Anda di halaman 1dari 32

TUGAS MATKUL : AMDAL & ADKL

NAMA : REGINA ERLIA


NIM : 2211016164
KELAS : AJ BULUNGAN
DOSEN PENGAMPU : Dr. RIYAN NINGSIH, SKM.,M.KES

RONA AWAL RUMAH SAKIT AKHMAD BERAHIM KABUPATEN TANA TIDUNG

A. URAIAN KOMPONEN LINGKUNGAN/RONA LINGKUNGAN


1. Iklim
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di Stasiun Meteorologi Tanjung Selor
pada tahun 2008, mengalami musim hujan sepanjang tahun dengan curah hujan
3.146,7 mm atau 256 hari hujan (HH). Dengan penyinaran matahari rata-rata 46 %.
Rata-rata suhu udara sepanjang tahun 2008 adalah 26,9 ºC yang berkisar antara 21,8
º C- 35, 4 ºC. Sedangkan curah hujan sepanjang tahun 2008 berkisar antara 151 mm
sampai 376,9 mm. Dengan kelembaban udara tercatat relatif tinggi berkisar antara 83
% sampai 87 % dengan rata-rata selama tahun 2008 adalah 85 %.
Tabel 1 Suhu Udara (Temperatur), Kelembaban dan Curah Hujan
Suhu Udara (Temperatur)
Tahun Kelembaban (%) Curah Hujan Rata-rata
Minimun Maksimum (0C)
0 Bulanan (mm)
( C)
2008 21,8 35,4 85,0 262,2
2007 22,7 34,9 84,7 262,6
2006 22,6 34,8 84,4 232,8
2005 22,5 34,6 84,3 258,0*)
2004 22,7 34,5 84,2 232,5
Sumber; Stasiun Meteorologi Tanjung Harapan Tanjung Selor (2009), diolah sesuai kebutuhan.
Keterangan= *) Angka revisi
Mengacu pada data curah hujan bulanan dari stasiun meteorologi Tanjung
Harapan di Tanjung Selor sebagaimana disajikan pada Tabel 3.2 dapat disimpulkan
bahwa bila didasarkan pada kriteria bulan basah dan bulan kering Oldeman (1975),
maka lokasi memiliki bulan basah (curah hujan bulanan lebih dari 200 mm) 9 bulan
dan tidak memiliki bulan kering (curah hujan bulanan kurang dari 100 mm).
Dengan demikian, lokasi pembangunan RSUD masuk dalam kategori zona iklim B.

TUGAS AMDAL RONA AWAL RSUD AKHMAD BERAHIM KABUPATEN TANA TIDUNG_REGINA_AJ BULUNGAN
Tabel 2 Curah Hujan Bulanan pada Calon Lokasi Berdasarkan Data Meterologi
Tanjung Selor Tahun 2008 dan 2009
Curah Hujan Bulanan
Bulan
Tahun 2008 (mm)
Januari 284,7
Februari 232,0
Maret 268,8
April 311,5
Mei 302,5
Juni 288,7
Juli 165,4
Agustus 179,6
September 376,9
Oktober 221,2
Nopember 151,0
Desember 364,4
2. Kualitas Udara
Data Kualitas Udara berdasarkan data daerah yang memiliki karakteristik serupa
dengan lokasi Pembangunan RSUD Kabupaten Tana Tidung. Data bersumber dari
pengukuran kualitas udara ambien dilakukan pada 2 lokasi. Lokasi pertama, adalah
Pemukiman masyarakat (Lokasi 1), dan Lokasi sampling kedua, adalah merupakan
lokasi sejenis dengan lokasi pembangunan RSUD/Ruang Terbuka Hijau (Lokasi 2).
Tabel 3. Hasil Pengukuran Kualitas Udara Ambien
Lokasi Baku Mutu (PP
No Parameter Satuan
1 2 No.41 1999)
1 CO mg/m3 2.0192 1.9645 30
2 Nox mg/m3 0.2710 0.2625 0,4
3 SO2 mg/m3 0.0378 0.0297 0,9
4 Debu, TSP mg/m3 0.0592 0.1620 0,23

Hasil analisis terhadap data pada wilayah yang memiliki karakteristik serupa
dengan lokasi pembangunan RSUD Kabupaten Tana Tidung dibandingkan dengan
kriteria baku mutu udara menurut Peraturan Pemerintah nomor 41 tahun 1999,
maka seluruh parameter kualitas Udara berada dibawah ambang baku mutu udara.
3. Kebisingan
Kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari suatu kegiatan dalam
tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan pada kesehatan
manusia dan kenyamanan lingkungan. Tingkat kebisingan suatu lokasi
menunjukkan ukuran energi bunyi yang dinyatakan dalam satuan desibel atau
disingkat dengan notasi dB(A).
Lokasi pengambilan sampel tingkat kebisingan sama dengan lokasi pengambilan
sampel kualitas udara. Cara pengukuran dengan menggunakan alat Sound Level
Meter, perhitungan dan evaluasi tingkat kebisingan berpedoman pada Keputusan

TUGAS AMDAL RONA AWAL RSUD AKHMAD BERAHIM KABUPATEN TANA TIDUNG_REGINA_AJ BULUNGAN
Menteri Negara Lingkungan Hidup Kep-48/MENLH/11/1996 tentang Baku Tingkat
Kebisingan.
Pengukuran tingkat kebisingan dilakukan pada 2 lokasi yang berbeda. Lokasi
sampling pertama menggambarkan Pemukiman masyarakat. Lokasi sampling
kedua, adalah mengambarkan lokasi pembangunan. Hasil pengukuran tingkat
kebisingan tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah.
Tabel 3.4. Hasil Pengukuran Tingkat Kebisingan
Lokasi Baku Mutu
No Parameter Satuan
1 2 Kep-48/MENLH/11/1996
55 dB(A) area
pemukiman
1 Kebisingan dB(A) 1.50 1.13 50 dB(A) area terbuka
hijau
70 dB(A) area industri

Hasil pengukuran dibandingkan dengan Baku Tingkat Kebisingan untuk area


pemukiman dan area terbuka hijau, menunjukkan bahwa tidak ada lokasi yang
melebihi ambang batas baku tingkat kebisingan.
4. Sifat kimia dan fisik tanah
Jenis tanah di dominasi oleh jenis tanah Alluvial. Tanah Alluvial (tanah
endapan), merupakan tanah yang terbentuk dari hasil pengendapan lumpur sungai
yang terdapat di dataran rendah. Tanah Alluvial tergolong subur dan baik untuk
budidaya tanaman, misalnya tanaman padi. Sedangkan, sifat kimia tanah diambil
berdasarkan data dari beberapa titik wilayah Desa Terdekat (Desa Sebawang dan
Desa Sesayap). adalah sebagaimana disajikan pada Tabel 3.5 berikut:

Tabel 4. Sifat Kimia Tanah


Exchange C – N Analyzer Av. P Av. K
cation C N (0,1 N (0,1N
Lokasi/ pH (1:2,5)
(meq/100 KCl) KCl)
Sampel
gr)
H2O KCL KTK % % Ppm Ppm
0-30 5,86 4,11 5,00 2,28 0,01 3,39 17,95
1
30-60 5,48 4,21 3,90 1,63 0,01 3,22 29,48
0-30 4,91 3,77 9,99 4,90 0,08 13,30 16,45
2
30-60 Lahan Gambut
Sumber: Hasil Analisis Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian Universitas Borneo (2010) dalam
Laporan Pra SID Desa Sebawang dan Desa Sesayap

