BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2. TOPOGRAFI
Ditinjau dari segi topografinya, Wilayah Kabupaten Tanah Laut didominasi oleh
dataran rendah yang landai, yang membentang dari Barat ke Timur, mulai dari arah
Selatan (Pantai Laut Jawa) ke arah Utara (pedalaman), dan bergelombang hingga
bergunung di daerah pedalaman yang berbatas dengan Kabupaten Banjar. Secara umum
dapat dikatakan bahwa topografi wilayah Kabupaten Tanah Laut dapat di bagi atas
2 (dua) bagian besar, yaitu:
1. Bagian Selatan merupakan dataran rendah yang landai hingga berombak. Bentangan
daerah ini memanjang dari Timur ke Barat dengan lebih melebar di bagian Barat yang
terdiri dari rawa-rawa dan daerah aliran sungai , muara sungai dan pantai Laut Jawa.
2. Bagian Utara merupakan daerah yang bergelombang, berbukit dan bergunung sampai
ke perbatasan dengan Kabupaten Banjar. Pada wilayah ini terdapat beberapa puncak,
yaitu:
a. Puncak gunung Kemuning (750 m dpl)
b. Puncak Gunung Batu Karo (621 m dpl)
c. Puncak Gunung Batu Balerang (921 m dpl)
d. Puncak Gunung Kematian (951 m dpl)
e. Puncak Gunung Batu Mandi (901 m dpl)
f. Puncak Gunung Sekupang (1.051 m dpl)
g. Puncak Gunung Haur Bonak (744 m dpl)
h. Puncak Gunung Aur Bunek (1.150 m dpl)
i. Puncak Gunung Condong (553 m dpl)
Ditinjau dari sudut ketinggian tempat (elevasi), wilayah Kabupaten Tanah Laut
dibagi 6 (enam) kelas elevasi , yaitu kelas 0 - 7 meter, 7 - 25 meter, 25 - 100 meter, 100 -
500 meter, 500 – 1000 meter dan diatas 1000 meter. Kelas ketinggian (elevasi) lahan
yang paling luas di Kabupaten Tanah Laut adalah kelas elevasi 0 - 7 meter dpl, yaitu
mencapai 58.240 Ha (15.6 % dari luas daratan). Sedangkan kelas ketinggian yang paling
kecil luasnya adalah kelas elevasi di atas 1.000 meter dpl, yaitu 13.661 Ha (3,7% dari luas
daratan). Kelas elevasi ketinggian 0-7 meter dpl terdapat di seluruh kecamatan, kecuali
Kecamatan Batu Ampar dan Kecamatan Tambang Ulang sedangkan kelas elevasi
ketinggian di atas 500 meter terdapat di Kecamatan Kintap, Jorong, Pelaihari dan Bati-
Bati.
Kelembaban Udara rata-rata tiap bulan di wilayah Kabupaten Tanah Laut pada
tahun 2017 – 2019 berkisar antara 83 – 88.2 % dengan nilai kelembaban tertinggi pada
bulan maret tahun 2017 dengan nilai 88.2 % dan terendah terjadi pada bulan januari tahun
2018 dengan nilai 83 %.
2.1.6. TEMPERATUR
Temperatur udara di suatu tempat antara lain ditentukan oleh tinggi rendahnya
tempat tersebut terhadap permukaan laut dan jaraknya dari pantai. Berdasarkan data
Badan Pusat Statistik Kabupaten Tanah Laut didapatkan data suhu udara rerata di
kabupaten Tanah Laut dari Tahun 2017 – 2018 sebagai berikut :
Tabel 2.3. Suhu Udara Rerata Kabupaten Tanah Laut Tahun 2017 – 2018
SUHU UDARA
NO BULAN RERATA (0C)
2017 2018
1 Januari 26.8 28.6
2 Februari 27.4 28.7
3 Maret 28.4 28.3
4 April 27 28.3
5 Mei 27.9 28.4
6 Juni 27.9 28.2
7 Juli 27.1 28.6
8 Agustus 27.1 28.7
9 September 27.1 28.8
10 Oktober 27.3 28.8
11 November 27.9 28.5
12 Desember 27.2 28.5
Sumber: BPS Tanah Laut, 2020
Suhu Udara rata-rata tiap bulan di wilayah Kabupaten Tanah Laut pada tahun
2017 – 2019 berkisar antara 26.8 – 28.8 0C dengan suhu tertinggi pada bulan september
dan oktober tahun 2018 dengan nilai 28.8 0C dan terendah terjadi pada bulan januari
tahun 2017 dengan nilai 26.8 0C.
2.1.7. KECEPATAN ANGIN
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kabupaten Tanah Laut didapatkan data
suhu udara rerata di kabupaten Tanah Laut dari tahun 2017 sebagai berikut :
KECEPATAN
NO BULAN
ANGIN (KNOT)
1 Januari 26.8
2 Februari 27.4
3 Maret 28.4
4 April 27
5 Mei 27.9
6 Juni 27.9
7 Juli 27.1
8 Agustus 27.1
9 September 27.1
10 Oktober 27.3
11 November 27.9
12 Desember 27.2
Sumber: BPS Tanah Laut, 2020
Suhu Udara rata-rata tiap bulan di wilayah Kabupaten Tanah Laut pada tahun
2017 – 2019 berkisar antara 26.8 – 28.80 C dengan suhu tertinggi pada bulan september
dan oktober tahun 2018 dengan nilai 28.80 C dan terendah terjadi pada bulan januari tahun
2017 dengan nilai 26.80 C.
2.1.8. CURAH HUJAN
Curah hujan di suatu tempat dipengaruhi oleh keadaan iklim, keadaan topografi,
dan perputaran/pertemuan arus udara Curah hujan sebagai fakor fisik bersifat dinamis
karena di pengaruhi oleh waktu dimana curah hujan sebagai faktor yang mempengaruhi
faktor fisik yang lain, seperti menyebabkan terjadinya erosi, adanya genangan air pada
daerah-daerah tertentu. Dengan pengaruh kedua faktor fisik tersebut sekaligus akan
mempengaruhi tindakan budidaya baik terhadap teknik pengolahan tanah maupun
pemilihan jenis komoditi yang akan dibudidayakan dalam bidang pertanian.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kabupaten Tanah Laut didapatkan data
curah hujan dan hari hujan di kabupaten Tanah Laut dari tahun 2019 sebagai berikut :
Tabel 2.5. Curah Hujan dan Hari Hujan Kabupaten Tanah Laut Tahun 2019
NO BULAN CURAH HUJAN (mm) HARI HUJAN
1 Januari 398 19
2 Februari 235 14
3 Maret 296 14
4 April 191 16
5 Mei 101 9
6 Juni 286 13
7 Juli 58 3
8 Agustus - -
9 September 11 1
10 Oktober 23 4
11 November 110 7
12 Desember 287 15
Sumber: Dokumen Kabupaten Tanah Laut Dalam Angka Tahun 2020
Curah hujan tiap bulan di wilayah Kabupaten Tanah Laut pada tahun 2019
berkisar antara 0 – 398 mm dengan hari hujan berkisar antara 0 – 19 hari perbulannya.
Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan januari dengan nilai 398 mm dan terendah terjadi
pada bulan agustus dimana tidak terjadi hari hujan.
