Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN AKHIR

Laporan
PERENCANAAN MASTERPLAN IBUKOTA KECAMATAN Akhir
WETAR TIMUR
KABUPATEN MALUKU BARAT DAYA

TINJAUAN KEBIJAKAN

2.1. Tinjauan Undang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang


Penataan Ruang
Adapun yang menjadi tinjauan kebijakan didalam penyusunan
Perencanaan Masterplan Ibukota Kecamatan Wetar Timur adalah asas dan
tujuan, wewenang pemerintah, wewenang pemerintah daerah provinsi,
wewenang pemerintah daerah kabupaten/kota, pelaksanaan penataan
ruang, pengendalian pemanfaatan ruang, dan pelaksanaan pemanfaatan
ruang dari Undang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
A. Asas Dan Tujuan
Dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia, penataan ruang
diselenggarakan berdasarkan asas:
a. keterpaduan;
b. keserasian, keselarasan, dan keseimbangan;
c. keberlanjutan;
d. keberdayagunaan dan keberhasilgunaan
Penyelenggaraan penataan ruang bertujuan untuk mewujudkan ruang
wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan
berlandaskan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional dengan:
a. terwujudnya keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan
buatan;
b. terwujudnya keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan
sumber daya buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia;
dan
c. terwujudnya pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak
negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang;
d. keterbukaan;
e. kebersamaan dan kemitraan;

Perencanaan Masterplan Ibukota Kecamatan Wetar Timur 2-1


Kabupaten Maluku Barat Daya
Laporan Akhir

f. pelindungan kepentingan umum;


g. kepastian hukum dan keadilan; dan
h. akuntabilitas.
Penataan ruang diselenggarakan dengan memperhatikan:
a. kondisi fisik wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang rentan
terhadap bencana;
b. potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya
buatan; kondisi ekonomi, sosial, budaya, politik, hukum, pertahanan
keamanan, lingkungan hidup, serta ilmu pengetahuan dan teknologi
sebagai satu kesatuan; dan
c. geostrategi, geopolitik, dan geoekonomi.
B. Wewenang Pemerintah
1. Wewenang Pemerintah dalam penyelenggaraan penataan ruang
meliputi:
a. pengaturan, pembinaan, dan pengawasan terhadap pelaksanaan
penataan ruang wilayah nasional, provinsi, dan kabupaten/kota,
serta terhadap pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis
nasional, provinsi, dan kabupaten/kota;
b. pelaksanaan penataan ruang wilayah nasional;
c. pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis nasional; dan
d. kerja sama penataan ruang antarnegara dan pemfasilitasan kerja
sama penataan ruang antarprovinsi.
2. Wewenang Pemerintah dalam pelaksanaan penataan ruang nasional
meliputi:
a. perencanaan tata ruang wilayah nasional;
b. pemanfaatan ruang wilayah nasional; dan
c. pengendalian pemanfaatan ruang wilayah nasional.
3. Wewenang Pemerintah dalam pelaksanaan penataan ruang kawasan
strategis nasional meliputi:
a. penetapan kawasan strategis nasional;
b. perencanaan tata ruang kawasan strategis nasional;
c. pemanfaatan ruang kawasan strategis nasional; dan
d. pengendalian pemanfaatan ruang kawasan strategis nasional.
4. Pelaksanaan pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan
ruang kawasan strategis nasional dapat dilaksanakan pemerintah
daerah melalui dekonsentrasi dan/atau tugas pembantuan.
5. Dalam rangka penyelenggaraan penataan ruang, Pemerintah
berwenang menyusun dan menetapkan pedoman bidang penataan
ruang.
6. Dalam pelaksanaan wewenang pemerintah:

Perencanaan Masterplan Ibukota Kecamatan Wetar Timur 2-2


Kabupaten Maluku Barat Daya
Laporan Akhir

a. Menyebarluaskan informasi yang berkaitan dengan:


 Rencana umum dan rencana rinci tata ruang dalam rangka
pelaksanaan penataan ruang wilayah nasional;
 Arahan peraturan zonasi untuk system nasional yang disusun
dalam rangka pengendalian pemanfaatan ruang wilayah
nasional; dan
 Pedoman bidang penataan ruang;
b. Menetapkan standar pelayanan minimal bidang penataan ruang.
C. Wewenang Pemerintah Daerah Provinsi
1. Wewenang pemerintah daerah provinsi dalam penyelenggaraan
penataan ruang meliputi:
a. Pengaturan, pembinaan, dan pengawasan terhadap pelaksanaan
penataan ruang wilayah provinsi, dan kabupaten/kota, serta
terhadap pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis provinsi
dan kabupaten/kota;
b. Pelaksanaan penataan ruang wilayah provinsi;
c. Pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis provinsi; dan
d. Kerja sama penataan ruang antarprovinsi dan pemfasilitasan kerja
2. Wewenang pemerintah daerah provinsi dalam pelaksanaan penataan
ruang wilayah provinsi, meliputi:
a. Perencanaan tata ruang wilayah provinsi;
b. Pemanfaatan ruang wilayah provinsi; dan
c. Pengendalian pemanfaatan ruang wilayahprovinsi.
D. Wewenang Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
1. Wewenang pemerintah daerah kabupaten/kota dalam penyelenggaraan
penataan ruang meliputi:
a. Pengaturan, pembinaan, dan pengawasan terhadap pelaksanaan
penataan ruang wilayah kabupaten/kota dan kawasan strategis
kabupaten/kota;
b. Pelaksanaan penataan ruang wilayah kabupaten/kota;
c. Pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis kabupaten/kota;
dan
d. Kerja sama penataan ruang antarkabupaten/ kota.
2. Wewenang pemerintah daerah kabupaten/kota dalam pelaksanaan
penataan ruang wilayah kabupaten/kota meliputi:
a. Perencanaan tata ruang wilayah kabupaten/ kota;
b. Pemanfaatan ruang wilayah kabupaten/kota; dan
c. Pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten/kota.
3. Dalam pelaksanaan wewenang pemerintah daerah kabupaten/kota:

Perencanaan Masterplan Ibukota Kecamatan Wetar Timur 2-3


Kabupaten Maluku Barat Daya
Laporan Akhir

a. Menyebarluaskan informasi yang berkaitan dengan rencana umum


dan rencana rinci tata ruang dalam rangka pelaksanaan penataan
ruang wilayah kabupaten/kota; dan
b. Melaksanakan standar pelayanan minimal bidang penataan ruang.
E. Pelaksanaan Penataan Ruang
1. Perencanaan tata ruang dilakukan untuk menghasilkan:
(1) Rencana umum tata secara berhierarki terdiri atas:
a. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional;
b. Rencana tata ruang wilayah provinsi; dan
c. Rencana tata ruang wilayah kabupaten dan rencana tata ruang
wilayah kota
(2) Rencana rinci tata ruang terdiri atas:
a. Rencana tata ruang pulau/kepulauan dan rencana tata ruang
kawasan strategis nasional;
b. Rencana tata ruang kawasan strategis provinsi; dan
c. Rencana detail tata ruang kabupaten/kota dan rencana tata
ruang kawasan strategis kabupaten/kota.
(3) Rencana detail tata ruang dijadikan dasar bagi penyusunan
peraturan zonasi.
(4) Rencana tata ruang dapat ditinjau kembali, peninjauan kembali
rencana tata ruang dapat menghasilkan rekomendasi berupa:
a. Rencana tata ruang yang ada dapat tetap berlaku sesuai
dengan masa berlakunya;
b. Rencana tata ruang yang ada perlu direvisi.
(5) Muatan rencana tata ruang mencakup rencana struktur ruang dan
rencana pola ruang.
(6) Rencana struktur ruang meliputi rencana sistem pusat
permukiman dan rencana sistem jaringan prasarana.
(7) Rencana pola ruang meliputi peruntukan kawasan lindung dan
kawasan budi daya.
(8) Peruntukan kawasan lindung dan kawasan budi daya meliputi
peruntukan ruang untuk kegiatan pelestarian lingkungan, sosial,
budaya, ekonomi, pertahanan, dan keamanan
(9) Penyusunan rencana tata ruang harus memperhatikan keterkaitan
antarwilayah, antarfungsi kawasan, dan antarkegiatan kawasan.
2. Penetapan rancangan peraturan
a. Penetapan rancangan peraturan daerah provinsi tentang rencana
tata ruang wilayah provinsi dan rencana rinci tata ruang terlebih
dahulu harus mendapat persetujuan substansi dari Menteri.
b. Penetapan rancangan peraturan daerah kabupaten/kota tentang
rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota dan rencana rinci tata

Perencanaan Masterplan Ibukota Kecamatan Wetar Timur 2-4


Kabupaten Maluku Barat Daya
Laporan Akhir

ruang terlebih dahulu harus mendapat persetujuan substansi dari


Menteri setelah mendapatkan rekomendasi Gubernur.
3. Pemanfaatan Ruang
a. Pemanfaatan ruang dilakukan melalui pelaksanaan program
pemanfaatan ruang beserta pembiayaannya.
b. Pemanfaatan ruang dapat dilaksanakan dengan pemanfaatan ruang,
baik pemanfaatan ruang secara vertical maupun pemanfaatan ruang
di dalam bumi.
c. Program pemanfaatan ruang beserta pembiayaannya termasuk
jabaran dari indikasi program utama yang termuat di dalam rencana
tata ruang wilayah.
d. Pemanfaatan ruang diselenggarakan secara bertahap sesuai dengan
jangka waktu indikasi.
e. Program utama pemanfaatan ruang yang ditetapkan dalam rencana
tata ruang.
f. Pelaksanaan pemanfaatan ruang di wilayah disinkronisasikan
dengan pelaksanaan pemanfaatan ruang wilayah administratif
sekitarnya.
g. Pemanfaatan ruang dilaksanakan dengan memperhatikan standar
pelayanan minimal dalam penyediaan sarana dan prasarana.
F. Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Pengendalian pemanfaatan ruang dilakukan melalui penetapan peraturan
zonasi, perizinan, pemberian insentif dan disinsentif, serta pengenaan
sanksi.
a. Peraturan zonasi disusun sebagai pedoman pengendalian pemanfaatan
ruang.
b. Peraturan zonasi disusun berdasarkan rencana rinci tata ruang untuk
setiap zona pemanfaatan ruang.
c. Peraturan zonasi ditetapkan dengan:
 peraturan pemerintah untuk arahan peraturan zonasi sistem
nasional;
 peraturan daerah provinsi untuk arahan peraturan zonasi sistem
provinsi; dan
 peraturan daerah kabupaten/kota untuk peraturan zonasi.
G. Pelaksanaan Pemanfaatan Ruang
Dalam agar pemanfaatan ruang sesuai dengan rencana tata ruang wilayah
dapat diberikan insentif dan/atau disinsentif oleh Pemerintah dan
pemerintah daerah.
a. Insentif, yang merupakan perangkat atau upaya untuk memberikan
imbalan terhadap pelaksanaan kegiatan yang sejalan dengan rencana
tata ruang, berupa:

Perencanaan Masterplan Ibukota Kecamatan Wetar Timur 2-5


Kabupaten Maluku Barat Daya
Laporan Akhir

 keringanan pajak, pemberian kompensasi, subsidi silang, imbalan,


sewa ruang, dan urun saham;
 pembangunan serta pengadaan infrastruktur;
 kemudahan prosedur perizinan; dan/atau
 pemberian penghargaan kepada masyarakat, swasta dan/atau
pemerintah daerah.
b. Disinsentif, yang merupakan perangkat untuk mencegah, membatasi
pertumbuhan, atau mengurangi kegiatan yang tidak sejalan dengan
rencana tata ruang, berupa:
 pengenaan pajak yang tinggi yang disesuaikan dengan besarnya
biaya yang dibutuhkan untuk mengatasi dampak yang ditimbulkan
akibat pemanfaatan ruang; dan/atau
 pembatasan penyediaan infrastruktur, pengenaan kompensasi, dan
penalti.

2.2. Tinjauan RPJM Provinsi Maluku Tahun 2005-2025


Visi dan Misi Pembangunan daerah Maluku seperti diamanatkan dalam
POLA DASAR Tahun 2001-2005. Sesuai POLA DASAR Tahun 2001-2005:
“Terwujudnya perikehidupan masyarakat Maluku yang rukun,
aman, damai dan sejahtera, dalam wadah Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang didukung oleh warga masyarakat yang
bertaqwa, memiliki rasa cinta kasih dan berakhlak mulia,
berkesadaran hukum dan lingkungan, serta memiliki etos kerja
yang tinggi”.
Dalam mewujudkan visi maka diperlukan misi-misi yaitu:
1. Penciptaan kondisi aman, damai, tertib dan tentram dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
2. Peningkatan penghayatan dan pengamalan ajaran agama untuk
mewujudkan kualitas keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan YME
dalam kehidupan sehari-hari dan mantapnya persaudaraan umat
beragama, berakhlak mulia, toleran, rukun dan damai
3. Penegakan hukum dan hak azasi manusia yang menjamin tegaknya
tatanan kehidupan bermasyarakat berlandaskan keadilan dan
kebenaran. Dalam hubungan ini, aparatur penegak hukum akan
ditingkatkan baik kuantitas maupun kualitas, disamping
mengefektifkan tatanan hukum lokal seperti Sanksi dan sejenisnya.
4. Pemberdayaan masyarakat dan seluruh kekuatan ekonomi kerakyatan
yang bertumpu pada mekanisme pasar yang berkeadilan,
meningkatkan pembangunan wilayah secara terpadu, berkelanjutan
dan berwawasan lingkungan yang berbasis sumber daya alam dan

Perencanaan Masterplan Ibukota Kecamatan Wetar Timur 2-6


Kabupaten Maluku Barat Daya
Laporan Akhir

sumber daya manusia yang produktif, mandiri, maju, dan berdaya


saing. Dalam hubungan ini, akan ditingkatkan peranan lembaga-
lembaga keuangan dalam rangka mendorong investasi melalui
penggalakan tabungan masyarakat.
5. Pemanfaatan berbagai potensi sumber daya alam spesifik daerah
seoptimal mungkin dengan mendorong perkembangan pengusaha
lokal baik dalam emenuhan kebutuhan akan modal (investasi) maupun
dalam membuka akses dalam kompetisi pasar global baik nasional,
regional, maupun internasional.
6. Pemantapan pelaksanaan otonomi daerah berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku untuk memacu percepatan
pembangunan daerah dan menyelesaikan berbagai permasalahan
yang berkaitan dengan dampak konflik sosial dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
7. Peningkatan kualitas aparatur Pemerintahan daerah dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat secara optimal,
profesional, berdaya guna, produktif, transparan, demokratis serta
bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme.
8. Peningkatan kesejahteraan masyarakat yang ditandai dengan
meningkatnya kualitas kehidupan yang layak dan bermanfaat serta
peningkatan ketahanan masyarakat dan lembaga masyarakat dalam
berbagai aspek kehidupan sehingga secara bertahap memiliki daya
tahan, kemandirian, kemampuan menghidupkan diri, keluarga dan
lingkungannya.
9. Penciptaan sistem dan iklim pendidikan yang demokratis dan bermutu
pada seluruh tatanan terutama pada Perguruan Tinggi, guna
meningkatkan etos kerja dan daya saing, kreatif, inovatif, berwawasan
kebangsaan, cerdas, sehat, berdisiplin dan bertanggungjawab, serta
menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi dalam rangka
mengembangkan kualitas sumber daya manusia.
10. Penciptaan kehidupan sosial budaya masyarakat yang berkepribadian,
dinamis, kreatif, dan berdaya tahan terhadap pengaruh globalisasi.

2.3. Tinjauan Kebijakan RTRW Provinsi Maluku


2.3.1. Kebijakan Struktur Ruang
Sistem pusat-pusat permukiman atau sistem kota-kota di wilayah Provinsi
Maluku yang direncanakan tidak terlepas dari struktur kota di antara
ibukota provinsi, ibukota kabupaten maupun kota-kota kecamatan, karena
kota merupakan salah satu unsur penting dalam membentuk struktur
ruang.

Perencanaan Masterplan Ibukota Kecamatan Wetar Timur 2-7


Kabupaten Maluku Barat Daya
Laporan Akhir

Sistem kota-kota diarahkan sesuai dengan hirarki jumlah penduduk,


potensi dan kegiatan ekonominya. Pengembangan sistem kota-kota
diarahkan sedemikian rupa agar selaras dengan rencana pengembangan
wilayah, terutama berkaitan dengan kondisi fisik yang sebagian
merupakan pulau-pulau dan bencana alam yang sering terjadi, serta
rencana Gugus Pulau yang diusulkan. Di pihak lain kawasan perkotaan itu
sendiri memerlukan pengelolaan secara individual yang bertujuan
meningkatkan produktivitas kegiatan ekonomi dalam rangka mendukung
fungsi kotanya di wilayah yang lebih luas, serta mendukung
pengembangan wilayah yang berkelanjutan.
1. Sistem Pusat Permukiman Perdesaan dan Perkotaan
Untuk kurun waktu 20 (dua puluh) tahun yang akan datang sesuai
dengan dimensi waktu Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi,
pengembangan kota-kota di Provinsi Maluku akan tetap mengacu pada
hirarki fungsional sesuai RTRWN antara lain: Pusat Kegiatan
Nasional/PKN, Pusat Kegiatan Wilayah/PKW, Pusat Kegiatan Lokal/PKL,
Pusat Kegiatan Strategis Nasional/PKSN. Namun mengingat beberapa
pusat gugus pulau mempunyai fungsi lebih tinggi daripada PKL, serta
belum ditetapkan sebagai PKW dalam RTRWN, ditetapkan sebagai PKSP
(Pusat Kegiatan Strategis Provinsi), dimasa datang diusulkan untuk
menjadi PKW sesuai dengan perkembangannya serta skala
pelayanannya.
Kota yang dikembangkan sebagai PKN adalah Kota Ambon, kota-kota
yang dikembangkan sebagai PKW meliputi kota-kota yang berfungsi
sebagai pusat pelayanan regional, yaitu ibukota kabupaten dan kota-
kota yang dapat berfungsi sebagai kota dalam lingkup regional yang
terdapat di Provinsi Maluku yaitu Kota Tual, Masohi, Namlea, Kairatu,
Werinama, Bula, Dataran Hunimua,Wahai,Langgur, Tiakur, Larat dan
Namrole,;kota PKSN sebagai kawasan perbatasan dan pertahanan dan
keamanan, yaitu Kota Saumlaki, Ilwaki, dan Kota Dobo, kota-kota yang
dikembangkan sebagai PKSP adalah Dataran Hunimoa, Piru (Dataran
Honipopu), BandaNeira, Benjina (yang diusulkan menggantikan Dobo
sebagai PKSN), Tepa dan Serwaru.
Pengembangan Kota Ambon sebagai Ibukota Provinsi (PKN) untuk
jangka panjang perlu di evaluasi, hal ini didasarkan pada keterbatasan
lahan untuk pengembangan Kota Ambon di masa yang akan datang.
Kota-kota di Provinsi Maluku yang dikategorikan sebagai PKLadalah
selain sebagai ibukota-ibukota kecamatan,juga mempunyai fungsi
pelayanan kota-kota di sekitarnya, terdiri atas:
a) Ibukota kecamatan di Kota Ambon; meliputiAmahusu, Karang
Panjang, Wayame, Passo, Leahari.