TUGAS AMDAL RONA AWAL RSUD AKHMAD BERAHIM KABUPATEN TANA TIDUNG_REGINA_AJ BULUNGAN
Berdasarkan Tabel 4 di atas dapat dinyatakan hal-hal sebagai berikut:
1) Nilai pH (H20) tanah berkisar antara 5,86 - 4,91. Kisaran nilai pH tersebut
menunjukan bahwa tanah masuk dalam kategori sangat masam sampai masam.
2) Nilai pH (KCl) tanah berkisar antara 4,11 - 3,77. Kisaran nilai pH tersebut
menunjukan bahwa tanah masuk dalam kategori masam.
3) Nilai Kapasitas Tukar Kation (KTK) tanah tergolong rendah, yaitu berkisar
antara 3,90 - 9,99 meq/100 gr, hal ini menunjukkan bahwa jenis tanah memiliki
kemampuan memegang dan menukarkan kation yang sangat rendah sampai
rendah.
4) Kadar Nitrogen total tanah tergolong sangat rendah sampai rendah (0,01 -
0,08%), dan bila dibandingkan dengan skala kualitas lingkungan untuk kesuburan
tanah (nitrogen), menunjukkan sangat rendah.
5) Kandungan C-organik tanah tergolong sangat rendah sampai tinggi (2,28 -
4,90%.
6) Kandungan Phospor (P) tersedia tergolong sangat rendah sampai rendah (3,39 –
13,30 ppm), dengan kandungan rata-rata 8,35 ppm.
7) Kandungan Kalium (K) tersedia tanah tergolong rendah sampai sedang (16,45 -
29,48 ppm), dengan rata-rata sebesar 22,96 ppm.
Status kesuburan tanah dan tekstur tanah sebagaimana yang disajikan pada
Tabel 3.6. Berdasarkan Tabel dapat dinyatakan bahwa status kesuburan tanah pada
lokasi adalah sangat rendah sampai rendah. Tekstur tanah lokasi adalah lempung liat
berdebu
Tabel 3.6 Status Kesuburan dan Tekstur Tanah
Status
Kedalaman KTK Teksur
No P2O5 K2O C-Organik Kesuburan
(cm) E Tanah
Tanah
Lempung
0-30 SR SR R S SR
Liat berdebu
1
Lempung
30-60 SR SR S R SR
Liat berdebu
Lempung
0-30 R S R ST R
2 Liat berdebu
-
Sumber: Hasil Analisis Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian Universitas Borneo (2010) dalam
Laporan Pra SID Desa Sebawang dan Desa Sesayap
Keterangan : SR = Sangat Rendah; S = Sedang; T = Tinggi; R = Rendah; ST = Sangat tinggi.

TUGAS AMDAL RONA AWAL RSUD AKHMAD BERAHIM KABUPATEN TANA TIDUNG_REGINA_AJ BULUNGAN
Kedalaman tanah lebih dari 60 cm. Mengacu pada klasifikasi kedalaman
tanah, kedalaman tanah di lokasi tergolong dalam kategori sedang (Tabel 3.7).
Tabel 3.7 Klasifikasi Kedalaman Tanah Lokasi
Kedalaman Tanah
Klasifikasi Kedalaman
Kedalaman (cm) Calon Lokasi
Tanah
(cm)
Sangat dangkal < 20 cm -
Dangkal 20 – 50 cm -
Sedang 50 – 75 cm 60
Dalam > 75 cm -

5. Vegetasi
Jenis tumbuhan pohon yang terdapat di kecamatan Sesayap antara lain adalah
Adat, Asam-asam, Atul, Bebowoi, Bebuan, Bekakang, Bengowong, Besungan,
Bintangor, Dara-dara, Gisok, Gita, Jambu-jambu, Jejabul, Kayu Putih, Kendasang,
Lelamit, Leludan, Meranti, Merpati, Nyantu, Penabila, Satan, Sedaman, Sedapung,
Sesilop, Tanos, Tebowon, Telantang, Tengkuayan.
Berdasarkan hasil identifikasi vegetasi di lokasi pembangunan Rumah Sakit
Umum Daerah (RSUD) dapat dinyatakan hal-hal sebagai berikut:
1) Diameter pohon lebih didominasi oleh yang jenis pohon pasca hutan primer.
2) Jenis pohon yang ditemukan adalah pohon Macaranga, Akasia, Tanaman Buah,
serta semak belukar.
3) Berdasarkan frekuensi relatifnya, jenis pohon yang memiliki nilai frekuensi
tinggi yang berarti memiliki tingkat distribusi atau penyebaran tinggi pada
lokasi yakni tumbuhan Macaranga
Macaranga adalah Jenis tanaman yang memiliki nilai kerapatan tinggi yang berarti
memiliki pola penyesuaian yang tinggi.

TUGAS AMDAL RONA AWAL RSUD AKHMAD BERAHIM KABUPATEN TANA TIDUNG_REGINA_AJ BULUNGAN
6. Kualitas Air
Pengambilan parameter kualitas air permukaan dan biologi dilakukan di 5 stasiun
sedangkan sedimen 4 stasiun sampling. Adapun hasil analisis parameter kualitas
air, sedimen dan biologi disajikan pada Tabel berikut.
Tabel 3.8. Hasil analisis parameter kualitas air permukaan
Satua Stasiun Pengambilan sampel
No. Parameter
n 1 2 3 4 5
A. Air Permukaan
1 Raksa (Ag) mg/l <0,0003 <0,0003 <0,0003 <0,000
<0,0003
3
2 Arsen (As) mg/l 0,032 0,019 0,025 0,011 0,010
3 Kadmium (Cd) mg/l <0,003 <0,003 <0,003 <0,003 <0,003
4 Khromium (Cr) mg/l <0,002 <0,002 <0,002 <0,002 <0,002
5 Tembaga (Cu) mg/l <0,007 <0,007 <0,007 <0,007 <0,007
6 Sianida (Cn) mg/l <0,000
0,034 0,028 0,026 0,0004
4
7 Fluorida (F) mg/l <0,005 <0,005 <0,005 <0,005 <0,005
8 Timbal (Pb) mg/l <0,02 <0,02 <0,02 <0,02 <0,02
9 Nikel (Ni) mg/l 0,159 0,178 0,1 0,076 0,057
10 Nitrat (NO3-N) mg/l 0,730 0,369 0,360 0,077 1,197
11 Nitrit (NO2-N) mg/l 0,013 0,009 0,10 0,001 0,001
12 Selenium mg/l <0,003 <0,003 0,003 0,004 0,005
B Kimia sedimen
1 Besi total (Fe) ppm 7508,9 6913,5 7612,5 7508,9 -
2 Mangan total (Mn) ppm 234,2 13,7 225,5 2318,4 -
C. Mikrobiologi Air
1 E-Coli (MPN/100) ml 90 80 110 4 <2
2 B.Coliform ml
110 140 170 7 4
(MPN/100)

7. Parameter Kualitas Air Permukaan


a. Raksa (Hg)
Merkuri (air raksa) adalah salah satu jenis logam yang banyak ditemukan di
alam dan tersebar dalam batu - batuan, biji tambang, tanah, air dan udara sebagai
senyawa anorganik dan organik. Umumnya kadar dalam tanah, air dan udara
relatif rendah. Berbagai jenis aktivitas manusia dapat meningkatkan kadar ini,
misalnya aktivitas penambangan yang dapat menghasilkan merkuri sebanyak
10.000 ton / tahun. Merkuri merupakan logam yang dalam keadaan normal
berbentuk cairan berwarna abu-abu, tidak berbau dengan berat molekul 200,59.
Tidak larut dalam air, alkohol, eter, asam hidroklorida, hidrogen bromida dan
hidrogen iodide; Larut dalam asam nitrat, asam sulfurik panas dan lipid. Tidak
tercampurkan dengan oksidator, halogen, bahan-bahan yang mudah terbakar,
logam, asam, logam carbide dan amine.

TUGAS AMDAL RONA AWAL RSUD AKHMAD BERAHIM KABUPATEN TANA TIDUNG_REGINA_AJ BULUNGAN
Berdasarkan hasil analisis logam merkuri pada air menunjukkan bahwa di 5
stasiun pengambilan sampel mempunyai nilai konsentrasi yang sama yaitu
<0,0003 mg/l. Hal ini menandakan bahwa konsentrasi yang diperoleh dibawah
baku mutu yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Sedangkan menurut standar
yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan RI konsentrasi maksimum yang
diperbolehkan untuk logam Hg dalam air sebesar 0,001 mg/l.
Merkuri dikenal 3 bentuk yaitu:
1. Merkuri elemental (Hg)
Terdapat dalam gelas termometer, tensimeter air raksa, amalgam gigi, alat
elektrik, batu batere dan cat. Juga digunakan sebagai katalisator dalam
produksi soda kaustik dan desinfektan serta untuk produksi klorin dari
sodium klorida.
2. Merkuri inorganik: dalam bentuk Hg++ (Mercuric) dan Hg+ (Mercurous),
misalnya:
a. Merkuri klorida (HgCl2) termasuk bentuk Hg inorganik yang sangat toksik,
kaustik dan digunakan sebagai desinfektan
b. Mercurous chloride (HgCl) yang digunakan untuk teething powder dan
laksansia (calomel)
c. Mercurous fulminate yang bersifat mudah terbakar
3. Merkuri organik, terdapat dalam beberapa bentuk, antara lain:
a.Metil merkuri dan etil merkuri yang keduanya termasuk bentuk alkil rantai
pendek dijumpai sebagai kontaminan logam di lingkungan. Misalnya
memakan ikan yang tercemar zat tsb. dapat menyebabkan gangguan
neurologis dan kongenital.
b. Merkuri dalam bentuk alkil dan aryl rantai panjang dijumpai sebagai
antiseptik dan fungisida.
Logam merkuri dapat berbahaya pada kesehatan manusia, antara lain:
1. Merkuri elemental (Hg)
Karena bersifat larut dalam lemak, bentuk merkuri ini mudah melalui sawar
otak dan plasenta. Di otak ia akan berakumulasi di korteks cerebrum dan
cerebellum dimana ia akan teroksidasi menjadi bentuk merkurik (Hg ++ ) ion
merkurik ini akan berikatan dengan sulfhidril dari protein enzim dan protein
seluler sehingga menggangu fungsi enzim dan transport sel. Pemanasan
logam merkuri membentuk uap merkuri oksida yang bersifat korosif pada

TUGAS AMDAL RONA AWAL RSUD AKHMAD BERAHIM KABUPATEN TANA TIDUNG_REGINA_AJ BULUNGAN
kulit, selaput mukosa mata, mulut, dan saluran pernafasan. Pengaruh
kesehatan pada merkuri elemental, yaitu:
a. Inhalasi: paling sering menyebabkan keracunan
b. Tertelan ternyata tidak menyebabkan efek toksik karena absorpsinya yang
rendah kecuali jika ada fistula atau penyakit inflamasi gastrointestinal atau
jika merkuri tersimpan untuk waktu lama di saluran gastrointestinal.
c. Intravena dapat menyebabkan emboli paru
2. Merkuri inorganik
Sering diabsorpsi melalui gastrointestinal, paru-paru dan kulit. Pemaparan
akut dan kadar tinggi dapat menyebabkan gagal ginjal sedangkan pada
pemaparan kronis dengan dosis rendah dapat menyebabkan proteinuri,
sindroma nefrotik dan nefropati yang berhubungan dengan gangguan
imunologis.
3. Merkuri organik
Terutama bentuk rantai pendek alkil (metil merkuri) dapat menimbulkan
degenerasi neuron di korteks cerebri dan cerebellum dan mengakibatkan
parestesi distal, ataksia, disartria, tuli dan penyempitan lapang pandang. Metil
merkuri mudah pula melalui plasenta dan berakumulasi dalam fetus yang
mengakibatkan kematian dalam kandungan dan cerebral palsy.

b.Arsen (As)
Arsen berwarna abu-abu, namun bentuk ini jarang ada di lingkungan. Arsen di
air di temukan dalam bentuk senyawa dengan satu atau lebih elemen lain.
Senyawa Arsen dengan oksigen, chlorin atau belerang sebagai Arsen inorganik,
sedangkan senyawa dengan Carbon dan hydrogen sebagai Arsen organik.
Berdasarkan hasil analisis dilaboratorium bahwa konsentrasi Arsen dalam air
antar stasiun pengambilan sampel berkisar 0,01 – 0,032 mg/l. konsentrasi Arsen
tertinggi pada stasiun 1 (0,032 mg/l) dan terendah pada stasiun 5 (0,01 mg/l)
(Gambar 3.1).

TUGAS AMDAL RONA AWAL RSUD AKHMAD BERAHIM KABUPATEN TANA TIDUNG_REGINA_AJ BULUNGAN
0.03200000

Konsentrasi logam Arsen dalam


0.035 00000003
0.03 0.02500000
00000001
0.025 0.01900000
0.02 00000001
Air

0.015 0.01000000
0.011 00000001
0.01
0.005
0
1 2 3 4 5
Titik pengambilan sampel

Gambar 3.1. Konsentrasi logam Arsen dalam air di setiap stasiun pengambilan
sampel
Berdasarkan Gambar 3.1 menunjukkan bahwa konsentrasi logam Arsen dalam
air antar stasiun pengambilan sampel berfluktuasi dan stasiun 1 mempunyai
konsentrasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan stasiun yang lainnya.
Menurut standar kualitas air minum yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan
RI konsentrasi 0,05 mg/l masih diperbolehkan.
Arsen masuk ke dalam tubuh manusia umumnya melalui oral, dari makanan
atau minuman dan Arsen yang tertelan secara cepat akan diserap lambung dan
usus halus kemudian masuk ke peredaran darah. Arsenik (As) dalam tubuh dapat
mengganggu daya pandang mata, hiperpigmentasi (kulit menjadi berwarna gelap),
hiperkeratosis (penebalan kulit), pencetus kanker, infeksi kulit (dermatitis). Selain
itu, dapat menyebabkan kegagalan fungsi sumsum tulang, menurunnya sel darah,
gangguan fungsi hati, kerusakan ginjal, gangguan pernafasan, kerusakan
pembuluh darah, varises, gangguan sistem reproduksi, menurunnya daya tahan
tubuh, dan gangguan saluran pencernaan. Arsen masuk ke dalam tubuh manusia
umumnya melalui makanan dan minuman.
Dampak Arsen terhadap kesehatan yaitu sebagai racun manusia (arsen
inorganik), yang dapat mengakibatkan kematian. Dosis rendah akan
mengakibatkan kerusakan jaringan. Apabila melalui mulut, pada umumnya efek
yang timbul adalah iritasi saluran makanan, nyeri, mual, muntah dan diare. Selain
itu mengakibatkan penurunan pembentukan sel darah merah dan putih, gangguan
fungsi jantung, kerusakan pembuluh darah, luka di hati dan ginjal.

TUGAS AMDAL RONA AWAL RSUD AKHMAD BERAHIM KABUPATEN TANA TIDUNG_REGINA_AJ BULUNGAN
c. Kadmium (Cd)
Kadmium (Cd) sebagai unsur alami dalam tanah merupakan logam
lunak yang berwarna keperakan dan bersifat tidak pecah atau terurai
menjadi bagian-bagian yang kurang beracun. Kadmium pada kadar
rendahpun masih beracun, karena kemampuannya berkumpul dalam tanah
(Sunu, 2001). Sebagian besar limbah kadmium dalam air diakibatkan oleh
kegiatan proses penyepuhan secara elektrolisis. Sedangkan sumber
pencemaran kadmium di udara sebagian besar karena adanya kegiatan
industri yang menggunakan seng.
Berdasarkan hasil analisis logam kadmium pada air diperoleh bahwa di
lima stasiun pengambilan sampel konsentrasinya sama yaitu <0,003.
Konsentrasi standar maksimum yang diperbolehkan untuk Cd dalam air
minum menurut Departemen Kesehatan RI adalah sebesar 0,01 mg/l.
Konsentrasi tersebut sama yang ditetapkan menurut US Public Health
Service maupun WHO International Standart sedangkan angka yang
ditetapkan WHO European Standart sebesar 0,05 mg/l.
Kadmium merupakan salah satu jenis logam berat yang berbahaya
karena elemen ini beresiko tinggi terhadap pembuluh darah. Kadmium
berpengaruh terhadap manusia dalam jangka waktu panjang dan dapat
terakumulasi pada tubuh khususnya hati dan ginjal. Secara prinsipil pada
konsentrasi rendah berefek terhadap gangguan pada paru-paru, emphysema
dan renal turbular disease yang kronis.
Kadmium (Cd) jika berakumulasi dalam jangka waktu yang lama dapat
menghambat kerja paru-paru, bahkan mengakibatkan kanker paru-paru,
mual, muntah, diare, kram, anemia, dermatitis, pertumbuhan lambat,
kerusakan ginjal dan hati, dan gangguan kardiovaskuler. Kadmium dapat
pula merusak tulang (osteomalacia, osteoporosis) dan meningkatkan
tekanan darah. Gejala umum keracunan Kadmium adalah sakit di dada,
nafas sesak (pendek), batuk – batuk, dan lemah.
d. Khromium (Cr)
Kromium merupakan elemen berbahaya di permukaan bumi dan
dijumpai dalam kondisi oksida antara Cr (II) sampai Cr (VI), tetapi hanya
kromium bervalensi tiga dan enam memiliki kesamaan sifat biologinya.
Kromium bervalensi tiga umumnya merupakan bentuk yang umum

TUGAS AMDAL RONA AWAL RSUD AKHMAD BERAHIM KABUPATEN TANA TIDUNG_REGINA_AJ BULUNGAN
dijumpai di alam, dan dalam material biologis kromium selalu berbentuk
tiga valensi, karena kromium enam valensi merupakan salah satu material
organik pengoksida tinggi. Kromium tiga valensi memiliki sifat racun yang
rendah dibanding dengan enam valensi (Anonim, 2009).
Konsentrasi logam Cr di 5 stasiun pengambilan sampel mempunyai
nilai yang sama yaitu <0,002 mg/l. Konsentrasi maksimum chromium
dalam air minum yang ditetapkan Departemen Kesehatan RI adalah 0,05
mg/l. Angka tersebut sesuai dengan standar yang ditetapkan baik menurut
US Public Health Service maupun WHO International Standart dan WHO
European Standart.
Logam chromium dilaporkan juga beracun terhadap manusia. Pengaruh
racun ini pada awalnya diketahui di Jepang. Ittman (1979) dalam
Supriharyono (2002) menulis bahwa pada tahun 1960 masyarakat yang
tinggal didaerah sekitar Pabrik Kiryama, Nippon-Denko Concern di Pulau
Hokaido, Jepang, banyak yang menderita kanker paru-paru. Pada akhirnya,
berdasarkan penelitian yang intensif diketahui bahwa penyakit tersebut
sebagai akibat masyarakat menghirup debu yang mengandung chromium
valensi IV (Chromium 4+) dan valensi VI (Chromium 6+).
e. Mikrobiologi Air
1. Escherichia coli (E-Coli)
Escherichia coli atau biasa disingkat E. coli adalah salah satu jenis
spesies utama bakteri gram negatif. Pada umumnya, bakteri yang
ditemukan oleh Theodor Escherich ini dapat ditemukan dalam usus besar
manusia. Kebanyakan E. Coli tidak berbahaya, tetapi beberapa, seperti E.
Coli tipe O157:H7, dapat mengakibatkan keracunan makanan yang serius
pada manusia. E. Coli yang tidak berbahaya dapat menguntungkan
manusia dengan memproduksi vitamin K2, atau dengan mencegah baketi
lain di dalam usus.
Berdasarkan hasil pengamatan Escherichia coli antar stasiun
pengamatan berkisar antara <2 – 110 MPN/100. Stasiun 3 mempunyai
nilai tertinggi yaitu 110 MPN/100 dan terendah di stasiun 5 yaitu <2
MPN/100. Untuk lebih jelasnya hasil analisis Escherichia coli pada setiap
stasiun dapat dilihat pada Gambar berikut.

TUGAS AMDAL RONA AWAL RSUD AKHMAD BERAHIM KABUPATEN TANA TIDUNG_REGINA_AJ BULUNGAN
120 110

Nilai E-coli dalam air


100 90
80
80
60
40
20 4 <2
0
1 2 3 4 5
Stasiun pengambilan sampel

Gambar 3. 8. Nilai E coli dalam air di setiap stasiun pengambilan sampel

2. B. Coliform
Kelompok bakteri coliform merupakan kelompok bakteri yang dapat
digunakan sebagai bakteri indikator untuk mengukur kadar pencemaran
perairan karena memenuhi sebagian besar kriteria bakteri indikator yang
ditetapkan oleh National Academy of Sciences USA (Timotius dan
Prasetyo, 1984 dalam Ruyitno, 1997 dalam Alamsyah, 2007). Bakteri
coliform total merupakan perhitungan dari banyaknya koloni bakteri
Escherichia, Citobacter, Klebsiella, dan Enterobacter yang terdapat pada
membran filter setelah dibiakkan selama 18–24 jam di inkubator.
Beberapa satuan jumlah yang digunakan untuk menentukan kuantitas
bakteri adalah jumlah sel, MPN (Most Probable Number), dan PFU
(Plaque-Forming Unit) (Yates, 1992).
Hasil analisis B-coliform dalam air di setiap stasiun pengambilan
sampel disajikan pada Gambar berikut. Nilai B-coliform stasiun 3
mempunyai nilai yang tertinggi yaitu 170 mg/l (MPN/100) dan terendah
di stasiun 5 yaitu 4 mg/l (MPN/100).

TUGAS AMDAL RONA AWAL RSUD AKHMAD BERAHIM KABUPATEN TANA TIDUNG_REGINA_AJ BULUNGAN
180 170

Nilai B-coliform dalam air


160
140
140
120 110
100
80
60
40
20 7 4
0
1 2 3 4 5
Stasiun pengambilan sampel

Gambar 3.9. Nilai B-coliform dalam air di setiap stasiun pengambilan sampel

Berdasarkan Gambar 3.9 menujukkan bahwa nilai B-coliform yang


diperoleh pada setiap stasiun pengamatan mengalami perbedaan yang
signifikan. Baku mutu limbah cair rumah sakit untuk parameter Kuman
Golongan Koli adalah maksimum 10.00 koloni/ 100 ml air limbah
(Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup RI No.
KEP-58/MENLH/12/1995 dan SK. Gubernur Kaltim Nomor 26 Tahun
2002).

B. DAMPAK YANG TERJADI


Rencana kegiatan RSUD Kabupaten Tana Tidung selain membawa dampak
positif juga akan menimbulkan dampak negatif dari lingkungan yang berasal dari
medical wasteyang dihasilkan. Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 85
tahun 1999, limbah medis (medical waste) yang berasal dari Rumah Sakit dan
Laboratorium Klinis termasuk kedalam kategori hazardous waste (Limbah
Berbahaya dan Beracun) atau yang lebih dikenal dengan Limbah B3. Medical
Waste merupakan limbah yang mengandung kuman dan bakteri patogen, parasit,
virus dan zat-zat berbahaya (sisa bahan kimia).
B.1 Tahap Pra Konstruksi
B.1.1 Studi Pendahuluan
a. Persepsi Masyarakat
1) Sumber dampak
Keterbatasan informasi yang diperoleh masyarakat perihal rencana
pembangunan RSUD Kabupaten Tana Tidung.

TUGAS AMDAL RONA AWAL RSUD AKHMAD BERAHIM KABUPATEN TANA TIDUNG_REGINA_AJ BULUNGAN
2) Jenis dan Besaran Dampak
Kegiatan studi pendahuluan dan survei teknik detail desain dapat
menimbulkan dampak negatif yang sangat besar berupa persepsi
negatif masyarakat sekitar terhadap pembangunan RSUD Kabupaten
Tana Tidung.
3) Komponen Lingkungan yang terkena Dampak
Masayarakat bermukim disekitar lokasi rencana kegiatan, yaitu
masayarakat Desa Tideng Pale Kecamatan Sesayap.
4) Tolak Ukur Dampak
 Kegiatan sosialisasi dapat menghimpun jenis dan jumlah complain
warga Desa Tideng Pale Kecamatan Sesayap terhadap rencana
pembangunan RSUD Kabupaten Tana Tidung.
 Kegiatan sosialisasi dapat menjelaskan informasi tentang
kemudahan distribusi pelayanan jasa kesehatan yang akan
diperoleh dengan kehadiran RSUD Kabupaten Tana Tidung.
 Kegiatan sosialisasi dapat menjawab kekhawatiran warga terhadap
kegiatan pembangunan RSUD Kabupaten Tana Tidung
B.2 Tahap Konstruksi
B.2.1 Penyiapan Lahan
1) Sumber dampak
Pekerjaan pembukaan lahan dengan menghilangkan semua vegetasi
penutup tanah yang tumbuh diatas areal yang direncanakan menjadi lokasi
kegiatan RSUD Kabupaten Tana Tidung.
2) Jenis dan Besaran Dampak
Kegiatan dan areal tapak pembangunan RSUD Kabupaten Tana Tidung
menimbulkan dampak yang sangat negatif dan merupakan dampak yang
tergolong besar bagi lingkungan disekitar lokasi pembangunan RSUD
Kabupaten Tana Tidung.
3) Komponen Lingkungan yang terkena Dampak
 Gangguan terhadap habitat vegetasi yang terdapat dilokasi areal tapak
pembangunan RSUD Kabupaten Tana Tidung.

TUGAS AMDAL RONA AWAL RSUD AKHMAD BERAHIM KABUPATEN TANA TIDUNG_REGINA_AJ BULUNGAN
4) Tolok Ukur Dampak
Tolok ukur keberhasilan program pengelolaan dampak negatif akibat
pembukaan lahan diukur berdasarkan jenis dan kerapatan vegetasi di
lokasi pembangunan Rumah Sakit.
B.2.2 Penimbunan dan Pemadatan Data
1) Sumber dampak
Sumber dampaknya adalah penimbunan dan pemadatan tanah (land fill)
untuk pondasi serta pengerasan tanah untuk konstruksi bangunan. Sebelum
konstruksi dimulai terlebih dahulu akan dilakukan pembuangan tanah
humus dan membongkar akar pohon, serta pemadatan tanah hingga dicapai
kondisi lahan yang ideal untuk pelaksanaan konstruksi bangunan RSUD
Kabupaten Tana Tidung.
2) Jenis dan Besaran Dampak
Kegiatan penimbunan dan pemadatan tanah menimbulkan dampak yang
bersifat negatif dan tergolong besar terhadap kondisi hidrologis lokasi
kegiatan RSUD Kabupaten Tana Tidung.
3) Komponen Lingkungan yang Terkena Dampak
 Perubahan dan struktur permeabilitas tanah dan mengakibatkan
dampak lanjutan berupa peningkatan aliran permukaan dari lokasi
kegiatan RSUD Kabupaten Tana Tidung.
 Melanjutkan laju sedimentasi yang berasal dari erosi tanah akibat yang
limpasan air hujan intensitas tinggi.
4) Tolak Ukur Dampak
a. Aliran air pada saluran drainase yang berada dekat dengan Rumah
Sakit Umum Daerah Kabupaten Tana Tidung dapat mengalir dengan
lancar
b. Tingkat bahaya erosi dan sedimentasi di sekitar lokasi pembangunan
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Tana Tidung

