Laporan
PERENCANAAN MASTERPLAN IBUKOTA KECAMATAN Akhir
WETAR TIMUR
KABUPATEN MALUKU BARAT DAYA
TINJAUAN KEBIJAKAN
- Ameth(Orde III)
- Kobisonta (Orde III)
- Makariki (Orde III)
- Geser (Orde III)
- Kilalir(Orde III)
- Atiahu (Orde III)
- Wermaf Kampung Baru (Orde III)
- Waiketam Baru (Orde III)
- Tamher timur (Orde III)
- Air Kasar (Orde III)
- Kilmuri (Orde III)
- Pulau Panjang (Orde III)
- Miran (Orde III)
- Elat (Orde III)
- Weduar (Orde III)
- Holath (Orde III)
- Ohoira (Orde III)
- Rumat (Orde III)
- Adaut (Orde III)
- Lorulung (Orde III)
- Seira (Orde III)
- Romean (Orde III)
- Wunlah (Orde III)
- Alusi Kelaan (Orde III)
- Adodo Molo (Orde III)
- Tutukembong (Orde III)
- Weet (Orde III)
- Wulur (Orde III)
- Letwurung (Orde III)
- Serwaru (Orde III)
- Marlasi(Orde III)
- Batulei (Orde III)
- Koijabi (Orde III)
- Longgar (Orde III)
- Meror (Orde III)
Keteranga:
I – IV : Tahapan Pengembangan
A : Percepatan Pengembangan kota-kota utama kawasan Perbatasan
A/1 : Pengembangan/Peningkatan fungsi
A/2 : Pengembangan Baru
A/3 : Revitalisasi kota-kota yang telah berfungsi
B : Mendorong Pengembangan Kota-Kota Sentra Produksi
C : Revitalisasi dan Percepatan Pengembangan Kota-Kota Pusat Pertumbuhan
Nasonal
C/1 : Pengembangan/Peningkatan fungsi
C/2 : Pengembangan Baru
C/3 : Revitalisasi kota-kota yang telah berfungsi
D : Pengendalian Kota-kota Berbasis Mitigasi Bencana
D/1 : Rehabilitasi kota akibat bencana alam
D/2 : Pengendalian perkembangan kota-kota berbasis Mitigasi Bencana
berarti wilayah lainnya tidak penting, namun demi efisiensi, ada berbagai
kegiatan atau kebutuhan masyarakat yang dapat dipenuhi oleh pusat
pengembangan tanpa harus dibangun di setiap bagian wilayah atau
wilayah pelayanannya.
Rencana sistem perwilayahan pengembangan di Kabupaten Maluku Barat
Daya disesuaikan dengan kondisi fisik daerahnya yang merupakan
“wilayah kepulauan”, yang telah dilakukan pendekatan konsep WP Gugus
Pulau (GP) yang mana di setiap WP Gugus Pulau ditetapkan satu pusat
utama atau Pusat WP Gugus Pulau. Untuk menentukan pusat WP Gugus
Pulau digunakan beberapa pertimbangan antara lain tata jenjang pusat
pelayanan dan jangkauannya, karakteristik kota dan wilayah sekitarnya,
kebijakan yang terkait dan hasil kajian pola perwilayahan gugus pulau
yang telah dilakukan sebelumnya. Penentuan pola perwilayahan tersebut
diharapkan dapat diperoleh suatu pola yang optimal dan efisien, serta
pemerataan dalam pelayanan fasilitas kehidupan. Rencana sistem
perwilayahan pengembangan di Kabupaten Maluku Barat Daya ini,
dituangkan dalam perwilayahan gugus pulau sebagai berikut:
a. Wilayah Pengembangan (WP) Gugus Pulau I : dengan pusat di Kota
Wonrelli, dengan jangkauan pelayanan, meliputi Kecamatan PP.
Terselatan, Kecamatan Wetar, Kecamatan Wetar Utara, Kecamatan
Wetar Barat, kecamatan Wetar Timur, kecamatan Pulau Kepulauan
Romang dan Kecamatan Damer;
b. Wilayah Pengembangan (WP) Gugus Pulau II : dengan pusat di Kota
Tiakur dengan jangkauan pelayanan, meliputi Kecamatan Letti,
Kecamatan Moalakor dan Kecamatan Pulau Lakor;
c. Wilayah Pengembangan (WP) Gugus Pulau III : dengan pusat di Kota
Tepa dengan jangkauan pelayanan, meliputi Kecamatan PP. Babar,
Kecamatan Babar timur, Kecamatan Mdona Hiera, Kecamatan Pulau
Masela, Kecamatan Wetang dan Kecamatan Pulau Daweloor Dawera.
