Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN AKHIR

LAPORAN AKHIR
PERENCANAAN MASTERPLAN IBUKOTA KECAMATAN LETTI
PERENCANAAN MASTERPLAN IBUKOTA KECAMATAN LETTI

BAB - 3
GAMBARAN UMUM WILAYAH

3.1 LETAK GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI


Kecamatan Letti secara astronomi terletak antara 08º09’35” - 08º14’41” Lintang
Selatan dan 127º36’30” - 127º45’10” Bujur Timur dengan luas wilayah kecamatan
243,50 Km² yang terbagi atas 7 (tujuh) desa. Desa yang mempunyai luasan wilayah
yang terluas adalah Desa Nuwewang dengan luas 55,26 Km² atau 22,71 persen disusul
dengan Desa Luhulely yaitu mempunyai luas 47,93 Km² atau 19,70 persen dan Desa
Tutuwaru mempunyai luasan sebesar 42,04 Km² atau 17,28 persen.
Adapun letaknya menurut geografis Kecamatan Letti berbatasan dengan sebagai
berikut:
▪ Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Pulau Romang;
▪ Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Moa;
▪ Sebelah barat berbatasan dengan Negara Timor Leste dan Pulau Kisar;
▪ Sebelah selatan berbatasan dengan Laut Timor.
Tabel 3-1 Luas Wilayah Menurut Desa di Kecamatan Letti Tahun 2017
Luas Persentase
No Desa
(Km2) (%)
1 Nuwewang 55,26 22,71
2 Tomra 27,33 11,23
3 Tutuwaru 42,04 17,28
4 Luhulely 47,93 19,70
5 Tutukey 23,01 09,38
6 Batumiau 30,66 12,60
7 Laitutun 17,27 07,10
Jumlah 243,30 100,00
Sumber: Kecamatan Letti dalam angka, BPS 2018

Halaman | 3-1
LAPORAN AKHIR
PERENCANAAN MASTERPLAN IBUKOTA KECAMATAN LETTI

Gambar 3-1 Grafik Luas Wilayah Menurut Desa di Kecamatan Letti (Km²)

Tabel 3-2 Jumlah Dusun, RT/RW Menurut Desa di Kecamatan Letti,2018

No Desa Dusun RW RT Lainnya


1 Nuwewang 1 - 12 -
2 Tomra 3 - 19 -
3 Tutuwaru - - 2 -
4 Luhulely - 2 5 5
5 Tutukey 1 - 2 2
6 Batumiau - - 4 -
7 Laitutun 1 - - -
Letti 6 2 44 7
Sumber: Kecamatan Letti dalam angka, BPS 2018

Halaman | 3-2
LAPORAN AKHIR
PERENCANAAN MASTERPLAN IBUKOTA KECAMATAN LETTI

Gambar 3-2 Peta Deliniasi Ibukota Kecamatan Letti

Halaman | 3-3
LAPORAN AKHIR
PERENCANAAN MASTERPLAN IBUKOTA KECAMATAN LETTI

Kecamatan Letti merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata ± 7 meter


diatas permukaan laut, luas wilyah Kecamatan Letti adalah berupa daratan seluas
243,50 Km², Ibukota Kecamatan Letti terletak di Serwaru sehingga mempengaruhi
pada jarak antara ibukota kecamatan dengan 7 desa dibawahnya. Adapun jarak
ibukota kecamatan dengan desa-desa adalah sebagai berikut:
1. Serwaru – Desa Nuwewang : 6,3 Km
2. Serwaru – Desa Tomra : 2,6 Km
3. Serwaru – Desa Tutuwaru : 14 Km
4. Serwaru – Desa Luhulely : 10 Km
5. Serwaru – Desa Tutukey : 1 Km
6. Serwaru – Desa Batumiau : 3 Km
7. Serwaru – Desa Laitutun : 10 Km

3.2 KONDISI FISIK DASAR WILAYAH


Aspek fisik suatu wilayah dilihat dari kondisi topografi, jenis tanah, klimatologi,
geologi, vulkanologi, hidrologi hingga potensi sumber daya mineral yang terkandung
didalamnya. Mengetahui kondisi fisik suatu wilayah menjadi pertimbangan penting
dalam pengembangan wilayah tersebut.

3.2.1 Topografi
Pulau Letti secara fisik berbentuk deretan bukit, dimana wilayah sebelah timur pulau
lebih tinggi dari pada bagian barat. Sedangkan daerah rendah terdapat dibagian pesisir
pantai. Ketinggian wilayah di atas permukaan laut (DPL) menurut desa di Kecamatan
Letti adalah:
1. Desa Nuwewang : 7m
2. Desa Tomra : 5m
3. Desa Tutuwaru : 15 m
4. Desa Luhulely : 10 m
5. Desa Tutukey : 7m
6. Desa Batumiau : 3m
7. Desa Laitutun : 3m

Halaman | 3-4
LAPORAN AKHIR
PERENCANAAN MASTERPLAN IBUKOTA KECAMATAN LETTI

3.2.2 Jenis Tanah


Jenis tanah Kabupaten Maluku Barat Daya secara keseluruhan terdiri dari Padzolik,
Lithosol, Rensina dan Aluvial, Aluvial Hydromorphyk, dan Mediteran, Brown Forest,
Kambisol, serta Gleysol. Tekstur tanah dapat dikelompokkan ke dalam kelas tekstur
tanah, yaitu: halus, sedang dan kasar.