2.1.9. GEOLOGI
A. JENIS BATUAN
Ditinjau dari struktur geologi wilayah Kabupaten terdiri dari batuan endapan
permukaan (Ressen, Halogen, Pilosen) serta batuan kapur yang terbentuk pada masa
Kenojoikum terdiri beberapa macam Kwanfen, Mesijoikum, Batuan Beku dan lain-
lain. Wilayah yang mempunyai jenis batuan kwarter sekitar 196.590 Ha dari seluruh
luas wilayah Kabupaten Tanah Laut.
B. LAPISAN TANAH
Berdasarkan jenis tanah terdiri dari Organosal Glaihamus, Alluvial, Latosol
kompleks fodsolik merah, kuning dan laterit. Mayoritas jenis tanah di Kabupaten
Tanah Laut adalah Latosol yaitu pada luasan 140.348 Ha, sedangkan Padsolik juga
meneybar pada hampir 138.311 Ha, Organosal pada luasan 33.536 Ha dan Alluvial
pada 60.753 Ha.
2.1.10. HIDROLOGI
Keadaan hidrologi atau sumber daya air di wilayah Kabupaten Tanah Laut dapat
dikelompokkan atas 2 (dua) bagian yaitu sungai dan danau. Adapun sungai – sungai besar
di wilayah Kabupaten Tanah Laut antara lain Sungai Tabanio di Kecamatan Pelaihari,
Sungai Maluka di Kecamatan Bati-Bati, Sungai Swarangan di Kecamatan Jorong dan
Sungai Kintap di Kecamatan Kintap dimana sebagian aliran mengarah pada arah Barat
dan semuanya bermuara pada pesisir laut. Saat ini sungai-sungai tersebut digunakan
sebagai alat transportasi, perikanan, pertanian, dan air minum bagi masyarakat.
2.1.11. ASPEK SOSIAL – EKONOMI –BUDAYA
A. DEMOGRAFI DAN KEPENDUDUKAN
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Selatan
didapatkan pertambahan penduduk dari Tahun 2019 adalah sebagai berikut
Tabel 2.6. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur
Air merupakan sumber daya alam yang sangat melimpah di muka bumi, dan
dengan adanya siklus hidrologi menjadikan air sumberdaya alam yang dapat
diperbaharui. Namun meskipun air merupakan sumberdaya alam yang dapat diperbaharui,
air di alam sangat jarang ditemukan dalam keadaan murni. Air hujan yang pada awalnya
dalam keadaan murni tapi setelah mengalami reaksi dengan gas-gas di udara dalam
perjalanannya turun ke bumi dan selanjutnya selama mengalir di atas permukaan bumi
dan dalam tanah, menjadikan air tersebut terkontaminasi. Kualitas air merupakan
karakteristik mutu yang dibutuhkan dalam pemanfaatan air sesuai dengan yang
diperuntukannya. Secara keseluruhan air di muka bumi, sekitar 98% terdapat di Samudera
dan laut dan hanya 2% yang merupakan air tawar yang terdapat di sungai, danau dan
bawah tanah. Diantara air tawar yang ada tersebut, 87% diantaranya berbentuk es, 12%
terdapat di dalam tanah, dan sisanya sebesar 1% terdapat di danau dan sungai. Selain
Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan Lingkungan Hidup II-9
Kabup Kabupaten Tanah Laut
Laporan Pemantauan Kualitas Air Periode II
Kabupaten Tanah Laut
Tahun 2021
1. Pada kisaran suhu yang sesuai bagi kehidupan, yakni 0 0C (32 0 F) – 100 0C, air
berwujud cair. Suhu 0 0C merupakan titik beku (freezing point) dan suhu 100oC
merupakan titik didih (boiling point) air.
2. Perubahan suhu air berlangsung lambat sehingga air memiliki sifat sebagai
penyimpanan panas yang sangat baik. Perubahan suhu air yang lambat mencegah
terjadinya strees pada makhluk hidup karena adanya perubahan suhu yang medadak
dan memelihara suhu bumi agar sesuai bagi makhluk hidup. Sifat ini juga
menyebabkan air sangat baik digunakan sebagai pendingin mesin.
3. Air memerlukan panas yang tinggi dalam proses penguapan dimana penguapan
(evaporasi) adalah proses perubahan air menjadi uap air. Proses ini memerlukan
energi panas dalam jumlah besar. Sebaliknya, proses perubahan uap air menjadi
cairan (kondensasi) melepaskan energi panas yang besar. Pelepasan energi ini
merupakan salah satu penyebab mengapa kita merasa sejuk pada saat berkeringat.
Sifat ini juga merupakan salah satu faktor utama yang menyebabkan terjadinya
penyebaran panas secara baik di bumi.
4. Air merupakan pelarut yang baik dimana air mampu melarutkan berbagai jenis
senyawa kimia. Air hujan mengandung senyawa kimia dalam jumlah yang sangat
sedikit, sedangkan air laut dapat mengandung senyawa kimia hingga 35.000 mg/liter,
(Tebbut, 1992). Sifat ini memungkinkan unsur hara terlarut diangkut ke seluruh
jaringan tubuh makhluk hidup dan memungnkan bahanbahan toksik yang masuk ke
dalam jaringan tubuh makhluk hidup dilarutkan untuk dikeluarkan kembali. Sifat ini
juga memungkinkan air digunakan sebagai pencuci yang baik dan pengencer bahan
pencemar (polutan) yang masuk ke dalam air.
5. Air memiliki tegangan permukaan yang tinggi. Suatu cairan dikatakan memiliki
tegangan permukaan yang tinggi jika tekanan antar molekul cairan tersebut tinggi.
Tegangan permukaan yang tinggi menyebabkan air memiliki sifat membasahi suatu
bahan secara baik (higher wetting ability).
6. Air merupakan satu-satunya senyawa yang merenggang ketika membeku. Pada saat
membeku, air merenggang sehingga es memiliki densitas (massa/volume) yang lebih
rendah daripada air.
Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan Lingkungan Hidup II-10
Kabup Kabupaten Tanah Laut
Laporan Pemantauan Kualitas Air Periode II
Kabupaten Tanah Laut
Tahun 2021
Badan air dicirikan oleh tiga komponen utama, yaitu komponen hidrologi,
komponen fisika-kimia, dan komponen biologi.Penilaian kualitas suatu badan air harus
mencakup ketiga komponen tersebut (Effendi, 2003). Siklus hidrologis ini dapat pula
dilihat adanya berbagai sumber air yang dapat pula diperkirakan kualitas dan kuantitasnya
secara sepintas. Berdasarkan karakteristiknya, badan air terbagi dua yaitu :
Air permukaan adalah air yang berada di sungai, danau, waduk, rawa dan
badan air lain, yang tidak mengalami infiltrasi ke bawah tanah. Areal tanah yang
mengalirkan air ke suatu badan air disebut watersheds atau drainage basins. Air yang
mengalir dari daratan menuju suatu badan air disebut limpasan permukaan (surface
run off), dan air yang mengalir di sungai menuju laut disebut aliran air sungai (river
run off). Sekitar 69 % air yang masuk ke sungai berasal dari hujan, pencairan es/salju
dan sisanya berasal dari air tanah.Wilayah disekitar daerah aliran sungai yang menjadi
tangkapan air disebut catchment basin (Effendi, 2003).