A. Sistem Perkotaan
Sistem perkotaan Maluku Barat Daya, meliputi :
a. Orde I : Kota Wonreli di Kecamatan PP. Terselatan, Kota Tiakur di
Kecamatan Moa Lakor;
b. Orde II : Kota Serwaru di Kecamatan Letti, Kota Tepa di
Kecamatan PP. Babar, Kota Letwurung di Kecamatan Babar Timur,
Kota Weet di Kecamatan Moa Lakor, Kota Wulur di Kecamatan
Damer;
c. Orde III : Kecamatan Mdona Hiera di Kota Lelang, Kecamatan
Wetar di Kota Ilwaki;
d. Orde IV : Kota Lurang di Kecamatan Wetar Utara, Kota Lirang
di Kecamatan Wetar Barat, Kota Arwala di Kecamatan Wetar Timur,
Kota Rumkuda di Kecamatan Kepulauan Romang, Kota Werwawan
di Kecamatan Pulau Lakor, Kota Latalola Besar di Kecamatan Pulau
Masela, Kota Watuwey di Kecamatan Pulau Daweloor Dawera, Kota
Putihair Timur di Kecamatan Kisar Utara, Kota Rumah Lewang Besar
di Kecamatan Pulau Wetang.
B. Pusat-pusat Pelayanan
Pengembangan sistem pusat pelayanan meliputi pengembangan pusat
pelayanan perkotaan dan pusat pelayanan perdesaan. Pusat pelayanan
perkotaan terdiri atas Pusat Kegiatan Nasional (PKN), Pusat Kegiatan
Wilayah (PKW), Pusat Kegiatan Lokal (PKL), dan Pusat Kegiatan Strategis
Nasional (PKSN).
1. Pusat Kegiatan Nasional (PKN) adalah kawasan perkotaan yang
memenuhi salah satu atau semua kriteria, meliputi:
Berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama kegiatan ekspor-
impor atau pintu gerbang ke kawasan internasional;
Berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan
jasa-jasa berskala nasional atau yang melayani beberapa
propinsi;
Berpotensi atau berfungsi sebagai simpul utama transportasi
skala nasional atau yang melayani beberapa propinsi;
Berpotensi atau berfungsi sebagai pusat utama pelayanan lintas
batas antar Negara di kawasan perbatasan;
2. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) adalah kawasan perkotaan yang
memenuhi salah satu atau semua kriteria, meliputi:
Berpotensi atau berfungsi sebagai pusat kegiatan industri dan
jasa-jasa yang melayani beberapa kabupaten;
No Hirarki Kota
1 PKWp (Pusat Kegiatan Wilayah promosi) 1. Wonrelli
2 PKLp (Pusat Kegiatan Lokal promosi) 1. Tiakur
2. Tepa
3 PKSN (Pusat Kegiatan Strategis Nasional) 1. Ilwaki
4 PPK (Pusat Pelayanan Kawasan) 1. Tutukey,
2. Letwurung,
3. Lurang,
4. Lelang,
5. Wulur,
6. Klis.
5 PPL (Pusat Pelayanan Lingkungan) 1. Luang,
2. Wetan,
3. Ustutun,
4. Romang,
5. Letode,
6. Weet,
7. Klishatu,
8. Lawawang.
Sumber : RTRW Kabupaten Maluku Barat Daya
perubahan fungsi suatu ruang tetapi harus sesuai dengan kebutuhan dan
daya dukung ruang yang telah ditetapkan.
A Kawasan Lindung
Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi
utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup
sumberdaya alam, sumberdaya buatan dan nilai sejarah serta budaya
bangsa, guna kepentingan pembangunan berkelanjutan.
Pengembangan kawasan lindung di Kabupaten Maluku Barat Daya
bertujuan untuk mewujudkan kelestarian fungsi lingkungan hidup,
meningkatkan daya dukung lingkungan dan menjaga keseimbangan
ekosistem antar wilayah guna mendukung proses pembangunan
berkelanjutan di Kabupaten Maluku Barat Daya.
Kawasan lindung Kabupaten Maluku Barat Daya direncanakan 19,52 %
atau 114.214 ha, yang terdiri dari hutan lindung 25.083 ha (4,29 %),
hutan bakau 17.939 ha (3,07 %) dan Kawasan Konservasi 71.192
(12,17 %).
Pola ruang untuk kawasan lindung, meliputi :
a. Kawasan perlindungan bawahannya;
b. Kawasan perlindungan setempat;
c. Kawasan Cagar alam dan cagar budaya;
d. Kawasan rawan bencana alam; serta
e. Kawasan lindung lainnya.
Sebaran kawasan lindung berdasarkan WP yang sama dengan
berdasarkan gugus pulau disusun dalam tabel berikut.
Gugus Pulau
Uraian Total
I II III
Kawasan Lindung 102.040 11.247 927 114.214
a. Hutan Lindung 24.156 - 927 25.083
b. Hutan Bakau 6.693 11.247 - 17.939
c. Kawasan Konservasi 71.192 - - 71.192
Sumber: RTRW Kabupaten Maluku Barat Daya 2013
E Kawasan Permukiman
Kawasan permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar
kawasan lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan