Anda di halaman 1dari 12

BAB VI

HIDROLOGI HIDROGEOLOGI DAN SISTEM PENYALIRAN

6.1 Kajian Hidrologi Dan Hidrogeologi


6.1.1 Hidrologi
Hidrologi secara alamiah dapat ditunjukan seperti terlihat pada gambar 3.1,
yaitu menunjukan gerakan air di permukaan bumi. Selama berlangsungnya daur
hidrologi , yaitu perjalanan air dari permukaan laut ke atmosfir kemudian ke
permukaan tanah dan kembali lagi kelaut yang tidak pernah habis tersebut air
akan tertahan (sementara) di sungai, danau/waduk, dalam tanah sehingga dapat
dimanfaatkan oleh manusia atau makhluk hidup lainnya.

Dalam hidrologi, energi panas matahari menyebabkan terjadinya proses


evaporasi di laut atau badan-badan air lainnya. Uap air tesebut akan terbawa
oleh angin melintasi daratan yang bergunungmaupun datar, dan apabila
keadaan atmosfer memungkinkan, sebagian dari uap air akan turun menjadi
hujan. Adapun penjelasan tentang hidrologi dapat dilihat pada gambar 3.1.

Sumber : By Ken Pandu Negara


Gambar 6.1
Siklus Hidrologi
6.1.1.1 Air Permukaan
1. Air Limpasan
Air limpasan adalah bagian dari curah hujan yang mengalir diatas permukaan
tanah menuju sungai, danau atau laut. Aliran itu terjadi karena curah hujan
yang mencapai permukaan bumi tidak dapat terinfiltrasi, baik yang disebabkan
karena intensitas curah hujan atau faktor lain misalnya kelerengan, bentuk dan
kekompakan permukaan tanah serta vegetasi.
Aspek-aspek yang berpengaruh dalam air limpasan.
1) Curah hujan = curah hujan, intensitas curah hujan dan frekuensi hujan.
2) Tanah = jenis dan bentuk topografi.
3) Tutupan = kepadatan, jenis dan macam vegetasi
4) Luas daerah aliran
Adapun sumber dari air limpasan di PT.Mantul Coal adalah dari air hujan dimana
diperoleh data curah hujan selama 10 tahun terakhir.
2. Pengolahan Data Curah Hujan
1) Perhitungan Curah Hujan Maksimum
Analisis curah hujan dapat dilakukan dengan beberapa metode, diantaranya
metode analisis frekuensi langsung (direct frecquency analysis). Analisis ini
dilakukan untuk menentukan curah hujan rencana berdasarkan data curah hujan
yang tersedia. Jika waktu pengukuran curah hujan lebih lama (jumlah data
banyak), hasil analisis semakin baik.
Analisis frekuensi langsung dapat dilakukan dengan dua sajian data curah
hujan, yaitu :
a. Seri Tahunan (annual series)
Pengolahan data curah hujan dilakukan dengan mengambil satu curah hujan
tertinggi dalam rentang waktu satu tahun. Kekurangan dalam analisis ini adalah
data curah hujan dibawah curah hujan maksimum pada tahun tertentu tetapi
lebih tinggi dari curah hujan maksimum pada tahun yang lain, tidak
diperhitungkan (digunakan).
b. Seri Sebagian (partial series)

Cara ini dapat menutupi kekurangan cara pertama (seri tahunan), karena
pengolahan data dilakukan dengan mengambil data curah hujan yang melebihi
suatu nilai tertentu dengan mengabaikan waktu kejadian hujan yang
bersangkutan.
Seri tahunan biasa digunakan jika tersedia data curah hujan dalam jumlah
banyak, sedangkan seri sebagian dilakukan jika jumlah data curah hujan
terbatas (tidak banyak).
Untuk daerah tambang pada area penambangan PT.Mantul Coal penentuan
curah hujan menggunakan analisis Partial Series. Cara ini menggunakan
ambang batas curah hujan maksimum, yang perhitungannya dilakukan
terhadap curah hujan diatas nilai ambang batas curah hujan maksimum.
Data yang ada diolah dengan menggunakan rumus Distribusi Gumbell. Data
curah hujan maksimum dapat dilihat pada tabel 6.1 dan untuk grafik curah
hujan maksimum dapat dilihat pada gambar 6.2
Tabel 6.1
Curah Hujan Maksimum harian Per Tahun
Tahun
Bulan
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Januari 395,2 626,1 286,9 362,6 240,6 221,7 384 324,3 418,9 223,7 355,2 443
Februari 547,5 375,1 271,8 345,9 239 242 148 320,6 211,8 258,4 414,6 220
Maret 150 303 332,5 294,8 482,7 419,4 212 285,1 337,1 313 308,3 332
April 197,1 126,9 129,5 219,3 325,6 228,5 279 243 250,8 319,1 305,5 223
Mei 50,3 228 230,4 72,5 253,3 140,2 237 171 210,5 149,1 346,5 159
Juni 115,8 80 49,7 188,2 170,9 170,1 22 365,7 83,1 58,4 140,7 221
Juli 47 90,1 18,8 24,7 229,3 225,1 73 171,7 21,3 193,5 125,7 113
Agustus 41,6 0 49,3 4,6 54,8 157,6 25 240,4 26,8 70,3 81,5 53
September 110 32,6 36,1 2,9 30,1 127,5 21 338,2 77,3 58,2 33,6 5
Oktober 171 51,7 176,5 16,5 62,4 208,8 189 256,5 133,5 157 106 16
November 263,4 289,6 203,2 115,6 1641,9 300,2 292 317,5 276,4 297,8 439,1 199
Desember 680 415 284,4 408,4 255,2 427,2 287 354,7 856,4 409,8 394,4 387

Sumber : BMKG Kalimantan Selatan

Berdasarkan tabel diatas dapat di simpulkan bahwa pada bulan November tahun
2010 merupakan curah harian maksimum dengan jumlah 1641,9 mm/harian.
2) Perhitungan Curah Hujan Rencana
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan rumus – rumus maka dapat
diperoleh data sebagai berikut :
Tabel 6.2
Curah Hujan Rencana
Tahun 2006-2017
Bulan
CHR (mm/bln)
Januari 355.585201
Februari 317.6813451
Maret 351.4413461
April 282.915712
Mei 375.3981693
Juni 833.3584393
Juli 1511.339052
Agustus 72025.34645
September 9261.430777
Oktober 1012.511161
November 3904.124608
Desember 1013.512522

Sumber : PT.Mantul Coal


Adapun perhitungan curah hujan rencana dapat dilihat pada lampiran A6.
3) Perhitungan Intensitas Curah Hujan
Penentuan intensitas curah hujan dimaksudkan untuk mendapatkan kurva
durasi yang nanti akan digunakan sebagai dasar perhitungan air limpasan di
PT.Mantul Coal. Penentuan intensitas curah hujan dapat dilakukan dengan
beberapa metode, salah satunya dengan persamaan Monnonobe, besarnya nilai
intensitas curah hujan yaitu 1995,17 mm/jam. Perhitungan intensitas curah
hujan bisa dilihat pada (Lampiran A6)

4) Perhitungan Debit Air Limpasan Dan Air Hujan


Besarnya air limpasan yang akan masuk ke area penambangan merupakan total
air limpasan yang berada pada daerah yang lebih tinggi dari area penambangan.
Pada sistem drainage ini, debit air limpasan akan langsung diarahkan menuju
kolam pengendapan (settling pond).
Untuk memperkirakan debit air limpasan maksimal yang masuk ke daerah
settling pond dapat digunakan rumus rasional. Hasil perhitungan debit air
limpasan dapat dilihat pada tabel 6.3
Tabel 6.2
Debit Air Limpasan
NO LOKASI LUAS C I Q

(m2) ( m / detik ) ( m3 /detik )

1 DTH I 1529729 0,05 0,07 5,35

Sumber : PT.Mantul Coal

Untuk perhitungan debit air limpasan dan Air Hujan secara lengkap bisa dilihat
pada (Lampiran A6).

