Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN AKHIR

LAPORAN AKHIR
PERENCANAAN MASTERPLAN IBUKOTA KECAMATAN LAKOR
PERENCANAAN MASTERPLAN IBUKOTA KECAMATAN LAKOR

GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN

3.1. ORIENTASI WILAYAH PERENCANAAN

Berdasarkan letak administratif dan geografisnya Kecamatan Lakor berada di Pulau


Lakor Kabupaten Maluku Barat Daya Provinsi Maluku, dengan memiliki 5 (lima) desa
yaitu Desa Letoda, Desa Ketty, Desa Sera, Desa Yamluli, dan Desa Lolotwara.

Kecamatan Lakor memiliki batas-batas administratif sebagai berikut:

 Sebelah utara berbatasan dengan Laut Banda dan Kecamatan Damer;

 Sebelah timur berbatasan dengan Pulau Luang Sermatang;

 Sebelah barat berbatasan dengan Pulau Moa;

 Sebelah selatan berbatasan dengan Laut Timor.

Luas wilayah Kecamatan Lakor adalah 303,02 Km² dengan desa terluas adalah Desa
Letoda yaitu 138,93 Km². Desa Letoda merupakan pusat/Ibukota Kecamatan Lakor.
Jarak dari pusat kecamatan ke desa-desa di Kecamatan Lakor adalah sebagai
berikut:

 Desa Letoda – Desa Ketty : 7 Km.


 Desa Letoda – Desa Sera : 2 Km.
 Desa Letoda – Desa Yamluli : 8 Km.
 Desa Letoda – Desa Lolotwara : 11 Km.

Seluruh desa di kecamatan Lakor merupakan desa pesisir. Jarak desa ke ibukota
kecamatan yang terjauh adalah desa Lolotwara sejauh 11 km, dan yang terdkat
adalah Desa Sera 2 km

Halaman 3-1
LAPORAN AKHIR
PERENCANAAN MASTERPLAN IBUKOTA KECAMATAN LAKOR

Gambar. 3 - 1 Peta Orientasi Kecamatan Lakor

Halaman 3-2
LAPORAN AKHIR
PERENCANAAN MASTERPLAN IBUKOTA KECAMATAN LAKOR

3.2. DELINEASI KAWASAN PERENCANAAN

Secara fisik wilayah perencanaan dalam Penyusunan Master Plan Ibukota


Kecamatan lakor mencakup wilayah dusun Werwawan Desa Letoda, adapun Luas
wilayah yang dijadikan kawasan perencanaan sekitar 60 Ha/ 0,60 km2 .

Dusun Werwawan

Pulau Lakor

Gambar. 3 - 2 Kawasan Ibukota Kecamatan Lakor

3.3. KONDISI FISIK DASAR WILAYAH

Kondisi fisik dasar yang diperoleh adalah merupakan gambaran secara umum kondisi
fisik Kecamatan Lakor.

3.3.1. Kondisi Topografi

Dilihat secara topografi Kecamatan Lakor yang terletak di Pulau Lakor mempunyai
luas wilayah 303,02 Km² yang mempunyai ketinggian 0 – 22 m dpl. Untuk dapat lebih
jelasnya bisa dilihat pada Tabel dibawah ini.

Tabel. 3 - 1 Tinggi Wilayah Diatas Permukaan Laut

Ketinggian (DPL)
No Nama Desa
(Meter)
1 Desa Letoda 15
2 Desa Ketty 20
3 Desa Sera 7
4 Desa Yamluli 20
5 Desa Lolotwara 22
Sumber: Kecamatan Dalam Angka 2017

Halaman 3-3
LAPORAN AKHIR
PERENCANAAN MASTERPLAN IBUKOTA KECAMATAN LAKOR

Gambar. 3 - 3 Peta Topografi

Halaman 3-4
LAPORAN AKHIR
PERENCANAAN MASTERPLAN IBUKOTA KECAMATAN LAKOR

Berdasarkan data diatas dapat dilihat untuk di Kecamatan Lakor ketinggian yang
paling dominan 20 m dpl. Untuk ketinggian paling rendah ada di Desa Sera yaitu 7 m
dpl, sedangkan untuk ketinggian tertinggi berada di Desa Lolotwara yaitu 22 m dpl.

3.3.2. Kondisi Jenis Tanah

Jenis tanah di kecamatan lakor (pulau Lakor) secara keseluruhan terdiri dari Padzolik,
Lithosol, Rensina dan Aluvial, Aluvial Hydromorphyk, dan Mediteran, Brown Forest,
Kambisol, serta Gleysol. Tekstur tanah dapat dikelompokkan ke dalam kelas tekstur
tanah, yaitu: halus, sedang dan kasar.