TUGAS AMDAL RONA AWAL RSUD AKHMAD BERAHIM KABUPATEN TANA TIDUNG_REGINA_AJ BULUNGAN
B.2.3 Mobilisasi Peralatan Konstruksi
1) Sumber Dampak
Kegiatan konstruksi tidak akan terlepas dari adanya pengangkutan atau
mobilisasi peralatan, terutama dalam mengangkut material bahan-bahan
konstruksi.
2) Jenis dan Besaran Dampak
Kegiatan mobilisasi peralatan dapat menimbulkan dampak yang bersifat
negatif, merupakan dampak yang tergolong besar mengingat pengaruhnya
terhadap masyarakat pengguna jalan disekitar lokasi kegiatan
3) Komponen Lingkungan yang Terkena Dampak
Komponen yang terkena dampak yakni, terganggunya lalu lintas kendaran
di sekitar lokasi pembangunan konstruksi yang berdampak pada adanya
Kecelakaan Lalu Lintas dan adanya ceceran Material Konstruksi, yang
menganggu keamanan da kenyamanan pengguna jalan
4) Tolok Ukur Dampak
Tolok ukur dampaknya adalah Jumlah Kecelakaan Lalu Lintas pada Saat
Konstruksi dan Jenis, serta luasan ceceran material konstruksi.

B.3 Tahap Operasional


B.3.1 Rekrutment Tenaga Kerja Tahap Operasional
1) Sumber dampak
 Terbatasnya kualifikasi tenaga kerja lokal (Desa Tideng Pale
Kecamatan Sesayap) yang tersedia tidak memiliki keahlian khusus
bidang pelayanan jasa dan kesehatan.
 Terbatasnya jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan dalam melaksanakan
kegiatan operasional RSUD Kabupaten Tana Tidung.
2) Jenis dan Besaran dampak
Kegiatan mobilisasi tenaga kerja dapat menimbulkan dampak yang bersifat
positif maupun yang bersifat negatif. Kedua jenis dampak tersebut, baik
yang bersifat positif maupun yang bersifat negatif, merupakan dampak
yang tergolong besar mengingat pengaruhnya terhadap persepsi dan sikap
masyarakat disekitar lokasi kegiatan.

TUGAS AMDAL RONA AWAL RSUD AKHMAD BERAHIM KABUPATEN TANA TIDUNG_REGINA_AJ BULUNGAN
3) Komponen Lingkungan yang Terkena Dampak
 Dampak positif: penyerapan tenaga kerja lokal yang berdampak pada
peningkatan peluang bekerja, lebih lanjut akan menimbulkan persepsi
dan sikap positif masyarakat Desa Tideng Pale Kecamatan Sesayap.
 Dampak negatif: keterbatasan kualitas tenaga kerja lokal (Desa Tideng
Pale Kecamatan Sesayap) dalam keahlian bidang pelayanan kesehatan
menyebabkan tenaga kerja lokal tidak banyak yang terserap, lebih lanjut
akan menimbulkan kecemburuan sosial dalam masyarakat Desa Tideng
Pale Kecamatan Sesayap.
4) Tolak Ukur Dampak
Tolak ukur dampaknya adalah jumlah tenaga kerja lokal yang dapat
diserap, pelaksanaan standarisasi kualifikasi tenaga kerja yang dibutuhkan
dalam tahap operasional.
B.3.2 Pelaksanaan Kegiatan Pelayanan Jasa Kesehatan
a. Kualitas Udara
Dalam kajian ini, perubahan kualitas udara dibagi menjadi 2 (dua) dengan
tolak ukur yang berbeda, yaitu kualitas udara ambien di luar lingkungan rumah
sakit dan kualitas udara ambien di dalam lingkungan rumah sakit.
Kualitas Udara Ambien di Luar Lingkungan Rumah Sakit
1) Sumber Dampak
 Kegiatan pembakaran sampah
 Pembusukan sampah
 Emisi kendaraan bermotor di halaman parkir
 Operasional generator
 Pembakaran solar sebagai bahan bakar incinerator
2) Jenis dan Besaran Dampak
Dampak besar negatif yang ditimbulkan adalah penurunan kualitas udara
yang ditandai dengan adanya peningkatan gas-gas :
a) NO2 (memiliki sifat beracun).
Tabel 4.1. Dampak NO2 Terhadap Kesehatan
Konsentrasi NO2
No. Dampak yang Ditimbulkan
(ppm)
1. 50 – 100 Radang paru-paru
2. 150 – 200 Pemampaatan bronchioli (bronchiolitis

TUGAS AMDAL RONA AWAL RSUD AKHMAD BERAHIM KABUPATEN TANA TIDUNG_REGINA_AJ BULUNGAN
fibrosis bliterans) yang dapat
menyebabkan orang meninggal dalam
waktu 3 – 5 minggu setelah pernapasan
3. > 500 Menyebabkan kematian dalam waktu 2
– 10 hari
b) SO2 yang melebihi baku mutu dapat menyebabkan iritasi mata.
c) CO yang melebihi baku mutu dapat menyebabkan sesak nafas dan
menurunkan daya tahan paru-paru yang pada akhirnya dapat
menyebabkan kanker.
d) Pb yang melebihi baku mutu dapat masuk ke dalam tubuh melalui darah
yang dapat mempengaruhi fungsi kerja sumsum tulang, liver, otak,
tulang dan gigi yang pada akhirnya dapat menyebabkan gangguan ginjal
kronis.
3) Komponen Lingkungan yang Terkena Dampak
Kesehatan dan kenyamanan pasien, pengunjung dan petugas rumah sakit
(gangguan fungsi kerja organ tubuh) serta kesehatan penduduk sekitar
lokasi.
4) Tolak Ukur Dampak
Tolak ukur yang digunakan mengacu kepada Perturan Pemerintah No. 41
Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara (Tabel 4.2).
Tabel 4.2. Tolak Ukur Dampak Terhadap Udara Ambien

No
Parameter Satuan Waktu Pengukuran NAB *)
.

1. NOX µg/Nm3 1 jam 400


2. SOX µg/Nm3 1 jam 900
3. CO µg/Nm3 1 jam 30.000
4. Debu µg/Nm3 1 jam 230
5. Pb µg/Nm3 1 jam 2
Catatan : *) Baku mutu berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun
1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara.

Tolak ukur limbah gas (emisi) dari pengolahan pemusnah limbah medis
padat dengan insinerator mengacu pada Kep-13/MenLH/12/1995 tentang
Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak.
B.3.3 Kualitas Udara di Dalam Lingkungan Rumah Sakit
1) Sumber Dampak

TUGAS AMDAL RONA AWAL RSUD AKHMAD BERAHIM KABUPATEN TANA TIDUNG_REGINA_AJ BULUNGAN
 Kegiatan pelayanan medik (laboratorium, ruang bedah dan farmasi) dan
non medik di dapur
 Aktivitas pengunjung, penghuni dan pegawai rumah sakit.
 Kondisi sanitasi bangunan dan sistem ventilasi
 Proses pembusukan sampah.

2) Jenis dan Besaran Dampak


Dampak besar negatif yang ditimbulkan berupa penurunan kualitas udara
yang ditandai dengan peningkatan konsentrasi gas pencemaran dan
peningkatan mikroorganisme di dalam ruangan dengan satuan koloni /m3.
3) Komponen Lingkungan yang Terkena Dampak
Kesehatan dan kenyamanan baik bagi pasien, petugas maupun pengunjung.
4) Tolak Ukur Dampak
 Tolak ukur komponen kimia fisik, lihat pada Tabel 4.3.
 Tolak ukur mikroorganisme, Lihat Tabel 4.4.
Tabel 4.3. Tolak Ukur Kualitas Udara Ruang Rumah Sakit.
Rata-rata
No. Parameter Satuan Waktu NAB *)
Pengukuran
1. Debu (TSP) µg/Nm3 8 jam 150
2. Karbon monoksida (CO) µg/Nm3 8 jam 10.000
3. Karbon dioksida (CO2) ppm 8 jam 1
4. Timbal (Pb) µg/Nm 3 1 tahun 0,5
5. Nitrogen dioksida (NO2) µg/Nm3 1 jam 4.200
6. Radon (Rn) pCi/liter - 4
7. Sulfur Dioksida (SO2) µg/Nm3 24 jam 125
8. Formaldehida (HCHO) µg/Nm 3 30 menit 100
9. Tidak Berbau - - -
Ket. *) = Konsentrasi maksimal sebagai standar berdasarkan Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:
1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit.