3.2.3 Klimatologi
Wilayah Kabupaten Maluku Barat Daya yang memiliki wilayah laut yang luas
mempengaruhi kondisi iklim di wilayah tersebut. Kondisi iklimnya dipengaruhi oleh
Laut Banda, Laut Arafura dan Samudera Indonesia, juga dibayangi oleh Pulau Irian
dibagian timur dan Benua Australia di bagian selatan. Secara umum, wilayah
Kabupaten Maluku Barat Daya memiliki iklim yang kering dikarenakan tingkat curah
hujan yang rendah kurang dari 2000 mm per tahun dan suhu rata-rata harian yang
relatif tinggi.
1) Musim
a. Keadaan musim teratur, musim Timur berlangsung dari bulan April sampai
Oktober. Musim ini adalah musim kemarau. Musim Barat berlangsung dari
bulan Oktober sampai Pebruari. Musim hujan pada bulan Desember sampai
Pebruari dan yang paling deras terjadi pada bulan Desember dan Pebruari.
b. Musim pancaroba berlangsung dalam bulan Maret/ April dan Oktober/
Nopember.
c. Bulan April sampai Oktober bertiup angin Timur Tenggara. Angin kencang
bertiup pada bulan Januari dan Pebruari diikuti dengan hujan deras dan laut
bergelora.
d. Bulan April sampai September bertiup angin Timur Tenggara dan Selatan
sebanyak 91 % dengan angin Tenggara dominan 61 %.
e. Bulan Oktober sampai Maret bertiup angin Barat Laut sebanyak 50 % dengan
angin Barat Laut dominan 28 %.
2) Curah Hujan
Curah hujan di Kabupaten Maluku Barat Daya termasuk dalam kategori rendah.
3) Suhu dan Kelemban
a. Suhu rata–rata untuk tahun 2013 sesuai data dari Stasiun Meteorologi adalah
27,4ºC dengan suhu minimum absolut rata-rata 25,4 ºC dan suhu maksimum
absolut rata-rata 30,7 ºC.
b. Rata-rata Kelembaban Udara Relatif 81%.

Halaman | 3-5
LAPORAN AKHIR
PERENCANAAN MASTERPLAN IBUKOTA KECAMATAN LETTI

4) Tipe Iklim
Berdasarkan klasifikasi Agroklimate menurut OLDEMAN, IRSAL dan MULADI
(1981), Maluku Barat Daya terbagi dalam dua Zone Agroklimat:
a. Zone D3 : bulan basah 3 - 4 bulan dan bulan kering 5 – 6 bulan terdapat di
Kepulauan Babar dan Romang.
b. Zone E3 : bulan basah kurang dari 3 bulan berturutan dan bulan kering 5 – 6
bulan terdapat di Pulau Wetar dan Pulau Lemola.

3.2.4 Geologi
Kondisi Geologi di masing – masing pulau yang merupakan wilayah Kabupaten Maluku
Barat Daya adalah sebagai berikut:
Kepulauan PP. Terselatan
Satuan/Formasi Batuan
Satuan/Formasi batuan dapat diuraikan sebagai berikut (Sumber : Peta Geologi
Lembar Wetar Timur, Nusatenggara) adalah :
• Qal: Aluvium
Kerakal, kerikil, pasir, lanau, berupa endapan sungai dan pantai.
• Ql: Batugamping Koral dan breksi koral
Satuan ini tersebar di pinggir pantai Pulau Wetar.
• QTv: Batuan Gunungapi Tua
Lava, breksi dan tuf berbatuapung.
• Tmpa: Formasi Alor
Lava dan breksi bersusunan andesit sampai basal, bersisipan batupasir dan tuf.
• Tmn: Formasi Naumatang
Lava dasit, breksi, aglomerat bersusunan dasit, disisipi batu pasir tufan, tuf dan
batu pasir gampingan.
• Tm (di,gd,gr,da) : Batuan Terobosan
Diorit (di), granodiorit (gd), granit (gr) dan dasit (da).
• Tmvs: Batuan Gunungapi Riolit Sakir
Lava riolit.
• Tmt: Formasi Tihu
Breksi, lava dan tuf bersusunan andesit basal.

Halaman | 3-6
LAPORAN AKHIR
PERENCANAAN MASTERPLAN IBUKOTA KECAMATAN LETTI

• Ttgd: Granodiorit Tamenang


Granodiorit bertekstur porfir.

Struktur Dan Tektonika


Termasuk dalam Busur Banda Bergunungapi, akan tetapi gunungapi yang masih giat
tidak dijumpai. Struktur geologi yang terdapat di daerah ini berupa sesar dan lipatan
yang lemah. Sesar di daerah ini memiliki dua arah utama yaitu timurlaut-baratdaya
dan hampir timur-barat atau sejajar pulau. Sesar-sesar tersebut berupa sesar geser
sinistral dan sesar turun.

3.2.5 Vulkanologi
Wilayah Provinsi Maluku merupakan wilayah jalur pengunungan di Indonesia yang
dikenal dengan Jalur cincin api termasuk di Kabupaten Maluku Barat Daya. Tipe
gunung api ini adalah strato yang terletak di Pulau di lautan Banda dengan posisi
geografi 6º38,5’LS dan 126º39’BT. Menurut Neumann Van Padang (1951), gunung api
ini merupakan pulau kecil yang bulat dan terutama dibangun oleh aliran lava. Kegiatan
gunung api ini hanya tercatat dua kali oleh Neumann Van Padang (1951) yaitu pada
tahun 1512 dan 1699. Sedangkan mengenai letusan tahun 1934, keterangan lebih
lanjutnya tidak ada. Adapun pulau gunungapi ini tidak berpenduduk dengan letaknya
kurang lebih 240 km sebelah utara Pulau Wetar. Daerah bahaya diperkirakan meliputi
daerah berbentuk lingkaran dengan jari-jari 3 km dengan titik letusan sebagai
pusatnya. Luas daerah bahaya ini kurang lebih 28,3 km 2 dan tidak didiami manusia
karena sebagian besar terdiri dari laut. Daerah waspada diperkirakan meliputi di luar
daerah bahaya dengan jari-jari 5 km dengan titik letusan yang sama. Luas daerah
waspada ini kurang lebih 50 km2 dan juga tidak berpenduduk karena seluruhnya
terdiri dari laut.

3.2.6 Hidrologi
Sumber daya air di wilayah Kabupaten Maluku Barat Daya berasal dari air permukaan
dan air tanah. Ketersediaan air permukaan yang berupa air sungai secara kuantitas
relatif cukup tinggi walaupun tetap mengalami fluktuasi sesuai dengan musim yang
terjadi. Sedangkan secara kualitas menunjukkan adanya indikasi pencemaran di
beberapa sungai. Kebutuhan air akan meningkat seiring pertumbuhan kegiatan dan
jumlah penduduk Kabupaten Maluku Barat Daya. Kebutuhan air ini harus tetap bisa
dipenuhi dari sumber-sumber air yang ada, sehingga diperlukan tindakan pelestarian
sumberdaya air, baik air permukaan maupun air tanah. Sedangkan untuk
mengantisipasi kebutuhan air yang terus meningkat, perlu dilakukan identifikasi dan

Halaman | 3-7
LAPORAN AKHIR
PERENCANAAN MASTERPLAN IBUKOTA KECAMATAN LETTI

inventarisasi seluruh sumberdaya air yang ada, termasuk kemungkinan pemanfaatan


teknologi dibidang pemurnian air (daur ulang, desalinasi air laut).
Sebagian besar kondisi air sungai yang terdapat di Wilayah Kabupaten Maluku Barat
Daya merupakan sungai tadah hujan dan umumnya dengan pola aliran memancar dan
hanya berair di musim penghujan, sedangkan pada musim kemarau kuantitas airnya
jauh menurun bahkan cenderung kering atau tidak berair. Ada beberapa sungai yang
terdapat di Maluku Barat Daya, yang terletak di Pulau Moa, Babar dan Wetar.

3.2.7 Hidrooseanografi
A. Laut
Laut dan pantai di Kabupaten Maluku Barat Daya mengandung potensi yang
cukup baik, Potensi laut ini semakin besar tatkala dapat mengelola dan
memanfaatkan kawasan pesisir pantai, dan bagian-bagian lain dari laut, seperti
padang lamun, dan muara, khususnya untuk kawasan budidaya perikanan,
pengendalian dan pemanfaatan air.
B. Pasang Surut dan Gelombang
Pasang surut (pasut) adalah proses naik turunnya muka laut secara hampir
periodik karena gaya tarik benda-benda angkasa, terutama bulan dan matahari.
Pengaruh astronomis seperti pantai, topografi dasar dapat memodifikasi pasang
surut. Tipe pasang surut suatu perairan ditentukan oleh frekuensi air pasang dan
surut dalam satu kali (24 jam). Jika perairan tersebut mengalami satu kali pasang
dan satu kali surut dalam sehari, maka perairan tersebut tergolong bertipe pasut
tunggal (diurnal tide). Selanjutnya jika terjadi dua kali pasang dan dua kali surut
dalam sehari maka pasang surutnya tergolong tipe pasut ganda (semi-diurnal tide).
Selain dua tipe pasang surut tersebut terdapat tipe pasang surut yang merupakan
peralihan antara tipe tunggal dan ganda, yang dikenal sebagai pasut campuran,
yaitu campuran cenderung tunggal (mixed tide prevailing diurnal) dan campuran
cenderung ganda (mixed tide prevailing semidiurnal).
Tipe pasut ini dapat diketahui dengan cara diprediksi. Untuk memprediksi kondisi
pasut dengan akurasi yang baik diperlukan pengetahuan tentang pasut yang cukup
memadai. Karena itu diperlukan data pengukuran paling sedikit selama 15 hari.
Untuk mendapatkan hasil prediksi pasut dengan akurasi tinggi, diperlukan data
pasut selama 16,6 tahun (Pariwono, 1985 dalam Dahuri, 2004). Kisaran pasang
surut (tidal range) adalah perbedaan tinggi muka air pada saat pasang maksimum
dengan tinggi muka air pada saat surut minimum yang juga dipengaruhi oleh
geometrik wilayah yang bersangkutan. Perairan laut Kabupaten Maluku Barat
Daya, khususnya di Pulau-pulau besar mempunyai kisaran pasut antara 2,5 - 4 m.
Tipe pasang surut di wilayah kajian adalah tipe tunggal (diurnal tide) yang berarti
terjadi satu kali pasang dan satu kali surut dalam sehari.

Halaman | 3-8
LAPORAN AKHIR
PERENCANAAN MASTERPLAN IBUKOTA KECAMATAN LETTI

C. Gelombang
Gelombang laut terbentuk karena adanya proses alih energi dari angin ke
permukaan laut, atau pada saat-saat tertentu disebabkan oleh gempa di dasar laut.
Gelombang ini merambat ke segala arah membawa energi yang kemudian
dilepaskan ke pantai dalam bentuk hempasan ombak. Gelombang yang mendekati
pantai akan mengalami pembiasan, akan memusat jika mendekati tanjung
(semenanjung), menyebar jika menemui cekungan.
Selain itu gelombang yang menuju perairan dangkal akan mengalami spilling,
plunging, colapsing, atau surging tergantung dari keadaan topografi dasar lautnya
(sea bottom topography). Gelombang permukaan laut sangat dominan ditentukan
oleh angin (lama bertiup, kekuatan atau kecepatan) disamping panjang fetch
(panjang rambatan gelombang). Angin yang berhembus cepat dan bertiup lama
serta berhembus melalui samudera luas dapat membangkitkan gelombang besar.
Arah perambatan gelombang bergantung kepada arah angin bertiup. Gelombang
merupakan parameter utama dalam proses erosi atau sedimentasi. Besarnya
proses tersebut bergantung pada besarnya energi gelombang yang ditentukan
densitas air, gravitasi, dan amplitudo gelombang. Pengamatan gelombang di
perairan Maluku Barat Daya relatif masih belum banyak dilakukan.
D. Arus
Gelombang yang datang menuju pantai dapat menimbulkan arus pantai (nearshore
current) yang berpengaruh terhadap proses sedimentasi ataupun abrasi di pantai.
Pola arus pantai ini terutama ditentukan oleh besarnya sudut yang dibentuk
antara gelombang yang datang dengan garis pantai. Jika sudut datang cukup besar,
maka akan terbentuk arus menyusur pantai (long shore current) yang disebabkan
oleh perbedaan tekanan hidrostatik. Selain gelombang, pasang surut juga
merupakan parameter oseanografi lain yang penting sebagai pembangkit arus di
pantai. Arus yang disebabkan oleh pasut ini dipengaruhi oleh dasar perairan. Arus
pasut yang terkuat akan ditemui di dekat permukaan dan akan menurun
kecepatannya semakin mendekati dasar perairan. Dua faktor utama yang
menentukan arus di pantai tersebut belum banyak diteliti di wilayah kajian.
menurut laporan P30-LIPI Ambon tahun 1992 Pola arus perairan Laut Banda
dipengaruhi oleh pasang surut.
E. Batimetri
Perairan laut Kabupaten Maluku Barat Daya merupakan tepian Laut Banda. Laut
Banda merupakan perairan dalam (kedalaman mencapai 7.440 m). Di Laut Banda
tidak dijumpai adanya palung (basin), punggung (rise, ridge) maupun gunung bawah
laut (sea mount). Paparan benua (continental shelf) yang luas memberikan peluang
aktifitas perikanan pantai untuk kegiatan perikanan tangkap. Laut Banda ini
berbatasan langsung dengan di bagian selatan berbatasan langsung dengan Laut

Halaman | 3-9
LAPORAN AKHIR
PERENCANAAN MASTERPLAN IBUKOTA KECAMATAN LETTI

Timor dan Selat Wetar, di bagian timur berbatasan dengan Laut Arafuru dengan
paparan Sahul dengan kedalaman tidak melebihi 100 m.

