 5,2 ttd 0,328 0,88 4,00 7,6 34,6 5,0 ttd 0,247 0,73 2,40 7,0 30,2 5,1 ttd 0,198 0,78 2,40 7,3 28,9 5,3 ttd 0,019 0,29 2,30 7,4 29,9 5,5 ttd 0,166 0,88 2,60 mg/l
o

Satuan

Baku Mutu

Lokasi AL- 1 12,9 29,5 AL-2 9,7 30,0 AL-3 10,9 29,5 AL-4 7,0 29,5 AL-5 13,5 29,5 AL-6 12,6 29,0

80 Alami

C
-

Tdk Tdk Tdk Tdk Tdk Tdk Tdk berbau berbau berbau berbau berbau berbau berbau Nihil Nihil Nihil Nihil Nihil Nihil Nihil Nihil Nihil Nihil Nihil Nihil Nihil Nihil

Sumber : Data Primer, 2007


BM = Baku Mutu Air Laut (Kep.Men.LH. N0. 51 Tahun 2004 Lampiran III Untuk Biota Laut) Ttd = tidak terdeteksi

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-23

PT. PERTAMINA EP - PPGM

Tabel 3.12. Rekapitulasi Skala Kualitas Lingkungan Air Laut Kode Sampel Lokasi Parameter yang melebihi BML
Kadmium = 0,115 Tembaga = 0,071 Timbal = 0,424 Sulfida = 0,084 Kadmium = 0,119

BML 0,01 ppm 0,05 ppm 0,05 ppm 0,03 ppm 0,01 ppm 0,05 ppm 0,05 ppm 0,03 ppm 0,01 ppm 0,05 ppm 0,05 ppm 0,03 ppm 0,01 ppm 0,05 ppm 0,03 ppm 0,01 ppm 0,05 ppm 0,05 ppm 0,01 ppm 0,05 ppm 0,05 ppm 0,03 ppm

SKL 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

AL-1

Pelabuhan Khusus Padang 1

AL-2

Pelabuhan Khusus Padang 2

Tembaga = 0,067 Timbal = 0,517 Sulfida = 0,328 Kadmium = 0,101

AL-3

Pelabuhan Khusus Padang 3

Tembaga = 0,075 Timbal = 0,517 Sulfida = 0,247 Kadmium = 0,097 Timbal = 0,363 Sulfida = 0,198 Kadmium = 0,103 Tembaga = 0,054 Timbal = 0,363 Kadmium = 0,099

AL-4

Pelabuhan Khusus Uso1 Pelabuhan Khusus Uso2

AL-5

AL-5

Pelabuhan Khusus Uso- Tembaga = 0,062 3


Timbal = 0,301 Sulfida = 0,166

Sumber: Data Primer, 2007

C. Kualitas air sungai Untuk mengetahui kualitas air permukaan (air sungai) pada lokasi penelitian, maka dilakukan pengukuran terhadap kualitas air permukaan. Cara pengukuran, perhitungan dan evaluasi kualitas air sungai berpedoman pada Peraturan Pemerintah RI No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air dan Kep.Men LH No. 37 Tahun 2003 tentang Metode Analisis Kualitas Air Permukaan dan Pengambilan Contoh Air Permukaan.

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-24

PT. PERTAMINA EP - PPGM

Pengambilan sampel air permukaan untuk penelitian ini dilakukan di sungai-sungai terdekat yang mungkin terpengaruh oleh kegiatan di BS, GPF, Kilang LNG, dan jalur pipa. Lokasi sampling air sungai disajikan pada Tabel 3.13.

Tabel 3.13. Lokasi Pengambilan Sampel Air Sungai Koordinat 51M 1 2 3 4 5 6 S. Santoa S. Kayowa S. Singkoyo Anak S. Tumpu Anak. S. Singkoyo atas S. Toili 0429083 9844590 0459028 0446081 0424354 0430819 UTM 9867862 9851570 9039188 9849442 AS-1 AS-2 AS-3 AS-4 AS-5 AS-6 Padang Tangkiang (LNG) Dekat GPF Dekat BS Minahaki Dekat BS Sukamaju Dekat BS Maleoraja Jalur pipa

No

Lokasi

Kode

Keterangan

Hasil penelitian dibandingkan terhadap Kriteria Kualitas Air Kelas II, PP No. 82 Tahun 2001, disajikan dalam Tabel 3.14 . Dari tabel tersebut kemudian untuk mendapatkan Skala Kualitas Lingkungan, dikonversi terhadap pedoman Skala Kualitas Lingkungan menurut Canter dan Hill (1979). Analog dengan perhitungan kualitas udara, hanya dihitung skala kualitas lingkungan berdasar parameter yang tidak memenuhi baku mutu lingkungannya yang sesuai.

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-25

PT. PERTAMINA EP - PPGM

Tabel 3.14. Hasil Analisis Kualitas Air Permukaan/Air Sungai (sesuai PP No. 82 Tahun 2001 Kelas II) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 pH Suhu DO BOD COD Total fosfat NO 3 Nitrit (NO 2) NH 3 Kobalt (Co) Barium (Ba) Boron (Bo) Kadmium (Cd) Khrom (VI) Tembaga (Cu) Besi (Fe) Timbal (Pb) Mangan (Mn) Seng (Zn) Khlorida (Cl) Fluorida (F) Sulfat (SO 4 ) Minyak dan Lemak Parameter Baku Mutu 6-9 Deviasi 3 4 mg/L 3 mg/L 25 mg/L 0,2 mg/L 10 mg/L 0,06 mg/L 0,2 mg/L 1 mg/L 0,01 mg/L 0,05 mg/L 0,02 mg/L 0,03 mg/L 0,05 mg/L 600 mg/L 1,5 mg/L ppm Lokasi AS-1 7 27,5 6,1 0,2 1,1 ttd 1,64 ttd ttd 0,01 ttd <1 Ttd ttd 0,006 0,01 ttd 0,027 0,04 21 0,09 11 2,60 AS-2 6,5 28,5 6,9 0,4 2,5 ttd 2,12 ttd ttd 0,05 1,60 <1 0,011 ttd 0,011 Ttd ttd 0,031 0,02 81 0,11 41 1,70 AS-3 6,5 28,0 6,1 0,1 0,5 ttd 1,30 ttd ttd 0,01 ttd <1 0,008 ttd 0,008 0,42 ttd 0,047 0,02 26 0,10 Ttd 2,60 AS-4 6,5 27,5 6,4 1,3 8,1 ttd 1,01 ttd ttd 0,02 ttd <1 0,003 ttd 0,003 0,37 ttd 0,127 0,02 41 0,17 18,4 2,20 AS-5 6,7 27,5 6,0 1,1 5,0 ttd 4,61 ttd ttd 0,01 1,20 <1 0,010 ttd 0,010 0,06 0,024 0,039 0,03 25 0,08 Ttd 2,50 AS-6 7,0 28,0 6,6 0,6 2,2 ttd 1,84 ttd ttd 0,05 ttd <1 0,001 ttd 0,001 0,25 ttd 0,015 0,02 23 0,05 ttd 2,40

Sumber : Data primer, 2007

Dari tabel di atas terlihat bahwa kondisi semua sungai masih dibawah baku mutu, hanya parameter minyakk dan lemak di semua sungai melebihi baku mutu lingkungan kualitas air permukaan kelas II sesuai dengan PP No.82 tahun 2001. Dengan demikian, keenam sungai yang diteliti mempunyai Skala Kualitas Lingkungan (SKL) = 4 .

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-26

PT. PERTAMINA EP - PPGM

3.1.4.2. Kuantitas Air A. Kuantitas/debit air sungai Terkait dengan kebutuhan akan air bersih untuk keperluan proyek pengembangan gas matindok yang cukup besar, perlu kiranya dikaji mengenai ketersediaan air permukaan, dalam hal ini debit air sungai yang ada di daerah penelitian. Dari data sekunder yang ada (BAPPEDA Kabupaten Banggai, 2006), beberapa sungai besar dengan data debit sesaat yang berada di wilayah penelitian, adalah: Sungai Singkoyo (64 m 3/dtk), Sungai Mansahang (41 m /dtk), Sungai Toili (40 m /dtk), Sungai Batui (85,2 m /dtk), Sungai Sinorang (24 m /dtk), Sungai Mendono (60 m /dtk), Sungai Tangkiang (60 m /dtk). Debit keseluruhan sungai-sungai tersebut diperkirakan sekitar 1.895,78 x 10 6m3 /tahun. Sungaisungai tersebut nantinya akan terpotong oleh rencana kegiatan pemasangan jalur pipa maupun rencana pembangunan kilang LNG. Pada saat penelitian dilakukan dengan kondisi land cover di upper cathment area sebagai kawasan hutan, sifat semua aliran sungai tersebut adalah permanen dengan debit harian yang tinggi. Dari sekian banyak sungai di daerah penelitian, data debit yang dipantau secara periodik adalah Sungai Batui. Data yang digunakan berupa data hasil pengukuran dan pencatatan tinggi muka air sungai serta perhitungan yang dilakukan oleh Departemen Pekerjaaan Umum, Direktorat Jendral Sumber Daya Air, Kabupaten Palu tahun 1995-2004. Luas daerah aliran sungai Batui sekitar 240 km 2. Penentuan besarnya debit aliran sungai didasarkan pada hasil perhitungan persamaan garis lengkung (rating curve) Q = 50,978(H-0.010)2,750 yang diperoleh dari perhitungan lengkung aliran (rating curve) mulai dari hasil pencatatan debit 1990 sampai dengan 2004. Tabel 3.15 menyajikan hasil perhitungan debit aliran Sungai Batui yang diukur dikampung Sambang 57 km dari kota Luwuk kejurusan Toili. Lokasi stasiun
0 3 3 3 3 3 3

pencatat tinggi muka air otomatis (AWLR) tersebut terletak pada koordinat 01 1429S, 122 3100BT.
o

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-27

PT. PERTAMINA EP - PPGM

Tabel 3.15. Debit Harian Rata-rata Sungai Batui, Kabupaten Banggai


Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember Jumlah Rt Hrn Debit aliran (m3/detik) 1995 25.30 31.40 29.84 40.57 51.30 47.55 50.23 30.33 25.99 20.50 48.30 30.27 431.58 35.97 1996 36.60 33.30 25.20 36.40 54.60 86.70 64.70 87.20 30.60 36.30 22.80 17.70 532.1 44.34 1997 10.00 11.10 18.00 24.70 15.10 28.80 78.80 7.72 3.76 2.62 2.38 12.50 17.96 1998 5.17 2.32 3.72 11.30 25.60 33.50 26.70 61.20 15.40 9.77 6.40 6.64 17.31 1999 5.23 6.20 10.45 14.70 30.30 42.80 10.90 17.60 7.32 10.50 15.98 19.30 15.94 2000 5.05 7.75 9.16 15.40 16.60 69.50 59.50 17.40 7.57 9.78 13.10 15.76 20.55 2001 14.80 6.27 9.15 14.70 15.50 14.20 11.09 10.56 7.54 5.12 8.77 5.13 10.24 2002 7.46 5.33 18.24 13.64 24.64 44.67 19.34 3.35 1.56 0.15 1.38 2.33 142.09 11.84 2003 16.82 14.77 17.82 20.30 21.17 57.00 62.67 66.00 41.60 23.27 40.22 42.22 423.86 35.32 2004 41.67 26.83 27.79 55.71 58.43 73.82 192.91 26.65 77.31 9.19 9.27 23.23 622.81 51.90

215.48 207.72 191.28 246.57 122.83

Sumber: Departemen Pekerjaaan Umum, Direktorat Jendral Sumber Daya Air, Kabupaten Palu tahun 1995-2004

Kebutuhan air untuk kegiatan uji hidrostatik sekitar 20.000 m3 . Apabila diperhitungkan dari debit sungai Batui rata-rata harian saja maka akan diperoleh debit sungai sebesar 94.093 m /hari. Dengan melihat cadangan kuantitas (debit) air sungai tersebut, maka apabila pelaksanaan uji hidrostatik menggunakan air sungai sebesar 20.000 m dan hanya sekali, pemboran sumur (420 m /sumur), operasional BS (@BS membutuhkan 25 m /hari 2 BS membutuhkan 50 m /hari)), maka sangat klebil pengaruhnya terhadap penurunan debit sungai. Apalagi dalam pengambilan dan pemanfaata air tersebut memperhatikan kondisi debit sungai saat aliran stabil dan dilakukan diwaktu musim penghujan. Dengan demikian dapat dikatagorikan bahwa kualitas lingkungan dari segi kuantitas air sungai adalah sangat baik (skala 5) .
3 3 3 3 3

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-28

PT. PERTAMINA EP - PPGM

B. Debit aliran permukaan Besarnya debit aliran permukaan ( run-off) dihitung dengan menggunakan rumus empiris seperti disajikan berikut ini. Besarnya debit air permukaan Q = 0,0028 C.I.A Catatan : Q = debit aliran permukaan (m 3/detik) C = koefisien aliranpermukaan I = intensites hujan (mm/jam) A = luas daerah (Ha)

Dengan menggunakan rumus empiris tersebut diperlukan adanya data tentang penggunaan lahan daeah penelitian yang akan menentukan besarnya koefisien aliran permukaan. Tabel 3.16 berikut menyajikan berbagai penggunaan lahan didaerah penelitian beserta luas masing-masing penggunkaan lahan, koefisien aliran permukaan masing-masing jenis penggnaan lahan dan koefisiein rata-rata daerah penelitian. Tabel 3.16. Koefisien Aliran Permukaan No 1 2 3 4 5 6 7 8 Penggunaan Lahan Belukar Permukiman Hutan Perkebunan Sawah Sawah tadah hujan Tegalan Hutan suakat Total Luas (Ha) (A) 1908.21 1871 17,094.65 4,385.02 8,895.36 1,373.57 7,196.87 271.5 42996.18 C. 0.21 0.4 0.1 0.29 0.18 0.22 0.29 0.1 C*A 400.7241 748.4 1709.465 1271.6558 1601.1648 302.1854 2087.0923 27.15 8147.8374 0.189501 C rata-rata timbang

Berdasarkan pada nilai masing-masing koefisien aliran permukaan dari masing-masing penggunaan lahan beserta luasnya, maka dapat dihitung besarnya koefisien aliran permukaan yakni 0,189501.

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-29

PT. PERTAMINA EP - PPGM

Dengan diketahui data tentang : Koefisien aliran permukaan rata-rata Dengan diketahui Luas daerah Penelitian Besarnya debit air permukaan (C) = 0,18951 (A) = 42.996,18 Ha. Q = 0,0028 C.I.A = 0,0028 * 0,189501 * 42996,18 = 22,8134 m3/detik Perubahan debit air permukaan akibat pembukaan lahan dan pematangan lahan untuk berbagai kegiatan, diperkirakan akan terjadi penambaha debit aliran permukaan. Luas daerah yang akan dibuka untuk lokasi pemboran sumur pengembangan sebanyak 17 (sumur) dibagi kedalam 10 klaster. Setiap klaster membutuhkan lahan seluas 4 Ha, jadi kebutuhan lahan untuk sumur pengembangan (A) = 40 Ha Koefisien run rata-rata timbang Dengan diketahui luas daerah yang dibuka Intensitas hujan + 1856,6 mm/tahun atau Besarnya debit air permukaan (C) (A) (I) Q = 0,64 = 17.00 Ha. = 2,1488 mm/jam = 0,0028 C.I.A = 0,0028 * 0,64 * 2,1488* 40,00 = 0,154 m 3/detik Namun demikian pelaksanaan pembukaan lahan untuk lokasi sumur dari 10 klaster tersebut tidak serentak, sehingga penambahan besarnya debit aliran permukaan menjadi lebih kecil lagi dari hasil perhitungan tersebut. Demikian pula besarnya debit aliran permukaan yang akan terjadi pada pembukaan lahan di lokasi-lokasi rencana pembangunan BS, GPF, trunk line, flow line, pembangunan jalan baru dan kilang LNG membutuhkan luas lahan 537 Ha. Dengan demikian besarnya debit aliran permukaan: Koefisien run rata-rata timbang Dengan diketahui luas daerah yang dibuka Intensitas hujan + 1856,6 mm/tahun atau Besarnya debit air permukaan (C) (A) (I) Q = 0,64 = 537 Ha. = 2,1488 mm/jam = 0,0028 C.I.A = 0,0028 * 0,64 * 2,1488* 537 = 2,07 m /detik Kegiatan-kegiatan tersebut akan dilaksanakan tidak serentak dalam satu periode yang sama, melainkan dilakukan secara bertahap. Dengan demikain besarnya penambahan debit aliran permukaan akan lebih kecil untuk masing-masing pelaksanaan pembukaan lahan dari masing-masing kegiatan daripada hasil perhitungn tersebut.
3

Intensitas hujan + 1856,6 mm/tahun atau (I) = 2,1488 mm/jam

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-30

PT. PERTAMINA EP - PPGM

C. Kuantitas air tanah Keberadaan air tanah suatu daerah sangat dipengaruhi oleh curah hujan dan karakteristik formasi geologi daerah yang bersangkutan. Daerah penelitian tersusun dari beberapa formasi batuan, yaitu: Formasi Batuan Volkanik Tua, Volkanik Recent, Batu Gamping dan Sedimen Napal. Formasi-formasi tersebut mempunyai kemampuan untuk imbuh air tanah dari hujan yang terjadi dengan kecepatan yang berbeda. Berdasarkan data sekunder potensi air tanah dari Bappeda Kabupaten Banggai (2006), potensi air tanah dalam tahunan adalah sebesar 387 x 10 m /tahun atau 1,06 x 10 /hari. Dengan memperhatikan
3 6 3 6

cadangan

kuantitas (debit) air tanah dalam tersebut, maka apabila digunakan untuk keperluan operasional kilang LNG (75 m /hari), maka kecil sekali pengaruhnya terhadap penurunan debit air tanah. Pada awalnya dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan air tawar yang besar untuk operasional LNG Plant, maka penyediaan air tawar diusahakan dari 3 alternatif berikut sumber pasokan air tawar yaitu dari air tawar diambil dari air permukaan (air sungai), air tawar diambil dari air tanah dalam atau air tawar dari penyulingan air laut. Dengan mempertimbangkan ketersediaan/kuantitas debit air tanah dalam yang ada (= 1,06 x 10 m /hari) sudah akan dapat memenuhi untuk operasional LNG plant, maka kebutuhan air tawar akan diperoleh baik dari air sungai maupun aier tanah.
6 3

3.1.5. Kondisi Hidro-Oseanografi 3.1.5.1. Bathimetri Kedalaman perairan di sekitar lokasi rencana kegiatan adalah 20 m dicapai pada jarak kurang lebih 50 m hingga 100 m dari garis pantai. Jarak 100 m dari garis pantai kedalaman laut relatif curam dengan kedalaman mencapai 100 m. Di beberapa pantai dijumpai karang baik yang

sudah mati maupun yang masih hidup. Di daerah Sekitar Tanjung Batui terdapat karang di beberapa tempat, namun tidak pada sepanjang garis pantai. Topografi garis pantai sepanjang lokasi studi secara umum dapat dikatakan landai. Ketinggian lokasi pantai berkisar antara 1 sampai 5 m di atas muka air laut. Jalan raya berjarak kurang lebih 200 sampai 500 m dari garis pantai, kecuali di dua tanjung yaitu Tanjung Kanali dan Tanjung Uling yang berjarak kurang lebih 500 m sampai 1000 m.

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-31

PT. PERTAMINA EP - PPGM

Gambar 3.4. Peta Batimetri Wilayah Studi dan Calon Lokasi Rencana Pelabuhan

3.1.5.2. Pasang surut Pasang surut di perairan pantai calon lokasi kilang dan Pelabuhan Khusus mempunyai fase dan tinggi yang hampir sama. Beda tinggi air pasang dan air surut berkisar antara 100-120 cm. Tipe pasang surut daerah tersebut adalah semidiurnal dengan dua kali pasang dan dua kali surut dalam satu hari.

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-32

PT. PERTAMINA EP - PPGM

1800
Tinggi muka air (mm)

1600 1400 1200 1000 800 10:30 manual

17:30

0:30 tide g

7:30

14:30 Waktu (jam)

21:30

4:30

11:30

Gambar 3.5. Penggambaran Muka air Pasang Surut di Tanjung Kanali

3.1.5.3. Studi gelombang Kondisi gelombang di lokasi studi relatif kecil dan sangat tenang. Gelombang terlihat antara 0,1 m sampai 0,5 m terjadi di sekitar sore hari. Berdasarkan data angin dari bandara Bubung, kecepatan angin rata-rata harian 3-6 knot, dengan arah dominan dari Barat. Kecepatan angin maksimum harian berkisar antara 3 sampai 27 knot dengan arah dominan dari Selatan. Mawar angin berdasarkan pencatatan jam-jaman antara tahun 2000-2004 Stasiun Meteorologi Bandara Bubung seperti gambar berikut.

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-33

PT. PERTAMINA EP - PPGM

Gambar 3.6. Mawar Angin Maksimum di Wilayah Studi

Dari data angin dan data panjang seret gelombang (fecth) dari masing-masing arah dapat dihitung tinggi dan periode gelombang dengan menggunakan persamaan SMB seperti yang telah disebutkan di atas. Hasil hitungan data gelombang digambarkan dalam bentuk grafis berupa mawar gelombang seperti pada Gambar 3.7 . Berdasarkan hasil hitungan tersebut gelombang maksimum yang terjadi sebesar 1.5 m. Gelombang tersebut terjadi pada saat angin musim Timur dan Tenggara atau terjadi pada bulan April sampai bulan Agustus. Berdasarkan persyaratan (OCDI, 1991) untuk ketenangan kolam labuh (calmness of basin) untuk ukuran kapal sedang dan besar maka ketinggian gelombang kritis untuk cargo yang diizinkan adalah 0,5 m, sehingga diperlukan bangunan pemecah gelombang.

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-34

PT. PERTAMINA EP - PPGM

Gambar 3.7. Mawar Gelombang Maksimum

3.1.5.4. Arus Data arus di daerah surf zone diambil di perairan pantai Sekitar Tanjung Batui. Pengukuran arus digunakan cara float tracking. Sementara untuk peramalan arus di laut dalam (offshore zone) akibat pasang surut dilakukan pengukuran di 2 (dua) titik masing-masing pada kedalaman berbeda (0,2d; 0.6d; 0,8d) dengan interval pengambilan setiap 1 jam selama 25 jam. Pengambilan arus pasang surut dilakukan di lokasi yang hampir sama dengan pengambilan lokasi arus di daerah surf zone, hanya pada kedalaman 20 m. Pada kedalaman tersebut, gelombang belum pecah. Secara umum arus di daerah studi relatif kecil berkisar antara 0,1 sampai 0,9 m/det. gambar berikut. Hasil pencatatan arus digambarkan dalam bentuk mawar arus seperti

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-35

PT. PERTAMINA EP - PPGM

Gambar 3.8. Mawar Arus Pasang Surut

3.1.5.5. Sedimen melayang dan sedimen pantai Kondisi sedimen melayang di lokasi studi secara umum terlihat sangat jernih yang berarti tidak mengandung sedimen. Dari indikasi tersebut dapat dinyatakan bahwa lokasi studi sedikit mengalamai sedimentasi, kecuali daerah-daerah yang merupakan muara sungai. Pada sedimen pantai terlihat adanya pasir halus yang mengandung lempung. Diduga sedimen tersebut merupakan endapan dari sungai. Untuk daerah Sekitar Tanjung Batui dijumpai sedimen berupa pasir kasar. 3.1.6. Ruang, Lahan dan Tanah 3.1.6.1. Tata Ruang Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi (RTRWP) Sulawesi Tengah tahun 2000 sampai dengan tahun 2004 (Perda No 2 Tahun 2004) telah memberikan arahan pemanfaatan kawasan, baik kawasan lindung maupun kawasan budidaya. Untuk kawasan budidaya pertambangan dideliniasikan pada kawasan yang terindentifikasi mengandung bahan tambang.

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-36

PT. PERTAMINA EP - PPGM

Berdasarkan potensinya, rencana penataan kawasan pertambangan, terutama Bahan Galian A di Propinsi Sulawesi Tengah adalah sebagai berikut: a. Minyak dan gas bumi, di Kecamatan Batui serta Kecamatan Balantak, Kabupaten Banggai; Kecamatan Petasia Kabupaten Morowali serta Kabupaten Banggai Kepulauan b. Nikel di Kolondale Kecamatan Petasia, Bungku Barat, Bungku Tengah; dan Bungku Selatan di Kabupaten Morowali; c. Batubara, di Kabupaten Poso, Buol, Donggala serta Banggai Kepulauan Donggala. Berdasakan RTRWP tersebut, maka wilayah studi yang terletak di Kecamatan Batui telah direncanakan untuk kawasan pertambangan minyak dan gas bumi, sehingga rencana kegiatan sudah sesuai dengan RTRWP yang ada. Dalam skala kabupaten berdasarkan Hasil Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Banggai Tahun 2003-20013 (Bappeda Kab. Banggai, 2003) menunjukkan bahwa wilayah rencana kegiatan yaitu Kecamatan Toili Barat, Toili, Batui dan Kintom termasuk dalam Wilayah Pengembangan Selatan (Gambar 3.9). Rencana struktur ruang wilayah untuk masingmasing ibukota kecamatan di wilayah kegiatan PPGM akan dikembangkan berbeda-beda, dimana ibukota Kecamatan Toili direncanakan akan menjadi Kota Pusat Kegiatan Lokal (KPKL), ibukota Kecamatan Batui akan diakembangkan menjadi Kota Pusat Kegiatan Sub Wilayah (KPKSW), dan ibukota Kecamatan Kintom akan dikembangkan menjadi Kota Pusat Kegiatan Khusus (KPKK). Pola pemanfaatan ruang, menurut skenario moderat, setiap wilayah kecamatan lokasi proyek juga berbeda-beda (Gambar 3.10) . Di bagian wilayah Kecamatan Toili Barat yang menjadi tapak proyek pengembangan gas Matindok akan dimanfaatkan untuk pengembangan pemukiman, lokasi perusahaan, tanaman pangan, kawasan lindung, dan sebagian kecil untuk cadangan pemanfaatan lain-lain. Di bagian wilayah wilayah Kecamatan Toili yang menjadi tapak proyek pengembangan gas Matindok akan dimanfaatkan untuk pengembangan lokasi perusahaan, tanaman pangan, pemukiman dan sebagian kecil untuk cadangan pemanfaatan lain-lain. Sementara itu bagian wilayah Kecamatan Batui yang menjadi lokasi tapak proyek pengambangan gas Matindok akan dimanfaatkan untuk hutan suaka (Suaka Margasatwa Bakiriang), kawasan lindung, tansmigrasi, pemukiman, tanaman pangan, lokasi industri dan perkebunan. d. Galena di SUngai Lewara Hulu, Gunung Gawalise Kecamatan Marawola Kabupaten

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-37

PT. PERTAMINA EP - PPGM

Gambar 3.9. Rencana Struktur Ruang Wilayah Kabupaten Banggai

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-38

PT. PERTAMINA EP - PPGM

Gambar 3.10. Pola Pemanfaatan Ruang Skenario Moderat

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-39

PT. PERTAMINA EP - PPGM

3.1.6.2. Penggunaan Lahan Pemanfaatan lahan yang telah ada di sekitar areal rencana kegiatan antara lain adalah jalan provinsi yang menghubungkan Luwuk dengan Baturube dan sekitarnya. Sepanjang jalan tersebut terdapat konsentrasi pemukiman penduduk, pertanian, perkebunan rakyat, perkebunan besar, arela transmigrasi di Toili dan Toili Barat dan pertambangan migas yang dikelola oleh JOB Medco E & P Tomori Sulawesi. Di daerah sekitar lapangan pengambang terdapat daerah konservasi Suaka Margasatwa Bakiriang dan sebelah selatan berbatasan dengan perairan Selat Peleng. A. Pemukiman Berikut ini adalah jarak pemukiman penduduk terdekat yang terkait langsung dengan rencana kegiatan. a. Jarak terdekat lokasi sumur pemboran (di Kecamatan Toili Barat, Kecamatan Toili dan Kecamatan Batui) ke pemukiman adalah sekitar 100 m. b. Jarak terdekat lokasi GPF (BS) (di Kecamatan Toili Barat dan Kecamatan Batui) ke pemukiman sekitar 500 m. c. Jarak terdekat lokasi pemasangan saluran gas (BS ke Junction di Senoro selanjutnya disalurkan ke konsumen dan Kilang LNG) ke pemukiman sekitar 100 m. d. Rencana pembangunan kilang LNG (di sekitar Tanjung Batui/Nonong, Kecamatan Batui) berada di lokasi yang di dalamnya terdapat pemukiman terdekat sekitar 50 m. Penduduk di sekitar rencana kegiatan, sebagian bertempat tinggal di sekitar jalan provinsi yang menghubungkan Luwuk Baturube. B. Pertanian/Perkebunan Rakyat Kegiatan pertanian/perkebunan rakyat yang diusahakan masyarakat sekitar rencana kegiatan berupa tanaman semusim seperti padi sawah dan palawija, tanaman buah-buahan di pekarangan seperti kelapa, pisang mangga, jambu, nangka, rambutan dan tanaman industri seperti kelapa sawit, tanaman cokelat dan kelapa. Pada lahan-lahan yang jauh dari pemukiman, umumnya pola tanam berupa perladangan yang dimulai dengan tebang-bakar tetapi cenderung tidak berpindah. Lahan hail pembukaan tersebut umumnya digunakan untuk penanaman padi ladang sampai 2 kali tanam, tanaman jagung, tanaman cokelat dan kelapa. Apabila tanaman cokelat atau tanaman kelapa sudah tidak produktif akan diremajakan lagi. Selain coklat dan kelapa yang cukup dominan, juga kelapa sawit mulai diusahakan oleh sebagin masyarakat yang mempunyai permodalan cukup memadai.

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-40

PT. PERTAMINA EP - PPGM

Dari uraian di atas dan Peta Penggunaan Lahan Daerah Penelitian (lihat Lampiran 5), luas masing-masing jenis penggunaan lahan adalah: belukar 1.908,21 Ha, beting karang 291,54 Ha, permukiman 1.871,29 Ha, hutan 17.094,65, perkebunan 4.385,02, sawah, 8.895,36, sawah tadah hujan 1.373,57 Ha, tegalan/ladang 7.196,87 Ha dan hutan suaka 271,50 Ha. 3.1.6.3. Tanah Tanah merupakan hasil kerja dari proses-proses yang dipengaruhi oleh iklim dan organisme pada bahan induk tanah yang terletak pada posisi topografi tertentu selama waktu yang tertentu pula. Pengertian bahan induk tanah berbeda dengan batuan induk yang umumnya berada dalam kondisi yang masih segar dan relatif keras. Bahan induk tanah berasal dari lapukan batuan induk yang mungkin berada langsung di bawah atau berada jauh dari lokasi dimana bahan induk tanah terletak. Hal ini dimungkinkan apabila bahan induk tanah tersebut merupakan meterial endapan yang dapat saja berasal jauh dari lokasi asalnya. Pengertian mengenai asal mula dari bahan induk ini membawa kepada pengertian bahwa waktu pembentukan tanah selalu lebih muda dan seringkali jauh lebih muda daripada waktu pembentukan batuan yang ada di bawahnya. Waktu pembentukan tanah dimulai sejak bahan induk tanah terbentuk atau terendapkan untuk kasus-kasus bahan induk tanah yang merupakan material sedimen. Iklim mempengaruhi proses pembentukan tanah melalui suhu dan curah hujan yang keduanya secara bersama-sama mempengaruhi kelembaban tanah. Iklim mempengaruhi reaksi-reaksi kimia yang berlangsung di dalam tanah. Reaksi kimia akan belangsung intensif pada kondisi suhu yang relatif panas dan tersedia kelembaban yang cukup. Pada kondisi panas dan kering, maka hampir tidak ada reaksi kimia yang berlangsung, yang terjadi di dalam tanah adalah proses-proses fisika yang berupa penghancuran batuan. Dengan demikian pada daerah yang beriklim berbeda akan mempunyai ciri tanah yang berbeda pula. Variasi iklim di daerah penelitian tidak terlalu tinggi secara global, namun demikian pada skala-skala lokal pengaruh relief terhadap suhu terasa nyata. Organisme tanah mempengaruhi proses pembentukan tanah melalui organisme makro dan mikro yang ada di dalam dan di permukaan tanah. Peranan organisme makro terutama pada kegiatannya yang dapat memindahkan material tanah dari satu lapisan ke lapisan yang lain.

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-41

PT. PERTAMINA EP - PPGM

Disamping itu, sisa-sisa organik dapat memicu perkembangan tanah terutama pada ketersediaan bahan organik dalam tanah. Kegiatan organisme mikro dalam tanah juga mengeluarkan zat-zat tertentu yang dapat memacu terjadinya sebuah reaksi kimia. Ketersediaan rongga-rongga dalam tanah sebagai akibat dari aktivitas binatang tanah dalam membuat rumah memperbesar kapasitas infiltrasi air permukaan. Bahan induk tanah menentukan kesuburan tanah dalam hal jumlah mineral-mineral yang dibutuhkan oleh tanaman. Namun demikian, pada tanah-tanah yang tua atau telah berkembang lanjut pengaruh bahan induk tanah tidak lagi begitu nyata karena hampir semua hara tanaman sudah tercuci dan hilang melalui limpasan permukaan maupun keluar melalui aliran airtanah. Pengaruh bahan induk tanah pada sifat-sifat fisik, kimia, biologi, dan morfologi tanah di wilayah kajian. Bahan induk yang banyak mengandung unsur Ca akan cenderung membentuk tanah yang berstruktur mantap dan konsistensi keras dalam keadaan kering. Bahan induk yang banyak mengandung besi tanahnya akan berwarna merah apabila dalam kondisi drainase baik dan berstruktur remah-granuler.

Relief berpengaruh pada proses pembentukan tanah dikarenakan pengaruhnya pada besar kemungkinan air yang ada dipermukaan lahan untuk meresap ke dalam profil tanah. Pada daerah dengan relief kasar, sebagian air yang ada di permukaan lahan akan menjadi aliran permukaan. Sebaliknya pada daerah dengan relief halus atau rata air persentase air untuk meresap ke dalam profil tanah akan menjadi besar dengan catatan muka airtanah tidak terlalu berdekatan dengan permukaan tanah. Air perkolasi untuk selanjutnya akan menyebabkan terbentuknya horison-horison tanah sebagai akibat adanya transport material dan unsur-unsur tertentu yang mudah larut dari lapisan tanah atas ke lapisan tanah bawah. Limpasan permukaan pada sisi yang lain dapat dipandang sebagai pembawa material baru dari tempat yang lain atau menghilangkan material yang ada dipermukaan tanah. Apabila limpasan permukaan lebih dominan, maka proses pembentukan tanah akan selalu terganggu sehingga tanah selalu dalam keadaan baru. 1. Kesuburan tanah Satuan-satuan tanah yang ada di sekitar area PPGM diklasifikasikan berdasar sistem Soepraptohardjo (1961). Adapun kelompok satuan tanah yang ada adalah kelompok Aluvial, Regosol, Litosol, Latosol, Grumusol, dan Lateritik. Masing-masing kelompok terdiri atas

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-42

PT. PERTAMINA EP - PPGM

satuan-satuan tanah yang lebih rinci. Masing-masing satuan tanah tersebut beserta persebaran, potensi penggunaan, tingkat kesuburan dan bahayanya diuraikan lebih lanjut berdasarkan hasil survey lapangan dan analisa laboratorium. Pada analisa tingkat kesuburan tanah, parameter yang digunakan adalah tekstur, pH, Bahan Organik, Nitrogen (total dan tersedia), Phospor tersedia, Kapasitas Tukar Kation, Kejenuhan Basa, Unsur Basa (K, Na, Mg, Ca), dan Permeabilitas Tanah.