Perencanaan Masterplan Ibukota Kecamatan Wetar Timur 2-8


Kabupaten Maluku Barat Daya
Laporan Akhir

b) Ibukota Kecamatan di Kota Tual; meliputiTubyal, Namsel danYamtel


c) Ibukota kecamatan di Kabupaten Buru, meliputi Teluk Bara,
Waenetat, Ilath, Waplau, dan Airbuaya
d) Ibukota Kecamatan di Kabupaten Buru Selatan, meliputi Leksula,
Elfule, Wamsisi, Wailua, dan Biloro
e) Ibukota kecamatan di Kabupaten Seram Bagian Barat meliputi
Taniwel, Waesala, Hunitetu, Latu, Kamal, Luhu, Tomalehu Timur,
dan Uwen Pantai
f) Ibukota kecamatan di Kabupaten Maluku Tengah meliputi Banda
Neira,Amahai, Tehoru, Sahulau, Saparua, Pelauw, Hila, Waipia,
Tulehu, Ameth, Larike, Pasanea, Kobi, Laimu dan Kobisonta
g) Ibukota kecamatan di Kabupaten Seram Bagian Timur meliputi
Geser, Kilalir, Atiahu, Wermaf Kampung Baru, Waiketam Baru,
Tamher Timur, Air Kasar, Kilmuri, Pulau Panjang dan Miran
h) Ibukota kecamatan di Kabupaten Maluku Tenggara, meliputi Elat,
Weduar, Holath,Ohoira, dan Rumat
i) Ibukota kecamatan di Kabupaten Maluku Tenggara Barat, meliputi
Larat, Adaut, Lorulun, Seira, Romean, Wunlah, Alusi Kelaan, Adodo
Molo dan Tutukembong
j) Ibukota Kecamatan di Kabupaten Maluku Barat Daya, meliputi,
Wonreli, Weet, Wulur, Tepa, Letwurung, Serwaru, dan Lelang.
k) Ibukota kecamatan di Kabupaten Kepulauan Aru yaitu Jerol (Aru
Selatan), Benjina, Marlasi, dan Batulei, Koijabi, Longgar, Meror.
2. Hierarki Kota-Kota
Berdasarkan kebijakan yang tertuang dalam RTRWN dan berdasarkan
hasil analisis dan kecenderungan perkembangan pusat-pusat kegiatan
di wilayah Provinsi Maluku, sistem hirarki perkotaan di Provinsi Maluku
akan dikategorikan dalam 5 (lima) kelompok berdasarkan fungsi dan
pelayanannya dalam menunjang pertumbuhan ekonomi nasional,
yaitu:
a) Kota atau daerah perkotaan yang berfungsi sebagai pusat kegiatan
nasional (PKN), yaitu kota atau perkotaan yang mempunyai wilayah
pelayanan skala nasional, disamping merupakan pintu gerbang bagi
keluar masuknya arus barang dan jasa, juga merupakan simpul
perdagangan internasional;
b) Kota atau daerah perkotaan yang berfungsi sebagai pusat kegiatan
wilayah (PKW), yaitu kota atau perkotaan yang mempunyai wilayah
pelayanan yang mencakup beberapa kawasan atau kabupaten;
c) Kota atau daerah perkotaan yang berfungsi sebagai pusat kegiatan
strategis nasional (PKSN), yaitu kota atau perkotaan yang
mempunyai fungsi pelayanan khusus dalam menunjang sektor
strategis nasional, menunjang pengembangan wilayah baru atau

Perencanaan Masterplan Ibukota Kecamatan Wetar Timur 2-9


Kabupaten Maluku Barat Daya
Laporan Akhir

penyebaran kegiatan ekonomi dan berfungsi sebagai daerah


penyangga aglomerasi pertumbuhan pusat kegiatan yang sudah
ada;
d) Kota atau daerah perkotaan yang berfungsi sebagai pusat kegiatan
strategis provinsi (PKSP), yaitu kota atau perkotaan yang
mempunyai fungsi pelayanan khusus dalam menunjang sektor
strategis provinsi, menunjang pengembangan wilayah baru atau
penyebaran kegiatan ekonomi dan berfungsi sebagai daerah
penyangga aglomerasi pertumbuhan pusat kegiatan yang sudah
ada, dan diharapkan dapat meningkat menjadi PKW atau PKSN
sesuai dengan hirarki perkotaan dalam PP Nomor 26 Tahun 2008
tentang RTRWN;
e) Kota atau daerah perkotaan yang berfungsi sebagai pusat kegiatan
lingkungan (PKL), yaitu kota atau perkotaan yang mempunyai
fungsi pelayanan dalam melayani beberapa kota yang berhirarki
lebih rendah.
Kota-kota yang diusulkan menjadi PKSP diatas, Kota Piru,Honimua,
serta Kota Tepa dan Kota Serwaru yang masing-masing merupakan
pusat pengembangan wilayah di Gugus Pulau 11 dan 12. Kota Banda
Naira diusulkan menjadi PKSP karena fungsinya sebagai lokasi wisata
bahari dan wisata sejarah skala nasional maupun internasional, selain
kegiatan industri perikanan dan perkebunan pala yang sudah
mendunia.
Kota Benjina sebagai pusat industri perikanan diusulkan menjadi PKSP.
Kota Dobo dipertimbangkan untuk dialihkan sebagai PKSN karena
merupakan kawasan yang rawan bencana, dan pengembangan kota
tidak terlalu signifikan dan sukar untuk dilakukan mengingat kondisi
wilayah yang berawa-rawa, maka Kota Benjina di harapkan dapat
berkembang dan menggantikan kota Dobo sebagai PKSN.
3. Rencana kebijakan pengembangan PKN:
a) Pemantapan keterkaitan antar wilayah dengan kota-kota utama di
wilayah Indonesia Bagian Timur (seperti Sorong, Fak-fak, Biak,
Merauke,Manado, Kendari dan Ujung Pandang), Indonesia Bagian
Barat (Surabaya, Jakarta, dan lain-lain) dan Negara Asia Pasifik
(Timor Leste, Australia, Jepang dan lain-lain) melalui peningkatan
sarana dan prasarana komunikasi (laut, udara dan telekomunikasi);
b) Penyediaan prasarana perkotaan sesuai dengan fungsi kota dengan
pendekatan program pembangunan prasarana kota terpadu;
c) Peningkatan peran swasta dalam pembangunan prasarana dan
sarana perkotaan;

Perencanaan Masterplan Ibukota Kecamatan Wetar Timur 2 - 10


Kabupaten Maluku Barat Daya
Laporan Akhir

d) Pengembangan kegiatan ekonomi kota (industri, jasa, perdagangan,


dan lain-lain) untuk memacu pertumbuhan daerah serta
memperluas kesempatan kerja;
e) Penataan ruang kota melalui perencanaan, pelaksanaan dan
pengendalian tata ruang kota yang berbasis mitigasi bencana.
4. Rencana Kebijakan Pengembangan PKW:
a) Penyediaaan prasarana perkotaan dengan pendekatan program
pembangunan prasarana kota terpadu;
b) Peningkatan aksesibilitas ke wilayah belakang yang dilayaninya
melalui pengembangan jaringan jalan darat, laut dan udara;
c) Peningkatan aksesibilitas ke wilayah regional, nasional maupun
internasional yang dilayani melalui pengembangan jaringan
transportasi laut dan udara, khususnya bagi pusat-pusat
pengembangan wilayah di masing-masing Gugus Pulau yang
berfungsi sebagai Pintu Jamak (Multy Gate).
d) Penataan ruang kota melalui perencanaan, pelaksanaan dan
pengendalian tata ruang kota yang berbasis mitigasi bencana.
5. Rencana Kebijakan Pengembangan PKSN:
a) Penyediaaan prasarana perkotaan dengan pendekatan program
pembangunan prasarana kota terpadu;
b) Peningkatan aksesibilitas ke wilayah internasional yang dilayani
melalui pengembangan jaringan transportasi laut dan udara;
c) Peningkatan wilayah perbatasan untuk menunjang kepentingan
pertahanan keamanan nasional serta integrasi nasional;
d) Peningkatan pembangunan prasarana dan sarana wilayah untuk
peluang investasi.
e) Penataan ruang kota melalui perencanaan, pelaksanaan dan
pengendalian tata ruang kota yang berbasis mitigasi bencana.
6. Rencana Kebijakan Pengembangan PKSP:
a) Penyediaaan prasarana perkotaan dengan pendekatan program
pembangunan prasarana kota terpadu;
b) Peningkatan aksesibilitas ke wilayah nasional yang dilayani melalui
pengembangan jaringan transportasi laut dan udara;
c) Peningkatan wilayah perbatasan untuk menunjang kepentingan
pertahanan keamanan wilayah Provinsi Maluku serta integrasi
nasional;
d) Peningkatan pembangunan prasarana dan sarana wilayah Provinsi
untuk peluang investasi.
e) Penataan ruang kota melalui perencanaan, pelaksanaan dan
pengendalian tata ruang kota yang berbasis mitigasi bencana.

Perencanaan Masterplan Ibukota Kecamatan Wetar Timur 2 - 11


Kabupaten Maluku Barat Daya
Laporan Akhir

7. Rencana Kebijakan Pengembangan PKL:


a) Penyediaaan prasarana perkotaan dengan pendekatan program
pembangunan prasarana kota terpadu;
b) Peningkatan aksesibilitas ke wilayah belakang yang dilayani melalui
pengembangan jaringan jalan darat dan laut.
c) Penataan ruang kota melalui perencanaan, pelaksanaan dan
pengendalian tata ruang kota yang berbasis mitigasi bencana.
d) Mengantisipasi dinamika pertambahan penduduk dan perubahan
iklim yang berdampak pada pengurangan wilayah pesisir terhadap
pulau-pulau kecil (pulau Ambon), memperhatikan kondisi topografi
pulau Ambon yang luasnya 761 Km²dan Kota Ambon 359,45 Km2,
dimana perbandingan dataran hampir sama dengan wilayah
perbukitan, sehingga untuk jangka panjang pengembangan wilayah
perkotaan tidak berjalan dengan baik. maka Provinsi Maluku untuk
jangka panjang mempersiapkan kawasan Makariki di Pulau Seram
(pulau besar) untuk Ibukota Provinsi Maluku di masa depan. Untuk
rencana dimaksud maka Kawasan Makariki diusulkan menjadi Pusat
Kegiatan Lokal (PKL) yang akan disesuaikan kemajuan
pembangunan perkotaan di wilayah tersebut.
Tabel 2- 1 Sistem Perkotaan Provinsi

NO PKN PKW PKSN PKSP PKL


1 Ambon - Masohi (I/C/1) - Saumlaki - Piru - Leksula (Orde III)
(I/C/1) - Werinama (I/A/2) - Banda Naira - Teluk Bara (Orde III)
(II/C/2) - Ilwaki (II/A/2) - Tepa - Elfule (Orde III)
- Kairatu (II/C/1) - Dobo (II/A/2) - Serwaru - Waenetat,Ilath (Orde III)
- Tual (II/C/1) - Benjina - Kataloka (Orde III)
- Namlea (II/C/1) - Amahai (Orde III)
- Wahai (II/B) - Tehoru (Orde III)
- Bula (II/B) - Saparua (Orde III)
- Langgur - Tulehu (Orde III)
- Tiakur - Jerol (Orde III)
- Namrole - Larat (Orde IIII)
- Dataran - Lelang (Orde III)
Honipopu - Wonreli (Orde III)
- Dataran Hunimoa - Yamtel (Orde III)
- Kepala Madan - Namsel (Orde III)
- Wonreli - Tubyal (Orde III)
- Yamtel (Orde III)
- Waplau(Orde III)
- Airbuaya (Orde III)
- Kayeli (Orde III)
- Waisama (Orde III)
- Wailua (Orde III)
- Biloro (Orde III)
- Taniwel (Orde III)
- Waisala (Orde III)
- Hunitetu (Orde III)
- Kamal (Orde III)
- Latu (Orde III)
- Luhu (Orde III)
- Tomalehu Timur (Orde III)
- Uwen Pantai (Orde III)
- Banda Naira (Orde III)
- Sahulau (Orde III)
- Pelauw (Orde III)
- Hila (Orde III)