3.3 KONDISI PENGGUNAAN LAHAN


Lahan merupakan salah satu sumber daya alam yang begitu berharga, terutama bagi
daerah seperti Kawasan Kecamatan Letti. Hal ini berkaitan dengan intensitas kegiatan
perkotaan yang cukup tinggi, sehingga memerlukan banyak lahan untuk dimanfaatkan
dan dikembangkan bagi suatu kegiatan. Dimana Pulau Letti merupakan pulau terdekat
dengan Ibukota Kabupaten Maluku Barat daya sehingga pertumbuhan pembangunan
kedepan sangatlah penting bagi penopang ibukota kabupaten.
Secara umum penggunaan lahan di Kecamatan Letti berdasarkan Peta Kawasan Hutan
dan Perairan Provinsi Maluku (SK Menhutbun No. 415/Kpts-II/199) dan dilanjutkan
dengan observasi lapangan adalah terdiri dari Permukiman, Hutan lindung, Hutan
Produksi Terbatas dan Area Penggunaan lainnya.

3.4 KONDISI KEPENDUDUKAN


Penduduk merupakan faktor pembangunan suatu wilayah yang sangat dominan. Tidak
hanya berperan sebagai pelaksana pembangunan, tetapi juga menjadi sasaran
pembangunan. Oleh sebab itu, perkembangan penduduk harus diarahkan pada
peningkatan kualitas, pengendalian kuantitas maupun pengarahan mobilitasnya.
Pada akhirnya tujuan dari pengendalian penduduk adalah meningkatkan
kesejahteraan penduduk yang merupakan bagian dari pembangunan itu sendiri.
Peranan penduduk dalam pembangunan akan berhasil, apabila memiliki kemampuan
dalam menjawab semua tantangan dalam pembangunan, baik posisinya sebagai
pengelola sumber daya alam maupun sebagai pengguna/konsumen sumber daya alam.

3.4.1 Jumlah Penduduk


Penduduk Kecamatan Letti adalah semua orang yang berdomisili di wilayah
Kecamatan Letti selama 6 bulan atau lebih atau mereka yang berdomisili kurang dari 6
bulan tetapi bertujuan menetap di Kecamatan Letti.
Jumlah penduduk Kecapatan Letti pada tahun 2017 sebanyak 7.168 jiwa sedangkan
pada tahun 2016 sebanyak 7.771 jiwa sehingga mempunyai penurunan jumlah
penduduk di Kecamatan Letti.
Penduduk Kecamatan Letti Tahun 2017 terdiri dari jumlah penduduk laki-laki
sebanyak 3.566 jiwa dan jumlah penduduk perempuan 3.602 jiwa, total penduduk

Halaman | 3-10
LAPORAN AKHIR
PERENCANAAN MASTERPLAN IBUKOTA KECAMATAN LETTI

keseluruhan pada tahun 2017 sebanyak 7.168 jiwa dengan rasio jenis kelamin sebesar
99.00056. Untuk dapat lebih jelasnya bisa dilihat pada Tabel 3-3 dan Gambar 3-4.
Tabel 3-3 Jumlah Penduduk dan Rasio Jenis Kelamin Menurut Desa di Kecamatan Letti,
Tahun 2017
Jenis Kelamin Rasio Jenis
No Desa
Laki-laki Perempuan Jumlah Kelamin
1 Nuwewang 530 519 1.049 102.1195
2 Tomra 1.157 1.143 2.300 101.2248
3 Tutuwaru 194 223 417 86.99552
4 Luhulely 491 507 998 96.84418
5 Tutukey 488 509 997 95.87426
6 Batumiau 430 427 857 100.7026
7 Laitutun 276 274 558 100.7299
2017 3.566 3.602 7.168 99.00056
Jumlah 2016 3.819 3.892 7.711 98,12
Sumber: Kecamatan Letti dalam angka, BPS 2018

Gambar 3-3 Diagram Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Tahun 2017

3.4.2 Kepadatan Penduduk


Kepadatan penduduk merupakan perbandingan antara jumlah penduduk yang
menempati suatu wilayah terhadap luas wilayah tersebut. Bila tingkat kepadatan
penduduk suatu wilayah cukup tinggi maka dapat menimbulkan beberapa
permasalahan, diantaranya kebutuhan perumahan, kesehatan lingkungan, keamanan
dan penyediaan kebutuhan sarana dan prasarana. Pada akhirnya ketika kebutuhan
tersebut tidak dapat dipenuhi dengan memadai dapat menurunkan tingkat

Halaman | 3-11
LAPORAN AKHIR
PERENCANAAN MASTERPLAN IBUKOTA KECAMATAN LETTI

kesejahteraan penduduknya. Pada Tabel 3-2 dan Gambar 3-4 di bawah ini dapat
dilihat data kepadatan penduduk Kecamatan Letti pada tahun 2016.

Tabel 3-4 Distribusi dan Kepadatan Penduduk Menurut Desa di Kecamatan Letti
Tahun 2017
Kepadatan
Persentase
No Desa Penduduk per
Penduduk
Km²
1 Nuwewang 14,63 18,98
2 Tomra 32,09 84,16
3 Tutuwaru 5,82 9,92
4 Luhulely 13,93 20,82
5 Tutukey 13,91 43,33
6 Batumiau 11,96 27,95
7 Laitutun 7,78 32,31
Jumlah 100,00 29,46
Sumber: Kecamatan Letti dalam angka, BPS 2018

Gambar 3-4 Grafik Distribusi Kepadatan Penduduk Menurut Desa di Kecamatan Letti

3.4.3 Struktur Penduduk


Struktur penduduk dilakukan untuk mengetahui komposisi penduduk di Kecamatan
Letti berdasarkan penduduk menurut umur, penduduk menurut tingkat pendidikan,
penduduk menurut mata pencaharian, penduduk menurut jenis kelamin dan
penduduk menurut agama.
Jumlah penduduk berdasarkan umur, penduduk terbanyak pada umur 0 – 4 tahun
dengan jumlah 1.054 jiwa atau sebesar 13,7% dari total jumlah jiwa Kecamatan Letti,
terbanyak kedua yaitu usia 5 – 9 tahun dengan jumlah 948 jiwa atau sebesar 12,3%.
Usia 10 – 14 tahun menduduki urutan ketiga sebesar 769 jiwa atau sebesar 9,9% dari

