Anda di halaman 1dari 43

Laporan Pemantauan Kualitas Air Periode II

Kabupaten Tanah Laut


Tahun 2021

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. GAMBARAN UMUM WILAYAH


Kabupaten Tanah Laut dengan ibu kota Kabupaten di Kota Pelaihari merupakan
salah satu Kabupaten di Kalimantan Selatan yang dibatasi oleh daratan maupun lautan.
Gambaran secara lengkap wilayah Kabupaten Tanah Laut adalah sebagai berikut :
2.1.1. LETAK GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI
Kabupaten Tanah Laut secara geografis terletak pada diantara 114 0 30' 20'' BT –
1150 23' 31'' BT dan 30 30' 33'' LS – 40 11' 38'' LS. Secara administratif kabupaten Tanah
Laut terbagi menjadi 11 Kecamatan dengan luas wilayah 3.631,35 km. Kabupaten yang
mengelilingi Kabupaten Tanah Laut adalah sebagai berikut:
 Sebelah Utara : Kabupaten Banjar dan Kota Banjarbaru
 Sebelah Timur : Kabupaten Tanah Bumbu
 Sebelah Selatan : Laut Jawa
 Sebelah Barat : Laut Jawa

Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan Lingkungan Hidup II-1


Kabup Kabupaten Tanah Laut
Laporan Pemantauan Kualitas Air Periode II
Kabupaten Tanah Laut
Tahun 2021

Gambar 2.1 Peta Wilayah Kabupaten Tanah Laut


Luas wilayah masing-masing Kecamatan di Kabupaten Tanah Laut adalah
sebagai berikut :
Tabel 2.1 Luas Wilayah Kabupaten Tanah Laut
LUAS
NO KECAMATAN
Km2 %
1 Bati-bati 234,75 6,46
2 Kurau 127,00 3.50
3 Tambang Ulang 160,75 4,43
4 Pelaihari 379,45 10.45
5 Panyipatan 336,00 9,25
6 Takisung 343,00 9,45
7 Batu Ampar 548,10 15,09
8 Jorong 628,00 17,29
9 Kintap 537,00 14,79
10 Bajuin 196,30 5,41
11 Bumi Makmur 141,00 3,88
Jumlah 3.631,35 100,00
Sumber: BPS Tanah Laut, 2020

Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan Lingkungan Hidup II-2


Kabup Kabupaten Tanah Laut
Laporan Pemantauan Kualitas Air Periode II
Kabupaten Tanah Laut
Tahun 2021

2.1.2. TOPOGRAFI
Ditinjau dari segi topografinya, Wilayah Kabupaten Tanah Laut didominasi oleh
dataran rendah yang landai, yang membentang dari Barat ke Timur, mulai dari arah
Selatan (Pantai Laut Jawa) ke arah Utara (pedalaman), dan bergelombang hingga
bergunung di daerah pedalaman yang berbatas dengan Kabupaten Banjar. Secara umum
dapat dikatakan bahwa topografi wilayah Kabupaten Tanah Laut dapat di bagi atas
2 (dua) bagian besar, yaitu:
1. Bagian Selatan merupakan dataran rendah yang landai hingga berombak. Bentangan
daerah ini memanjang dari Timur ke Barat dengan lebih melebar di bagian Barat yang
terdiri dari rawa-rawa dan daerah aliran sungai , muara sungai dan pantai Laut Jawa.
2. Bagian Utara merupakan daerah yang bergelombang, berbukit dan bergunung sampai
ke perbatasan dengan Kabupaten Banjar. Pada wilayah ini terdapat beberapa puncak,
yaitu:
a. Puncak gunung Kemuning (750 m dpl)
b. Puncak Gunung Batu Karo (621 m dpl)
c. Puncak Gunung Batu Balerang (921 m dpl)
d. Puncak Gunung Kematian (951 m dpl)
e. Puncak Gunung Batu Mandi (901 m dpl)
f. Puncak Gunung Sekupang (1.051 m dpl)
g. Puncak Gunung Haur Bonak (744 m dpl)
h. Puncak Gunung Aur Bunek (1.150 m dpl)
i. Puncak Gunung Condong (553 m dpl)
Ditinjau dari sudut ketinggian tempat (elevasi), wilayah Kabupaten Tanah Laut
dibagi 6 (enam) kelas elevasi , yaitu kelas 0 - 7 meter, 7 - 25 meter, 25 - 100 meter, 100 -
500 meter, 500 – 1000 meter dan diatas 1000 meter. Kelas ketinggian (elevasi) lahan
yang paling luas di Kabupaten Tanah Laut adalah kelas elevasi 0 - 7 meter dpl, yaitu
mencapai 58.240 Ha (15.6 % dari luas daratan). Sedangkan kelas ketinggian yang paling
kecil luasnya adalah kelas elevasi di atas 1.000 meter dpl, yaitu 13.661 Ha (3,7% dari luas
daratan). Kelas elevasi ketinggian 0-7 meter dpl terdapat di seluruh kecamatan, kecuali
Kecamatan Batu Ampar dan Kecamatan Tambang Ulang sedangkan kelas elevasi
ketinggian di atas 500 meter terdapat di Kecamatan Kintap, Jorong, Pelaihari dan Bati-
Bati.

Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan Lingkungan Hidup II-3


Kabup Kabupaten Tanah Laut
Laporan Pemantauan Kualitas Air Periode II
Kabupaten Tanah Laut
Tahun 2021

2.1.3. KEMAMPUAN TANAH


Kemampuan tanah adalah gambaran dari kondisi fisik tanah yang unsur-unsurnya
terdiri dari lereng, kedalaman efektif tanah, tekstur tanah, drainase tanah dan erosi.
Kemiringan/lereng suatu lahan berkaitan dengan kepekaan tanah terhadap erosi tanah.
Kemiringan lereng di wilayah Kabupaten Tanah Laut sebagian besar adalah terletak pada
kemiringan 0-2 % terkait dengan kemampuan tanah adalah peristiwa erosi. Faktor-faktor
yang mempengaruhi erosi tanah adalah kemiringan tanah, intensitas curah, tekstur tanah,
vegetasi penutup tanah dan pengelolaan tanah.
2.1.4. IKLIM
Kabupaten Tanah Laut termasuk daerah beriklim tropis basah karena tidak
terdapat perbedaan musim yang jelas. Hujan turun merata sepanjang tahun denga bulan-
bulan relative basah antara bulan Desember – Februari dan bulan-bulan relative kering
antara bulan Juni – Agustus. Berdasarkan hasil penelitian antara 1915 – 1941, curah hujan
bagian Timur/pantai sebesar 2,324 mm/tahun dengan rata-rata hari hujan 150 hari/tahun
dan di bagian Barat sampai dengan perbatasan kabupaten. Curah hujan berkisar antara
2.500 – 3.000 mm/tahun dan di wilayh Timur berkisar antara 2.000 – 2.500 mm.tahun.
2.1.5. KELEMBABAN
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kabupaten Tanah Laut didapatkan data
kelembaban udara rerata di kabupaten Tanah Laut dari tahun 2017 – 2018 sebagai
berikut :
Tabel 2.2. Kelembaban Udara Rerata Kabupaten Tanah Laut Tahun 2017 - 2018
KELEMBABAN UDARA
NO BULAN RERATA (%)
2017 2018
1 Januari 83.6 83
2 Februari 87.3 86
3 Maret 88.2 88
4 April 85.7 88
5 Mei 87.4 84
6 Juni 86.3 86
7 Juli 87.1 85
8 Agustus 87.2 85
9 September 88 84
10 Oktober 87.1 84
11 November 84.2 85
12 Desember 85.3 86
Sumber: BPS Tanah Laut, 2020

Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan Lingkungan Hidup II-4


Kabup Kabupaten Tanah Laut
Laporan Pemantauan Kualitas Air Periode II
Kabupaten Tanah Laut
Tahun 2021

Kelembaban Udara rata-rata tiap bulan di wilayah Kabupaten Tanah Laut pada
tahun 2017 – 2019 berkisar antara 83 – 88.2 % dengan nilai kelembaban tertinggi pada
bulan maret tahun 2017 dengan nilai 88.2 % dan terendah terjadi pada bulan januari tahun
2018 dengan nilai 83 %.
2.1.6. TEMPERATUR
Temperatur udara di suatu tempat antara lain ditentukan oleh tinggi rendahnya
tempat tersebut terhadap permukaan laut dan jaraknya dari pantai. Berdasarkan data
Badan Pusat Statistik Kabupaten Tanah Laut didapatkan data suhu udara rerata di
kabupaten Tanah Laut dari Tahun 2017 – 2018 sebagai berikut :
Tabel 2.3. Suhu Udara Rerata Kabupaten Tanah Laut Tahun 2017 – 2018
SUHU UDARA
NO BULAN RERATA (0C)
2017 2018
1 Januari 26.8 28.6
2 Februari 27.4 28.7
3 Maret 28.4 28.3
4 April 27 28.3
5 Mei 27.9 28.4
6 Juni 27.9 28.2
7 Juli 27.1 28.6
8 Agustus 27.1 28.7
9 September 27.1 28.8
10 Oktober 27.3 28.8
11 November 27.9 28.5
12 Desember 27.2 28.5
Sumber: BPS Tanah Laut, 2020

Suhu Udara rata-rata tiap bulan di wilayah Kabupaten Tanah Laut pada tahun
2017 – 2019 berkisar antara 26.8 – 28.8 0C dengan suhu tertinggi pada bulan september
dan oktober tahun 2018 dengan nilai 28.8 0C dan terendah terjadi pada bulan januari
tahun 2017 dengan nilai 26.8 0C.
2.1.7. KECEPATAN ANGIN
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kabupaten Tanah Laut didapatkan data
suhu udara rerata di kabupaten Tanah Laut dari tahun 2017 sebagai berikut :

Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan Lingkungan Hidup II-5


Kabup Kabupaten Tanah Laut
Laporan Pemantauan Kualitas Air Periode II
Kabupaten Tanah Laut
Tahun 2021

Tabel 2.4. Kecepatan Angin Kabupaten Tanah Laut Tahun 2017

KECEPATAN
NO BULAN
ANGIN (KNOT)

1 Januari 26.8
2 Februari 27.4
3 Maret 28.4
4 April 27
5 Mei 27.9
6 Juni 27.9
7 Juli 27.1
8 Agustus 27.1
9 September 27.1
10 Oktober 27.3
11 November 27.9
12 Desember 27.2
Sumber: BPS Tanah Laut, 2020

Suhu Udara rata-rata tiap bulan di wilayah Kabupaten Tanah Laut pada tahun
2017 – 2019 berkisar antara 26.8 – 28.80 C dengan suhu tertinggi pada bulan september
dan oktober tahun 2018 dengan nilai 28.80 C dan terendah terjadi pada bulan januari tahun
2017 dengan nilai 26.80 C.
2.1.8. CURAH HUJAN
Curah hujan di suatu tempat dipengaruhi oleh keadaan iklim, keadaan topografi,
dan perputaran/pertemuan arus udara Curah hujan sebagai fakor fisik bersifat dinamis
karena di pengaruhi oleh waktu dimana curah hujan sebagai faktor yang mempengaruhi
faktor fisik yang lain, seperti menyebabkan terjadinya erosi, adanya genangan air pada
daerah-daerah tertentu. Dengan pengaruh kedua faktor fisik tersebut sekaligus akan
mempengaruhi tindakan budidaya baik terhadap teknik pengolahan tanah maupun
pemilihan jenis komoditi yang akan dibudidayakan dalam bidang pertanian.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kabupaten Tanah Laut didapatkan data
curah hujan dan hari hujan di kabupaten Tanah Laut dari tahun 2019 sebagai berikut :

Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan Lingkungan Hidup II-6


Kabup Kabupaten Tanah Laut
Laporan Pemantauan Kualitas Air Periode II
Kabupaten Tanah Laut
Tahun 2021

Tabel 2.5. Curah Hujan dan Hari Hujan Kabupaten Tanah Laut Tahun 2019
NO BULAN CURAH HUJAN (mm) HARI HUJAN
1 Januari 398 19
2 Februari 235 14
3 Maret 296 14
4 April 191 16
5 Mei 101 9
6 Juni 286 13
7 Juli 58 3
8 Agustus - -
9 September 11 1
10 Oktober 23 4
11 November 110 7
12 Desember 287 15
Sumber: Dokumen Kabupaten Tanah Laut Dalam Angka Tahun 2020

Curah hujan tiap bulan di wilayah Kabupaten Tanah Laut pada tahun 2019
berkisar antara 0 – 398 mm dengan hari hujan berkisar antara 0 – 19 hari perbulannya.
Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan januari dengan nilai 398 mm dan terendah terjadi
pada bulan agustus dimana tidak terjadi hari hujan.
2.1.9. GEOLOGI
A. JENIS BATUAN
Ditinjau dari struktur geologi wilayah Kabupaten terdiri dari batuan endapan
permukaan (Ressen, Halogen, Pilosen) serta batuan kapur yang terbentuk pada masa
Kenojoikum terdiri beberapa macam Kwanfen, Mesijoikum, Batuan Beku dan lain-
lain. Wilayah yang mempunyai jenis batuan kwarter sekitar 196.590 Ha dari seluruh
luas wilayah Kabupaten Tanah Laut.
B. LAPISAN TANAH
Berdasarkan jenis tanah terdiri dari Organosal Glaihamus, Alluvial, Latosol
kompleks fodsolik merah, kuning dan laterit. Mayoritas jenis tanah di Kabupaten
Tanah Laut adalah Latosol yaitu pada luasan 140.348 Ha, sedangkan Padsolik juga
meneybar pada hampir 138.311 Ha, Organosal pada luasan 33.536 Ha dan Alluvial
pada 60.753 Ha.

Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan Lingkungan Hidup II-7


Kabup Kabupaten Tanah Laut
Laporan Pemantauan Kualitas Air Periode II
Kabupaten Tanah Laut
Tahun 2021

2.1.10. HIDROLOGI
Keadaan hidrologi atau sumber daya air di wilayah Kabupaten Tanah Laut dapat
dikelompokkan atas 2 (dua) bagian yaitu sungai dan danau. Adapun sungai – sungai besar
di wilayah Kabupaten Tanah Laut antara lain Sungai Tabanio di Kecamatan Pelaihari,
Sungai Maluka di Kecamatan Bati-Bati, Sungai Swarangan di Kecamatan Jorong dan
Sungai Kintap di Kecamatan Kintap dimana sebagian aliran mengarah pada arah Barat
dan semuanya bermuara pada pesisir laut. Saat ini sungai-sungai tersebut digunakan
sebagai alat transportasi, perikanan, pertanian, dan air minum bagi masyarakat.
2.1.11. ASPEK SOSIAL – EKONOMI –BUDAYA
A. DEMOGRAFI DAN KEPENDUDUKAN
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Selatan
didapatkan pertambahan penduduk dari Tahun 2019 adalah sebagai berikut
Tabel 2.6. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur

JUMLAH PENDUDUK MENURUT KELOMPOK JENIS KELAMIN


KELOMPOK (JIWA)
UMUR
Laki - Laki Perempuan Jumlah
0-4 17.179 16.722 33.901
5-9 17.209 16.664 33.873
10-14 15.640 14.987 30.627
15-19 13.724 12.836 26.560
20-24 13.480 12.907 26.387
25-29 14.685 14.034 28.719
30-34 14.734 13.887 28.621
35-39 13.815 13.223 27.038
40-44 13.221 12.763 25.984
45-49 11.831 11.264 23.095
50-54 9.878 8.928 18.806
55-59 7.712 6.931 14.643
60-64 5.428 4.801 10.229
65+ 7.783 7.624 15.407
Total 176.319 165.571 343.890
Sumber: Dokumen Kabupaten Tanah Laut Dalam Angka 2020

Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan Lingkungan Hidup II-8


Kabup Kabupaten Tanah Laut
Laporan Pemantauan Kualitas Air Periode II
Kabupaten Tanah Laut
Tahun 2021

2.2. DESKRIPSI KEGIATAN


Pemantauan kualitas air Periode II adalah kegiatan yang bertujuan untuk
mengetahui kualitas parameter – parameter yang terkandung dalam air permukaan yang
merupakan air yang terkumpul di atas tanah atau di mata air, sungai, danau, lahan basah
atau air laut yang terhubung dengan air bawah tanah. Pemantauan kualitas air Periode II
merupakan salah satu upaya dalam menjaga kualitas lingkungan yang bertujuan untuk
mengetahui kualitas parameter – parameter yang terkandung dalam senyawa air melalui
beberapa tahapan kegiatan untuk menghasilkan data kualitas air dimana salah satunya
adalah Indeks Kualitas Air (IKA) dimana data tersebut menjadi salah satu indikator untuk
perhitungan Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) dan salah satu dasar dalam
penentuan program dan kebijakan untuk menjaga kualitas lingkungan di Kabupaten
Tanah Laut.
Kualitas lingkungan hidup merupakan salah satu isu yang sangat penting ditengah
meningkatnya tekanan yang berpotensi mengubah kondisi lingkungan, baik sebagai
dampak pertumbuhan ekonomi maupun peningkatan jumlah penduduk. Air permukaan
merupakan salah satu sumber kehidupan yang menjadi kebutuhan hidup manusia, hewan
dan tumbuhan. Berdasarkan sifat dan jenis alirannya, air permukaan terbagi dua jenis
yaitu perairan darat yang merupakan air permukaan dengan sifat tawar yaitu Daerah
Aliran Sungai (DAS) dan sungai yang berada di atas daratan dan perairan laut yang
merupakan air permukaan dengan sifat asin yang berada di area lautan.

Air merupakan sumber daya alam yang sangat melimpah di muka bumi, dan
dengan adanya siklus hidrologi menjadikan air sumberdaya alam yang dapat
diperbaharui. Namun meskipun air merupakan sumberdaya alam yang dapat diperbaharui,
air di alam sangat jarang ditemukan dalam keadaan murni. Air hujan yang pada awalnya
dalam keadaan murni tapi setelah mengalami reaksi dengan gas-gas di udara dalam
perjalanannya turun ke bumi dan selanjutnya selama mengalir di atas permukaan bumi
dan dalam tanah, menjadikan air tersebut terkontaminasi. Kualitas air merupakan
karakteristik mutu yang dibutuhkan dalam pemanfaatan air sesuai dengan yang
diperuntukannya. Secara keseluruhan air di muka bumi, sekitar 98% terdapat di Samudera
dan laut dan hanya 2% yang merupakan air tawar yang terdapat di sungai, danau dan
bawah tanah. Diantara air tawar yang ada tersebut, 87% diantaranya berbentuk es, 12%
terdapat di dalam tanah, dan sisanya sebesar 1% terdapat di danau dan sungai. Selain
Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan Lingkungan Hidup II-9
Kabup Kabupaten Tanah Laut
Laporan Pemantauan Kualitas Air Periode II
Kabupaten Tanah Laut
Tahun 2021

berlimpah keberadaannya di muka bumi, airpun memiliki karakteristik yang khas,


menurut Effendi (2007) karakteristik tersebut adalah sebagai berikut :

1. Pada kisaran suhu yang sesuai bagi kehidupan, yakni 0 0C (32 0 F) – 100 0C, air
berwujud cair. Suhu 0 0C merupakan titik beku (freezing point) dan suhu 100oC
merupakan titik didih (boiling point) air.
2. Perubahan suhu air berlangsung lambat sehingga air memiliki sifat sebagai
penyimpanan panas yang sangat baik. Perubahan suhu air yang lambat mencegah
terjadinya strees pada makhluk hidup karena adanya perubahan suhu yang medadak
dan memelihara suhu bumi agar sesuai bagi makhluk hidup. Sifat ini juga
menyebabkan air sangat baik digunakan sebagai pendingin mesin.
3. Air memerlukan panas yang tinggi dalam proses penguapan dimana penguapan
(evaporasi) adalah proses perubahan air menjadi uap air. Proses ini memerlukan
energi panas dalam jumlah besar. Sebaliknya, proses perubahan uap air menjadi
cairan (kondensasi) melepaskan energi panas yang besar. Pelepasan energi ini
merupakan salah satu penyebab mengapa kita merasa sejuk pada saat berkeringat.
Sifat ini juga merupakan salah satu faktor utama yang menyebabkan terjadinya
penyebaran panas secara baik di bumi.
4. Air merupakan pelarut yang baik dimana air mampu melarutkan berbagai jenis
senyawa kimia. Air hujan mengandung senyawa kimia dalam jumlah yang sangat
sedikit, sedangkan air laut dapat mengandung senyawa kimia hingga 35.000 mg/liter,
(Tebbut, 1992). Sifat ini memungkinkan unsur hara terlarut diangkut ke seluruh
jaringan tubuh makhluk hidup dan memungnkan bahanbahan toksik yang masuk ke
dalam jaringan tubuh makhluk hidup dilarutkan untuk dikeluarkan kembali. Sifat ini
juga memungkinkan air digunakan sebagai pencuci yang baik dan pengencer bahan
pencemar (polutan) yang masuk ke dalam air.
5. Air memiliki tegangan permukaan yang tinggi. Suatu cairan dikatakan memiliki
tegangan permukaan yang tinggi jika tekanan antar molekul cairan tersebut tinggi.
Tegangan permukaan yang tinggi menyebabkan air memiliki sifat membasahi suatu
bahan secara baik (higher wetting ability).
6. Air merupakan satu-satunya senyawa yang merenggang ketika membeku. Pada saat
membeku, air merenggang sehingga es memiliki densitas (massa/volume) yang lebih
rendah daripada air.
Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan Lingkungan Hidup II-10
Kabup Kabupaten Tanah Laut
Laporan Pemantauan Kualitas Air Periode II
Kabupaten Tanah Laut
Tahun 2021

2.3. KELAS BADAN AIR


Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, air permukaan dapat
diklasifikasikan menjadi beberapa kelas:
1. Kelas satu adalah air yang dapat digunakan untuk air baku air minum, dan
peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut
2. Kelas dua adalah air yang dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air,
peternakan, pembudidayaan ikan air tawar, air untuk mengairi pertamanan, dan atau
peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut
3. Kelas tiga adalah air yang dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar, air
untuk mengairi pertamanan, peternakan,dan atau peruntukan lain yang
mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut
4. Kelas empat adalah air yang dapat digunakan untuk mengairi pertamanan dan
peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan
tersebut.
2.4. KARAKTERISTIK BADAN AIR

Badan air dicirikan oleh tiga komponen utama, yaitu komponen hidrologi,
komponen fisika-kimia, dan komponen biologi.Penilaian kualitas suatu badan air harus
mencakup ketiga komponen tersebut (Effendi, 2003). Siklus hidrologis ini dapat pula
dilihat adanya berbagai sumber air yang dapat pula diperkirakan kualitas dan kuantitasnya
secara sepintas. Berdasarkan karakteristiknya, badan air terbagi dua yaitu :

1. Air permukaan (surface water)

Air permukaan adalah air yang berada di sungai, danau, waduk, rawa dan
badan air lain, yang tidak mengalami infiltrasi ke bawah tanah. Areal tanah yang
mengalirkan air ke suatu badan air disebut watersheds atau drainage basins. Air yang
mengalir dari daratan menuju suatu badan air disebut limpasan permukaan (surface
run off), dan air yang mengalir di sungai menuju laut disebut aliran air sungai (river
run off). Sekitar 69 % air yang masuk ke sungai berasal dari hujan, pencairan es/salju
dan sisanya berasal dari air tanah.Wilayah disekitar daerah aliran sungai yang menjadi
tangkapan air disebut catchment basin (Effendi, 2003).

Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan Lingkungan Hidup II-11


Kabup Kabupaten Tanah Laut
Laporan Pemantauan Kualitas Air Periode II
Kabupaten Tanah Laut
Tahun 2021

Air hujan yang jatuh ke bumi dan menjadi air permukaan memilikikadar
bahan-bahan terlarut atau unsur hara yang sangat sedikit, bersifat asam, dengan pH 4.
Hal ini disebabkan air hujan melarutkan gas-gas yang terdapat di atmosfer,misalnya
gas karbondioksida (CO2), Sulfur (S) dan Nitrogen Oksida (NO2) yang dapat
membentuk asam lemah.Setelah jatuh ke permukaan bumi, air hujan mengalami
kontak dengan tanah dan melarutkan bahan-bahan yang terkandung di dalam tanah.
Perairan permukaan diklasifikasikan menjadi dua kelompok utama, yaitu badan air
tergenang (standing water atau lentik) meliputi: danau, kolam, waduk (reservoir),
rawa (wetland)dan badan air mengalir (flowing water atau lotik), salah satu contoh
perairan mengalir adalah sungai, sungai dicirikan oleh arus yang searah dan relatif
kencang dengan kecepatan berkisar antara 0,1- 1,0 m/detik serta sangat dipengaruhi
oleh waktu, iklim dan pola drainase. Berdasarkan sifat dan jenis alirannya, air
permukaan terbagi dua jenis yaitu perairan darat yang merupakan air permukaan
dengan sifat tawar yaitu Daerah Aliran Sungai (DAS), sungai dan danau yang berada
di atas daratan dan perairan laut yang merupakan air permukaan dengan sifat asin
yang berada di area lautan.

Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu kawasan yang dibatasi oleh titik-
titik tinggi di mana air yang berasal dari air hujan yang jatuh, terkumpul dalam
kawasan tersebut dan mempunyai fungsi untuk menerima, menyimpan, mengalirkan
air hujan dan mengalirkan aliran air yang bersumber dari aliran air sungai. Aliran air
pada DAS merupakan aliran air yang mengalami siklus hidrologi secara alamiah yaitu
penguapan air dari permukaan laut ke atmosfer kemudian turun ke permukaan tanah
melalui hujan dan mengalir kembali lagi ke laut dimana pada proses pengaliran air ke
laut, air tersebut akan dialirkan melalui Daerah Aliran Sungai (DAS) dan akan
dimanfaatkan untuk keperluan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya. Sungai
adalah aliran air yang memanjang yang mengalir secara terus-menerus dari hulu ke
hilir yang bermuara pada Daerah Aliran Sungai (DAS).

Sungai merupakan salah satu sumber aliran air yang menuju ke Daerah
Aliran Sungai (DAS) sehingga kualitas air pada Dareah Aliran Sungai sangat
dipengaruhi kualitas air sungai yang mengalirakan aliran DAS tersebut. Sungai adalah
aliran air yang besar dan meamnjang yang mengalir secara terus-menerus dari hulu

Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan Lingkungan Hidup II-12


Kabup Kabupaten Tanah Laut
Laporan Pemantauan Kualitas Air Periode II
Kabupaten Tanah Laut
Tahun 2021

(sumber) menuju hilir (muara) (Syarifuddin, 2000). Sungai juga merupakan torehan di
permukaan bumi yang berfungsi sebagai penyalur dan penampung alamiah aliran air
dan material yang dibawanya atau terlarut didalamnya dari bagian hulu ke bagian hilir
suatu daerah atau pengaliran air dari tempat yang tinggi ke tempat yang lebih rendah
dan akhirnya bermuara kelaut (Soewarno, 2000). Sungai dapat juga di definisikan
sebagai sistem pengaliran air mulai dari mata air sampai muara dengan dibatasi pada
kanan dan kirinya serta sepanjang pengalirannya oleh garis sempadan sungai (Permen
PU No. 39 Tahun 1989). Jenis sungai berdasarkan debit airnya dapat kita
klasifikasikan menjadi :

1. Sungai permanen adalah sungai yang debit airnya sepanjang tahun relatif tetap
dan stabil
2. Sungai periodik adalah sungai yang pada musim penghujan debit airnya besar,
sedangkan pada musim kemarau debit airnya relatif kecil
3. Sungai episodik adalah sungai yang pada musim kemarau kering dan pada musim
penghujan debit airnya besar
4. Sungai ephermal adalah sungai yang hanya ada airnya pada musim hujan dan
debit airnya belum tentu banyak (Mulyanto, 2007).

Kualitas air sungai adalah gambaran sifat air sungai dan kandungan zat,
energi, makhluk hidup atau komponen lain di dalam air. Kualitas air dinyatakan
dengan beberapa parameter seperti parameter fisika, kimia dan biologi, yaitu
parameter fisika antara lain suhu, kekeruhan, padatan terlarut dan tersuspensi, dan
sebagainya. Untuk kualitas air parameter kimia antara lain pH, oksigen terlarut, kadar
logam berat, dan sebagainya. Sedangkan kualitas air parameter biologi antara lain
keberadaan bentos, plankton, bakteri, dan sebagainya (Effendi, 2003). Baku mutu air
ditetapkan dengan tujuan untuk melestarikan fungsi air dengan cara pengelolaan
kualitas air dan pengendalian pencemaran air. Baku mutu air limbah adalah takaran
atau ukuran batas atau kadar unsur pencemar dan atau jumlah unsur pencemar yang
ditenggang keberadaannya dalam air limbah yang akan dibuang atau dilepas ke dalam
sumber air dari suatu usaha dan atau kegiatan.

Danau adalah sejumlah air (tawar atau asin) yang terakumulasi di suatu tempat
yang cukup luas, yang dapat terjadi karena mencairnya gletser, aliran sungai, atau

Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan Lingkungan Hidup II-13


Kabup Kabupaten Tanah Laut
Laporan Pemantauan Kualitas Air Periode II
Kabupaten Tanah Laut
Tahun 2021

karena adanya mata air. Biasanya danau dapat dipakai sebagai sarana rekreasi, dan
olahraga. Danau adalah cekungan besar di permukaan bumi yang digenangi oleh air
bisa tawar ataupun asin yang seluruh cekungan tersebut dikelilingi oleh daratan.

Laut adalah kumpulan air yang mengandung gambar dan berasa asin dalam
jumlah yang banyak dan luas yang menggenangi dan membagi daratan atas benua dan
pulau. Laut memiliki banyak manfaat bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup
lainnya karena di dalam dan di atas laut terdapat kekayaan sumber daya alam yang
dapat kita manfaatkan dalam kehidupan. Air laut merupakan air yang paling banyak
dijumpai di alam berupa air laut dengan persentasi sebesar 80%, sedangkan sisanya
berupa air tanah/daratan, es, salju dan hujan. Air laut turut menentukan iklim dan
kehidupan di bumi. Fungsi air laut adalah sebagai berikut :

1. Sebagai suatu unsur keseimbangan darat, laut dan udara.


2. Sebagai tempat hidupnya binatang dan tumbuh-tumbuhan laut. Ada dua macam
elemen nutrisi yaitu elemen nutrisi utama (mayor), misalnya nitrogen,
phosphorous, silicon dan elemen nutrisi mikro.
3. Sebagai sumber air hujan.
4. Alat transportasi.
5. Sebagai sarana olah raga.
6. Sebagai sarana pariwisata.
7. Sebagai sumber mata pencaharian nelayan.
8. Sebagai sumber devisa Negara
9. Sebagai bahan desinfektan, sebagai bahan pengobatan.
2. Air Tanah (graoundwater)
Air tanah merupakan air yang berada di bawah permukaan tanah yang
ditemukan pada lapisan akifer dimana pergerakanya sangat lambat dan dipengaruhi
oleh porositas permeabilitas dari lapisan tanah dan pengisian kembali air (recharge).
Karakteristik utama yang membedakan air tanah dari air permukaan adalah
pergerakan yang sangat lambat dan waktu tinggal (residence time) yang sangat
lama,dapat mencapai puluhan bahkan ratusan tahun. Karena pergerakan yang sangat
lambat dan waktu tinggal yang lama tersebut, air tanah akan sulit untuk pulih kembali
jika mengalami pencemaran

Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan Lingkungan Hidup II-14


Kabup Kabupaten Tanah Laut
Laporan Pemantauan Kualitas Air Periode II
Kabupaten Tanah Laut
Tahun 2021

Air dalam tanah dapat dibedakan atas empat golongan diantaranya: air
mengalir, air kapiler air senyawa dan mata air. Air mengalir, terdapat di tanah setelah
turun hujan atau genangan dari selokan atau sungai. Air ini kemudian akan turun ke
lapisan bawah oleh gaya gravitasi sampai pada lapisan batuan yang tak tembus air.
Aliran air ini akan dipercepat jika tanah longgar, berpasir atau di lereng. Air kapiler,
melekat ke butiran tanah dan inilah yang dipergunakan tanaman.Air mengandung
terlarut atau berupa koloid berbagai bahan anorganik dan organik. Air senyawa, ialah
air yang berada dalam senyawa mineral, air jenis ini tak dapat dipergunakan langsung
oleh tanaman (Yatim, 1987). Mata airadalah air tanah yang keluar dengan sendirinya
ke permukaan tanah. Mata air yang berasal dari air tanah dalam hampir tidak
terpengaruh oleh musim dan kualitas maupun kuantitasnya sama dengan keadaan air
dalam. Sedangkan menurut kegunaannya, air pada sumber air dibedakan menjadi
empat golongan yaitu:
 Golongan A, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung
tanpa harus diolah terlebih dahulu
 Golongan B, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku untuk diolah sebagai
air minum dan keperluan rumah tangga
 Golongan C, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan
peternakan
 Golongan D, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian dan dapat
dimanfaatkan untuk usaha perkotaan, industri dan listrik tenaga air (Sitorus,
2009).

Air tanah dangkal dan air permukaan dapat berkualitas baik andaikata tanah
sekitarnya tidak tercemar hal ini disebabkan air permukaan dan air tanah dangkal
sangat bervariasi kualitasnya. Air permukaan dapat mengandung banyak zat organik
yang mudah terurai yang merupakan makanan bagi bakteri. Kesemuanya ini sangat
mempengaruhi kualitas air tersebut. Air tanah dalam pada umumnya tergolong bersih
dilihat dari segi mikrobiologis karena sewaktu proses pengalirannya mengalami
penyaringan alamiah dan dengan demikian kebanyakan mikroba sudah tidak lagi
terdapat didalamnya. Namun demikian, kadar kimia air tanah dalam ataupun yang
artetis tergantung sekali dari formasi litosfer yang dilaluinya. Pada proses ini mineral-

Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan Lingkungan Hidup II-15


Kabup Kabupaten Tanah Laut
Laporan Pemantauan Kualitas Air Periode II
Kabupaten Tanah Laut
Tahun 2021

mineral yang dilaluinya dapat larut dan terbawa, sehingga mengubah kualitas air
tersebut (Slamet, 2009).

2.5. PARAMETER KUALITAS AIR

Parameter kualitas air adalah nilai unsur - unsur yang terkandung dalam air yang
menjadi factor yang mempengaruhi kualitas air tersebut. Pada penelitian ini parameter
kualitas air yang dilakukan pengujian adalah sebagai berikut :

2.5.1. PARAMETER FISIKA


Parameter fisik adalah karakteristik air yang sangat mudah dilihat dengan mata
telanjang dan yang salah satu hal yang mempengaruhi karakteristik fisik ini adalah
aktivitas penguraian bahan-bahan organik pada air buangan oleh mikroorganisme.
Penguraian ini akan menyebabkan kekeruhan, perubahan warna, dan menimbulkan bau
(Siregar, 2005). Berikut merupakan parameter fisik yang dilakukan pengujian adalah
sebagai berikut :
a. Suhu
Suhu berperan dalam mengendalikan kondisi suatu ekosistem perairan dimana
peningkatan suhu mengakibatkan peningkatan reaksi kimia dan evaporasi.
Peningkatan suhu juga menyebabkan penurunan kelarutan gas dalam badan air atau
sungai , misalnya gas O2, CO2 dan CH4 (Effendi, 2003).

Suhu sangat berpengaruh pada kondisi suatu badan air, oleh karenanya suhu
dimasukkan sebagai salah satu parameter standar persyaratan kualitas air. Suhu
dimasukkan sebagai standar karena :

 Menjaga konsumsi masyarakat terhadap air minum yang dibutuhkannya.


 Menjaga kadar toksisitas dan kelarutan bahan-bahan polutan yang mungkin
terdapat dalam air, serendah mungkin.
 Menjaga temperatur air yang sedapat mungkin agar tidak menguntungkan bagi
pertumbuhan mikroorgnisme pathogen dan virus dalam air.