Perencanaan Masterplan Ibukota Kecamatan Wetar Timur 2 - 12


Kabupaten Maluku Barat Daya
Laporan Akhir

- Ameth(Orde III)
- Kobisonta (Orde III)
- Makariki (Orde III)
- Geser (Orde III)
- Kilalir(Orde III)
- Atiahu (Orde III)
- Wermaf Kampung Baru (Orde III)
- Waiketam Baru (Orde III)
- Tamher timur (Orde III)
- Air Kasar (Orde III)
- Kilmuri (Orde III)
- Pulau Panjang (Orde III)
- Miran (Orde III)
- Elat (Orde III)
- Weduar (Orde III)
- Holath (Orde III)
- Ohoira (Orde III)
- Rumat (Orde III)
- Adaut (Orde III)
- Lorulung (Orde III)
- Seira (Orde III)
- Romean (Orde III)
- Wunlah (Orde III)
- Alusi Kelaan (Orde III)
- Adodo Molo (Orde III)
- Tutukembong (Orde III)
- Weet (Orde III)
- Wulur (Orde III)
- Letwurung (Orde III)
- Serwaru (Orde III)
- Marlasi(Orde III)
- Batulei (Orde III)
- Koijabi (Orde III)
- Longgar (Orde III)
- Meror (Orde III)
Keteranga:
I – IV : Tahapan Pengembangan
A : Percepatan Pengembangan kota-kota utama kawasan Perbatasan
A/1 : Pengembangan/Peningkatan fungsi
A/2 : Pengembangan Baru
A/3 : Revitalisasi kota-kota yang telah berfungsi
B : Mendorong Pengembangan Kota-Kota Sentra Produksi
C : Revitalisasi dan Percepatan Pengembangan Kota-Kota Pusat Pertumbuhan
Nasonal
C/1 : Pengembangan/Peningkatan fungsi
C/2 : Pengembangan Baru
C/3 : Revitalisasi kota-kota yang telah berfungsi
D : Pengendalian Kota-kota Berbasis Mitigasi Bencana
D/1 : Rehabilitasi kota akibat bencana alam
D/2 : Pengendalian perkembangan kota-kota berbasis Mitigasi Bencana

Perencanaan Masterplan Ibukota Kecamatan Wetar Timur 2 - 13


Kabupaten Maluku Barat Daya
Laporan Akhir

RENCANA TATA RUANG WILAYAH


PROVINSI MALUKU
TAHUN 2013 - 2033

PROV. PAPUA BARAT

Gambar 2- 1 Peta Rencana Struktur Ruang Provinsi Maluku

Perencanaan Masterplan Ibukota Kecamatan Wetar Timur 2 - 14


Kabupaten Maluku Barat Daya
Laporan Akhir

2.3.2. Kebijakan Pola Ruang


Seperti yang tercantum dalam Pedoman Penyusunan RTRW Provinsi,
pemanfaatan ruang untuk kawasan lindung merupakan salah satu produk
utama yang akan dihasilkan. Penetapan kawasan lindung ini mengacu
pada Pengembangan Kawasan Sentra Produksi Provinsi Maluku mengenai
Penyusunan Master Plan dan Action Plan Kawasan Sentra Produksi
Universitas Pattimura mengenai satuan lahan dan kesesuaian lahan, Tata
Guna Hutan Kesepakatan (Padu Serasi), serta kajian ulang aspek geologi.
Teknik analisis yang digunakan adalah dengan melakukan overlay peta
satuan lahan, kesesuaian lahan skala 1: 100.000 dan peta geologi skala 1:
250.000.
Berkaitan pula dengan Keppres Nomor 32 Tahun 1990 mengenai
Pengelolaan Kawasan Lindung, maka perlu dilakukan pemantapan
terhadap kawasan lindung yang telah ada, sesuai dengan pengertian,
tujuan, serta kriteria seperti yang terdapat pada Keppres di atas, berikut
penyesuaian di lapangan. Pada dasarnya, pemanfatan ruang untuk
kawasan lindung ini merupakan perwujudan dari pengembangan struktur
ruang Provinsi yang berdasarkan pada prinsip pembangunan
berkelanjutan. Setelah kawasan lindung ini ditetapkan, kemudian
digunakan sebagai limitasi atau kendala bagi pengembangan wilayah
budidaya, yang selanjutnya dapat ditentukan kawasan budidayanya.
Pertimbangan-pertimbangan yang digunakan dalam penentuan kawasan
lindung ini yaitu:
1. Rencana Tata Guna Hutan Kesepakatan (TGHK);
2. Kriteria menurut Keppres Nomor 32 Tahun 1990 rencana-rencana
sektoral (perkebunan, transmigrasi, kehutanan, dan sebagainya);
3. Rencana kesesuaian lahan.
Pengertian kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan
fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang
mencakupsumber daya alam serta sumber daya buatan guna
pembangunan berkelanjutan.
Sesuai dengan Keppres No. 32 Tahun 1990 Tentang Pengelolaan Kawasan
Lindung, maka kawasan lindung yang akan ditetapkan di Maluku meliputi
wilayah daratan dan lautan yang terdiri atas:
1. Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya,
yaitu:Kawasan hutan lindung, Kawasan Konservasi dan resapan air
serta Kawasan kars;
2. Kawasan perlindungan setempat;
a) Sempadan pantai;
b) Sempadan sungai;

Perencanaan Masterplan Ibukota Kecamatan Wetar Timur 2 - 15


Kabupaten Maluku Barat Daya
Laporan Akhir

c) Kawasan sekitar danau/waduk;


d) Kawasan sekitar mata air;
e) Kawasan sempadan sungai di kawasan permukiman;
f) Kawasan pantai berhutan bakau/mangrove; dan
g) Kawasan terbuka hijau kota.
3. Kawasan suaka alam dan pelestarian alam;
a) Kawasan cagar alam;
b) Kawasan suaka margasatwa;
c) Kawasan cagar budaya;
d) Taman Nasional dan;
e) Taman wisata alam.
4. Kawasan rawan bencana alam;
a) Kawasan rawan letusan gunung api;
b) Kawasan rawan gempa, gerakan tanah dan longsor;
c) Kawasan rawan banjir; dan
d) Kawasan rawan gelombang pasang dan tsunami.
Untuk kawasan lindung daratan, khususnya hutan lindung, umumnya
diarahkan pada bagian tengah pulau yang memiliki kekayaan hutan.
Sementara kawasan lindung lautan diarahkan ke wilayah perairan yang
memiliki keunikan/keindahan alam laut dan tempat hidup satwa khas serta
kawasan sasiannya, lokasi beberapa kawasan lindung dapat tumpang
tindih satu sama lain. Untuk mengatasi hal ini, perlu dilakukan prioritas
dalam pemilihannya. Sesuai dengan ketentuan yang ada urutan prioritas
bagi pemantapan kawasan lindung tersebut yaitu:
1. Kawasan suaka alam;
2. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan lainnya
(hutan lindung);
3. Kawasan perlindungan setempat;
4. Kawasan rawan bencana alam.

Perencanaan Masterplan Ibukota Kecamatan Wetar Timur 2 - 16


Kabupaten Maluku Barat Daya
Laporan Akhir

RENCANA TATA RUANG WILAYAH


PROVINSI MALUKU
TAHUN 2013 - 2033

PROV. PAPUA BARAT

Gambar 2- 2 Peta Rencana Pola Ruang Provinsi Maluku

Perencanaan Masterplan Ibukota Kecamatan Wetar Timur 2 - 17


Kabupaten Maluku Barat Daya
Laporan Akhir

RENCANA TATA RUANG WILAYAH


PROVINSI MALUKU
TAHUN 2013 - 2033

PROV. PAPUA BARAT

Gambar 2- 3 Peta Rencana Kawasan Strategis Provinsi Maluku

Perencanaan Masterplan Ibukota Kecamatan Wetar Timur 2 - 18


Kabupaten Maluku Barat Daya
Laporan Akhir

2.4. Tinjauan Kebijakan Pembangunan Regional Kabupaten


Maluku Barat Daya
Dalam berbagai aspek pembangunan Kabupaten Maluku Barat Daya
mempunyai visi dan misi, sebagai berikut:
 Visi
Berdasarkan nilai-nilai kearifan budaya dan cerminan hati sanubari rakyat
Maluku Barat Daya yang dipadukan dengan nilai-nilai penyelenggaraan
pemerintahan yang baik untuk mewujudkan tata pemerintahan yang baik
dan tata kehidupan masyarakat yang sejahtera lahir batin, berkualitas dan
berbudaya, memperhatikan isu strategis dalam lima tahun kedepan, maka
Visi Pembangunan Kabupaten Maluku Barat Daya Tahun 2016-2021
adalah:
“Terwujudnya Kehidupan Manusia Dan Masyarakat Maluku Barat
Daya Yang Cerdas, Adil, Sejahtera, Tangguh Dan Lestari Yang
Dijiwai Budaya Kalwedo, Dalam Keutuhan Negara Kesatuan
Republik Indonesia”.
 Misi
Untuk mewujudkan Visi pembangunan Maluku Barat Daya Tahun 2016-
2021 yaitu Cerdas, Adil, Sejahtera, Tangguh dan Lestari yang dijiwai
budaya kalwedo, dalam keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Maka dirumuskan 5 misi Maluku Barat Daya sebagai berikut :
1. Mewujudkan kehidupan manusia dan masyarakat Maluku Barat Daya
yang cerdas. Arah strategi misi adalah memperluas akses pendidikan
yang adil merata, bermutu, dan berjenjang sampai ke perguruan tinggi
dengan dasar moral pancasila, budaya, dan keagamaan yang kuat,
serta memperluas akses bagi masyarakat untuk bersaing secara
nasional maupun internasional.
2. Mewujudkan kehidupan manusia dan masyarakat Maluku Barat Daya
yang adil. Arah strategi misi adalah menciptakan keamanan dan
pelayanan hukum yang merata di berbagai wilayah kepulauan guna
menjamin keamanan sumber daya alam dan kenyamanan hidup
masyarakat pada setiap wilayah kepulauan Maluku Barat Daya sebagai
kabupaten yang berciri kepulauan dan perbatasan.
3. Mewujudkan kehidupan manusia dan masyarakat Maluku Barat Daya
yang sejahtera melalui peningkatan infrastruktur publik dasar. Arah
strategi misi adalah memperluas akses transportasi antarpulau,
daerah, dan Negara yang kokoh dengan memperjuangkan Maluku Barat
Daya sebagai salah satu fokus poros maritim dengan tol laut untuk
memperlancar arus mobilitas barang dan jasa serta meningkatkan
produktifitas masyarakat Maluku Barat Daya.