Halaman | 3-12
LAPORAN AKHIR
PERENCANAAN MASTERPLAN IBUKOTA KECAMATAN LETTI

total jumlah jiwa Kecamatan Letti. Penduduk usia produktif (15 – 64 tahun) sebesar
4.116 jiwa dan penduduk berusia 65 tahun keatas 321 jiwa.
Tabel 3-5 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok dan Jenis Kelamin di Kecamatan Letti
Tahun 2016
Jenis Kelamin
No Jumlah
Kelompok Umur Laki-laki Perempuan
1 0-4 550 504 1.054
2 5-9 486 462 948
3 10-14 405 364 769
4 15-19 350 288 638
5 20-24 231 183 414
6 25-29 244 295 539
7 30-34 246 285 531
8 35-39 219 243 462
9 40-44 219 190 409
10 45-49 157 188 345
11 50-54 193 220 413
12 55-59 176 189 365
13 60-64 135 160 295
14 65-69 60 95 155
15 70-74 75 101 176
16 75* 73 125 198
Jumlah 3.819 3.892 7.711
Sumber: Kecamatan Letti dalam angka, BPS 2017

Gambar 3-5 Piramida Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di
Kecamatan Letti

Halaman | 3-13
LAPORAN AKHIR
PERENCANAAN MASTERPLAN IBUKOTA KECAMATAN LETTI

Tabel 3-6 Migrasi Penduduk di Kecamatan letti dirinci per Desa Tahun 2017
No Desa Migrasi Keluar Migrasi Masuk
1 Nuwewang 15 4
2 Tomra 49 35
3 Tutuwaru - -
4 Luhulely 11 5
5 Tutukey 38 15
6 Batumiau 38 15
7 Laitutun 6 5
Letti 157 79
Sumber: Kecamatan Letti dalam angka, BPS 2018

Di Kecamatan Letti, sarana pendidikan sudah tersedia mulai dari Sekolah Dasar
sampai dengan Sekolah Menengah Atas. Tahun ajaran 2016/2017 jumlah murid
Sekolah Dasar dengan jumlah murid 1.440 jiwa, jumlah murid Sekolah Menengah
Pertama dengan jumlah murid 626 jiwa, dan jumlah murid Sekolah Menengah Atas
jumlah murid 366 jiwa.

Tabel 3-7 Jumlah Murid Sekolah Menurut Desa di Kecamatan Letti


Tingkat Pendidikan
No Desa Jumlah
SD SMP SMA
1 Nuwewang 191 128 - 319
2 Tomra 370 - - 370
3 Tutuwaru 77 - - 77
4 Luhulely 240 - - 240
5 Tutukey 247 304 366 917
6 Batumiau 185 194 - 379
7 Laitutun 141 - - 141
Jumlah 1.440 626 366 2.432
Sumber: Kecamatan Letti dalam angka, BPS 2018

Untuk memenuhi kebutuhan penduduk akan tempat ibadah, di Kecamatan Letti telah
terdapat tempat ibadah yang jumlahnya setara dengan jumlah umat yang
memeluknya. Mayoritas penduduk di Kecamatan Letti beragama Kristen Protestan,
Kristen Katholik dan kemudian Islam.
Pada tahun 2017 penduduk yang memeluk agama Kristen Protestan sebanyak 7.105
jiwa, Kristen Katholik sebanyak 34 jiwa dan Islam sebanyak 29 jiwa.

Halaman | 3-14
LAPORAN AKHIR
PERENCANAAN MASTERPLAN IBUKOTA KECAMATAN LETTI

Tabel 3-8 Jumlah Penduduk Menurut Agama di Kecamatan Letti, Tahun 2017
Agama
No Desa
Islam Protestan Katholik
1 Nuwewang 3 1.045 1
2 Tomra 5 2.289 6
3 Tutuwaru - 417 -
4 Luhulely - 997 1
5 Tutukey 21 960 16
6 Batumiau - 851 6
7 Laitutun - 546 4
2017 29 7.105 34
Jumlah 2016 47 7.976 51
Sumber: Kecamatan Letti dalam angka, BPS 2018

3.5 KONDISI PEREKONOMIAN


3.5.1 Sektor Pertanian
Pada sektor pertanian di Kecamatan Letti di dominasi oleh tanaman jagung, ubi kayu,
kacang hijau dan kacang tanah. Adapun luas pertanian tersebut yakni ubi kayu 50
hektar luas tanaman jagung seluas 44 hektar, kacang hijau 11 hektar dan kacang tanah
seluas 9,0 hektar.

Tabel 3-9 Luas Panen Tanaman Pangan di Kecamatan Letti, Tahun 2017

Luas Areal Luas Panen Produksi


No Jenis Tanaman
(Ha) (Ha) (ton)
1 Padi Sawah - -
2 Padi Ladang - -
3 Jagung 44,0 44,0 154,0
4 Kedelai - - -
5 Kacang Tanah 9,0 9,0 5,40
6 Kacang Hijau 11,0 11,0 6,6
7 Ubi Kayu 50,0 50,0 420,0
8 Ubi Jalar 0,5 0,5 24,0
Jumlah 114,5 114,5 610,00
Sumber: Kecamatan Letti dalam angka, BPS 2018

Sedangkan luas perkebunan pada tahun 2017 di Kecamatan Letti yakni luas
perkebunan kelapa seluas 184,4 hektar, sedangkan jambu mete seluas 88 hektar.
Hasil produksi kelapa sebesar 103 ton dan jambu mete sebesar 38 ton dengan tanah
seluas 11 hektar.