Pada suhu air limbah biasanya lebih tinggi dari temperatur air bersih hal ini
disebabkan adanya proses di dalam kegitan industri dan rumah tangga yang dapat
menambah temperatur. Air sering digunakan sebagai media pendingin dalam berbagai
proses suatu industry dimana air pendingin tersebut setelah digunakan akan

Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan Lingkungan Hidup II-16


Kabup Kabupaten Tanah Laut
Laporan Pemantauan Kualitas Air Periode II
Kabupaten Tanah Laut
Tahun 2021

mendapatkan panas dari bahan yang didinginkan yang kemudian air tersebut
dikembalikan ketempat asalnya yaitu sungai atau sumber air lainnya. Air buangan
tersebut mungkin mempunyai suhu yang lebih tinggi dari pada air asalnya dan
kenaikan suhu air akan menimbulkan beberapa akibat sebagai berikut :

 Jumlah oksigen terlarut di dalam air akan menurun


 Kecepatan reakasi kimia akan meningkat
 Kehidupan ikan dan hewan air lainya akan terganggu bahkan bisa menimbulkan
kematian apabila batas suhu mematikan terlampaui (Fardiaz, 1992).
b. TDS ((Total Dissolved Solids)
TDS (Total Dissolve Solid) yaitu ukuran zat terlarut (baik itu zat organic maupun
anorganic) yang terdapat pada sebuah larutan dimana umumnya berdasarkan definisi
di atas seharusnya zat yang terlarut dalam air (larutan) harus dapat melewati saringan
yang berdiameter 2 mikrometer (2×10-6 meter).
Banyak zat terlarut yang tidak diinginkan dalam air seperti mineral, gas, zat organik
yang terlarut mungkin menghasilkan warna, rasa dan bau yang secara estetis tidak
menyenangkan. Beberapa zat kimia mungkin bersifat racun, dan beberapa zat organik
terlarut bersifat karsinogen yaitu zat yang dapat menyebabkan penyakit kanker.
Cukup sering, dua atau lebih zat terlarut khususnya zat terlarut dan anggota golongan
halogen akan bergabung membentuk senyawa yang bersifat lebih dapat diterima
daripada bentuk tunggalnya (Misnani, 2010).
c. TSS (Total Suspended Solids)
TSS (Total Suspended Solids) dapat di definisikan sebagai jumlah total padatan
tersuspensi, yaitu padatan yang menyebabkan kekeruhan pada air, tidak larut dan
tidak mengendap langsung. TSS adalah bahan-bahan tersuspensi yang memiliki
diameter > 1µm dan tertahan pada kertas saring millipore dengan diameter pori 45
µm. TSS biasanya terdiri dari lumpur dan pasir halus serta jasad - jasad renik yang
tersuspensi akibat kikisan tanah atau erosi tanah yang terbawa ke suatu badan air
(Effendi, 2003).
d. Kekeruhan
Kekeruhan adalah ukuran yang menggunakan efek cahaya sebagai dasar untuk
mengukur keadaan air baku dengan skala NTU (Nephelo Metrix Turbidity Unit) atau

Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan Lingkungan Hidup II-17


Kabup Kabupaten Tanah Laut
Laporan Pemantauan Kualitas Air Periode II
Kabupaten Tanah Laut
Tahun 2021

JTU (Jackson Turbidity Unit) atau FTU (Formazin Turbidity Unit) dimana semakin
keruh air menunjukkan semakin banyak butir-butir tanah dan kotoran yang
terkandung di dalamnya. Kekeruhan disebabkan oleh adanya bahan organik dan
anorganik yang tersuspensi dan terlarut (misalnya lumpur dan pasir halus) maupun
bahan organik dan anorganik yang berupa plankton dan mikroorganisme lain.
Kekeruhan merupakan ukuran transparasi perairan yang ditentukan secara visual
dimana kekeruhan menggambarkan sifat optik air yang ditentukan berdasarkan
banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahan–bahan yang terdapat
dalam air.
e. Daya Hantar Listrik (DHL)
Konduktivitas adalah sifat menghantarkan listrik dalam air dimana sifat ini
dipengaruhi dengan jumlah kandungan apa yang disebut sebagai ion bebas. Perbedaan
konduktivitas ini dipengaruhi oleh komposisi, jumlah ion terlarut dan salinitas suhu.
Tinggi rendahnya daya hantar listrik pada air dapat menunjukkan banyaknya jumlah
logam yang terlarut dalam air. Konduktivitas adalah gambaran numerik dari
kemampuan air untuk meneruskan aliran listrik. Oleh karena itu, semakin banyak
garam-garan terlarut terionisasi, semakin tinggi pula nilai DHL. Asam, basa dan
garam merupakan penghantar listrik yang baik sedangkan bahan organik merupakan
penghantar listrik yang buruk. Arus listrik dialirkan oleh ion-ion dalam larutan, oleh
karena itu konduktivitas meningkat apabila konsentrasi ion meningkat. Air murni
adalah air yang bebas kandungan ion bebas sehingga tidak menghantarkan listrik.
Namun, pengertian untuk air yang layak konsumsi bagi kita manusia justru bukan air
murni, tapi air murni dengan sifat konduktifitas pada taraf wajar dikarenakan sifat
konduktivitas wajar ini diperlukan bagi metabolisme tubuh kita. Daya hantar listrik
larutan terbagi menjadi 2 (dua) golongan:
1. Larutan elektrolit
a. Dapat menghantarkan daya listrik
b. Terjadi proses ionisasi
c. Lampu menyala dengan terang
2. Larutan non-elektrolit
a. Tidak dapat menghantar arus listrik
b. Tidak terjadi ionisasi

Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan Lingkungan Hidup II-18


Kabup Kabupaten Tanah Laut
Laporan Pemantauan Kualitas Air Periode II
Kabupaten Tanah Laut
Tahun 2021

c. Lampu menyala redup


Konduktivitas dapat dipakai sebagai indikator tingkat pencemaran parameter
inorganik (terutama mineral terlarut) dan konduktivitas juga merupakan parameter
yang menunjukkan tingkat salinitas dari suatu badan air yang berpengaruh terhadap
kehidupan makhluk hidup, pemanfaatan air baku, dan korosifitas.
f. Debit
Debit air sungai dapat definisikan yaitu laju aliran air (dalam bentuk volume air) yang
melewati suatu penampang melintang sungai per satuan waktu. Dalam sistem satuan
internasional (SI) besarnya debit dinyatakan dalam meter kubik per detik (m3/s).
2.5.2. PARAMETER KIMIA
Parameter kimia adalah parameter yang dipengaruhi oleh kandungan bahan kimia
yang umumnya terkandung dalam air antara lain bahan organik, protein, karbohidrat,
lemak dan minyak, fenol, bahan anorganik, pH, klorida, sulfur, zat beracun, logam berat
(Ni, Zn, Cd, Pb, Cu, Fe, Hg), metana, nitrogen, fosfor dan gas (O2) (Siregar, 2005).
Berikut merupakan parameter kimia yang dilakukan pengujian :
a. DO (Dissolved Oxygen)
Oksigen merupakan salah satu gas yang terlarut dalam perairan dimana kadar oksigen
di dalam suatu perairan tergantung pada suhu, salinitas, turbulensi air, dan tekanan
atmosfer. Semakin besar suhu dan ketinggian serta semakin rendah tekanan atmosfer,
kadar DO akan semakin kecil (Effendi, 2003). DO adalah jumlah oksigen ( ppm O 2)
yang terlarut dalam air dan merupakan kebutuhan bagi mikroorganisme khususnya
bakteri dalam menguraikan zat-zat organik yang terlarut didalamnya. Bahan organik
yang berada di dalam suatu badan air atau sugai dapat terurai oleh bakteri aerob dan
bakteri anaerob (Yunasfi, 2002).
Keberadaan bahan pencemar di suatu perairan sangat dipengaruhi oleh kadar oksigen
terlarut dimana jika ketersediaan oksigen terlarut tinggi di peraian maka akan dapat
mendukung proses swapurifikasi (selfpurification). Selfpurification adalah
kemampuan air untuk membersihkan diri secara alamiah dari berbagai kontaminasi
bahan pencemar (Widhiasari, 2008). Dekomposisi bahan organik dan oksidasi bahan
anorganik akan mengurangi kadar oksigen terlarut hingga mencapai nol (anaerob).
Kadar oksigen terlarut tertinngi terjadi pada sore hari, dan terendah pada pagi hari
(Effendi, 2003).

Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan Lingkungan Hidup II-19


Kabup Kabupaten Tanah Laut
Laporan Pemantauan Kualitas Air Periode II
Kabupaten Tanah Laut
Tahun 2021

b. pH (Derajat Keasaman)
Derajat keasaman atau pH merupakan parameter kimia yang menunjukkan
konsentrasi ion hidrogen pada perairan. Konsentrasi ion hidrogen tersebut dapat
mempengaruhi reaksi kimia yang terjadi di lingkungan perairan. Larutan dengan
harga pH rendah dinamakan asam, sedangkan yang harga pH-nya tinggi dinamakan
basa. Skala pH terentang dari 0 (asam kuat) sampai 14 (basa kuat) dengan 7 adalah
harga tengah mewakili air murni (netral).
Secara kualitatif pH dapat diperkirakan dengan kertas Lakmus (Litmus) atau suatu
indikator (kertas indikator pH) atau pH meter. Seraca kuantitatif pengukuran pH dapat
digunakan elektroda potensiometrik. Elektroda ini memonitor perubahan voltase yang
disebabkan oleh perubahan aktivitas ion hidrogen (H+) dalam larutan. pH air dapat
mempengaruhi kelarutan dari suatu koagulan. Koagulan memiliki kelarutan yang
besar pada rentang pH 5-7. Semakin mudah larut suatu koagulan, maka semakin
mudah terbentuknya ion aquometalik yang akhirnya semakin cepatnya partikel koloid
ternetralisasi membentuk flok. Semakin besar pH, maka kelarutan dari koagualan
semakin kecil, sehingga ion aquometalik semakin sulit terbentuk, yang akhirnya
mengurangi jumlah partikel koloid yang dapat ternetralisasi membentuk flok.
pH menunjukkan perlu atau tidaknya pengolahan pendahuluan untuk mencegah
terjadinya gangguan pada proses pengolahan air secara konvesional. Secara umum,
pH limbah domestik adalah mendekati netral. Istilah parameter pH digunakan untuk
menyatakan intensitas keadaan asam atau basa suatu larutan. pH merupakan satu cara
untuk menyatakan konsentrasi ion H+. Dalam penyediaan air bersih, pH merupakan
satu faktor yang harus dipertimbangkan karena derajat keasaman dari air sangat
mempengaruhi kualitas suatu sumber air. pH merupakan nilai yang digunakan untuk
mengukur kebasaan atau keasaman. Ion hidrogen yang terikat dapat mengakibatkan
penurunan pH karena air akan lebih bersifat asam, begitu juga sebaliknya. Air dengan
pH kurang dari 4 dapat menyebabkan kematian pada organisme air akibat
ketidakmampuan beradaptasi dengan kondisi air yang sangat asam.
Adapun kadar yang baik yaitu kadar dimana masih memungkinkan kehidupan
biologis di dalam suatu badan air berjalan dengan baik. pH yang baik bagi air minum
adalah netral yaitu nilah pH adalah 7. Semakin kecil nilai pH maka akan
menyebabkan air tersebut bersifat asam dan semakin besar pH air makan air tersubut

Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan Lingkungan Hidup II-20


Kabup Kabupaten Tanah Laut
Laporan Pemantauan Kualitas Air Periode II
Kabupaten Tanah Laut
Tahun 2021

menjadi basa. pH yang tidak netral dapat mengurangi fungsi air tersebut dalam
kehidupan sehari-hari.
Adapun kadar pH yang baik adalah kadar pH dimana masih memungkinkan
kehidupan biologis di dalam air berjalan dengan baik. Air limbah dengan konsentrasi
yang tidak netral akan menyulitkan proses biologis dan dapat mengganggu proses
penjernihannya. Pengukuran pH pada limbah adalah sesuatu yang penting, karena
banyak reaksi-reaksi kimia dan biokimia sangat dipengaruhi oleh kadar pH air limbah.
Air limbah dengan pH rendah dapat dinetralkan dengan berbagai jenis bahan kimia
misalnya sodium hidroksida atau sodium karbonat, yang walaupun cukup mahal,
banyak digunakan untuk pengolahan yang skalanya tidak begitu besar. Kapur adalah
bahan yang cukup murah sehingga banyak digunakan. Kapur dapat ditemukan dalam
berbagai bentuk misalnya limestone atau batu gamping dan dolomitic lime (kapur
dengan kadar kalsium tinggi). Kapur mudah didapat seringkali membentuk lapisan
sehingga penggunaannya dibatasi untuk proses tertentu. Senyawa kimia dengan
kalsium dan magnesium sebagai pembentuk utamanya kerap menghasilkan lumpur
atau endapan yang membutuhkan pengerukan dan pembuangan.
c. BOD (Biological Oxygen Demand )
BOD (Biological Oxygen Demand) dapat di definifkan suatu karakteristik yang
menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang diperlukan oleh mikroorganisme atau
bakteri untuk mengurai atau mendekomposisi bahan organik dalam kondisi aerobic
(Metcalf dan Eddy, 1991).
Nilai BOD merupakan gambaran kadar bahan oksigen yaitu jumlah oksigen yang
dibutuhkan oleh mikroba aerob untuk mengoksidasi bahan organik menjadi
karbodioksida dan air. Nilai BOD menunjukkan jumlah oksigen yang dikonsumsi
oleh proses respirasi yang terdapat didalam botol BOD yang di inkubasi pada suhu
sekitar 20 oC selama lima hari, dalam keadaan tanpa cahaya (Boyd, 1990). Mays
(1996) mengartikan BOD sebagai suatu takaram jumlah oksigen yang digunakan oleh
populasi mikroba yang terkandung dalam perairan sebagai respon terhadap masuknya
bahan organik yang dapat diurai. Pemeriksaan BOD diperlukan untuk menentukan
beban pencemaran akibat air limbah dan untuk merancang system pengolahan
biologis bagi air tercemar.

Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan Lingkungan Hidup II-21


Kabup Kabupaten Tanah Laut
Laporan Pemantauan Kualitas Air Periode II
Kabupaten Tanah Laut
Tahun 2021

Dari pengertian-pengertian ini dapat dikatakan bahwa walaupun nilai BOD


menyatakan jumlah oksigen, tetapi untuk lebih mudahnya dapat juga kita artikan
sebagai gambaran jumlah bahan organik mudah urai (Biodegradable Organics) yang
ada di perairan. Pencemaran yang terjadi di perairan dapat dilihat dengan pengujian
BOD (Wardhana, 1995). Pada air limbah pengukuran BOD merupakan salah satu
indicator yang paling penting untuk menentukan tingkat pencemaran air limbah oleh
bahan organik yang mudah dirombak oleh bakteri (biodegradable) (Mahida,1984).
Beberapa alasan yag mendasari bahwa nilai BOD dipakai sebagai parameter utama
dalam pengukuran secara laboratorium adalah sebagai berikut :
 Bahwa nilai BOD dapat dipakai sebagai dasar untuk menentukan perencanaan
pembenahan unit-unit pengolahan air limbah pada umumnya dan kolam stabilisasi
khususnya (Gloyna,1971)
 Bahwa nilai BOD adalah merupakan parameter yang penting untuk menentukan
tingkat beban pencemar air limbah industri atau air limbah yang merupakan
parameter yang penting untuk mengetahui kualitas air. Sehubungan dengan usaha
pelestarian lingkungan
 Bahwa nilai BOD dapat dipakai sebagai dasar penilaian efesiensi proses
pengolahan air limbah. Air limbah mengandung bahan organik yang tinggi jadi
dapat dievaluasi dengan nilai BOD yang cenderung tinggi pula (Salvato, 1972)
d. COD (Chemical Oxygen demand )
Definisi COD (Chemical Oxygen Demand) adalah jumlah oksigen yang diperlukan
untuk mengurai seluruh bahan organik yang terkandung dalam air (Boyd, 1990). Nilai
COD dapat diartikan merupakan banyaknya oksigen dalam ppm atau mg/l yang
dibutuhkan dalam kondisi khusus untuk menguraikan benda organik secara kimia
(Sugiharto, 1987). Nilai COD merupakan ukuran bagi tingkat pencemaran oleh bahan
organik (Nurhassanah, 2009).
COD juga dapat diartikan jumlah oksigen yang diperlukan agar bahan buangan yang
ada di dalam air dapat teroksidasi melalui reaksi kimia. Pada keadaan ini bahan
buangan organik akan dioksidasi oleh kalium bikromat menjadi gas CO 2 dan H2O
serta sejumah ion krom (Wardhana, 1995).Hal ini karena bahan organik yang ada
akan diurai secara kimia dengan menggunakan oksidator kuat kalium bikromat pada
kondisi asam dan panas dengan katalisator perak sulfat (Eddy dan Metcalf, 1991),

Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan Lingkungan Hidup II-22


Kabup Kabupaten Tanah Laut
Laporan Pemantauan Kualitas Air Periode II
Kabupaten Tanah Laut
Tahun 2021

sehingga segala macam bahan organik, baik yang mudah terurai maupun yang sulit
atau kompleks akan teroksidasi. Dengan demikian, selisih nilai antara COD dan BOD
memberikan gambaran besaran jumlah bahan organik yang sulit urai yang ada
di perairan. Bisa saja nilai BOD sama nilai dengan COD, tetapi nilai BOD tidak akan
bisa lebih besar dari nilai COD, Jadi nilai COD menggambarkan jumlah total bahan
organik yang ada.
e. Besi (Fe)
Zat besi merupakan suatu unsur yang penting dan berguna untuk metabolisme tubuh.
Konsentrasi besi dalam air yang melebihi 2 mg/l akan menimbulkan noda-noda pada
peralatan dan bahan-bahan yang berwarna putih. Adanya unsur besi juga dapat
menimbulkan bau dan warna yang tidak baik pada air minum dan warna koloid pada
air.Warna air menjadi kemerah-merahan, memberi rasa yang tidak enak pada
minuman,dan dapat membentuk endapan pada pipa-pipa logam.Dalam jumlah yang
kecil,besi diperlukan oleh tubuh untuk pembentukan sel-sel darah merah.
Didalam air, mineral yang sering berada dalam jumlah besar adalah kandungan besi
(Fe+) dan apabila besi berada dalam jumlah yang banyak maka akan mengakibatkan
berbagai gangguan pada lingkungan. Besi dalam air bisa berbentuk (Fe 2+) dan (Fe3+)
terlarut dimana Ferro (Fe2+) terlarut dapat bergabung dengan zat organik dan
membentuk senyawa kompleks yang sulit dihilangkan dengan aerasi biasa (Widowati
et.al, 2008). Adapun ciri-ciri tingginya kadar besi dalam air adalah sebagai berikut:
 Ada lapisan seperti minyak di permukaan air
 Ada lapisan merah di pinggiran saluran
 Tampak gejala keracunan besi pada tanaman
f. Mangan (Mn)
Mangan mempunyai sifat yang hampir sama dengan besi,dalam suasana basa
membentuk senyawa oksida yang berwarna coklat. Endapan mangan akan
memberikan noda-noda pada bahan/benda yang berwarna putih dan sulit
dihilangkan..Adanya mangan dalam konsentrasi yang lebih tinggi akan dapat bersifat
sebagai racun dan menimbulkan rasa logam serta dapat menimbulkan bau dan rasa
pada minuman. Unsur ini bersifat toksis bagi alat pernafasan serta menyebabkan
kerusakan pada hati.

Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan Lingkungan Hidup II-23


Kabup Kabupaten Tanah Laut
Laporan Pemantauan Kualitas Air Periode II
Kabupaten Tanah Laut
Tahun 2021

Berdasarkan penelitian Ashar (2007), mengkonsumsi air minum yang secara alami
mengandung konsentrasi mangan yang cukup tinggi seumur hidup dapat
mengakibatkan gangguan pada sistem saraf dan menimbulkan peningkatan retensi
mangan. Sedangkan menurut Said (2008), di dalam tubuh manusia mangan tidak
menimbulkan gangguan kesehatan bila dalam jumlah yang kecil tetapi dalam jumlah
yang besar dapat mengakibatkan tertimbunnya mangan di dalam hati dan ginjal. Pada
umumnya dalam keadaan kronis, mangan dapat menimbulkan gangguan pada sistem
saraf dan menampakkan gejala seperti penyakit parkinson.
g. Cadmium (Cd)
Cadmium merupakan suatu logam sangat beracun yang secara umum dijumpai di
tempat kerja industri. Karena batas yang diperbolehkan rendah, pajanan berlebih
dapat terjadi bahkan dalam situasi di mana jumlah kadmium sangat kecil (renik)
ditemukan. Kadmium digunakan secara luas dalam electroplating, meskipun sifat
operasi umumnya tidak menyebabkan pajanan yang berlihan. Logam berat masuk ke
dalam jaringan tubuh makhluk hidup melalui beberapa jalan, yaitu: saluran
pernafasan, pencernaan dan penetrasi melalui kulit. Di dalam tubuh hewan logam
diabsorpsi darah, berikatan dengan protein darah yang kemudian didistribusikan ke
seluruh jaringan tubuh (Darmono, 2001).
Logam kadmium (Cd) dapat menimbulkan gangguan dan bahkan mampu
menimbulkan kerusakan pada sistem yang bekerja di ginjal. Kerusakan yang terjadi
pada sistem ginjal dapat dideteksi dari tingkat jumlah atau jumlah kandungan protein
yang terdapat dalam urine. Petunjuk kerusakan yang dapat terjadi pada ginjal akibat
logam kadmium (Cd) yaitu terjadinya asam amniouria dan glokosuria, dan
ketidaknormalan kandungan asam urat kalsium dan fosfor dalam urin.
h. Raksa (Hg)
Raksa (nama lama: air raksa) atau merkuri atau hydrargyrum (bahasa Latin:
Hydrargyrum, air/cairan perak) adalah unsur kimia pada tabel periodik dengan simbol
Hg dan nomor atom 80. Unsur golongan logam transisi ini berwarna keperakan dan
merupakan satu dari lima unsur (bersama cesium, fransium, galium, dan brom) yang
berbentuk cair dalam suhu kamar, serta mudah menguap. Hg akan memadat pada
tekanan 7.640 Atm. Kelimpahan Hg di bumi menempati di urutan ke-67 di antara
elemen lainnya pada kerak bumi. Di alam, merkuri (Hg) ditemukan dalam bentuk

Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan Lingkungan Hidup II-24


Kabup Kabupaten Tanah Laut
Laporan Pemantauan Kualitas Air Periode II
Kabupaten Tanah Laut
Tahun 2021

unsur merkuri (Hg0), merkuri monovalen (Hg1+) dan bivalen (Hg2+) keduanya
merupakan logam paling rapuh. Secara alamiah, pencemaran Hg berasal dari kegiatan
gunung api atau rembesan air tanah yang melewati deposit Hg. Apabila masuk ke
dalam perairan, merkuri mudah ber-ikatan dengan klor yang ada dalam air laut dan
membentuk ikatan HgCl. Dalam bentuk ini, Hg mudah masuk ke dalam plankton dan
bisa berpindah ke biota laut lain.[butuh rujukan] Merkuri anorganik (HgCl) akan
berubah menjadi merkuri organik (metil merkuri) oleh peran mikroorganisme yang
terjadi pada sedimen dasar perairan.[butuh rujukan] Merkuri dapat pula bersenyawa
dengan karbon membentuk senyawa organo-merkuri. Senyawa organo-merkuri yang
paling umum adalah metil merkuri yang dihasilkan oleh mikroorganisme dalam air
dan tanah. Mikroorganisme kemudian termakan oleh ikan sehingga konsentrasi
merkuri dalam ikan meningkat. Metil Hg memiliki kelarutan tinggi dalam tubuh
hewan air sehingga Hg terakumulasi melalui proses bioakumulasi dan biomagnifikasi
dalam jaringan tubuh hewan air, dikarenakan pengambilan Hg oleh organisme air
yang lebih cepat dibandingkan proses ekskresi.
i. Seng (Zn)
Seng merupakan logam berwarna putih kebiru biruan dengan nomor atom 30, berat
atom 65,37 dan berat jenis 7,14 kg/dm3 dan sistem periodik termasuk dalam golongan
II b dengan Bilangan oksidasi + 2. Logam ini larut dalam asam dan alkali, mudah
larut dalam asam klorida encer dan asam sulfat encer. Logam seng mudah
menghantarkan arus listrik (Tolcin, 2008). Penyebaran seng dalam lingkungan cukup
luas dapat ditemukan dalam air, udara dan organisme hidup. Di alam apabila dalam
keadaan terkontaminasi hampir selalu bersama sama dengan kadmium. Seng dalam
keadaan tertentu mempunyai toksisitas yang rendah pada manusia tetapi mempunyai
toksisitas yang tinggi pada ikan sehingga standar suplay air untuk keperluan domestik
kandungan sengnya maksimum 5 mg/L. Toksisitas seng sangat dipengaruhi oleh
beberapa faktor lingkungan, diantaranya temperatur dan tingkat kelarutan O2 (Tolcin,
2008).
j. Total Posfat (PO4)
Fosfat terdapat dalam air alam atau air limbah sebagai senyawa ortofosfat, polifosfat
dan fosfat organis. Setiap senyawa fosfat tersebut terdapat dalam bentuk terlarut,
tersuspensi atau terikat di dalam sel organisme dalam air. Di daerah pertanian

Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan Lingkungan Hidup II-25


Kabup Kabupaten Tanah Laut
Laporan Pemantauan Kualitas Air Periode II
Kabupaten Tanah Laut
Tahun 2021

ortofosfat berasal dari bahan pupuk yang masuk ke dalam sungai melalui drainase dan
aliran air hujan. Polifosfat dapat memasuki sungai melaui air buangan penduduk dan
industri yang menggunakan bahan detergen yang mengandung fosfat. Seperti industri
pencucian, industri logam dan sebagainya. Fosfat organis terdapat dalam air buangan
penduduk (tinja) dan sisa makanan (Sastrawijaya, 1991). Fosfat organis dapat terjadi
dari ortofosfat yang terlarut melalui proses biologis karena baik bakteri maupun
tanaman menyerap fosfat bagi pertumbuhannya (Alaerts, 1987). Keberadaan senyawa
fosfat dalam air sangat berpengaruh terhadap keseimbangan ekosistem perairan.
Apabila kadar fosfat dalam air rendah (< 0,01 mg P/L), pertumbuhan ganggang akan
terhalang, keadaan ini dinamakan oligotrop. Sebaliknya bila kadar fosfat dalam air
tinggi, pertumbuhan tanaman dan ganggang tidak terbatas lagi (kedaaan eutrof),
sehingga dapat mengurangi jumlah oksigen terlarut air. Hal ini tentu sangat berbahaya
bagi kelestarian ekosistem perairan. Menurut Boyd (1982), kadar fosfat dalam
perairan alami umumnya berkisar antara 0,005-0,02 ppm. Kadar fosfat melebihi 0,1
ppm, tergolong perairan yang eutrof.
k. Amoniak (NH3-N)
Amoniak adalah senyawa kimia dengan rumus NH3. Biasanya senyawa ini didapati
berupa gas dengan bau tajam yang khas (disebut bau amonia). Walaupun amonia
memiliki sumbangan penting bagi keberadaan nutrisi di bumi, amonia sendiri adalah
senyawa kaustik dan dapat merusak kesehatan. Administrasi Keselamatan dan
Kesehatan Pekerjaan Amerika Serikat memberikan batas 15 menit bagi kontak dengan
amonia dalam gas berkonsentrasi 35 ppm volum, atau 8 jam untuk 25 ppm volum.
Kontak dengan gas amonia berkonsentrasi tinggi dapat menyebabkan kerusakan paru-
paru dan bahkan kematian. Sekalipun amonia di AS diatur sebagai gas tak mudah
terbakar, amonia masih digolongkan sebagai bahan beracun jika terhirup, dan
pengangkutan amonia berjumlah lebih besar dari 3.500 galon (13,248 L) harus
disertai surat izin.
Amonia yang digunakan secara komersial dinamakan amonia anhidrat. Istilah ini
menunjukkan tidak adanya air pada bahan tersebut. Karena amonia mendidih di suhu
-33 °C, cairan amonia harus disimpan dalam tekanan tinggi atau temperatur amat
rendah. Walaupun begitu, kalor penguapannya amat tinggi sehingga dapat ditangani
dengan tabung reaksi biasa di dalam sungkup asap. "Amonia rumah" atau amonium

Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan Lingkungan Hidup II-26


Kabup Kabupaten Tanah Laut
Laporan Pemantauan Kualitas Air Periode II
Kabupaten Tanah Laut
Tahun 2021

hidroksida adalah larutan NH3 dalam air. Konsentrasi larutan tersebut diukur dalam
satuan baumé. Produk larutan komersial amonia berkonsentrasi tinggi biasanya
memiliki konsentrasi 26 derajat baumé (sekitar 30 persen berat amonia pada 15.5 °C).
Amonia yang berada di rumah biasanya memiliki konsentrasi 5 hingga 10 persen
berat amonia.
l. Nitrat Sebagai N
Senyawa N ( Nitrogen ) di alam terdapat dalam berbagai bentuk, yaitu N organik, N
ammonia, N-NO3, N-NO2, dan gas N2. Bentuk–bentuk senyawa Nitrogen tersebut
dipengaruhi oleh pH dan kondisi aerob anaerob. Senyawa Nitrogen merupakan
nutrien yang menjadi unsur utama dalam pertumbuhan dan reproduksi tanaman dan
hewan, termasuk hewan dan tumbuhan air yang memperoleh unsur Nitrogen dari
lingkungan air di sekitarnya (Alaerts G dan Santika, 1984).
Konsentrasi senyawa nitrat yang boleh ada dalam air bersih adalah tidak lebih dari 10
mg N / liter. Jika konsentrasi nitrat di atas 10 mgN/liter, maka akan bersifat racun.
Nitrat ini bersifat racun pada bayi hewan, termasuk juga manusia yang dapat
menyebabkan problem serius dan bahkan kematian. Faktanya, asiditas yang rendah
dalam organ usus bayi mendukung pertumbuhan bakteri pereduksi nitrat yang
mengubah nitrat menjadi nitrit, yang kemudian diabsorbsi ke dalam pembuluh darah.
Hal ini menyebabkan kekurangan oksigen sebab tubuh menolak masukan oksigen,
hasilnya tubuh akan berubah warna menjadi kebiru – biruan. Keracunan nitrat ini
disebut sebagai sindroma blue baby karena perubahan warna tadi, ini merupakan
istilah yang umum dipakai walaupun istilah sebenarnya adalah methemoglobinemia.
Jadi adanya nitrat pada air bersih walaupun dalam kadar normal tetap harus
diwaspada (Hammer mark, 1975).
m. Salinitas
Salinitas adalah jumlah kadar garam yang terdapat dalam air laut. Salinitas
berpengaruh terhadap kehidupan organisme perairan. Setiap daerah perairan di bumi
ini memiliki salinitas yang berbeda-beda. Garis yang menghubungkan kadar salinitas
yang sama dalam peta dinamakan isohaline. Faktor yang memengaruhi salinitas air
laut diantaranya adalah:
 Semakin besar tingkat penguapan air laut maka kadar salinitasnnya akan semakin
tinggi dan sebaliknya di daerah yang rendah tingkat penguapannya maka

Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan Lingkungan Hidup II-27


Kabup Kabupaten Tanah Laut
Laporan Pemantauan Kualitas Air Periode II
Kabupaten Tanah Laut
Tahun 2021

salinitasnya akan semakin rendah. Curah hujan Semakin besar curah hujan di
suatu wilayah laut maka salinitasnya akan rendah dan jika curah hujan di lautan
rendah maka salinitas akan semakin rendah.
 Semakin banyak sungai yang bermuara ke laut tersebut maka salinitas semakin
rendah, sedangkan jika sedikit sungai yang bermuara maka kadar salinitasnya
akan semakin tinggi maka dari itu salinitas air laut sangat dipengaruhi oleh
lingkungan sekitar (Agnas setiawan,2013).
2.5.3. PARAMETER MIKROBIOLOGI
Paremeter mikrobiologi adalah parameter kualitas yang berhubungan dengan
bakteri yang terkandung dalam air. Parameter mikrobiologi yang dilakukan pengujian dan
digunakan secara umum sebagai indikator tercemarnya suatu badan air adalah sebagai
berikut :
a. Fecal Coliform
Fecal coliform adalah bakteri yang secara fakultatif anaerobik , berbentuk batang ,
gram negatif , dan tidak bersporulasi . Bakteri coliform umumnya berasal dari usus
hewan berdarah panas. Fecal coliforms mampu tumbuh dengan adanya garam empedu
atau bahan permukaan serupa, bersifat oksidase negatif , dan menghasilkan asam dan
gas dari laktosa dalam waktu 48 jam pada suhu 44 ± 0,5 ° C.
Adanya fecal coliform di lingkungan perairan dapat mengindikasikan bahwa air telah
terkontaminasi oleh feses manusia atau hewan lain. Bakteri fecal coliform dapat
masuk ke sungai melalui pembuangan limbah langsung dari mamalia dan burung, dari
pertanian dan limpasan badai , dan dari kotoran manusia. Namun, keberadaan mereka
mungkin juga disebabkan oleh bahan tanaman, dan limbah pabrik pulp atau kertas.
b. Total Coliform
Bakteri koliform merupakan golongan mikroorganisme yang lazim digunakan sebagai
indikator, di mana bakteri ini dapat menjadi sinyal untuk menentukan suatu sumber
air telah terkontaminasi oleh patogen atau tidak. Berdasarkan penelitian, bakteri
koliform ini menghasilkan zat etionin yang dapat menyebabkan kanker dimana selain
itu, bakteri pembusuk ini juga memproduksi bermacam-macam racun seperti indol
dan skatol yang dapat menimbulkan penyakit bila jumlahnya berlebih di dalam tubuh.
Bakteri koliform dapat digunakan sebagai indikator karena densitasnya berbanding
lurus dengan tingkat pencemaran air dimana bakteri ini dapat mendeteksi patogen

Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan Lingkungan Hidup II-28


Kabup Kabupaten Tanah Laut
Laporan Pemantauan Kualitas Air Periode II
Kabupaten Tanah Laut
Tahun 2021

pada air seperti virus, protozoa, dan parasit dan selain itu, bakteri ini juga memiliki
daya tahan yang lebih tinggi daripada patogen serta lebih mudah diisolasi dan
ditumbuhkan.
2.6. PENENTUAN LOKASI TITIK PENGAMBILAN SAMPLE

Lokasi titik pengambilan sample adalah lokasi yang ditentukan untuk


pengambilan sample yang dianggap dapat mewakili kualitas air permukaan secara
representatif. Dalam penentuan lokasi titik pengambilan sample air permukaan mengacu
kepada SNI 6989.57 : 2008 tentang Metode Pengambilan Contoh Air Permukaan dengan
kriteria lokasi pemantauan kualitas air permukaan pada umumnya dapat dilakukan pada :

a. Sumber air alamiah, yaitu pada lokasi yang belum atau sedikit terjadi pencemaran
(titik 1)
b. Sumber air tercemar, yaitu pada lokasi yang telah menerima limbah (titik 4)
c. Sumber air yang dimanfaatkan, yaitu pada lokasi tempat penyadapan sumber air
tersebut (titik 2 dan titik 3)
d. Lokasi masuknya air ke waduk atau danau (titik 5)

Gambar 2.2. Kriteria Lokasi Pemantauan Kualitas Air Permukaan

Untuk lokasi titik pengambilan sample air sungai ditentukan berdasarkan debit air
sungai yang diatur dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Sungai dengan debit kurang dari 5 m3/detik, contoh diambil pada satu titik ditengah
sungai pada kedalaman 0,5 kali kedalaman dari permukaan atau diambil dengan alat

Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan Lingkungan Hidup II-29


Kabup Kabupaten Tanah Laut
Laporan Pemantauan Kualitas Air Periode II
Kabupaten Tanah Laut
Tahun 2021

integrated sampler sehingga diperoleh contoh air dari permukaan sampai ke dasar
secara merata
b. Sungai dengan debit antara 5 m3/detik - 150 m3/detik, contoh diambil pada dua titik
masing-masing pada jarak 1/3 dan 2/3 lebar sungai pada kedalaman 0,5 kali
kedalaman dari permukaan atau diambil dengan alat integrated sampler sehingga
diperoleh contoh air dari permukaan sampai ke dasar secara merata kemudian
dicampurkan
c. Sungai dengan debit lebih dari 150 m3/detik, contoh diambil minimum pada enam
titik masing-masing pada jarak 1/4, 1/2, dan 3/4 lebar sungai pada kedalaman 0,2 dan
0,8 kali kedalaman dari permukaan atau diambil dengan alat integrated sampler
sehingga diperoleh contoh air dari permukaan sampai ke dasar secara merata