Perencanaan Masterplan Ibukota Kecamatan Wetar Timur 2 - 19


Kabupaten Maluku Barat Daya
Laporan Akhir

4. Mewujudkan kehidupan manusia dan masyarakat Maluku Barat Daya


yang tangguh. Arah strategi misi adalah mendorong pertumbuhan
perekonomian dan kesejahteraan rakyat secara konsisten dan
berkelanjutan, mengembangkan iklim investasi secara luas serta
mengembangkan teknologi pengolahan yang berbasis keunggulan
sumberdaya alam pertanian, perikanan, dan kelautan dengan
memperhatikan kelestarian ekosistem kepulauan.
5. Mewujudkan Keutuhan kehidupan manusia dan masyarakat Maluku
Barat Daya yang lestari. Arah strategi misi adalah memperkuat
kehidupan budaya serta jaringan sosio-kultur dan ekonomi masyarakat
Maluku Barat Daya secara lintas pulau, daerah, maupun dengan Negara
tetangga.
 Strategi
Strategi dirumuskan sebagai pernyataan yang menjelaskan bagaimana
sasaran akan dicapai. Strategi merupakan langkah-langkah yan berisikan
program-program indikatif untuk mewujudkan capaian visi dan misi.
Strategi tersebut selanjurnya diperjelas dengan arah kebijakan. Penetapan
strategi dilakukan untuk menjawab cara pencapaian sasaran-sasaran
pembangunan dan jangka waktu pencapaian sasaran-sasaran tersebut.
Suatu strategi dapat dlakukan untuk menjawab satu sasaran
pembangunan ataupun lebih dari satu sasaran pembangunan, dengan
mempertimbangkan aspek efektifitas dan efisiensi pencapaian target
sasaran.

2.5. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Maluku Barat


Daya Tahun 2013-2033
2.5.1. Rencana Struktur Ruang
Untuk mendukung struktur ruang yang direncanakan sebagaimana dalam
kebijakan penataan ruang Kabupaten Maluku Barat Daya, pengembangan
perwilayahan pembangunan dengan titik berat pada penekanan
keterkaitan antar wilayah yang didukung oleh perkembangan aktifitas
ekonomi di daerah belakangnya. Namun, pengembangan wilayah secara
umum tidak dapat dilakukan bersama-sama dalam satu kesatuan tempat
dan waktu di setiap bagian wilayahnya. Hal ini disebabkan setiap bagian
wilayah mempunyai permasalahan dan kendala pembangunan baik yang
menyangkut perencanaan maupun pelaksanaan (pembiayaan, aparatur,
sumberdaya, pengawasan dan lain-lain) yang berbeda. Untuk
mengembangkan suatu wilayah dibutuhkan tahapan-tahapan
pengembangan dan pemusatan pembangunan pada titik tertentu yang
disebut pusat pengembangan atau pusat pertumbuhan. Hal ini bukan

Perencanaan Masterplan Ibukota Kecamatan Wetar Timur 2 - 20


Kabupaten Maluku Barat Daya
Laporan Akhir

berarti wilayah lainnya tidak penting, namun demi efisiensi, ada berbagai
kegiatan atau kebutuhan masyarakat yang dapat dipenuhi oleh pusat
pengembangan tanpa harus dibangun di setiap bagian wilayah atau
wilayah pelayanannya.
Rencana sistem perwilayahan pengembangan di Kabupaten Maluku Barat
Daya disesuaikan dengan kondisi fisik daerahnya yang merupakan
“wilayah kepulauan”, yang telah dilakukan pendekatan konsep WP Gugus
Pulau (GP) yang mana di setiap WP Gugus Pulau ditetapkan satu pusat
utama atau Pusat WP Gugus Pulau. Untuk menentukan pusat WP Gugus
Pulau digunakan beberapa pertimbangan antara lain tata jenjang pusat
pelayanan dan jangkauannya, karakteristik kota dan wilayah sekitarnya,
kebijakan yang terkait dan hasil kajian pola perwilayahan gugus pulau
yang telah dilakukan sebelumnya. Penentuan pola perwilayahan tersebut
diharapkan dapat diperoleh suatu pola yang optimal dan efisien, serta
pemerataan dalam pelayanan fasilitas kehidupan. Rencana sistem
perwilayahan pengembangan di Kabupaten Maluku Barat Daya ini,
dituangkan dalam perwilayahan gugus pulau sebagai berikut:
a. Wilayah Pengembangan (WP) Gugus Pulau I : dengan pusat di Kota
Wonrelli, dengan jangkauan pelayanan, meliputi Kecamatan PP.
Terselatan, Kecamatan Wetar, Kecamatan Wetar Utara, Kecamatan
Wetar Barat, kecamatan Wetar Timur, kecamatan Pulau Kepulauan
Romang dan Kecamatan Damer;
b. Wilayah Pengembangan (WP) Gugus Pulau II : dengan pusat di Kota
Tiakur dengan jangkauan pelayanan, meliputi Kecamatan Letti,
Kecamatan Moalakor dan Kecamatan Pulau Lakor;
c. Wilayah Pengembangan (WP) Gugus Pulau III : dengan pusat di Kota
Tepa dengan jangkauan pelayanan, meliputi Kecamatan PP. Babar,
Kecamatan Babar timur, Kecamatan Mdona Hiera, Kecamatan Pulau
Masela, Kecamatan Wetang dan Kecamatan Pulau Daweloor Dawera.

Perencanaan Masterplan Ibukota Kecamatan Wetar Timur 2 - 21


Kabupaten Maluku Barat Daya
Laporan Akhir

Tabel 2- 2 Rencana Struktur Pelayanan Kabupaten Maluku Barat Daya

Wilayah Rencana Pengembangan


No Fungsi Skala
Pengembangan Infrastruktur
1 WP Gugus Pulau I  Pemerintahan Nasional, Kantor Pemerintah
Kecamatan Regional, dan Kecamatan, BLK,
 Pendidikan Kota Akademi, Pendidikan TK
sampai menengah dan
 Kesehatan Perguruan Tinggi,
 Pariwisata Puskesmas, Pustu, Pasar
 Komersial/ Perdagangan Umum, Dermaga/
 Sosial Budaya Pelabuhan, Historical
Building, Tempat rekreasi,
 Pertanian dan perikanan
Dermaga/ Pelabuhan Laut/
 Transportasi Regional Sungai, Industri
 Industri Regional Pengolahan, Sub Terminal
 Kawasan Lindung agribisnis (STA),
 Kawasan Perbatasan infrastruktur kaws.
Perbatasan, Hutan Lindung
Wetar, kawasan
konservasi Danau Tihu
2 WP Gugus Pulau II  Pemerintahan Regional, dan Kantor Pemda Kabupaten,
Kabupaten Kota Rumah Sakit Umum
 Pendidikan Daerah, puskesmas,
pustu, Pasar Umum,
 Kesehatan Dermaga/ Pelabuhan
 Perdagangan dan jasa Laut/ Sungai,
 Sosial Budaya infrastruktur kaws.
 Transportasi Regional Perbatasan, Kaw
Konservasi Gn. Kerbau
 Kawasan Lindung
 Kawasan Perbatasan
3 WP Gugus Pulau  Pemerintahan Regional, dan Kantor Pemerintahan
III Kecamatan Kota Kecamatan, Pendidikan
 Pendidikan Menengah, puskesmas,
pustu, Pasar Umum,
 Kesehatan Pelabuhan, Sub Terminal
 Pertanian dan perikanan agribisnis (STA), Industri
 Perdagangan dan jasa Pengolahan, infrastruktur
 Transportasi Regional kaws.
Perbatasan.
 Industri Regional
 Kawasan Perbatasan

Sumber : RTRW Kabupaten Maluku Barat Daya

Perencanaan Masterplan Ibukota Kecamatan Wetar Timur 2 - 22


Kabupaten Maluku Barat Daya
Laporan Akhir

Gambar 2- 4 Peta Rencana Perwilayahan Gugus Pulau

Perencanaan Masterplan Ibukota Kecamatan Wetar Timur 2 - 23


Kabupaten Maluku Barat Daya
Laporan Akhir

A. Sistem Perkotaan
Sistem perkotaan Maluku Barat Daya, meliputi :
a. Orde I : Kota Wonreli di Kecamatan PP. Terselatan, Kota Tiakur di
Kecamatan Moa Lakor;
b. Orde II : Kota Serwaru di Kecamatan Letti, Kota Tepa di
Kecamatan PP. Babar, Kota Letwurung di Kecamatan Babar Timur,
Kota Weet di Kecamatan Moa Lakor, Kota Wulur di Kecamatan
Damer;
c. Orde III : Kecamatan Mdona Hiera di Kota Lelang, Kecamatan
Wetar di Kota Ilwaki;
d. Orde IV : Kota Lurang di Kecamatan Wetar Utara, Kota Lirang
di Kecamatan Wetar Barat, Kota Arwala di Kecamatan Wetar Timur,
Kota Rumkuda di Kecamatan Kepulauan Romang, Kota Werwawan
di Kecamatan Pulau Lakor, Kota Latalola Besar di Kecamatan Pulau
Masela, Kota Watuwey di Kecamatan Pulau Daweloor Dawera, Kota
Putihair Timur di Kecamatan Kisar Utara, Kota Rumah Lewang Besar
di Kecamatan Pulau Wetang.
B. Pusat-pusat Pelayanan
Pengembangan sistem pusat pelayanan meliputi pengembangan pusat
pelayanan perkotaan dan pusat pelayanan perdesaan. Pusat pelayanan
perkotaan terdiri atas Pusat Kegiatan Nasional (PKN), Pusat Kegiatan
Wilayah (PKW), Pusat Kegiatan Lokal (PKL), dan Pusat Kegiatan Strategis
Nasional (PKSN).
1. Pusat Kegiatan Nasional (PKN) adalah kawasan perkotaan yang
memenuhi salah satu atau semua kriteria, meliputi:
 Berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama kegiatan ekspor-
impor atau pintu gerbang ke kawasan internasional;
 Berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan
jasa-jasa berskala nasional atau yang melayani beberapa
propinsi;
 Berpotensi atau berfungsi sebagai simpul utama transportasi
skala nasional atau yang melayani beberapa propinsi;
 Berpotensi atau berfungsi sebagai pusat utama pelayanan lintas
batas antar Negara di kawasan perbatasan;
2. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) adalah kawasan perkotaan yang
memenuhi salah satu atau semua kriteria, meliputi:
 Berpotensi atau berfungsi sebagai pusat kegiatan industri dan
jasa-jasa yang melayani beberapa kabupaten;