TUGAS AMDAL RONA AWAL RSUD AKHMAD BERAHIM KABUPATEN TANA TIDUNG_REGINA_AJ BULUNGAN
Tabel 4.4. Tolak Ukur Mikroorganisme Dalam Ruang Rumah Sakit
No. Parameter Satuan NAB

1. Ruang Operasi CFU/m3 10


3
2. Ruang Bersalin CFU/m 200
3. Pemulihan / perawatan CFU/m3 200 – 500
4. Observasi bayi CFU/m3 200
5. Perawatan bayi CFU/m3 200
6. Perawatan premature CFU/m3 200
7. ICU CFU/m3 200
3
8. Jenazah / Autopsi CFU/m 200 – 500
9 Penginderaan medis CFU/m3 200
3
10. Laboratorium CFU/m 200 – 500
11 Radiologi CFU/m3 200 – 500
3
12. Sterilisasi CFU/m 200
13. Dapur CFU/m3 200 – 500
14. Gawat Darurat CFU/m3 200
15. Administrasi pertemuan CFU/m3 200 – 500
16. Ruang luka bakar CFU/m3 200
Ket. *) = Konsentrasi maksimal sebagai standar berdasarkan Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:
1204/Menkes/Sk/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit.
b. Kebisingan
Kebisingan di Luar Lingkungan Rumah Sakit
1) Sumber Dampak
 Pengoperasian generator.
 Kendaraan bermotor di halaman parkir dan di luar rumah sakit.
2) Jenis dan Besaran Dampak
Dampak besar negatif yang ditimbulkan berupa peningkatan gangguan
psikologis akibat kebisingan di luar lingkungan rumah sakit.
3) Komponen Lingkungan yang Terkena Dampak
Komponen lingkungan yang terkena kebisingan adalah pasien dan
penduduk di sekitar lokasi Rumah Sakit Umum (RSUD).

4) Tolak Ukur Dampak

TUGAS AMDAL RONA AWAL RSUD AKHMAD BERAHIM KABUPATEN TANA TIDUNG_REGINA_AJ BULUNGAN
Mengacu kepada Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor:
Kep-48/MENLH/11/1996 tentang Baku Mutu Kebisingan (Tabel 4.5)
Tabel 4.5. Standar kebisingan Berdasarkan Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor: Kep-48/MENLH/11/1996 tentang
Baku Mutu Kebisingan.
Peruntukan Kawasan / Lingkungan Tingkat Kebisingan
Kegiatan dB (A)
A. Peruntukan Kawasan
1. Perumahan dan pemukiman 55
2. Perdagangan dan jasa 70

3. Perkantoran dan perdagangan 65

4. Ruang terbuka hijau 50

5. Industri 70
6. Pemerintahan dan fasilitas umum 60

7. Rekreasi 70
8. Khusus :
 Bandar Udara 70
 Stasiun Kereta Api 70
 Pelabuhan Laut 70
 Cagar Budaya 60
B. Lingkungan Kegiatan
1. Rumah Sakit atau sejenisnya 55
2. Sekolah atau sejenisnya 55
3. Tempat Ibadah atau sejenisnya 55
Kebisingan di Dalam Lingkungan Rumah Sakit
1) Sumber Dampak
 Pengoperasian generator dan mesin-mesin
 Kegiatan pelayanan medik dan non medik
 Lalu lalang pengunjung, penghuni dan pegawai RSUD Kabupaten Tana
Tidung
 Suara keras tangisan yang timbul akibat kasus meninggalnya pasien di
RSUD Kabupaten Tana Tidung.

2) Jenis dan Besaran Dampak

TUGAS AMDAL RONA AWAL RSUD AKHMAD BERAHIM KABUPATEN TANA TIDUNG_REGINA_AJ BULUNGAN
Dampak besar negatif yang ditimbulkan berupa peningkatan gangguan
psikologis akibat kebisingan di dalam lingkungan rumah sakit.
3) Komponen Lingkungan yang Terkena Dampak
Komponen lingkungan yang terkena dampak kebisingan adalah pasien dan
petugas RSUD Kabupaten Tana Tidung.
4) Tolak Ukur Dampak
Mengacu kepada Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor: 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit yang berhubungan dengan kebisingan (Tabel
4.6.)
Tabel 4.6. Standar Kebisingan Ruangan di Lingkungan Rumah Sakit
Tingkat Kebisingan dB (A)
No. Ruangan atau Unit
(waktu pernapasan 8 jam)
1. Ruang pasien :
 Saat tidak tidur 45
40
 Saat tidur
2. Ruang Operasi, Umum 45
3. Anestesi, Pemulihan 45
4. Endoskopi, Laboratorium 65
5. Sinar X 40
6. Koridor 40
7. Tangga 45
8. Kantor/Lobby 45
9. Ruang Alat/Gudang 45
10. Farmasi 45
11. Dapur 78
12. Ruang Cuci 78
13. Ruang Isolasi 40
14. Ruang Poli Gigi 80
Ket : *) Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit.

c. Pencahayaan
Pencahayaan adalah jumlah penyinaran pada suatu bidang kerja yang
diperlukan untuk melakukan suatu kegiatan secara efektif. Pencahayaan
berpengaruh terhadap penglihatan sehingga dapat mempengaruhi efektivitas
kerja.
1) Sumber Dampak

TUGAS AMDAL RONA AWAL RSUD AKHMAD BERAHIM KABUPATEN TANA TIDUNG_REGINA_AJ BULUNGAN
Pencahayaan alam maupun pencahayaan buatan yang kurang memenuhi
syarat, baik di ruang perawatan, ruang operasi maupun ruangan lainnya.
2) Jenis dan Besaran Dampak
Dampak besar negatif yang ditimbulkan berupa gangguan penglihatan
kepada pasien dan terhadap aktivitas dokter, perawat dan petugas rumah
sakit lainnya. Pengukuran pencahayaan dilakukan pada ruangan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
3) Komponen Lingkungan yang Terkena Dampak
Dampak yang terjadi dapat mengakibatkan gangguan kepada pasien,
aktivitas dokter, perawat, dan karyawan rumah sakit lainnya.
4) Tolak Ukur Dampak
Mengacu kepada Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor: 1204/Menkes/Sk/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit. Lihat Tabel 4.7.
Tabel 4.7. Standar Pencahayaan di Lingkungan Rumah Sakit
No Ruang / Unit Pencahayaan
Keterangan
. (Lux)
1. Ruang Pasien
a. Saat Tidak Tidur 100 – 200 Warna cahaya
b. Saat Tidur Max. 50 sedang
2. Ruang Operasi Warna cahaya
a. Umum 300 – 500 sejuk tanpa
b. Meja Operasi 10.000 – 20.000 bayangan
3. Anestesi, Pemulihan, 300 - 500 -
Ruang Balut
Lanjutan Tabel 4.7
4. Endoscopy, Laboratorium 300 - 500 -
5. Radiologi (X-Ray) 75 - 100 -
6. Koridor Min. 60 Malam
7. Tangga Min. 100 -
8. Kantor/Lobby Min. 100 -
9. Ruang Alat/Gudang Min. 100 -
10. Ruang Farmasi Min. 200 -
11. Dapur Min. 200 -
12. Ruang Cuci Min. 200 -
13. Toilet Min. 100 -
14. Ruang Isolasi Khusus 0,1 - 0,5 Cahaya Biru
Penyakit Tetanus
Ket : *) Kep. MNLH Nomor: 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.
d. Limbah Cair

TUGAS AMDAL RONA AWAL RSUD AKHMAD BERAHIM KABUPATEN TANA TIDUNG_REGINA_AJ BULUNGAN
Limbah cair rumah sakit adalah semua cairan yang berasal dari seluruh
kegiatan rumah sakit. Kemungkinan besar cairan tersebut mengandung
mikroorganisme pathogen, parasit, virus dan zat-zat berbahaya berupa bahan
kimia beracun dan radioaktif.
1) Sumber Dampak
a) Limbah cair infeksius :
 Pelayanan perawatan pasien berupa limbah cair dari kamar mandi,
pencucian peralatan dan ruang isolasi.
 Laboratorium klinik berupa air limbah dari pencucian wadah-wadah
urine, serum, darah, faeses serta sisa-sisa regensia yang telah
terukur.
 Ruang Operasi dan Ruang Persalinan, Instalasi Farmasi dan
Poliklinik.
 Laundry dan Ruang Isolasi.
 Limbah cair dari pencucian film (Sinar X-Ray).

b) Limbah cair non-infeksius :


 Dapur dan kantin yang berasal dari pencucian peralatan dan bahan
makan.
2) Jenis dan Besaran Dampak
Limbah cair menimbulkan dampak besar negatif terhadap kualitas badan
air penerima. Adapun dampak besar yang ditimbulkan berupa :
 Pencemaran fisik dan kimia terhadap badan air penerima yang
disebabkan oleh limbah yang dihasilkan RSUD.
 Peningkatan Kadar BOD5, COD, pH, TSS, NH 3, Phosphat (PO4) dan
Total Caliform di badan air penerima.
 Limbah cair infeksius dapat meningkatkan jumlah bakteri-bakteri
pathogen yang umumnya merugikan dan dapat menimbulkan infeksi
nosokomial.
 Penurunan kesehatan masyarakat dan seluruh penghuni RSUD
Kabupaten Tana Tidung.
3) Komponen Lingkungan yang Terkena Dampak
 Penurunan kualitas badan air penerima limbah.