Air hujan yang jatuh ke bumi dan menjadi air permukaan memilikikadar
bahan-bahan terlarut atau unsur hara yang sangat sedikit, bersifat asam, dengan pH 4.
Hal ini disebabkan air hujan melarutkan gas-gas yang terdapat di atmosfer,misalnya
gas karbondioksida (CO2), Sulfur (S) dan Nitrogen Oksida (NO2) yang dapat
membentuk asam lemah.Setelah jatuh ke permukaan bumi, air hujan mengalami
kontak dengan tanah dan melarutkan bahan-bahan yang terkandung di dalam tanah.
Perairan permukaan diklasifikasikan menjadi dua kelompok utama, yaitu badan air
tergenang (standing water atau lentik) meliputi: danau, kolam, waduk (reservoir),
rawa (wetland)dan badan air mengalir (flowing water atau lotik), salah satu contoh
perairan mengalir adalah sungai, sungai dicirikan oleh arus yang searah dan relatif
kencang dengan kecepatan berkisar antara 0,1- 1,0 m/detik serta sangat dipengaruhi
oleh waktu, iklim dan pola drainase. Berdasarkan sifat dan jenis alirannya, air
permukaan terbagi dua jenis yaitu perairan darat yang merupakan air permukaan
dengan sifat tawar yaitu Daerah Aliran Sungai (DAS), sungai dan danau yang berada
di atas daratan dan perairan laut yang merupakan air permukaan dengan sifat asin
yang berada di area lautan.
Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu kawasan yang dibatasi oleh titik-
titik tinggi di mana air yang berasal dari air hujan yang jatuh, terkumpul dalam
kawasan tersebut dan mempunyai fungsi untuk menerima, menyimpan, mengalirkan
air hujan dan mengalirkan aliran air yang bersumber dari aliran air sungai. Aliran air
pada DAS merupakan aliran air yang mengalami siklus hidrologi secara alamiah yaitu
penguapan air dari permukaan laut ke atmosfer kemudian turun ke permukaan tanah
melalui hujan dan mengalir kembali lagi ke laut dimana pada proses pengaliran air ke
laut, air tersebut akan dialirkan melalui Daerah Aliran Sungai (DAS) dan akan
dimanfaatkan untuk keperluan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya. Sungai
adalah aliran air yang memanjang yang mengalir secara terus-menerus dari hulu ke
hilir yang bermuara pada Daerah Aliran Sungai (DAS).
Sungai merupakan salah satu sumber aliran air yang menuju ke Daerah
Aliran Sungai (DAS) sehingga kualitas air pada Dareah Aliran Sungai sangat
dipengaruhi kualitas air sungai yang mengalirakan aliran DAS tersebut. Sungai adalah
aliran air yang besar dan meamnjang yang mengalir secara terus-menerus dari hulu
(sumber) menuju hilir (muara) (Syarifuddin, 2000). Sungai juga merupakan torehan di
permukaan bumi yang berfungsi sebagai penyalur dan penampung alamiah aliran air
dan material yang dibawanya atau terlarut didalamnya dari bagian hulu ke bagian hilir
suatu daerah atau pengaliran air dari tempat yang tinggi ke tempat yang lebih rendah
dan akhirnya bermuara kelaut (Soewarno, 2000). Sungai dapat juga di definisikan
sebagai sistem pengaliran air mulai dari mata air sampai muara dengan dibatasi pada
kanan dan kirinya serta sepanjang pengalirannya oleh garis sempadan sungai (Permen
PU No. 39 Tahun 1989). Jenis sungai berdasarkan debit airnya dapat kita
klasifikasikan menjadi :
1. Sungai permanen adalah sungai yang debit airnya sepanjang tahun relatif tetap
dan stabil
2. Sungai periodik adalah sungai yang pada musim penghujan debit airnya besar,
sedangkan pada musim kemarau debit airnya relatif kecil
3. Sungai episodik adalah sungai yang pada musim kemarau kering dan pada musim
penghujan debit airnya besar
4. Sungai ephermal adalah sungai yang hanya ada airnya pada musim hujan dan
debit airnya belum tentu banyak (Mulyanto, 2007).
Kualitas air sungai adalah gambaran sifat air sungai dan kandungan zat,
energi, makhluk hidup atau komponen lain di dalam air. Kualitas air dinyatakan
dengan beberapa parameter seperti parameter fisika, kimia dan biologi, yaitu
parameter fisika antara lain suhu, kekeruhan, padatan terlarut dan tersuspensi, dan
sebagainya. Untuk kualitas air parameter kimia antara lain pH, oksigen terlarut, kadar
logam berat, dan sebagainya. Sedangkan kualitas air parameter biologi antara lain
keberadaan bentos, plankton, bakteri, dan sebagainya (Effendi, 2003). Baku mutu air
ditetapkan dengan tujuan untuk melestarikan fungsi air dengan cara pengelolaan
kualitas air dan pengendalian pencemaran air. Baku mutu air limbah adalah takaran
atau ukuran batas atau kadar unsur pencemar dan atau jumlah unsur pencemar yang
ditenggang keberadaannya dalam air limbah yang akan dibuang atau dilepas ke dalam
sumber air dari suatu usaha dan atau kegiatan.
Danau adalah sejumlah air (tawar atau asin) yang terakumulasi di suatu tempat
yang cukup luas, yang dapat terjadi karena mencairnya gletser, aliran sungai, atau
karena adanya mata air. Biasanya danau dapat dipakai sebagai sarana rekreasi, dan
olahraga. Danau adalah cekungan besar di permukaan bumi yang digenangi oleh air
bisa tawar ataupun asin yang seluruh cekungan tersebut dikelilingi oleh daratan.
Laut adalah kumpulan air yang mengandung gambar dan berasa asin dalam
jumlah yang banyak dan luas yang menggenangi dan membagi daratan atas benua dan
pulau. Laut memiliki banyak manfaat bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup
lainnya karena di dalam dan di atas laut terdapat kekayaan sumber daya alam yang
dapat kita manfaatkan dalam kehidupan. Air laut merupakan air yang paling banyak
dijumpai di alam berupa air laut dengan persentasi sebesar 80%, sedangkan sisanya
berupa air tanah/daratan, es, salju dan hujan. Air laut turut menentukan iklim dan
kehidupan di bumi. Fungsi air laut adalah sebagai berikut :
Air dalam tanah dapat dibedakan atas empat golongan diantaranya: air
mengalir, air kapiler air senyawa dan mata air. Air mengalir, terdapat di tanah setelah
turun hujan atau genangan dari selokan atau sungai. Air ini kemudian akan turun ke
lapisan bawah oleh gaya gravitasi sampai pada lapisan batuan yang tak tembus air.