3.3.3. Kondisi Geologi

Wilayah Kabupaten Maluku Barat Daya merupakan daerah kepulauan yang terdiri
atas kawasan pulau-pulau (merupakan wilayah darat) dan kawasan laut. Kawasan
pulau-pulau yang merupakan wilayah darat Kabupaten Maluku Barat daya terdiri dari
pulau-pulau besar dan pulau-pulau kecil. Pulau-pulau besar tersebut dikelilingi oleh
pulau-pulau kecil, sehingga membentuk kawasan kepulauan. Untuk kondisi Geologi
di pulau Lakor adalah:

Satuan/Formasi Batuan
Satuan/Formasi batuan dapat diuraikan sebagai berikut (Sumber Peta Geologi
Lembar Moa, Damer dan Bandanaira Maluku) adalah:
 Qa : Aluvium
o Pasir, kerikil dan kerakal mengandung pecahan ganggang, coral dan
moluska, endapan pantai
 Qgp : Batugamping Koral
o Batugamping terumbu, setempat membentuk undak-undak, sisipan tufa
gampingan berbatu apung.
 Tmgp : Batugamping Klastik
o Batu gamping klastika
 TRgp : Batugamping Berlapis
o Batu gamping klastika berlapis baik.
 PTRgp : Batu gamping Merah
o Batugamping klastika, setempat bersisipan tipis serpih dan batu pasir.. Satuan
ini disetarakan dengan Formasi Maubisse di Timor.

Halaman 3-5
LAPORAN AKHIR
PERENCANAAN MASTERPLAN IBUKOTA KECAMATAN LAKOR

 Ps : Serpih
o Serpih dengan sisipan batu pasir, sebagian gampingan.
 Qv : Breksi Gunungapi
o Breksi Vulkanik bersusunan andesit sampai basal, tuf dan bersisipan napal
tufan.
 Tv : Lava
o Lava bersusunan andesit sampai basal.
 pTof : Batuan Ultrabasa
o Wherlit, serpentinit dan dunit. Terubah kuat.
 pPm : Batuan Malihan
 Sekis bersisipan genis, filit dan batu gampng malih.
 Tmpb : Satuan Bancuh
Satuan ini terdiri dari bermacam bongkah batuan beku, batuan sedimen dan batuan
malihan yang terkurung dalam massa-dasar serpih tergerus.

Struktur dan Tektonika


Pulau-pulau Leti, Moa dan Lakor terletak pada jalur busur luar Banda tak
bergunungapi dan pulau-pulau Romang, Damar, Teun, Nila dan Serua berada pada
jalur busur dalam Banda.Struktur geologi yang terdapat di lembar ini terdiri dari sesar,
lipatan, kekar dan perdaunan.Pada Busur dalam Banda terjadi sesar normal dan
sesar miring sedangkan pada Busur luar Banda, sesar terdiri dari sesar mendatar
mengiri dan sesar normal.Kejadian ini menyebabkan teraktifkan kembali struktur tua
yakni dengan terjadinya pengangkatan dan terbentuknya batuan bancuh.

3.3.4. Kondisi Klimatologi

Kondisi iklim di Wilayah Kabupaten Maluku Barat Daya dipengaruhi oleh Laut Banda,
Laut Arafura dan Samudera Indonesia, juga dibayangi oleh Pulau Irian dibagian timur
dan Benua Australia di bagian selatan. Secara umum, wilayah Kabupaten Maluku
Barat Daya memiliki iklim yang kering dikarenakan tingkat curah hujan yang rendah
kurang dari 2000 mm per tahun dan suhu rata-rata harian yang relatif tinggi. Beberapa
komponen iklim seperti musim, curah hujan suhu dan kelembaban udara.

Halaman 3-6
LAPORAN AKHIR
PERENCANAAN MASTERPLAN IBUKOTA KECAMATAN LAKOR

1. Musim

a. Keadaan musim teratur, musim Timur berlangsung dari bulan April sampai
Oktober. Musim ini adalah musim kemarau. Musim Barat berlangsung dari
bulan Oktober sampai Pebruari. Musim hujan pada bulan Desember sampai
Pebruari dan yang paling deras terjadi pada bulan Desember dan Pebruari.

b. Musim pancaroba berlangsung dalam bulan Maret/ April dan Oktober/


Nopember.

c. Bulan April sampai Oktober bertiup angin Timur Tenggara. Angin kencang
bertiup pada bulan Januari dan Pebruari diikuti dengan hujan deras dan laut
bergelora.

d. Bulan April sampai September bertiup angin Timur Tenggara dan Selatan
sebanyak 91 % dengan angin Tenggara dominan 61 %.

e. Bulan Oktober sampai Maret bertiup angin Barat Laut sebanyak 50 % dengan
angin Barat Laut dominan 28 %. Curah Hujan

Curah hujan di Kabupaten Maluku Barat Daya termasuk dalam kategori rendah,
namun untuk wilayah pulau Lakor yang termasuk bagian dari kepulauan Lemola,
curah hujannya kurang dari 1000 mm per tahun.