TUGAS AMDAL RONA AWAL RSUD AKHMAD BERAHIM KABUPATEN TANA TIDUNG_REGINA_AJ BULUNGAN
 Penurunan estetika lingkungan.
 Gangguan kesehatan masyarakat sekitas dan penghuni RSUD
Kabupaten Tana Tidung.

4) Tolak Ukur Dampak


Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor:
Kep-58/MENLH/12/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi Kegiatan
Rumah Sakit.

e. Limbah Padat / Sampah


Limbah padat adalah seluruh sampah ataupun buangan yang secara fisik bukan
termasuk pada limbah cair ataupun gas. Berdasarkan SK. Dirjen PPM dan PLP
Nomor HK. 00.06.6.44 tahun 1993 limbah padat Rumah Sakit dikelompokkan
menjadi :
 Limbah domestic (Umum)
 Limbah infeksius
 Limbah sitotoksik
 Limbah radioaktif
1) Sumber Dampak
 Limbah domestic (umum) berasal dari sampah sisa makanan dan
kemasan minuman bagian dapur, kantin dan ruang rawat inap serta sisa
kemasan obat-obatan.
 Limbah infeksius berasal dari kassa pembalut, kapas, spesimen
laboratorium, spuit sekali pakai, infus, jarum suntik dan urine bag.
 Limbah sitotoksik berasal dari, blood set, thermometer set jaringan
busuk sisa organ dari proses bedah dan sisa kemasan obat-obatan.
 Limbah radioaktif berasal dari film yang telah digunakan di instalasi
X-Ray.
2) Jenis dan Besaran Dampak
Dampak besar negatif yang ditimbulkan berupa pencemaran udara baik
fisik, kimia dan bakteriologis.

TUGAS AMDAL RONA AWAL RSUD AKHMAD BERAHIM KABUPATEN TANA TIDUNG_REGINA_AJ BULUNGAN
 Pencemaran fisik berupa: bau yang tidak sedap dari proses
dekomposisi sampah yang membusuk.
 Pencemaran kimia berupa: peningkatan zat-zat kimia berbahaya.
 Pencemaran bakteriologis berupa: peningkatan jumlah kuman, virus
bakteri pategon dan bakteri parasit.
 Peningkatan vektor penyakit (bertambahnya populasi lalat, tikus,
kecoa) di sekitar RSUD Kabupaten Tana Tidung.
 Penurunan derajat kesehatan masyarakat sekitar dan seluruh penghuni
RSUD Kabupaten Tana Tidung.
3) Komponen Lingkungan yang Terkena Dampak
 Masyarakat sekitar dan seluruh penghuni RSUD Kabupaten Tana
Tidung
 Gangguan terhadap keseimbangan populasi biota darat dan air
 Apabila pengelolaan sampah padat tersebut tidak dilakukan dengan
benar akan terjadi penyumbatan saluran air limbah dan sistem drainase.
4) Tolak Ukur Dampak
Tolak ukur mikroorganisme mengacu kepada Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 1204/Menkes/Sk/X/2004 tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit dan PP Nomor 27 Tahun
2002 tentang persyaratan teknis pengelolaan libah radioaktif.
f. Infeksi Nosokomial
Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat atau diderita pasien ketika
sedang dirawat di rumah sakit dengan ketentuan berikut:
 Pada saat pasien masuk rumah sakit atau dirawat tidak didapat tanda-tanda
klinis dan tidak sedang dalam masa inkubasi penyakit tersebut.
 Infeksi timbul sekurang-kurangnya 3 x 24 jam sejak dirawat di rumah sakit.
 Infeksi terjadi pada pasien dengan masa perawatan lebih lama dari pada
waktu inkubasi penyakit tersebut.
1) Sumber Dampak
Penggunaan peralatan medis yang terkontaminasi oleh kuman berupa :
 Tindakan invansi/intravaskuler seperti pemberian infus, tranfusi darah,
lumbai punksi, vena seksio dan tindakan sejenisnya yang dapat
menyebabkan masuknya kuman ke dalam darah.

TUGAS AMDAL RONA AWAL RSUD AKHMAD BERAHIM KABUPATEN TANA TIDUNG_REGINA_AJ BULUNGAN
 Tindakan kateterisasi, penyedotan lendir, sonde dan tindakan lainnya
yang dapat menyebabkan masuknya kuman ke dalam saluran kencing
dan saluran pernafasan.
 Banyaknya pasien yang dirawat dan menjadi sumber infeksi bagi pasien
lain maupun lingkungannya.
 Kontak langsung antara pasien yang menjadi sumber infeksi dengan
pasien lainnya.
 Kontak langsung antara petugas rumah sakit yang terkontaminasi oleh
kuman dengan pasien.
 Kondisi pasien yang lemah akibat penyakit yang dideritanya.
 Penggunaan peralatan non medis yang terkontaminasi.
 Peralatan makan
 Pakaian pasien.
2) Jenis dan Besaran Dampak
Dampak besar negatif yang ditimbulkan yaitu infeksi silang dari penderita
lain atau infeksi lingkungan yaitu masuknya kuman yang berasal dari
benda/bahan yang ada disekitarnya. Penularan bisa melalui tranfusi darah
atau kontak langsung dengan penderita lainnya, ukuran dampak yaitu
ditemukannya mikroorganisme patogen di udara dalam ruangan, air bersih
yang dikonsumsi atau pada peralatan.
3) Komponen Lingkungan yang Terkena Dampak
Komponen lingkungan yang terkena dampak adalah penghuni dan
pengunjung RSUD Kabupaten Tana Tidung.
4) Tolak Ukur Dampak
Tolak ukur dampak adalah Pedoman Teknis Pengelolaan Makanan dan
Pencegahan Infkesi Nosokomial, Departemen Kesehatan RI Tahun 1996.
Secara spesifik lagi yaitu:
 Ditemukannya mikroorganisme pathogen di udara dalam ruangan seperti
Staphylococcus ayreus, Legionella sp, Aspergillus, Kokus gram negatif
dan Pseudomonas.
 Ditemukannya mikroorganisme pathogen pada peralatan medis yang
digunakan.
g. Kualitas Air

TUGAS AMDAL RONA AWAL RSUD AKHMAD BERAHIM KABUPATEN TANA TIDUNG_REGINA_AJ BULUNGAN
Air merupakan kebutuhan yang tidak dapat dilepaskan dari kegiatan rumah
sakit. Mengingat rumah sakit merupakan tempat tindakan dan perawatan orang
sakit, maka kualitas dan kuantitasnya perlu dipertahankan setiap saat agar
tidak mengakibatkan sumber infeksi baru bagi penderita.
1) Sumber Dampak
 Sumber air bersih yang digunakan baik dari sumur maupun dari PAM
belum memenuhi syarat kesehatan dalam artian masih mengandung
bahan-bahan kimia yang berbahaya bagi tubuh jika dikonsumsi.
 Bak-bak penampungan air bersih yang kotor.
 Saluran pendistribusian air yang digunakan (pipa peyaluran air yang
sudah terkena korosi).
2) Jenis dan Besaran Dampak
Dampak besar negatif yang ditimbulkan yaitu gangguan terhadap
kesehatan pasien, karyawan maupun pengunjung rumah sakit terutama
terjadinya infeksi. Selain itu, ditemukannya mikroba dalam saluran air
dapat mengurangi kapasitas saluran, menimbulkan rasa dan bau, merubah
warna air, menyebabkan korosi dan terkontaminasinya berbagai peralatan
medis.
3) Komponen Lingkungan yang Terkena Dampak
Komponen lingkungan yang terkena dampak gangguan terhadap kesehatan
pasien, karyawan maupun pengunjung rumah sakit terutama dapat
menimbulkan infeksi akibat dari pencucian peralatan medis oleh air yang
terkontaminasi.
4) Tolak Ukur Dampak
Tolak ukur dampak adalah: Permenkes No. 907/Menkes/SK/VII/2002
tentang Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum.
h. Pengolahan Linen
1) Sumber Dampak
Kontaminasi terhadap udara, air dan linen lainnya pada saat penumpukan
dan pengangkutan linen kotor yang tidak memenuhi syarat kesehatan.
2) Jenis dan Besaran Dampak
Dampak besar negatif yang ditimbulkan berupa gangguan terhadap tenaga
kerja yang menangani linen serta terhadap pasien lainnya yang diakibatkan

TUGAS AMDAL RONA AWAL RSUD AKHMAD BERAHIM KABUPATEN TANA TIDUNG_REGINA_AJ BULUNGAN
oleh pengangkutan linen sepanjang koridor (menebarkan mikroba ke
seluruh ruangan rumah sakit).
3) Komponen Lingkungan yang Terkena Dampak
Komponen lingkungan yang terkena dampak tenaga kerja yang menangani
linen dan terhadap pasien yang menggunakan linen yang terkontaminasi.
4) Tolak Ukur Dampak
Tolak ukur dampak adalah Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia
Departemen Kesehatan RI Tahun 1997 tentang Pengelolaan Linen di
Rumah Sakit.
i. Pengelolaan Makanan dan Minuman
Makanan yang sehat dan aman merupakan salah satu faktor yang penting
untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Oleh karena, itu kualitas
makanan baik secara bakteriologis, kimiawi maupun fisik harus selalu
diperhatikan dan dipertahankan. Makanan di rumah sakit adalah semua
makanan yang disajikan dari dapur rumah sakit, yang dijual di dalam
lingkungan rumah sakit serta yang dibawa dari luar rumah sakit.
1) Sumber Dampak
 Bahan makanan dan makanan jadi.
 Penyimpanan bahan makanan dan makanan jadi.
 Penyajian makanan, tempat pengolahan makanan, penjamah makanan
dan peralatan.
2) Jenis dan Besaran Dampak
Dampak besar negatif yang ditimbulkan berupa infeksi, gangguan
kesehatan sistem pencernaan, keracunan makanan, pasien karyawan dan
konsumen lainnya. Ukuran dampak adalah kandungan kimia (logam berat
& pestisida), racun, biologis (kuman, bakteri, virus) yang berupa toxin
dalam makanan, alat makan dan alat masak, tempat pengolahan dan pada
anggota badan penyaji makanan. Beberapa contoh kuman yang
menyebabkan keracunan makanan adalah Bacillus citerus,
Staphyllococcus, Clostridium botullinum, Clostridium perfringens, Vibrio
parahaaemolitikus. Pengujian mikrobiologi dilakukan pada makanan dan
penjamah makanan, alat makan, alat dapur dan alat gizi, alat operasi dan

TUGAS AMDAL RONA AWAL RSUD AKHMAD BERAHIM KABUPATEN TANA TIDUNG_REGINA_AJ BULUNGAN
lain-lainnya sehubungan dengan kegiatan (operasional) RSUD Kabupaten
Tana Tidung.
3) Komponen Lingkungan yang Terkena Dampak
Komponen lingkungan yang terkena dampak adalah alat makan, makanan
dan alat masak, alat bersih yang digunakan, tempat pengolahan, dapur dan
pada anggota badan penyaji makanan. Timbulnya dampak ditandai dengan
munculnya kandungan mikroorganisme patogen pada makanan dan
gangguan kesehatan alat pencernaan makanan pada pasien dan petugas
RSUD Kabupaten Tana Tidung.
4) Tolak Ukur Dampak
Tolak ukur dampak adalah: mengacu kepada Peraturan Menteri Kesehatan
RI Nomor: 751/Menkes/SK/V/2003 tentang Persyaratan Hygiene Sanitasi
Jasa Boga dan Petunjuk Pelaksanaannya antara lain:
 Pada peralatan makan tidak terdapat kuman E. coli (0/cm2 permukaan).
 Pada peralatan masak kandungan bakteri E. coli maksimal 10/ cm2
permukaan dengan total kuman yang diperkenankan adalah hingga
100/ cm2 permukaan.
 Pada makanan matang kandungan kuman E. coli harus 0/gram contoh
makanan, dengan total kuman yang diperkenankan hingga
500.000/gram contoh. Untuk Salmonella, Shigella, dan Enterobacteria
lain sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
j. Vektor Penyakit
Vektor adalah semua jenis serangga dan tikus yang dapat menularkan
beberapa penyakit tertentu, merusak bahan pangan di gudang dan peralatan
instalasi rumah sakit. Serangga dan tikus tersebut dapat menimbulkan
gangguan kesehatan karena dapat memindahkan kuman secara mekanis baik
langsung ke dalam makanan, bahan pangan maupun tak langsung yaitu dengan
cara mengkontaminasi peralatan pengolahan makanan.
1) Sumber Dampak
Sanitasi lingkungan rumah sakit yang rendah antara lain dipengaruhi oleh
faktor kebersihan, saluran air yang kurang lancar, tempat penampungan
sampah yang tidak memenuhi syarat kebersihan, kebersihan bak-bak

TUGAS AMDAL RONA AWAL RSUD AKHMAD BERAHIM KABUPATEN TANA TIDUNG_REGINA_AJ BULUNGAN
kamar mandi dan wadah penampungan air bersih yang kurang
diperhatikan.
2) Jenis dan Besaran Dampak
Dampak besar negatif yang ditimbulkan berupa gangguan dan penularan
penyakit oleh vektor penyakit baik mekanik maupun biologis (demam
berdarah, malaria, disentri, pes, salmonilesis, pemicu timbulnya alergi)
serta menimbulkan kerugian ekonomi (merusak bahan pangan, alat-alat
rumah sakit, linen, alat-alat kantor dan obat-obatan).
3) Komponen Lingkungan yang Terkena Dampak
Komponen lingkungan yang terkena dampak adalah pasien, petugas dan
juga kemungkinan pengunjung RSUD Kabupaten Tana Tidung.
4) Tolak Ukur Dampak
 Kepadatan nyamuk dewasa (man-biting ratio) dan kepadatan larva
(indeks larva).
 Kepadatan lalat pada tempat-tempat tertentu mengacu kepada SK.
Dirjen PPM dan PLP Depkes RI Nomor 281-11/PD.03.04.LPPH.1989.
 Kepadatan tikus di dalam dan di luar bangunan rumah sakit dengan
indikator bekas gigitan, kotoran tikus dan sering tidaknya ditemukan
atau dijumpai tikus keluar dari sarangnya pada siang hari maupun pada
malam hari.
k. Kebakaran.
1) Sumber Dampak
 Aliran pendek instalasi listrik yang terjadi akibat kurangnya
pengawasan dan pemantauan.
 Kelalaian pegawai bagian dapur terhadap penggunaan sumber api
yang digunakan dalam kegiatan memasak.
 Ledakan dari tabung gas oksigen yang disebabkan karena temperatur
suhu ruangan yang tidak sesuai dan kebocoran tabung.
2) Jenis dan Besaran Dampak
Dampak besar negatif yang ditimbulkan berupa kerugian material atas
terbakarnya gedung operasional RSUD Kabupaten Tana Tidung dan
rumah penduduk yang berada di sekitar lokasi. Selain itu, kebakaran dapat

TUGAS AMDAL RONA AWAL RSUD AKHMAD BERAHIM KABUPATEN TANA TIDUNG_REGINA_AJ BULUNGAN
menyebabkan hilangnya nyawa pasien, petugas dan pengunjung RSUD
Kabupaten Tana Tidung.
3) Komponen Lingkungan yang Terkena Dampak
Komponen lingkungan yang terkena dampak adalah seluruh pasien,
petugas, pengunjung dan bangunan RSUD Kabupaten Tana Tidung.
4) Tolak Ukur Dampak
Asap yang timbul di lokasi RSUD Kabupaten Tana Tidung.

l. Kesempatan Bekerja dan Peluang Berusaha


1) Sumber Dampak
 Kesempatan bekerja
 Peluang berusaha
2) Jenis dan Besaran Dampak
Dampak Besar yang ditimbulkan berupa :
 Dampak negatif: kecemburuan sosial dari penduduk setempat yang
tidak diterima bekerja di RSUD Kabupaten Tana Tidung.
 Dampak positif: timbulnya ragam unit usaha sehingga dapat
meningkatkan kesejahteraan dan penghasilan masyarakat.
 Dampak positif: peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) selama
kegiatan operasional RSUD Kabupaten Tana Tidung.
3) Komponen Lingkungan yang Terkena Dampak
Komponen lingkungan yang terkena dampak adalah masyarakat sekitar
serta Pemerintah Daerah Setempat.
4) Tolak Ukur Dampak
Persentase jumlah tenaga kerja lokal yang direkrut dan ragam unit usaha
yang berkembang di sekitar lokasi dan besaran tingkat retribusi yang
ditetapkan bagi RSUD Kabupaten Tana Tidung.

TUGAS AMDAL RONA AWAL RSUD AKHMAD BERAHIM KABUPATEN TANA TIDUNG_REGINA_AJ BULUNGAN

Anda mungkin juga menyukai