Halaman | 3-15
LAPORAN AKHIR
PERENCANAAN MASTERPLAN IBUKOTA KECAMATAN LETTI

Tabel 3-10 Luas dan Produksi Tanaman Perkebunan di Kecamatan Letti, Tahun 2017
Luas Tanaman Produksi
No Jenis Tanaman
(Ha) (Ton)
1 Karet - -
2 Kelapa 190 103
3 Kelapa Sawit - -
4 Kopi - -
5 Lada - -
6 Kakao - -
7 Jambu Mete 88 38
Jumlah 278 141
Sumber: Kecamatan Letti dalam angka, BPS 2018

Gambar 3-6 Kondisi Perkebunan di Kecamatan Letti


Sumber: Hasil Survey, Tahun 2018

3.5.2 Sektor Peternakan


Pada sektor peternakan tahun 2017 di Kecamatan Letti pada umumnya masyarakat
peternak memiliki peternakan sapi potong, kerbau, kuda, kambing, dan babi. Jumlah
populasi sapi potong sebanyak 4.380 ekor, kerbau sebanyak 112 ekor, kuda sebanyak
138 ekor, kambing sebanyak 5.867 ekor, dan babi sebanyak 5.716 ekor. Dan untuk
populasi ternak unggas dimana ayam kampung berjumlah sebanyak 2.982 ekor serta
itik sebanyak 253 ekor.

Tabel 3-11 Populasi Ternak Menurut jenis Ternak di Kecamatan Letti, Tahun 2017

No Jenis Tanaman Populasi


1 Sapi Perah -
2 Sapi Potong 4.380
3 Kerbau 112
4 Kuda 138
5 Kambing 5.867
6 Domba -
7 Babi 5.716
Jumlah 16.213
Sumber: Kecamatan Letti dalam angka, BPS 2018

Halaman | 3-16
LAPORAN AKHIR
PERENCANAAN MASTERPLAN IBUKOTA KECAMATAN LETTI

3.5.3 Sektor Perdagangan


Pada tahun 2016 di Kecamatan Letti terdapat 3 buah pasar yang terletak di Desa
Tutukey, sedangkan pedagang menengah di Desa Tomra sebanyak 2 pedagang, di
Desa Tutukey sebanyak 2 pedagang, dan di Desa Batumiau sebanyak 1 pedagang.
Sedangkan pedagang kecil tersebar di 7 desa, yang terbanyak berada di Desa Tutukey
sebanyak 20 pedagang, kemudian di Desa Luhulely sebanyak 14 pedagang.

Tabel 3-12 Jumlah Pedagang Menurut Desa di Kecamatan Letti, Tahun 2017
Pedagang
No Desa Pedagang Kecil
Menengah
1 Nuwewang - 10
2 Tomra 2 13
3 Tutuwaru - 2
4 Luhulely - 14
5 Tutukey 2 20
6 Batumiau 1 11
7 Laitutun - 2
Jumlah 5 72
Sumber: Kecamatan Letti dalam angka, BPS 2018

3.6 KONDISI SARANA


3.6.1 Sarana Pemerintahaan
Sarana pemerintahaan yang terdapat di Kecamatan Letti pada tahun 2018
berdasarkan data BPS Kecamatan Letti dan hasil survey di lapangan meliputi:
1. Kantor Kecamatan;
2. Puskesmas;
3. UPTD Dinas Pendidikan dan Kebudayaan;
4. UPTD Dinas Pertanian;
5. UPTD Dinas Pendapatan Daerah;
6. Kantor Kepolisian Sektor Serwaru;
7. Kantor Koramil Komando Distrik Militer 1507 Serwaru Kecamatan Letti.

Halaman | 3-17
LAPORAN AKHIR
PERENCANAAN MASTERPLAN IBUKOTA KECAMATAN LETTI

Gambar 3-7 Kondisi Kantor Kecamatan Letti


Sumber: Hasil Survey, Tahun 2018

Gambar 3-8 Kondisi Sarana Unit Pelaksana Dinas Serwaru


Sumber: Hasil Survey, Tahun 2018

Gambar 3-9 Kondisi Komando Distrik Militer 1507 Serwaru Kecamatan Letti
Sumber: Hasil Survey, Tahun 2018

Halaman | 3-18
LAPORAN AKHIR
PERENCANAAN MASTERPLAN IBUKOTA KECAMATAN LETTI

Gambar 3-10 Kantor Sekertariat Panwaslu Serwaru Kecamatan Letti


Sumber: Hasil Survey, Tahun 2018

Gambar 3-11 Kantor Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Serwaru Kecamatan Letti
Sumber: Hasil Survey, Tahun 2018

Gambar 3-12 Kantor Kepolisian Sektor Serwaru Kecamatan Letti


Sumber: Hasil Survey, Tahun 2018

Halaman | 3-19
LAPORAN AKHIR
PERENCANAAN MASTERPLAN IBUKOTA KECAMATAN LETTI

Gambar 3-13 Peta Sebaran Fasillitas Pemerintahaan Ibukota Kecamatan Letti

Halaman | 3-20
LAPORAN AKHIR
PERENCANAAN MASTERPLAN IBUKOTA KECAMATAN LETTI

3.6.2 Sarana Permukiman


Pertambahan jumlah penduduk akan berakibat pada peningkatan kebutuhan lahan
terutama lahan perumahan. Karena itu, perlu adanya pengembangan dan penataan
yang lebih cermat agar tidak menimbulkan kawasan perumahan yang padat dan
kumuh. Kondisi perumahan di Kecamatan Letti saat ini hampir seluruhnya terletak
secara berkelompok.

Gambar 3-14 Kondisi Permukiman di Serwaru Kecamatan Letti


Sumber: Hasil Survey, Tahun 2018

3.6.3 Sarana Pendidikan


Peningkatan mutu pendidikan dirasakan sebagai suatu kebutuhan bangsa yang ingin
maju. Dengan keyakinan bahwa pendidikan yang bermutu dapat menunjang
pembangunan disegala bidang. Oleh sebab itu perlu adanya pemahaman tentang dasar
dan tujuan pendidikan secara mendalam. Sistem pendidikan nasional harus mampu
menjamin pemerataan kesempatan untuk mendapatkan pendidikan.
Di Kecamatan Letti sarana pendidikan sudah tersedia dari mulai Sekolah Dasar sampai
dengan Sekolah Menengah Atas. Pada tahun ajaran 2016/2017 sarana pendidikan
yang sudah ada terdapat 12 unit Sekolah Dasar, 3 unit Sekolah Menengah Pertama,
dan 1 unit Sekolah Menengah Atas.