5) Luas Daerah Tangkapan Hujan


Penentuan daerah tangkapan hujan dilakukan berdasarkan pengolahan peta
topografi di lokasi penelitian. Pengolahan peta topografi di lokasi penelitian
bertujuan untuk mengetahui arah aliran air limpasan dan menentukan luas
daerah tangkapan hujan serta mengetahui elevasi tertinggi yang dapat
menampung air serta mengalirkan ke lokasi settling pond. Berdasarkan
pengolahan data didapatkan luas daerah curah hujan sebesar 152 ha dapat
dilihat pada lampiran B6

6) Nilai Intensitas Curah Hujan


Nilai intensitas curah hujan dapat dilakukan dengan beberapa metode, salah
satunya dengan persamaan Monnonobe, besarnya nilai intensitas curah hujan
yaitu 0,020 m/detik. Perhitungan intensitas curah hujan bisa dilihat pada
(Lampiran A6)
7) Perhitungan Debit Air Hujan
Air hujan yang langsung memasuki area penambangan pada area penambangan
sadu PT. Mantul Coal. Untuk mengetahui total debit air hujan dapat
menggunakan rumus rasional. Berikut ini hasil perhitungan debit air hujan di
area Penambangan PT.Mantul Coal.

Tabel 6.3
Debit Air Hujan
NO LOKASI LUAS C I Q

(m2) ( m / detik ) ( m3 /detik )

1 Area Penambangan 98576 0,05 0.07 0,34

Sumber : PT.Mantul Coal

8) Luas Daerah Area Penambangan


Daerah area penambangan mempunyai luas area sebesar 98.576 m².
9) Koefisien Air Limpasan di Luar Pit
Kondisi untuk setiap daerah tangkapan hujan tidaklah seragam sehingga untuk
nilai dari koefisien air limpasan sendiri juga berbeda-beda. Perhitungan dari
nilai koefisien limpasan didasarkan atas ketetapan harga suatu koefisien
limpasan yang telah di kemukakan oleh beberapa ahli antara lain suripin dan
Hofedank and Gold. Harga dari koefisien limpasan menurut Hofedank and
Gold dan suripin dapat dilihat pada Tabel 6.3 sampai Tabel 6.5. Perhitungan
nilai koefisien air limpasan pada lokasi penelitian PT. Radian Delta Wijaya
tertera pada Lampiran D. Adapun hasil dari perhitungan nilai koefisien
limpasan dapat dilihat pada Tabel 6.7
Tabel 6.3
Beberapa Harga Koefisien Limpasan

Kemiringan Kegunaan Lahan Koefisien Limpasan

- Persawahan rawa-rawa 0,2


Datar
- Hutan, perkebunan 0,3
Kemiringan < 3%
- Permukiman 0,4

- Hutan, perkebunan 0,4


Agak miring - Pemukiman 0,5
(3-15%) - Vegetasi ringan 0,6
-Tanah gundul 0,7

- Hutan 0,6
Curam - Pemukiman 0,7
Kemiringan > 15% - Vegetasi ringan 0,8
- Tanah gundul, penambangan 0,9

Sumber: Tedy agung cahyadi,2007


C = koefisien limpasan
Ci = koefisien masing-masing permukaan
Ai = luas daerah masing-masing permukaan
Tabel 6.4
Nilai Koefisien Limpasan Menurut Hofedank and Gold
Kemiringan Jenis lahan C
Sawah, rawa 0,2
<3%
Hutan, perkebunan 0,3
datar
Perumahan 0,4
Hutan, perkebunan 0,4
3% - 15% Perumahan 0,5
sedang Semak-semak agak jarang 0,6
Lahan terbuka, daerah timbunan 0,7
Hutan 0,6
15% Perumahan 0,7
curam Semak-semak agak jarang 0,8
Lahan terbuka, daerah tambang 0,9

Sumber: Hofedank and Gold

Tabel 6.5
Koefisien Limpasan Daerah Tambang

Macam permukaan Koefisien limpasan

Lapisan batubara (coal seam) 1,00

Jalan pengangkutan 0,90

Dasar pit dan jenjang (pit floor & bench) 0,75

Lapisan tanah penutup (fresh overburden) 0,65

Lapisan tanah penutup yang ditanami 0,55

(revegeted overburden)