Perencanaan Masterplan Ibukota Kecamatan Wetar Timur 2 - 24


Kabupaten Maluku Barat Daya
Laporan Akhir

 Berpotensi atau berfungsi sebagai simpul transportasi yang


melayani beberapa kabupaten;
 Berpotensi atau berfungsi sebagai simpul kedua kegiatan ekspor-
impor mendukung PKN.
3. Pusat Kegiatan Lokal (PKL) adalah kawasan perkotaan yang
memenuhi salah satu atau semua kriteria, meliputi :
 Berpotensi atau berfungsi sebagai pusat kegiatan industri dan
jasa-jasa yang melayani satu kabupaten atau beberapa
kecamatan;
 Berpotensi atau berfungsi sebagai simpul transportasi yang
melayani satu kabupaten atau beberapa kecamatan;
 Simpul transportasi yang melayani skala kabupaten atau
beberapa kecamatan antara lain, meliputi kawasan pelabuhan
lokal, kawasan bandar udara bukan pusat penyebaran, kawasan
stasiun skala kecil, dan kawasan terminal C dan sekitarnya.
4. Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) adalah kawasan
perkotaan yang ditetapkan untuk mendorong pengembangan
kawasan perbatasan negara.
5. Pusat-pusat lain di dalam wilayah Kabupaten Maluku Barat Daya,
yaitu:
 Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) merupakan kawasan perkotaan
yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kecamatan atau
beberapa desa; dan
 Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) merupakan pusat permukiman
yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala antar desa.
Sistem pusat pelayanan, meliputi :
a. PKWp (Pusat Kegiatan Wilayah promosi) : Kota Wonreli dan Tiakur;
b. PKSN (Pusat Kegiatan Strategis Nasional) : Kota Ilwaki;
c. PKLp (Pusat Kegiatan Lokal promosi) : Kota Tepa;
d. PPK (Pusat Pelayanan Kawasan) : Kota Serwaru, Kota Letwurung,
Kota Lurang, Kota Lelang, Kota Wulur, Kota Weet;
e. PPL (Pusat Pelayanan Lingkungan) : Luang, Wetang, Ustutun,
Kepulauan Romang, Letoda, Weet, Klishatu, Lawawang.

Perencanaan Masterplan Ibukota Kecamatan Wetar Timur 2 - 25


Kabupaten Maluku Barat Daya
Laporan Akhir

Gambar 2- 5 Peta Rencana Struktur Ruang

Perencanaan Masterplan Ibukota Kecamatan Wetar Timur 2 - 26


Kabupaten Maluku Barat Daya
Laporan Akhir

Tabel 2- 3 Rencana Pusat Pelayanan di Kabupaten Maluku Barat Daya

No Hirarki Kota
1 PKWp (Pusat Kegiatan Wilayah promosi) 1. Wonrelli
2 PKLp (Pusat Kegiatan Lokal promosi) 1. Tiakur
2. Tepa
3 PKSN (Pusat Kegiatan Strategis Nasional) 1. Ilwaki
4 PPK (Pusat Pelayanan Kawasan) 1. Tutukey,
2. Letwurung,
3. Lurang,
4. Lelang,
5. Wulur,
6. Klis.
5 PPL (Pusat Pelayanan Lingkungan) 1. Luang,
2. Wetan,
3. Ustutun,
4. Romang,
5. Letode,
6. Weet,
7. Klishatu,
8. Lawawang.
Sumber : RTRW Kabupaten Maluku Barat Daya

C. Sistem Prasarana Transportasi


1. Pengembangan Prasarana Transportasi Jalan
(1) Rencana jalan Kolektor Primer, meliputi ruas :
a. Pengembangan Jaringan jalan pengumpul Pulau Wetar yang
menghubungkan Ilwaki - Lurang.
b. Pembangunan Jalan Lingkar Wetar sebagai pengembangan
jaringan jalan yang sudah ada.
(2) Rencana jalan Kolektor Tersier, meliputi ruas Jaringan jalan lingkar
pulau Moa yang menghubungkan Kaiwatu - Tiakur - Wakarleli -
Pati - Upunyor - Klis - Nyama - Pilam - Moain - Poliu - Touwawan
- Kiera - Weet - Syota - Kaiwatu dan Kaiwatu - Werwaru - Patti -
Wakarleli - Tiakur - Kaiwatu;
(3) Rencana Pengembangan jaringan transportasi yang terpadu
antara jaringan, adalah sebagai berikut Memantapkan jaringan
lintas penyeberangan Damer - Tepa - Sermatang - Lakor - Moa -
Letti - Kisar - Kepulauan Romang - Arwala - Ilwaki -Lurang -
Ustutun - Teno (Kupang);
(4) Rencana jaringan jalan untuk penyeberangan berbasis gugus
pulau, meliputi ruas Jaringan jalan lintas Wetar, Kisar, Letti, Moa
dan Tepa yang terpadu dengan Lintas Penyeberangan Sape -
Labuhan Bajo - Waingapu - Kupang - Ende - Larantuka - Kalabahi
- Ustutun - Ilwaki - Wonreli - Tomra - Kaiwatu - Tepa ;

Perencanaan Masterplan Ibukota Kecamatan Wetar Timur 2 - 27


Kabupaten Maluku Barat Daya
Laporan Akhir

2. Pengembangan Angkutan Sungai dan Penyeberangan


Rencana Angkutan Sungai dan penyeberangan, meliputi
pengembangan lintasan penyeberangan untuk menghubungkan P.
Wetar - P. Yamdena, Pengembangan pelabuhan penyeberangan pada
kawasan perbatasan negara, Pengembangan pelabuhan yang
berfungsi Mendukung Pertumbuhan Ekonomi Dan Pertahanan
Keamanan, serta membuka keterisolasian wilayah;
a. Lintasan penyeberangan Lakor - Moa;
b. Lintasan penyeberangan Moa - Letti;
c. Lintasan penyeberangan Pulau Masela - Pulau Moa (Tiakur).
3. Pengembangan Prasarana Transportasi Laut
Rencana pengembangan prasarana transportasi laut, direncanakan
sesuai dengan kebutuhan dan mengikuti rencana tata ruang. Rencana
pengembangan alur pelayaran transportasi laut, diantaranya Pulau
Wetar - Kisar - Pulau Moa (Tiakur) dan Pulau Moa (Tiakur) - Wetang -
Masela untuk Rencana pengembangan prasarana transportasi laut,
yang terdiri dari pelabuhan Kaiwatu/Moa di Kecamatan Moa Lakor;
4. Pengembangan Prasarana Transportasi Udara
Rencana pengembangan prasarana transportasi udara meliputi
pengembangan rute angkutan udara dan pembangunan bandar udara.
Rute Baru Angkutan Udara Kabupaten Maluku Barat Daya terdiri dari:
a. Kisar - Kupang - Australia
b. Wetar - Moa - Kisar - Ambon
c. Moa - Kisar - Babar - Saumlaki
d. Kisar - Moa – Makasar

2.5.2. Rencana Pola Pemanfaatan Ruang


Rencana pola ruang Wilayah Kabupaten Maluku Barat Daya merupakan
rencana alokasi penggunaan ruang di Wilayah Kabupaten Maluku Barat
Daya dilakukan dengan menetapkan kawasan-kawasan potensial sebagai
kawasan lindung dan kawasan pengembangan budidaya pertanian/ non
pertanian.
Penentuan kawasan tersebut didasarkan pada kriteria penetapan kawasan
lindung (UU Nomor 26 Tahun 2007) yang disesuaikan dengan kondisi
pengembangan Wilayah Kabupaten Maluku Barat Daya saat ini.
Pola ruang merupakan kegiatan memantapkan/menetapkan
memanfaatkan dan mengembangkan sumberdaya yang tersedia pada
ruang bersangkutan. Penetapan pola ruang ini bersifat dinamis, sesuai
dengan dinamika pembangunan, akan tidak berarti selalu mengarah pada

Perencanaan Masterplan Ibukota Kecamatan Wetar Timur 2 - 28


Kabupaten Maluku Barat Daya
Laporan Akhir

perubahan fungsi suatu ruang tetapi harus sesuai dengan kebutuhan dan
daya dukung ruang yang telah ditetapkan.
A Kawasan Lindung
Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi
utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup
sumberdaya alam, sumberdaya buatan dan nilai sejarah serta budaya
bangsa, guna kepentingan pembangunan berkelanjutan.
Pengembangan kawasan lindung di Kabupaten Maluku Barat Daya
bertujuan untuk mewujudkan kelestarian fungsi lingkungan hidup,
meningkatkan daya dukung lingkungan dan menjaga keseimbangan
ekosistem antar wilayah guna mendukung proses pembangunan
berkelanjutan di Kabupaten Maluku Barat Daya.
Kawasan lindung Kabupaten Maluku Barat Daya direncanakan 19,52 %
atau 114.214 ha, yang terdiri dari hutan lindung 25.083 ha (4,29 %),
hutan bakau 17.939 ha (3,07 %) dan Kawasan Konservasi 71.192
(12,17 %).
Pola ruang untuk kawasan lindung, meliputi :
a. Kawasan perlindungan bawahannya;
b. Kawasan perlindungan setempat;
c. Kawasan Cagar alam dan cagar budaya;
d. Kawasan rawan bencana alam; serta
e. Kawasan lindung lainnya.
Sebaran kawasan lindung berdasarkan WP yang sama dengan
berdasarkan gugus pulau disusun dalam tabel berikut.