2. Suhu, Kelembaban, Penyinaran Matahari dan Tekanan Udara

a. Suhu rata–rata untuk tahun 2007 sesuai data dari Stasiun Meteorologi adalah
27,4 OC dengan suhu minimum absolut rata-rata 21,6 OC dan suhu maksimum
absolut rata-rata 32,8 OC.

b. Rata-rata Kelembaban Udara Relatif 81,4 %; penyinaran matahari rata-rata 66,9


%; dan tekanan udara rata–rata 1.011,7 milibar.

3. Tipe Iklim

Berdasarkan klasifikasi Agroklimate menurut OLDEMAN, IRSAL dan MULADI (1981),


Maluku Barat Daya terbagi dalam dua Zone Agroklimat:

a. Zone D3 : bulan basah 3 - 4 bulan dan bulan kering 5 – 6 bulan terdapat di


Kepulauan Babar dan Romang.
b. Zone E3 : bulan basah kurang dari 3 bulan berturutan dan bulan kering 5 – 6
bulan terdapat di Pulau Wetar dan Pulau Lemola.

Halaman 3-7
LAPORAN AKHIR
PERENCANAAN MASTERPLAN IBUKOTA KECAMATAN LAKOR

3.3.5. Kondisi Hidrologi

Kondisi hidrologi di wilayah Kabupaten Maluku Barat Daya digambarkan melalui


kondisi sumber air permukaan dan air tanah. Kuantitas air sungai relatif cukup tinggi
meskipun terjadi fluktuasi debit aliran yang cukup besar antara musim hujan dan
musim kemarau, sedangkan kualitasnya menunjukkan adanya indikasi pencemaran
di beberapa sungai. Kebutuhan air akan meningkat seiring pertumbuhan kegiatan
dan jumlah penduduk Kabupaten Maluku Barat Daya. Kebutuhan air ini harus tetap
bisa dipenuhi dari sumber-sumber air yang ada, sehingga diperlukan tindakan
pelestarian sumberdaya air, baik air permukaan maupun air tanah.

3.3.6. Kondisi Vulkanologi

Tipe gunung api ini adalah strato yang terletak di Pulau di lautan Banda dengan posisi
geografi 6º38,5’LS dan 126º39’BT. Menurut Neumann Van Padang (1951),
gunungapi ini merupakan pulau kecil yang bulat dan terutama dibangun oleh aliran
lava.

Kegiatan gunungapi ini hanya tercatat dua kali oleh Neumann Van Padang (1951)
yaitu pada tahun 1512 dan 1699.Sedangkan mengenai letusan tahun 1934,
keterangan lebih lanjutnya tidak ada.Adapun pulau gunungapi ini tidak berpenduduk
dengan letaknya kurang lebih 240 km sebelah utara Pulau Wetar.Daerah bahaya
dperkirakan meliputi daerah berbentuk lingkaran dengan jari-jari 3 km dengan titik
letusan sebagai pusatnya. Luas daerah bahaya ini kurang lebih 28,3 km2 dan tidak
didiami manusia karena sebagian besar terdiri dari laut. Daerah waspada
diperkirakan meliputi di luar daerah bahaya dengan jari-jari 5 km dengan titik letusan
yang sama. Luas daerah waspada ini kurang lebih 50 km2 dan juga tidak
berpenduduk karena seluruhnya terdiri dari laut.

3.3.7. Kondisi Hidrooseanografi

Kondisi hidrooseanografi di Kabupaten Maluku Barat Daya adalah sebagai berikut:

1) Laut
Laut dan pantai di Kabupaten Maluku Barat Daya mengandung potensi yang cukup
baik, Potensi laut ini semakin besar tatkala dapat mengelola dan memanfaatkan
kawasan pesisir pantai, dan bagian-bagian lain dari laut, seperti padang lamun, dan
muara, khususnya untuk kawasan budidaya perikanan, pengendalian dan
pemanfaatan air.

Halaman 3-8
LAPORAN AKHIR
PERENCANAAN MASTERPLAN IBUKOTA KECAMATAN LAKOR

2) Pasang Surut dan Gelombang


Pasang surut (pasut) adalah proses naik turunnya muka laut secara hampir periodik
karena gaya tarik benda-benda angkasa, terutama bulan dan matahari. Pengaruh
astronomis seperti pantai, topografi dasar dapat memodifikasi pasang surut. Tipe
pasang surut suatu perairan ditentukan oleh frekuensi air pasang dan surut dalam
satu kali (24 jam). Jika perairan tersebut mengalami satu kali pasang dan satu kali
surut dalam sehari, maka perairan tersebut tergolong bertipe pasut tunggal (diurnal
tide).Selanjutnya jika terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari maka
pasang surutnya tergolong tipe pasut ganda (semi-diurnal tide).Selain dua tipe
pasang surut tersebut terdapat tipe pasang surut yang merupakan peralihan antara
tipe tunggal dan ganda, yang dikenal sebagai pasut campuran, yaitu campuran
cenderung tunggal (mixed tide prevailing diurnal) dan campuran cenderung ganda
(mixed tide prevailing semidiurnal).

Perairan laut Kabupaten Maluku Barat Daya, khususnya di Pulau-pulau besar


mempunyai kisaran pasut antara 2,5 - 4 m. Tipe pasang surut di wilayah kajian adalah
tipe tunggal (diurnal tide) yang berarti terjadi satu kali pasang dan satu kali surut
dalam sehari.

3) Gelombang
Gelombang laut terbentuk karena adanya proses alih energi dari angin ke permukaan
laut, atau pada saat-saat tertentu disebabkan oleh gempa di dasar laut. Gelombang
ini merambat ke segala arah membawa energi yang kemudian dilepaskan ke pantai
dalam bentuk hempasan ombak. Gelombang yang mendekati pantai akan mengalami
pembiasan, akan memusat jika mendekati tanjung (semenanjung), menyebar jika
menemui cekungan. Selain itu gelombang yang menuju perairan dangkal akan
mengalami spilling, plunging, colapsing, atau surging tergantung dari keadaan
topografi dasar lautnya (sea bottom topography).

Gelombang permukaan laut sangat dominan ditentukan oleh angin (lama bertiup,
kekuatan atau kecepatan) disamping panjang fetch (panjang rambatan gelombang).
Angin yang berhembus cepat dan bertiup lama serta berhembus melalui samudera
luas dapat membangkitkan gelombang besar.Arah perambatan gelombang
bergantung kepada arah angin bertiup.

Gelombang merupakan parameter utama dalam proses erosi atau sedimentasi.


Besarnya proses tersebut bergantung pada besarnya energi gelombang yang

Halaman 3-9
LAPORAN AKHIR
PERENCANAAN MASTERPLAN IBUKOTA KECAMATAN LAKOR

ditentukan densitas air, gravitasi, dan amplitudo gelombang. Pengamatan gelombang


di perairan Maluku Barat Daya relatif masih belum banyak dilakukan.

4) Arus
Gelombang yang datang menuju pantai dapat menimbulkan arus pantai (nearshore
current) yang berpengaruh terhadap proses sedimentasi ataupun abrasi di pantai.
Pola arus pantai ini terutama ditentukan oleh besarnya sudut yang dibentuk antara
gelombang yang datang dengan garis pantai. Jika sudut datang cukup besar, maka
akan terbentuk arus menyusur pantai (long shore current) yang disebabkan oleh
perbedaan tekanan hidrostatik. Selain gelombang, pasang surut juga merupakan
parameter oseanografi lain yang penting sebagai pembangkit arus di pantai. Arus
yang disebabkan oleh pasut ini dipengaruhi oleh dasar perairan. Arus pasut yang
terkuat akan ditemui di dekat permukaan dan akan menurun kecepatannya semakin
mendekati dasar perairan.

Dua faktor utama yang menentukan arus di pantai tersebut belum banyak diteliti di
wilayah kajian.menurut laporan P30-LIPI Ambon tahun 1992 Pola arus perairan Laut
Banda dipengaruhi oleh pasang surut.

5) Batimetri
Perairan laut Kabupaten Maluku Barat Daya merupakan tepian Laut Banda.Laut
Banda merupakan perairan dalam (kedalaman mencapai 7.440 m).Di Laut Banda
tidak dijumpai adanya palung (basin), punggung (rise, ridge) maupun gunung bawah
laut (sea mount).Paparan benua (continental shelf) yang luas memberikan peluang
aktifitas perikanan pantai untuk kegiatan perikanan tangkap.

Laut Banda ini berbatasan langsung dengan di bagian selatan berbatasan langsung
dengan Laut Timor dan Selat Wetar, di bagian timur berbatasan dengan Laut Arafuru
dengan paparan Sahul dengan kedalaman tidak melebihi 100 m.

3.4. KONDISI KEPENDUDUKAN

Dalam pelaksanaan pembangunan, penduduk merupakan faktor yang sangat


dominan. Penduduk tidak saja berperan sebagai pelaksana pembangunan, tetapi
juga menjadi sasaran pembangunan. Oleh sebab itu, perkembangan penduduk harus
diarahkan pada peningkatan kualitas, pengendalian kuantitas serta pengarahan

Halaman 3 - 10
LAPORAN AKHIR
PERENCANAAN MASTERPLAN IBUKOTA KECAMATAN LAKOR

mobilitasnya, mempunyai ciri dan karakteristik yang menunjang tercapainya


keberhasilan pembangunan, yaitu meningkatkan kesejahteraan penduduk.