Gambar 2.3. Lokasi Pengambilan Sample Air Sungai Berdasarkan Debit Air

Faktor lain yang menjadi pengaruh dalam penentuan lokasi titik pengambilan
sample air permukaan adalah keadaan geografi dan aktifitas di sekitar aliran air
permukaan. Secara umum, lokasi titik pengambilan sample air permukaan meliputi
sebagai berikut :

a. Daerah hulu sumber alamiah yaitu sumber lokasi aliran yang belum tercemar dengan
peran untuk mengidentifikasi kondisi awal atau base line system tata air
b. Daerah pemanfaatan air permukaan yaitu lokasi dimana air permukaan dimanfaatkan
untuk bahan baku air minum, rekreasi, industry, perikanan, pertanian, keperluan
domestik dan sebagainya dengan peran untuk mengetahui kualitas air permukaan
tersebut sebelum dipengaruhi oleh suatu aktifitas
Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan Lingkungan Hidup II-30
Kabup Kabupaten Tanah Laut
Laporan Pemantauan Kualitas Air Periode II
Kabupaten Tanah Laut
Tahun 2021

c. Daerah yang potensial terkontaminasi yaitu lokasi yang mengalami perubahan


kualitas air oleh aktivitas industry, pertanian, domestik, dan sebagainya dengan peran
untuk mengetahui hubungan antara pengaruh aktivitas tersebut dan penurunan
kualitas air permukaan
d. Daerah pertemuan dua sungai atau lokasi masuknya anak sungai dengan peran untuk
mengetahui keberadaan aktivitas yang mempunyai pengaruh terhadap penurunan
kualitas air permukaan
e. Daerah hilir atau muara yaitu daerah pasang urut yang merupakan pertemuan antara
air sungai dan air laut dengan peran untuk mengetahui kualitas air sungai pada bagian
hilir yang akan sebagai data evaluasi kualitas air permukaan dari hulu ke hilir

Gambar 2.4. Lokasi Pengambilan Sample Air Permukaan Berdasarkan Kondisi Geografis
dan Aktifitas Sekitar

2.7. PENGAMBILAN SAMPLE

Pengambilan sample adalah pengambilan sebagian bahan atau sebagian volume


dalam jumlah kecil yang dianggap mewakili material/senyawa sehingga dapat dengan
mudah dibawa untuk dilakukan pengujian di laboratorium. Pengambilan sampel
merupakan kegiatan pemantauan kualitas lingkungan yang sangat mempengaruhi hasil uji
kualitas karena apabila terjadi kesalahan pada metode pengambilan akan menyebabkan
kerusakan sample.

Dalam rangka menyeragamkan teknik pengambilan contoh air sebagaimana telah


ditetapkan dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 37 Tahun 2003

Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan Lingkungan Hidup II-31


Kabup Kabupaten Tanah Laut
Laporan Pemantauan Kualitas Air Periode II
Kabupaten Tanah Laut
Tahun 2021

tentang Metode analisis pengujian kualitas air permukaan dan pengambilan contoh air
permukaan, maka dibuatlah Standar Nasional indonesia (SNI) tentang Air dan air limbah
– Bagian 57: Metode pengambilan contoh air permukaan namun pemilihan metode
pengambilan sample yang digunakan harus disesuaikan dengan alat pengambil sample
dan jenis sample yang diambil karena setiap sample memiliki karakteristrik dan
penanganan yang berbeda – beda, hal ini dilakukan agar menimimalisasi terjadinya
perubahan kualitas sample sebelum dilakukan pengujian ke laboratorium.

Metoda pengambilan sample air permukaan Daerah Aliran Sungai (DAS), sungai
dan laut menggunakan acuan Standar Nasional Indonesia (SNI) 6989.57 : 2008 : metoda
pengambilan contoh air permukaan. Metode ini merupakan hasil kaji ulang dari SNI 06-
2421-1991 : metode pengambilan contoh uji kualitas air yang dipecah menjadi tiga
bagian SNI baru yaitu metode pengambilan contoh air permukaan, metode pengambilan
contoh air tanah dan metode pengambilan contoh air limbah. Dengan mengacu Standar
Nasional Indonesia (SNI) 6989.57 : 2008, pengambilan sample contoh air permukaan
pada kegiatan Pemantauan Kualitas Lingkungan meninjau beberapa hal yaitu :

1. Alat Pengambil Contoh Sample


Alat pengambil contoh sample adalah alat yang digunakan untuk mengambil contoh
sample air dalam kuantitas tertentu yang selanjutkan akan disimpan ke dalam botol
sample sesuai dengan peruntukannya. Alat pengambil contoh sample yang digunakan
harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. Terbuat dari bahan yang tidak mempengaruhi sifat contoh sample
b. Mudah dicuci dari bekas contoh sample sebelumnya
c. Contoh sample mudah dipindahkan ke dalam wadah penampung tanpa ada sisa
bahan tersuspensi di dalamnya
d. Mudah dan aman dibawa
e. Kapasitas alat harus sesuai dengan peruntukannya

Berdasarkan pada kedalaman contoh sample dan peruntukan parameter contoh


sample, alat pengambil contoh sample pada Kegiatan Pemantuan Kualitas
Lingkungan Tahun terdiri dari dua jenis alat yaitu :

Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan Lingkungan Hidup II-32


Kabup Kabupaten Tanah Laut
Laporan Pemantauan Kualitas Air Periode II
Kabupaten Tanah Laut
Tahun 2021

a. Point Sampler Tipe Horizontal


Alat pengambil contoh untuk kedalaman tertentu atau point sampler dengan tipe
horizontal digunakan untuk mengambil contoh air pada kedalaman yang telah
ditentukan pada aliran air permukaan yang relatif dalam.

Gambar 2.5. Point Sampler tipe horizontal


b. Pengambilan Langsung Dengan Botol Kecil

Pengambilan langsung dengan botol kecil adalah pengambilan contoh sample air
dengan cara pengambilan air pada permukaan aliran DAS dan sungai dengan
tujuan untuk mendapatkan sample yang nantinya akan dilakukan untuk pengujian
kadar Dissolve Oxygen (DO).

Gambar 2.6. Metode Pengambilan langsung dengan botol kecil

2. Prosuder Pengambilan Contoh Sample Air Permukaan


Prosuder pengambilan contoh sample air permukaan pada kegiatan Pemantauan
Kualitas Lingkungan Tahun memiliki beberapa tahapan sebagai berikut :
a. Pengukuran Data Lapangan
Pengukuran data lapangan adalah kegiatan pengukuran data – data tentang fisik
aliran air permukaan dan pengujian secara langsung (insitu) parameter – parameter
kualitas air permukaan di lapangan. Pengukuran data – data fisik aliran air
permukaan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
 Pengukuran lebar aliran sungai
 Pengukuran kedalaman aliran sungai

Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan Lingkungan Hidup II-33


Kabup Kabupaten Tanah Laut
Laporan Pemantauan Kualitas Air Periode II
Kabupaten Tanah Laut
Tahun 2021

 Pengukuran debit aliran sungai

Sedangkan untuk pengukuran atau pengamatan insitu parameter – parameter


kualitas air permukaan yang dilakukan adalah sebagai berikut :

 Pengukuran pH air permukaan


 Pengukuran suhu air permukaan
 Pengukuruan suhu udara
 Pengukuran Tingkat Kebauan
 Pengukuran Tingkat Kecerahan Air Laut
 Pengamatan Keberadaan Lapisan Minyak
 Pengamatan Keberadaan Sampah Terlarut
b. Pengambilan Contoh Sample
Tata cara pengambilan contoh sample air permukaan memiliki prosuder sebagai
berikut :
 Siapkan alat pengambil contoh yang sesuai dengan keadaan sumber airnya
 Bilas alat pengambil contoh dengan air yang akan diambil, sebanyak 3 (tiga)
kali
 Ambil contoh sample pada titik tepi kiri, tengah dan tepi kanan aliran sesuai
dengan peruntukan analisis dan campurkan dalam penampung sementara
kemudian homogenkan
 Masukkan ke dalam wadah yang sesuai peruntukan analisis

Namun untuk pengambilan contoh sample air permukaan untuk pengujian kadar
Dissolve Oxygen (DO), prosuder pengambilan contoh sample sebagai berikut :

 Siapkan botol KOB yang bersih dengan volume yang diketahui serta dilengkapi
dengan tutup asah
 Celupkan botol dengan hati-hati ke dalam air dengan posisi mulut botol searah
dengan aliran air, sehingga air masuk ke dalam botol dengan tenang atau dapat
pula dengan menggunakan sifon
 Isi botol sampai penuh dan hindarkan terjadinya turbulensi dan gelembung
udara selama pengisian, kemudian botol ditutup

Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan Lingkungan Hidup II-34


Kabup Kabupaten Tanah Laut
Laporan Pemantauan Kualitas Air Periode II
Kabupaten Tanah Laut
Tahun 2021

c. Penyaringan Contoh Sample


Penyaringan contoh sample dilakukan apabila analisis tidak dapat segera
dilakukan, maka perlu dilakukan penyaringan di lapangan untuk pemeriksaan
parameter yang terlarut. Tata cara penyaringan contoh sample dapat dilakukan
sebagai berikut:
 Siapkan contoh sample yang akan disaring diambil sesuai keperluannya
 Masukkan contoh sample tersebut ke dalam alat penyaring yang telah
dilengkapi saringan yang mempunyai ukuran pori 0,45 μm dan saring sampai
selesai
 Air saringan ditampung dalam wadah yang telah disiapkan sesuai keperluannya.
d. Pengawetan Contoh Sample
Pengawetan contoh sample adalah pemberian larutan pengawet pada contoh
sample dengan tujuan untuk menjaga kualitas contoh sample agar tidak mengalami
perubahan, hal ini dilakukan apabila pengujian tidak dapat langsung dilakukan
setelah pengambilan contoh sample dan untuk jenis larutan pengawetnya
disesuaikan dengan peruntukan analisa setiap sample.
2.8. ANALISA SAMPLE
Dari hasil pengujian sample air maka dilakukan beberapa analisa kualitas air
permukaan dengan beberapa metode pendekatan hal ini bertujuan untuk mengetahui
kualitas air tersebut dan sebagai bahan evaluasi untuk menentukan arah dan kebajikan
untuk pengendalian pencemaran air. Berikut merupakan beberapa metode analisa yang
dilakukan sebagai berikut :
2.8.1. PENETAPAN STATUS MUTU AIR
Penetapan status mutu air adalah penentuan untuk mengetahui tingkat kondisi
mutu yang menunjukkan kondisi cemar atau baik pada suatu sumber dalam waktu tertentu
dengan membandingkan dengan baku mutu air yang ditetapkan. Meninjau dari tujuannya,
metode penentuan status mutu terdiri dari dua metode pendekatan yaitu penentuan status
mutu berdasarkan indeks pencemar dan penentuan status mutu berdasarkan indeks
kualitas air (IKA).
A. PENETAPAN STATUS MUTU AIR BERDASARKAN INDEKS PENCEMAR
Untuk mendapatkan status mutu air menggunakan metoda indeks pencemaran
(Pollution Index- PI). Indeks Pencemaran (IP) ditentukan untuk suatu peruntukan,

Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan Lingkungan Hidup II-35


Kabup Kabupaten Tanah Laut
Laporan Pemantauan Kualitas Air Periode II
Kabupaten Tanah Laut
Tahun 2021

kemudian dapat dikembangkan untuk beberapa peruntukan bagi seluruh bagian badan
air atau sebagian dari suatu sungai.
Pengelolaan kualitas air atas dasar Indeks Pencemaran (IP) ini dapat memberi
masukan pada pengambil keputusan agar dapat menilai kualitas badan air untuk suatu
peruntukan serta melakukan tindakan untuk memperbaiki kualitas jika terjadi
penurunan kualitas akibat kehadiran senyawa pencemar dan (IP) mencakup berbagai
kelompok parameter kualitas yang independent dan bermakna sehingga metoda ini
dapat langsung menghubungkan tingkat ketercemaran dengan dapat atau tidaknya
sungai dipakai untuk penggunaan tertentu dan dengan nilai parameter-parameter
tertentu. Menurut definisinya PIj adalah indeks pencemaran bagi peruntukan j yang
merupakan fungsi dari Ci/Lij, dimana Ci menyatakan konsentrasi parameter kualitas
air i dan Lij menyatakan konsentrasi parameter kualitas air i yang dicantumkan dalam
baku peruntukan air j, dalam hal ini peruntukkan yang akan digunakan adalah
klasifikasi mutu air kelas I berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021
tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Penetapan status mutu dan kelas kategori kualitas air permukaan dengan
metoda Indeks Pencemar (IP) memiliki beberapa tahapan sebagai berikut :