Halaman | 3-21
LAPORAN AKHIR
PERENCANAAN MASTERPLAN IBUKOTA KECAMATAN LETTI

Tabel 3-13 Jumlah Sarana Pendidikan di Kecamatan Letti, Tahun 2017


Sarana Pendidikan (Unit)
No Desa
SD SMP SMA
1 Nuwewang 2 1 -
2 Tomra 3 - -
3 Tutuwaru 1 - -
4 Luhulely 1 - -
5 Tutukey 2 1 1
6 Batumiau 1 1 -
7 Laitutun 2 - -
Jumlah 13 3 1
Sumber: Kecamatan Letti dalam angka, BPS 2018

Gambar 3-15 Kondisi Sarana Pendidikan di Serwaru Kecamatan Letti


Sumber: Hasil Survey, Tahun 2018

3.6.4 Sarana Kesehatan


Keberadaan sarana kesehatan di Kecamatan Letti menjadi sangat penting mengingat
setiap orang secara individual dalam segala usia memerlukan pelayanan kesehatan
sebagai salah satu kebutuhan hidup kebutuhan hidup yang esensial. Jadi
keberadaannya memang dibutuhkan oleh semua lapisan masyarakat pada semua
kelompok umur.
Fasilitas kesehatan yang ada di Kecamatan Letti terdapat 2 unit Puskesmas, 16 unit
Posyandu dan 2 unit Polindes dengan dibantu oleh tenaga medis 6 orang, 13 tenaga
keperawatan serta 2 bidan dan 3 tenaga kesehatan lainnya.

Tabel 3-14 Jumlah Fasilitas Kesehatan di Kecamatan Letti, Tahun 2017


Sarana Pendidikan (Unit)
No Desa
Puskesmas Posyandu Polides
1 Nuwewang 1 3 1
2 Tomra - 3 1
3 Tutuwaru - 1 -
4 Luhulely - 2 -
5 Tutukey 1 3 -
6 Batumiau - 2 -
7 Laitutun - 2 -
Jumlah 2 16 2
Sumber: Kecamatan Letti dalam angka, BPS 2018

Halaman | 3-22
LAPORAN AKHIR
PERENCANAAN MASTERPLAN IBUKOTA KECAMATAN LETTI

Tabel 3-15 Jumlah Tenaga Kesehatan Menurut Desa di Kecamatan Letti, Tahun 2017
Tenaga
Tenaga Tenaga Tenaga Tenaga
No Desa Kesehatan
Medis Keperawatan Kebidanan Kefarmasian
Lainnya
1 Nuwewang - 4 1 - 1
2 Tomra - 2 - - -
3 Tutuwaru - 1 1 - -
4 Luhulely - 1 1 - -
5 Tutukey 1 14 2 1 9
6 Batumiau - 1 - - -
7 Laitutun - 2 - - -
Jumlah 1 25 5 1 10
Sumber: Kecamatan Letti dalam angka, BPS 2018

Gambar 3-16 Kondisi Sarana Kesehatan di Serwaru Kecamatan Letti


Sumber: Hasil Survey, Tahun 2018

3.6.5 Sarana Perdagangan dan Jasa


Ketersediaan sarana perdagangan dan jasa di Kecamatan Letti sangat berperan dalam
meningkatkan perekonomian Kecamatan Letti. Hal ini dapat dilihat dari beberapa
sarana perdagangan dan jasa yang terdapat di Kecamatan Letti. Sarana tersebut
antara lain berupa pasar, warung, dan kios-kios kecil. Pada tahun 2017 di Kecamatan
Letti terdapat 81 kegiatan usaha yang berbentuk toko/kios yang tersebar di semua
desa. Dimana terdapat 3 unit pasar, 5 unit toko, Kios 72 unit dan 1 unit warung.

Gambar 3-17 Kondisi Sarana Perdagangan dan Jasa di Serwaru Kecamatan Letti
Sumber: Hasil Survey, Tahun 2018

Halaman | 3-23
LAPORAN AKHIR
PERENCANAAN MASTERPLAN IBUKOTA KECAMATAN LETTI

3.6.6 Sarana Peribadatan


Untuk memenuhi kebutuhan penduduk akan tempat ibadah, di Kecamatan Letti telah
terdapat tempat ibadah yang jumlahnya setara dengan jumlah umat yang
memeluknya. Mayoritas penduduk di Kecamatan Letti beragama Kristen Protestan
dan Kristen Katholik.

Gambar 3-18 Kondisi Sarana Peribadatan di Serwaru Kecamatan Letti


Sumber: Hasil Survey, Tahun 2018

3.7 KONDISI PRASARANA


3.7.1 Air Minum
Kondisi air minum di Serawaru di Kecamatan Letti di salurkan melalui perpipaaan
dan non perpipaan.

Gambar 3-19 Kondisi Bak Penampung Air Minum


Sumber: Hasil Survey, Tahun 2018

Halaman | 3-24
LAPORAN AKHIR
PERENCANAAN MASTERPLAN IBUKOTA KECAMATAN LETTI

Gambar 3-20 Kondisi sistem Pengolahan Air Minum di Serwaru Kecamatan Letti (Tidak
Berfungsi)
Sumber: Hasil Survey, Tahun 2018

3.7.2 Prasarana Transportasi


Pentingnya transportasi jalan tercermin pada semakin meningkatnya kebutuhan jasa
angkutan bagi mobilitas orang serta barang dari dan keseluruh pelosok. Disamping itu,
transportasi jalan juga berperan sebagai penunjang, pendorong dan penggerak bagi
pertumbuhan daerah, dalam upaya peningkatan dan pemerataan pembangunan serta
hasil-hasilnya.
Kecamatan Letti sendiri memiliki transportasi jalan yang sudah cukup memadai dan
dari tahun ke tahun telah banyak melakukan pembangunan jalan baik jenis permukaan
maupun kondisi jalan. Panjang jalan kabupaten pada tahun 2017 sebesar 42,88 km.
panjang jalan ini terbagi berdasarkan jenis permukaan dengan berbagai kondisi.
Tabel 3-16 Panjang Jalan Menurut Permukaan Jalan di Kecamatan Letti, Tahun 2017

Jenis Permukaan Jalan (Km)


No Tahun Belum Jumlah
Aspal Urpil
Diaspal
1 2017 33,84 2,54 6,50 42,88
2 2016 28,67 2,54 11,67 42,88
3 2015 28,67 2,54 11,67 42,88
Sumber: Kecamatan Letti dalam angka, BPS 2018

Tabel 3-17 Panjang Jalan Menurut Kondisi Jalan di Kecamatan Letti (km), Tahun 2017