3.4.1. Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk Kecamatan lakor pada tahun 2016 adalah 2.115 jiwa. Desa Letoda
sebagai Ibukota Kecamatan Lakor memiliki jumlah penduduk terbesar yaitu 857 jiwa.
Dan Desa Sera merupakan desa yang memiliki kepadatan penduduk tertinggi.

Tabel. 3 - 2 Jumlah Penduduk dan Rasio Jenis Kelamin Menurut Desa


di Kecamatan Lakor

Jenis Kelamin Rasio


No Nama Desa Jumlah Jenis
Laki-Laki Perempuan
Kelamin
1 Desa Letoda 432 425 857 101,64
2 Desa Ketty 170 167 337 101,79
3 Desa Sera 160 156 316 102,56
4 Desa Yamluli 109 127 236 85,82
5 Desa Lolotwara 175 194 369 90,20
Sumber: Kecamatan Dalam Angka 2017

Sedangkan jumlah penduduk Kecamatan Lakor berada di Desa Yamluli sebanyak


236 jiwa. Rasio jenis kelamin tertinggi berada di Desa Sera dengan jumlah rasio
sebesar 102,56, untuk jumlah rasio terrendah berada di Desa Yamluli dengan jumlah
rasio sebesar 85,82.

3.4.2. Kepadatan Penduduk

Kepadatan penduduk dapat menimbulkan beberapa permasalahan, diantaranya


kebutuhan perumahan meningkat, kesehatan dan keamanan, yang pada akhirnya
dapat menurunkan tingkat kesejahteraan yang telah dicapai. Data selengkapnya
kepadatan penduduk Kecamatan Lakor pada tahun 2016 adalah 0,11 jiwa/km2
dengan persentase penduduk tertinggi berada di Desa Letoda sebagai Ibukota
Kecamatan Lakor sebesar 25.76% dan memiliki kepadatan penduduk sebesar 0,16
jiwa/km2.

Tabel. 3 - 3 Distribusi dan Kepadatan Penduduk Menurut Desa


di Kecamatan Lakor

Persentase Kepadatan
No Nama Desa
Penduduk Penduduk per km2
1 Desa Letoda 25,76 0,16
2 Desa Ketty 10,13 0,12
3 Desa Sera 9,50 0,12
4 Desa Yamluli 7,09 0,04
5 Desa Lolotwara 11,09 0,04
Sumber: Kecamatan Dalam Angka 2017

Halaman 3 - 11
LAPORAN AKHIR
PERENCANAAN MASTERPLAN IBUKOTA KECAMATAN LAKOR

3.4.3. Struktur Penduduk

Struktur penduduk dilakukan untuk mengetahui komposisi penduduk di Kecamatan


Lakor berdasarkan penduduk menurut umur, penduduk menurut tingkat pendidikan,
penduduk menurut mata pencaharian, penduduk menurut jenis kelamin dan
penduduk menurut agama.

Jumlah penduduk berdasarkan umur, penduduk terbanyak pada umur 5 – 9 tahun


dengan jumlah 281 jiwa Kecamatan Lakor, terbanyak kedua yaitu usia 0 – 4 tahun
dengan jumlah 266 jiwa. Usia 10 – 14 tahun menduduki urutan ketiga sebesar 212
jiwa Kecamatan Lakor. Penduduk usia produktif (15 – 64 tahun) sebesar 1.176 jiwa
dan penduduk berusia 65 tahun keatas 180 jiwa.

Tabel. 3 - 4 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin


di Kecamatan Lakor

Jenis Kelamin
No Jumlah
Kelompok Umur Laki-laki Perempuan
1 0-4 141 125 266
2 5-9 157 124 281
3 10-14 97 115 212
4 15-19 68 36 104
5 20-24 46 49 95
6 25-29 58 70 128
7 30-34 73 62 135
8 35-39 55 71 126
9 40-44 55 46 101
10 45-49 57 92 149
11 50-54 63 66 129
12 55-59 49 54 103
13 60-64 43 63 106
14 65-69 33 39 72
15 70-74 23 26 49
16 75* 28 31 59
Jumlah 1.046 1.069 2.115
Sumber: Kecamatan Dalam Angka 2017

Halaman 3 - 12
LAPORAN AKHIR
PERENCANAAN MASTERPLAN IBUKOTA KECAMATAN LAKOR

75*
70-74
65-69
60-64
55-59
50-54
45-49
40-44
35-39
30-34
25-29
20-24
15-19
10-14
5-9
0-4
-150 -100 -50 0 50 100 150 200

Perempuan Laki-laki

Gambar. 3 - 4 Grafik Struktur Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin
di Kecamatan Lakor