Aliran air ini akan dipercepat jika tanah longgar, berpasir atau di lereng. Air kapiler,
melekat ke butiran tanah dan inilah yang dipergunakan tanaman.Air mengandung
terlarut atau berupa koloid berbagai bahan anorganik dan organik. Air senyawa, ialah
air yang berada dalam senyawa mineral, air jenis ini tak dapat dipergunakan langsung
oleh tanaman (Yatim, 1987). Mata airadalah air tanah yang keluar dengan sendirinya
ke permukaan tanah. Mata air yang berasal dari air tanah dalam hampir tidak
terpengaruh oleh musim dan kualitas maupun kuantitasnya sama dengan keadaan air
dalam. Sedangkan menurut kegunaannya, air pada sumber air dibedakan menjadi
empat golongan yaitu:
Golongan A, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung
tanpa harus diolah terlebih dahulu
Golongan B, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku untuk diolah sebagai
air minum dan keperluan rumah tangga
Golongan C, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan
peternakan
Golongan D, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian dan dapat
dimanfaatkan untuk usaha perkotaan, industri dan listrik tenaga air (Sitorus,
2009).
Air tanah dangkal dan air permukaan dapat berkualitas baik andaikata tanah
sekitarnya tidak tercemar hal ini disebabkan air permukaan dan air tanah dangkal
sangat bervariasi kualitasnya. Air permukaan dapat mengandung banyak zat organik
yang mudah terurai yang merupakan makanan bagi bakteri. Kesemuanya ini sangat
mempengaruhi kualitas air tersebut. Air tanah dalam pada umumnya tergolong bersih
dilihat dari segi mikrobiologis karena sewaktu proses pengalirannya mengalami
penyaringan alamiah dan dengan demikian kebanyakan mikroba sudah tidak lagi
terdapat didalamnya. Namun demikian, kadar kimia air tanah dalam ataupun yang
artetis tergantung sekali dari formasi litosfer yang dilaluinya. Pada proses ini mineral-
mineral yang dilaluinya dapat larut dan terbawa, sehingga mengubah kualitas air
tersebut (Slamet, 2009).
Parameter kualitas air adalah nilai unsur - unsur yang terkandung dalam air yang
menjadi factor yang mempengaruhi kualitas air tersebut. Pada penelitian ini parameter
kualitas air yang dilakukan pengujian adalah sebagai berikut :
Suhu sangat berpengaruh pada kondisi suatu badan air, oleh karenanya suhu
dimasukkan sebagai salah satu parameter standar persyaratan kualitas air. Suhu
dimasukkan sebagai standar karena :
Pada suhu air limbah biasanya lebih tinggi dari temperatur air bersih hal ini
disebabkan adanya proses di dalam kegitan industri dan rumah tangga yang dapat
menambah temperatur. Air sering digunakan sebagai media pendingin dalam berbagai
proses suatu industry dimana air pendingin tersebut setelah digunakan akan
mendapatkan panas dari bahan yang didinginkan yang kemudian air tersebut
dikembalikan ketempat asalnya yaitu sungai atau sumber air lainnya. Air buangan
tersebut mungkin mempunyai suhu yang lebih tinggi dari pada air asalnya dan
kenaikan suhu air akan menimbulkan beberapa akibat sebagai berikut :
JTU (Jackson Turbidity Unit) atau FTU (Formazin Turbidity Unit) dimana semakin
keruh air menunjukkan semakin banyak butir-butir tanah dan kotoran yang
terkandung di dalamnya. Kekeruhan disebabkan oleh adanya bahan organik dan
anorganik yang tersuspensi dan terlarut (misalnya lumpur dan pasir halus) maupun
bahan organik dan anorganik yang berupa plankton dan mikroorganisme lain.
Kekeruhan merupakan ukuran transparasi perairan yang ditentukan secara visual
dimana kekeruhan menggambarkan sifat optik air yang ditentukan berdasarkan
banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahan–bahan yang terdapat
dalam air.
e. Daya Hantar Listrik (DHL)
Konduktivitas adalah sifat menghantarkan listrik dalam air dimana sifat ini
dipengaruhi dengan jumlah kandungan apa yang disebut sebagai ion bebas. Perbedaan
konduktivitas ini dipengaruhi oleh komposisi, jumlah ion terlarut dan salinitas suhu.
Tinggi rendahnya daya hantar listrik pada air dapat menunjukkan banyaknya jumlah
logam yang terlarut dalam air. Konduktivitas adalah gambaran numerik dari
kemampuan air untuk meneruskan aliran listrik. Oleh karena itu, semakin banyak
garam-garan terlarut terionisasi, semakin tinggi pula nilai DHL. Asam, basa dan
garam merupakan penghantar listrik yang baik sedangkan bahan organik merupakan
penghantar listrik yang buruk. Arus listrik dialirkan oleh ion-ion dalam larutan, oleh
karena itu konduktivitas meningkat apabila konsentrasi ion meningkat. Air murni
adalah air yang bebas kandungan ion bebas sehingga tidak menghantarkan listrik.
Namun, pengertian untuk air yang layak konsumsi bagi kita manusia justru bukan air
murni, tapi air murni dengan sifat konduktifitas pada taraf wajar dikarenakan sifat
konduktivitas wajar ini diperlukan bagi metabolisme tubuh kita. Daya hantar listrik
larutan terbagi menjadi 2 (dua) golongan:
1. Larutan elektrolit
a. Dapat menghantarkan daya listrik
b. Terjadi proses ionisasi
c. Lampu menyala dengan terang
2. Larutan non-elektrolit
a. Tidak dapat menghantar arus listrik
b. Tidak terjadi ionisasi
b. pH (Derajat Keasaman)
Derajat keasaman atau pH merupakan parameter kimia yang menunjukkan
konsentrasi ion hidrogen pada perairan. Konsentrasi ion hidrogen tersebut dapat
mempengaruhi reaksi kimia yang terjadi di lingkungan perairan. Larutan dengan
harga pH rendah dinamakan asam, sedangkan yang harga pH-nya tinggi dinamakan
basa. Skala pH terentang dari 0 (asam kuat) sampai 14 (basa kuat) dengan 7 adalah
harga tengah mewakili air murni (netral).
Secara kualitatif pH dapat diperkirakan dengan kertas Lakmus (Litmus) atau suatu
indikator (kertas indikator pH) atau pH meter. Seraca kuantitatif pengukuran pH dapat
digunakan elektroda potensiometrik. Elektroda ini memonitor perubahan voltase yang
disebabkan oleh perubahan aktivitas ion hidrogen (H+) dalam larutan. pH air dapat
mempengaruhi kelarutan dari suatu koagulan. Koagulan memiliki kelarutan yang
besar pada rentang pH 5-7. Semakin mudah larut suatu koagulan, maka semakin
mudah terbentuknya ion aquometalik yang akhirnya semakin cepatnya partikel koloid
ternetralisasi membentuk flok. Semakin besar pH, maka kelarutan dari koagualan
semakin kecil, sehingga ion aquometalik semakin sulit terbentuk, yang akhirnya
mengurangi jumlah partikel koloid yang dapat ternetralisasi membentuk flok.
pH menunjukkan perlu atau tidaknya pengolahan pendahuluan untuk mencegah
terjadinya gangguan pada proses pengolahan air secara konvesional. Secara umum,
pH limbah domestik adalah mendekati netral. Istilah parameter pH digunakan untuk
menyatakan intensitas keadaan asam atau basa suatu larutan. pH merupakan satu cara
untuk menyatakan konsentrasi ion H+. Dalam penyediaan air bersih, pH merupakan
satu faktor yang harus dipertimbangkan karena derajat keasaman dari air sangat
mempengaruhi kualitas suatu sumber air. pH merupakan nilai yang digunakan untuk
mengukur kebasaan atau keasaman. Ion hidrogen yang terikat dapat mengakibatkan
penurunan pH karena air akan lebih bersifat asam, begitu juga sebaliknya. Air dengan
pH kurang dari 4 dapat menyebabkan kematian pada organisme air akibat
ketidakmampuan beradaptasi dengan kondisi air yang sangat asam.
Adapun kadar yang baik yaitu kadar dimana masih memungkinkan kehidupan
biologis di dalam suatu badan air berjalan dengan baik. pH yang baik bagi air minum
adalah netral yaitu nilah pH adalah 7. Semakin kecil nilai pH maka akan
menyebabkan air tersebut bersifat asam dan semakin besar pH air makan air tersubut
menjadi basa. pH yang tidak netral dapat mengurangi fungsi air tersebut dalam
kehidupan sehari-hari.
Adapun kadar pH yang baik adalah kadar pH dimana masih memungkinkan
kehidupan biologis di dalam air berjalan dengan baik. Air limbah dengan konsentrasi
yang tidak netral akan menyulitkan proses biologis dan dapat mengganggu proses
penjernihannya. Pengukuran pH pada limbah adalah sesuatu yang penting, karena
banyak reaksi-reaksi kimia dan biokimia sangat dipengaruhi oleh kadar pH air limbah.
Air limbah dengan pH rendah dapat dinetralkan dengan berbagai jenis bahan kimia
misalnya sodium hidroksida atau sodium karbonat, yang walaupun cukup mahal,
banyak digunakan untuk pengolahan yang skalanya tidak begitu besar. Kapur adalah
bahan yang cukup murah sehingga banyak digunakan. Kapur dapat ditemukan dalam
berbagai bentuk misalnya limestone atau batu gamping dan dolomitic lime (kapur
dengan kadar kalsium tinggi). Kapur mudah didapat seringkali membentuk lapisan
sehingga penggunaannya dibatasi untuk proses tertentu. Senyawa kimia dengan
kalsium dan magnesium sebagai pembentuk utamanya kerap menghasilkan lumpur
atau endapan yang membutuhkan pengerukan dan pembuangan.
c. BOD (Biological Oxygen Demand )
BOD (Biological Oxygen Demand) dapat di definifkan suatu karakteristik yang
menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang diperlukan oleh mikroorganisme atau
bakteri untuk mengurai atau mendekomposisi bahan organik dalam kondisi aerobic
(Metcalf dan Eddy, 1991).
Nilai BOD merupakan gambaran kadar bahan oksigen yaitu jumlah oksigen yang
dibutuhkan oleh mikroba aerob untuk mengoksidasi bahan organik menjadi
karbodioksida dan air. Nilai BOD menunjukkan jumlah oksigen yang dikonsumsi
oleh proses respirasi yang terdapat didalam botol BOD yang di inkubasi pada suhu
sekitar 20 oC selama lima hari, dalam keadaan tanpa cahaya (Boyd, 1990). Mays
(1996) mengartikan BOD sebagai suatu takaram jumlah oksigen yang digunakan oleh
populasi mikroba yang terkandung dalam perairan sebagai respon terhadap masuknya
bahan organik yang dapat diurai. Pemeriksaan BOD diperlukan untuk menentukan
beban pencemaran akibat air limbah dan untuk merancang system pengolahan
biologis bagi air tercemar.
sehingga segala macam bahan organik, baik yang mudah terurai maupun yang sulit
atau kompleks akan teroksidasi. Dengan demikian, selisih nilai antara COD dan BOD
memberikan gambaran besaran jumlah bahan organik yang sulit urai yang ada
di perairan. Bisa saja nilai BOD sama nilai dengan COD, tetapi nilai BOD tidak akan
bisa lebih besar dari nilai COD, Jadi nilai COD menggambarkan jumlah total bahan
organik yang ada.
e. Besi (Fe)
Zat besi merupakan suatu unsur yang penting dan berguna untuk metabolisme tubuh.
Konsentrasi besi dalam air yang melebihi 2 mg/l akan menimbulkan noda-noda pada
peralatan dan bahan-bahan yang berwarna putih. Adanya unsur besi juga dapat
menimbulkan bau dan warna yang tidak baik pada air minum dan warna koloid pada
air.Warna air menjadi kemerah-merahan, memberi rasa yang tidak enak pada
minuman,dan dapat membentuk endapan pada pipa-pipa logam.Dalam jumlah yang
kecil,besi diperlukan oleh tubuh untuk pembentukan sel-sel darah merah.
Didalam air, mineral yang sering berada dalam jumlah besar adalah kandungan besi
(Fe+) dan apabila besi berada dalam jumlah yang banyak maka akan mengakibatkan
berbagai gangguan pada lingkungan. Besi dalam air bisa berbentuk (Fe 2+) dan (Fe3+)
terlarut dimana Ferro (Fe2+) terlarut dapat bergabung dengan zat organik dan
membentuk senyawa kompleks yang sulit dihilangkan dengan aerasi biasa (Widowati
et.al, 2008). Adapun ciri-ciri tingginya kadar besi dalam air adalah sebagai berikut:
Ada lapisan seperti minyak di permukaan air
Ada lapisan merah di pinggiran saluran
Tampak gejala keracunan besi pada tanaman
f. Mangan (Mn)
Mangan mempunyai sifat yang hampir sama dengan besi,dalam suasana basa
membentuk senyawa oksida yang berwarna coklat. Endapan mangan akan
memberikan noda-noda pada bahan/benda yang berwarna putih dan sulit
dihilangkan..Adanya mangan dalam konsentrasi yang lebih tinggi akan dapat bersifat
sebagai racun dan menimbulkan rasa logam serta dapat menimbulkan bau dan rasa
pada minuman. Unsur ini bersifat toksis bagi alat pernafasan serta menyebabkan
kerusakan pada hati.
Berdasarkan penelitian Ashar (2007), mengkonsumsi air minum yang secara alami
mengandung konsentrasi mangan yang cukup tinggi seumur hidup dapat
mengakibatkan gangguan pada sistem saraf dan menimbulkan peningkatan retensi
mangan. Sedangkan menurut Said (2008), di dalam tubuh manusia mangan tidak
menimbulkan gangguan kesehatan bila dalam jumlah yang kecil tetapi dalam jumlah
yang besar dapat mengakibatkan tertimbunnya mangan di dalam hati dan ginjal. Pada
umumnya dalam keadaan kronis, mangan dapat menimbulkan gangguan pada sistem
saraf dan menampakkan gejala seperti penyakit parkinson.
g. Cadmium (Cd)
Cadmium merupakan suatu logam sangat beracun yang secara umum dijumpai di
tempat kerja industri. Karena batas yang diperbolehkan rendah, pajanan berlebih
dapat terjadi bahkan dalam situasi di mana jumlah kadmium sangat kecil (renik)
ditemukan. Kadmium digunakan secara luas dalam electroplating, meskipun sifat
operasi umumnya tidak menyebabkan pajanan yang berlihan. Logam berat masuk ke
dalam jaringan tubuh makhluk hidup melalui beberapa jalan, yaitu: saluran
pernafasan, pencernaan dan penetrasi melalui kulit. Di dalam tubuh hewan logam
diabsorpsi darah, berikatan dengan protein darah yang kemudian didistribusikan ke
seluruh jaringan tubuh (Darmono, 2001).