1. Menghitung Indeks Pencemar (IP) setiap badan air permukaan yang menjadi objek
pemantauan untuk semua parameter dengan formula penghitungan indeks
pencemaran sebagai berikut :

2. Melakukan evaluasi terhadap nilai Indeks Pencemar untuk menentukan status mutu
setiap badan air permukaan yang menjadi objek pemantauan seperti yang tertera
pada table di bawah ini :

Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan Lingkungan Hidup II-36


Kabup Kabupaten Tanah Laut
Laporan Pemantauan Kualitas Air Periode II
Kabupaten Tanah Laut
Tahun 2021

Tabel 2.7. Penentuan Status Mutu Berdasarkan Indeks Pencemar

No Indeks Pencemar (IP) Status Mutu


1 0 ≤ IP ≤ 1,0 Memenuhi baku mutu
2 1,0 < IP ≤ 5,0 Cemar ringan

3 5,0 < IP ≤ 10,0 Cemar sedang


4 IP > 10,0 Cemar berat

B. PENETAPAN STATUS MUTU AIR BERDASARKAN INDEKS KUALITAS


AIR (IKA)
Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun
2003 tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air, dalam penentuan status mutu air
permukaan harus diketahui terlebih dahulu nilai Indeks Kualitas Air (IKA). Indeks
Kualitas Air (IKA) merupakan kondisi kualitatif air yang diukur atau di uji
berdasarkan parameter-parameter tertentu dan metode tertentu berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku dengan hasil perhitungan yang akan
menggambarkan tentang kualitas dan tingkat pencemaran dari suatu aliran air
permukaan sehingga akan menjadi acuan dalam penetapan status mutu air permukaan.
Penetapan status mutu dan kelas kategori kualitas air permukaan dengan metoda
Indeks Pencemar (IP) memiliki beberapa tahapan sebagai berikut :
1. Menghitung Indeks Pencemar (IP) setiap badan air permukaan yang menjadi objek
pemantauan untuk parameter pH, TSS, BOD, COD, DO, total posfat, Nitrat dan
Fecal Coliform dengan formula penghitungan indeks pencemaran sebagai berikut :

2. Melakukan evaluasi terhadap nilai Indeks Pencemar untuk menentukan status mutu
setiap badan air permukaan yang menjadi objek pemantauan seperti yang tertera
pada table di bawah ini :

Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan Lingkungan Hidup II-37


Kabup Kabupaten Tanah Laut
Laporan Pemantauan Kualitas Air Periode II
Kabupaten Tanah Laut
Tahun 2021

Tabel 2.8. Penentuan Status Mutu Berdasarkan IKA

Indeks Pencemar (IP) Status Mutu


No
0 ≤ IP ≤ 1,0 Memenuhi baku mutu
1
1,0 < IP ≤ 5,0 Cemar ringan
2
5,0 < IP ≤ 10,0 Cemar sedang
3
IP > 10,0 Cemar berat
4

2.8.2. PERHITUNGAN INDEKS KUALITAS AIR (IKA)


Untuk mendapatkan nilai Indeks Kualitas Air (IKA) menggunakan metoda indeks
pencemaran (Pollution Index- PI). Indeks Pencemaran (IP) ditentukan untuk suatu
peruntukan, kemudian dapat dikembangkan untuk beberapa peruntukan bagi seluruh
bagian badan air atau sebagian dari suatu sungai. Pengelolaan kualitas air atas dasar
Indeks Pencemaran (IP) ini dapat memberi masukan pada pengambil keputusan agar
dapat menilai kualitas badan air untuk suatu peruntukan serta melakukan tindakan untuk
memperbaiki kualitas jika terjadi penurunan kualitas akibat kehadiran senyawa pencemar
dan (IP) mencakup berbagai kelompok parameter kualitas yang independent dan
bermakna sehingga metoda ini dapat langsung menghubungkan tingkat ketercemaran
dengan dapat atau tidaknya sungai dipakai untuk penggunaan tertentu dan dengan nilai
parameter-parameter tertentu.
Menurut definisinya PIj adalah indeks pencemaran bagi peruntukan j yang
merupakan fungsi dari Ci/Lij, dimana Ci menyatakan konsentrasi parameter kualitas air i
dan Lij menyatakan konsentrasi parameter kualitas air i yang dicantumkan dalam baku
peruntukan air j, dalam hal ini peruntukkan yang akan digunakan adalah klasifikasi mutu
air kelas I dan II berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Penentuan status
mutu dan kelas kategori kualitas air permukaan dengan metoda Indeks Pencemar (IP)
memiliki beberapa tahapan sebagai berikut :
1. Menghitung Indeks Pencemar (IP) setiap badan air permukaan yang menjadi objek
pemantauan untuk parameter pH, TSS, BOD, COD, DO, total posfat, Nitrat dan Fecal
Coliform dengan formula penghitungan indeks pencemaran sebagai berikut :

Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan Lingkungan Hidup II-38


Kabup Kabupaten Tanah Laut
Laporan Pemantauan Kualitas Air Periode II
Kabupaten Tanah Laut
Tahun 2021

2. Melakukan evaluasi terhadap nilai Indeks Pencemar untuk menentukan status mutu
setiap badan air permukaan yang menjadi objek pemantauan
3. Menjumlahkan dan membuat persentase air permukaan yang berdarsakan status mutu
air permukaan terhadap seluruh jumlah air permukaan yang menjadi objek
pemantauan
4. Mengkalikan nilai persentase air permukaan berdasarkan status mutu terhadap bobot
nilai dari setiap status mutu air permukaan seperti yang tertera pada table di bawah
ini :

Tabel 2.9. Bobot Nilai Status Mutu Berdasarkan IKA


1.
Status Mutu Bobot Nilai
No
2.
Memenuhi baku mutu 70
1 3.

Cemar ringan 50
2

Cemar sedang 30
3

Cemar berat 10
4

4. Menjumlahkan hasil dari perkalian nilai persentase dari setiap status mutu dengan
bobot nilai dan nilai menjadi Indeks Kualitas Air (IKA)
5. Melakukan penentuan kelas kategori berdasarkan nilai Indeks Kualitas Air (IKA)
berdasarkan kelas kategori Indeks Kualitas Air (IKA)

Tabel 2.10. Kategori Indeks Kualitas Air (IKA)

Status Mutu Bobot Nilai


No
Baik
1 x > 70
Cemar Ringan
2 50 < x < 70
Cemar Sedang
3 30 < x < 50
Cemar Berat
4 10 < x < 30

Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan Lingkungan Hidup II-39


Kabup Kabupaten Tanah Laut
Laporan Pemantauan Kualitas Air Periode II
Kabupaten Tanah Laut
Tahun 2021

2.8.3. ANALISA SISTEM KUALIFIKASI IKA – INA (SISKANA)


Berdasarkan Petunjuk Teknis Perhitungan Indeks Kualitas Air (IKA) Modifikasi
Indonesia yang diterbitkan oleh Badan Penelitian, Pengembangan dan Inovasi
Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, salah satu perhitungan IKA – INA
menggunakan metode Sistem Kalkulasi IKA – INA (SISKANA) dimana metode ini
memberikan kemudahan untuk mendapatkan nilai IKA beserta klasifikasi kriterianya
pada setiap titik pantau. Perhitungan menggunakan metode SISKANA dilakukan dengan
melakukan pemobobotan parameter kualitas air pemukaan hasil pemantauan yang terdiri
dari parameter TSS, TDS, DO, pH, BOD, COD, NH3, Total Posfat dan Fecal Coliform.
Dalam penentuan klasifikasi kriteria metode SISKANA berdasarkan table klasifikasi
kriteria IKA – INA sebagai berikut :

Tabel 2.11. Klasifikasi Kriteria SISKANA

No. Kriteria Skor SISKANA


1. Sangat Baik 100 > IKA > 90
2. Baik 90 > IKA > 80
3. Cukup Baik 80 > IKA > 70
4. Sedang 70 > IKA > 50
5. Marginal 50 > IKA > 35
6. Buruk 35 > IKA > 0

2.8.4. ANALISA DAYA TAMPUNG BEBAN PENCEMAR


Analisa daya tampung beban pencemar bertujuan untuk mengetahui kemampuan
pada suatu sumber air untuk menerima masukan beban pencemaran tanpa mengakibatkan
air tersebut menjadi cemar. Dalam periode ini metode analisa daya tampung beban
pencemar menggunakan dua metode yaitu metode neraca massa dan metode beban
pencemar maksimum.
A. METODE NERACA MASSA
Metode neraca massa adalah metode penetapan daya tampung beban
pencemaran air dengan menggunakan perhitungan neraca massa komponen –
komponen sumber pencemaran Berikut perhitungan daya tampung beban pencemar
air dengan metode neraca massa :

Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan Lingkungan Hidup II-40


Kabup Kabupaten Tanah Laut
Laporan Pemantauan Kualitas Air Periode II
Kabupaten Tanah Laut
Tahun 2021

Daya tampung beban pencemar adalah menjadi batas toleransi kemampuan


aliran sungai untuk menerima konsentrat per liternya (mg/L) agar tidak tercemar
sesuai dengan baku mutunya, sehingga dengan mengacu baku mutu kategori sungai
kelas I berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup - Lampiran VI
Baku Mutur Air Nasional untuk Sungai Kelas I.
B. METODE BEBAN PENCEMAR MAKSIMUM
Metode beban pencemaran maksimum adalah metode penetapan daya
tampung beban pencemaran air dengan menggunakan perhitungan besarnya beban
pencemaran maksimum yang merupakan beban tertinggi yang masih di perbolehkan
di buang kelingkungan. Metode ini merupakan adaptasi perhitungan berdasarkan
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Kep-51/MENLH/10/1995 tentang Baku Mutu
Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri. Berikut perhitungan daya tampung beban
pencemar air dengan metode beban pencemar maksimum :

BPAi = (CA)j x Dp x f

BPAi = Beban pencemaran per hari yang sebenarnya, dinyatakan dalam


M
kg parameter per hari.
e
(CA)j = kadar sebenarnya unsur pencemar j, dinyatakan dalam mg/l.
Dp
t = hasil pengukuran debit, dinyatakan dalam M3/hari.
Fo = faktor konversi = 1/1.000

Metode ini bertujuan untuk mengetahui daya tampung sumber air dalam
satuan waktu tanpa menyebabkan pencemaran dimana daya tampung beban pencemar
adalah menjadi batas toleransi kemampuan aliran sungai untuk menerima konsentrat
dalam satuan waktu (kg/hari) sehingga beban pencemaran maksimun dihitung
berdasarkan baku mutu kategori sungai kelas I berdasarkan Peraturan Pemerintah

Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan Lingkungan Hidup II-41


Kabup Kabupaten Tanah Laut
Laporan Pemantauan Kualitas Air Periode II
Kabupaten Tanah Laut
Tahun 2021

Nomor 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan


Lingkungan Hidup - Lampiran VI Baku Mutur Air Nasional untuk Sungai Kelas I.
2.9. KERANGKA BERPIKIR
Kerangka berpikir adalah suatu diagram yang menjelaskan secara garis besar alur
logika berjalannya sebuah penelitian. Kerangka pemikiran dibuat berdasarkan pertanyaan
penelitian (research question), dan merepresentasikan suatu himpunan dari beberapa
konsep serta hubungan diantara konsep-konsep tersebut. Pada kegiatan ini kerangka
berpikir dibuat dengan tujuan untuk mendapatkan kualitas air yang dilakukan pemantauan
dari beberapa evaluasi yang dilakukan melalui beberapa metode pendekatan sehingga
dapat menghasilkan beberapa rekomendasi yang relevan untuk dapat menjaga dan
meningkatan kualitas air menjadi lebih baik.

Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan Lingkungan Hidup II-42


Kabup Kabupaten Tanah Laut
Laporan Pemantauan Kualitas Air Periode II
Kabupaten Tanah Laut
Tahun 2021

Gambar 2.7. Kerangka Berpikir Kegiatan Pemantauan Kualitas Air Periode II

Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan Lingkungan Hidup II-43


Kabup Kabupaten Tanah Laut

Anda mungkin juga menyukai