Hutan (natural rain forest) 0,50


Tabel 6.6
Harga Koefisien Limpasan Menurut Suripin

Topografi (Ct) Tanah (Cs) Vegetasi (Cv)

Datar <1% 0,03 Pasir dan Gravel 0,04 Hutan 0,04

Bergelombang 1- 0,08 Lempung berpasir 0,08 Pertanian 0, 11


10%

Perbukitan 10- 0,16 Lempung dan 0,16 Padang Rumput 0,21


20% lanau

Pegunungan 0,26 Lapisan Batu 0,26 Tanpa Tanaman 0,28


>20%

Sumber: Suripin, 2004


Tabel 6.7
Nilai Koefisien Limpasan

No DTH C total
Ct Cs Cv

1 I 0,26 0,04 0,04 0,34

Sumber : Data PT. Radian Delta Wijaya


Berdasarkan tabel 6.7 dapat disimpulkan bahwa nilai koefisien pada daerah
tangkapan hujan juga dibedakan menjadi tiga yaitu dengan tingkat kemiringan
topografi pegunungan (Ct) 0,26, Jenis tanah gravel (Cs) 0,04 dan jenis vegetasi
hutan (Cv) 0,04. Jadi total nilai koefisien pada daerah tangkapan hujan yaitu
0,34.

10) Intensitas Curah Hujan

Penentuan intensitas curah hujan dimaksudkan untuk mendapatkan kurva


durasi yang nantinya akan digunakan sebagai dasar perhitungan air limpasan di
daerah penelitian. Penentuan intensitas curah hujan dapat dilakukan dengan
beberapa metode, salah satunya dengan persamaan Monnonobe. Yaitu :

R  24 2 / 3
24
I   

24  t 

Harga R24 adalah besarnya curah hujan maksimum (curah hujan rencana) yang
telah ditentukan yaitu sebesar 355.85 mm/hari. Nilai t = 1 jam, sebab tidak ada
data curah hujan yang disajikan dalam durasi waktu yang singkat seperti satu
jam atau kurang. Pada perhitungan intensitas curah hujan, dikonversikan dari
curah hujan harian menjadi jumlah curah hujan dalam satuan jam.

Jadi besarnya intensitas curah hujan dalam 1 jam adalah :

R  24 2 / 3
24 24

I   

24  t 

355.85  24 2 / 3

I   

24  1 

I  124.766 mm/jam

Tabel 6.7
Data intensitas curah hujan

Tahun 2006-2017
Bulan
intensitas curah hujan
intensitas (mm/bln) intensitas (mm/jam)
Januari 2844.681608 124.7667372
Februari 2541.450761 115.5204891
Maret 2811.530769 133.8824176
April 2263.325696 102.8784407
Mei 3003.185354 130.5732763
Juni 6666.867515 287.1881391
Juli 12090.71242 533.974681
Agustus 576202.7716 25855.25257
September 74091.44622 3241.500772
Oktober 8100.089284 346.7928134
November 31232.99686 1341.294344
Desember 8108.10018 348.2006212

Sumber : Data PT.Mantul Coal


Adapun untuk perhitungan lengkapnya ada pada lembar lampiran A6.

6.1.2 Hidrogeologi
Sistem penambangan yang dipakai pada PT.Mantul Coal adalah sistem strip
mine dimana pada penambanganya tidak meningalkan suatu pit atau sumuran
dan pada lapisan tanah pada PT.Mantul Coal tidak ditemukannya akuifer dan
sumber mata air jadi pada PT.Mantul Coal tidak dilakukan kajian
Hidrogeologi.
Sehingga PT.Mantul Coal hanya membuat drinase dengan sistem saluran
terbuka dan berebntuk trapesium pada area sekitar penambangan atau diluar
area tambang, kemudian dilakukan penyaliran ke area pengendapan di
setlingpond berebentuk balok.

Anda mungkin juga menyukai