Tanah aluvial tersebar pada dataran-dataran alluvial. Pada dataran aluvial yang relatif baru tanahnya masih menampakan adanya perlapisan bekas proses pengendapan dengan periode yang berbeda. Macam-macam tanah aluvial di sekitar PPGM berasosiasi dengan Hidromorf Kelabu dan Grumusol. Pada dataran aluvial yang sudah tua, tanah aluvial telah mengalami perkembangan sehingga pada beberapa tempat berubah menjadi tanah Grumusol. Lokasi pengambilan sampel terdapat pada dua daerah yaitu Kini-kini dan Minakarya. Kedua daerah ini termasuk ke dalam bentuklahan dataran alluvial yang setiap tahunnya pada bulan ke tujuh tergenang air. Tingkat permeabilitas yang masuk pada klasifikasi agak lambat (0,88 cm/jam), menyebabkan proses pengatusan air genangan membutuhkan waktu hingga satu minggu. Dataran aluvial bagian bawah mempunyai muka airtanahsangat dangkal dekat dengan permukaan tanah. Keberadaan airtanah yang dangkal menyebabkan tanah selalu dalam keadaan jenuh air sehingga semua basa atau logam yang ada dalam tanah dalam keadaan tereduksi (valensi rendah). Dalam keadaan yang demikian, tanah menjadi berwarna kelabu. Reaksi tanah dalam keadaan tereduksi, bereaksi masam sehingga beberapa unsur logam di dalam tanah dapat bersifat meracun bagi tanaman. pH tanah bervariasi dari agak masam hingga netral. Tekstur geluh lempungan dengan kapasitas tukar kation yang tinggi. Tingkat kejenuhan basa dari kedua lokasi pengambilan sampel (61,05 % dan 72,25%) menunjukkan bahwa daerah ini adalah daerah subur dan sangat sesuai untuk daerah persawahan, sehingga kualitas lingkaungan dari segi kesuburan tanah adalah tinggi (skala 4). Tanah Regosol, seperti halnya tanah aluvial merupakan tanah yang belum berkembang. Umumnya tanah Regosol berasal dari bahan induk yang baru diendapkan atau karena ada proses-proses geomorfologi yang bekerja intensif sehingga proses pembentukan tanah tidak berlangsung. Regosol di sekitar daerah PPGM berkembang di tepian pantai dengan luasan

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-43

PT. PERTAMINA EP - PPGM

yang relatif sempit. Pada umumnya Regosol di dataran pantai tidak produktif karena terlalu porus yang diakibatkan oleh tekstur tanahnya yang pasiran. Tanah regosol tidak dimanfaatkan sebagai daerah pertanian di daerah ini mengingat tingkat kesuburan yang sangat rendah dan luasannya yang sempit. Dengan demikian kesuburuan tanah ditinjau dari kualitas lingkungannya, tanah ini masuk kategori kualitas sangat rendah (skala 1 ). Litosol merupakan tanah yang tipis dengan solum < 50 cm dan mengalami kontak langsung dengan batuan induk yang keras yang ada di bawahnya. Litosol mungkin terbentuk pada batuan-batuan dasar yang keras sehingga produksi bahan induk tanah terbatas. Namun, Litosol dapat juga terbentuk dari satuan-satuan tanah yang lain yang telah mengalami pengikisan lanjut. Tanah Litosol terdapat di kompleks perbukitan denudasional berupa perbukitan-perbukitan sisa di Kayoa (jalur pipa). Berdasarkan analisa laboratorium, daerah perbukitan ini memiliki tanah yang cenderung masam (pH H2O 5,42) sedangkan pada daerah lembah memiliki pH mencapai 5,96 (agak masam). Dengan demikian tingkat keasaman tanah menjadi faktor pembatas dalam tingkat kesuburan tanah daerah ini, dan dapat disimpulkan bahwa kesuburan tanah jenis Litosol ini adalah rendah dan dikategorikan kedalam skala kualitas lingkungan rendah (skala 2). Sebagian lembah di daerah Kayoa ini dipergunakan sebagai lahan pertanian sawah yang kerap mengalami genangan. Genangan ini diakibatkan oleh tertutupnya limpasan air dari atas bukit oleh tanggul saluran irigasi. Kondisi tersebu memperparah kondisi tanah sehingga mengakibatkan pertumbuhan tanaman terganggu. Hal tersebut dapat diamati dari pengamatan langsung di lapangan bahwa padi di daerah ini relatif kurus dan berwarna kuning. Potensi tanah Litosol sangat terbatas dan disarankan untuk penggunaan non pertanian atau bahkan seyogyanya dibiarkan alami apabila tidak tersedia cukup modal.

Latosol merupakan tanah yang telah berkembang dibawah pengaruh iklim yang basah dengan membetuk profil tanah yang dalam. Latosol terbentuk pada bahan induk volkanik yang terletak pada kondisi relief yang memungkinkan terbentuknya drainase baik. Pembentukan Latosol di hasilkan oleh air perkolasi yang membawa material halus dari lapisan tanah permukaan ke lapisan tanah bawah permukaan. Oleh karena terbentuk di bawah kondisi drainase dakhil (internal drainage) yang baik maka Latosol dicirikan oleh warna tanah yang seragam kemerahan dari atas hingga bawah dengan struktur tanah

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-44

PT. PERTAMINA EP - PPGM

bawah permukaan tiang berukuran halus-sedang. Latosol mempunyai kemasaman yang agak rendah (5.5 - 6.0) sebagai akibat dari pengaruh iklim yang basah yang telah melarutkan sebagian basa-basa yang ada di dalam bahan induk tanah. Latosol terdapat di kompleks Maleoraja dan Matindok dengan batuan induk berupa batupasir dan konglomerat. Latosol merupakan tanah yang potensial untuk pengembangan pertanian, namun juga menyimpan potensi erosi yang besar sebagai akibat dari posisinya pada lereng-lereng perbukitan dan pegunungan. Dalam hal pengendalian banjir, kapasistas infiltrasi Latosol juga baik yang dapat menjamin tersedianya mata air pada lereng bawah dan kaki sepanjang tahun.

Gambar 3.11. Pembukaan Lahan Dengan Cara Pembakaran Hutan Di Maleoraja

Variasi Latosol pada tingkat macam tanah di daerah Matindok dan Maleoraja adalah Latosol Coklat Kekuningan. Latosol Coklat Kekuningan cenderung berwarna pucat merupakan tanah yang telah terlapuk lanjut yang perkembangan tanahnya akan mengarah untuk terbentuknya jenis tanah Oksisols. Meskipun tanah ini telah mengalami proses pelindian akan tetapi kejenuhan basa masih dapat dipertahankan. Hasil analisa laboratorium menunjukkan bahwa kejenuhan basa tanah lebih dari 35%. Kandungan bahan organik juga relatif cukup tinggi di daerah lereng atas perbukitan (3,49%). Pada daerah lembah antar perbukitan kandungan bahan organik mangalami peningkatan prosentase sebagai akibat dari akumulasi endapan material dari lereng-lereng bukit dan pula daerah ini telah dikembangkan sebagai daerah perkebunan yang cukup subur. Daerah perkebunan lembah ini sangat tercukupi akan kebutuhan airnya. Daerah lembah ini juga berasosiasi dengan dataran banjir Sungai Kayoa. Sehingga ada kemungkinan ada periode ulang banjir yang menggenangi daerah lembah ini. Dengan demikian dapat disimpulkan kompleks perbukitan Maleoraja dan Matindok ini mempunyai kesuburan tanah sedang dan dikategorikan kedalam kualitas tanah skala sedang (skala 3).

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-45

PT. PERTAMINA EP - PPGM

Meskipun demikian aspek konservasi harus tetap diperhatikan mengingat terjalnya kemiringan lereng yang nantinya akan berdampak pada erosi dan tanah longsor. Di daerah ini terdapat beberapa pembukaan lahan dengan cara pembakaran hutan. Kondisi ini jika dibiarkan terus menerus akan menurunkan kualitas lahan, ditambah lagi dengan tidak diterapkannya sistem konservasi tanah yang mantab akan mendorong terjadinya degradasi lahan.

Gambar 3.12. Tanah Latosol di Matindok

Satuan tanah lateritik terdapat di kompleks perbukitan Minahaki dan Dongin. Tanah jenis ini terbentuk di daerah dengan curah hujan tinggi ditambah temperatur yang tinggi. Temperatur tinggi bisa diakibatkan oleh proses intrusi kala umur geologi. Temperatur yang tinggi akan mempercepat proses mineralisasi bahan organik yang dapat mengimbangi proses humifikasi, sehingga terbentuk CO 2 dan H2O. Zat-zat ini selanjutnya mempercepat dekomposisi batuan-batuan, dan juga seilikat Al dan Fe dengan melarutkan ion basa K, Ca, Na, dan Mg. Tanah ini terbentuk dari batuan induk berupa batu pasir dan konglomerat dari Formasi Bongka dengan umur pembentukan kala Mieosen-Pliestosen. Umur batuan tersebutlah yang menunjukkan bahwa tanah di daerah ini berumur tua dengan tingkat pelapukan yang intensif. Warna tanah sangat homogen 10 R 4/6. Ketebalan tanah lebih dari 1,5 meter. Berdasarkan hasil laboratorium tanah di daerah Dongin dan Minahaki memiliki kejenuhan basa yang sangat rendah (kurang dari 35%). Meskipun mempunyai tekstur lempung-lempung debuan, tanah ini tetap memiliki kelas permeabilitas yang agak cepatcepat. Kondisi ini disebabkan oleh struktur tanah yang kuat berupa granuler-remah yang terbentuk dari ikatan Fe dan Al. Tanah tipe ini sangat peka terhadap erosi dan tanah

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-46

PT. PERTAMINA EP - PPGM

longsor. Dengan demikian tingkat kesuburan daerah ini sangat rendah, dan dikategorikan kedalam skala kualitas lingkungan rendah (skala 2).

Gambar 3.13. Tanah Lateritik dengan Warna 10 R 4/6, di Daerah Minahaki

Grumusol merupakan tanah lempungan yang mempunyai daya kembang kerut (swelling and

shrinking) tinggi sebagai akibat dari adanya tipe lempung smectite. Lempung tipe ini adalah
spesifik terbentuk di bawah iklim tropik. Grumusol berkembang dari sembarang bahan induk yang dapat menghasilkan lempung dalam jumlah yang tinggi (>35%) dan dibawah suasana basa dimana unsur Ca merajai dalam kompleks pertukaran kationnya. Ketersediaan unsur Ca dalam kompleks jerapan ini dapat berasal dari mineral penyusun bahan induk yang didominasi oleh Ca-plagioklas dan atau mendapat imbuhan dari pelarutan Ca atas batuan induk yang ada di sekitarnya. Grumusol merupakan tanah yang cukup potensial untuk pengembangan pertanian apabila kecukupan air. Pada kondisi kering tanah Grumusol akan mengalami retak-retak dengan lebar lebih dari 1 cm dan kedalaman retakan lebih dari 50 cm. Pada beberapa tempat retakan dapat mencapai 10 cm dan kedalaman lebih dari 1 m. Retakan-retakan ini seringkali menimbulkan akibat yang kurang baik pada bangunganbangunan keteknikan seperti rumah, jalan, dan bahkan jembatan. Persebaran Grumusol di daerah kajian terdapat di kompleks perbukitan Sukamaju. Batuan induk daerah ini adalah batu napal dan lanau dengan kadar Ca yang tinggi. Kondisi tersebut mengakibatkan reaksi tanah dalam suasana basa. Kandungan bahan organik sangat rendah (0,6%) diakibatkan proses erosi yang intensif (Gambar 3.14) . Tingkat kejenuhan basa sangat tinggi mencapai 89,45%.

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-47

PT. PERTAMINA EP - PPGM

Gambar 3.14. Tingkat Erosi yang Tinggi di Tanah Grumusol, Daerah Sukamaju

Satuan tanah Grumusol lain yang terbentuk di daerah perbukitan kapur Batui adalah tanah Rendzina. Tanah ini merupakan tanah yang masih baru (perkembangan baru terbentuk horizon A dan C). Tanah berwarna hitam kelabu dengan struktur granuler di lapisan atas. Tanah ini selalu mengandung CaCO 3, sehingga pH juga cenderung mengarah pada basa (pH di daerah ini paling tinggi di sekitar area PPGM, mencapai 7,2). Tanah ini kurang sesuai untuk lahan pertanian karena kesuburan yang rendah dan ketebalan tanah yang tipis, sehingga skala kualitas lingkungan dari segi kesuburan tanah adalah rendah (skala 2).

Gambar 3.15. Tanah Rendzina di Batui dengan Batuan Induk Batu Gamping

2. Erosi Tanah Besarnya erosi tanah dihitung dengan persamaan umum kehilangan tanah menurut Wischmeir dan Smith (1978) yang dikenal dengan USLE sebagai berikut:

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-48

PT. PERTAMINA EP - PPGM

A = R.K.LS.C.P Catatan : A : besar tanah yang hilang (ton/ha/tahun) R : faktor erosivitas hujan K : indeks faktor erodibilitas tanah L : indeks faktor panjang lereng S : indeks faktor kemiringan lereng C : indeks faktor penutup tanaman P : indeks faktor pengelolaan lahan Besarnya erosivitas hujan dihitung dengan: R (= EI 30) = 2,21 P Keterangan :
1,36

R = erosivitas hujan rata rata bulanan (ton/ha) P = curah hujan bulanan rata-rata (cm)

Dengan demikian: Curah hujan rata-rata bulanan dapat dihitung sebagai berikut: P rata-rata tahunan P rata-rata bulanan = 1.856,6 mm/tahun = 1.656 /12 = 154,7167 mm/bulan = 15,47167 cm/jam R (= EI 30) = 2,21 x P 1,36 = 2,21 x (15,47167)1,36 = 276.477,35 ton/ha

Nilai Erodibilitas tanah dihitung dengan memperhatikan karakteristik tanah: 2,713 M (10) (12-a) + 3,25 (b-2) + 2,5 (c-2) --------------------------------------------------------------100
1,14 -4

K =

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-49

PT. PERTAMINA EP - PPGM

Catatan : Sebagai contoh untuk wilayah Minahaki, tekstur tanah daerah penelitian adalah lempung berdebu, maka nilai M Persentase bahan organik (C-organik) Nilai a = 6.330 = 1,72% = 1,72% x 1,724 = 2,96528% = 0,0296528

Struktur tanah baik adalah gumpal, maka nilai (b) = 3 Permeabilitas tanah rata-rata daerah penelitian termasuk lambat, maka nilai (c) =2 Dengan memasukkan nilai M, a, b dan c ke dalam persamaan, nilai K dapat dihitung. 2,713 M (10 (12-a) + 3,25 (b-2) + 2,5 (c-2) --------------------------------------------------------------100 2,713 x 63301,14 (10) -4 (12-0,0,0296528) + 3,25 (3-2) + 2,5 (2-2) -------------------------------------------------------------------------100 0,24
1,14 )-4

K =

K = K =

Panjang lereng 100 m dan besar lereng bervariasi antara 60%, maka LS = 35,22. Tanaman penutup berupa semak, maka C = 0,30. Sistem pengelolaan lahan berteras dengan nilai indeks nilai P = 1,00. Berdasarkan data tersebut, maka besarnya tanah yang hilang akibat erosi pada kondisi rona awal adalah : A = R.K.LS.C.P = 276.477,35 x 0,24 x 35,22 x 0,30 x 1,00 = 3.872,18 ton/ha/tahun

Nilai erosi pada rona awal untuk tanah di wilayah Minahaki yang penggunaan lahannya semak masuk katagori sedang dengan skala kualitas lingkungan sedang (skala 3) . Dengan cara yang sama pada wilayah Maleoraja dan Sukamaju, maka besarnya nilai masing-maing faktor pnentu erosi dan besarnya erosi dapat dihitung sepeti disajikan pada Tabel 3.17 dan Tabel 3.18.

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-50

PT. PERTAMINA EP - PPGM

Tabel 3.17. Perhitungan Nilai Erodibilitas Tanah (K)


No 1 2 3 Wilayah Minahaki Maleoraja Sukamaju % debu 46.07 31.67 87.81 % pasir % % bahan Kelas Kelas Erodibilitas sangat halus lempung organik struktur permeabilitas tanah (K) 2.03 7.60 3.18 42.81 36.77 6.32 1.72 3.49 0.60 3.00 4.00 3.00 2.00 3.00 4.00 0.24 0.21 0.98

Sumber: Data Primer 2007

Tabel 3.18. Besarnya Tanah Hilang (Erosi) Daerah Penelitian


No Wilayah Erosivitas Hujan (R) 276.477,35 276.477,35 276.477,35 Erodibili KemiPanjang tas lereng ringan tanah lereng (m) (K) (%) 0.24 0.21 0.98 100.00 100.00 100.00 60.00 60.00 35.00 Indeks LS 35.22 35.22 16.56 Vegetasi penutup semak hutan Perladangan Indeks C 0.30 0.0010 0,40 Indeks P 1,00 1,00 1,00 Erosi (ton/ha/ th) 3.872,18 11,47 10.074, 17 Skala Kualitas Lingkungan 3 5 2

1 Minahaki 2 Maleoraja 3 Sukamaju

Sumber: Data Primer 2007

Dengan melihat kondisi erosi tersebut dapat diketahui bahwa pada awalnya erosi ditempattempat yang penggunaan lahan perladangan seperti di Sukamaju mempunyai tingkat erosi sangat tinggi (10.074,17 ton/ha/tahun) dengan skala kualitas lingkungan jelek (skala 2), daerah semak seperti di daerah Minahaki dengan tanah tererosi sekitar 3.872,18 ton/ha/ tahun) dengan skala kualitas lingkungan sedang (skala 3) dan pada daerah dengan penggunaan lahan hutan seperti di wilayah Maleorejo mempunyai tingkat erosi yang kecil yakni sekitar 11,47 ton/ha/tahun, dengan skala kualitas lingkungan sangat baik (skala 5) . Untuk kepentingan pengelolaan lingkungan sebagai akibat dari kegiatan pengembangan gas Matindok maka yang harus diperhatikan oleh pemrakarsa adalah ladang-ladang gas yang berada di wilayah dengan erosi yang sangat rendah, karena harus benar-benar mengelola setepat mungkin agar supaya tidak terjadi peningkatan erosi seperti di kedua daerah lainnya tersebut. Akan tetapi karena pelaksanaan pembukaan lahan untuk pengembangan sumur dan kegiatan lain tidak serentak dalam satu periode waktu, maka besarnya erosi tersebut adalah lebih kecil dari masing-masing kegiatan yang akan dilakukan akibat pembukaan lahan.

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-51

PT. PERTAMINA EP - PPGM

3.1.7. Transportasi Untuk memperkirakan besaran dampak pada komponen transportasi, maka diperlukan data pendukung yang digunakan sebagai bahan analisis, yaitu kondisi arus lalulintas di ruas jalan dan simpang, kondisi jaringan jalan yang meliputi geometri ruas dan simpang, kondisi perkerasan jalan, kondisi lingkungan di sekitar jalan yang berpengaruh pada tingkat keselamatan pengguna jalan diuraikan sebagai berikut. 3.1.7.1. Arus lalulintas Komponen transportasi yang akan dikaji adalah arus lalulintas pada ruas jalan dan simpang yang terpengaruh oleh adanya kegiatan proyek pengembangnan gas Matindok. Kondisi arus lalulintas yang perlu dicermati adalah kondisi lalulintas harian di wilayah studi. Jenis kendaraan yang diamati dikelompokkan menjadi: LV (Light Vehicle) HV (Heavy Vehicle) MC (Motor Cycle) : Kendaraan ringan (Mobil Penumpang pribadi, angkot, pick up) : Kendaraan berat (bus besar, truk besar) : Sepeda motor

MHV (Medium Heavy Vehicle) : Kendaraan sedang (bus sedang, truk sedang)

Tabel 3.19. Volume Arus Lalulintas Kendaraan Kintom-Batui Waktu 06.00-07.00 07.00-08.00 08.00-09.00 09.00-10.00 10.00-11.00 11.00-12.00 12.00-13.00 13.00-14.00 14.00-15.00 15.00-16.00 16.00-17.00 17.00-18.00 BB 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 HV TB 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 Jenis Kendaraan MHV LV BS TS AU MP 0 1 3 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 2 1 4 2 1 2 0 1 0 12 28 23 10 4 2 3 4 2 1 1 1 0 2 1 0 0 2 1 2 1 1 Jumlah 25 58 85 75 35 19 21 18 31 28 26 7

SM 21 44 55 46 23 11 15 12 24 23 22 5

Sumber: Pengukuran di lapangan, Agustus 2007

Keterangan: BB: Bus besar; BS: Bus sedang; TB: Truk Besar; S: Truk sedang; AU: Angkutan Umum; MP: Mobil Pribadi; SM: Sepeda Motor

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-52

PT. PERTAMINA EP - PPGM

Fluktuasi Arus Lalulintas Arah ke Kintom


60

Volume (Kend/Jam)

50 40 30 20 10 0

00 00 00 0 0 00 00 00 0 0 00 00 7 0 8. 0 9. 1 0. 11 . 1 2. 1 3. 1 4. 15 . 1 6. 1 7. 1 8. 0 0 - 0- 0 - 0 - 0 - 0- 0 - 0 - 0 - 0- 0 - 0 .0 7.0 8.0 9.0 0 .0 1.0 2.0 3.0 4 .0 5.0 6.0 7.0 6 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1

0 .0

00

Jenis HV Jenis HV Jenis MHV Jenis MHV Jenis LV Jenis LV Jenis MC

Kendaraan Kendaraan Kendaraan Kendaraan Kendaraan Kendaraan Kendaraan

Waktu

Gambar 3.16. Fluktuasi arus lalulintas di Ruas Kintom-Batui arah ke Kintom

Tabel 3.20. Volume Arus Lalulintas Kendaraan ke Arah Toili di Ruas Kintom-Batui Waktu 06.00-07.00 07.00-08.00 08.00-09.00 09.00-10.00 10.00-11.00 11.00-12.00 12.00-13.00 13.00-14.00 14.00-15.00 15.00-16.00 16.00-17.00 17.00-18.00 BB 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 HV TB 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 Jenis Kendaraan MHV LV BS TS AU MP 0 0 3 1 0 3 5 6 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 3 2 3 1 2 3 1 1 0 3 6 5 6 3 4 2 3 1 1 0 5 3 1 3 0 1 2 1 0 Jumlah MC 21 24 22 27 24 19 17 20 25 15 12 6 25 38 26 41 36 29 24 26 33 21 15 7

Sumber: Pengukuran di lapangan, Agustus 2007

Keterangan: BB: Bus besar; BS: Bus sedang; TB: Truk Besar; TS: Truk sedang; AU: Angkutan Umum; MP: Mobil Pribadi; SM: Sepeda Motor

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-53

PT. PERTAMINA EP - PPGM

Fluktuasi Arus Lalulintas Arah ke Batui


30
Volume (Kend/Jam)

25 20 15 10 5 0
00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 0 0 0 0 7 . 0 8. 0 9. 1 0. 1 1. 1 2. 1 3. 1 4. 1 5. 1 6. 1 7. 1 8. 0 000000000000.0 7.0 8.0 9.0 0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 7.0 6 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1

Jenis HV Jenis HV Jenis MHV Jenis MHV Jenis LV Jenis LV Jenis MC

Kendaraan Kendaraan Kendaraan Kendaraan Kendaraan Kendaraan Kendaraan

Waktu

Gambar 3.17. Fluktuasi Arus Lalulintas di Ruas Kintom-Batui Arah ke Batui

Tabel 3.21. Volume Arus Lalulintas Kendaraan ke Arah Batui di Ruas Batui-Toili Waktu BB 06.00-07.00 07.00-08.00 08.00-09.00 09.00-10.00 10.00-11.00 11.00-12.00 12.00-13.00 13.00-14.00 14.00-15.00 15.00-16.00 16.00-17.00 17.00-18.00 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 HV TB 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 Jenis Kendaraan MHV LV BS TS AU MP 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1 2 1 1 0 1 0 0 3 10 21 18 2 5 3 1 2 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 Jumlah 16 43 67 61 26 22 16 13 18 13 18 7

SM 13 32 43 41 22 14 11 9 15 12 15 7

Sumber: Pengukuran di lapangan, Agustus 2007

Keterangan: BB: Bus besar; BS: Bus sedang; TB: Truk Besar; S: Truk sedang; AU: Angkutan Umum; MP: Mobil Pribadi; SM: Sepeda Motor

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-54

PT. PERTAMINA EP - PPGM

Fluktuasi Arus lalulintas Toili-Batui


50 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 .0 .0 .0 .0 .0 .0 .0 .0 .0 .0 .0 .0 0 7 -08 09 -1 0 -1 1 - 12 -1 3 -14 15 -1 6 -17 18 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 .0 . 0 8. 0 .0 .0 .0 .0 . 0 4. 0 .0 .0 .0 Waktu 06 07 0 09 10 11 12 13 1 15 16 17

Jenis HV Jenis HV Jenis MHV Jenis MHV Jenis LV Jenis LV Jenis MC

Kendaraan Kendaraan Kendaraan Kendaraan Kendaraan Kendaraan Kendaraan

Volume (kend/jam)

Gambar 3.18. Fluktuasi arus lalulintas di Ruas Batui-Toili arah ke Batui

Tabel 3.22. Volume Arus Lalulintas Kendaraan ke Arah Toili di Ruas Batui-Toili Waktu BB 06.00-07.00 07.00-08.00 08.00-09.00 09.00-10.00 10.00-11.00 11.00-12.00 12.00-13.00 13.00-14.00 14.00-15.00 15.00-16.00 16.00-17.00 17.00-18.00 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 HV TB 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Jenis Kendaraan MHV LV BS TS AU MP 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 2 0 2 3 1 0 2 2 0 1 0 2 3 3 4 2 4 3 2 2 1 0 1 2 3 1 4 2 0 2 1 1 0 1 0 Jumlah MC 13 17 15 22 25 16 12 14 21 14 10 5 18 25 20 32 32 22 17 19 26 15 12 6

Sumber: Pengukuran di lapangan, Agustus 2007

Keterangan: BB: Bus besar; BS: Bus sedang; TB: Truk Besar; TS: Truk sedang; AU: Angkutan Umum; MP: Mobil Pribadi; SM: Sepeda Motor

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-55

PT. PERTAMINA EP - PPGM

Fluktuasi Arus Lalulintas Arah ke Toili


30
Volume (Kend/Jam)

25 20 15 10 5 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 .0 .0 .0 .0 .0 .0 .0 .0 .0 .0 .0 .0 0 7 -0 8 -0 9 -1 0 -1 1 -1 2 -13 -1 4 -1 5 -1 6 -17 -1 8 0 00 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 .0 . .0 . 0 0. 0 1 . 0 2. 0 3. 0 4. 0 5. 0 6. 0 7. 0 06 0 7 0 8 0 9 1 1 1 1 1 1 1 1

Jenis HV Jenis HV Jenis MHV Jenis MHV Jenis LV Jenis LV Jenis MC

Kendaraan Kendaraan Kendaraan Kendaraan Kendaraan Kendaraan Kendaraan

Waktu

Gambar 3.19. Fluktuasi Arus Lalulintas di Ruas Batui-Toili Arah ke Toili

Tabel 3.23. Volume Arus Lalulintas Kendaraan ke Arah Toili di Ruas Toili-Toili Barat Waktu BB 06.00-07.00 07.00-08.00 08.00-09.00 09.00-10.00 10.00-11.00 11.00-12.00 12.00-13.00 13.00-14.00 14.00-15.00 15.00-16.00 16.00-17.00 17.00-18.00 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 HV TB 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 Jenis Kendaraan MHV LV BS TS AU MP 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 2 6 15 13 4 4 2 2 4 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 Jumlah 14 29 50 52 19 22 16 10 17 7 4 3

SM 12 22 34 35 14 16 13 7 11 5 2 3

Sumber: Pengukuran di lapangan, Agustus 2007

Keterangan: BB: Bus besar; BS: Bus sedang; TB: Truk Besar; S: Truk sedang; AU: Angkutan Umum; MP: Mobil Pribadi; SM: Sepeda Motor

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-56

PT. PERTAMINA EP - PPGM

Fluktuasi Arus Lalulintas Toili Barat-Toili


40 35 30 25 20 15 10 5 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 .0 .0 .0 .0 .0 .0 .0 .0 .0 .0 .0 .0 0 7 - 08 -0 9 -10 -11 12 -1 3 -1 4 -1 5 -16 -17 18 . 00 7. 00 8. 00 9. 00 0. 00 1. 00 2. 00 3. 00 4. 00 5. 00 6. 00 7. 00 06 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1

Jenis HV Jenis HV Jenis MHV Jenis MHV Jenis LV Jenis LV Jenis MC

Kendaraan Kendaraan Kendaraan Kendaraan Kendaraan Kendaraan Kendaraan

Volume (kend /jam)

Waktu

Gambar 3.20. Fluktuasi arus lalulintas di Ruas Toili-Toili Barat arah ke Toili

Tabel 3.24. Volume Arus Lalulintas Kendaraan ke Arah Toili Barat di Ruas Toili-Toili Barat Waktu BB 06.00-07.00 07.00-08.00 08.00-09.00 09.00-10.00 10.00-11.00 11.00-12.00 12.00-13.00 13.00-14.00 14.00-15.00 15.00-16.00 16.00-17.00 17.00-18.00 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 HV TB 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 Jenis Kendaraan MHV LV BS TS AU MP 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 2 1 1 0 1 2 1 0 0 1 3 2 1 0 3 2 1 2 0 1 0 1 2 3 2 1 0 1 0 1 0 2 0 Jumlah MC 14 12 13 18 22 18 13 6 8 3 9 2 16 19 19 24 24 23 16 9 13 4 12 2

Sumber: Pengukuran di lapangan, Agustus 2007

Keterangan: BB: Bus besar; BS: Bus sedang; TB: Truk Besar; TS: Truk sedang; AU: Angkutan Umum; MP: Mobil Pribadi; SM: Sepeda Motor

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-57

PT. PERTAMINA EP - PPGM

Fluktuasi Arus Lalulintas Toili-Toili Barat


25
Volume (kend/jam)

20 15 10 5 0
00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 7. 8. 9. 0. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. -0 -0 -0 -1 -1 -1 -1 -1 -1 -1 -1 -1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 .0 .0 .0 .0 .0 .0 .0 .0 .0 .0 .0 .0 06 07 08 09 10 11 12 13 14 15 16 17

Jenis HV Jenis HV Jenis MHV Jenis MHV Jenis LV Jenis LV Jenis MC Waktu

Kendaraan Kendaraan Kendaraan Kendaraan Kendaraan Kendaraan Kendaraan

Gambar 3.21. Fluktuasi Arus Lalulintas di Ruas Toili-Toili Barat Arah ke Toili Barat

3.1.7.2. Jaringan jalan Jaringan jalan yang diamati meliputi seluruh jaringan jalan yang nantinya diperkirakan untuk rute angkutan material pada tahap konstruksi. Dari hasil pengamatan di lapangan diperoleh data geometri dan kondisi perkerasan jalan sebagai berikut: Geometri jalan: Geometri ruas jalan di berbagai penggal jalan yang menghubungkan ke kota-kota kecamatan adalah sebagai berikut: (1) Ruas Luwuk- Kintom : - lebar perkerasan - lebar bahu (2) Ruas Kintom- Batui (3) Ruas Batui-Toili (4) Ruas Toili- Dongi : - lebar perkerasan - lebar bahu : - lebar perkerasan - lebar bahu : - lebar perkerasan - lebar bahu : 7,0 meter : 1,0 meter (kiri/kanan) : 4,5 meter : 0,5 meter (kiri/kanan) : 4,5 meter : 0,5 meter (kiri/kanan) : 4,5 meter : 0,5 meter (kiri/kanan)

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-58

PT. PERTAMINA EP - PPGM

Kondisi perkerasan jalan: Kondisi perkerasan jalan yang nantinya diperkirakan sebagai jalur angkutan material pada tahap konstruksi adalah sebagai berikut:

Penggal 4,5

Kintom-Batui Jenis adalah

memiliki

peryang

kerasan yang masih baik dengan lebar meter. perkerasan Lapis

digunakan

Penetrasi

Makadam dengan lapis aus Latasir.

Ruas jalan yang berbatasan dengan bibir pantai terkena abrasi akibat gelombang air laut. Hal ini terlihat di ruas jalan yang menghubungkan Toili Toili Barat (Posisi: 51 M 0420780; UTM:98229041)

Penggal kan

jalan

yang

menghubungkan berge-

BatuiToili-ToiliBarat, sudah menunjukkerusakan (berlubang/ ini lombang). Kerusakan disebabkan

adanya genangan air pada daerah yang rendah, sehingga sering terendam.

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-59

PT. PERTAMINA EP - PPGM

3.1.7.3. Kondisi jembatan Kondisi jembatan yang menghubungkan Kota Luwuk sampai dengan Toili Barat, umumnya sudah cukup memadai. Konstruksi jembatan yang digunakan memiliki dua tipe, yaitu menggunakan rangka baja dan gelagar beton dengan kondisi sebagai berikut:

Kondisi jembatan yang sempit dengan lebar jalur untuk lalulintas sebesar 3,20 meter dengan konstruksi rangka baja, rawan terhadap kecelakaan di malam hari. Kekuatan konstruksi jembatan diperutukkan bagi ruas jalan klas II (MST maksimum 8 ton).

Kondisi

jembatan

yang

mengalami

kerusakan pada bangunan abutment (pangkal jembatan) akibat tergerus oleh aliran air sungai.

3.1.7.4. Kondisi lingkungan di sekitar jalan Faktor lingkungan yang dikaji berkaitan dengan tingkat keselamatan pengguna jalan yaitu meliputi pejalan kaki yang menyusuri maupun menyeberang jalan serta gangguan lain (bintang ternak) yang berada di jalur lalulintas serta aktivitas parkir di badan jalan (on street parking). Berdasarkan hasil pengamatan di ruas jalan yang nantinya diperkirakan sebagai jalur angkutan material sebagai berikut:

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-60

PT. PERTAMINA EP - PPGM

Pada tempat-tempat tertentu seperti daerah pemukiman dan daerah pusat kota kecamatan (Kintom, batui dan Toili), banyak terdapat pejalan kaki, khususnya pada saat bubaran sekolah di siang hari. Di daerah pemukiman di luar kawasan perkotaan banyak dijumpai binatang ternak yang berkeliaran di jalan raya. Kegiatan parkir di badan jalan, terutama pada daerah perdagangan di pusat kota kecamatan.

Banyaknya siswa sekolah yang berjalan kaki menyusuri jalan pada saat jam bubaran sekolah, sehingga menyebabkan rawan kecelakaan. Kondisi ini banyak dijumpai di daerah pusat kota kecamatan.

Pada ruas jalan antar kota, banyak dijumpai hewan ternak yang dibiarkan mencari makan di daerah sekitar jalan, sehingga berpotensi terjadinya kecelakaan lalulintas

Aktivitas parkir di badan jalan, terutama pada kawasan perdagangan di pusat kota, yang berpengaruh lebar efektif pada jalan, pengurangan

sehingga rawan kecelakaan.

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-61

PT. PERTAMINA EP - PPGM

3.1.7.5. Skala kualitas lingkungan komponen transportasi Skala kualitas lingkungan pada komponen transportasi meliputi parameter kelancaran lalulintas, keselamatan pengguna jalan dan kerusakan jalan/jembatan. Untuk menentukan skala kualitas lingkungan masing-masing parameter tersebut, maka perlu dilakukan kajian tentang kapasitas ruas jalan, kinerja jalan, pembebanan lalulintas. 1) Parameter kelancaran lalulintas Kapasitas ruas jalan Kapasitas ruas jalan dihitung berdasarkan pedoman Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) tahun 1977 adalah sebagai berikut: C = Co x FCw x FCsp x FCsf dengan: C Co FCw FCsp FCsf : : : : : kapasitas sesungguhnya (smp/jam) kapasitas dasar (smp/jam) faktor penyesuaian lebar jalan faktor penyesuaian distribusi arah arus faktor penyesuaian hambatan samping

Hasil hitungan kapasitas ruas jalan Kintom-Batui dengan lebar perkerasan 4,5 meter dan lebar bahu kiri dan kanan masing-masing 0,5 meter, adalah sebagai berikut: Co FCw C = = = = 2900 smp/jam 0,690 ; FCsp = 0,912 ; FCsf = 0,930 2900 x 0,690 x 0,912 x 0,930 1814 smp/jam

Kinerja ruas jalan Kinerja ruas jalan diukur berdasarkan nilai derajat kejenuhan (DS =degree of saturation), yaitu perbandingan antara volume (V) dengan kapasitas (C) ruas jalan. Nilai DS digunakan untuk menentukan skala kualitas lingkungan parameter kelancaran lalulintas. DS = V/C = 108/1814 = 0,06 (skala 5/sangat lancar) Kinerja ruas jalan untuk masing-masing kondisi jam sibuk (pagi, siang dan sore) dan berbagai ruas jalan disajikan pada tabel berikut ini.