Di Kecamatan Lakor, sarana pendidikan sudah tersedia mulai dari Sekolah Dasar
sampai dengan Sekolah Menengah Atas. Tahun ajaran 2016/2017 jumlah murid
Sekolah Dasar dengan jumlah murid 363 jiwa, jumlah murid Sekolah Menengah
Pertama dengan jumlah murid 140 jiwa, dan jumlah murid Sekolah Menengah Atas
jumlah murid 102 jiwa. Maka jumlah total murid yang ada di Kecamatan Lakor
sebanyak 625 jiwa.
Desa Letoda sebagai pusat Ibukota Kecamatan Lakor mendominasi banyaknya murid
dari tingkat Sekolah Dasar sampai Sekolah Menengah Atas. Hal tersebut wajar sekali
dimana Desa Letoda memiliki gedung Sekolah Menengah Atas.

Tabel. 3 - 5 Jumlah Murid Sekolah Menurut Desa di Kecamatan Lakor

Tingkat Pendidikan
No Nama Desa Jumlah
SD SMP SMA
1 Desa Letoda 169 89 102 360
2 Desa Ketty 53 - - 53
3 Desa Sera 47 51 - 98
4 Desa Yamluli 52 - - 52
5 Desa Lolotwara 62 - - 62
Jumlah 383 140 102 625
Sumber: Kecamatan Dalam Angka 2017

3.5. KONDISI PENGGUNAAN LAHAN

Secara umum penggunaan lahan di Kabupaten Maluku Barat Daya berdasarkan Peta
Kawasan Hutan dan Perairan Provinsi Maluku (SK Menhutbun No.415/Kpts-II/ 1999)

Halaman 3 - 13
LAPORAN AKHIR
PERENCANAAN MASTERPLAN IBUKOTA KECAMATAN LAKOR

dan dilanjutkan pengecekkan lapangan adalah terdiri dari: permukiman, hutan


lindung, hutan produksi terbatas, hutan produksi tetap, hutan konservasi, dan area
penggunaan lain.
Kecamatan Lakor secara umum penggunaan lahannya adalah permukiman, hutan
lindung, hutan produksi terbatas. Penggunaan lahan untuk permukiman sangatlah
kecil dibandingkan dengan luasan wilayah Kecamatan Lakor yang seluas 303,02
Km².
Sementara Kondisi Penggunaan Lahan di kawasan Ibukota Kecamatan Lakor yaitu
Desa Letoda di Dusun Werwawan adalah sebagaimana yang di jelasakan dalam
tabel 3-6 dan Gambar berikut.

Tabel. 3 - 6 Tabel Penggunaan Lahan di Kawasan Ibu Kota Kecamatan Lakor

Penggunaan Lahan Luas (Ha)


BTS 0,02
Jalan 1,28
Kantor Pemerintahan 1,18
Pasir 0,38
Pelabuhan 0,15
Perdagangan dan Jasa 0,21
Pertanian 3,02
Perumahan Swadaya 4,42
PLTS 0,03
Sarana Pendidikan 1,04
Semak Belukar 48,37
Jumlah 60,12
Sumber: Hasil Interprtasi 2018

Halaman 3 - 14
LAPORAN AKHIR
PERENCANAAN MASTERPLAN IBUKOTA KECAMATAN LAKOR

Gambar. 3 - 5 Peta pengunaan lahan dikawasan Ibukota Kecamatan Lakor

Halaman 3 - 15
LAPORAN AKHIR
PERENCANAAN MASTERPLAN IBUKOTA KECAMATAN LAKOR

3.6. KONDISI PEREKONOMIAN

Perekonomian suatu wilayah sangatlah penting bagi kelangsungan hidup masyarakat


penghuninya khususnya di Kecamatan Lakor. Dengan demikian dalam pembahasan
ini akan dibahas menjadi tiga bagian yaitu sektor pertanian, sektor peternakan, dan
sektor perdagangan.

3.6.1. Sektor Pertanian

Sektor pertanian yang ada di Kecamatan Lakor dibagi menjadi dua bagian yaitu
tanaman pangan dan tanaman perkebunan. Adapun tanaman pangan yang ada
seperti jagung, ubi kayu, kacang tanah, kacang hijau, dan ubi jalar. Sedangkan untuk
tanaman perkebunan adalah kelapa.
Tanaman pangan yang mendominasi di Kecamatan lakor adalah jagung dimana luas
panen tanaman ini seluas 85 Ha, sedangkan luas lahan panen ubi kayu seluas 25
Ha. Sedangkan untuk tanaman pangan lainnya yang berada di Kecamatan Lakor
seperti kacang tanah, kacang hijau, dan ubi jalar luas panennya adalah 1 Ha.