Logam kadmium (Cd) dapat menimbulkan gangguan dan bahkan mampu
menimbulkan kerusakan pada sistem yang bekerja di ginjal. Kerusakan yang terjadi
pada sistem ginjal dapat dideteksi dari tingkat jumlah atau jumlah kandungan protein
yang terdapat dalam urine. Petunjuk kerusakan yang dapat terjadi pada ginjal akibat
logam kadmium (Cd) yaitu terjadinya asam amniouria dan glokosuria, dan
ketidaknormalan kandungan asam urat kalsium dan fosfor dalam urin.
h. Raksa (Hg)
Raksa (nama lama: air raksa) atau merkuri atau hydrargyrum (bahasa Latin:
Hydrargyrum, air/cairan perak) adalah unsur kimia pada tabel periodik dengan simbol
Hg dan nomor atom 80. Unsur golongan logam transisi ini berwarna keperakan dan
merupakan satu dari lima unsur (bersama cesium, fransium, galium, dan brom) yang
berbentuk cair dalam suhu kamar, serta mudah menguap. Hg akan memadat pada
tekanan 7.640 Atm. Kelimpahan Hg di bumi menempati di urutan ke-67 di antara
elemen lainnya pada kerak bumi. Di alam, merkuri (Hg) ditemukan dalam bentuk
unsur merkuri (Hg0), merkuri monovalen (Hg1+) dan bivalen (Hg2+) keduanya
merupakan logam paling rapuh. Secara alamiah, pencemaran Hg berasal dari kegiatan
gunung api atau rembesan air tanah yang melewati deposit Hg. Apabila masuk ke
dalam perairan, merkuri mudah ber-ikatan dengan klor yang ada dalam air laut dan
membentuk ikatan HgCl. Dalam bentuk ini, Hg mudah masuk ke dalam plankton dan
bisa berpindah ke biota laut lain.[butuh rujukan] Merkuri anorganik (HgCl) akan
berubah menjadi merkuri organik (metil merkuri) oleh peran mikroorganisme yang
terjadi pada sedimen dasar perairan.[butuh rujukan] Merkuri dapat pula bersenyawa
dengan karbon membentuk senyawa organo-merkuri. Senyawa organo-merkuri yang
paling umum adalah metil merkuri yang dihasilkan oleh mikroorganisme dalam air
dan tanah. Mikroorganisme kemudian termakan oleh ikan sehingga konsentrasi
merkuri dalam ikan meningkat. Metil Hg memiliki kelarutan tinggi dalam tubuh
hewan air sehingga Hg terakumulasi melalui proses bioakumulasi dan biomagnifikasi
dalam jaringan tubuh hewan air, dikarenakan pengambilan Hg oleh organisme air
yang lebih cepat dibandingkan proses ekskresi.
i. Seng (Zn)
Seng merupakan logam berwarna putih kebiru biruan dengan nomor atom 30, berat
atom 65,37 dan berat jenis 7,14 kg/dm3 dan sistem periodik termasuk dalam golongan
II b dengan Bilangan oksidasi + 2. Logam ini larut dalam asam dan alkali, mudah
larut dalam asam klorida encer dan asam sulfat encer. Logam seng mudah
menghantarkan arus listrik (Tolcin, 2008). Penyebaran seng dalam lingkungan cukup
luas dapat ditemukan dalam air, udara dan organisme hidup. Di alam apabila dalam
keadaan terkontaminasi hampir selalu bersama sama dengan kadmium. Seng dalam
keadaan tertentu mempunyai toksisitas yang rendah pada manusia tetapi mempunyai
toksisitas yang tinggi pada ikan sehingga standar suplay air untuk keperluan domestik
kandungan sengnya maksimum 5 mg/L. Toksisitas seng sangat dipengaruhi oleh
beberapa faktor lingkungan, diantaranya temperatur dan tingkat kelarutan O2 (Tolcin,
2008).
j. Total Posfat (PO4)
Fosfat terdapat dalam air alam atau air limbah sebagai senyawa ortofosfat, polifosfat
dan fosfat organis. Setiap senyawa fosfat tersebut terdapat dalam bentuk terlarut,
tersuspensi atau terikat di dalam sel organisme dalam air. Di daerah pertanian
ortofosfat berasal dari bahan pupuk yang masuk ke dalam sungai melalui drainase dan
aliran air hujan. Polifosfat dapat memasuki sungai melaui air buangan penduduk dan
industri yang menggunakan bahan detergen yang mengandung fosfat. Seperti industri
pencucian, industri logam dan sebagainya. Fosfat organis terdapat dalam air buangan
penduduk (tinja) dan sisa makanan (Sastrawijaya, 1991). Fosfat organis dapat terjadi
dari ortofosfat yang terlarut melalui proses biologis karena baik bakteri maupun
tanaman menyerap fosfat bagi pertumbuhannya (Alaerts, 1987). Keberadaan senyawa
fosfat dalam air sangat berpengaruh terhadap keseimbangan ekosistem perairan.
Apabila kadar fosfat dalam air rendah (< 0,01 mg P/L), pertumbuhan ganggang akan
terhalang, keadaan ini dinamakan oligotrop. Sebaliknya bila kadar fosfat dalam air
tinggi, pertumbuhan tanaman dan ganggang tidak terbatas lagi (kedaaan eutrof),
sehingga dapat mengurangi jumlah oksigen terlarut air. Hal ini tentu sangat berbahaya
bagi kelestarian ekosistem perairan. Menurut Boyd (1982), kadar fosfat dalam
perairan alami umumnya berkisar antara 0,005-0,02 ppm. Kadar fosfat melebihi 0,1
ppm, tergolong perairan yang eutrof.
k. Amoniak (NH3-N)
Amoniak adalah senyawa kimia dengan rumus NH3. Biasanya senyawa ini didapati
berupa gas dengan bau tajam yang khas (disebut bau amonia). Walaupun amonia
memiliki sumbangan penting bagi keberadaan nutrisi di bumi, amonia sendiri adalah
senyawa kaustik dan dapat merusak kesehatan. Administrasi Keselamatan dan
Kesehatan Pekerjaan Amerika Serikat memberikan batas 15 menit bagi kontak dengan
amonia dalam gas berkonsentrasi 35 ppm volum, atau 8 jam untuk 25 ppm volum.
Kontak dengan gas amonia berkonsentrasi tinggi dapat menyebabkan kerusakan paru-
paru dan bahkan kematian. Sekalipun amonia di AS diatur sebagai gas tak mudah
terbakar, amonia masih digolongkan sebagai bahan beracun jika terhirup, dan
pengangkutan amonia berjumlah lebih besar dari 3.500 galon (13,248 L) harus
disertai surat izin.