Kondisi Jalan (Km)


No Tahun Rusak
Baik Sedang Rusak Berat
1 2017 35,53 0,85 - 6,50
2 2015 30,00 0,85 5,17 6,50
Sumber: Kecamatan Letti dalam angka, BPS 2018

Halaman | 3-25
LAPORAN AKHIR
PERENCANAAN MASTERPLAN IBUKOTA KECAMATAN LETTI

Gambar 3-21 Peta Sebaran Fasillitas Pendidikan di Ibukota Kecamatan Letti

Halaman | 3-26
LAPORAN AKHIR
PERENCANAAN MASTERPLAN IBUKOTA KECAMATAN LETTI

Gambar 3-22 Peta Sebaran Fasillitas perdagangan dan peribadatan di Ibukota


Kecamatan Letti

Halaman | 3-27
LAPORAN AKHIR
PERENCANAAN MASTERPLAN IBUKOTA KECAMATAN LETTI

Peningkatan jumlah kendaraan bermotor pada umumnya sejalan dengan


perkembangan ekonomi yang didukung oleh pembangunan dibidang prasarana dan
sarana jalan yang semakin meningkat. Secara keseluruhan jumlah kendaraan
bermotor di Kecamatan Letti sebanyak 725 unit yang terdiri dari mobil truk berjumlah
19 unit dan sepeda motor berjumlah 706 unit.

Gambar 3-23 Kondisi Jalan di dalam Kota Serwaru


Sumber: Hasil Survey, Tahun 2018

Gambar 3-24 Kondisi Jalan Menuju Desa Batumiau


Sumber: Hasil Survey, Tahun 2018

Halaman | 3-28
LAPORAN AKHIR
PERENCANAAN MASTERPLAN IBUKOTA KECAMATAN LETTI

Gambar 3-25 Kondisi Jalan Lingkar di Serwaru Kecamatan Letti


Sumber: Hasil Survey, Tahun 2018

Gambar 3-26 Kondisi Terminal Penumpang Pelabuhan Tombra di Kecamatan Letti


Sumber: Hasil Survey, Tahun 2018

Halaman | 3-29
LAPORAN AKHIR
PERENCANAAN MASTERPLAN IBUKOTA KECAMATAN LETTI

Gambar 3-27 Peta Sebaran Fasillitas Jaringan Jalan di Ibukota Kecamatan Letti

Halaman | 3-30
LAPORAN AKHIR
PERENCANAAN MASTERPLAN IBUKOTA KECAMATAN LETTI

Gambar 3-28 Kondisi Dermaga Pelabuhan Tombra di Kecamatan Letti


Sumber: Hasil Survey, Tahun 2018

3.7.3 Prasarana Energi Listrik


Penerangan bagi masyarakat pada umumnya sangatlah penting termasuk di
Kecamatan Letti. Kecamatan Letti semua desa dari 7 desa di Kecamatan Letti sudah
terpasang aliran listrik yang menggunakan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel yang
dilayani oleh PT. PLN Wilayah IX Cabang Tual Ranting Serwaru Kecamatan Letti. Pada
tahun 2017 sudah terpasang sebanyak 1.617 dengan daya 974.750 KW, produksi
sebesar 1.130.204 KWh dengan listrik terjual sebesar 1.012.098 serta susut/hilang
sebesar 112.455 KWh terbesar pada desa Tomra yaitu 131 pelanggan, sedangkan
pelanggan paling sedikit yaitu Desa Laitutun sebanyak 50 pelanggan.

Tabel 3-18 Daya Terpasang, Produksi, dan Distribusi Listrik di Kecamatan Letti
Jumlah
Daya Produksi Listrik Dipakai Susut/
Pelanggan
No Tahun Terpasang Listrik Terjual Sendiri Hilang
Listrik
(KW) (KWh) (KWh) (KWh) (KWh)
1 2017 1.617 974.750 1.130.204 1.012.098 5.651 112.455
Sumber: Kecamatan Letti dalam angka, BPS 2018

Halaman | 3-31
LAPORAN AKHIR
PERENCANAAN MASTERPLAN IBUKOTA KECAMATAN LETTI

Gambar 3-29 Kondisi Sarana Energi (PLTD) di Serwaru Kecamatan Letti


Sumber: Hasil Survey, Tahun 2018

Gambar 3-30 Kondisi Jaringan Listrik di Serwaru Kecamatan Letti


Sumber: Hasil Survey, Tahun 2018

3.7.4 Prasarana Telekomunikasi


Telepon merupakan salah satu alat komunikasi dua arah yang tercepat. Kebutuhan
akan pelayanan jasa telekomunikasi pun meningkat seiring dengan perkembangan
zaman, oleh sebab itu penyediaan jaringan telepon menjadi hal yang sangat
dibutuhkan pada saat ini. Sebagian besar penduduk di Kecamatan Letti menggunakan
telepon seluler untuk komunikasi dan mobilitasnya meski sudah memiliki sambungan
telepon. Dengan pertumbuhan penggunaan telepon seluler yang pesat maka semakin
banyak pula stasiun pemancar telepon seluler yang biasa disebut Base Transceiver
Stasion (BTS) yang bermunculan di Kecamatan Letti. Perangkat ini merupakan
perangkat yang menjembatani komunikasi data antara pengguna hp dengan operator.

Halaman | 3-32
LAPORAN AKHIR
PERENCANAAN MASTERPLAN IBUKOTA KECAMATAN LETTI

Gambar 3-31 Kondisi Sarana Telekomunikasi di Serwaru Kecamatan Letti


Sumber: Hasil Survey, Tahun 2018

3.7.5 Kondisi Drainase


Kondisi drainase di Serwaru Kecamatan Letti sebagian besar belum mempunyai
saluran drainase, dan hanya terdapat di beberapa bagian ruas jalan saja yang sudah
ada jaringan drainasenya.

Gambar 3-32 Kondisi Jaringan Drainase (beton) di Serwaru Kecamatan Letti


Sumber: Hasil Survey, Tahun 2018

Halaman | 3-33
LAPORAN AKHIR
PERENCANAAN MASTERPLAN IBUKOTA KECAMATAN LETTI

Gambar 3-33 Kondisi Jaringan jalan tanpa ada jaringan drainase di Serwaru Kecamatan Letti
Sumber: Hasil Survey, Tahun 2018

Halaman | 3-34

Anda mungkin juga menyukai