Tabel. 3 - 7 Luas Panen Tanaman Pangan di Kecamatan Lakor

Luas Panen
No Jenis Tanaman
(Ha)
1 Padi Sawah -
2 Padi Ladang -
3 Jagung 85
4 Kedelai -
5 Kacang Tanah 1
6 Kacang Hijau 1
7 Ubi Kayu 25
8 Ubi Jalar 1
Jumlah 113
Sumber: Kecamatan Dalam Angka 2017

Produksi tanaman perkebunan yang ada di Kecamatan Lakor hanyalah dari hasil
perkebunan kelapa. Dari luas kebun kelapa seluas 12 Ha maka menghasilkan panen
sebesar 2,6 ton.

Gambar. 3 - 6 Kondisi Kebun Bawang Merah


Sumber : Hasil Survey tahun 2018

Halaman 3 - 16
LAPORAN AKHIR
PERENCANAAN MASTERPLAN IBUKOTA KECAMATAN LAKOR

3.6.2. Sektor Peternakan

Komoditi ternak pada tahun 2016 di Kecamatan Lakor pada umumnya masyarakat
peternak memiliki peternakan sapi potong, kerbau, kuda, kambing, dan babi. Jumlah
populasi sapi potong sebanyak 102 ekor, kerbau sebanyak 52 ekor, kuda sebanyak
96 ekor, kambing sebanyak 11.214 ekor, dan babi sebanyak 3.825 ekor.

Tabel. 3 - 8 Populasi Ternak Menurut jenis Ternak di Kecamatan Lakor

Luas Panen
No Jenis Tanaman
(Ha)
1Sapi Perah -
2Sapi Potong 102
3Kerbau 52
4Kuda 96
5Kambing 11.214
6Domba -
7Babi 3.825
Jumlah 15.289
Sumber: Kecamatan Dalam Angka 2017

Sedangkan untuk populasi ternak unggas dimana ayam kampung berjumlah


sebanyak 1.282 ekor serta itik sebanyak 84 ekor.

3.6.3. Sektor Perdagangan

Perdagangan merupakan kegiatan jual-beli atau pertukaran barang yang tidak


diproduksi sendiri, untuk memperoleh suatu keuntungan. Di Kecamatan Lakor
pedagang dibagi menjadi tiga katagori yaitu pedagang besar, pedagang, menengah,
dan pedagang kecil. Sedangkan untuk sarana perdagangan juga dibagi-bagi lagi
seperti pasar, toko, kios, dan warung. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada Tabel
dibawah ini.

Tabel. 3 - 9 Jumlah Pedagang Menurut Desa di Kecamatan Lakor

Pedagang Pedagang
No Nama Desa
Menengah Kecil
1 Desa Letoda 2 15
2 Desa Ketty - 7
3 Desa Sera 1 9
4 Desa Yamluli - 6
5 Desa Lolotwara - 5
Jumlah 3 42
Sumber: Kecamatan Dalam Angka 2017

Halaman 3 - 17
LAPORAN AKHIR
PERENCANAAN MASTERPLAN IBUKOTA KECAMATAN LAKOR

3.7. KONDISI SARANA

3.7.1. Sarana Permukiman

Pada dasarnya permukiman di suatu wilayah cenderung memadati pusat pelayanan


publik, hal ini juga terjadi di Kecamatan Lakor. Permukiman penduduk cenderung
memadati Ibukota Kecamatan Lakor yaitu di Desa Letoda dibandingan dengan desa-
desa lainnya.

Laju pertumbuhan penduduk sangatlah mempengaruhi pada peningkatan kebutuhan


lahan terutama untuk permukiman penduduk. Hal ini perlu diwaspadai guna
pertumbuhan permukiman tidak semakin semeraut dan kumuh. Oleh karena itu perlu
adanya pengembangan dan penataan yang lebih cermat agar tidak menimbulkan
kawasan perumahan yang padat dan kumuh. Kondisi perumahan di Kecamatan
Lakor saat ini hampir seluruhnya terletak secara berkelompok.

3.7.2. Sarana Pendidikan

Sarana pendidikan merupakan hal penting guna mencerdaskan anak bangsa. Pada
tahun 2016 di Kecamatan Lakor terdapat fasilitas sarana pendidikan dari mulai
Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas. Sekolah
Dasar tersebar di desa-desa pada Kecamatan Lakor, sedangkan Sekolah Menengah
Pertama hanya berada di Desa Letoda dan Desa Sera, untuk Sekolah Menengah
Atas hanya ada di Desa Letoda saja.

Tabel. 3 - 10 Jumlah Sarana Pendidikan di Kecamatan Lakor

Sarana Pendidikan
No Nama Desa Jumlah
SD SMP SMA
1 Desa Letoda 3 2 1 6
2 Desa Ketty 1 - - 1
3 Desa Sera 1 1 - 2
4 Desa Yamluli 1 - - 1
5 Desa Lolotwara 1 - - 1
Jumlah 7 3 1 11
Sumber: Kecamatan Dalam Angka 2018

3.7.3. Sarana Kesehatan

Kondisi kesehatan merupakan bagian yang erat hubungannya dengan keberhasilan


pembangunan manusia. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan
kualitas sumber daya manusia serta kualitas kehidupan dan usia harapan hidup
(salah satu komponen IPM atau cermin keberhasilan pembangunan manusia), dan
mempertinggi kesadaran masyarakat atas pentingnya hidup sehat.