Amonia yang digunakan secara komersial dinamakan amonia anhidrat. Istilah ini
menunjukkan tidak adanya air pada bahan tersebut. Karena amonia mendidih di suhu
-33 °C, cairan amonia harus disimpan dalam tekanan tinggi atau temperatur amat
rendah. Walaupun begitu, kalor penguapannya amat tinggi sehingga dapat ditangani
dengan tabung reaksi biasa di dalam sungkup asap. "Amonia rumah" atau amonium
hidroksida adalah larutan NH3 dalam air. Konsentrasi larutan tersebut diukur dalam
satuan baumé. Produk larutan komersial amonia berkonsentrasi tinggi biasanya
memiliki konsentrasi 26 derajat baumé (sekitar 30 persen berat amonia pada 15.5 °C).
Amonia yang berada di rumah biasanya memiliki konsentrasi 5 hingga 10 persen
berat amonia.
l. Nitrat Sebagai N
Senyawa N ( Nitrogen ) di alam terdapat dalam berbagai bentuk, yaitu N organik, N
ammonia, N-NO3, N-NO2, dan gas N2. Bentuk–bentuk senyawa Nitrogen tersebut
dipengaruhi oleh pH dan kondisi aerob anaerob. Senyawa Nitrogen merupakan
nutrien yang menjadi unsur utama dalam pertumbuhan dan reproduksi tanaman dan
hewan, termasuk hewan dan tumbuhan air yang memperoleh unsur Nitrogen dari
lingkungan air di sekitarnya (Alaerts G dan Santika, 1984).
Konsentrasi senyawa nitrat yang boleh ada dalam air bersih adalah tidak lebih dari 10
mg N / liter. Jika konsentrasi nitrat di atas 10 mgN/liter, maka akan bersifat racun.
Nitrat ini bersifat racun pada bayi hewan, termasuk juga manusia yang dapat
menyebabkan problem serius dan bahkan kematian. Faktanya, asiditas yang rendah
dalam organ usus bayi mendukung pertumbuhan bakteri pereduksi nitrat yang
mengubah nitrat menjadi nitrit, yang kemudian diabsorbsi ke dalam pembuluh darah.
Hal ini menyebabkan kekurangan oksigen sebab tubuh menolak masukan oksigen,
hasilnya tubuh akan berubah warna menjadi kebiru – biruan. Keracunan nitrat ini
disebut sebagai sindroma blue baby karena perubahan warna tadi, ini merupakan
istilah yang umum dipakai walaupun istilah sebenarnya adalah methemoglobinemia.
Jadi adanya nitrat pada air bersih walaupun dalam kadar normal tetap harus
diwaspada (Hammer mark, 1975).
m. Salinitas
Salinitas adalah jumlah kadar garam yang terdapat dalam air laut. Salinitas
berpengaruh terhadap kehidupan organisme perairan. Setiap daerah perairan di bumi
ini memiliki salinitas yang berbeda-beda. Garis yang menghubungkan kadar salinitas
yang sama dalam peta dinamakan isohaline. Faktor yang memengaruhi salinitas air
laut diantaranya adalah:
Semakin besar tingkat penguapan air laut maka kadar salinitasnnya akan semakin
tinggi dan sebaliknya di daerah yang rendah tingkat penguapannya maka
salinitasnya akan semakin rendah. Curah hujan Semakin besar curah hujan di
suatu wilayah laut maka salinitasnya akan rendah dan jika curah hujan di lautan
rendah maka salinitas akan semakin rendah.
Semakin banyak sungai yang bermuara ke laut tersebut maka salinitas semakin
rendah, sedangkan jika sedikit sungai yang bermuara maka kadar salinitasnya
akan semakin tinggi maka dari itu salinitas air laut sangat dipengaruhi oleh
lingkungan sekitar (Agnas setiawan,2013).
2.5.3. PARAMETER MIKROBIOLOGI
Paremeter mikrobiologi adalah parameter kualitas yang berhubungan dengan
bakteri yang terkandung dalam air. Parameter mikrobiologi yang dilakukan pengujian dan
digunakan secara umum sebagai indikator tercemarnya suatu badan air adalah sebagai
berikut :
a. Fecal Coliform
Fecal coliform adalah bakteri yang secara fakultatif anaerobik , berbentuk batang ,
gram negatif , dan tidak bersporulasi . Bakteri coliform umumnya berasal dari usus
hewan berdarah panas. Fecal coliforms mampu tumbuh dengan adanya garam empedu
atau bahan permukaan serupa, bersifat oksidase negatif , dan menghasilkan asam dan
gas dari laktosa dalam waktu 48 jam pada suhu 44 ± 0,5 ° C.
Adanya fecal coliform di lingkungan perairan dapat mengindikasikan bahwa air telah
terkontaminasi oleh feses manusia atau hewan lain. Bakteri fecal coliform dapat
masuk ke sungai melalui pembuangan limbah langsung dari mamalia dan burung, dari
pertanian dan limpasan badai , dan dari kotoran manusia. Namun, keberadaan mereka
mungkin juga disebabkan oleh bahan tanaman, dan limbah pabrik pulp atau kertas.
b. Total Coliform
Bakteri koliform merupakan golongan mikroorganisme yang lazim digunakan sebagai
indikator, di mana bakteri ini dapat menjadi sinyal untuk menentukan suatu sumber
air telah terkontaminasi oleh patogen atau tidak. Berdasarkan penelitian, bakteri
koliform ini menghasilkan zat etionin yang dapat menyebabkan kanker dimana selain
itu, bakteri pembusuk ini juga memproduksi bermacam-macam racun seperti indol
dan skatol yang dapat menimbulkan penyakit bila jumlahnya berlebih di dalam tubuh.
Bakteri koliform dapat digunakan sebagai indikator karena densitasnya berbanding
lurus dengan tingkat pencemaran air dimana bakteri ini dapat mendeteksi patogen
pada air seperti virus, protozoa, dan parasit dan selain itu, bakteri ini juga memiliki
daya tahan yang lebih tinggi daripada patogen serta lebih mudah diisolasi dan
ditumbuhkan.