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-62

PT. PERTAMINA EP - PPGM

Tabel 3.25. Kinerja Ruas Jalan di wilayah Kajian RLA V (smp/jam) Ruas Kintom-Batui Pagi 108 Siang 96 Sore 54 Ruas Batui-Toili Pagi 92 Siang 76 Sore 44 Ruas Toili Toili Barat Pagi 74 Siang 52 Sore 36 Jam sibuk C (smp/jam) 2.620 2620 2620 2.620 2620 2620 2.620 2620 2620 DS (V/C) 0,060 0,036 0,020 0,035 0,029 0,016 0,0282 0,0198 0,0137 Skala

5 5 5 5 5 5 5 5 5

Sumber: Pengolahan data lapangan dengan MKJI 1997

Dengan demikian skala kualitas lingkungan untuk parameter kelancaran lalulintas termasuk kategori sangat baik/sangat lancar ( Skala 5). Penentuan skala kualitas lingkungan didasarkan pada tabel berikut ini. Tabel 3.26. Pedoman Skala Kualitas Lingkungan Parameter Kelancanaran Lalulintas Tingkat Pelayanan Ruas Jalan A Karakteristik Kondisi arus bebas dengan kecepatan tinggi. Pengemudi dapat memilih kecepatan yang diinginkan tanpa hambatan Arus stabil, tetapi kecepatan operasi mulai dibatasi oleh kondisi lalulintas. Pengemudi memiliki kebebasan yang cukup untuk memilih kecepatan Arus stabil, tetapi kecepatan dan gerak kendaraan dikendalikan. Pengemudi dibatasi dalam memilih kecepatan Arus mendekati tidak stabil, kecepatan masih dikendalikan, V/C masih ditoleris Volume lalulintas mendekati/berada pada kapasitas Arus tidak stabil, kecepatan terkadang berhenti V/C 0,00-0,20

Skala 5 4

0,20-0,44

0,44-0,74

D E

0,74-0,85 > 0,85

2 1

Sumber: HCM 1994

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-63

PT. PERTAMINA EP - PPGM

2) Parameter keselamatan pengguna jalan Tingkat keselamatan pengguna jalan sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu faktor manusia (pengemudi dan pejalan kaki), faktor jalan, faktor kendaraan dan faktor lingkungan (lalulintas dan aktivitas di sekitar jalan), sedangkan tingkat keparahan korban bila terjadi kecelakaan sangat tergantung pada laju kendaraan. Dari hasil pendataan di lapangan, jumlah kejadian kecelakaan relatif jarang, yaitu rata-rata 1 kejadian per tahun (hasil wawancara dengan penduduk setempat). Untuk mengidentifikasi daerah rawan kecelakaan dengan area pengamatan sepanjang 1 km, maka digunakan rumus sebagai berikut: JKRi x 10 TKRi = --------------KL i x 365 Dari data arus lalulintas dan jumlah kejadian kecelakaan di wilayah studi, maka didapatkan hasil sebagai berikut: 1 x 106 TKRi = --------------- = 3, 3 (skala 3/sedang) 829 x 365 Dengan demikian skala kualitas lingkungan untuk parameter keselamatan pengguna jalan di wilayah studi termasuk kategori agak rawan kecelakaan (skala 3/sedang). 3) Parameter kerusakan jalan dan jembatan Tingkat kerusakan jalan dan jembatan jalan sangat dipengaruhi oleh tingkat pembebanan lalulintas. Meningat klas jembatan mengikuti kelas jalan, sehingga beban lalulintas yang lewat perlu mendapatkan perhatian, khususnya lalulintas angkutan material yang membawa pipa-pipa baja. Kondisi jembatan yang ada pada umumnya masih baik (relatif baru), sehingga dikategorikan memiliki skala kualitas lingkungan masih baik (Skala 4). Untuk jaringan jalan yang ada, sangat bervariasi pada masing-masing penggal/ruas jalan. Kondisi masing-masing ruas jalan adalah sebagai berikut: Kategori baik, yiatu ruas jalan dari Luwuk-Kintom-Batui (skala 4 ). Kategori sedang (sudah mulai menujukkan kerusakan yang parah): ruas Batui-Toili-Toili Barat (skala 2 ). Dengan demikian disimpulkan skala kualitas lingkungan untuk parameter kerusakan jalan dan jembatan masuk kategori sedang (skala 3 ).
6

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-64

PT. PERTAMINA EP - PPGM

3.2. KOMPONEN BIOLOGI 3.2.1. Flora Darat Pengamatan terhadap flora di wilayah studi dilakukan pada 14 lokasi yaitu area LNG Padang, sekitar Sungai Santoa, daerah Uso, Kinikini, lokasi sumur pengembangan Bumiharjo, sumur Sukamaju, Block Station sekitar Sungai Singkoyo, sumur Minahaki, sumur Donggi, sekitar Trunk Line daerah hutan lindung, Trunk Line kebun rakyat, Trunk Line sekitar Sungai Toili, Trunk Line sekitar perkampungan Argakencana, dan Trunk Line daerah persawahan. Jenis yang diamati meliputi, pohon semak dan herba. 1. Vegetasi di Lokasi LNG-Padang (kawasan pantai dan ladang) Lokasi LNG terletak di sekitar pantai dan area ladang milik penduduk. Berdasarkan pengamatan vegetasi di 10 plot, pada lokasi ini terdapat 47 jenis flora darat yang terdiri dari 24 jenis pohon, 15 jenis semak dan 7 jenis herba (Tabel 3.27) . Beberapa jenis flora yang ada merupakan tanaman budidaya dan tanaman khas pantai seperti Terminalia catapa. Tanaman budidaya umumnya di tanam pada lahan ladang dengan dominasi tanaman yaitu

Anacardium occidentale, Lannea sp dan Cocos nucifera yang mempunyai INP masingmasing sebesar 27,483; 26,163; dan 20,961. Selain itu jenis yang mempunyai kerapatan relatif cukup tinggi di area tersebut adalah Theobroma cacao dengan kerapatan sebesar 11,739%, Adenanthera sp. 10,870%. Jenis semak yang banyak ditemukan antara lain

Eupatorium inulifolium, Lantana chamara dan Sida rhombifolia, sedangkan herba yang
dominan ditemukan adalah Digitaria sp., Eulophia spectabilis, Ipomoea pes-caprae.

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-65

PT. PERTAMINA EP - PPGM

Tabel 3.27. Jenis Vegetasi di Lokasi LNG- Padang


No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 1 2 3 4 5 6 7 Nama Ilmiah Pohon Adenanthera sp. Anacardium occidentale Annona muricata Ardisia sp. Artocarpus communis Canarium edule Ceiba pentandra Citrus aurantifolia Cocos nucifera Garcinia mangostana Glyricidea sepium Lannea sp Lansium domesticum Leea sp. Macaranga sp. Mangifera indica Mangifera odorata Metroxylon sago Nauclea orientalis Psidium guajava Terminalia catapa Theobroma cacao Thespesia populnea Vitex trifolia Semak Crotalaria sp. Desmodium sp. Desmodium triflorum Dioscorea hispida Eupatorium inulifolium Ficus septica Flemingia sp. Hyptis brevipes Lantana chamara Mimosa pudica Securinega sp. Sida retusa Sida rhombifolia Stachytarpeta indica Urena lobata Herba Amorphophalus variabilis Anastrophus compresus Digitaria sp. Eulophia spectabilis Geodorum densiflorum Ipomoea pes-caprae Isachne Nama Umum Segawe Jambu mete Sirsak Sukun Kenari Randu Jeruk nipis Kelapa Manggis Gamal Kayu kuda Duku Girang Mahang Mangga Mangga Sagu Gempol Jambu biji Ketapang Coklat Waru laut laban Orok-orok Gegarertan Sisik betok Gadung Kirinyu Awar-awar Apah-apah Jukut Tembelekan Putri malu Mangsian Sidaguri Sidaguri Jarong Pulut Bunga bangke Rumput pait Jelamparan Anggrek Anggrek Daun barah Rumput F 4 6 2 1 1 1 1 3 6 1 4 5 1 1 4 1 2 2 1 2 3 3 1 1 57 5 3 5 1 8 3 4 3 6 2 1 5 6 2 2 56 3 8 7 3 4 2 1 28 FR (%) 7,018 10,526 3,509 1,754 1,754 1,754 1,754 5,263 10,526 1,754 7,018 8,772 1,754 1,754 7,018 1,754 3,509 3,509 1,754 3,509 5,263 5,263 1,754 1,754 100 8,929 5,357 8,929 1,786 14,286 5,357 7,143 5,357 10,714 3,571 1,786 8,929 10,714 3,571 3,571 100 10,714 28,571 25,000 10,714 14,286 7,143 3,571 100 D 25 39 3 1 2 1 2 6 24 1 13 40 1 1 14 1 2 6 1 3 11 27 1 5 230 35 34 51 1 65 10 18 12 45 12 3 22 17 4 3 332 DR (%) 10,870 16,957 1,304 0,435 0,870 0,435 0,870 2,609 10,435 0,435 5,652 17,391 0,435 0,435 6,087 0,435 0,870 2,609 0,435 1,304 4,783 11,739 0,435 2,174 100 10,542 10,241 15,361 0,301 19,578 3,012 5,422 3,614 13,554 3,614 0,904 6,627 5,120 1,205 0,904 100 INP 17,887 27,483 4,813 2,189 2,624 2,189 2,624 7,872 20,961 2,189 12,670 26,163 2,189 2,189 13,105 2,189 4,378 6,117 2,189 4,813 10,046 17,002 2,189 3,928 200 19,471 15,598 24,290 2,087 33,864 8,369 12,565 8,972 24,269 7,186 2,689 15,555 15,835 4,776 4,475 200 ID 0,105 0,131 0,025 0,010 0,018 0,010 0,018 0,041 0,102 0,010 0,071 0,132 0,010 0,010 0,074 0,010 0,018 0,041 0,010 0,025 0,063 0,109 0,010 0,036 1,091 0,103 0,101 0,125 0,008 0,139 0,046 0,069 0,052 0,118 0,052 0,018 0,078 0,066 0,023 0,018 1,016 0,041 0,155 0,154 0,055 0,067 0,067 0,094 0,632

Sumber : Data primer 2007

6 2,586 13,300 108 46,552 75,123 64 27,586 52,586 9 3,879 14,594 12 5,172 19,458 12 5,172 12,315 21 9,052 12,623 232 100 200

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-66

PT. PERTAMINA EP - PPGM

2. Vegetasi di Lokasi Sungai Santoa (Padang Tangkiang) Lokasi pengambilan sampel di sekitar Sungai Santoa di daerah Padang- Tangkiang berada di sekitar area pemukiman. Lokasi ini berdekatan dengan LNG Padang sehingga tipe ekosistem yang ada juga hampir sama. Berdasarkan pengamatan vegetasi di 10 plot, pada lokasi ini terdapat 23 jenis flora darat yang terdiri dari 12 jenis pohon, 8 jenis semak dan 3 jenis herba (Tabel 3.28). Beberapa jenis flora yang ada merupakan tanaman budidaya dan tanaman khas pantai seperti Terminalia catapa. Tanaman budidaya umumnya di tanam pada lahan ladang dengan dominasi tanaman yaitu Cocos nucifera yang mempunyai INP sebesar 50. Selain itu jenis yang mempunyai kerapatan relatif cukup tinggi di area tersebut adalah Jatropha curcas dengan kerapatan sebesar 36,765%. Jenis semak yang banyak ditemukan antara lain Eupatorium inulifolium, Stachytarpeta indica, Desmodium triflorum, sedangkan herba yang dominan ditemukan adalah Colocasia sp dan Musa paradisiaca. Tabel 3.28. Jenis Vegetasi di Sekitar Sungai Santoa No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 Nama Ilmiah Pohon Alstonia scholaris Annona muricata Cocos nucifera Ficus septica Ficus sp. Garcinia mangostana Jatropha curcas Lannea sp. Leucaena glauca Macaranga sp. Muntingia calabura Terminalia catapa Semak Calotropis gigantea Crotalaria sp. Desmodium triflorum Eupatorium inulifolium Flemingia sp. Hyptis brevipes Lantana chamara Stachytarpeta indica Herba Colocasia sp. Ipomoea pes-caprae Musa paradisiaca
Nama Umum

F 1 1 7 4 3 1 5 7 1 1 1 2 34 3 4 4 9 2 6 4 5 3 1 3 7

FR (%) 2,941 2,941 20,588 11,765 8,824 2,941 14,706 20,588 2,941 2,941 2,941 5,882 100 8,824 11,765 11,765 26,471 5,882 17,647 11,765 14,706 100 42,857 14,286 42,857 100

D 2 4 40 10 4 1 50 16 1 2 1 5 136 8 16 80 66 7 18 28 15 230 7 9 7 23

DR (%) 1,471 2,941 29,412 7,353 2,941 0,735 36,765 11,765 0,735 1,471 0,735 3,676 100 3,478 6,957 34,783 28,696 3,043 7,826 12,174 6,522 100 30,435 39,130 30,435 100

INP 4,412 5,882 50,000 19,118 11,765 3,676 51,471 32,353 3,676 4,412 3,676 9,559 200 12,302 18,721 46,547 55,166 8,926 25,473 23,939 21,228 200 73,292 53,416 73,292 200

ID 0,027 0,045 0,156 0,083 0,045 0,016 0,160 0,109 0,016 0,027 0,016 0,053 0,753 0,051 0,081 0,160 0,156 0,046 0,087 0,111 0,077 0,717 0,157 0,000 0,157 0,314

Pulai Sirsat Kelapa Awar-awar Beringin Manggis Jarak Kayu kuda Lamtoro Mahang Murbei Ketapang Biduri Orok-orok Sisik betok Kirinyu Lapa-lapa Jukut Tembelak Jarong Keladi Daun barah Pisang

34

Sumber : Data primer 2007

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-67

PT. PERTAMINA EP - PPGM

3. Vegetasi di Lokasi Uso (Pantai Pekarangan) Lokasi pengambilan sampel flora di daerah Uso merupakan dataran rendah yang berbatasan dengan pantai. Penggunaan lahan di daerah ini merupakan area pemukiman dan lahan pekarangan. Jenis vegetasi yang ada umumnya merupakan tanaman perkebunan seperti

Cocos nucifera dengan kerapatan relatif 14,035%. Sementara itu vegetasi yang ada di tepi
pantai, umumnya merupakan tanaman mangrove yaitu Avicenia sp dan tanaman khas pantai seperti Terminalia catapa dan Vitex trifolia dengan kerapatan relatif masing-masing sebesar 1,754% dan 23,684%. Indeks keanekaragaman jenis untuk pohon sebesar 1,032. Sementara itu jenis semak yang ditemukan antara lain Eupatorium inulifolium (INP 36,281),

Crotalaria sp (INP 33,688) Sida rhombifolia (INP 30,914), sedangkan jenis herba yang
dominan adalah Ipomoea pes-caprae, merupakan salah satu jenis yang umumnya dijumpai pada ekosistem pantai. Tabel 3.29. Jenis Vegetasi di Lokasi Uso No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 Nama Ilmiah Pohon Avicenia sp.
Nama Umum

FR(%)

D 1 2 4 12 16 13 10 9 3 3 2 2 2 2 6 27 114

DR(%) 0,877 1,754 3,509 10,526 14,035 11,404 8,772 7,895 2,632 2,632 1,754 1,754 1,754 1,754 5,263 23,684 100

INP 3,907 4,785 6,539 19,617 29,187 20,494 14,833 16,986 8,692 5,662 4,785 4,785 4,785 4,785 14,354 35,805 200

ID 0,018 0,031 0,051 0,103 0,120 0,108 0,093 0,087 0,042 0,042 0,031 0,031 0,031 0,031 0,067 0,148 1,032

Bambusa arundinacea Bambu

Api-api Johar Bintoro Kelapa Gamal Jarak Kayu kuda Mahang Sagu Bunga kupu-kupu Kamboja Angsana Ketapang Waru laut Laban

Cassia siamea Cerbera manghas Cocos nucifera Glyricidea sepium Jatropha curcas Lannea sp. Macaranga Metroxylon sago Papilionaceae Plumeria acuminata Pterocarpus indicus Terminalia catapa Thespesia populnea Vitex trifolia

1 3,030 1 3,030 1 3,030 3 9,091 5 15,152 3 9,091 2 6,061 3 9,091 2 6,061 1 3,030 1 3,030 1 3,030 1 3,030 1 3,030 3 9,091 4 12,121 33 100

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-68

PT. PERTAMINA EP - PPGM

Tabel 3.29. Lanjutan No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 1 2 3 4 5 Nama Ilmiah Semak Acalypha indica


Nama Umum

F 4 1 1 8 8 4 3 1 4 6 7 47 3 1 3 3 2 12

FR(%) 8,511 2,128 2,128 17,021 17,021 8,511 6,383 2,128 8,511 12,766 14,894 100 25 8,333 25 25 16,667 100

D 22 1 3 45 52 12 22 33 4 49 27 270 26 6 34 26 15 107

DR(%) 8,148 0,370 1,111 16,667 19,259 4,444 8,148 12,222 1,481 18,148 10,000 100 24,299 5,607 31,776 24,299 14,019 100

INP 16,659 2,498 3,239 33,688 36,281 12,955 14,531 14,350 9,992 30,914 24,894 200 49,299 13,941 56,776 49,299 30,685 200

ID 0,089 0,009 0,022 0,130 0,138 0,060 0,089 0,000 0,027 0,135 0,100 0,797 0,149 0,070 0,158 0,149 0,120 0,647

Akalipka Paku Cassia alata Ketepeng Crotalaria sp. Orok-orok Eupatorium inulifolium Kirinyu Hyptis brevipes Jukut Lantana chamara Tembelekan Manihot utilisima Ubi kayu Pandanus tectorius Pandan Sida rhombifolia Sidaguri Stachytarpeta indica Jarong
Acrostichum speciosum

Herba Wedelia triloba Sruni Ipomoea aquatica Kangkung Ipomoea pes-caprae Kangkungan Panicum sp. Rumput Pragmites sp. Parumpung

Sumber : Data primer 2007

4. Vegetasi di Lokasi Kinikini (Muara sungai Kayoa, rawa) Lokasi Kinikini berada di sekitar muara Sungai Kayoa dan tipe ekosistem di lokasi ini merupakan ekosistem rawa. Komposisi flora pada habitat rawa terdiri dari beberapa jenis bakau, pandan, nipah, dan semak herba. Berdasarkan pengamatan vegetasi di 10 plot, pada lokasi ini terdapat 24 jenis flora darat yang terdiri dari 11 jenis pohon, 6 jenis semak dan 7 jenis herba (Tabel 3.30). Pada tepi sungai, jenis vegetasi yang ada umumnya adalah tanaman mangrove. Kondisi mangrove di daerah ini masih bagus. Jenis yang mendominasi yaitu Avicenia sp dengan INP 29,823, sedangkan jenis lainnya yaitu Rhizophora sp mempunyai INP 17,842. Tanaman kelapa juga dominan di wilayah ini, kerapatan relatif jenis ini sebesar 40% dengan INP 54,815. Jenis semak herba yang umumnya dijumpai pada ekosistem rawa seperti Pandanus

tectorius, Sida rhombifolia, Ipomoea pes-caprae dan Spinifex litoreus cukup dominan di
lokasi ini.

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-69

PT. PERTAMINA EP - PPGM

Tabel 3.30. Jenis Vegetasi di Lokasi Kinikini No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 7 Nama Ilmiah Pohon Avicenia sp. Buchanania arborescens Casuarina equsetifolia Cocos nucifera Glyricidea sepium Lumnitzera rasemosa Nipa fruticans Rhizophora sp. Thespesia populnea Xylocarpus granatum Zizyphus mauritima Semak Acrostichum aureum Canavalia maritima Eupatorium inulifolium Hyptis brevipes Pandanus tectorius Sida rhombifolia Herba Cassytha filiformis Frimbistylis sp. Ipomoea pes-caprae Panicum sp. Pragmites sp. Saccharum spontaneum Spinifex litoreus
Nama Umum

F 5 2 3 4 2 1 2 2 3 2 1 27 3 1 1 3 2 2 12 2 2 5 3 2 2 3 19

FR (%) 18,519 7,407 11,111 14,815 7,407 3,704 7,407 7,407 11,111 7,407 3,704 100 25 8,333 8,333 25 16,667 16,667 100 10,526 10,526 26,316 15,789 10,526 10,526 15,789 100

D 13 2 13 46 10 1 7 12 5 5 1 115 23 1 14 25 6 19 88 28 15 40 50 52 17 20 222

DR (%) 11,304 1,739 11,304 40,000 8,696 0,870 6,087 10,435 4,348 4,348 0,870 100 26,136 1,136 15,909 28,409 6,818 21,591 100 12,613 6,757 18,018 22,523 23,423 7,658 9,009 100

INP 29,823 9,147 22,415 54,815 16,103 4,573 13,494 17,842 15,459 11,755 4,573 200 51,136 9,470 24,242 53,409 23,485 38,258 200 23,139 17,283 44,334 38,312 33,950 18,184 24,798 200

ID 0,107 0,031 0,107 0,159 0,092 0,018 0,074 0,102 0,059 0,059 0,018 0,827 0,152 0,022 0,127 0,155 0,080 0,144 0,680 0,113 0,079 0,134 0,146 0,148 0,085 0,094 0,800

Api-api Cemara laut Kelapa Gamal Taruntum Nipah Bakau Waru laut Miri Widara Paku Koro Kirinyu Jukut Pandan Sidaguri Sangir langit Bulu mata Kangkungan Rumput Parumpung Glagah Rumput angin

Sumber : Data primer 2007

5. Vegetasi di Lokasi Sumur Pengembangan Donggi Lokasi sumur pengembangan Donggi merupakan daerah persawahan, dengan jenis tanaman utama adalah padi (Oryza sativa). Pada umumnya padi ditanam dua kali dalam satu tahun dan diselingi tanaman palawija. Pada area ini hanya ditemukan satu jenis pohon yang tumbuh di pematang sawah yaitu jambu biji (Psidium guajava ). Beberapa jenis semak herba yang banyak ditemukan pada areal persawahan antara lain Hyptis brevipes, Mimosa

pudica, Cleome aspera, Desmodium sp. Panicum sp. dan Cyperus sp disajikan pada
Tabel 3.31.

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-70

PT. PERTAMINA EP - PPGM

Tabel 3.31. Jenis Vegetasi di Sekitar Lokasi Sumur Pengembangan Donggi No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Nama Ilmiah Semak Achyranthes sp. Ageratum conyzoides Cleome aspera Desmodium sp. Euphorbia hirta Hyptis brevipes Ludwigia ascendens Mimosa invisa Mimosa pudica Physalis angulata Sida rhombifolia Stachytarpeta indica Synedrella nodiflora Herba Commelina sp. Cyperus sp. Eleusin indica Ipomoea aquatica Marsilea crenata Oryza sativa Panicum sp. Peperomia sp.
Nama Umum

F 1 2 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1 1 16 4 6 2 2 3 8 6 1 32

FR(%) 6,250 12,500 6,250 6,250 6,250 12,500 6,250 6,250 12,500 6,250 6,250 6,250 6,250 100 12,500 18,750 6,250 6,250 9,375 25,000 18,750 3,125 100

D 3 6 23 24 8 26 4 5 25 2 2 15 19 162 17 28 23 11 42 200 125 6 452

DR(%) 1,852 3,704 14,198 14,815 4,938 16,049 2,469 3,086 15,432 1,235 1,235 9,259 11,728 100 3,761 6,195 5,088 2,434 9,292 44,248 27,655 1,327 100

INP 8,102 16,204 20,448 21,065 11,188 28,549 8,719 9,336 27,932 7,485 7,485 15,509 17,978 200 16,261 24,945 11,338 8,684 18,667 69,248 46,405 4,452 200

ID 0,032 0,053 0,000 0,000 0,000 0,128 0,040 0,000 0,125 0,000 0,024 0,096 0,000 0,497 0,054 0,075 0,066 0,039 0,096 0,157 0,154 0,000 0,640

Jarong Wedusan Sisik betok Patian Jukut Krangkong Pis kucing Putri malu Ceplukan Sidaguri Jarong Babadotan

1 2 3 4 5 6 7 8

Glegor Teki Suket tulangan Kangkung Semanggi Padi Rumput Sirih

Sumber : Data primer 2007

6. Vegetasi di Lokasi Sumur Sukamaju Hasil pengamatan ploting flora di lokasi sumur Sukamaju terdapat 61 jenis flora yang terdiri dari 31 jenis pohon, 20 jenis semak dan 11 jenis herba. Lokasi rencana sumur pengeboran di daerah Sukamaju berada di sekitar Suaka Margasatwa Bakiriang. Pada lokasi ini indeks keanekaragaman jenis pohon 1,327. Jenis yang paling sering dijumpai adalah Lansium

domesticum, Macaranga sp, Parkia speciosa, Pometia sp dengan frekuensi relatif sebesar
5,607%. Sementara itu untuk jenis semak yang paling mendominasi adalah jenis

Eupatorium inulifolium dengan frekuensi relatif sebesar 12,903%, densitas relatif sebesar
46,859% dan INP sebesar 59,762. Jenis herba yang sering dijumpai dan mempunyai nilai kerapatan relatif tertinggi yaitu Paspalum sp dengan frekuensi dan densitas relatif masingmasing sebesar 20,833% dan 60,390%. Hasil pengamatan flora dengan sampling plot di area sumur Sukamaju disajikan pada tabel berikut.

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-71

PT. PERTAMINA EP - PPGM

Tabel 3.32. Jenis Vegetasi di Sekitar Lokasi Sumur Pengeboran Gas Sukamaju No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 Nama Ilmiah Pohon Adenanthera sp. Anacardium occidentale Areca cathecu Anthocephalus sp. Arenga pinnata Artocarpus altilis Artocarpus elastica Bauhinia acuminate Caryota mitis Cassia timorensis Cocos nucifera Durio zibethinus Dysoxylum sp. Garcinia sp. Glyricidea sepium Hopea sp. Lansium domesticum Laportea sp. Leucaena glauca Livistona rotundifolia Macaranga sp. Muntingia calabura Nauclea orientalis Pandanus tectorius Parkia speciosa Pithecelobium jiringa Pometia sp. Talauma sp. Tectona grandis Theobroma cacao Toona sp. Semak Ageratum conyzoides Alpinia malaccensis. Bauhinia sp. Bidens pilosus Calamus ornatus Costus speciosus Dioscorea aculeata Emilia sonchifolia Erigeron sumatrensis Eupatorium inulifolium
Nama Umum

F 5 2 4 2 3 3 3 4 5 2 5 3 3 2 5 3 6 1 3 5 6 1 3 1 6 2 6 5 2 2 2 105

FR (%) 4,673 1,869 3,738 1,869 2,804 2,804 2,804 3,738 4,673 1,869 4,673 2,804 2,804 1,869 4,673 2,804 5,607 0,935 2,804 4,673 5,607 0,935 2,804 0,935 5,607 1,869 5,607 4,673 1,869 1,869 1,869 100

D 3 4 9 16 3 2 2 17 12 7 6 3 3 2 18 3 7 1 4 8 15 6 5 5 8 2 10 19 4 23 3 230 40 4 15 8 8 4 3 3 15 179

DR (%) 1,282 1,709 3,846 6,838 1,282 0,855 0,855 7,265 5,128 2,991 2,564 1,282 1,282 0,855 7,692 1,282 2,991 0,427 1,709 3,419 6,410 2,564 2,137 2,137 3,419 0,855 4,274 8,120 1,709 9,829 1,282 100 10,471 1,047 3,927 2,094 2,094 1,047 0,785 0,785 3,927 46,859

INP 5,955 3,579 7,584 8,707 4,086 3,658 3,658 11,003 9,801 4,861 7,237 4,086 4,086 2,724 12,365 4,086 8,599 1,362 4,513 8,092 12,018 3,499 4,940 3,071 9,026 2,724 9,881 12,793 3,579 11,698 3,151 200 18,536 4,273 10,378 6,933 8,546 4,273 5,624 2,398 10,378 59,762

ID 0,024 0,030 0,054 0,080 0,024 0,018 0,018 0,083 0,066 0,046 0,041 0,024 0,024 0,018 0,086 0,024 0,046 0,010 0,030 0,050 0,076 0,000 0,036 0,036 0,050 0,018 0,059 0,089 0,030 0,099 0,024 1,327 0,103 0,021 0,055 0,035 0,035 0,021 0,017 0,017 0,055 0,154

Segawe Jambu monyet Pinang Kamama Aren Kluwih Terap Tayuman Genduru Casia Kelapa Durian Mundu Gamal Miranti Duku Lamtoro Mahang Murbei Gempol Pandan Petai Asam Matoa Ganda Jati Coklat Suren

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Wedusan Lengkuas hutan Kupu-kupu Pancing Gadung Dalgiu Kirinyu

5 8,065 2 3,226 4 6,452 3 4,839 4 6,452 2 3,226 3 4,839 1 1,613 4 6,452 8 12,903

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-72

PT. PERTAMINA EP - PPGM

Tabel 3.32. Lanjutan No 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Nama Ilmiah


Nama Umum

F 3 3 3 3 2 4 2 2 3 1 62 4 3 5 3 2 6 2 6 3 10 4 48

Ficus septica Gigantochloa apus Lantana chamara Maranta arundinacea Passiflora sp. Piper aduncum Selaginela caudata Solanum torvum Urena lobata Zea mays
Herba Amorphophalus variabilis Colocasia esculenta Cyperus sp. Homalomena sp. Imperata cylindrica Isachne sp. Musa acuminata Musa paradisiaca Panicum hirtelum Paspalum sp. Schysmatoglotis sp.
Sumber : Data primer 2007

Awar-awar Ambu apus Tembelekan Maranta Rambusa Sasuruhan Paku lumut Terongan Pulut Jagung

FR (%) 4,839 4,839 4,839 4,839 3,226 6,452 3,226 3,226 4,839 1,613 100 8,333 6,250 10,417 6,250 4,167 12,500 4,167 12,500 6,250 20,833 8,333 100

D 6 3 6 24 4 35 8 3 6 8 382 4 4 11 3 19 28 10 18 79 279 7 462

DR (%) 1,571 0,785 1,571 6,283 1,047 9,162 2,094 0,785 1,571 2,094 100 0,866 0,866 2,381 0,649 4,113 6,061 2,165 3,896 17,100 60,390 1,515 100

INP 6,409 5,624 6,409 11,121 4,273 15,614 5,320 4,011 6,409 3,707 200 9,199 7,116 12,798 6,899 8,279 18,561 6,331 16,396 23,350 81,223 9,848 200

ID 0,028 0,017 0,028 0,076 0,021 0,095 0,035 0,017 0,028 0,035 0,892 0,018 0,018 0,039 0,014 0,057 0,074 0,036 0,055 0,131 0,132 0,028 0,601

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Bunga bangke Keladi Teki Alang-alang Rumput Pisang Pisang Rumput Paitan -

7. Vegetasi di Lokasi Manifold Station Minahaki Lokasi Manifold Station di Minahaki terletak di sekitar Sungai Singkoyo. Berdasarkan pengamatan vegetasi di 10 plot, pada lokasi ini terdapat sekitar 11 jenis pohon, 8 jenis semak dan 3 jenis herba dengan INP yang bervariasi. INP tertinggi adalah jenis Glyrycidia

sepium sebesar 79,263, kemudian Theobroma cacao dengan INP 28,175 dan

Nauclea

orientalis mempunyai INP 20,386. Kerapatan relatif yang paling tinggi adalah Glyrycidia sepium sebesar 55,263% dan Theobroma cacao sebesar 20,175%, sedangkan kerapatan
jenis lainnya dibawah 10%. Beberapa jenis vegetasi bawah penutup lahan semak herba yang dominan antara lain Clitoria ternatea, Eupatorium inulifolium, Hyptis brevipes, Digitaria

fucescens, Imperata cillyndrica disajikan pada tabel berikut.

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-73

PT. PERTAMINA EP - PPGM

Tabel 3.33. Jenis Vegetasi di Sekitar Block Station Minahaki I No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Nama Ilmiah Pohon Acacia auriculiformis Artocarpus integra Ceiba pentandra Cocos nucifera Glyrycidia sepium Lannea sp. Leucaena glauca Nauclea orientalis Talauma sp. Terminalia catapa Theobroma cacao Semak Clitoria ternatea Crotalaria sp. Eupatorium inulifolium Hyptis brevipes Pasiflora foetida Ruellia tuberosa Sida retusa Sida rhombifolia Herba Digitaria fucescens Imperata cillyndrica Musa paradisiaca
Sumber : Data primer 2007
Nama Umum

F 1 1 1 3 6 1 3 4 1 2 2 25 3 2 7 6 1 4 5 2 30 10 9 1 20

FR (%) 4 4 4 12 24 4 12 16 4 8 8 100 10,000 6,667 23,333 20,000 3,333 13,333 16,667 6,667 100 50 45 5 100

D 2 1 3 7 63 1 5 5 1 3 23 114 54 5 75 27 2 11 16 13 203 163 128 4 295

DR (%) 1,754 0,877 2,632 6,140 55,263 0,877 4,386 4,386 0,877 2,632 20,175 100 26,601 2,463 36,946 13,300 0,985 5,419 7,882 6,404 100

INP 5,754 4,877 6,632 18,140 79,263 4,877 16,386 20,386 4,877 10,632 28,175 200 36,601 9,130 60,279 33,300 4,319 18,752 24,548 13,071 200

ID 0,031 0,018 0,042 0,074 0,142 0,018 0,060 0,060 0,018 0,042 0,140 0,644 0,153 0,040 0,160 0,117 0,020 0,069 0,087 0,076 0,721 0,142 0,157 0,025 0,325

Akasia Nangka Randu Kelapa Gamal Kayu kuda Lamtoro Gempol Ganda Ketapang Coklat

1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3

Telang Orok-orok Kirinyu Jukut Rambusa Ceplikan Sidaguri Sidaguri Jelamparan Alang-alang Pisang

55,254 105,254 43,390 88,390 1,356 6,356 100 200

8. Vegetasi di Lokasi Sumur Minahaki I Lokasi sumur Minahaki I terletak berdekatan dengan Block station Minahaki dengan jarak sekitar 1 204 meter. Pada lokasi ini, jenis vegetasi yang ada tidak jauh berbeda dengan jenis yang ada di block station. Jenis pohon yang mempunyai INP tertinggi yaitu Psidium

guajava sebesar 32,432. Jenis semak yang mempunyai INP tertinggi yaitu Eupatorium inulifolium sebesar 63,793, sedangkan jenis herba yang mempunyai INP tertinggi adalah Imperata cyllindrica sebesar 102,381.

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-74

PT. PERTAMINA EP - PPGM

Tabel 3.34. Jenis Vegetasi di Sekitar Sumur Minahaki I No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Nama Ilmiah Pohon Alstonia scholaris Anacardium occidentale Arenga pinata Artocarpus elastica Casuarina equsetifolia Ceiba pentandra Cordia sp. Dysoxylum sp. Lansium domesticum Macaranga sp. Nauclea orientalis Peronema canescens Psidium guajava Talauma sp. Semak Eupatorium inulifolium Lantana chamara Gleichenia sp. Acrosticum sp. Clitoria ternatea Erigeron sumatrensis Herba Digitaria sanguinalis Imperata cyllindrica Poa annua
Sumber : Data primer 2007
Nama Umum

FR (%) 4 10,811 3 8,108 3 8,108 2 5,405 1 2,703 2 5,405 3 8,108 3 8,108 1 2,703 3 8,108 4 10,811 1 2,703 5 13,514 2 5,405 37 100 6 3 4 1 3 3 20 30 15 20 5 15 15 100

D 7 6 6 2 1 6 4 5 1 9 5 1 14 7 74 49 22 39 21 9 5 145 27 82 14 123

DR (%) 9,459 8,108 8,108 2,703 1,351 8,108 5,405 6,757 1,351 12,162 6,757 1,351 18,919 9,459 100 33,793 15,172 26,897 14,483 6,207 3,448 100

INP 20,270 16,216 16,216 8,108 4,054 13,514 13,514 14,865 4,054 20,270 17,568 4,054 32,432 14,865 200 63,793 30,172 46,897 19,483 21,207 18,448 200

ID 0,097 0,088 0,088 0,042 0,025 0,088 0,068 0,079 0,025 0,111 0,079 0,025 0,137 0,097 1,052 0,159 0,208 0,323 0,134 0,146 0,127 1,099 0,145 0,117 0,107 0,369

Pulai Jambu mete Aren Terap Cemara laut Randu Kordia Kedoya Duku Mahang Gempol Sungkai Jambu biji Ganda

1 2 3 4 5 6

Kirinyu Tembelekan Paku Paku rawa Telang -

1 2 3

Jelamparan Alang-alang Rumput

5 35,714 5 35,714 4 28,571 14 100

21,951 57,666 66,667 102,381 11,382 39,954 100 200

9. Vegetasi di Lokasi Sumur Donggi Lokasi sumur Donggi merupakan daerah persawahan, dengan jenis tanaman utama adalah padi (Oryza sativa). Pada umumnya padi ditanam dua kali dalam satu tahun dan diselingi tanaman palawija. Hasil pengamatan terdapat 5 pohon, 12 jenis semak dan 10 jenis herba.Kerapatan tertinggi untuk jenis semak adalah Mimosa pudica dengan densitas relatif sebesar 40,264%, kemusian diikuti jenis Ruellia tuberose sebesar 21,782%, sedangkan kerapatan tertinggi untuk herba adalah Panicum hirtelum dengan kerapatan relatif 36,775%, kemudian Eleusin indica dengan sebesar 21,523%.