Tabel 2- 4 Rencana Kawasan Lindung Berdasarkan Gugus Pulau


Kabupaten Maluku Barat Daya

Gugus Pulau
Uraian Total
I II III
Kawasan Lindung 102.040 11.247 927 114.214
a. Hutan Lindung 24.156 - 927 25.083
b. Hutan Bakau 6.693 11.247 - 17.939
c. Kawasan Konservasi 71.192 - - 71.192
Sumber: RTRW Kabupaten Maluku Barat Daya 2013

 Kawasan yang Memberikan Perlindungan Kawasan


Bawahannya
Kawasan yang memberikan perlindungan Kawasan Bawahannya
meliputi kawasan hutan lindung dan kawasan resapan air. Kawasan

Perencanaan Masterplan Ibukota Kecamatan Wetar Timur 2 - 29


Kabupaten Maluku Barat Daya
Laporan Akhir

yang memberikan perlindungan kawasannya yang dapat diidentifikasi


di wilayah perencanaan adalah hutan lindung, sedangkan kawasan
resapan air tidak terdapat, karena kriteria curah hujan yang tinggi
tidak dipenuhi oleh wilayah perencanaan (curah hujan di wilayah
perencanaan memiliki kategori sedang dengan skor curah hujan 30).
Kawasan hutan lindung adalah :
• Kawasan hutan dengan faktor-faktor lapangan, jenis tanah
menurut kepekaannya terhadap erosi, intensitas curah hujan yang
melebihi skor 175 menurut petunjuk SK Menteri Pertanian No.
837/KPTS/UM/11/1980, dan/atau;
• Kawasan hutan yang mempunyai lereng lapangan 40% atau lebih,
dan/atau;
• Kawasan hutan yang mempunyai ketinggian di atas permukaan
laut 2.000 meter atau lebih.
 Kawasan Hutan lindung
Hutan lindung dan atau kaw. Hutan konservasi lainnya dengan nilai
skor > 125 (kelas lereng, jenis tanah, intensitas hujan) dan atau
Lereng lapangan > 40% dan pada daerah yang tanahnya peka
terhadap erosi dg kelerengan lapangan lebih dari 25%; dan atau
Kawasan hutan yg mempunyai ketinggian 2.000 m atau lebih diatas
permukaan laut.
Hutan lindung dan atau kaw. Hutan konservasi yang ada di
Kabupaten Maluku Barat Daya Luas 25.083 ha, terletak di Pulau
Terbang Utara, Pulau Terbang Selatan, Pulau Nusleur di Kecamatan
Damer, Pulau Kelapa di Kecamatan Mdona Hiera, Pulau Nusyata,
Pulau Tellang, Pulau Nuhlaut, Pulau Maopora, Pulau Nusmeteng di
Kecamatan Pulau Romang dan Pulau Lirang, Pulau Reong, Pulau
Burung, Pulau Wetar di Kecamatan Wetar.
 Kawasan Resapan Air
Curah hujan yang tinggi, struktur tanah meresapkan air dan bentuk
geomorfologi yang mampu meresapkan air hujan secara besar-
besaran.
Kawasan resapan air di yang ada di Kabupatem Maluku Barat Daya
luas 71.192 ha, terletak di Kecamatan Damer, Kecamatan Mdona
Hiera, Kecamatan PP Terselatan, Kecamatan Wetar, Kecamatan PP.
Babar, dan Kecamatan Babar Timur. Kawasan suaka alam dan Cagar
Budaya.
 Kawasan Hutan Bakau
Suaka alam laut dan perairan lainnya adalah daerah berupa perairan

Perencanaan Masterplan Ibukota Kecamatan Wetar Timur 2 - 30


Kabupaten Maluku Barat Daya
Laporan Akhir

laut, perairan darat, wialayah pesisir, muara sungai, gugus karang


dan atol yang mempunyai ciri khas berupa keragaman dan atau
keunikan ekosistem di Kabupaten Maluku Barat Daya luas 17.939
ha, terletak di Pulau Damer Kecamatan Damer, Pulau Kisar di
Kecamatan PP. Terselatan, Pulau Lirang, Pulau Wetar di Kecamatan
Wetar dan Pulau Moa di Kecamatan Moa Lakor.
 Kawasan Suaka Alam Laut Dan Perairan Lainnya
Hutan Konservasi kawasan berupa perairan laut, perairan darat,
wilayah pesisir, muara sungai, gugusan karang dan atau yang
mempunyai ciri khas berupa keragaman dan/atau keunikan
ekosistem, Hutan Konservasi yang ada di Kabupaten Maluku Barat
Daya Babar Timur 8717,78 ha, Leti 3626,01 ha, Mdona Hiera
3516,32 ha, Moa Lakor 18.582,46 ha, PP Terselatan 4867,69 ha.
 Cagar Budaya
Cagar Budaya tempat bangunan bernilai budaya tinggi, situs
purbakala dan kawasan dengan bentukan geologi tertentu yang
mempunyai manfaat tinggi untuk pengembangan ilmu
pengetahuan, di Kabupaten Maluku Barat Daya yaitu tarian adat
daerah.
 Kawasan Rawan Bencana Alam
 Kawasan Rawan Gempa Bumi
Daerah yang mempunyai sejarah kegempaan yang merusak daerah
yang dilalui oleh patahan aktif daerah yang mempunyai catatan
kegempaan dengan kekuatan (magnitudo) lebih besar dari 5 pada
skala richter daerah dengan batuan dasar berupa endapan lepas
seperti endapan sungai, endapan pantai dan batuan lapuk kawasan
lembah bertebing curam yang disusun batuan mudah longsor, di
Kabupaten Maluku Barat Daya Tersebar di semua kecamatan rawan
bencana gempa bumi.
 Kawasan Gelombang Pasang
Daerah yang diidentifikasi sering dan berpotensi tinggi mengalami
bencana gelombang pasang di Kabupaten Maluku Barat Daya
tersebar di seluruh kecamatan yang ada di Kabupatem Maluku Barat
Daya.
 Kawasan Perlindungan Setempat
 Sempadan Pantai
Daratan sepanjang tepian pantai yang lebarnya proporsional dengan
bentuk dan kondisi fisik pantai sekurang-kurangnya 100 m dari titik
pasang tertinggi ke arah darat di Kabupaten Maluku Barat Daya

Perencanaan Masterplan Ibukota Kecamatan Wetar Timur 2 - 31


Kabupaten Maluku Barat Daya
Laporan Akhir

tersebar di seluruh kecamatan yang ada di Kabupatem Maluku Barat


Daya.
 Sempadan Sungai
Sekurang-kurangnya 5 m di sebelah luar sepanjang kaki tanggul di
luar kawasan perkotaan dan 3 m di sebelah luar sepanjang kaki
tanggul di dalam kawasan perkotaan sekurang-kurangnya 100 m di
kanan kiri sungai besar dan 50 meter di kanan-kiri sungai kecil yang
tidak bertanggul diluar kawasan perkotaan sekurang-kurangnya 10
m dari tepi sungai untuk yang mempunyai kedalaman tidak lebih
besar dari 3 m sekurang-kurangnya 15 m dari tepi sungai untuk
sungai yang mempunyai kedalaman lebih dari 3 m sampai dengan
20 m sekurang-kurangnya 20 m dari tepi sungai untuk sungai yang
mempunyai kedalaman lebih dari 20 m sekurang-kurangnya 100 m
dari tepi sungai untuk sungai yang terpengaruh oleh pasang surut
air laut, dan berfungsi sebagai jalur hijau di Kabupaten Maluku Barat
Daya Terletak di seluruh Daerah Aliran Sungai (DAS).
 Kawasan Sekitar Danau, Waduk Dan Situ
Daratan sepanjang tepian waduk dan situ yang lebarnya
proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik waduk dan situ
sekurang-kurangnya 50 m dari titik pasang tertinggi ke arah darat
berada di Danau Tihu.
 Kawasan Sekitar Mata Air
Kawasan dengan radius sekurang-kurangnya 200 m di sekitar mata
air dengan lokasi tersebar di Kabupaten Maluku Barat Daya.
 Kawasan Koridor bagi Satwa atau Biota Laut yang Dilindungi
Kawasan yang diidentifikasi sebagai koridor bagi satwa dan biota
laut yang dilindungi di Kabupaten Maluku Barat Daya yaitu berada
di Kawasan sekitar Gunung Kerbau, Palau Moa.
B Rencana Kawasan Budidaya
Kawasan budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi
utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber
daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan. Kawasan
budidaya yang menjadi kewenangan kabupaten dan merupakan
kawasan strategis kabupaten, dapat berupa kawasan peruntukan
hutan produksi (kawasan hutan produksi terbatas, kawasan hutan
produksi tetap, kawasan hutan yang dapat dikonversi), kawasan
peruntukan hutan rakyat, kawasan peruntukan pertanian, kawasan
peruntukan perikanan (darat dan laut), kawasan peruntukan
pertambangan, kawasan peruntukan pariwisata, kawasan peruntukan

Perencanaan Masterplan Ibukota Kecamatan Wetar Timur 2 - 32


Kabupaten Maluku Barat Daya
Laporan Akhir

permukiman, kawasan industri dan kawasan peruntukan lainnya.


Berdasarkan Pedoman Penyusunan RTRW Kabupaten, kawasan
budidaya telah diklasifikasikan secara khusus. Untuk wilayah
Kabupaten Maluku Barat Daya, kawasan budidaya yang akan
ditetapkan mencakup wilayah daratan dan lautan yang terdiri dari:
1. Hutan produksi, terdiri atas kawasan hutan produksi tetap, kawasan
hutan produksi terbatas, dan hutan produksi konservasi;
2. Pertanian, terdiri atas pertanian lahan basah, pertanian lahan
kering, perkebunan, perikanan, dan peternakan;
3. Pertambangan;
4. Industri;
5. Pariwisata;
6. Kawasan permukiman.
Kawasan Budidaya di Kabupaten Maluku Barat Daya antara lain
kawasan budidaya hutan, yang meliputi hutan produksi, hutan
produksi terbatas, hutan produksi tetap, hutan produksi yang dapat
dikonversi, kawasan budidaya pertanian, yang meliputi perkebunan,
tanaman pangan, tanaman campuran pangan dan perkebunan, padi,
dan padang penggembalaan, serta permukiman dan areal penggunaan
lain. Di Kabupaten Maluku Barat Daya Kawasan Budidaya dengan Luas
kawasan budidaya secara keseluruhan hampir 80 %, yang meliputi
kawasan budidaya hutan 35,58 %, kawasan budidaya pertanian 15,38
%, padamg penggembalaan 19,69 % dan permukiman dan areal
penggunaan lain 9,86 %. Sebaran kawasan budidaya berdasarkan
wilayah pengembangan atau berdasarkan gugus pulau dapat dilihat
pada tabel berikut.
Tabel 2- 5 Rencana Kawasan Budidaya Kabupaten Maluku Barat Daya

Gugus Pulau Total


No Uraian
I II III
1 Kawasan Budidaya Hutan 125.210 22.208 58.898 208.189
a. Hutan Produksi 35.916 - - 37.789
b. Hutan Produksi Terbatas 10.948 - - 10.948
c. Hutan Produksi Tetap 47.660 - 38.781 86.442
d.Hutan Produksi yang
24.282 22.208 20.117 66.607
dapat di Konversi
e. Hutan Rakyat,
Perkebunan, Tanaman 6.404 - - 6.404
Tahunan
Kawasan Budidaya
2 81.757 350 7.757 89.864
Pertanian
a. Perkebunan 22.808 350 - 23.157
b. Tanaman Pangan 51.565 - - 51.565
c. Tanaman Pangan dan
- - 7.757 7.757
Perkebunan

Perencanaan Masterplan Ibukota Kecamatan Wetar Timur 2 - 33


Kabupaten Maluku Barat Daya
Laporan Akhir

Gugus Pulau Total


No Uraian
I II III
d. Padi 7.385 - - 7.385
Padang Pengembalaan-
3 64.497 23.333 27.390 115.220
Hutan
Permukiman dan
4 35.474 4.864 17.352 57.690
Penggunaan Lain
a. Areal Penggunaan Lain 31.165 4.154 15.949 51.268
b. Permukiman 4.309 710 1.403 6.422
Sumber: RTRW Kabupaten Maluku Barat Daya Tahun 2013

C Rencana Kawasan Hutan Budidaya


Kawasan hutan budidaya terdiri dari kawasan budidaya hutan produksi
dan kawasan budidaya hutan rakyat. Kawasan budidaya hutan
produksi terdiri dari kawasan hutan produksi terbatas, kawasan hutan
produksi tetap, kawasan hutan yang dapat dikonversi.
Rencana luas kawasan yang akan dikembangkan untuk hutan produksi
ini terdiri dari:
1) Kawasan hutan produksi direncanakan seluas: 37.789 Ha terletak
di Kecamatan Wetar, Kecamatan Kepulauan Romang dan
Kecamatan Damer;
2) Kawasan hutan produksi terbatas direncanakan seluas: 10.948 Ha
terletak di Kecamatan Wetar, Kecamatan PP. Terselatan dan
Kecamatan Damer;
3) Kawasan hutan produksi tetap direncanakan seluas: 86.442 Ha
terletak di Kecamatan Wetar, Kecamatan PP Terselatan,
Kecamatan Damer, Kecamatan PP. Babar, serta Kecamatan Babar
Timur;
4) Kawasan hutan yang dapat dikonversi direncanakan seluas:
66.607 Ha terletak di Kecamatan Wetar, Kecamatan Kepulauan
Romang, Kecamatan Damer, Kecamatan MdonaHiera, Kecamatan
Moa Lakor, Kecamatan PP. Babar, serta Kecamatan Babar Timur;
5) Kawasan hutan rakyat, perkebunan dan tanaman tahunan
direncanakan seluas: 6.404 Ha terletak di Kecamatan Wetar,
Kecamatan Kepulauan Romang dan Kecamatan Damer
D Rencana Kawasan Pertanian
Kawasan peruntukan pertanian terdiri dari pertanian lahan basah,
pertanian lahan kering, perikanan, peternakan. Pengelompokkan
pertanian tersebut, adalah sebagai berikut:

Perencanaan Masterplan Ibukota Kecamatan Wetar Timur 2 - 34


Kabupaten Maluku Barat Daya
Laporan Akhir

1) Kawasan perkebunan seluas: 23.157 Ha terletak di Kecamatan


Wetar, Kecamatan PP Terselatan, Kecamatan Damer, Kecamatan
Mdona Hiera, Kecamatan Moa Lakor;
2) Kawasan tanaman pangan seluas: 51.565 Ha terletak di
Kecamatan Wetar, Kecamatan PP Terselatan, Kecamatan Damer;
3) Kawasan Tanaman Pangan dan perkebunan seluas 7.757 Ha
terletak di Kecamatan PP. Babar, dan Kecamatan Babar Timur;
4) Komoditas yang dikembangkan pada kawasan pertanian ini
adalah: komoditi pertanian dan peternakan sebagai komoditas
strategis yang akan dikembangkan yaitu: Padi, Jagung, Jeruk
Kisar; Bawang Merah,Kerbau, Domba, Kambing, Sapi sedangkan
komoditi lainnya adalah Kacang Tanah, Kacang Hijau, Ubi Jalar,
Mangga, Nenas, Babi, dan Unggas (Ayam dan Itik).
5) Kawasan Padang Pengembalaan Hutan seluas: 115.220 Ha
terletak di semua kecamatan.
Tabel 2- 6 Rencana Pola Ruang Kawasan Pertanian

Uraian Luas (Ha)


Perkebunan 23157,27
Kec. Damer 25,34
Kec. Leti 349,56
Kec. P.P Terselatan 1131,93
Kec. P.P Wetar 21650,44
Padang Pengembalaan-Hutan 115219,98
Kec. Babar Timur 13941,74
Kec. Damer 3194,06
Kec. Letti 1581,03
Kec. Mdona Hiera 4086,15
Kec. Moa Lakor 21751,51
Kec. P.P Terselatan 10099,52
Kec. P.P Wetar 51203,5
Kec. PP Babar 9362,47
Tanaman Pangan 51565,17
Kec. Damer 12458,16
Kec. P.P Terselatan 5103,34
Kec. P.P Wetar 34003,67
Tanaman Pangan dan Perkebunan 7757
Kec. Babar Timur 4545,46
Kec. Mdona Hiera 737,21
Kec. PP Babar 2474,33
Sumber: RTRW Kabupaten Maluku Barat Daya Tahun 2013

E Kawasan Permukiman
Kawasan permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar
kawasan lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan

Perencanaan Masterplan Ibukota Kecamatan Wetar Timur 2 - 35


Kabupaten Maluku Barat Daya
Laporan Akhir

yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan


hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan
penghidupan.
Kriteria teknis kawasan peruntukan permukiman ditetapkan dengan
merujuk pada perundangan sesuai ketetapan menteri terkait bidang
perumahan dan permukiman. Kawasan permukiman, meliputi
permukiman perdesaan, perkotaan dan khusus.
1) Permukiman perdesaan, meliputi :
a. Permukiman pusat perdesaan;
b. Permukiman desa; serta
c. Permukiman pada pusat perdusunan.
2) Permukiman perkotaan meliputi:
a. Permukiman perkotaan sedang merupakan permukiman di
perkotaan yang memiliki fungsi sebagai: Pusat pelayanan
ekonomi sub regional, Pusat pelayanan sosial sub regional, Pusat
pelayanan budaya sub regional, Pusat pelayanan teknologi dan
informasi sub regional, pusat pelayanan Wilayah Pengembangan
(WP), pusat pertumbuhan skala kecamatan, meliputi:
i. Kawasan Perkotaan Wonreli;
ii. Kawasan Perkotaan Tiakur;
iii. Permukiman perkotaan kecil.
b. Permukiman perkotaan kecil, merupakan permukiman di
perkotaan yang memiliki fungsi sebagai :
i. Pusat pelayanan ekonomi distrik;
ii. Pusat pelayanan sosial distrik;
iii. Pusat pelayanan budaya distrik;
iv. Pusat pelayanan teknologi dan informasi distrik;
v. pusat pelayanan desa sekitar.
3) Permukiman pada kawasan khusus, meliputi :
a. Sebagai tempat peristirahatan pada kawasan pariwisata;
b. Kawasan permukiman yang timbul akibat perkembangan
infrastruktur;
c. Permukiman yang timbul akibat kegiatan sentra ekonomi.

Tabel 2- 7 Rencana Kawasan Permukiman Kabupaten Maluku Barat Daya

Uraian Luas (Ha)


Permukiman 6421,65
Kec. Babar Timur 761,17
Kec. Damer 342,10

Perencanaan Masterplan Ibukota Kecamatan Wetar Timur 2 - 36


Kabupaten Maluku Barat Daya
Laporan Akhir

Uraian Luas (Ha)


Kec. Letti 115,83
Kec. Moa Lakor 594,03
Kec. P.P Terselatan 499,52
Kec. P.P Wetar 3467,27
Kec. PP Babar 641,73
Sumber: RTRW Kabupaten Maluku Barat Daya Tahun 2010-2030

2.5.3. Rencana Kawasan Strategis


Kawasan strategis kabupaten adalah wilayah yang penataan ruangnya
diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup
kabupaten terhadap ekonomi, sosial, budaya dan/atau lingkungan.
Kabupaten Maluku Barat Daya Khususnya P. Moa dilihat dari kawasan
strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi kawasan
pertumbuhan ekonomi Letti - Moa - Lakor, Potensi peternakan yang
menjadikan kawasan Letti - Moa - Lakor menjadi prioritas pengembangan
dan penanganannya. Dan kawasan strategis dengan fungsi dan daya
dukung lingkungan hidup di wilayah Kabupaten Maluku Barat Daya, daerah
Konservasi Gunung Kerbau di P. Moa Mengingat keberadaannya yang vital
sebagai berkembang biaknya peternakan, khususnya Kerbau Moa, untuk
itu keberadaannya perlu dilindungi.

Perencanaan Masterplan Ibukota Kecamatan Wetar Timur 2 - 37


Kabupaten Maluku Barat Daya

Anda mungkin juga menyukai