Halaman 3 - 18
LAPORAN AKHIR
PERENCANAAN MASTERPLAN IBUKOTA KECAMATAN LAKOR

Fasilitas kesehatan sangatlah penting bagi pelayanan kesehatan masyarakat. Secara


individual setiap orang dengan segala usia memerlukan pelayanan kesehatan.
Fasilitas kesehatan di Kecamatan Lakor hanya terlayani oleh 1 unit puskesmas, dan
posyandu di setiap masing-masing desa.

Tabel. 3 - 11 Jumlah Fasilitas Kesehatan di Kecamatan Lakor tahun 2017

Fasilitas kesehatan
No Kecamatan
RS RB Puskesmas Posyandu klinik Polindes
1 Desa Letoda - - 1 3 - -
2 Desa Ketty - - - 1 - -
3 Desa Sera - - 1 1 - -
4 Desa Yamluli - - - 1 - -
5 Desa Lolotwara - - - 1 - -
Jumlah - - 2 7 - -
Sumber: Kecamatan Dalam Angka 2018

3.7.4. Sarana Perdagangan

Di Kecamatan Lakor terdapat 1 pasar, guna mendapatkan kebutuhan untuk


kebutuhan sehari-hari masyarakat dilayani oleh toko dan kios. Jumlah toko yang ada
sebanyak 3 unit dan kios sebanyak 35 unit yang tersebar di desa-desa untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat sehari-hari.

Gambar. 3 - 7 kondisi Pasar Werwawan


Sumber : Hasil Survey tahun 2018

Tabel. 3 - 12 Jumlah Sarana Perdagangan di Kecamatan Lakor tahun 2017

Sarana Perdagangan
No Kecamatan
Pasar Toko Kios lainnya
1 Desa Letoda 1 2 17 -
2 Desa Ketty - - 2 -
3 Desa Sera - 1 12 -
4 Desa Yamluli - - 2 -
5 Desa Lolotwara - - 2 -
Jumlah 1 3 35 -
Sumber: Kecamatan Dalam Angka 2018

Halaman 3 - 19
LAPORAN AKHIR
PERENCANAAN MASTERPLAN IBUKOTA KECAMATAN LAKOR

Sebaran Sarana dan


Fasilitas Kota Werwawan
Gambar. 3 - 8 Peta Sebaran Sarana dan Prasarana

Gereja

BTS
SD Inpres Werwawan

SMAN Lakor
TK

Pasar Kantor Kecamatan Lakor

Halaman 3 - 20
LAPORAN AKHIR
PERENCANAAN MASTERPLAN IBUKOTA KECAMATAN LAKOR

3.8. KONDISI PRASARANA

Ketersediaan prasarana wilayah merupakan pendukung dalam mencapai


keberhasilan pembangunan dan pengembangan suatu wilayah. Prasarana wilayah
meliputi prasarana transportasi, prasarana air bersih, prasarana energi dan
kelistrikan, prasarana pengelolaan lingkungan, dan prasarana telekomunikasi.
A. Transportasi
Prasarana transportasi yang terdapat di Kecamatan Lakor yaitu transportasi darat
dan transportasi air. Pentingnya transportasi jalan tercermin pada semakin
meningkatnya kebutuhan jasa angkutan bagi mobilitas orang serta barang dari dan
keseluruh pelosok. Disamping itu, transportasi jalan juga berperan sebagai
penunjang, pendorong dan penggerak bagi pertumbuhan daerah, dalam upaya
peningkatan dan pemerataan pembangunan serta hasil-hasilnya.

Gambar. 3 - 9 Kondisi Transportasi laut


Sumber : Hasil Survey tahun 2018

B. Kondisi Jaringan Jalan


Pada tahun 2016 jaringan jalan di Kecamatan Lakor sepanjang 55,91 Km dengan
jenis permukaan jalan yang sudah beraspal sepanjang 22,45 Km, sedangkan jaringan
jalan yang belum di aspal sepanjang 2,96 Km, serta jaringan jalan lainnya sepanjang
30,50 Km. Panjang jalan menurut kondisi jalan baik sepanjang 25,41 Km, sedangkan
jalan rusak sepanjang 10,20 Km, dan kondisi jalan yang mengalami rusak berat
sepanjang 20,30 Km di Kecamatan Lakor.

Gambar. 3 - 10 Kondisi Jalan


Sumber : Hasil Survey tahun 2018

Halaman 3 - 21

Anda mungkin juga menyukai