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-75

PT. PERTAMINA EP - PPGM

Tabel 3.35. Jenis Vegetasi di Sekitar Lokasi Sumur Donggi No 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Nama Ilmiah Pohon Anacardium occidentale Calophyllum inophyllum Nauclea orientalis Terminalia catapa Thespesia populnea Semak Acalypha indica Acrosticum sp. Ageratum conyzoides Bidens pilosus Crotalaria sp. Desmodium trifolium Ficus septica Hedyotis sp. Ludwigia ascendens Mimosa pudica Ruellia tuberose Stachytarpeta indica Herba Commelina sp. Cyperus sp. Eleusin indica Fimbritylis sp. Ipomoea sp. Nymphaea sp. Panicum hirtelum Panicum muticum Paspalum sp.. Typha sp.
Sumber : Data primer 2007
Nama Umum

F 1 1 1 1 1 5

FR (%) 20 20 20 20 20 100

D 1 1 1 1 1 5 6 6 6 2 20 34 2 18 12 122 66 9 303 31 6 65 17 9 4 111 10 35 14 302

DR (%) 20 20 20 20 20 100 1,980 1,980 1,980 0,660 6,601 11,221 0,660 5,941 3,960 40,264 21,782 2,970 100 10,265 1,987 21,523 5,629 2,980 1,325 36,755 3,311 11,589 4,636 100

INP 40 40 40 40 40 200 10,804 4,921 7,863 6,542 15,424 20,045 6,542 17,705 6,902 54,970 36,488 11,794 200 26,265 9,987 37,523 13,629 6,980 5,325 52,755 11,311 27,589 8,636 200

ID 0,140 0,140 0,140 0,140 0,140 0,699 0,034 0,034 0,034 0,014 0,078 0,107 0,014 0,073 0,056 0,159 0,144 0,045 0,791 0,101 0,034 0,144 0,070 0,045 0,025 0,160 0,049 0,108 0,062 0,799

Jambu mete Nyamplung Gempol Ketapang Waru laut Akalipka Paku rawa Wedusan Orok-orok Sisik betok Awar-awar Bunga karang Kecicak Putri malu Ceplikan Jarong Glegor Teki Suket tulangan Bulu mata Kangkung Teratai Rumput Rumputan Paitan Teki

3 8,824 1 2,941 2 5,882 2 5,882 3 8,824 3 8,824 2 5,882 4 11,765 1 2,941 5 14,706 5 14,706 3 8,824 34 100 4 2 4 2 1 1 4 2 4 1 25 16 8 16 8 4 4 16 8 16 4 100

10. Jenis Vegetasi di Lokasi Jalur Trunk Line Di Hutan Lindung Salah satu lokasi yang akan dilewati pipa penyaluran gas adalah area hutan lindung. Berdasarkan hasil pengamatan dengan ploting, terdapat 11 jenis pohon di sekitar area Trunk Line, dengan beberapa jenis yang mempunyai frekuensi dan kerapatan relatif sama. Jenis yang paling sering dijumpai adalah Lansium domesticum, Nauclea orientalis, dan

Arenga pinnata dengan frekuensi relatif 12,903% dan densitas relatif 10,204%. Indeks
diversitas untuk jenis pohon di lokasi ini adalah 1,023. Penutupan lantai hutan didominasi oleh semak dan herba. Dari ploting yang dilakukan terhadap semak dan herba terdapat sekitar 16 jenis semak dan 10 jenis herba. Jenis yang sering ditemukan dan kerapatannya

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-76

PT. PERTAMINA EP - PPGM

tinggi antara lain Eupatorium inulifolium (35,393%) dan Piper aduncum (12,640%), sedangkan jenis lainnya dibawah 10%. Jenis herba yang dominan adalah Panicum hirtelum dan Paspalum sp. Beberapa jenis flora yang ada di sekitar lokasi Trunk Line yang melewati hutan lindung disajikan pada tabel berikut. Tabel 3.36. Jenis Vegetasi Di Lokasi Jalur Trunk Line Yang Melewati Hutan Lindung No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Nama Ilmiah Pohon Anthocephalus sp. Artocarpus elastica Cassia timorensis Lansium domesticum Livistona rotundifolia Nauclea orientalis Oncosperma sp. Pometia sp. Talauma sp. Arenga pinnata Caryota mitis Semak Ageratum conyzoides Alpinia malaccensis. Bauhinia sp. Bidens pilosus Calamus ornatus Costus speciosus Dioscorea aculeata Emilia sonchifolia Erigeron sumatrensis Eupatorium inulifolium Gigantochloa apus Lantana chamara Maranta arundinacea Piper aduncum Selaginela caudata Urena lobata Herba Amorphophalus variabilis Colocasia esculenta Cyperus sp. Homalomena sp. Imperata cylindrica Isachne sp. Musa acuminata Panicum hirtelum Paspalum sp. Schysmatoglotis sp.
Nama Umum

F 2 3 2 4 3 4 1 3 3 4 2 31 6 4 6 4 4 4 2 5 4 9 1 6 5 6 4 5 75 2 3 7 3 6 4 2 8 8 3 46

FR(%) 6,452 9,677 6,452 12,903 9,677 12,903 3,226 9,677 9,677 12,903 6,452 100 8 5,333 8 5,333 5,333 5,333 2,667 6,667 5,333 12 1,333 8 6,667 8 5,333 6,667 100 4,348 6,522 15,217 6,522 13,043 8,696 4,348 17,391 17,391 6,522 100

D 5 3 3 5 5 6 3 3 4 7 5 49 28 15 12 11 5 7 3 8 5 126 2 24 18 45 30 17 356 3 4 26 4 50 24 9 121 108 3 352

DR(%) 10,204 6,122 6,122 10,204 10,204 12,245 6,122 6,122 8,163 14,286 10,204 100 7,865 4,213 3,371 3,090 1,404 1,966 0,843 2,247 1,404 35,393 0,562 6,742 5,056 12,640 8,427 4,775 100 0,852 1,136 7,386 1,136 14,205 6,818 2,557 34,375 30,682 0,852 100

INP 16,656 15,800 12,574 23,107 19,882 25,148 9,348 15,800 17,841 27,189 16,656 200 15,865 9,547 11,371 8,423 6,738 7,300 3,509 8,914 6,738 47,393 1,895 14,742 11,723 20,640 13,760 11,442 200 5,200 7,658 22,604 7,658 27,248 15,514 6,905 51,766 48,073 7,374 200

ID 0,101 0,074 0,074 0,101 0,101 0,112 0,074 0,074 0,089 0,121 0,101 1,023 0,087 0,058 0,050 0,047 0,026 0,034 0,017 0,037 0,026 0,160 0,013 0,079 0,066 0,114 0,091 0,063 0,965 0,018 0,022 0,084 0,022 0,120 0,080 0,041 0,159 0,157 0,018 0,721

Kamama Terap Kasia Duku Palem Gempol Palem Matoa Ganda Aren Genduru Wedusan Lengkuas hutan Kupu-kupu Rotan Pacing Gadung Dalgiu Kirinyu Bambu apus Tembelekan Maranta Suruhan Paku lumut Pulut Bunga bangkai Keladi Teki Alang-alang Rumput Pisang Rumput Paitan -

Sumber : Data primer 2007

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-77

PT. PERTAMINA EP - PPGM

11.

Vegetasi di Jalur trunk Line Kebun Sekitar Hutan rakyat Rencana lokasi penyaluran gas akan melewati lokasi hutan rakyat unit 12 Desa Tirtasari. Berdasarkan hasil pengamatan dengan ploting, di sekitar lokasi ini terdapat 13 jenis pohon yang sebagian besar adalah tanaman budidaya. Beberapa jenis yang ditanam masyarakat antara lain Anacardium ocidentale, Arenga pinnata, Artocarpus integra, Mangifera indica . Namun jenis yang dominan ditanam pada hutan rakyat adalah Tectona grandis dengan kerapatan relatif sebesar 77,866%. Sementara itu terdapat 17 jenis semak dan 2 jenis herba yang ditemukan, seperti disajikan pada tabel berikut. Tabel 3.37. Jenis Vegetasi di Lokasi Trunk Line Sekitar Hutan Rakyat Unit 12 Desa Tirtasari Nama Umum Nama Ilmiah F FR(%) D DR(%) INP Pohon Anacardium ocidentale Jambu mete 4 12,5 16 6,324 18,824 Arenga pinnata Aren 2 6,25 2 0,791 7,041 Artocarpus elastica Terap 2 6,25 2 0,791 7,041 Artocarpus integra Nangka 2 6,25 9 3,557 9,807 Ceiba pentandra Randu 1 3,125 1 0,395 3,520 Hibiscus sp. Waru 1 3,125 1 0,395 3,520 Lannea sp. Kayu kuda 2 6,25 3 1,186 7,436 Macaranga sp. Mahang 4 12,5 10 3,953 16,453 Mangifera indica Mangga 2 6,25 5 1,976 8,226 Nauclea orientalis Gempol 2 6,25 2 0,791 7,041 Psidium guajava Jambu biji 3 9,375 3 1,186 10,561 Syzygium aqueum Jambu air 2 6,25 2 0,791 7,041 Tectona grandis Jati 5 15,625 197 77,866 93,491 32 100 253 100 200 Semak Adiantum sp. Paku tanah 4 7,843 8 4,167 12,010 Ageratum conyzoides Wedusan 3 5,882 12 6,250 12,132 Allamanda cathartica Alamanda 1 1,961 18 9,375 11,336 Alpinia galangal Lengkuas 1 1,961 4 2,083 4,044 Amaranthus spinosus Bayam 5 9,804 12 6,250 16,054 Annanas commosus Nanas 3 5,882 6 3,125 9,007 Bidens pilosus 2 3,922 3 1,563 5,484 Borreria sp. Boreria 2 3,922 4 2,083 6,005 Eupatorium inulifolium Kirinyu 8 15,686 70 36,458 52,145 Ficus septica Awar-awar 2 3,922 3 1,563 5,484 Heliotropium decipens Ekor anjing 3 5,882 6 3,125 9,007 Hyptis brevipes Jukut 4 7,843 12 6,250 14,093 Lantana chamara Tembelekan 5 9,804 17 8,854 18,658 Melastoma affine Senggani 3 5,882 6 3,125 9,007 Pasiflora foetida Rambusa 1 1,961 1 0,521 2,482 Phyllanthus niruri Meniran 3 5,882 6 3,125 9,007 Ruellia tuberose Ceplikan 1 1,961 4 2,083 4,044 51 100 192 100 200 Herba Eleusin indica Suket tulangan 4 33,333 14 9,929 43,262 Imperata cyllindrica Alang-alang 8 66,667 127 90,071 156,738 12 100 141 100 200

No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 1 2

ID 0,076 0,017 0,017 0,052 0,009 0,009 0,023 0,055 0,034 0,017 0,023 0,017 0,085 0,432 0,058 0,075 0,096 0,035 0,075 0,047 0,028 0,035 0,160 0,028 0,047 0,075 0,093 0,047 0,012 0,047 0,035 0,959 0,100 0,041 0,141

Sumber : Data primer 2007

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-78

PT. PERTAMINA EP - PPGM

12.

Vegetasi di Lokasi Trunk Line yang Melewati Sungai Toili Rencana lokasi Trunk Line antara lain akan melewati Sungai Toili. Kondisi vegetasi di sekitar Sungai Toili, didominasi oleh jenis Bambusa arundinacea dengan INP 45,593. Jenis pohon lainnya yang banyak dijumpai adalah, Glyricidea sepium, dengan kerapatan relatif 17,708%, sedangkan Cocos nucifera, Macaranga sp, dan Nauclea orientalis mempunyai kerapatan relatif 11,458% (Tabel 3.38). Berdasarkan pengamatan vegetasi di 10 plot, pada lokasi ini terdapat 22 jenis flora darat yang terdiri dari 11 jenis pohon, 7 jenis semak dan 3 jenis herba. Penutupan lahan oleh semak herba di lokasi ini didominasi oleh jenis Eupatorium

inulifolium dan Panicum hirtelum.


Tabel 3.38. Jenis Vegetasi di Lokasi Trunk Line yang Melewati Sungai Toili No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Nama Ilmiah Pohon Arenga pinnata Bambusa arundinacea Casuarinas sumatrana Cocos nucifera Ficus sp. Glyricidea sepium Hibiscus tiliaceus Macaranga sp. Muntingia calabura Nauclea orientalis Shorea macrophylla Semak
Nama Umum

F 2 6 2 5 1 6 5 5 2 4 1 39 5 9 5 7 4 6 5 41 5 5 6 16

FR(%) 5,128 15,385 5,128 12,821 2,564 15,385 12,821 12,821 5,128 10,256 2,564 100 12,195 21,951 12,195 17,073 9,756 14,634 12,195 100 31,25 31,25 37,5 100

D 2 29 3 11 1 17 7 11 3 11 1 96 41 59 25 72 22 21 11 251 57 60 76 193

DR(%) 2,083 30,208 3,125 11,458 1,042 17,708 7,292 11,458 3,125 11,458 1,042 100 16,335 23,506 9,960 28,685 8,765 8,367 4,382 100 29,534 31,088 39,378 100

INP 7,212 45,593 8,253 24,279 3,606 33,093 20,112 24,279 8,253 21,715 3,606 200 28,530 45,457 22,155 45,758 18,521 23,001 16,578 200 60,784 62,338 76,878 200

ID 0,035 0,157 0,047 0,108 0,021 0,133 0,083 0,108 0,047 0,108 0,021 0,867 0,129 0,148 0,100 0,156 0,093 0,090 0,060 0,774 0,156 0,158 0,159 0,474

Aren Bambu Cemara Kelapa Ficus Gamal Waru Mahang Murbei Gempol Meranti

1 2 3 4 5 6 7

Saccharum spontaneum Glagah

Eupatorium inulifolium Sida acuta Demodium triflorum Stachytarpeta indica Lantana chamara Hyptis brevipes
Herba

Kirinyu Sidaguri Sisik betok Jarong Tembelekan Jukut

1 2 3

Anastrophus compresus Rumput

Imperata cyllindrica Panicum hirtelum

Alang-alang Rumput

Sumber : Data primer 2007

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-79

PT. PERTAMINA EP - PPGM

13.

Vegetasi di Lokasi Trunk Line melewati Perkampungan Berdasarkan pengamatan vegetasi pada 10 plot, di sekitar lokasi rencana Trunk Line di Desa Argakencana, Kecamatan Batui terdapat 37 jenis flora darat yang terdiri dari 20 jenis pohon, 14 jenis semak dan 3 jenis herba. Penggunaan lahan di sekitar Trunk Line ini adalah permukiman dan pekarangan, sehingga jenis vegetasi yang mendominasi di area ini terutama adalah tanaman budidaya. Beberapa jenis yang dibudidayakan antara lain

Artocarpus communis, Artocarpus integra, Cocos nucifera, Mangifera indica, Theobroma cacao disajikan pada Tabel 3.39. Tanaman Glyricidea sepium mempunyai kerapatan relatif
tertinggi sebesar 29,907% dan umumnya ditanam sebagai pagar pembatas lahan. Jenis semak herba yang dijumpai, merupakan jenis yang umumnya dijumpai pada ekosistem pekarangan, antara lain Tridax procumbens, Desmodium sp, Eleusine indica, Cynodon

dactylon, disajikan pada tabel berikut.

No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

Tabel 3.39. Jenis Vegetasi di Lokasi Trunk Line yang melewati Perkampungan Argakencana Kecamatan Batui FR DR Nama Umum Nama Ilmiah F D INP ID (%) (%) Pohon Artocarpus communis Sukun 2 3,448 2 1,869 5,317 0,032 Artocarpus integra Nangka 2 3,448 2 1,869 5,317 0,032 Averrhoa carambola Belimbing 1 1,724 1 0,935 2,659 0,019 Cassia sp Casia 3 5,172 4 3,738 8,911 0,053 Ceiba pentandra Randu 3 5,172 4 3,738 8,911 0,053 Citrus aurantifolia Jeruk 4 6,897 6 5,607 12,504 0,070 Cocos nucifera Kelapa 6 10,345 6 5,607 15,952 0,070 Glyricidea sepium Gamal 5 8,621 32 29,907 38,527 0,157 Lannea sp. Kayu kuda 3 5,172 6 5,607 10,780 0,070 Lansium domesticum Duku 3 5,172 3 2,804 7,976 0,044 Leucaena leucocephala Lamtoro 4 6,897 4 3,738 10,635 0,053 Mangifera indica Mangga 6 10,345 10 9,346 19,691 0,096 Moringa pterygosperma Kelor 1 1,724 2 1,869 3,593 0,032 Muntingia calabura Murbei 2 3,448 3 2,804 6,252 0,044 Mussaenda sp. Nusa indah 1 1,724 2 1,869 3,593 0,032 Nerium oleander Nerium 4 6,897 8 7,477 14,373 0,084 Sesbania grandiflora Turi 4 6,897 5 4,673 11,569 0,062 Spondias cytherea Kedondong 2 3,448 2 1,869 5,317 0,032 Theobroma cacao Coklat 1 1,724 4 3,738 5,462 0,053 Crysophylum cainito Knitu 1 1,724 1 0,935 2,659 0,019 58 100 107 100 200 1,110

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-80

PT. PERTAMINA EP - PPGM

Tabel 3.39. Lanjutan No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Nama Ilmiah Semak Gardenia augusta Euphorbia hirta Tridax procumbens Sida retusa Borreria sp. Desmodium sp. Hibiscus rosa-sinensis Manihot utilisima Bougenvilia spectabilis Ixora coccinea Eupatorium riparium Catharanthus roseus Allamanda cathartica
Nama Umum

FR (%) 2 3,846 9 17,308 10 19,231 5 9,615 5 9,615 7 13,462 2 3,846 1 1,923 1 1,923 1 1,923 4 7,692 3 5,769 1 1,923 1 1,923 52 100 6 46,154 4 30,769 3 23,077 13 100

DR (%)

INP 4,339 34,795 55,684 16,266 12,571 39,077 5,570 2,908 2,662 2,416 11,633 7,493 2,169 2,416 200

ID 0,011 0,132 0,160 0,078 0,045 0,152 0,030 0,020 0,016 0,011 0,055 0,030 0,006 0,011 0,759 0,108 0,140 0,100 0,348

Kaca piring Patikan Srunen Sidaguri Boreria Sisik betok Sepatu Ubi kayu Bugenvil Soka Kirinyu Tapak dara Alamanda Clerodendrum thomsonae Nona makan sirih Herba Eleusine indica Cynodon dactylon Fimbritylis sp.

2 0,493 71 17,488 148 36,453 27 6,650 12 2,956 104 25,616 7 1,724 4 0,985 3 0,739 2 0,493 16 3,941 7 1,724 1 0,246 2 0,493 406 100 28 8 4 40

1 2 3

Suket tulangan Teki Bulu mata

70 116,154 20 50,769 10 33,077 100 200

Sumber : Data primer 2007

14.

Vegetasi di Lokasi jalur Trunk Line yang Melewati Persawahan Penggunaan lahan di daerah yang dilewati pipa penyalur gas ini merupakan area persawahan. Jenis tanaman utama Oryza sativa . Jenis lain yang mempunyai kerapatan tertinggi adalah Lannea sp dengan kerapatan relatif 67,857%, sedangkan jenis pohon lainnya rata-rata mempunyai kerapatan relatif 3,571%. Semak herba yang tumbuh merupakan jenis semak herba pada ekosistem persawahan yang umum dijumpai adalah

Imperata cillyndrica dan Imperata cillyndrica.

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-81

PT. PERTAMINA EP - PPGM

Tabel 3.40. Jenis Vegetasi di Lokasi Trunk Line Sekitar Persawahan No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Nama Ilmiah Pohon Artocarpus elasticus Cananga arborea Lannea sp. Livistona rotundifolia Morinda citrifolia Nauclea orientalis Paraserianthes sp. Terminalia catapa Cynamomun sp. Semak Schizostchyum sp. Heliotropium indicum Ruellia tuberosa Jussiaea sp. Hedyotis sp. Lantana chamara Euatorium inulifolium Borreria sp. Herba Imperata cillyndrica Cyperus sp.
Nama Umum

F 1 1 2 1 1 1 1 1 1 10 1 1 2 3 2 2 2 1 14 3 4 1 1 1 4 5 19

FR (%) 10 10 20 10 10 10 10 10 10 100 7,143 7,143 14,286 21,429 14,286 14,286 14,286 7,143 100 15,789 21,053 5,263 5,263 5,263 21,053 26,316 100

D 1 1 19 1 1 1 1 2 1 28 35 2 5 7 10 19 51 3 132 177 26 10 2 4 14 125 358

DR (%) 3,571 3,571 67,857 3,571 3,571 3,571 3,571 7,143 3,571 100 26,515 1,515 3,788 5,303 7,576 14,394 38,636 2,273 100 49,441 7,263 2,793 0,559 1,117 3,911 34,916 100

INP 13,571 13,571 87,857 13,571 13,571 13,571 13,571 17,143 13,571 200 33,658 8,658 18,074 26,732 21,861 28,680 52,922 9,416 200 65,231 28,315 8,056 5,822 6,380 24,963 61,232 200

ID 0,052 0,052 0,114 0,052 0,052 0,052 0,052 0,082 0,052 0,558 0,153 0,028 0,054 0,068 0,085 0,121 0,160 0,037 0,705 0,151 0,083 0,043 0,013 0,022 0,055 0,160 0,526

Terap Kenanga Kayu kuda Palem Mengkudu Gempol Sengon Ketapang Kayu manis

1 2 3 4 5 6 7 8

Bandotan Ceplikan Pangeor sila Bunga karang Tembelekan Kirinyu Boreria

1 2 3 4 5 6 7

Saccharum spontaneum

Ludwigia ascendens Ipomoea aquatica Isachne globosa Oryza sativa


Sumber : Data primer 2007

Alang-alang Teki Glagah Krangkong Kangkung Rumput Padi

Kondisi flora di wilayah studi baik, dikategorikan mempunyai skala kualitas lingkungan skala 4. Secara umum calon lokasi kegiatan umumnya berada di lahan tegal atau kebun dan bukan merupakan lahan persawahan. Kemungkinan perkembangan berbagai fasilitas ekonomi akan terpusat di sekitar lokasi LNG yang merupakan lahan kering, sementara lumbung pangan berada jauh dari lokasi LNG yaitu di Toili dan Toili Barat. Dengan demikian tidak akan berdampak nyata terhadap penurunan produksi pangan.

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-82

PT. PERTAMINA EP - PPGM

3.2.2

Fauna Darat

Fauna yang diamati meliputi hewan budidaya, burung, mamalia, reptilia. Daerah pengamatan meliputi daerah sekitar lokasi kegiatan yaitu area LNG Padang, sekitar Sungai Santoa, pantai Uso, Kinikini, lokasi sumur pengembangan Bumiharjo, sumur Sukamaju, Block Station sekitar Sungai Singkoyo, sumur Minahaki, sumur Donggi, sekitar Trunk Line daerah hutan lindung, Trunk Line kebun rakyat, Trunk Line sekitar Sungai Toili, Trunk Line sekitar perkampungan Argakencana, dan Trunk Line daerah persawahan. Pengamatan dilakukan dengan cara langsung menggunakan alat bantu binokular maupun tidak langsung yaitu dengan melakukan wawancara dengan penduduk di sekitar rencana kegiatan. Komunitas burung di dalam wilayah studi cukup banyak, ada sekitar 42 jenis burung yang ditemukan dan kemungkinan masih banyak jenis burung yang tidak teramati. Jenis burung yang frekuensinya paling sering dijumpai di semua lokasi pengamatan adalah burung cabe (Dicaeum

celebicum ). Srigunting (Dicrurus montanus), Tekukur (Streptopelia chinensis), Gagak (Corvus macrorhynchos) dan burung kacamata (Zosterops consobrinorum) .
Beberapa jenis burung yang ditemukan di sekitar lokasi kegiatan disajikan pada Tabel 3.41 dan umumnya jenis burung yang ada merupakan kelompok burung pemakan serangga seperti walet sapi (Colocalia esculanta), Cabe (Dicaeum celebicum), kecici belalang (Leptoptilos javanicus), Hal ini dapat dimengerti karena daerah kegiatan cukup terbuka dan serangga dapat berkembang dengan baik. Jumlah macam jenis burung yang paling banyak ditemukan berada di lokasi sumur gas daerah Sukamaju. Hal ini karena lokasi tersebut berbatasan atau berada di sekitar suaka marga satwa Bakiriang. Pada lokasi ini juga terdapat salah satu jenis burung langka dan dilindungi yaitu burung maleo (Macrocephalon maleo). Jenis burung yang dapat diamati secara langsung di lokasi ini ada sekitar 21 jenis. Macam jenis burung yang relatif banyak juga ditemukan di lokasi Trunk Line sekitar hutan lindung. Di sekitar area ini dijumpai sekitar 17 jenis burung. Jenis burung juga banyak ditemukan pada lokasi di sekitar sungai dan muara sungai. Dari beberapa jenis yang ada, jenis burung yang termasuk dilindungi antara lain yaitu : burung kipasan (Rhidipura teysmanni), trinil (Tringa totamus) , elang (Haliastur indus; Spilornis

rufipectus), raja udang (Alcedo meninting; Alcedo atthis; Alcedo coerulescens; Amaurornis phoenicuru) dan pecuk ular (Anhinga melanogaster). Umumnya burung-burung tersebut
ditemukan di daerah sumur gas sekitar perairan, tepi sungai, pantai sekitar mangrove/bakau dan hutan terbuka.

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-83

PT PERTAMINA EP-PPGM

Tabel 3.41. Beberapa Jenis Fauna di Wilayah Studi No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 20 30 31 Nama Ilmiah Aves Acridotheres cinereus Alcedo atthis Alcedo coerulescens Alcedo meninting Amaurornis phoenicuru Anas gibberifrons Anhinga melanogaster Ardea sumatrana Ardea purpurea Ardeola speciosa Anthreptes malacensis Bubulcus ibis Centropus celebensis Clamator coromandus Collocalia esculenta Corvus macrorhynchos Dicaeum celebicum Dicrurus montanus Ducula forsteni Egretta garzetta Haliastur indus Halcyon pileata Lonchura moluca Locustella certhiola Leptoptilos javanicus Macrocephalon maleo Passer montanus Penelopides exarhatus Pycnonotus aurigaster Ptilinopus melanospila Pycnonotus goiavier Nama Daerah Kerak Raja udang erasia Raja udang biru Raja udang Kareo padi Itik Pecuk ular Cangak laut Cangak merah Blekok sawah Burung madu Blekok Bubut Bubut kembang Walet sapi Gagak Cabe Srigunting Pergam Kuntul besar Elang bondol Cekakak cina Bondol taruk Kecici belalang Maleo Burung gereja Kutilang Walik kembang Merbah cerucuk 1 + + + + + 2 + + + + + 3 + + + + + + 4 + + + + + + + + + 5 + + + 6 + + + + + + + + + + + + + Lokasi 7 8 + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + 9 + + + + + + + + + 10 + + + + + + + + + + + + 11 + + + + + + + + 12 + + + + + + 13 + + + + + + 14 + + + + + + + + + -

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-84

PT PERTAMINA EP-PPGM

32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42

Rallina fasciata Rhipidura teysmanni Scissirostrum dubium Spilornis rufipectus Streptopelia chinensis Tanygnathus lucionensis Tanygnathus megalorynchos Tanygnathus sumatranus Tringa totamus Zosterops consobrinorum Zosterops chloris
Reptil Ahaetulla prasina Boiga dendrophila Crocodillus porosus Eutropis sp Python sp Mammalia Macaca nigra

Tikusan ceruling Kipasan Elang Tekukur Betet kelapa paruh besar Betet kelapa filipina Betet Trinil Kacamata Kacamata laut

+ + + 8 + -

+ + 7 + -

+ + + 9 + -

+ + + + + + 15 + + + + + + -

+ 4 -

+ + + + + + + + 21 + + + + + + + + +

+ + + 14 -

+ + + 14 -

+ 10 + -

+ + + + + 17 + + + + + + + + -

+ 8 -

+ + 8 + + + + -

+ 7 + -

+ + + 12 + + + + -

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 6

Ular daun Ular Buaya Kadal Ular piton Kera Musang Bajing Bajing Babi hutan Tarsius

Macrogalida musschenbroeckii

Prosciurillus murinus Rubrisciurus sp. Sus celebensis Tarsius pelengensis


Sumber : Data Primer, 2007

Keterangan :
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

+ : ada

: tidak ada
8. Sumur Minahaki I 9. Sumur Donggi I 10. Trunk Line (hutan lindung) 11. Trunk Line hutan rakyat 12. Trunk Line Sungai Toili 13 Trunk Line Perkampungan Ds Argakencana 14. Trunk Line persawahan

LNG Padang Sungai Santoa Uso Kinikini (Muara Sunga Kayoa) Sumur Pengembangan Bumiharjo Sumur Sukamaju- Suaka Margasatwa Bakiriang Block Station Minahaki I

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-85

PT PERTAMINA EP-PPGM

Sementara itu jenis mamalia yang ada di wilayah studi antara lain Macaca nigra, Macrogalida

musschenbroeckii, Prosciurillus murinus, Rubrisciurus sp,

Sus celebensis dan Tarsius

pelengensis. Jenis reptilia yang ada di sekitar lokasi kegiatan antara lain Ahaetulla prasina, Boiga dendrophila, Crocodillus porosus, Eutropis sp, Python sp. Jenis-jenis tersebut terutama
ditemukan di sekitar lokasi Suaka Margasatwa Bakiriang, hutan lindung dan muara sungai. Sementara itu pengamatan terhadap hewan budidaya di sekitar lokasi kegiatan, menunjukkan bahwa kegiatan budidaya hewan umumnya dilakukan dalam skala kecil. Usaha ternak yang diusahakan masyarakat masih bersifat sebagai usaha sampingan. Beberapa jenis hewan yang dibudidayakan masyarakat sekitar lokasi kegiatan terutama daerah yang dekat wilayah pemukiman yaitu sumur gas di daerah Uso dan sekitar Trunk Line Desa Argakencana antara lain ayam, kambing dan sapi. Secara umum kondisi fauna di area kegiatan baik, dikategorikan mempunyai skala kualitas lingkungan skala 4.

3.2.3. Biota Air A. Biota Air Tawar Biota air tawar yang diamati meliputi plankton, benthos yang berada di Sungai Sangkoyo, Muara Sungai Kayoa, anak Sungai Kayoa, Sungai Toili, Sungai Santoa dan anak Sungai Tompu dalam area kegiatan. Kondisi biota air tawar akan dijelaskan sebagai berikut. 1. Plankton Plankton merupakan organisme yang hidupnya melayang-layang dalam badan air, yang dibagi menjadi dua kelompok yaitu phytoplankton dan zooplankton. Dalam sistem rantai makanan pada ekosistem sungai, phytoplankton merupakan produsen primer yang ada di perairan. Phytoplankton mempunyai kemampuan menambat sinar matahari untuk melakukan fotosintesis yang akan menghasilkan energi bagi kelangsungan hidupnya, sedangkan zooplankton merupakan konsumen tingkat pertama yang akan memakan phytoplankton. Keanekaragaman jenis plankton dapat digunakan untuk menentukan kondisi lingkungan perairan, semakin tinggi tingkat keragamannya maka badan air tersebut semakin subur dan baik. Menurut Wilhm (1975) adanya suatu pencemaran merupakan salah satu bentuk tekanan terhadap lingkungan dan dapat menyebabkan tingkat keragaman semakin menurun. Pengamatan terhadap kelimpahan dan keanekaragaman plankton dilakukan pada 12 lokasi di perairan sekitar kegiatan dan hasilnya disajikan pada Tabel 3.42 dan Lampiran.

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-86

PT PERTAMINA EP-PPGM

Tabel 3.42. Kemelimpahan dan Indeks Keanekaragaman Plankton di Perairan Tawar Sekitar Lokasi Kegiatan
Parameter Densitas Fitoplankton Densitas Zooplankton Densitas Total Plankton Ind.Div. Fitoplankton Ind.Div. Zooplankton Ind.Div. Total Plakton Sumber: Analisis Data Lokasi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 280 126 5 26 84 34 28 23 18 24 4269 12 10 7 25 14 5 6 4 7 7 33 293 138 13 53 99 41 35 29 26 33 4303 0,448 0,783 0,699 1,026 0,673 0,802 0,985 0,992 0,929 0,824 0,115 0,007 0,737 0,501 0,836 0,727 0,413 0,678 0,452 0,759 0,555 0,851 0,532 0,894 0,876 1,234 0,858 0,918 1,133 1,094 1,139 0,995 0,180 Primer, 2007 12 1623 25 1650 1,143 0,916 0,189

Keterangan :
1. 2. 3. 4. 5. 6.

Sungai Singkoyo/Minahaki I Sungai Singkoyo/Minahaki II Muara Sungai Kayoa I Muara Sungai Kayoa II Anak Sungai Kayoa I Anak Sungai Kayoa I

7. 8. 9. 10. 11. 12.

Sungai Toili I Sungai Toili II Sungai Santoa Padang I Sungai Santoa Padang II Anak Sungai Tompu I Anak Sungai Tompu II

Hasil analisis menunjukkan bahwa keanekaragaman atau diversitas plankton yang terdapat di masing-masing lokasi pengambilan sampel berkisar antara 9 33 genera. Kepadatan atau densitas plankton di masing-masing lokasi berkisar antara 13 4303 individu/liter dengan indeks diversitas (Shanon-Wiener) plankton rata-rata berkisar antara 0,180 -1,234. Kepadatan atau densitas plankton tertinggi ditemukan di anak Sungai Tompu dengan kepadatan rata-rata 2946 individu/liter, namun indeks diversitasnya relatif rendah 0,1884. Jenis plankton yang dominan di lokasi ini adalah genera surirella dan synedra. Sementara densitas paling rendah ada di lokasi Sungai Santoa Padang dengan kepadatan rata-rata 30 individu/liter. Pada semua lokasi pengambilan sampel umumnya ditemukan genus Anabaena, Navicula, Nitzschia, Oscilatoria, dan Spirogyra yang biasa hidup pada perairan yang tercemar Berdasarkan indeks diversitas plankton di perairan sekitar rencana kegiatan, menunjukkan bahwa perairan ini tercemar sedang (skala 2) Lee at all, 1978.

2. Benthos Benthos merupakan organisme yang selama hidupnya menempati dasar perairan. Keanekaragaman benthos sangat dipengaruhi oleh kualitas air pada umumnya maupun substrat, termasuk kandungan nutrisinya. Kemelimpahan dan keanekaragaman benthos pada sungai-sungai di sekitar kegiatan bervariasi (Tabel 3.43).

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-87

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 3.43. Kemelimpahan dan Keanekaragaman Benthos di Beberapa Sungai Sekitar Lokasi Kegiatan
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 Class Turbellaria Insecta Insecta Insecta Insecta Insecta Insecta Insecta Insecta Insecta Gastropoda Gastropoda Gastropoda Gastropoda Gastropoda Gastropoda Gastropoda Family Planariidae Hydrobiosidae Nymphula Chironomidae Hydropsychidae Philoptomidae Stratiomyidae Tricopter Campyridae Chironomidae Haliotidae Naticidae Neritidae Turritellidae Buccinidae Cerithiidae Potamididae Spesies L 1 2 2 0 2 0 0 1 0 0 0 4 2 0 1 1 0 1 16 9
2

o 5 2 1 0 3 0 0 1 0 1 1 3 2 0 0 1 2 0 1 0 1 0 0 1 0 2 0 1 0 0 1 0 0 1 0 8 7 133

k 6 0 1 1 0 2 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 9 8 149

a 7 1 0 0 2 0 0 1 0 0 1 2 1 0 0 1 0 1 10 8 166

s 8 1 0 0 2 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 9 8 149

i 9 0 3 1 0 1 0 2 1 1 1 0 0 0 4 1 1 0 16 10 265 10 0 1 0 1 0 0 3 0 1 2 1 1 0 3 3 2 0 18 10 299 11 3 3 2 0 4 1 0 1 1 2 0 0 0 0 0 2 0 19 9 315 12 0 1 1 1 0 2 2 0 4 0 2 3 0 1 0 0 2 19 10 315

2 0 1 1 0 2 2 0 0 3 1 1 1 0 0 0 1 0 13 9 216

3 3 4 2 0 3 0 1 1 0 0 0 0 1 2 2 0 2 21 10 348

Planaria Atopsyche sp. Bellura sp Chironomus sp Hydropsyche sp Dolophilodes Eulalia sp Halesus Photinus sp Tendipes Haliotis Natica Stellata Nerita Turritella terebra Colubraria tortuosa Rhinoclavis asper Telescopium
Cacah Individu Diversitas

17 10 282

Densitas Benthos per m


Sumber: Data Primer, 2007

265

Keterangan :

1. Sungai Singkoyo/Minahaki I 2. Sungai Singkoyo/Minahaki II 3. Muara Sungai Kayoa I 4. Muara Sungai Kayoa II 5. Anak Sungai Kayoa I 6. Anak Sungai Kayoa II

(51M 0424354;UTM 9039188) (51M 0446081;UTM 9851570)

7. 8. 9. 10. 11. 12.

Sungai Toili I Sungai Toili II Sungai Santoa Padang I Sungai Santoa Padang II Anak Sungai Tompu I Anak Sungai Tompu II

(51M 0429083;UTM 9844590) (51M 0459028;UTM 9867862) (51M 0430819;UTM 9849442)

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-88

PT PERTAMINA EP -PPGM

Berdasarkan tabel tersebut di atas dapat diketahui bahwa jenis biota yang ditemukan terdiri dari 3 kelas, 17 familia, dan 17 spesies. Dari kelas yang ada, kelompok insecta dan gastropoda dominan keberadaanya. Dari beberapa spesies yang masuk dalam kelompok insecta antara lain Atopsyche sp, Chironomus sp, Hydropsyche sp, Photinus

sp dan Bellura sp. Chironomus sp merupakan anggota kelas insecta yang merupakan
salah satu bioindikator bagi perairan yang tidak bersih. Spesies ini ditemukan pada beberapa lokasi pengambilan sampel. Anggota Gastropoda yang ditemukan antara lain yaitu Haliotis, Natica Stellata, Colubraria tortuosa, sedangkan anggota kelas Tubellaria hanya ada satu jenis yang ditemukan yaitu Planaria sp. Kelimpahan dan keanekaragaman benthos di badan air yang ada sekitar lokasi kegiatan bervariasi. Secara umum, rata-rata kerapatan benthos setiap lokasi sekitar 242 individu/m . Kerapatan benthos tertinggi ditemukan pada lokasi anak Sungai Tompu, yaitu 315 individu/m
2 2

dengan 10 macam jenis. Kelimpahan dan keanekaragaman

benthos terendah ditemukan di lokasi anak Sungai Kayoa dengan kerapatan berkisar antara 133 149 individu/m 2 dengan 7-8 jenis benthos. Berdasarkan pada kondisi kelimpahan dan keanekaragaman biota laut terutama benthos, kualitas lingkungan di sekitar perairan lokasi kegiatan dapat dikategorikan tercemar sedang (skala 2).

B. Biota Air Laut 1. Plankton Dalam ekosistem perairan, keberadaan plankton sangat penting karena ia menjadi produsen utama dan benthos merupakan sumber pakan berbagai jenis binatang lainnya. Pengamatan plankton dilakukan pada di lokasi pantai Uso dan pantai Padang, yang koordinatnya sama dengan pengambilan benthos. Indeks keanekaragaman jenis fitoplankton dan zooplankton dapat digunakan untuk menentukan kondisi lingkungan perairan. Semakin tinggi indeks keanekaragaman suatu badan perairan, maka semakin subur dan baik kondisi lingkungan perairan itu.

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-89

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 4.44. Kemelimpahan dan Indeks Keanekaragaman Plankton di Perairan Laut Sekitar Lokasi Kegiatan Lokasi Parameter 1 2 3 4 Densitas Fitoplankton 11 20 87 53 Densitas Zooplankton 17 37 88 22 Densitas Total Plankton 29 59 176 77 Ind.Div. Fitoplankton 0,823 0,904 1,220 1,074 Ind.Div. Zooplankton 0,850 0,332 0,736 0,834 Ind.Div. Total Plakton 1,130 0,814 1,278 1,266 Sumber: Analisis Data Primer, 2007 Keterangan: 1. Pantai Uso (51M 0452733 ; UTM 9860862) 2. Pantai Uso 3. Pantai Padang (51M 0459660 ; UTM 9868772) 4. Pantai Padang Berdasarkan tabel tersebut di atas, diketahui bahwa pada lokasi pantai Uso, kepadatan populasi plankton per liter rata-rata sebesar 44 individu/liter dengan indeks diversitas 1. Sementara itu pada lokasi pantai Padang kepadatan populasi plankton per liter rata-rata sebesar 127 individu/liter dengan indeks diversitas berkisar antara 1,272. Jenis plankton yang paling dominan adalah Nauplius. Pada kedua lokasi tersebut juga ditemukan genus Anabaena, Nitzschia, Oscilatoria, dan Spirogyra yang biasa hidup pada perairan yang tercemar. Berdasarkan indeks diversitas menurut Shannon Wiener, kondisi perairan pada lokasi pencuplikan tercemar sehingga kondisi komunitas plankton sangat tidak mantap (skala 2). 2. Benthos Salah satu biota yang dapat digunakan sebagai parameter biologi untuk menentukan kondisi suatu perairan adalah hewan benthos. Benthos merupakan organisme yang hidupnya menempati dasar perairan. Sebagai organisme yang hidup di perairan, hewan benthos sangat peka terhadap perubahan kualitas air tempat hidupnya sehingga akan berpengaruh terhadap komposisi dan kelimpahannya.Hasil pengamatan pada lokasi pantai sekitar lokasi kegiatan menunjukkan kelimpahan jenis benthos masih cukup tinggi. Hasil pengamatan laboratorium dari sampel sedimentasi yang diambil di beberapa lokasi pantai sekitar tapak kegiatan (Tabel 3.45) menunjukkan rata-rata kerapatan benthos per m untuk masing-masing lokasi sekitar 245 individu. Sebagian besar yang ditemukan merupakan kelompok gastropoda dan insecta masing-masing
2

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-90

PT PERTAMINA EP -PPGM

terdiri dari 6 familia. Kelompok lainnya adalah kelas turbellaria. Dari kelas turbellaria hanya ditemukan satu jenis yaitu Planaria yang ditemukan pada lokasi pantai Padang (51M 0459660 ; UTM 9868772) Demikian halnya untuk kelompok insecta hanya ditemukan pada lokasi pantai Padang, sedangkan kelompok Gastropoda ditemukan hampir pada semua lokasi. Pada pantai Uso ditemukan 5 jenis benthos dengan kerapatan berkisar antara 133 182 individu/m2 . Sementara itu pada lokasi pantai Padang rata-rata ditemukan 10 jenis benthos dengan kerapatan 282 381 individu/m . Beberapa jenis kelas Insecta yang ditemukan antara lain Atopsyche sp, Hydropsyche sp,
2

Bellura sp dan Eulalia sp, sedangkan kelas Gastropoda yang ditemukan diantaranya
adalah Natica stellata, Rhinoclavis asper, Colubraria tortuosa, Turritella terebra . Berdasarkan pada kondisi kelimpahan dan keanekaragaman biota laut terutama benthos, kualitas lingkungan di sekitar perairan lokasi kegiatan dapat dikategorikan tercemar sedang (skala 2). Tabel 3.45. Kemelimpahan dan Keanekaragaman Benthos di Perairan Laut Sekitar Lokasi Kegiatan
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Class Turbellaria Insecta Insecta Insecta Insecta Insecta Insecta Insecta Gastropoda Gastropoda Gastropoda Gastropoda Gastropoda Gastropoda Gastropoda Family Planariidae Hydrobiosidae Stratiomyidae Tricoptera Hydropsychidae Nymphula Campyridae Chironomidae Naticidae Buccinidae Haliotidae Neritidae Cerithiidae Potamididae Turritellidae Spesies Planaria Atopsyche sp Eulalia sp Halesus Hydropsyche sp Bellura sp Photinus sp Tenpides Natica stellata Colubraria tortuosa Haliotis Nerita Rhinoclavis asper Telescopium Turritella terebra Total individu Diversitas Densitas spesies per m2 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 2 3 0 8 5 133 Lokasi 2 3 0 0 0 1 0 4 0 0 0 1 0 3 0 2 0 2 1 0 2 3 0 1 0 1 3 3 2 0 3 2 11 23 5 11 182 381 4 3 2 0 1 4 1 0 0 0 1 0 0 1 3 1 17 9 282

Sumber : Data Primer, 2007


Keterangan: 1. Pantai 2. Pantai 3. Pantai 4. Pantai Uso (51M 0452733 ; UTM 9860862) Uso Padang (51M 0459660 ; UTM 9868772) Padang

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-91

PT PERTAMINA EP -PPGM

3. Ikan Kabupaten Banggai memiliki sumberdaya ikan laut yang cukup besar. Potensi perikapan tangkap di Kabupaten Banggai tahun 2004 diperkirakan mencapai 48.627,1 ton pertahun yang terdiri dari ikan pelagis 39.387,9 ton dan jenis ikan demersal sebesar 9.239,2 ton. Di wilayah sekitar rencana kegiatan terutama di desa-desa pinggir pantai, sebagian mata pencaharian masyarakat adalah nelayan. Jenis alat penangkap ikan yang biasa digunakan nelayan setempat antara lain adalah jaring ikan, jaring angkat, pukat udang, pancing, bubu, serok, jermal maupun perangkap lainnya. sedangkan jenis-jenis ikan yang ditangkap nelayan disajikan pada tabel berikut. Tabel 3.46. Jenis Ikan yang Ditangkap Nelayan di Kabupaten Banggai No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Nama Umum

Nama Ilmiah

Bandeng Bobara Beronang Cakalang Deho Ekor Kuning Katamba Kakap Mereh Kerapu Layang Layur Lolosi Roa Sardin Selisi Teri Tenggiri Tuna

Chanos chanos Siganus javus Thryssa hamiltosus Neopomacentrus azysron Lucanus sang Epinephelus lanceolatus Decapterus russelli Tricheoris sp

Stolephorus sp Stolephorus sp

Sumber : Data Primer 2006 dan Data Sekunder, 2005

Dari tersebut di atas dapat diketahui bahwa jenis ikan yang ada kebanyakan nilai ekonominya tinggi, seperti ikan tenggiri, tunal, kakap, cakalang, dsb. Namun demikian beberapa jenis ikan yang bernilai ekonomi sedang, juga cukup melimpah seperti ikan teri, tigawaja, dan rajungan.

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-92

PT PERTAMINA EP -PPGM

Sementara itu potensi perikanan budidaya, baik budidaya tambak maupun budidaya perikanan air tawar cukup banyak. Di Kecamatan Batui, pemanfaatan lahan tambak banyak dibudidayakan udang windu, di Kecamatan Luwuk dan Toili diusahakan udang windu dan bandeng. Potensi lahan budaya air tawar dilakukan di kolam, umumnya jenis ikan yang dibudidayakan adalah ikan mas dan nila. Berdasarkan keanekaragaman dan produksi perikanan di sekitar lokasi rencana kegiatan, maka secara umum kualitas lingkungan di wilayah tersebut dikategorikan cukup baik (skala 3). 4. Terumbu Karang Terumbu karang adalah asosiasi atau komunitas lautan yang seluruhnya dibentuk oleh aktivitas biologik. Terumbu karang merupakan salah satu ekosistem yang sangat penting bagi keberlanjutan sumberdaya di kawasan pesisir dan lautan. Beberapa fungsi penting ekosistem terumbu karang antara lain sebagai tempat berlindung dari pemangsa, tempat memijah dan mengasuh anak bagi berbagai jenis ikan pelagis maupun ikan karang, udang, kerang dan invertebrata lainnya. Peranan terumbu karang sebagai penahan gelombang dan abrasi pantai juga sangat penting. Hilang dan rusaknya terumbu karang selalu diikuti dengan abrasi pantai. Berdasarkan data dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Banggai, menunjukkan bahwa kondisi terumbu karang di Desa Batui yang masuk dalam wilayah studi cukup memprihatinkan. Hasil survey yang dilakukan Tahun 2005, secara umum terumbu karang di Desa Batui berada dalam kategori buruk yaitu sebesar 9,9% pada kedalaman 10 m dan 3,4% pada kedalaman 3 m. (Survey Potensi Sumber Daya Ikan di Kabupaten Banggai Sulawesi Tengah, 2005). Kerusakan terumbu karang yang terjadi sebagian besar diakibatkan oleh kegiatan nelayan yang menangkap ikan secara ilegal, yaitu menangkap ikan dengan menggunakan bahan peledak. Hal ini dapat dilihat dengan banyaknya hamparan patahan karang yang berserakan. Pengambilan batu karang untuk bahan fondasi bangunan juga memiliki andil yang tidak kalah besar dalam rusaknya terumbu karang di Kabupaten Banggai.

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-93

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 3.47. Kondisi Terumbu Karang Kedalaman 10 Meter di Desa Batui No 1 2 3 4 Turbinaria Pocilopora Porites, Pleurogyra, Geniopora Leptiseris Jumlah
Sumber : Data Sekunder 2005

Genus

Persentase Penutupan 1 2,7 4,2 2 9,9

Tabel 3.48. Kondisi Terumbu Karang Kedalaman 3 Meter di Desa Batui No 1 2 Tubastrea Porites, Geniopora Jumlah
Sumber : Data Sekunder 2005

Genus

Persentase Penutupan 2,4 1 3,4

Tipe terumbu karang di wilayah studi merupakan terumbu karang tepi (fringging reef). Pengamatan terhadap kondisi terumbu karang di lapangan (2006), menunjukkan bahwa di lokasi lintasan pengamatan dengan jarak 100 meter dari pantai kepadatan terumbu karang sangat rendah hanya berkisar 10% menutupi areal pengamatan. Dari 10% tutupan tersebut terdiri dari coral masive 4%, Acropora encrusting 1%, Acropora submasive 4% dan sisanya terdiri dari soft coral dan sponge 1%. Rendahnya penutupan karang disebabkan karena keruhnya perairan sekitar kegiatan akibat sedimen yang masuk dari limpahan air tawar dari sungai permainan maupun sungai temporal yang ada di sekitar lokasi pengamatan. Selain itu gelombang yang menghempas karang di lokasi terus mengaduk perairan dan substrat yang ada sehingga kecerahan rendah dan menyebabkan tipis alga halus. pertumbuhan karang tidak maksimal. Dasar perairan di lokasi pengamatan didominasi oleh coral masive yang telah mati dan telah ditutupi lapisan

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-94

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 3.49. Persentase Penutupan Biota Penyusun Ekosistem Terumbu Karang (%) di Pantai Batui No. 1 2 3 4 Bentuk Pertumbuhan Terumbu Karang Coral massive Acropora encrusting Acropora sub massive Soft coral dan sponge Jumlah
Sumber : Data Primer 2006

BT-1 4 1 4 1 10

Lokasi Sampling BT-2 5 1 3 1 10

BT-3 3 1 5 1 10

Keterangan: BT-1: Batui 1 (51M 0457588, UTM 9862628) BT-2: Batui 2 (51M 0457275, UTM 9862537) BT-3: Batui 3 (51M 0456044, UTM 9862100)

Sementara itu jenis terumbu karang yang cukup dominan di perairan sekitar kegiatan. adalah Acropora. Penyebaran marga Acropora merata baik pada setiap lokasi pengamatan. Acropora merupakan salah satu marga karang yang rapuh (mudah patah) sehingga banyak ditemukan pada tempat-tempat yang terlindung. Keadaan tersebut merupakan salah satu sebab melimpah serta meratanya penyebaran Acropora. Karang marga Montipora dan Porites walaupun penyebarannya serta jumlah individunya lebih kecil dari marga Acropora, namun marga ini mempunyai kemampuan tinggi dalam menghadapi stres lingkungan. Jenis ini tahan terhadap gempuran gelombang besar, intensitas cahaya rendah maupun tinggi serta kondisi air dengan turbiditas agak tinggi (Suratmo, 1988). Sementara itu di lokasi Pantai Padang yang merupakan lokasi Pelabuhan Khusus alternatif 2, tidak terdapat terumbu karang. Substrat dasar pantai merupakan pasir sehingga tidak memungkinankan untuk berkembangnya terumbu karang. Berdasarkan angka (persentase) tutupan terumbu karang hidup dan macam jenis karang yang ditemukan di sekitar lokasi kegiatan, maka kualitas lingkungan di sekitar lokasi tersebut dikategorikan masih jelek (skala 2).

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-95

PT PERTAMINA EP -PPGM

3.3.

KOMPONEN SOSIAL

3.3.1. Demografi a. Jumlah dan kepadatan penduduk Secara administrasi lokasi kegiatan Proyek Pengembangan Gas Matindok terletak di Kabupaten Banggai dan terdiri dari 4 wilayah kecamatan yang akan terkena dampak dari kegiatan ini. Keempat kecamatan tersebut adalah Kecamatan Kintom, Batui, Toili dan Toili Barat. Distribusi penduduk menurut luas, jumlah dan kepadatan di masing-masing kecamatan adalah sebagai berikut. Tabel 3.50. Distribusi Penduduk Menurut Luas, Jumlah dan Kepadatan Penduduk di Kecamatan Wilayah Studi Kecamatan/ Kabupaten 1. Kintom 2. Batui 3. Toili 4. Toili Barat Kabupaten Banggai Luas (km ) 518,72 1.390,33 982,96 994,66 9.670,65
2

Jumlah Penduduk 12.471 24.811 44.588 19.603 296.488

Kepadatan 2 (Jiwa/km ) 24 18 45 20 31

Sumber: Kabupaten Banggai Dalam Angka 2005

Dari keempat kecamatan wilayah studi, yang paling tinggi kepadatan penduduknya adalah Toili. Kecamatan Batui dilihat dari jumlah penduduk adalah terbesar kedua namun dilihat dari kepadatannya adalah yang terendah, hal ini terjadi karena kecamatan ini mempunyai wilayah yang paling luas dibandingkan dengan kecamatan lainnya. Rata-rata kepadatan penduduk di 4 kecamatan wilayah studi adalah 27 jiwa/km , yang berarti masih lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata di tingkat kabupaten. Berdasarkan baku skala kualitas lingkungan, kondisi kepadatan penduduk di wilayah studi termasuk dalam kriteria sangat baik atau mempunyai skala 5 . b. Komposisi penduduk menurut jenis kelamin dan sex ratio Jumlah rumah tangga dan penduduk menurut jenis kelamin dan sex ratio disajikan dalam tabel berikut.
2

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-96

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 3.51. Jumlah Rumah Tangga, Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Sex Ratio di Kecamatan Wilayah Studi Kecamatan/ Kabupaten 1. Kintom 2. Batui 3. Toili 4. Toili Barat Kab. Banggai Ratarata/RT 3.587 3 5.729 4 11.103 4 4.734 4 72.252 4 RT Jumlah Penduduk Sex Ratio Laki-laki Perempuan 6.241 6.230 12.471 100 12.885 11.926 24.811 108 22.980 21.608 44.588 106 10.260 9.343 19.603 110 151.927 144.561 296.488 105

Sumber: Kabupaten Banggai Dalam Angka 2005

Jumlah rumah tangga yang tertinggi ada di wilayah Kecamatan Toili dan yang terendah ada di Kintom. Jumlah anggota keluarga setiap Rumah Tangga rata-rata adalah 4 orang, namun di Kintom rata-rata hanya mempunyai 3 orang anggota keluarga. Hal ini menunjukkan bahwa setiap keluarga rata-rata hanya mempunyai seorang anak. Kondisi rumah tangga di wilayah studi yang rata-rata mempunyai anggota keluarga kurang dari 5 orang ini, bila dilihat dari baku kualitas lingkungan tergolong sangat baik atau mempunyai skala 5 (L.W. Canter & L.G. Hill, 1981). Rasio jenis kelamin di wilayah studi rata-rata adalah 106 yang menunjukkan bahwa jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan jumlah penduduk perempuan. Kondisi ini terjadi mengingat adanya angka kelahiran bayi laki-laki yang lebih besar dibandingkan bayi perempuan. c. Komposisi penduduk menurut umur Dari angka pertumbuhan antar kelompok umur akan dapat diketahui struktur penduduk dalam suatu wilayah tertentu. Penyebaran penduduk menurut kelompok umur disajikan pada tabel berikut. Tabel 3.52. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Rasio Beban Tanggungan
No Kecamatan/ Kabupaten 0 14 Tahun Jumlah % 15 64 Tahun Jumlah % 65+ Tahun Jumlah %
Rasio Beban Tanggungan

1 2 3 4

Kintom Batui Toili Toili Barat


Banggai

3.478 7.065 13.397 7.427


93.994

27,89 28,47 30,05 37,89


31,70

8.311 17.149 29.340 8.635


192.738

66,64 69,12 65,80 55,95


65,01

682 597 1.851 1.208


9.756

5,47 2,41 4,15 6,16


3,29

50,06 44,68 51,98 78,73


53,82

Sumber: Diolah dari Kecamatan Dalam Angka 2005 dan Kabupaten Banggai Dalam Angka 2005

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-97

PT PERTAMINA EP -PPGM

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa rata-rata proporsi jumlah penduduk antara kelompok umur produktif dengan tidak produktif di 4 kecamatan wilayah studi yaitu 61,40% berbanding 38,60%. Dibandingkan angka di tingkat kabupaten, jumlah penduduk usia produktif di wilayah studi lebih rendah sekitar 3,61%. Dilihat dari rasio beban tanggungan, rata-rata di 4 kecamatan wilayah studi mempunyai rasio 56,36 berarti bahwa setiap 100 orang usia produktif harus menanggung sekitar 56 orang berusia tidak produktif. Dari 4 kecamatan wilayah studi, Kecamatan Toili Barat mempunyai rasio paling tinggi dan yang paling rendah adalah Kecamatan Batui. Hal ini mengindikasikan bahwa jumlah penduduk Kecamatan Batui yang berusia produktif jumlahnya lebih besar dibandingkan dengan penduduk yang berusia tidak produktif. Proporsi rata-rata antara penduduk yang berumur dibawah 15 tahun (penduduk berusia muda) dengan penduduk berusia tua (65+) adalah sekitar 31,08% berbanding 4,55%. Mengingat bahwa jumlah penduduk berusia muda kurang dari 40% terhadap total penduduk, maka kondisi penduduk berdasarkan umur produktif (usia kerja) di wilayah studi termasuk dalam skala 5 yaitu sangat baik.

d. Komposisi penduduk menurut pendidikan Komposisi penduduk di 4 kecamatan wilayah studi berdasarkan tingkat pendidikan disajikan pada tabel berikut. Tabel 3.53. Penduduk Usia 5 Tahun Ke atas Menurut Pendidikan yang Ditamatkan di Beberapa Kecamatan Wilayah Studi
Kintom Pendidikan
Jumlah 1. Tidak/blm sekolah 2. Tidak tamat SD 3. Tamat SD 4. Tamat SLTP 5. Tamat SMU 6. Tamat Akademi 7. Tamat Perg. Tinggi 168 2.246 5.582 2.494 1.522 254 245 12.511 % 1,34 17,95 44,62 19,93 12,17 2,03 1,96 100,00 Jumlah 49 4.751 9.588 2.703 1.931 237 157 20.416 % 0,24 23,27 46,96 13,24 9,46 1,16 0,77 100,00 Jumlah 2.401 10.866 18.146 4.695 2.745 351 262 39.466 % 6,08 27,53 45,98 11,90 6,96 0,89 0,66 100,00 Jumlah 55 4.777 7.978 2.063 1.206 154 115 17.348 % 0,32 27,54 45,99 11,89 6,95 0,89 0,66 100,00

Batui

Toili

Toili Barat

Ratarata
2,00 24,88 45,89 14,85 8,91 1,36 1,01 100,00

Jumlah

Sumber: Diolah dari Kabupaten Banggai Dalam Angka 2005

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-98

PT PERTAMINA EP -PPGM

Di 4 kecamatan wilayah studi persentase tingkat pendidikan penduduk tamat SD adalah yang terbesar, sedangkan penduduk yang tidak atau belum sekolah dan tidak tamat SD sebanyak 26,88% dan yang tamat akademi dan perguruan tinggi baru sekitar 2,37%. Dari antara 4 kecamatan di wilayah studi, penduduk di wilayah Kecamatan Kintom rata-rata memiliki tingkat pendidikan yang paling baik dibandingkan dengan kecamatan lainnya, kemudian diikuti Kecamatan Batui dan yang paling buruk adalah Kecamatan Toili. Persentase penduduk berpendidikan menengah dan tinggi di wilayah Kintom adalah 32,10% dan 3,99%, sedangkan di wilayah Toili adalah 18,86% dan 1,55%. Sementara itu tingkat pendidikan responden di wilayah studi disajikan dalam tabel sebagai berikut.

Tabel 3.54. Tingkat Pendidikan Responden di Sekitar Wilayah Studi No 1 2 3 4 5 6 7 8 Pendidikan Tidak sekolah Tidak tamat SD Tamat SD SLTP SMU Diploma/Akademi Sarjana (S1) Pasca Sarjana (S2) Jumlah
Sumber : Data Primer, 2007

Frekuensi 1 18 82 50 69 6 13 1 240

Persentase 0,42 7,50 34,17 20,82 28,75 2,50 5,42 0,42 100,00

Tingkat pendidikan responden yang paling menonjol adalah tamat SD seperti tingkat pendidikan penduduk di 4 wilayah kecamatan pada umumnya. Responden dengan tingkat pendidikan sekolah menengah yaitu SLTP dan SMU cukup besar (49,57%) dan yang berpendidikan Diploma, Sarjana dan Pasca Sarjana sebanyak 8,34%. Berdasarkan baku penilaian kualitas lingkungan (L.W. Canter & L.G. Hill, 1981), oleh karena secara umum keadaan pendidikan penduduk di 4 kecamatan wilayah studi persentase lulusan SD sekitar 45%, yang berpendidikan menengah 23,76% dan yang berpendidikan tinggi sekitar 2,37%, maka keadaan tersebut termasuk dalam kriteria baik (skala 4).

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-99

PT PERTAMINA EP -PPGM

e. Komposisi penduduk menurut mata pencaharian Mata pencaharian penduduk akan dapat mencerminkan tingkat pendapatan yang pada umumnya akan terkait pula dengan sikap dan pola pikir mereka. Bagi anggota masyarakat yang mempunyai mata pencaharian di sektor pertanian pada umumnya cenderung selalu mempertahankan sikap dan pola pikir secara tradisional dan kurang terbuka bila dibandingkan dengan masyarakat bermatapencaharian di sektor lain. Mata pencaharian penduduk di 4 kecamatan wilayah studi didominasi oleh buruh bangunan, petani dan buruh tani, pedagang dan lainnya. Komposisi mata pencaharian penduduk secara lebih lengkap disajikan pada tabel berikut. Tabel 3.55. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Beberapa Kecamatan Wilayah Studi Tahun 2005 Mata Pencaharian 1. Pertanian
2. Pertambangan/penggalian

Kintom Jml % 64,98 3.502


11

0,20

Batui Jml % 94,74 11.003


0

Toili Jml % 90,22 21.355


0

Toili Barat RataJml % rata 92,05 9.042 85,41


0 0 0,25

3. Industri kerajinan 4. Listrik, gas dan air 5. Konstruksi 6. Perdagangan 7. Angkutan 8. Jasa 9. Pegawai 10. ABRI/POLRI 11. Swasta Jumlah

639 0 359 223 104 142 224 34 151 5.389

11,86 0 6,66 4,14 1,93 2,63 4,16 0,63 2,80 100

105 6 98 293 109 0 0 0 0 11.614

0,90 0,05 0,84 2,52 0,94 0 0 0 0 100

415 10 292 1.076 190 309 0 0 24 23.761

1,75 0,04 1,23 4,55 0,80 1,31 0 0 0,01 100

203 1 158 248 46 125 0 0 0 9.823

2,07 0,01 1,61 2,52 0,47 1,27 0 0 0 100

4,15 0,03 2,59 3,43 1,04 1,30 1,04 0,04 0,71 100

Sumber: Kecamatan Dalam Angka 2005

Berdasarkan tabel tersebut di atas nampak bahwa matapencaharian sebagian besar penduduk (85,41%) di 4 kecamatan wilayah studi adalah dalam bidang pertanian. Jenis matapencaharian terbesar kedua adalah dalam bidang industri kerajinan dan yang ketiga adalah bidang konstruksi khususnya sebagai buruh bangunan. Jenis matapencaharian penduduk yang relatif masih terbatas jumlahnya adalah sebagai pegawai atau PNS dan ABRI/POLRI serta dalam bidang Listrik, gas dan air. Nampak bahwa bidang-bidang yang ditekuni penduduk umumnya yang tidak membutuhkan adanya pendidikan dan atau ketrampilan yang cukup tinggi. Bahkan dapat dikatakan bahwa pengetahuan atau ketrampilan yang mereka butuhkan dalam pekerjaan sehari-hari hanya berdasarkan atas kebiasaan atau ketrampilan secara turun temurun. Sementara itu mata pencaharian utama responden di wilayah studi disajikan pada tabel berikut.

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-100

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 3.56. Mata Pencaharian Utama Responden di Wilayah Studi No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Mata pencaharian Pegawai Negeri Sipil (PNS) Pegawai swasta Pengusaha/Wiraswasta Pedagang Petani Buruh tani Nelayan Buruh nelayan Buruh pabrik/bangunan Aparat desa Guru Lainnya Jumlah Jumlah 13 6 40 3 131 4 5 1 6 13 6 12 240 Persentase 5,41 2,50 16,67 1,25 54,58 1,67 2,08 0,42 2,50 5,42 2,50 5,00 100,00

Sumber : Data Primer, 2007

Mata pencaharian utama responden di wilayah studi terutama adalah pada bidang pertanian sama seperti matapencaharian penduduk umumnya di 4 kecamatan wilayah studi. Persentase responden bermatapencaharian dalam bidang pertanian adalah sebesar 58,75% yang meliputi sub sektor pertanian tanaman pangan, perkebunan dan peternakan sebesar 56,25% serta perikanan sebesar 2,50%. Jenis mata pencaharian lain yang cukup banyak ditekuni responden adalah sebagai pengusaha atau berwiraswasta (16,67%) dan menjadi Aparat Desa (5,42%) serta PNS dengan persentase sebesar 5,41%. Secara umum nampak bahwa mata pencaharian responden dan penduduk di wilayah studi masih terkait erat dengan sumberdaya alam atau mata pencaharian primer, sementara itu penduduk yang terjun ke mata pencaharian sekunder atau bidang industri relatif masih sangat terbatas. f. Mobilitas penduduk Mobilitas penduduk dari satu desa ke desa yang lain banyak terjadi dalam masyarakat dengan berbagai alasan, misalnya tekanan di daerah asal, daya tarik di daerah tujuan dan faktor-faktor lainnya yang bersifat pribadi, tetapi hal tersebut tidak menutup kemungkinan bahwa faktor non ekonomi juga mempengaruhi perpindahan penduduk. Adanya mobilitas penduduk dengan sendirinya akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi baik daerah tujuan maupun daerah asal. Hal ini pada akhirnya akan terkait erat dengan masalah lapangan kerja dan penyediaan tenaga kerja.

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-101

PT PERTAMINA EP -PPGM

Di 4 kecamatan wilayah studi, jumlah penduduk yang pergi atau pindah lebih sedikit daripada penduduk yang datang, hal ini menunjukkan bahwa wilayah studi mempunyai cukup daya tarik sehingga banyak didatangi kaum pendatang. Tabel 3.57. Gambaran Mobilitas Penduduk di Wilayah Studi Tahun 2005
Kecamatan Kintom Batui Toili Toili Barat Jumlah Penduduk Pertengahan Tahun 12.471 24.511 44.588 19.603 Mutasi Penduduk Lahir 153 345 683 526 Mati 36 71 295 224 Datang 56 109 123 31 Pindah 12 63 38 79 161 320 473 254 Perubahan

Sumber: Diolah dari Kecamatan Dalam Angka 2005

Dari antara 4 kecamatan di wilayah studi, Kecamatan Toili paling banyak perubahan jumlah penduduknya, kemudian Batui, Toili Barat dan yang paling sedikit perubahannya adalah Kintom. Perubahan penduduk tersebut pada umumnya lebih dikarenakan adanya perubahan penduduk secara alamiah yaitu kelahiran dan kematian. Di wilayah Toili faktor masuk dan bertempat tinggalnya pendatang juga sangat berpengaruh terhadap terjadinya perubahan kependudukan. Berbagai aktivitas perekonomian di Toili relatif paling menonjol dibandingkan dengan kecamatan lainnya dan hal inilah nampaknya yang menjadi daya tarik para pendatang untuk masuk dan beraktivitas di wilayah kecamatan. Berdasarkan hasil wawancara, diketahui bahwa sekitar 30,41% responden mengaku sebagai penduduk asli atau berasal dari dusun atau desa setempat. Sebanyak 4,17% responden lainnya merupakan pendatang yang umumnya berasal dari desa lain dalam lingkup Kecamatan di wilayah studi atau dari kecamatan lain tetapi masih dalam wilayah Kabupaten Banggai (12,50%). Responden yang berasal dari kota/kabupaten lain di Propinsi Sulawesi Tengah sebanyak 3,75% dan yang berasal dari propinsi lain di Sulawesi sebanyak 10,83%. Para responden pendatang lain yang berasal dari luar Sulawesi sebagian besar terkait dengan program transmigrasi yang dicanangkan pemerintah. Daerah asal para transmigran dan atau anggota keluarganya adalah Jawa Barat (4,58%), Jawa Tengah (9,17%), Jawa Timur (21,67%), Bali (2,08%) dan dari Nusa Tenggara sebanyak 0,84%.

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-102

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 3.58. Alasan Responden Pindah ke Wilayah Studi No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Alasan Kepindahan Mencari pekerjaan Tugas/dinas Menikah Mencari tempat tinggal yang lebih baik Membuka usaha Alasan keluarga Berdagang Transmigrasi Meningkatkan taraf hidup Jumlah Jumlah 45 3 9 3 2 18 2 41 18 141 Persentase 31,91 2,13 6,39 2,13 1,42 12,76 1,42 29,08 12,76 100,00

Sumber: Data Primer, 2007

Terdapat sekitar 31,91% responden yang menyatakan kepindahannya ke wilayah studi adalah untuk mencari pekerjaan, sekitar 29,08% karena mengikuti program transmigrasi dan karena alasan keluarga serta alasan untuk meningkatkan taraf hidup masing-masing sebesar 12,76%. Hal ini menunjukkan bahwa kecamatan-kecamatan di wilayah studi telah dianggap oleh responden dapat memberikan kehidupan yang lebih baik bagi responden dan keluarganya. Responden pendatang telah bertempat tinggal di wilayah studi dengan kisaran kurang dari 5 tahun hingga lebih dari 50 tahun. Jangka waktu kepindahan mereka ke wilayah studi yang paling dominan adalah antara 21-30 tahun dengan persentase sebesar 43,97%, kemudian diikuti antara 11-20 tahun (23,40%) dan antara 6-10 tahun dengan persentase sebesar 14,90%. Banyak responden pendatang yang telah menganggap bahwa tempat tinggal mereka saat ini merupakan tanah tumpah darah mereka dan keluarganya mengingat selama ini mereka telah menggantungkan hidupnya di wilayah ini. g. Angkatan kerja Angkatan kerja adalah penduduk berumur 15 tahun ke atas sebagai usia produktif, baik dalam status bekerja sementara, tidak bekerja atau sedang mencari pekerjaan. Penduduk berumur 65 tahun ke atas yang sudah tidak mampu lagi melakukan pekerjaan, segala kebutuhan hidupnya tergantung kepada orang lain, kelompok ini tidak termasuk dalam katagori angkatan kerja, begitu juga penduduk yang berumur kurang dari 15 tahun.

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-103

PT PERTAMINA EP -PPGM

Berdasarkan Kabupaten Banggai Dalam Angka 2005, diketahui bahwa jumlah penduduk berumur 15 tahun ke atas adalah 192.738 orang atau sekitar 65,01% dari jumlah total penduduk dan jumlah angkatan kerja adalah 182.982 orang. Sementara itu jumlah usia produktif di 4 kecamatan wilayah studi adalah 63.435 orang atau sekitar 62,51% dengan jumlah angkatan kerja 50.587 orang. Dengan demikian Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja atau TPAK di wilayah Kabupaten Banggai adalah 94,94%, sedangkan di 4 kecamatan wilayah studi adalah 79,75%. TPAK di tingkat kecamatan wilayah studi relatif sama, dan ini menggambarkan bahwa terdapat penduduk yang berusia kurang dari 15 tahun atau penduduk berusia muda yang telah terjun kedalam dunia kerja sehingga TPAK di wilayah tersebut tinggi. Kenyataan ini merupakan salah satu upaya yang dilalukan kelompok muda usia untuk membantu kondisi ekonomi keluarganya. h. Kesempatan kerja Perkembangan jumlah tenaga kerja dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan, sedangkan penyediaan lapangan pekerjaan masih sangat terbatas. Hal ini pada akhirnya akan terus meningkatkan jumlah pengangguran yang ada. Jumlah pencari kerja di wilayah Kabupaten Banggai selama tahun 2005 adalah 3.793 orang dengan tingkat pendidikan yang paling dominan adalah lulusan SLTA dengan persentase sekitar 65,49%, kemudian diikuti lulusan Sarjana dengan persentase 17,59% dan Diploma sebesar 11,05%. Kecenderungan ini relatif sama dengan tahun 2004, namun untuk tahun 2003 pencari kerja lulusan Diploma lebih besar dibandingkan dengan lulusan sarjana. Secara umum nampak bahwa pencari kerja laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan. Tabel 3.59. Banyaknya Pencari Kerja yang Terdaftar Menurut Tingkat Pendidikan dan Jenis Kelamin Tahun 2003 2005 di Kabupaten Banggai Tingkat Pendidikan SD SLTP SLTA Diploma Sarjana LK 21 132 890 139 109 2003 PR 13 61 894 233 112 JML 34 193 1.784 372 221 LK 42 281 1.842 181 371 2004 PR 24 138 1.637 344 367 JML 66 419 3.479 525 738 LK 15 133 1.353 161 360 2005 PR 3 65 1.131 258 307 JML 18 198 2.484 419 667

Sumber: Kabupaten Banggai Dalam Angka 2005

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-104

PT PERTAMINA EP -PPGM

Selama kurun waktu 2003-2005 jumlah pencari kerja di Kabupaten Banggai yang terbesar adalah pada tahun 2004 yaitu sebanyak 5.227 orang yang berarti mengalami peningkatan sekitar 100,73% dibandingkan tahun 2003, namun mengalami penurunan sekitar 27,43% pada tahun 2005. Penurunan yang ada bukan berarti bahwa jumlah tenaga kerja yang ada telah terserap dalam berbagai sektor, namun lebih karena para tenaga kerja merasa pesimis terhadap kesempatan kerja yang ada maupun upaya penempatannya, sehingga kemudian mereka tidak mendaftar ataupun melapor ke Dinas Tenaga Kerja setempat. Banyaknya pencari kerja dan penempatannya di Kabupaten Banggai disajikan pada tabel berikut. Tabel 3.60. Banyaknya Pencari Kerja, Penempatan dan Permintaan Menurut Jenis Kelamin Tahun 2003 2005 Di Kabupaten Banggai Uraian Pencari kerja Penempatan Permintaan LK 1.291 218 218 2003 PR 1.313 113 113 JML 2.604 331 331 LK 2.717 164 164 2004 PR 2.510 155 155 JML 5.227 319 319 LK 2.029 165 165 2005 PR 1.764 232 232 JML 3.793 397 397

Sumber: Kabupaten Banggai Dalam Angka 2005

Penempatan tenaga kerja selama tahun 2005 mengalami peningkatan sekitar 24,45% dibandingkan tahun 2004 dengan persentase 41,56% laki-laki dan 58,44% perempuan. Meskipun penempatan tenaga kerja mengalami peningkatan selama tahun 2005, namun penempatan yang ada relatif masih kecil yakni sebesar 10,47% dibandingkan dengan jumlah pencari kerja yang ada. Hal ini terkait dengan kesempatan kerja yang juga relatif sangat terbatas. Kondisi tersebut tidak jauh berbeda dengan yang terjadi di 4 kecamatan wilayah studi pada umumnya. Kenyataan tersebut didukung oleh sekitar 85% responden yang menyatakan bahwa di wilayahnya banyak pengangguran karena sulitnya mencari pekerjaan. Mendasarkan hal tersebut maka kesempatan kerja yang ada di wilayah studi termasuk dalam kriteria buruk atau mempunyai skala 2.

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-105

PT PERTAMINA EP -PPGM

3.3.2

Sosial Ekonomi

a. Pendapatan Masyarakat Salah satu indikator kemakmuran atau kesejahteraan adalah besarnya pendapatan masyarakat. Tinggi rendahnya pendapatan seseorang umumnya dapat dilihat melalui jenis matapencaharian atau pekerjaannya. Dengan melihat tingkat pendapatan masyarakat akan dapat diukur tingkat kesejahteraan masyarakat tersebut. Tingkat kesejahteraan masyarakat secara ekonomi ini akan berpengaruh terhadap tingkat kesejahteraan non ekonomi, yang antara lain dapat ditunjukkan melalui kondisi bangunan rumah, perabotan rumah tangga, kondisi pendidikan anggota keluarga dan lain sebagianya. Gambaran mengenai pendapatan rumah tangga setiap bulan dapat dicirikan menjadi 2 kelompok sumber penghasilan, yaitu kelompok formal dan kelompok informal (petani dan lain sebagainya). Untuk menghitung pendapatan per tahun kelompok formal sangatlah mudah karena pendapatan diperoleh secara rutin/tetap setiap bulan. Tetapi pendekatan pendapatan rumah tangga bagi kelompok informal seperti petani, nelayan, jasa, pedagang dan lain-lain sangatlah sulit. Hal ini dikarenakan pendapatan setiap bulan untuk kelompok informal tidak tetap dan bersifat musiman. Hasil usaha mereka sering mengalami pasang surut, kadang-kadang berhasil, kadang-kadang mengalami kegagalan karena pengaruh berbagai faktor, seperti adanya serangan hama penyakit, harga hasil panen jatuh, sepinya para konsumen dan lain-lain. Bagi penduduk daerah penelitian pada umumnya para petani ataupun pengusaha lainnya enggan untuk memperhitungkan antara penghasilan yang diperoleh dengan biaya pengeluaran proses produksi ataupun untuk memenuhi kebutuhan hidup lainnya. Berdasarkan data struktur responden menurut matapencaharian utama diketahui bahwa sebagian besar responden bekerja di bidang pertanian, yang meliputi petani dan buruh tani sebanyak 56,25%, nelayan dan buruh nelayan 2,50%. Penduduk yang

bermatapencaharian sebagai nelayan umumnya bermukim di pinggir pantai dan ratarata melaut hanya 4 5 hari per minggu. Pendapatan mereka berkisar antara Rp 20.000,00 Rp 50.000,00. Jenis matapencaharian lain yang cukup dominan adalah sebagai pengusaha/wiraswasta (16,67%), aparat desa (5,42%), PNS 5,41% dan lain-lain sebanyak 5%. Dilihat dari tingkat pendapatannya, rata-rata pendapatan responden per bulan adalah Rp 1.383.204,00 dengan tingkat pendapatan terendah sebesar Rp 150.000,00 dan yang

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-106

PT PERTAMINA EP -PPGM

tertinggi adalah Rp 5.000.000,00. Nilai modus pendapatan sebesar Rp 600.000,00 per keluarga per bulan. Tingkat pendapatan responden yang paling dominan adalah hingga Rp 500.000,00 dengan persentase sebesar 45,83%. Tabel 3.61. Distribusi Pendapatan Rumah Tangga Responden Setiap Bulan Kisaran Pendapatan (Rp) 1 2 3 4 5 6 7 Sampai dengan 500.000,00 501.000,00 1.000.000,00 1.001.000,00 1.500,000,00 1.501.000,00 2.000.000,00 2.001.000,00 2.500.000,00 2.501.000,00 3.000.000,00 Lebih dari 3.000.000,00 Jumlah
Sumber: Data Primer, 2007

Frekuensi 110 66 28 13 8 7 8 100

Persentase 45,83 27,50 11,67 5,42 3,33 2,92 3,33 100,00

Dengan rata-rata pendapatan responden per bulan adalah Rp 1.383.204,00 jika setiap keluarga responden rata-rata mempunyai 4 orang anggota keluarga, maka pendapatan perkapita per bulan adalah sekitar Rp 345.801,00 dan pendapatan perkapita per harinya adalah sekitar Rp 11.526,70. Jika batas kemiskinan adalah 1 $ Amerika per orang per hari yang nilai tukarnya adalah sebesar Rp. 9.600,00 maka rata-rata setiap anggota masyarakat di wilayah studi termasuk sedikit di atas kategori miskin. Berdasarkan baku sehingga kurang dapat memenuhi kebutuhan hidup keluarga secara optimal. Untuk menguji validitas jawaban responden tentang pendapatan mereka dipakai data besarnya pengeluaran. Rata-rata pengeluaran responden per bulan adalah Rp. 761.497,00 dengan modus pengeluaran sebesar Rp 500.000,00. Tingkat pengeluaran yang paling dominan adalah antara Rp 251.000,00 Rp 500.000,00 dengan persentase sebesar 32,08%, diikuti pengeluaran dengan kisaran Rp 501.000,00 Rp 750.000,00 sebanyak 19,17% dan pengeluaran hingga Rp 250.000,00 sebanyak 18,33%. kualitas lingkungan tingkat penghasilan responden di wilayah studi tergolong buruk (skala 2)

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-107

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 3.62. Distribusi Pengeluaran Rumah Tangga Responden Setiap Bulan Kisaran Pendapatan (Rp) 1 2 3 4 5 6 7 8 Sampai dengan 250.000,00 251.000,00 500.000,00 501.000,00 750.000,00 751.000,00 1.000,000,00 1.001.000,00 1.500.000,00 1.501.000,00 2.000.000,00 2.001.000,00 2.500.000,00 Lebih dari 2.500.000,00 Jumlah
Sumber: Data Primer, 2007

Frekuensi 44 77 46 38 18 10 2 5 240

Persentase 18,33 32,08 19,17 15,83 7,50 4,17 0,83 2,09 100,00

Dilihat dari komposisi antara penghasilan dengan pengeluaran, dapat dikatakan bahwa ratarata tingkat pendapatan responden relatif masih lebih besar dibandingkan dengan tingkat pengeluarannya. Hal tersebut antara lain ditunjukkan dengan adanya responden yang berpenghasilan hingga Rp 500.000,00 sebanyak 45,83% namun tingkat pengeluaran hingga Rp 500.000,00 dilakukan oleh sekitar 50,41% responden. Kondisi demikian terjadi pula pada responden yang berpenghasilan diatas Rp 1.000.000,00 sebanyak 26,67% namun tingkat pengeluaran di atas Rp 1.000.000,00 hanya dilakukan oleh 14,59% responden. Dengan demikian pada umumnya responden dapat menyeimbangkan antara tingkat pendapatan dengan pengeluaran keluarganya atau mereka mampu mengelola kondisi keuangannya dengan baik atau tidak berperilaku hidup boros. Untuk responden dengan tingkat penghasilan sekitar Rp 500.000,00 praktis hampir semuanya digunakan untuk pemenuhan konsumsi bahan makanan sehari-hari. b. Pola Nafkah Ganda Terdapat sekitar 59,17% responden yang memiliki lebih dari satu sumber pendapatan untuk dapat memenuhi kebutuhan rumah tangganya sehari-hari. Distribusi pekerjaan sampingan responden disajikan pada tabel berikut.

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-108

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 3.63. Distribusi Pekerjaan Sampingan Para Responden No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. Jenis Pekerjaan Sampingan Petani Buruh tani Nelayan Buruh pabrik/bangunan Guru Pedagang Pengusaha/wiraswasta Pegawai honorer Pegawai swasta Tukang ojek Lainnya Jumlah
Sumber : Data Primer, 2007

Frekuensi 58 11 7 11 2 14 14 2 3 6 14 142

Persentase 40,84 7,75 4,93 7,75 1,41 9,86 9,86 1,41 2,11 4,22 9,86 100,00

Jenis pekerjaan sampingan yang banyak ditekuni responden tidak jauh berbeda dengan pekerjaan pokok responden yaitu pada bidang pertanian, khususnya sebagai petani dan buruh tani. Aktivitas ini umumnya ditekuni oleh para responden yang bekerja diluar bidang pertanian seperti PNS, wiraswastawan dan guru. Selain untuk menambah penghasilan, aktivitas ini diakui sebagai sarana untuk menyalurkan hobi, bersifat rekreatif dan melanjutkan usaha orang tua. Sementara itu usaha sampingan sebagai pedagang umumnya dilakukan oleh responden dengan membuka warung atau toko di rumahnya. c. Kepemilikan Benda Berharga oleh Responden 1) Rumah dan pekarangan Benda berharga yang dimiliki responden dalam hal ini adalah berupa rumah, tanah atau lahan, ternak, tabungan, perabotan rumah tangga dan kendaraan. Rumah dan atau lahan umumnya dimiliki oleh reponden dari hasil menyisihkan sebagian pendapatannya atau dari peninggalan orang tua. Ternak, tabungan, perabot rumah tangga dan kendaraan bermotor hampir semuanya dimiliki responden dengan cara menyisihkan hasil jerih payahnya atau sisa dari upaya pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari.

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-109

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 3.64. Kepemilikan Rumah oleh Responden No 1 2 3 4 5 6 Kisaran Luas (m ) Sampai dengan 36 37 70 71 100 101 150 151 200 Lebih dari 200 Jumlah
Sumber : Data Primer, 2007
2

Frekuensi 60 100 44 18 10 8 240

Persentase 25,00 41,67 18,33 7,50 4,17 3,33 100,00

Berdasarkan hasil wawancara dengan responden diketahui bahwa rumah responden rata-rata mempunyai luas antara 14 600 m dengan persentase terbesar (41,67%) adalah luasan 37 70 m . Hampir semua responden (90,83%) di wilayah studi mempunyai halaman/pekarangan rumah. Luasan pekarangan berkisar antara 50 5000 m2 dengan persentase terbesar (30,83%) yaitu antara 251 500 m 2 , kemudian diikuti dengan luasan 1.001 2.500 m2 dengan persentase sebesar 24,17% dan antara 501 750 m2 sebanyak 14,58%. Nampak di sini bahwa kepemilikan halaman dan atau pekarangan oleh responden relatif cukup luas. Status kepemilikan rumah dan pekarangan oleh responden umumnya adalah hak milik (SHM) dengan persentase sebesar 50,42%, sewa/kontrak (5%), hak pakai (3,33%), warisan atau milik keluarga (1,25%) dan yang tidak bersertifikat sebanyak 40%. Sementara itu kondisi bangunan tempat tinggal responden disajikan pada Tabel 3.65 . Bangunan rumah responden di calon lokasi kegiatan dan sekitarnya yang terbanyak (50,83%) adalah berdinding kayu atau papan, terdapat sekitar 36,67% berdinding tembok dan yang setengah tembok sebanyak 12,50%. Dilihat dari lantainya, umumnya berupa ubin atau lantai dari semen dengan persentase sebesar 65,83%, kemudian berlantai tegel (17,51%) dan masih berupa tanah sebanyak 12,08%. Atap rumah
2 2

responden didominasi dari seng (70%), dari genting 12,50% dan dari rumbai atau daun kelapa dengan persentase 12,08% dan yang beratap genting sebanyak 12,50%. Berdasarkan kondisi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa secara umum keadaan bangunan rumah penduduk (responden) tergolong dalam kualitas sedang (skala 3).

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-110

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 3.65. Persentase Kondisi Bangunan Rumah Responden No 1 Kondisi Bangunan Dinding rumah a. Kayu/papan b. Setengah tembok c. Tembok Jumlah Lantai rumah a. Tanah b. Ubin/lantai semen c. Tegel d. Keramik e. Papan Jumlah Atap rumah a. Genteng b. Asbes c. Seng d. Rumbai/daun kelapa e. Cor beton Jumlah Frekuensi 122 30 88 240 29 158 42 5 6 240 30 11 168 29 2 240 Persentase 50,83 12,50 36,67 100,00 12,08 65,83 17,51 2,08 2,50 100,00 12,50 4,58 70,00 12,08 0,84 100,00

Sumber : Data Primer, 2007

2) Sawah dan ladang Sawah dimiliki oleh sekitar 39,17% responden dan ladang dimiliki oleh sekitar 73,75% responden dengan luas berkisar antara 0,08 40 Ha. Gambaran secara lebih rinci tentang hal tersebut disajikan pada tabel berikut. Tabel 3.66. Kepemilikan Sawah dan Ladang oleh Responden No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Kisaran Luas (m2) Sampai dengan 1000 1.001 2.500 2.501 5.000 5.001 10.000 10.001 25.000 25.001 50.000 50.001 75.000 75.001 100.000 Lebih dari 100.000 Jumlah
Sumber : Data Primer, 2007

Sawah (m ) Frek. 4 8 23 29 18 5 1 1 5 94 % 4,25 8,51 24,47 30,85 19,16 5,32 1,06 1,06 5,32 100,00

Ladang (m ) Frek. 8 9 19 52 39 39 5 3 3 177 % 4,53 5,09 10,73 29,38 22,03 22,03 2,83 1,69 1,69 100,00

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-111

PT PERTAMINA EP -PPGM

Luasan lahan sawah dan atau ladang yang dominan dimiliki responden umumnya adalah 5.001 10.000 m . Terdapat sekitar 12,76% responden yang termasuk dalam kriteria petani gurem karena luas lahannya hanya sekitar 2.500 m2 atau kurang. Dengan sempitnya lahan usaha dipastikan bahwa usaha pertanian yang mereka lakukan tidak akan mencapai hasil yang optimal dan hal ini berpengaruh secara nyata terhadap kondisi ekonomi keluarganya. 3) Tabungan Berdasarkan hasil wawancara dengan responden diketahui bahwa terdapat sekitar 26,67% responden yang memiliki tabungan keluarga. Tabel 3.67. Jenis Tabungan yang Dimiliki Responden No 1 2 3 4 Jenis Tabungan Uang di bank Uang di rumah Asuransi Arisan Jumlah
Sumber : Data Primer, 2007
2

Frekuensi 52 7 2 3 64

Persentase 81,25 10,94 3,12 4,69 100,00

Responden yang menyatakan mempunyai tabungan umumnya menyimpan atau menabung uang di bank. Sebagian responden lainnya memanfaatkan jasa asuransi sebagai bentuk tabungan, demikian halnya dengan arisan, karena disini responden dituntut untuk dapat menyisihkan sebagian pendapatannya secara rutin. 4) Benda berharga lainnya Kepemilikan benda berharga lainnya berupa radio/tape, TV, kendaraan bermotor dan lain sebagainya secara lebih rinci disajikan pada Tabel 3.68 . Jenis benda berharga yang secara dominan dimiliki oleh responden adalah televisi (TV), kemudian diikuti kepemilikan ternak dan VCD. Jenis ternak yang umumnya diusahakan responden adalah sapi, kambing, babi dan unggas khususnya ayam dan itik. Menurut responden, ternak merupakan alternatif yang digunakan untuk mengatasi masalah keuangan atau kebutuhan lain yang mereka hadapi. TV, VCD dan radio/tape merupakan sarana hiburan yang dimiliki oleh sebagian responden, sementara itu kepemilikan benda berharga lainnya umumnya lebih berfungsi sebagai alat atau perlengkapan dalam mendukung pekerjaan sehari-hari yang mereka tekuni selama ini.

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-112

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 3.68. Kepemilikan Benda Berharga oleh Responden No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Jenis Benda TV VCD Radio/tape Kulkas Sepeda Sepeda motor Mobil Truk Colt Perahu/kapal ikan Kompresor Alat pemotong padi Alat pertukangan Ternak Jumlah
Sumber : Data Primer, 2007

Frekuensi 88 48 35 2 42 44 6 2 3 2 2 2 1 56 333

Persentase 26,43 14,41 10,51 0,60 12,61 13,21 1,80 0,60 0,90 0,60 0,60 0,60 0,30 16,83 100,00

d. Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) Hakekat pembangunan nasional secara keseluruhan adalah pembangunan manusia seutuhnya yang dicapai melalui pembangunan di bidang sosial, ekonomi dan budaya, serta hankamnas. Sasaran pembangunan jangka panjang diarahkan kepada kegiatan ekonomi secara menyeluruh dengan sasaran kepada sektor pertanian dan industri secara seimbang mengarah kepada kebutuhan pokok masyarakat. Pemerintah daerah mempunyai

kewenangan untuk mengelola sumberdaya alam yang dimiliki. Kewenangan tersebut dalam rangka menggali atau mengelola sumberdaya alam yang ada di daerah. Kendala yang dihadapi pada umumnya adalah masalah skil dan sumberdaya manusia yang tersedia. Dilihat dari pertumbuhan kesembilan sektor usaha, nampak bahwa wilayah Kabupaten Banggai masih bersifat agraris. Tabel berikut ini menyajikan jumlah PDRB dan sumbangan setiap sektor di Kabupaten Banggai.

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-113

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 3.69. Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Berlaku (Rp 000.000) di Wilayah Studi Tahun 2003-2004 Sektor 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Pertanian Penggalian Industri Pengolahan Listrik dan Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel & Restoran Angkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan Jasa-jasa Jumlah
Sumber : Kabupaten Banggai Dalam Angka 2005

Tahun 2003 Jumlah % 775.978 56,55 16.624 1,21 103.048 7,51 7.997 0,58 96.807 7,05 121.615 8,86 71.723 5,23 41.671 3,04 136.731 9,97 1.372.194 100,00

Tahun 2004 Jumlah 860.680 18.483 114.840 8.955 106.118 133.283 77.729 44.245 145.821 1.510.154 % 56,99 1,22 7,60 0,59 7,03 8,83 5,15 2,93 9,66 100,00

Nampak bahwa sektor pertanian mendominasi dalam perannya membentuk PDRB Kabupaten Banggai baik pada tahun 2003 maupun 2004. Kontribusi terbesar kedua diberikan oleh sektor Jasa-jasa, namun pada tahun 2004 mengalami penurunan sebesar 0,31% dibandingkan tahun 2003. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran memberikan andil terbesar ketiga dengan persentase sebesar 8,83%, yang mengalami penurunan

sekitar 0,03% dibandingkan dengan tahun 2003. Sektor yang kontribusinya paling kecil adalah Listrik dan Air Bersih yang pada tahun 2004 mengalami peningkatan sekitar 0,01%. Bila dilihat laju pertumbuhannya, Sektor Listrik dan Air Bersih menempati posisi teratas dengan laju pertumbuhan sebesar 9,03%, diikuti sektor Pertanian sebesar 7,81% dan Penggalian sebesar 7,70%. Sektor dengan laju pertumbuhan yang relatif kecil adalah Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan dengan laju sebesar 5,06%, kemudian sektor Jasa-jasa sebesar 5,46% serta Angkutan dan Komunikasi sebesar 5,94%. Perlu dilakukan upaya yang didukung semua pihak agar sektor-sektor ini dapat mengalami pertumbuhan yang lebih baik lagi pada tahun-tahun yang akan datang. Dari 9 sektor yang ada, hanya Pertanian yang mengalami penurunan laju pertumbuhan yakni sebesar 0,34% dibandingkan selama kurun waktu tahun 2003. Dengan nilai PDRB sebesar Rp 1.372.194 juta pada tahun 2004 dan jumlah penduduk pada pertengahan tahun sebanyak 289.979 jiwa, maka nilai PDRB per kapita adalah

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-114

PT PERTAMINA EP -PPGM

Rp 5.207.804,00. Jika batas kemiskinan adalah setara dengan pendapatan perkapita sebesar Rp 9.600,00 per hari atau sebesar Rp 3.504.000,00 per tahun, maka PDRB perkapita di Kabupaten Banggai secara umum adalah sekitar 1,49 kali lebih besar daripada batas kemiskinan atau hal itu berarti berada di atas ambang kemiskinan. Diantara 4 kecamatan wilayah studi, Kecamatan Toili mempunyai tingkat kesejahteraan keluarga yang paling baik dengan jumlah keluarga yang telah termasuk dalam kategori sejahtera sekitar 64,23%, kemudian diikuti Toili Barat (57,80%), Batui (48,14%) dan yang terendah adalah Kintom dengan jumlah keluarga sejahtera sekitar 30,53% terhadap jumlah total keluarga di wilayah kecamatan tersebut. e. Sarana/Prasarana Perekonomian 1) Perindustrian Kegiatan industri yang terdapat di wilayah Kabupaten Banggai selama kurun waktu 2005 sebanyak 13 unit usaha dan umumnya didominasi oleh industri kayu dan barang dari kayu. Jenis dan banyaknya industri tersebut disajikan pada tabel berikut. Tabel 3.70. Jumlah Usaha Industri dan Tenaga Kerja di Kabupaten Banggai Tahun 2005
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Industri Industri Industri Industri Industri Industri Industri Industri Industri Jenis Industri makanan, minuman dan tembakau tekstil pakaian jadi dan kulit kayu dan barang dari kayu kertas dan barang dari kertas, percetakan dan penerbitan kimia dan barang dari kertas, percetakan dan penerbitan barang galian bukan logam kecuali minyak bumi dan batubara barang dari logam kecuali minyak bumi dan batubara pengolahan lainnya jasa perorangan dan RT Unit Usaha 1 1 6 1 1 1 2 13 Tenaga Kerja 6 1 13 1 5 1 31 3 56

Jumlah
Sumber : Kabupaten Banggai Dalam Angka 2005

Dilihat dari jumlah tenaga kerja yang terlibat, nampak bahwa sangat sedikit warga masyarakat yang dapat terlibat dalam bidang industri. Hal ini terjadi disamping karena faktor kualitas sumberdaya manusia yang relatif masih terbatas juga karena memang jenis industri yang berkembang di wilayah ini masih sangat terbatas sehingga warga masyarakatnya pun akhirnya banyak yang terjun di sektor tradisional seperti pertanian.

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-115

PT PERTAMINA EP -PPGM

Sementara itu banyaknya perusahaan menurut jenis perusahaan yang terdaftar di Kabupaten Banggai selama tahun 2005 rata-rata mengalami peningkatan sebesar 5,54% dibandingkan dengan tahun 2004. Tabel 3.71. Banyaknya Perusahaan Menurut Jenis Perusahaan di Kabupaten Banggai No 1 2 3 4 5 Jenis Perusahaan Perusahaan Terbatas (PT) Perusahaan Komanditer (CV) Perorangan (PO) Koperasi Bentuk usaha lainnya Jumlah
Sumber : Kabupaten Banggai Dalam Angka 2005

2004 151 754 1.614 81 2.600

2005 158 800 1.703 83 2.744

Jenis perusahaan yang paling dominan adalah Perusahaan Perorangan (PO) dengan persentase sebesar 62,06%. Kondisi ini menggambarkan bahwa cukup banyak warga masyarakat yang berupaya untuk dapat menghidupi diri dan keluarganya dengan membuka usaha secara mandiri atau berwiraswasta. Mengingat bahwa tahun 2005 terjadi peningkatan jumlah PO hal ini mengindikasikan bahwa semakin banyak pula warga masyarakat yang tertarik untuk berwiraswasta dan terdapat pangsa pasar terhadap berbagai produk yang diupayakan oleh warga masyarakat tersebut. 2) Perdagangan Selama tahun 2005 volume perdagangan antar pulau di Kabupaten Banggai mengalami kenaikan bila dibandingkan dengan tahun 2004. Komoditas yang cukup menonjol diperdagangkan antara lain adalah bungkil kopra sebanyak 21.681 ton, minyak kelapa sebanyak 13.650 ton, dan rotan sebesar 2.177 ton. Realisasi perdagangan bahan pokok/penting lainnya yang terbesar di Kabupaten Banggai adalah semen yang mencapai 46.235 ton, diikuti minyak sebesar 8.531 ton dan pupuk sebanyak 3.446 ton. Sementara itu realisasi ekspor yang paling menonjol adalah udang beku sebanyak 1.130.000 ton, kopra 20.806.542 ton dan ganggang laut kering sebanyak 250.310 ton.

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-116

PT PERTAMINA EP -PPGM

Banyaknya perusahaan perdagangan yang telah mendapatkan Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Banggai disajikan pada tabel berikut. Tabel 3.72. Banyaknya Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) Menurut Status Perusahaan di Kabupaten Banggai No 1 2 3 Status Perusahaan Perdagangan Besar Perdagangan Menengah Perdagangan Kecil Jumlah
Sumber : Kabupaten Banggai Dalam Angka 2005

2004 40 403 1.786 2.229

2005 41 415 1.916 2.372

Jumlah perusahaan perdagangan selama tahun 2005 meningkat sekitar 6,42% dibandingkan tahun 2004. Kondisi ini menggambarkan bahwa aktivitas perdagangan cenderung semakin meningkat dari tahun ke tahun. Perusahaan perdagangan yang ada umumnya didominasi oleh perdagangan kecil (80,78%), kemudian perdagangan menengah (17,49%) dan yang paling sedikit adalah perdagangan besar dengan persentase sebesar 1,73%. Kios merupakan fasilitas perdagangan yang paling menonjol di 4 kecamatan wilayah studi. Di Kintom pasar umum tidak dijumpai sehingga masyarakat umumnya kemudian berbelanja di warung-warung dan kios sekitar tempat tinggal atau berbelanja melalui pedagang keliling. Tabel 3.73. Jumlah dan Jenis Fasilitas Perdagangan di Wilayah Studi Tahun 2004 No 1 2 3 4 5 Fasilitas Perdagangan Pasar Umum Toko Warung Kios Warung makan/minum Jumlah Kintom 23 129 2 154 Batui 4 9 15 220 6 254 Toili 6 30 295 52 383 Toili Barat 1 2 222 22 247

Sumber : Kecamatan Kintom, Batui, Toili dan Toili Barat Dalam Angka 2005

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-117

PT PERTAMINA EP -PPGM

Secara umum di wilayah Kecamatan Toili terdapat paling paling banyak fasilitas perdagangan yakni sekitar 36,90% dari total fasilitas perdagangan di wilayah studi. Hal ini menggambarkan bahwa Kecamatan Toili paling potensial aktivitas perdagangannya yang secara tidak langsung juga menggambarkan kondisi perekonomian secara umum relatif paling baik dibandingkan kecamatan lainnya. 3) Fasilitas Keuangan Fasilitas keuangan yang ada di wilayah studi meliputi koperasi dan bank yang secara rinci disajikan pada tabel berikut. Tabel 3.74. Jumlah dan Jenis Fasilitas Keuangan di Wilayah Studi Tahun 2004 No 1 2 3 4 5 6 Fasilitas Keuangan KUD Koperasi Pegawai Negeri (KPN) Koperasi lainnya Bank Desa Bank Pemerintah BPR Jumlah Kintom 1 1 Batui 2 3 5 Toili 4 3 1 3 1 12 Toili Barat 5 1 6

Sumber : Kecamatan Kintom, Batui, Toili dan Toili Barat Dalam Angka 2005

Jenis koperasi yang dominan terdapat di wilayah studi adalah Koperasi Unit Desa (KUD). Kecamatan Toili mempunyai fasilitas keuangan yang jumlahnya relatif paling banyak dibandingkan dengan kecamatan lainnya, kondisi ini mengindikasikan bahwa peredaran uang juga cukup banyak terjadi di wilayah tersebut sebagai akibat cukup intensifnya berbagai aktivitas yang ikut mengembangkan perekonomian wilayah tersebut. f. Ekonomi Sumberdaya Alam 1) Penggunaan lahan Sumberdaya alam yang cukup potensial diusahakan masyarakat di wilayah studi saat ini adalah pertanian yang meliputi pertanian tanaman bahan makanan, tanaman perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan. Sumberdaya alam berupa minyak dan gas bumi serta bahan galian lain belum banyak diusahakan, operator yang telah mencoba mengusahakan sumberdaya alam minyak dan gas bumi adalah PT. Medco E&P dan Pertamina EP.

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-118

PT PERTAMINA EP -PPGM

Penggunaan lahan di wilayah studi sebagian besar adalah untuk pertanian, kemudian untuk bangunan, tegal/huma, hutan dan lainnya. Rincian lebih lengkap tentang penggunaan lahan dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 3.75. Penggunaan Lahan di Wilayah Studi No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Penggunaan Lahan Sawah irigasi Sawah tadah hujan Ladang/huma Tegal/kebun Kolam/empang Tambak Padang rumput Perkebunan Bangunan/halaman Kayu-kayuan Tidak diusahakan Lainnya Luas total Kintom (Ha) 2.338 3.837 0,50 10 6.033 232 4.760 34.491 170,50 51.872 Batui (Ha) 1.108 2.850 5.137 251 251 5.230 1.702 120.170 2.334 139.033 Toili (Ha) 6.042,75 406,30 3.452,65 45 70 3.695,30 2.229,80 69 82.285,20 98.296 Toili Barat (Ha) 3.714 407 2.476,60 57 1.465,55 1.236,38 3.011,50 87.098 99.466

Sumber : Kecamatan Kintom, Batui, Toili dan Toili Barat Dalam Angka 2005

Penggunaan lahan di 4 kecamatan wilayah studi yang paling dominan adalah untuk perkebunan yakni seluas 16.423,85 Ha atau sekitar 4,23% dari total luas lahan yang ada. Penggunaan terluas kedua adalah untuk tegal atau kebun masyarakat yakni sekitar 3,83% dan yang ketiga adalah untuk sawah yaitu seluas 3,74% yang terdiri atas sawah beririgasi seluas 2,80% dan sawah tadah hujan seluas 0,94%. Penggunaan lahan untuk bangunan dan permukiman baru sekitar 1,39% dan lahan yang tidak atau belum diusahakan seluas 61,74% terhadap total luas lahan yang ada. Mengingat bahwa penggunaan lahan yang ada di wilayah studi umumnya untuk pengusahaan pertanian, perikanan dan perkebunan dengan luasan sekitar 12% yang relatif masih

memperhatikan faktor konservasi lahan, maka berdasarkan baku kualitas lingkungan penggunaan lahan yang ada termasuk dalam kriteria baik atau mempunyai skala 4 .

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-119

PT PERTAMINA EP -PPGM

2) Produksi pertanian Tanaman pangan Komoditas potensial yang dihasilkan wilayah studi adalah padi sawah, padi ladang, jagung, ubi kayu, dan ubi jalar. Toili merupakan wilayah yang paling potensial menghasilkan komoditas pangan tersebut dibandingkan dengan 3 kecamatan lainnya. Produksi padi sawah dari Toili adalah 56,77% dari total produksi padi sawah di wilayah studi. Gambaran lebih lengkap tentang produksi tanaman pangan disajikan pada tabel berikut. Tabel 3.76. Produksi Beberapa Jenis Tanaman Pangan Di Wilayah Studi Tahun 2005 No 1 2 3 4 5 6 7 Jenis Tanaman Pangan Padi sawah Padi ladang Jagung Ubi kayu Ubi jalar Kedelai Kacang tanah Kintom (Ton) 94 292 24 Batui (Ton) 12.717 1.099 198 160 57 21 19 Toili (Ton) 40.555 30 122 116 100 378 39 Toili Barat (Ton) 18.165 51 138 131 4 1 Total Kabupaten 120.263 5.067 7.573 5.824 3.849 1.064 2.333

Sumber : Kecamatan Kintom, Batui, Toili dan Toili Barat Dalam Angka 2005

Dilihat dari tingkat kabupaten, sumbangan wilayah studi terhadap cadangan padi sawah selama tahun 2005 adalah sebesar 59,40%. Toili yang merupakan wilayah pertanian hasil pengembangan program transmigrasi mampu menyumbang sekitar 33,72% dari total produksi padi sawah Kabupaten Banggai. Sementara itu sumbangan wilayah studi terhadap produksi padi ladang di tingkat kabupaten adalah sebesar 24,14%, untuk jagung sebesar 8,75%, ubi kayu 7,11%, ubi jalar 7,48%, kedelai 37,88% dan kacang tanah sebesar 3,56%. Dilihat dari produktivitasnya, untuk padi sawah rata-rata adalah 2,57 ton/ha dan untuk padai ladang 0,15 ton/ha. Produktivitas komoditas yang diusahakan di tegal/ kebun adalah jagung (0,04 ton/ha), kedelai (0,029 ton/ha), ubi kayu (0,027 ton/ha) dan kacang tanah 0,007 ton/ha. Dengan demikian nampak bahwa secara umum produktivitas lahan di wilayah studi tergolong rendah. Tanaman Sayuran Secara umum produksi sayuran selama tahun 2005 meningkat bila dibandingkan dengan tahun 2004. Jenis sayuran yang paling dominan dari wilayah studi adalah kangkung dengan produksi sekitar 60,48% terhadap total produksi kangkung di tingkat kabupaten.

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-120

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 3.77. Produksi Beberapa Jenis Tanaman Sayuran Di Wilayah Studi Tahun 2005 No 1 2 3 4 5 6 7 Jenis Tan. Sayuran Kangkung Petsai Cabai Tomat Kacang panjang Terung Bayam Kintom (Ton) 3,20 4,24 2,14 3,04 2,45 Batui (Ton) 24,50 7,20 16,40 18,60 14,40 7,70 6,3 Toili (Ton) 6,50 19,20 1 0,6 2,40 0,90 1,7 Toili Barat (Ton) 6,50 19,20 2,40 1,7 Total Kabupaten 62 170 530 602 175 200 107

Sumber : Kecamatan Kintom, Batui, Toili dan Toili Barat Dalam Angka 2005

Komoditas sayuran lain yang cukup menonjol adalah petsai dengan produksi sekitar 26,82% terhadap total produksi kabupaten, sementara itu untuk cabai dan tomat masing-masing adalah 3,89%, dan untuk kacang panjang sebesar 12,19%. Tanaman Buah-buahan Jenis buah-buahan yang banyak dihasilkan di wilayah studi adalah pisang, mangga, pepaya, nangka dan durian dengan rincian seperti ditunjukkan pada tabel berikut. Tabel 3.78. Produksi Beberapa Jenis Tanaman Buah-buahan Di Wilayah Studi Tahun 2005 Jenis Kintom Batui Toili Toili Barat Total Tanaman buah (Ton) (Ton) (Ton) (Ton) Kabupaten Pisang 36,30 29,10 316,52 316,52 9.016 Mangga 24,38 13 11,30 11,13 3.798 Pepaya 23,40 16,80 14,38 14,13 1.356 Nangka 6,51 46,0 121,67 121,67 490 Durian 1,52 4,70 0,80 0,80 1.575

No 1 2 3 4 5

Sumber : Kecamatan Kintom, Batui, Toili dan Toili Barat Dalam Angka 2005

Produksi pisang dari wilayah studi memberikan kontribusi sebesar 7,75% terhadap total produksi pisang di tingkat kabupaten, sementara itu untuk mangga adalah 1,57%, pepaya 5,07%, nangka 60,38% dan durian sebesar 0,50%. Tanaman Perkebunan Produksi berbagai jenis komoditas perkebunan selama tahun 2005 meningkat sekitar 15-26% dibandingkan tahun 2004. Jenis tanaman perkebunan rakyat yang banyak diusahakan di wilayah studi adalah kelapa, kakao, kopi, cengkeh, jambu mete, dan kemiri seperti ditunjukkan pada tabel berikut ini.

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-121

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 3.79. Produksi Beberapa Jenis Tanaman Perkebunan Di Wilayah Studi Tahun 2005 No 1 2 3 4 5 6 Jenis Tan. perkebunan Kelapa Kakao Jambu mete Kemiri Cengkeh Kopi Kintom (Ton) 1.229,40 128,95 17,77 30,81 Batui (Ton) 484 457,60 17,37 2,80 0,37 9,86 Toili (Ton) 45,95 294,85 3,80 1,60 10,50 Toili Barat (Ton) 20 16,30 49,05 5,90 Total Kabupaten 22.872,40 7.109,90 950,60 717,80 1.212,20 287,60

Sumber : Kecamatan Kintom, Batui, Toili dan Toili Barat Dalam Angka 2005

Sumbangan produksi kelapa dari wilayah studi terhadap total produksi di tingkat kabupaten adalah 7,78%, untuk kakao 12,63%, jambu mete 9,26%, kemiri 4,68, cengkeh 0,65% dan kopi sebesar 7,08%. Peternakan Jenis-jenis ternak yang diusahakan masyarakat di wilayah studi meliputi ternak besar khususnya sapi, ternak kecil yaitu kambing dan babi dan unggas yang meliputi ayam kampung dan itik. Secara umum produksi berbagai jenis ternak relatif meningkat pada tahun 2005 kecuali untuk babi yang turun sekitar 1,06% dan itik turun sekitar 3,67%.

Tabel 3.80. Produksi Beberapa Jenis Ternak Di Wilayah Studi Tahun 2005 No 1 2 3 4 5 Jenis Ternak Sapi Kambing Babi Ayam kampung Itik Kintom (Ekor) 2.120 1.352 940 6.207 412 Batui (Ekor) 1.757 599 256 15.262 1.151 Toili (Ekor) 4.283 925 1.503 35.750 18.858 Toili Barat Total (Ekor) Kabupaten 4.332 37.970 516 31.403 3.666 26.892 40.852 300.137 5.543 87.023

Sumber : Kecamatan Kintom, Batui, Toili dan Toili Barat Dalam Angka 2005

Sumbangan wilayah studi terhadap total produksi sapi di tingkat kabupaten adalah 32,90%, untuk kambing 10,80%, babi 23,67%, ayam kampung 32,67% dan untuk itik adalah sebesar 29,84%.

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-122

PT PERTAMINA EP -PPGM

Perikanan Jenis perikanan yang dikembangkan di wilayah studi meliputi perikanan laut, perikanan kolam, tambak udang dan perairan umum. Selama kurun waktu 2005 tidak satupun jenis perikanan yang berkembang di wilayah Kecamatan Kintom. Di Kecamatan Batui yang berkembang adalah usaha tambak udang dengan produksi sebanyak 500 ton dan di wilayah Toili yang berkembang adalah perikanan kolam. Kecamatan Toili Barat merupakan wilayah yang paling pesat perkembangan usaha perikanannya. Jenis usaha perikanan yang berkembang adalah perikanan laut, perikanan kolam dan perikanan perairan umum masing-masing dengan produksi sekitar 108 ton, 0,53 ton dan 0,45 ton. 3.3.3 Sosial Budaya

a. Nilai dan Norma Budaya Dalam kehidupan bermasyarakat terdapat serangkaian konsep yang ada dalam alam pikiran dari sebagian besar warga masyarakat, mengenai apa yang dianggap penting dan bernilai dalam hidup. Sistem nilai dan norma budaya telah dimiliki individu sejak kecil dalam mentalitasnya. Kondisi ini terjadi pula di masyarakat sekitar lokasi Proyek Pengembangan Gas Matindok di Kabupaten Banggai yang penduduknya berlatar belakang berbagai budaya akibat banyaknya pendatang yang masuk di wilayah ini. Di Kabupaten Banggai terdapat 3 suku asli yaitu Suku Saluan, Suku Banggai dan Suku Balantak. Suku pendatang yang ada di wilayah ini antara lain adalah Suku Bajo yang merupakan masyarakat nelayan pendatang tertua dari Kendari, Suku Jawa, Sunda, Bali dan Flores yang merupakan transmigran serta pendatang lain yang berupaya mencari peluang kerja yaitu Suku Bugis, Padang, Gorontalo, Manado, Muna dan sebagainya. Berbagai kegiatan adat dan kebiasaan masyarakat di wilayah studi disajikan pada tabel berikut. Tabel 3.81. No 1 2 3 4 5 6 7 8 Pendapat Responden tentang Jenis Kegiatan Adat dan Kebiasaan Masyarakat di Wilayah Studi Aktivitas Adat Pesta perkawinan Perayaan kelahiran Peringatan kematian Bersih desa Menyambut air Pesta panen Ultah transmigrasi Tumpe Jumlah
Sumber : Data Primer, 2007

Frekuensi 16 226 232 221 2 15 2 2 716

Persentase 2,24 31,56 32,40 30,87 0,28 2,09 0,28 0,28 100,00

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-123

PT PERTAMINA EP -PPGM

Kegiatan adat yang sering dilaksanakan oleh warga masyarakat terutama yang terkait erat dengan siklus kehidupan manusia yaitu pesta perkawinan, perayaan kelahiran dan peringatan kematian dengan persentase sebesar 66,20%. Kegiatan adat lain yang dirayakan adalah bersih desa, yang terkait dengan kegiatan bertani dan adat tumpe yang merupakan peristiwa budaya warisan Kerajaan Banggai Kepulauan. Kegiatan adat dan kebiasaan masyarakat ini biasanya dilakukan di balai desa (34,05%), masjid (20,77%), rumah (16,27%), serta makam dan pure masing-masing sebesar 6,42%. Gambaran tentang pelestarian aktivitas adat oleh warga masyarakat disajikan pada tabel berikut. Tabel 3. 82. Pendapat Responden tentang Pelestarian Aktivitas Adat No 1. 2. 3. Pelestarian Aktivitas Adat Masih tetap dilakukan/dilestarikan Mulai jarang dilakukan Kadang-kadang saja dilakukan Jumlah
Sumber : Data Primer, 2007

Frekuensi 211 26 3 240

Persentase 87,92 10,83 1,25 100,00

Sekitar 87,92% responden menyatakan bahwa berbagai jenis kegiatan adat masih tetap dilakukan oleh masyarakat sebagai upaya untuk melestarikannya. Sebagian responden yang lain menyatakan bahwa berbagai aktivitas adat mulai jarang dilakukan atau kadang-kadang saja dilakukan. Beberapa alasan terkait dengan hal tersebut adalah karena tingkat ekonomi warga masyarakat relatif terbatas (88,46%), adanya perayaan atau aktivitas keagamaan (7,69%), dan karena alasan lainnya sekitar 3,85%. Tabel 3.83. Pendapat Responden tentang Jenis Kegiatan Keagamaan di Wilayah Studi No 1 2 3 4 5 6 7 8 Aktivitas Gotong Royong Syawalan Maulud Nabi Isra Miraj Pengajian Utsawa Darmagita Nyepi Perayaan Natal Bulan purnama dan tilem Jumlah
Sumber : Data Primer, 2007

Frekuensi 189 201 39 12 3 3 5 4 456

Persentase 41,45 44,08 8,55 2,63 0,66 0,66 1,09 0,88 100,00

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-124

PT PERTAMINA EP -PPGM

Kegiatan keagamaan Islam yang paling banyak dan sering dirayakan oleh responden adalah Maulud Nabi dan Syawalan, untuk agama Kristen/Katolik adalah Natal dan untuk yang beragama Hindu adalah Nyepi, Utsawa Darmagita (pembacaan Kitab Suci), Bulan Purnama dan Tilem. Perayaan hari besar agama biasanya diselenggarakan atas partisipasi dan kerjasama semua warga masyarakat. Salah satu nilai budaya yang masih tampak terlihat adalah nilai budaya gotong royong dan konsep yang mengganggap penting sikap tenggang rasa terhadap sesama manusia. Dari hasil pengumpulan data yang dilakukan menunjukkan bahwa gotong royong dalam memperbaiki rumah (20,24%), kerja bakti kebersihan lingkungan (14,84%), saling membantu dalam melaksanakan hajatan (30,88%) dan arisan (20,39%) serta bekerja sama untuk siskamling (12,89%) masih perlu tetap dipertahankan. Bagi masyarakat setempat gotong royong dalam hidup bermasyarakat dan sikap tenggang rasa penting untuk menanggulangi tekanan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Tabel 3.84. Pendapat Responden tentang Jenis Kegiatan Gotong Royong di Wilayah Studi No 1 2 3 4 5 6 Aktivitas Gotong Royong Kerja bakti kebersihan lingkungan Memperbaiki rumah Hajatan Arisan Siskamling Lainnya Jumlah
Sumber : Data Primer, 2007

Frekuensi 99 135 206 136 86 5 667

Persentase 14,84 20,24 30,88 20,39 12,89 0,76 100,00

Mengingat bahwa berbagai aktivitas adat, keagamaan dan sosial budaya yang lain masih tetap dilaksanakan dan didukung oleh warga masyarakat pada umumnya, maka kondisi rona lingkungan hidup awal pada parameter nilai dan norma budaya masyarakat di wilayah studi memiliki skala kualitas lingkungan tergolong baik (skala 4).

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-125

PT PERTAMINA EP -PPGM

b. Proses Sosial Dalam kehidupan bermasyarakat terdapat keinginan untuk berinteraksi dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya. Hubungan yang bersifat dinamis tersebut tertata dalam bentuk tindakan-tindakan yang berdasarkan nilai-nilai dan norma sosial yang berlaku dalam masyarakat. Wujud dari interaksi tersebut dapat berupa kerjasama apabila tindakantindakan yang dilakukan sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku. Interaksi sosial yang terwujud dalam bentuk kerjasama di antaranya adalah gotong royong. Jenis kegiatan yang biasa dilakukan responden bersama-sama dengan anggota masyarakat lainnya adalah sebagai berikut. Tabel 3.85. Pendapat Responden tentang Jenis Kegiatan Bersama yang Biasa Dilakukan Responden di Wilayah Studi No 1 2 3 4 5 Jenis Kegiatan Bersama Meningkatkan pengetahuan agama Ronda/siskamling Arisan Tukar menukar berita/informasi Kegiatan ormas Jumlah
Sumber : Data Primer, 2007

Frekuensi 205 35 146 102 150 638

Persentase 32,13 5,49 22,88 15,99 23,51 100,00

Jenis kegiatan bersama yang paling banyak dilakukan oleh responden adalah meningkatkan pengetahuan agama (32,13%) diantaranya dengan mengikuti pengajian, ceramah keagamaan dan pemahaman kitab suci. Kegiatan bersama lainnya yang cukup menonjol adalah kegiatan ormas, arisan dan saling tukar informasi atau berita. Menurut responden, kondisi kebersamaan warga masyarakat saat ini adalah biasa-biasa saja (50,42%), sebagian yang lain menyatakan semakin baik (38,75%), semakin berkurang (5,83%), dan responden yang menyatakan tidak tau ada sekitar 5%. Selain kerja sama warga masyarakat dalam berbagai aktivitas sehari-hari, begitu pula yang terjadi sebaliknya yaitu adanya konflik, meskipun secara umum responden menyatakan relatif kecil adanya konflik di wilayah sekitar tempat tinggal mereka yaitu hanya sekitar 22,92%. Sekitar 77,08% responden lainnya menyatakan bahwa di daerah mereka tidak atau belum pernah terjadi konflik.

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-126

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 3.86. Pendapat Responden tentang Frekuensi Terjadinya Konflik dan Cara Menyelesaikannya No 1. Frekuensi Konflik dan Penyelesaiannya Frekuensi adanya konflik: a. sering b. kadang-kadang c. sangat jarang d. tidak/belum pernah Jumlah 2. Proses penyelesaian jika ada konflik: a. organisasi adat setempat b. jalur hukum c. diselesaikan sendiri oleh pihak yang berkonflik d. musyawarah bersama warga Jumlah
Sumber : Data Primer, 2007

Frekuensi 7 12 36 185 240 1 16 2 1 20

% 2,92 5,00 15,00 77,08 100,00 5,00 80,00 10,00 5,00 100,00

Menurut pendapat responden, apabila terjadi konflik umumnya terkait dengan masalah pemuda/remaja (41,66%), masalah keluarga (25%), masalah tanah (16,67%), dan perselisihan antar kampung atau suku masing-masing dengan persentase sebesar 8,33%. Namun berbagai konflik yang ada tersebut pada umumnya dapat diselesaikan dengan baik. Sifat masyarakat di wilayah studi juga cenderung terbuka ditandai dengan bentuk penerimaan masyarakat (85,33%) yang ramah terhadap pendatang baru. Hal ini terkait dengan berbagai aktivitas di sekitar lokasi kegiatan yang berimplikasi dengan adanya sejumlah pendatang dari luar daerah. Masyarakat umumnya (70,83%) berpendapat bahwa banyak pendatang di daerah mereka. Pendatang berasal dari berbagai suku diantaranya adalah Bugis, Gorontalo, Toraja, Ternate, Buton, Jawa, Sunda, Madura, Bali, Flores dan Sumbawa. Beberapa alasan para pendatang untuk pindah di wilayah studi dan sekitarnya disajikan pada tabel berikut.

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-127

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 3.87. Pendapat Responden tentang Alasan Kepindahan Para Pendatang di Wilayah Studi dan sekitarnya No 1 2 3 4 5 6 Alasan Kepindahan Mencari pekerjaan Bertani/ikut program transmigrasi Ikut keluarga/orang tua Meningkatkan taraf hidup Dinas/tugas Menikah Jumlah
Sumber : Data Primer, 2007

Frekuensi 131 3 5 3 5 28 175

Persentase 74,86 1,71 2,86 1,71 2,86 16,00 100,00

Alasan kepindahan para pendatang di wilayah studi dan sekitarnya yang terutama adalah untuk mencari pekerjaan (74,86%), hal ini memberikan indikasi bahwa wilayah studi dan sekitarnya cukup mempunyai daya tarik sehingga kemudian banyak didatangi para pendatang untuk mengadu nasib di wilayah ini. Meskipun masyarakat bersifat terbuka terhadap pendatang, namun secara umum mereka mengharapkan adanya beberapa hal yang dapat dipenuhi pendatang seperti pada tabel berikut ini. Tabel 3.88. Pendapat Responden tentang Syarat Pendatang Agar Diterima Warga Masyarakat No 1 2 3 4 5 Syarat Pendatang Dapat berbaur dan bekerjasama dengan warga masyarakat Mau mengikuti kegiatan kemasyarakatan Dapat memberikan bantuan fisik bagi pembangunan wilayah Menghargai adat dan kebiasaan masyarakat Dapat menjadi pelopor organisasi dalam masyarakat Jumlah
Sumber : Data Primer, 2007

Frekuensi 229 119 3 139 88 578

% 39,62 20,59 0,52 24,05 15,22 100,00

Tiga hal yang terutama diharapkan warga masyarakat terhadap para pendatang, yaitu hendaknya dapat berbaur dan bekerjasama dengan masyarakat (39,62%), menghargai adat dan kebiasaan masyarakat serta mau mengikuti kegiatan kemasyarakatan. Semua hal tersebut diharapkan akan dapat tetap menjaga kebersamaan dan ketentraman lingkungan. Mendasarkan pada hal tersebut dapat disimpulkan bahwa kondisi rona lingungan hidup awal di wilayah studi yang terkait dengan proses sosial memiliki skala kualitas lingkungan tergolong baik (4) .

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-128

PT PERTAMINA EP -PPGM

c. Pelapisan Sosial Pelapisan sosial merupakan pembedaan penduduk (masyarakat) dalam strata-strata tertentu. Perwujudannya adalah adanya lapisan-lapisan tinggi dan lapisan-lapisan yang lebih rendah, didasarkan pada aspek ekonomi, pendidikan, pekerjaan, dan kekuasaan. Masingmasing lapisan sosial memiliki gaya hidup yang berbeda-beda. Pelapisan sosial di wilayah studi tercermin dari pendapat masyarakat yang menganggap pengurus administrasi wilayah/pamong desa merupakan orang yang dituakan (dalam level tinggi) di lingkungan tempat tinggal dan strata di bawahnya adalah pemuka agama. Selengkapnya tampak dari tabel berikut. Tabel 3.89. Pendapat Responden Tentang Tokoh yang Dituakan di Lingkungan Tempat Tinggal No 1. 2. 3. 4. 5 6 5. Tokoh yang Dituakan Pengurus administrasi wilayah Pemuka agama Orang berpendidikan/berderajat akademik tinggi Penguasa adat/keturunan bangsawan Orang yang bisa berbaur dan bekerjasama dengan masyarakat Orang yang menghargai adat dan kebiasaan Pengusaha/orang terpandang secara materi Jumlah
Sumber : Data Primer, 2006

Frekuensi 206 200 96 148 5 2 89 746

% 27,61 26,81 12,87 19,84 0,67 0,27 11,93 100,00

Penguasa adat/keturunan bangsawan dan orang yang terpandang secara materi saat ini tidak secara otomatis menjadi tokoh yang dapat dituakan atau dianggap berpengaruh oleh semua kelompok masyarakat, tetapi pihak-pihak yang mau bekerjasama dan peduli terhadap kepentingan masyarakatlah yang akan ditokohkan oleh masyarakat. Kondisi rona lingkungan hidup awal yang berkaitan dengan pelapisan sosial sebelum ada proyek masuk dalam kategori baik (4). d. Pranata Sosial/Kelembagaan Masyarakat Keberadaan pranata sosial atau kelembagaan dalam masyarakat merupakan wahana untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat atau untuk mencapai suatu tujuan secara bersamasama dan dapat untuk mengetahui dinamika atau aktivitas masyarakat di sekitar wilayah studi. Biasanya lembaga-lembaga tersebut terbentuk karena pertemuan-pertemuan yang berulangkali, misalnya antar pemuda, ibu-ibu rumah tangga, para petani dan para peternak. Jumlah dan jenis pranata sosial di wilayah studi disajikan pada tabel berikut.

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-129

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 3.90. Pendapat Responden Tentang Jumlah dan Jenis Pranata Sosial di Wilayah Studi No 1 Jenis Pranata Sosial Bidang Kepemudaan a. Karang Taruna b. Keolahragaan c. Keagamaan d. Sosial Politik Jumlah 2 Bidang Pendidikan a. TK dan SD b. SLTP c. SLTA d. Kelompok Belajar e. Keagamaan Bidang Pertanian a. Kelompok Tani Nelayan b. Kelompok Peternak c. Kelompok Tani Padi Sawah d. Kelompok Tani Perkebunan e. Kelompok Tani Lainnya Bidang Kekerabatan a. Kerukunan Keluarga Ta b. Keluarga Jawa Bali c. Arisan Keluarga d. Perkumpulan keluarga Bali e. Kerukunan keluarga lainnya Bidang Ekonomi a. Koperasi Simpan Pinjam b. Koperasi Kemitraan c. Koperasi Unit Desa d. Kelompok Usaha Kecil dan Menengah e. Lumbung Padi Bidang Kesehatan a. Puskesmas b. Puskesmas Pembantu c. Posyandu d. Polindes e. Bidan Desa Jumlah
Sumber : Data Primer, 2007

Frekuensi 201 33 140 5 379 196 22 15 29 33 295 9 47 175 8 9 248 12 11 6 5 8 42 16 15 10 5 5 51 22 47 172 45 2 288

Persent. 53,03 8,71 36,94 1,32 100,00 66,44 7,46 5,08 9,83 11,19 100,00 3,63 18,94 70,56 3,23 3,64 100,00 28,57 26,19 14,29 11,91 19,04 100,00 31,37 29,42 19,61 9,80 9,80 100,00 7,64 16,33 59,72 15,62 0,69 100,00

Jumlah

Jumlah 4

Jumlah

Jumlah

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-130

PT PERTAMINA EP -PPGM

Pranata sosial yang ada di wilayah studi cukup maju dan dinamis

yang antara lain

ditunjukkan dengan cukup beragamnya kelembagaan yang ada, seperti lembaga pendidikan, lembaga ekonomi, lembaga kepemudaan, lembaga kesehatan, lembaga pertanian dan lembaga kekerabatan. Diantara kelembagaan masyarakat tersebut, yang paling dikenal oleh responden adalah lembaga kepemudaan dengan persentase 29,09%, kemudian lembaga pendidikan 22,64% dan lembaga kesehatan 22,10% serta lembaga pertanian sebesar 19,03%. Hal ini menunjukkan bahwa kelembagaan masyarakat tersebut cukup aktif dan peranannya dirasakan oleh masyarakat. e. Sikap dan Persepsi Masyarakat Sikap dan persepsi masyarakat merupakan bentuk respon individu atau kelompok dalam memberi makna dan nilai terhadap sesuatu. Sehubungan dengan rencana Proyek Pengembangan Gas Matindok, sikap dan persepsi masyarakat cukup beragam. Sebagian besar masyarakat sudah mengetahui rencana Proyek Pengembangan Gas Matindok (79,17%) dengan sumber informasi dari kantor pemerintah setempat (65,44%) baik di tingkat desa, kecamatan maupun kabupaten. Selengkapnya data tanggapan responden tentang adanya proyek disajikan pada tabel berikut. Tabel 3.91. Pendapat Responden tentang Adanya Rencana Proyek No 1. Pengetahuan dan Sikap Responden Terhadap Rencana Proyek Pengetahuan terhadap rencana proyek: a. tahu rencana proyek b. tidak tahu rencana proyek Jumlah 2. Sumber informasi tentang rencana proyek: a. kantor desa b. kantor kecamatan c. kantor kabupaten d. karyawan proyek e. LSM f. Teman dan tetangga Jumlah 3. Sikap responden terhadap rencana proyek: a. setuju b. tidak setuju c. terserah pemerintah d. tidak berpendapat Jumlah
Sumber : Data Primer 2007

Frekuensi 190 50 240 66 16 7 10 2 35 136 188 12 26 14 240

% 79,17 20,83 100 48,53 11,76 5,15 7,35 1,47 25,74 100,00 78,33 5,00 10,83 5,84 100,00

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-131

PT PERTAMINA EP -PPGM

Secara umum masyarakat setuju (78,33%) dengan rencana proyek tersebut dengan sejumlah harapan dan saran. Hanya sekitar 5% responden yang secara tegas menyatakan tidak setuju terhadap rencana proyek tersebut dan 16,67% responden lainnya menyatakan ikut saja atau terserah pemerintah dan tidak mempunyai pendapat tentang hal tersebut. Kondisi rona lingkungan hidup untuk sikap dan persepsi masyarakat di wilayah studi tergolong baik (4) .

Persepsi positif masyarakat terhadap rencana kegiatan terkait dengan adanya beberapa keuntungan atau manfaat yang dapat ditimbulkan dari adanya kegiatan proyek seperti ditunjukkan pada tabel berikut. Tabel 3.92. Pendapat Responden Tentang Beberapa Manfaat dengan Adanya Kegiatan Proyek No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Jenis Manfaat Dari Kegiatan Proyek Adanya kesempatan kerja Meningkatnya kesempatan berusaha Meningkatnya pendapatan masyarakat Daerah menjadi maju atau berkembang Meningkatnya pembangunan fasum-fasos Volume perdagangan dan pemasaran meningkat Adanya pemberdayaan masyarakat dari proyek Frekuensi 45 20 84 7 12 12 9 % 23,81 10,58 44,44 3,70 6,35 6,35 4,77

Jumlah
Sumber : Data Primer, 2007

189

100,00

Manfaat paling besar yang akan muncul dari kegiatan proyek dan akan dapat dirasakan oleh masyarakat adalah meningkatnya pendapatan masyarakat (44,44%), kemudian adanya kesempatan kerja (23,81%) dan meningkatnya kesempatan berusaha (10,58%). Selain itu juga terdapat sekitar 6,35% responden yang menyatakan sangat mengharapkan

dibangunnya fasilitas umum dan fasilitas sosial untuk warga masyarakat.

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-132

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 3.93. Harapan Responden Terhadap Pembangunan Fasilitas Umum dan Fasilitas Sosial Dengan Adanya Kegiatan Proyek No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Fasilitas Fasilitas Fasilitas Fasilitas Fasilitas Fasilitas Fasilitas Jenis Fasum-Fasos transportasi pendidikan kesehatan olah raga/kesenian perdagangan ibadah hiburan/rekreasi Jumlah
Sumber : Data Primer, 2007

Frekuensi 43 88 40 4 5 30 2 212

% 20,28 41,51 18,87 1,89 2,36 14,15 0,94 100,00

Tiga jenis fasilitas yang sangat diharapkan dibangun sejalan dengan adanya proyek adalah fasilitas pendidikan khususnya untuk pendidikan menengah (SMP dan SMA), kemudian fasilitas transportasi yang saat ini masih relatif terbatas di beberapa bagian wilayah studi dan fasilitas kesehatan yang saat ini masih dirasakan cukup jauh jaraknya oleh sebagian warga masyarakat. Selain persepsi positif masyarakat terhadap proyek pengembangan gas ini, masyarakat juga memiliki persepsi negatif terhadap proyek terkait dengan kemungkinan adanya beberapa kerugian yang dapat terjadi dengan berlangsungnya proyek ini. Beberapa kerugian tersebut disajikan pada tabel berikut. Tabel 3.94. Pendapat Responden Tentang Adanya Kerugian Jika Kegiatan Proyek Direalisasikan No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Jenis Kerugian Dari Realisasi Proyek Meningkatnya peralihan fungsi lahan pertanian Penurunan produksi pertanian Meningkatnya kepadatan dan arus lalulintas Meningkatnya gangguan kamtibmas Penurunan kualitas lingkungan sekitar Penurunan kesehatan masyarakat Terjadinya perubahan perilaku pemuda dan atau masyarakat Kemungkinan adanya bencana (seperti kasus Lapindo, kebakaran, pipa bocor) Jumlah
Sumber : Data Primer, 2007

Frekuensi 63 29 12 6 40 5 22 20 197

% 31,98 14,72 6,09 3,05 20,30 2,54 11,17 10,15 100,00

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-133

PT PERTAMINA EP -PPGM

Menurut pendapat responden, kerugian yang akan timbul dari kegiatan ini adalah meningkatnya peralihan fungsi lahan pertanian (31,98%) yang akan berdampak langsung terhadap terjadinya penurunan produksi pertanian (14,72%). Kerugian lain yang diprakirakan akan muncul cukup besar adalah terjadinya penurunan kualitas lingkungan sekitar, adanya perubahan perilaku pemuda dan atau masyarakat serta kemungkinan terjadinya bencana seperti kasus Lapindo, kebakaran atau kebocoran pipa. Selain kerugiankerugian tersebut, terdapat pula kekhawatiran-kekhawatiran yang kemungkinan akan timbul terkait dengan berbagai aktivitas proyek di sekitar tempat tinggal responden. Tabel 3.95. Pendapat Responden Tentang Kekhawatiran Masyarakat Terkait Adanya Berbagai Kegiatan Pengembangan Gas No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. Jenis Kekhawatiran Masyarakat Terjadinya penggusuran/pembebasan lahan Adanya calo saat pembebasan lahan Terjadinya kebakaran atau semburan api Terjadinya kebisingan, getaran dan debu Keluarnya gas beracun Terjadinya gangguan lalulintas Penurunan kualitas dan kuantitas air Penurunan kualitas kesehatan lingkungan Masuknya masyarakat pendatang Terganggunya keamanan dan keselamatan Risiko adanya percikan api saat pengelasan pipa Tergelincirnya pipa saat penurunan pipa Berkurangnya keleluasaan setelah ada pipa Berhentinya proyek sehingga ada PHK dan penurunan pendapatan masyarakat Jumlah
Sumber : Data Primer, 2007

Frekuensi 52 97 91 65 92 45 44 29 18 15 17 17 12 38 632

% 8,23 15,35 14,40 10,28 14,56 7,12 6,96 4,59 2,85 2,37 2,69 2,69 1,89 6,02 100,00

Kekhawatiran terbesar responden adalah kemungkinan adanya calo saat pembebasan lahan (15,35%), kemudian diikuti keluarnya gas beracun (14,56%), terjadinya kebakaran atau semburan api (14,40%), adanya penurunan kualitas dan kuantitas air (6,96%) dan adanya PHK serta penurunan pendapatan masyarakat sebagai akibat berhentinya proyek (6,02%). Kekhawatiran yang muncul saat proyek berjalan menghasilkan sejumlah saran dan solusi, kondisi masyarakat yang sebelum ada proyek cenderung tentram tentu akan berubah saat proyek berlangsung. Persespsi masyarakat pun beragam terhadap jenis-jenis perubahan

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-134

PT PERTAMINA EP -PPGM

yang akan terjadi. Saran dan solusi yang ditawarkan responden merupakan wujud kepedulian responden terhadap rencana kegiatan sehingga berbagai perubahan yang mungkin terjadi dan khususnya yang berdampak negatif dapat ditekan seminimal mungkin. Tabel 3.96. Saran/Solusi Responden Terhadap Masalah Pembebasan Lahan yang Muncul Akibat Proyek No 1. 2. 3. 4. 5. 6. Saran Sosialisasi Rencana pembebasan lahan kepada masyarakat Proses pembebasan lahan dilakukan sesuai prosedur Harga sesuai kesepakatan dengan pemilik lahan Tanaman harus diperhitungkan Transparan Tanpa perantara/calo Jumlah
Sumber : Data Primer, 2007

Frekuensi 8 4 121 4 25 3 165

% 4,85 2,42 73,33 2,42 15,15 1,83 100,00

Untuk mencegah terlibatnya calo dalam proses pengadaan lahan, para responden berpendapat bahwa sebelum proses pengadaan lahan hendaknya dilakukan sosialisasi kepada masyarakat (13,25%), pembelian lahan dilakukan secara langsung kepada para pemilik lahan (80,79%) dan perlu dilakukan musyawarah secara transparan antara para pemilik lahan, pemrakarsa dan pemerintah khususnya untuk mencapai kesepakatan harga (5,96%). Disamping adanya berbagai kekhawatiran terhadap rencana pembebasaan lahan, namun banyak responden yang tetap memiliki berbagai rencana terhadap uang penggantian lahan seandainya lahan mereka dibeli untuk proyek. Beberapa rencana penggunaan uang ganti lahan disajikan pada tabel berikut.

Tabel 3.97. Pendapat Responden Tentang Rencana Pemanfaatan Uang Hasil Pembebasan Lahan No 1. 2. 3. 4. 5. Rencana Pemanfaatan Uang Membeli lahan pengganti Ditabung Untuk modal usaha Untuk naik haji Menyekolahkan anak ke jenjang yang lebih tinggi Jumlah
Sumber : Data Primer, 2007

Frekuensi 173 75 87 32 4 165

% 46,63 20,22 23,45 8,62 1,08 100,00

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-135

PT PERTAMINA EP -PPGM

Terhadap uang hasil pembebasan lahan, sebagian besar responden yaitu sekitar 46,63% berpendapat bahwa nantinya akan digunakan untuk membeli lahan pengganti dengan tingkat kesuburan kurang lebih sama dengan lahan yang dibebaskan untuk proyek. Sekitar 23,45% responden lainnya menyatakan untuk membuka usaha dan yang menyatakan akan ditabung sebanyak 20,22%. Kondisi ini sedikit banyak memberikan gambaran bahwa masyarakat telah mempunyai kesadaran akan arti pentingnya lahan untuk bekerja atau berusaha sebagai sumber penghasilan mereka, sehingga uang hasil penjualan lahan tidak digunakan untuk berbagai hal yang bersifat konsumtif. Saran atau solusi responden terhadap kemungkinan adanya kebakaran atau semburan api yang mungkin muncul terutama adalah dengan mengutamakan upaya pencegahan (29,46%) dan apabila ternyata kejadian yang tidak diinginkan tersebut terjadi maka upaya penanggulangan secara tepat dan cepat harus segera dilakukan (28,68%). Saran atau solusi responden lebih rinci disajikan pada tabel berikut. Tabel 3.98. Saran/Solusi Responden Terhadap Masalah Kebakaran/Semburan Api yang Muncul Akibat Proyek No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Saran Sosialisasi rencana kegiatan kepada masyarakat Harus ada SOP Peralatan modern/canggih Pemasangan peralatan/sistem peringatan dini SDM handal Mengutamakan upaya pencegahan Ada area pengaman pipa Pengawasan/monitoring fasilitas produksi secara rutin Upaya penanggulangan secara tepat dan cepat Jumlah
Sumber : Data Primer, 2007

Frekuensi 8 4 10 6 8 38 12 6 37 129

% 6,20 3,10 7,75 4,65 6,20 29,46 9,31 4,65 28,68 100,00

Dari berbagai saran atau solusi yang diajukan responden tersebut, nampak bahwa adanya sosialisasi rencana kegiatan kepada masyarakat sangat penting dilakukan agar masyarakat sejak awal mengetahui tentang berbagai jenis pekerjaan dalam proyek dengan berbagai kemungkinan adanya risiko yang timbul sehingga mereka juga relatif siap menghadapi semua hal tersebut.

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-136

PT PERTAMINA EP -PPGM

Untuk meminimalkan adanya kebisingan, getaran dan debu yang muncul, responden menyarankan adanya pengaturan dan pengawasan terhadap seluruh kegiatan proyek (25,92%), pengaturan kendaraan mobilisasi peralatan dan material (24,07%), lokasi kegiatan hendaknya jauh dari permukiman penduduk dan para pekerja dilengkapi dengan alat peredam kebisingan khususnya pada saat kegiatan yang menimbulkan kebisingan. Tabel 3.99. Saran/Solusi Responden Terhadap Masalah Kebisingan, Getaran dan Debu yang Muncul Akibat Proyek No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Saran Lokasi kegiatan jauh dari permukiman Penggunaan peralatan yang sesuai Pengaturan pelaksanaan pekerjaan sebaik mungkin Pengaturan mobilisasi kendaraan proyek Penggunaan alat peredam kebisingan Melakukan pengawasan terhadap seluruh kegiatan Penanggulangan dampak secara cepat, tepat dan efektif Jumlah
Sumber : Data Primer, 2007

Frekuensi 18 6 17 26 24 11 6 108

% 16,67 5,56 15,73 24,07 22,22 10,19 5,56 100,00

Terhadap masalah keluarnya gas beracun yang kemungkinan muncul, responden berpendapat bahwa yang terutama adalah sumberdaya manusia yang terlibat dalam kegiatan ini harus handal (32,35%), keselamatan warga sekitar harus menjadi prioritas utama (14,71%) dan upaya penanggulangan secara cepat dan tepat harus segera dilakukan (13,72%) manakala kejadian yang tidak diharapkan tersebut muncul serta pemberian kompensasi kepada warga masyarakat yang terkena dampak. Tabel 3.100. Saran/Solusi Responden Terhadap Masalah Keluarnya Gas Beracun yang Muncul Akibat Proyek No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Saran Lokasi kegiatan jauh dari permukiman Peralatan harus canggih SDM handal Pelaksanaan pekerjaan terencana dan sistematis Penggunaan peralatan/sistem peringatan dini Mengutamakan keselamatan warga masyarakat Pengawasan/monitoring pekerjaan secara rutin Upaya penanggulangan secepat mungkin Kompensasi bagi masyarakat terkena dampak Jumlah
Sumber : Data Primer, 2007

Frekuensi 8 4 33 7 8 15 7 14 6 102

% 7,84 3,92 32,35 6,86 7,84 14,71 6,86 13,72 5,90 100,00

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-137

PT PERTAMINA EP -PPGM

Agar masalah gangguan lalulintas dapat diminimalisir, responden berpendapat bahwa jalan yang rencananya akan digunakan untuk proyek hendaknya dilebarkan terlebih dahulu sebelum proyek dimulai (19,80%) atau membuat jalur alternatif (17,82%) serta memasang rambu-rambu lalulintas khususnya yang terkait dengan kegiatan proyek (17,82%). Tabel 3.101. Saran/Solusi Responden Terhadap Masalah Gangguan Lalulintas yang Muncul Akibat Proyek No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Saran Pelebaran jalan yang digunakan proyek Ada jalur alternatif Pemasangan rambu-rambu lalulintas Pengaturan mobilisasi kendaraan proyek Ada polisi/petugas Pengaturan lalulintas melibatkan warga masyarakat Pelanggar lalulintas ditindak tegas Jumlah
Sumber : Data Primer, 2007

Frekuensi 20 18 18 8 8 16 13 101

% 19,80 17,82 17,82 7,92 7,92 15,84 12,88 100,00

Saran atau solusi lain yang cukup penting dalam hal ini adalah pelibatan warga masyarakat dalam pengaturan lalulintas (15,84%) khususnya pada beberapa aktivitas yang

menyebabkan terganggunya kondisi lalulintas harian. Dengan melibatkan warga masyarakat dalam berbagai aktivitas proyek diharapkan masyarakat juga akan merasa memiliki proyek tersebut sehingga mereka mempunyai tekad untuk mendukung proyek sebaik mungkin. Tabel 3.102. Saran/Solusi Responden Terhadap Masalah Kuantitas dan Kualitas Air yang Muncul Akibat Proyek No 1. 2. 3. 4. 5. 6. Saran Tidak merusak mataair/sumber air Penggunaan sistem/alat deteksi Bantuan pemipaan air bersih untuk warga masyarakat Tidak mencemari sumber air dan lingkungan sekitar Pengawasan/monitoring secara rutin Penggunaan air seefisien mungkin Jumlah
Sumber : Data Primer, 2007

Frekuensi 54 5 8 8 10 5 90

% 60,00 5,56 8,89 8,89 11,10 5,56 100,00

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-138

PT PERTAMINA EP -PPGM

Agar kuantitas dan kualitas air tetap terjaga dengan baik, diharapkan pelaksana proyek tidak merusak sumberair atau matair baik secara langsung maupun tidak langsung, disamping itu juga perlu dilakukan pengawasan ataupun monitoring terhadap aktivitas proyek khususnya di sekitar sumberair. Penggunaan air diharapkan juga seefisien mungkin agar sumberdaya air dapat tetap tersedia pada waktu-waktu yang akan datang. Tabel 3.103. Saran/Solusi Responden Terhadap Masalah Turunnya Kualitas Kesehatan Lingkungan yang Muncul Akibat Proyek No 1. 2. 3. 4. 5. Saran Sosialisasi kegiatan proyek kepada masyarakat Membantu pelaksanaan kegiatan penyuluhan kesehatan Penambahan sarana kesehatan dan tenaga medis Pengecekan kesehatan secara berkala bagi masyarakat Pengawasan/monitoring kegiatan proyek secara rutin Jumlah
Sumber : Data Primer, 2007

Frekuensi 10 40 16 10 6 82

% 12,19 48,78 19,51 12,19 7,33 100,00

Sekitar 34,17% responden memberikan pendapat untuk mengatasi masalah turunnya kualitas kesehatan lingkungan, yaitu terutama melalui ikut terlibatnya pihak pemrakarsa dalam membantu pelaksanaan kegiatan penyuluhan kesehatan (48,78%) dan menambah atau memfasilitasi pembangunan sarana kesehatan beserta dengan tenaga medisnya (19,51%). Selain itu bagi warga masyarakat yang terkena dampak langsung kegiatan proyek hendaknya diberikan fasilitas pengecekan kesehatan dan atau pengobatan gratis yang dilakukan secara berkala. Ini merupakan salah satu bentuk kompensasi atau tanggung jawab sosial perusahaan kepada warga masyarakat yang secara langsung mengalami gangguan kesehatan akibat adanya proyek. Meskipun secara umum warga masyarakat menerima kehadiran para pendatang yang diprakirakan akan meningkat sejalan dengan berlangsungnya proyek, terdapat sekitar 42,08% responden yang menyarankan adanya beberapa kriteria bagi para pendatang seperti disajikan pada tabel berikut.

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-139

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 3.104. Saran/Solusi Responden Terhadap Masalah Masuknya Penduduk Pendatang yang Muncul Akibat Proyek No 1. 2. 3. 4. 5. Saran Pendatang wajib membawa identitas lengkap Pendatang wajib lapor RT/RW Pendatang mau berbaur dengan warga masyarakat Pendatang menghargai adat istiadat setempat Pendatang mau mengikuti pertemuan/kegiatan bersama yang diadakan warga masyarakat Jumlah
Sumber : Data Primer, 2007

Frekuensi 6 58 15 9 13

% 5,94 57,43 14,85 8,91 12,87

101

100,00

Sebagian besar responden menyarankan agar para pendatang hendaknya wajib lapor terlebih dahulu kepada pejabat setempat, mau berbaur dan mengikuti kegiatan bersama dengan warga masyarakat setempat serta menghargai adat istiadat setempat. Harapannya, kerukunan dan kebersamaan akan selalu terjaga dengan baik sehingga seluruh warga masyarakat dapat menata hidup dengan baik. Tabel 3.105. Saran/Solusi Responden Terhadap Masalah Gangguan Keamanan dan Keselamatan yang Muncul Akibat Proyek No 1. 2. 3. 4. 5. 6. Saran Menambah sarana keamanan Meningkatkan siskamling Pelibatan aparat keamanan Pengawasan/monitoring jalur pipa secara rutin Menjaga areal pipa Pipa ditanam lebih dalam Jumlah
Sumber : Data Primer, 2007

Frekuensi 17 27 6 9 12 8 70

% 21,52 34,18 7,59 11,39 15,19 10,13 100,00

Seandainya selama kegiatan proyek berlangsung terdapat adanya gangguan keamanan dan keselamatan, sekitar 32,92% responden berpendapat bahwa hal tersebut perlu diatasi dengan meningkatkan siskamling yang melibatkan warga masyarakat, menambah sarana keamanan dan menjaga areal pipa yang relatif rawan terhadap pencurian. Sementara itu saran responden terhadap berbagai permasalahan terkait dengan masalah pipa adalah sebagai berikut.

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-140

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 3.106. Saran/Solusi Responden Terkait dengan Masalah Pemasangan Pipa Penyalur Gas No 1. Saran Percikan api saat pengelasan pipa: a. Sosialisasi rencana kegiatan kepada masyarakat b. Lokasi pengelasan jauh dari permukiman/dilokalisir c. Pekerja menggunakan masker Jumlah 2. Tergelincirnya pipa saat penurunan pipa: a. Sosialisasi rencana kegiatan kepada masyarakat b. Lokasi kegiatan jauh dari permukiman/dilokalisir c. Pemasangan rambu-rambu d. Pekerja profesional Jumlah 3. Berkurangnya keleluasaan setelah ada pipa: a. Terdapat jalan alternatif untuk mobilitas penduduk b. Lokasi pipa jauh dari permukiman/dilokalisir c. Pemasangan rambu-rambu Jumlah
Sumber : Data Primer 2007

Frekuen si 21 17 42 80

26,25 21,25 52,50 100

22 12 22 16 72

30,56 16,67 30,56 22,21 100,00

74 15 11 100

74,00 15,00 11,00 100,00

Umumnya responden menyatakan bahwa hendaknya lokasi penempatan dan pengerjaan pipa jauh dari permukiman penduduk agar mereka terhindar dari bahaya pengelasan dan saat penurunan pipa. Agar keleluasaan penduduk dalam melakukan mobilitas sehari-hari tidak terganggu, disarankan agar terdapat jalan alternatif dan dipasang rambu-rambu pada berbagai tempat yang biasanya cukup padat lalulintas. Meskipun sebagian warga masyarakat nantinya dapat terlibat dalam proyek, tidak dapat dipungkiri bahwa kecemasan atau kekhawatiran juga mereka rasakan ketika menghadapi berakhirnya kegiatan proyek. Dengan berakhirnya proyek dapat dipastikan bahwa mereka yang selama ini terlibat dalam proyek akan dapat kehilangan mata pencaharian. Beberapa saran yang diberikan responden terhadap masalah tersebut adalah sebagai berikut.

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-141

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 3.107. Saran/Solusi Responden Terhadap Masalah Adanya PHK yang Muncul Akibat Berhentinya Kegiatan Proyek No 1. 2. 3. Saran Memberikan pesangon yang layak Mencarikan lapangan kerja pengganti Ada kontrak kerja yang jelas Frekuensi 80 28 11 % 67,23 23,53 9,24

Jumlah
Sumber : Data Primer, 2007

119

100,00

Sekitar 49,58% responden memberikan saran yaitu hendaknya ada pesangon yang memadahi bagi para tenaga kerja yang terli bat dalam proyek atau mencarikan lapangan kerja pengganti. Atau agar para tenaga kerja yang terlibat nantinya benar-benar tahu tentang hak dan kewajibannya secara jelas perlu ada kontrak kerja sehingga mereka benarbenar paham dengan posisi mereka dan relatif lebih siap dalam menghadapi proses pelepasan tenaga kerja.

3.4.

KOMPONEN KESEHATAN MASYARAKAT

Setiap usaha dan atau kegiatan pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah maupun swasta pada umumnya akan memberikan dampak baik positif maupun negatif terhadap lingkungan, salah satunya adalah aspek kesehatan manusia yang berada di sekitar kegiatan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Kegiatan yang dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan antara lain diakibatkan menurunnya tingkat kualitas sanitasi lingkungan, kualitas udara dan kebisingan dan berkurangnya ketersediaan air bersih yang dapat mengakibatkan timbulnya berbagai jenis penyakit sehingga memganggu kesehatan manusia.

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-142

PT PERTAMINA EP -PPGM

3.4.1. Parameter Lingkungan yang Diprakirakan Terkena Dampak Parameter lingkungan yang diperkirakan terkena dampak adanya rencana proyek

pengembangan gas yang berpengaruh terhadap kesehatan adalah: 1. Sanitasi lingkungan Sanitasi lingkungan yang dimaksudkan di sini adalah cerminan kondisi kesehatan lingkungan hidup secara fisik, baik di dalam tapak proyek maupun lingkungan di sekitarnya yang antara lain dicerminkan melalui penyediaan sarana sanitasi seperti penyediaan air bersih, pengelolaan sampah/limbah, MCK, kerapian lingkungan/saluran drainase. 2. Gangguan kesehatan masyarakat Gangguan kesehatan dapat dialami oleh pekerja proyek maupun penduduk sekitar Proyek Pengembangan Gas Matindok. Gangguan kesehatan tersebut bisa diakibatkan oleh meningkatnya kadar debu, emisi gas dari aktivitas pemboran, BS-GPF, operasional kilang dan Pelabuhan Khusus, kebisingan, adanya limbah cair dan kemungkinan munculnya vektor penyakit dari berbagai aktivitas yang ada.

3.4.2

Proses dan Potensi Terjadinya Pemajanan

Pemajanan atau pemaparan langsung dapat terjadi pada berbagai aktivitas konstruksi maupun operasi seperti meningkatnya kadar debu, emisi gas, limbah cair dan kebisingan. Pemajanan langsung dapat mengenai: 1) pekerja atau karyawan yang bekerja di beberapa lokasi pemboran gas dan 2) masyarakat yang bertempat tinggal di sekitar lokasi pengeboran. Sedangkan pemajanan tidak langsung adalah pemajanan yang terjadi sebagai akibat dari adanya kawasan pemboran gas, terjadinya gangguan kesehatan masyarakat diantaranya sebagai akibat turunnya kondisi sanitasi lingkungan dan perubahan pola penyakit dari pola perilaku hidup sehat masyarakat. Potensi terjadinya pemajanan ini relatif besar, mengingat bahwa kejadian ini menyangkut penduduk dalam jumlah yang besar, prosesnya terjadi dalam tempo yang relatif lama dan relatif terbatasnya tingkat pengetahuan masyarakat, sehingga masyarakat belum tentu mampu mempersiapkan diri secara baik terhadap adanya kegiatan ini.

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-143

PT PERTAMINA EP -PPGM

3.4.3

Potensi Resiko Timbulnya Penyakit

Potensi besarnya dampak atau terjadinya penyakit tercermin dalam beberapa angka kesakitan oleh beberapa jenis penyakit di 4 Kecamatan wilayah studi seperti disajikan pada tabel berikut.

Tabel 3.108. Sepuluh Jenis Kasus Penyakit yang Terjadi di Kecamatan Kintom Tahun 2006 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Common Cold ISPA Gastritis Diare Hypertensi Malaria Dermatitis V. Laceratum Campak Hipotensi Jumlah
Sumber: SP2TP, tahun 2006

Nama Penyakit

Jumlah Penderita 854 798 583 355 243 240 167 82 73 32 3.427

Persentase 24,91 23,28 17,01 10,36 7,09 7,00 4,87 2,39 2,13 0,93 100,00

Tabel 3.109. Persentase Sepuluh Jenis Kasus Penyakit di Kecamatan Batui Tahun 2006 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 ISPA Common Cold Gastritis Diare Hipertensi Scabies Malaria Bronchitis Pneumonia TBC Paru Jumlah Nama Penyakit Jumlah Penderita 582 437 253 115 82 44 37 30 23 22 1.625 Persentase 35,82 26,89 15,57 7,08 5,05 2,71 2,28 1,85 1,42 1,35 100,00

Sumber: SP2TP, tahun 2005

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-144

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 3.110. Persentase Sepuluh Jenis Kasus Penyakit Terbesar di Kecamatan Toili Tahun 2006 No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Nama Penyakit ISPA Malaria Penyakit infeksi pada usus Penyakit pada sistim otot Penyakit rongga mulut Kecelakaan Penyakit kulit & Sub. Kutan Diare Influensa Gastritis Jumlah Jumlah Penderita 3.654 1.385 1.035 925 856 844 774 675 635 416 12.660 Persentase 28,86 10,94 8,18 7,31 6,76 6,67 6,11 5,33 5,02 3,29 100,00

Sumber: SP2TP, tahun 2006

Tabel 3.111. Persentase Sepuluh Jenis Kasus Penyakit Terbesar di Wilayah Studi Secara keseluruhan Tahun 2006 No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Nama Penyakit ISPA Malaria Common Cold Gastritis Diare Penyakit infeksi pada usus Penyakit pada sistim otot Penyakit rongga mulut Kecelakaan Penyakit kulit & Sub. Kutan Jumlah Jumlah penderita 5034 1662 1291 1252 1145 1035 925 856 844 774 14.818 Persentase 33,97 11,22 8,71 8,45 7,73 6,98 6,24 5,78 5,70 5,22 100,00

Sumber: SP2TP, tahun 2006

Dari tabel tersebut di atas nampak bahwa jenis penyakit yang banyak diderita penduduk di wilayah studi secara keseluruhan adalah ISPA, malaria, Common Cold, gastritis, diare. ISPA merupakan jenis penyakit yang paling banyak diderita warga masyarakat. Hal ini kemungkinan sebagai akibat adanya debu dan berbagai zat pencemar seperti gas buang kendaraan bermotor yang jumlahnya saat ini cukup banyak. Dalam tambang gas, yang menjadi masalah dalam

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-145

PT PERTAMINA EP -PPGM

kesehatan manusia adalah gas yang mengandung fosfor (F) apabila tubuh manusia dalam kondisi normal, unsur fosfor terdapat dalam otak, saraf, dan otot-otot. Fosfor terdiri atas fosfor kuning/putih baunya seperti ozon, dan dapat larut di dalam CS2 (karbon disulfida), minyak dan ether. Sedangkan fosfor yang berasal dari tambang yang tidak terkontrol bisa menimbulkan pencemaran udara, tumbuhan dan air yang dapat membahayakan kesehatan manusia melalui kontak langsung pada kulit, inhalasi bersama udara pernafasan, dan ingesti bersama makanan atau minuman. Kondisi sanitasi lingkungan yang relatif buruk juga berperan penting dalam penyebaran penyakit yang terkait dengan pencernaan seperti diare, penularan demam berdarah melalui gigitan nyamuk, disentri, tukak lambung. Terdapatnya penyakit infeksi pada usus juga perlu diwaspadai mengingat kecenderungannya disebabkan mengkonsumsi makanan yang tidak sehat atau kurang memperhatikan cara hidup sehat. Kemudian urutan ke 7 dan 8 adalah penyakit pada sistem otot dan rongga mulut, kemudian diikuti banyaknya kecelakaan dan Penyakit kulit. Dengan demikian perlu dilakukan berbagai upaya baik promotif maupun preventif agar perkembangan penyakit tersebut dapat ditekan seminimal mungkin. Data tersebut diatas juga didukung oleh pernyataan dari beberapa responden yang menyatakan adanya jenis penyakit yang diderita dalam kurun waktu panjang pada 1 tahun terakhir. Dari 240 responden sebanyak 47 responden, yang mengatakan menderita penyakit dengan perincian: sebanyak 13 orang (5,4%) pernah menderita penyakit ISPA, 11 orang (4,6%) menderita penyakit dalam (ginjal, jantung, paru, liver dll); 9 orang (3,8%) menderita penyakit kulit dan sejenenisnya, dan 8 orang (3,3%) menderita THT, sedangkan lainnya pengalami sakit keturunan seperti diabetes, kanker dan sebagainya. Sesuai hasil wawancara dengan penduduk di wilayah studi sebanyak 125 orang (52,1%) menyatakan pernah menderita penyakit malaria. Penduduk pernah menderita penyakit Demam Berdarah di wilayah penelitian sangatlah sedikit yaitu tercatat 3 orang (1,3%). Selama kurung waktu 10 tahun terakhir jumlah penderita penyakit malaria setiap tahun rata-rata 13 orang. Namun penderita malaria yang paling banyak adalah pada tahun 2006 yaitu sebanyak 10 penderita. Oleh karena itu program-program pemberantasan nyamuk seperti Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) perlu terus dilaksanakan secara berkala untuk mencegah semakin berkembangnya penyebaran penyakit tersebut. Terdapat 69 responden yang menyatakan bahwa dalam 1 bulan terakhir menderita sakit. Jenisjenis penyakit yang diderita responden disajikan pada tabel berikut.

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-146

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 3.112. Jenis Penyakit yang Diderita Responden Selama 1 Bulan Terakhir No 1. 2. 3. 4. 5. 6. Jenis Penyakit Sakit saluran pencernaan Sesak napas ISPA Sakit pinggang/rematik Kekurangan kalsium Kurang darah Jumlah
Sumber : Data Primer, 2007

Jumlah 39 14 9 5 1 1 69

Persentase 56,52 20,28 13,04 7,24 1,44 1,44 100,00

Tabel tersebut di atas menunjukkan bahwa infeksi saluran pencernaan adalah penyakit yang terbanyak diderita responden di wilayah studi. Sesak napas merupakan penyakit terbanyak kedua yang diderita oleh penduduk setempat. Jenis penyakit tersebut perlu diwaspadai oleh karena perkembangannya banyak berhubungan dengan pola perilaku hidup sehat responden dan semakin meningkatnya kadar debu dan emisi gas berbagai kendaraan bermotor. Bila keadaan kesehatan responden tersebut dirata-ratakan terhadap total penduduk, maka terdapat sekitar 28% penduduk yang dalam satu bulan terakhir menderita sakit. Berdasarkan baku kualitas lingkungan, status kesehatan masyarakat di wilayah tersebut termasuk sedang atau mempunyai skala 3.

3.4.4

Karakteristik Spesifik Penduduk yang Berisiko

Beberapa karakteristik spesifik penduduk yang dapat menimbulkan risiko adanya penyakit antara lain ditunjukkan dengan adanya responden perokok, cara pengelolaan sampah dan partisipasi masyarakat dalam kegiatan posyandu dan cara penanganan penyakit. Tabel 3.113. Persentase Banyaknya Responden Perokok dan Banyaknya Rokok yang Dihisap per Hari No 1 2 Banyaknya Perokok dan Jumlah Rokok per Hari Perokok Jumlah rokok per hari a. kadang-kadang b. 1 2 batang c. 3 5 batang d. 6 9 batang e. lebih dari 9 batang Jumlah 147 13 5 15 13 101 Persentase 61,25 8,84 3,40 10,20 8,84 68,70

Sumber : Data Primer, 2007

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-147

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel tersebut di atas menunjukkan bahwa lebih dari 60% responden adalah perokok. Sebanyak 101 orang responden (68,70%) merokok lebih dari 9 batang per hari, 15 orang responden menghabiskan 3-5 batang rokok/hari, dan 13 orang responden menghabiskan 69 batang rokok/hari. Perokok lainnya menyatakan bahwa hanya kadang-kadang merokok dan setiap hari hanya merokok 12 batang. Kebiasaan responden ini merupakan faktor risiko yang tidak dapat diabaikan untuk kesehatan badan, terutama terkait dengan penyakit sesak napas, asma, bronkitis dan infeksi saluran pernafasan, paru dan jantung. Sampah rumah tangga responden pada umumnya dikelola dengan cara dibakar, dimasukkan lubang dan ditimbun tanah, serta diolah menjadi pupuk; namun ada pula yang membuangnya langsung ke lingkungan seperti di sungai atau dibuang ke laut. Cara pengelolaan sampah oleh responden secara lebih rinci dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 3.114. Persentase Cara Pengelolaan Sampah oleh Responden No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Cara Pengolahan Sampah Dibakar Dimasukkan lubang dan ditimbun tanah Dibuang ke sungai Dibakar dan dimasukkan lubang/ditimbun Dibuang ke laut Diolah menjadi pupuk Lainnya Jumlah
Sumber : Data Primer, 2007

Frekuensi 198 15 9 4 2 1 6 240

Persentase 82,5 6,4 3,8 1,7 0,8 0,4 2,5 100,00

Terdapat sekitar 198 orang responden (82,5%) mengolah sampah dengan cara dibakar, 6,4% responden mengelola sampah dengan cara memasukkan ke dalam lubang lalu ditimbun, dan sebanyak 9 orang (3,8%) dengan cara membuang ke sungai, sedangkan lainnya dengan cara membakar dan ditimbun tanah, dijadikan pupuk, dan sebagian membuangnya ke laut. Pembuangan sampah ke lingkungan merupakan cara pengelolaan sampah yang tidak mendukung kondisi sanitasi lingkungan. Oleh karena itu upaya penyadarkan masyarakat harus dilakukan agar kondisi lingkungan wilayah studi tidak menjadi semakin buruk. Gambaran tentang partisipasi masyarakat dalam memanfaatkan Posyandu sebagai salah satu bentuk pelayanan dibidang kesehatan ditunjukkan pada tabel berikut.

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-148

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 3.115. Persentase Responden yang Pernah Menimbangkan Balita di Posyandu/Rumah Sakit No 1 2 Menimbangkan Pernah Tidak pernah Jumlah
Sumber : Data Primer, 2007

Jumlah 105 36 141

Persentase 74,46 25,54 100,00

Tabel tersebut di atas memperlihatkan bahwa lebih dari 70% responden pernah menimbangkan balitanya ke Posyandu. Hal ini dapat diartikan bahwa banyak ibu-ibu yang mau memanfaatkan posyandu sebagai perwujudan partisipasi di bidang pelayanan kesehatan. Walaupun lokasi posyandu jauh dari tempat tinggal namun bukan merupakan alasan bagi ibu-ibu untuk malas memeriksakan/menimbangkan balita, karena menyadari akan arti pentingnya kesehatan bagi keluarganya. Alasan bagi ibu-ibu yang enggan menimbangkan balita pada umumnya karena lokasi Posyandu atau penimbangan jauh, anaknya sehat-sehat saja atau karena kesibukan membantu suami dalam mencari nafkah. Secara umum dapat dikatakan bahwa ibu-ibu di wilayah studi cukup mempunyai kesadaran tinggi akan pentingnya kesehatan bagi keluarganya terutama bagi anak balita. Beberapa cara pengobatan yang dilakukan responden ketika menderita sakit ataupun upaya untuk selalu menjaga kesehatannya dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 3.116. Persentase Cara Pengobatan yang Dilakukan Responden No 1 2 3 4 5 6 Cara Pengobatan Puskesmas/Rumah Sakit/Dokter Dokter/Bidan, perawat Diobati sendiri Alternatif/bidan/mantri Alternatif/shinse/akupungtur Lainnya Jumlah
Sumber : Data Primer, 2007

Jumlah 165 51 5 3 1 15 240

Persentase 68,8 21,3 2,1 1,2 0,4 6,3 100,00

Tabel di atas menunjukkan bahwa lebih dari 60% responden berobat melalui fasilitas kesehatan yang ada yaitu Puskesmas/Rumah Sakit ataupun dokter, sekitar 21,3% responden berobat ke tenaga medis dan paramedis, dan lainnya dengan cara mengobati sendiri dengan minum obat bebas dan jamu tradisional, diantaranya melalui alternatif/shinse/akupungtur.

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-149

PT PERTAMINA EP -PPGM

3.4.5

Sumberdaya Kesehatan

Sumberdaya kesehatan meliputi jumlah tenaga medis dan paramedis yang dimiliki, jumlah sarana pelayanan kesehatan dan kemampuan penduduk (responden) dalam menjangkau biaya kesehatan. Kondisi sumberdaya kesehatan di wilayah studi diuraikan seperti berikut. Di Kabupaten Banggai baru terdapat 1 Rumah Sakit Umum Luwuk dan Klinik bersalin Irenne yang semuanya berada di Kecamatan Luwuk. Adapun fasilitas kesehatan di wilayah studi meliputi Puskesmas dan Puskesmas Pembantu dengan perincian : Kecamatan Toili 2 buah, Kecamaatn Toili Barat 1 buah, Kecamatan Batui 2 buah, dan Kecamatan Kintom 1 buah. Gambaran lebih lengkap tentang fasilitas kesehatan di wilayah studi dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.117. Banyaknya Fasilitas Kesehatan Menurut Kecamatan di Daerah Penelitian Kabupaten Banggai Tahun 2004 Kecamatan 1. 2. 3. 4. Kintom Batui Toili Toili Barat Jumlah Rumah Sakit Puskesmas 1 2 2 1 6 Puskesmas pembantu 9 8 11 4 32 Polindes 11 1 12 Toko obat 1 3 2 2 8

Sumber: Kecamatan Dalam Angka Tahun 2005

Upaya pemeliharaan dan atau peningkatan kesehatan masyarakat di 4 Kecamatan wilayah studi selama ini dilayani oleh 6 buah Puskesmas, 32 Puskesmas Pembantu dan fasilitas kesehatan lain seperti polindes dan toko obat. Persentase jumlah Puskesmas yang ada di wilayah studi mencapai 21,42% dari jumlah total Puskesmas yang ada di Kabupaten Banggai. Tenaga medis yang ada meliputi dokter umum dan dokter gigi sebanyak 11 orang, namun untuk dokter spesialis hingga diadakan survei belum ada. Tenaga paramedis meliputi perawat sebanyak 78 orang dan bidan 64 orang. Jika dibandingkan dengan keberadaan tenaga kesehatan tingkat kabupaten dengan jumlah dokter 28 orang, maka keberadaan tenaga medis di wilayah studi mencapai 39,28% yang tersebar di 4 kecamatan wilayah studi, perawat dan bidan sebanyak 17,60% dari jumlah total perawat dan bidan yang ada di Kabupaten Banggai.

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-150

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 3.118. Banyaknya Tenaga Kesehatan Menurut Kecamatan di Wilayah Studi Tahun 2005 Jenis tenaga kersehatan Bidan/ Dukun SPPH Perawat bidan bayi sanitasi desa terlatih 14 15 1 9 5 9 2 30 45 23 32 14 17 78 64 3 71 Dukun bayi tidak terlatih 21 23 30 39 112

Kecamatan 1. 2. 3. 4. Kintom Batui Toili Toili Barat Jumlah

Praktek dokter 1 4 5 1 11

Sumber: Kecamatan Dalam Angka Tahun 2005

Dilihat tingkat pelayanan tenaga medis serta paramedis terhadap total penduduk di 4 kecamatan wilayah studi adalah: Puskesmas dan Puskesmas Pembantu 1:2.622, dokter 1:9.060, bidan 1:5.566 dan perawat 1:1.557. Hal ini mengandung arti bahwa setiap keberadaan puskesmas dan puskesmas pembantu harus melayani penduduk sebanyak 2.622, setiap dokter harus melayani penduduk sebanyak 9.060 orang, dan setiap perawat harus melayani penduduk sebanyak 1.557 orang. Dengan demikian berdasarkan kriteria kualitas lingkungan, kondisi pelayanan kesehatan di wilayah studi tergolong sedang (skala 3).

3.4.6

Kondisi Sanitasi Lingkungan

Kondisi sanitasi diantaranya dapat ditunjukkan melalui tingkat ketersediaan fasilitas sanitasi di lingkungan permukiman, disamping pola perilaku masyarakat setempat. Fasilitas sanitasi yang dimaksud adalah sarana penunjang bagi keperluan MCK, ketersediaan air bersih, dan saluran pembuang air limbah. Sebagian besar penduduk di wilayah studi umumnya telah memiliki sumur sendiri untuk memenuhi kebutuhan air minum maupun mencuci pakaian dan peralatan rumah tangga lainnya. Namun kebersihan di sekitar lingkungan tempat tinggal umumnya belum tertata dengan baik, disamping itu kepemilikan saluran pembuang air limbah relatif masih sangat sedikit. Gambaran tentang sumber air minum yang digunakan oleh responden sehari-hari disajikan pada tabel berikut.

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-151

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 3.119. Persentase Sumber Air Minum yang Digunakan Responden No 1 2 3 4 5 Sumber Air Minum Sumur gali Sumur gali, membeli Air hujan, sungai Pipa desa Lainnya Jumlah
Sumber : Data Primer, 2007

Jumlah 207 25 4 3 6 240

Persentase 86,30 10,60 1,70 1,30 2,50 100,00

Tabel tersebut di atas memperlihatkan bahwa terdapat variasi dalam pemakaian sumber air bersih. Penduduk yang bertempat tinggal di luar wilayah pesisir (86,30%) menggunakan sumur gali dan sumur bor sebagai sumber air minum. Untuk penduduk di wilayah pesisir umumnya pemenuhan kebutuhan air bersih dilakukan dengan membeli dan atau menggunakan sumur gali. Lokasi yang biasanya digunakan responden untuk melakukan Buang Air Besar (BAB) sangat beragam. Gambaran tentang hal tersebut disajikan pada tabel berikut. Tabel 3.120. Persentase Rata-rata Kebiasaan Responden dalam Buang Air Besar (BAB) No 1 2 3 4 5 6 Lokasi Buang Air Besar WC keluarga WC umum WC tetangga Sungai WC alam Lainnya Jumlah
Sumber : Data Primer, 2007

Frekuensi 179 13 4 20 19 5 240

Persentase 74,60 5,40 1,70 8,30 7,90 2,10 100,00

Penduduk di wilayah studi pada umumnya sudah memiliki jamban keluarga untuk keperluan buang air besar keluarga. Sebanyak 279 orang responden (74,60%) menyatakan melakukan buang air besar di WC keluarga. Sementara itu penduduk yang melakukan buang air besar di WC umum sebanyak 13 responden (5,40%). Apabila ditinjau dari segi kesehatan maka kelompok masyarakat tersebut telah mempunyai kesadaran yang cukup baik akan pentingnya kesehatan. Sedangkan sebanyak 39 responden (16,2%) melakukan buang air besar di sungai atau di WC alam, dengan alasan masih cukup area hutan dan jarang penduduknya.

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-152

PT PERTAMINA EP -PPGM

Berdasarkan uraian di atas, kondisi sanitasi lingkungan di wilayah studi termasuk dalam kriteria sedang (skala 3), sehingga masih perlu dilakukan berbagai upaya perbaikan untuk lebih meningkatkan kualitas lingkungan di wilayah studi dan sekitarnya.

3.4.7. Status Gizi Masyarakat Yang dimaksudkan dengan status gizi masyarakat dalam hal ini adalah adanya tingkat kecukupan gizi atau energi protein pada balita yang antara lain dapat dilihat melalui berat badan balita dan pertumbuhannya. Dari total responden, terdapat sebanyak 93 responden yang memiliki anak balita. Melalui penimbangan berat badan yang dilakukan setiap bulan, diketahui status gizi balita tersebut. Berdasarkan hasil penimbangan balita terakhir yang dilakukan oleh petugas kesehatan, terdapat sebanyak 52,68% balita yang berat badannya di atas garis merah atau berat badan bagus, sebanyak 45,16% balita mempunyai status gizi cukup atau normal, dan 2,15% lainnya berada di bawah garis merah (kurang gizi). Data mengenai hasil penimbangan dan status gizi balita di wilayah studi dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.121. Persentase Rata-rata Status Gizi Balita Responden No 1 2 3 Status Gizi Balita Di atas garis merah (berat badan bagus) Normal (gizi cukup) Di bawah garis merah (kurang gizi) Jumlah
Sumber : Data Primer, 2007

Frekuensi 49 42 2 93

Persentase 52,68 45,16 2,15 100,00

Umumnya status gizi balita responden adalah cukup dan bagus. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum pengetahuan dan kesadaran masyarakat pedesaan tentang gizi pada balita telah meningkat dibandingkan 1 2 tahun yang lalu. Kondisi tersebut didukung dengan adanya data yang menyatakan bahwa 3 kecamatan di wilayah studi termasuk bebas rawan gizi (Profil Kesehatan Kabupaten Banggai tahun 2006). Namun mengingat bahwa kesehatan balita

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-153

PT PERTAMINA EP -PPGM

merupakan salah satu indikator penting untuk melihat rawan tidaknya kesehatan masyarakat, maka Dinas Kesehatan setempat melalui Puskesmas yang ada terus melakukan program perbaikan gizi. Beberapa jenis program tersebut adalah upaya peningkatan penyuluhan para kader gizi kepada ibu-ibu balita tentang konsumsi gizi dan upaya peningkatan Program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) kepada balita. Keperluan bahan pangan sehari-hari keluarga responden antara lain dapat dipenuhi dari hasil perkebunan dan tanaman pangan yang ada di sekitarnya, pasar lokal terdekat di dalam lingkup wilayah studi, pasar yang lebih jauh di luar lingkup wilayah studi, pedagang keliling atau dari warung-warung yang ada di sekitar tempat tinggal mereka. Sementara itu jenis makanan yang dikonsumsi responden dan keluarganya sehari-hari disajikan pada tabel berikut. Tabel 3.122. Jenis Makanan yang Dikonsumsi Responden dan Keluarganya Sehari-hari No 1 2 3 4 5 6 Jenis Makanan Nasi dan sayur Nasi dan lauk Nasi, sayur dan lauk Nasi, sayur, lauk dan buah Nasi, sayur, lauk, buah dan susu Tidak tentu Jumlah
Sumber : Data Primer, 2007

Frekuensi 38 11 150 34 2 5 240

Persentase 15,8 4,6 62,5 14,2 0,8 2,1 100,00

Pola makan responden sehari-hari sangat bervariasi namun pada umumnya sebanyak 62,5% mengkonsumsi nasi, sayur dan lauk yang sederhana seperti ikan laut dan atau ikan asin. Sekitar 0,8% responden telah mengkonsumsi makanan dengan gizi lengkap seperti bauh dan susu dan sekitar 15,8% responden mengkonsumsi makanan pokok seadanya. Sedangkan sebanyak 14,2% mengkonsumsi nasi, lauk, sayur dan buah.

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-154

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 3.123. Alasan Responden Mengkonsumsi Pola Makan Sehari-hari No 1 2 3 4 5 6 6 7 Jenis Alasan Jenis makanan tersebut yang paling disukai Jenis makanan tersebut paling mudah didapat Mahalnya harga pangan Paling sisukai dan mudah didapat Mahalnya harga pangan, paling mudah diapat Paling disukai, mudah didapat, mahalnya harga pangan Karena kebutuhan gizi Alasan lainnya Jumlah
Sumber : Data Primer, 2007

Frekuensi 42 127 24 23 3 11 3 7 100

Persentase 17,5 52,9 10,0 9,6 1,3 4,6 1,3 2,9 100,00

Hanya 1,3% responden yang menyatakan bahwa pola makan mereka sehari-hari sebagai upaya untuk menjaga kesehatan tubuh, dengan mengkonsumsi makanan bergizi lengkap. Sebagian responden lainnya menyatakan bahwa pola makan mereka sehari-hari terbatas karena mahalnya harga kebutuhan pangan dan berdasarkan kebiasaan yang selama ini mereka jalani serta karena jenis makanan tersebut yang paling mudah didapat dan disukai. Mendasarkan hal tersebut nampak bahwa pemenuhan kebutuhan pangan sehari-hari oleh responden umumnya baru sebatas untuk pemenuhan kebutuhan karbohidrat. Pemenuhan protein hewani dalam konsumsi sehari-hari masih jarang dan belum terpenuhi. 3.4.8 Kondisi Lingkungan

Kondisi lingkungan responden yang diduga dapat berpengaruh terhadap proses penyebaran penyakit antara lain adalah kondisi bangunan tempat tinggal responden, rata-rata jarak tandon tinja (Bahasa Jawa = jumbleng) dengan sumur, kedekatan tempat tinggal responden dengan sumber pencemar, dan keberadaan vektor penyakit di sekitar tempat tinggal responden. Kondisi bangunan tempat tinggal responden secara umum tergolong dalam kualitas sedang (skala 3) karena lebih dari 50% rumah responden telah berdinding tembok dan 32% lantainya berupa ubin. Gambaran tentang keadaan tandon tinja keluarga (jumbleng) khususnya dilihat dari jaraknya dengan sumur yang merupakan sumber pemenuhan kebutuhan air sehari-hari dalam keluarga responden, disajikan pada tabel berikut.

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-155

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel 3.124. Rata-rata Jarak Tandon Tinja dengan Sumur Keluarga No 1 2 3 Jarak Tandon Tinja Sumur Kurang dari 7 m 7,1 10 m Lebih dari 10 m Jumlah
Sumber : Data Primer, 2007

Jumlah 10 37 127 174

Persentase 5,74 21,26 72,98 100,00

Terdapat sekitar 72,50% responden sarana MCK di rumahnya dilengkapi dengan tandon tinja. Sebanyak 27,50% responden lainnya tidak mempunyai tandon tinja, hal ini diartikan bahwa mereka tidak mempunyai sarana MCK khususnya untuk BAB sehingga biasanya mereka kemudian melakukannya ke WC alam (kebun atau halaman rumah) ataupun ke sungai. Dari responden yang mempunyai tandon tinja, pada umumnya berjarak lebih dari 10 m sebanyak 72,98%, berjarak 7 10 m sebanyak 21,26%, dan kurang 7 m dari sumur sebanyak 5,74%. Apabila dilihat dari aspek kesehatan, maka jarak tandon tinja dengan sumur yang dapat memenuhi syarat kesehatan adalah berjarak lebih dari 10 m (72,98%). Kondisi ini bila dilihat berdasarkan baku penilaian kualitas lingkungan termasuk dalam kriteria sedang (skala 3). Sumber pencemar ditinjau dari kedekatan tempat tinggal responden meliputi debu, bising, lalulintas, asap dan keberadaan industri/pabrik. Gambaran tentang hal tersebut diuraikan pada tabel berikut. Tabel 3.125. Kedekatan Tempat Tinggal/Bekerja Responden dengan Sumber Pencemar No 1 2 3 4 5 Sumber Pencemaran Debu Bising Lalulintas Asap Pabrik/Industri
Sumber : Data Primer, 2007

Frekuensi 120 96 130 31 30

Persentase 50,00 40,00 54,20 12,90 12,50

Tabel tersebut di atas menunjukkan bahwa sebagai sumber pencemar utama adalah lalulintas, kemudian debu dan urutan ketiga adalah bising. Hal ini terjadi karena tempat tinggal penduduk (responden) relatif sangat dekat dengan jalan raya. Dikhawatirkan peningkatan lalulintas yang akan terjadi dapat mempengaruhi tingkat kesehatan masyarakat.

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-156

PT PERTAMINA EP -PPGM

Beberapa vektor penyakit yang umumnya dijumpai di sekitar tempat tinggal responden adalah lalat, tikus, kecoa dan nyamuk. Pendapat responden tentang keberadaan vektor-vektor tersebut di tempat tinggalnya dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 3.126. Pendapat Responden tentang Adanya Vektor Penyakit di Tempat Tinggalnya No 1 2 3 4 Jenis Vektor Penyakit Lalat Tikus Kecoa Nyamuk Frekuensi 129 136 122 198 Persentase 53,8 56,7 50,8 82,5

Sumber : Data Primer, 2007

Dari tabel di atas memperlihatkan bahwa nyamuk merupakan vektor penyakit yang paling banyak dijumpai (82,50%), disusul vektor penyakit tikus (56,70%), kemudian lalat dan kecoa masing-masing sebanyak 53,80% dan 50,80%. Keberadaan berbagai vektor tersebut erat kaitannya dengan kondisi sanitasi lingkungan yang relatif belum begitu baik. Hal tersebut diperkuat dengan adanya data Dinas Kesehatan yang menyatakan bahwa di wilayah studi pada tahun 2006 terdapat banyak penderita malaria dan tercatat beberapa kasus demam berdarah dengue. Nyamuk sebagai vektor penyakit diprakirakan akan meningkat jumlahnya apabila

terdapat peningkatan genangan air di lokasi rencana kegiatan pembangunan. Oleh karena itu dalam perencanaan pembangunan yang ada nantinya harus benar-benar diperhatikan khususnya dari pihak proyek maupun masyarakat sekitar dengan mengantisipasi kemungkinan adanya berbagai genangan sebagai habitat untuk berkembangnya populasi nyamuk. Tingkat kemampuan masyarakat dalam menjangkau pelayanan kesehatan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kesehatan masyarakat. Dengan semakin terjangkaunya pelayanan kesehatan oleh masyarakat, berarti semakin banyak warga masyarakat yang dapat menikmati berbagai fasilitas kesehatan sehingga kualitas kesehatan masyarakat dapat lebih terjamin.

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-157

PT PERTAMINA EP -PPGM

Tabel berikut menunjukkan bahwa sebagian besar responden (92,50%) menyatakan mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang ada di sekitarnya karena biaya murah, dekat, petugas ramah dan selalu stand by seperti yang diutarakan sebanyak 117 responden (54,41%). Sebaliknya, hanya sebagian kecil responden (7,50%) yang menyatakan bahwa mereka tidak mampu menjangkau fasilitas kesehatan, seperti dikemukakan oleh 13 responden yang menyatakan karena mahalnya biaya, lokasinya jauh dan petugas kesehatan kadang-kadang jarang ada.

Tabel 3.127. Tingkat Kemampuan Responden dalam Menjangkau Pelayanan Kesehatan dan Alasannya
No 1 2 Tingkat Kemampuan dan Alasan Mampu Tidak mampu Jumlah 3 Alasan mampu: a. Biaya murah b. Lokasi dekat c. Petugas selalu ada d. Petugas ramah dan baik e. Dapat ASKES f. Murah, dekat, petugas ramah & selalu stand by g. Lokasi dekat, petugas ramah & selalu stan by i. Kebutuhan kesehatan j. Lokasi dekat dan murah Jumlah 4 Alasan tidak mampu: a. Biaya mahal b. Letaknya jauh c. Petugas jarang ada d. Biaya mahal dan letaknya jauh Jumlah
Sumber : Data Primer, 2007

Jumlah/Frekuensi 222 11 233 11 56 4 1 6 117 12 1 7 215 2 4 2 5 13

Persentase 92,50 7,50 100,00 5,11 26,04 1,86 0,46 2,79 54,41 5,58 0,46 3,25 100,00 15,38 30,76 15,38 38,46 100,00

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-158

PT PERTAMINA EP -PPGM

Dari berbagai uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kondisi kesehatan masyarakat pada dasarnya sangat dipengaruhi oleh kondisi kependudukan, lingkungan hidup di sekitarnya, perilaku penduduk khususnya yang berkaitan dengan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan tingkat pelayanan kesehatan yang dapat menjangkau penduduk. Berdasarkan penilaian kualitas lingkungan, maka secara umum kondisi kependudukan di sekitar wilayah studi mempunyai kualitas sedang (3), kondisi kualitas lingkungan hidup khususnya ditinjau dari aspek kesehatan adalah sedang (3), perilaku hidup sehat penduduk mempunyai kualitas sedang (3), dan tingkat pelayanan kesehatan yang dapat dijangkau penduduk di wilayah studi termasuk dalam kriteria sedang (3). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa secara umum tingkat kesehatan masyarakat di wilayah studi mempunyai kualitas sedang (skala 3). Demikian halnya dengan kondisi kesehatan dan perilaku hidup sehat (K3) khususnya pada pekerja proyek nantinya diprakirakan kualitasnya dalam kisaran sedang atau mempunyai skala 3.

ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok

III-159

Anda mungkin juga menyukai