2.6. PENENTUAN LOKASI TITIK PENGAMBILAN SAMPLE
a. Sumber air alamiah, yaitu pada lokasi yang belum atau sedikit terjadi pencemaran
(titik 1)
b. Sumber air tercemar, yaitu pada lokasi yang telah menerima limbah (titik 4)
c. Sumber air yang dimanfaatkan, yaitu pada lokasi tempat penyadapan sumber air
tersebut (titik 2 dan titik 3)
d. Lokasi masuknya air ke waduk atau danau (titik 5)
Untuk lokasi titik pengambilan sample air sungai ditentukan berdasarkan debit air
sungai yang diatur dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Sungai dengan debit kurang dari 5 m3/detik, contoh diambil pada satu titik ditengah
sungai pada kedalaman 0,5 kali kedalaman dari permukaan atau diambil dengan alat
integrated sampler sehingga diperoleh contoh air dari permukaan sampai ke dasar
secara merata
b. Sungai dengan debit antara 5 m3/detik - 150 m3/detik, contoh diambil pada dua titik
masing-masing pada jarak 1/3 dan 2/3 lebar sungai pada kedalaman 0,5 kali
kedalaman dari permukaan atau diambil dengan alat integrated sampler sehingga
diperoleh contoh air dari permukaan sampai ke dasar secara merata kemudian
dicampurkan
c. Sungai dengan debit lebih dari 150 m3/detik, contoh diambil minimum pada enam
titik masing-masing pada jarak 1/4, 1/2, dan 3/4 lebar sungai pada kedalaman 0,2 dan
0,8 kali kedalaman dari permukaan atau diambil dengan alat integrated sampler
sehingga diperoleh contoh air dari permukaan sampai ke dasar secara merata
Gambar 2.3. Lokasi Pengambilan Sample Air Sungai Berdasarkan Debit Air
Faktor lain yang menjadi pengaruh dalam penentuan lokasi titik pengambilan
sample air permukaan adalah keadaan geografi dan aktifitas di sekitar aliran air
permukaan. Secara umum, lokasi titik pengambilan sample air permukaan meliputi
sebagai berikut :
a. Daerah hulu sumber alamiah yaitu sumber lokasi aliran yang belum tercemar dengan
peran untuk mengidentifikasi kondisi awal atau base line system tata air
b. Daerah pemanfaatan air permukaan yaitu lokasi dimana air permukaan dimanfaatkan
untuk bahan baku air minum, rekreasi, industry, perikanan, pertanian, keperluan
domestik dan sebagainya dengan peran untuk mengetahui kualitas air permukaan
tersebut sebelum dipengaruhi oleh suatu aktifitas
Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan Lingkungan Hidup II-30
Kabup Kabupaten Tanah Laut
Laporan Pemantauan Kualitas Air Periode II
Kabupaten Tanah Laut
Tahun 2021
Gambar 2.4. Lokasi Pengambilan Sample Air Permukaan Berdasarkan Kondisi Geografis
dan Aktifitas Sekitar
tentang Metode analisis pengujian kualitas air permukaan dan pengambilan contoh air
permukaan, maka dibuatlah Standar Nasional indonesia (SNI) tentang Air dan air limbah
– Bagian 57: Metode pengambilan contoh air permukaan namun pemilihan metode
pengambilan sample yang digunakan harus disesuaikan dengan alat pengambil sample
dan jenis sample yang diambil karena setiap sample memiliki karakteristrik dan
penanganan yang berbeda – beda, hal ini dilakukan agar menimimalisasi terjadinya
perubahan kualitas sample sebelum dilakukan pengujian ke laboratorium.
Metoda pengambilan sample air permukaan Daerah Aliran Sungai (DAS), sungai
dan laut menggunakan acuan Standar Nasional Indonesia (SNI) 6989.57 : 2008 : metoda
pengambilan contoh air permukaan. Metode ini merupakan hasil kaji ulang dari SNI 06-
2421-1991 : metode pengambilan contoh uji kualitas air yang dipecah menjadi tiga
bagian SNI baru yaitu metode pengambilan contoh air permukaan, metode pengambilan
contoh air tanah dan metode pengambilan contoh air limbah. Dengan mengacu Standar
Nasional Indonesia (SNI) 6989.57 : 2008, pengambilan sample contoh air permukaan
pada kegiatan Pemantauan Kualitas Lingkungan meninjau beberapa hal yaitu :
Pengambilan langsung dengan botol kecil adalah pengambilan contoh sample air
dengan cara pengambilan air pada permukaan aliran DAS dan sungai dengan
tujuan untuk mendapatkan sample yang nantinya akan dilakukan untuk pengujian
kadar Dissolve Oxygen (DO).
Namun untuk pengambilan contoh sample air permukaan untuk pengujian kadar
Dissolve Oxygen (DO), prosuder pengambilan contoh sample sebagai berikut :
Siapkan botol KOB yang bersih dengan volume yang diketahui serta dilengkapi
dengan tutup asah
Celupkan botol dengan hati-hati ke dalam air dengan posisi mulut botol searah
dengan aliran air, sehingga air masuk ke dalam botol dengan tenang atau dapat
pula dengan menggunakan sifon
Isi botol sampai penuh dan hindarkan terjadinya turbulensi dan gelembung
udara selama pengisian, kemudian botol ditutup
kemudian dapat dikembangkan untuk beberapa peruntukan bagi seluruh bagian badan
air atau sebagian dari suatu sungai.
Pengelolaan kualitas air atas dasar Indeks Pencemaran (IP) ini dapat memberi
masukan pada pengambil keputusan agar dapat menilai kualitas badan air untuk suatu
peruntukan serta melakukan tindakan untuk memperbaiki kualitas jika terjadi
penurunan kualitas akibat kehadiran senyawa pencemar dan (IP) mencakup berbagai
kelompok parameter kualitas yang independent dan bermakna sehingga metoda ini
dapat langsung menghubungkan tingkat ketercemaran dengan dapat atau tidaknya
sungai dipakai untuk penggunaan tertentu dan dengan nilai parameter-parameter
tertentu. Menurut definisinya PIj adalah indeks pencemaran bagi peruntukan j yang
merupakan fungsi dari Ci/Lij, dimana Ci menyatakan konsentrasi parameter kualitas
air i dan Lij menyatakan konsentrasi parameter kualitas air i yang dicantumkan dalam
baku peruntukan air j, dalam hal ini peruntukkan yang akan digunakan adalah
klasifikasi mutu air kelas I berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021
tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Penetapan status mutu dan kelas kategori kualitas air permukaan dengan
metoda Indeks Pencemar (IP) memiliki beberapa tahapan sebagai berikut :
1. Menghitung Indeks Pencemar (IP) setiap badan air permukaan yang menjadi objek
pemantauan untuk semua parameter dengan formula penghitungan indeks
pencemaran sebagai berikut :
2. Melakukan evaluasi terhadap nilai Indeks Pencemar untuk menentukan status mutu
setiap badan air permukaan yang menjadi objek pemantauan seperti yang tertera
pada table di bawah ini :
2. Melakukan evaluasi terhadap nilai Indeks Pencemar untuk menentukan status mutu
setiap badan air permukaan yang menjadi objek pemantauan seperti yang tertera
pada table di bawah ini :
2. Melakukan evaluasi terhadap nilai Indeks Pencemar untuk menentukan status mutu
setiap badan air permukaan yang menjadi objek pemantauan
3. Menjumlahkan dan membuat persentase air permukaan yang berdarsakan status mutu
air permukaan terhadap seluruh jumlah air permukaan yang menjadi objek
pemantauan
4. Mengkalikan nilai persentase air permukaan berdasarkan status mutu terhadap bobot
nilai dari setiap status mutu air permukaan seperti yang tertera pada table di bawah
ini :
Cemar ringan 50
2
Cemar sedang 30
3
Cemar berat 10
4
4. Menjumlahkan hasil dari perkalian nilai persentase dari setiap status mutu dengan
bobot nilai dan nilai menjadi Indeks Kualitas Air (IKA)
5. Melakukan penentuan kelas kategori berdasarkan nilai Indeks Kualitas Air (IKA)
berdasarkan kelas kategori Indeks Kualitas Air (IKA)
BPAi = (CA)j x Dp x f
Metode ini bertujuan untuk mengetahui daya tampung sumber air dalam
satuan waktu tanpa menyebabkan pencemaran dimana daya tampung beban pencemar
adalah menjadi batas toleransi kemampuan aliran sungai untuk menerima konsentrat
dalam satuan waktu (kg/hari) sehingga beban pencemaran maksimun dihitung
berdasarkan baku mutu kategori sungai kelas I berdasarkan Peraturan Pemerintah