Anda di halaman 1dari 10

Laporan Praktikum Ke-1 Hari, tanggal : Selasa, 13 Februari 2018

M.K. Analisis Hidrologi


Dosen: Asisten :
1. Prof. Dr. Ir. Hidayat Pawitan 1. Yudha Kristanto (G24140005)
2. Dr. Drs. Bambang Dwi Dasanto 2. Dinia Putri (G24130034)
3. Dr. Muh Taufik S.Si, M.Si

DATA HIDROLOGI DAN KONVERSI SATUAN

Kelompok (4)
Awis Karni (G24150018)
M Faisal A (G24150021)
Muthia L I (G24150022)
Tyas Bunga K (G24150023)
M Sirojul A (G24150024)

DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2018
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hidrologi merupakan ilmu penting dalam konsep siklus hidrologi. Siklus
hidrologi menunjukkan gerakan air di permukaan bumi. Siklus ini merupakan
konsep dasar tentang keseimbangan air secara global di bumi dan menunjukkan
semua hal yang berhubungan dengan air (Kodoatie dan Sjarief 2005). Hidrograf
merupakan diagram yang menggambarkan variasi debit sungai atau tinggi muka
air menurut waktu (Sosrodarsono dan Takeda 2003). Hidrograf sangat diperlukan
dalam pengaturan siklus air. Hal ini disebabkan hidrograf menunjukan tanggapan
menyeluruh tentang DAS terhadap masukan tertentu.
Data hidrologi merupakan data yang menjadi dasar dari perencanaan
kegiatan pengelolaan sumber daya air di wilayah sungai, seperti perencanaan
bangunan irigasi, bagunan air, pengelolaan sungai, pengendalian banjir dan lain-
lain. Data hidrologi perlu dikelola ke dalam suatu sistem hidrologi agar tersedia
informasi sumber daya air yang akurat, benar dan tepat waktu bagi semua pihak
yang berkepentingan. Analisis hidrologi merupakan parameter yang dominan dan
memerlukan penanganan yang sangat cermat. Ketepatan dan kecermatan analisis
mensyaratkan keakuratan data hidrologi itu sendiri (Kusumadewi et al. 2012).
Konversi satuan pada data hidrologi penting dilakukan. Konversi satuan
adalah suatu cara mengubah satuan yang satu ke satuan yang lainnya tanpa
mengubah nilai aslinya. Konversi satuan ini dilakukan agar nilai yang dihasilkan
sesuai dengan nilai yang tercantum pada rumus atau sesuai dengan format data
hidrologi, baik itu data hidrologi tentang tinggi aliran air sungai maupun debit air
sungai (Kusumadewi et al. 2012).
Tujuan Praktikum
Praktikum ini bertujuan mengetahui data hidrologi, hidrograf, dan
koefisien limpasan dari DAS Ciliwung, serta mengonversinya sesuai format
dalam hidrologi.
METODOLOGI
Alat dan Bahan
1. Laptop
2. Ms. Excel
3. Data DAS Ciliwung-Katulampa 2005 dan 2007
Langkah Kerja
1. Menghitung rata – rata debit bulanan (m3/s).
2. Membuat hidrograf aliran sungai dengan memplotkan data rata – rata debit
bulanan terhadap waktu (bulan).
3. Membuat flow duration curve dengan melakukan konversi satuan pada
paameter – parameter yang dibutuhkan.
4. Mengonversi debit (m3/s) menjadi L/s persatuan luas DAS :
rata−rata debit × 1000
luas DAS ( km2 )

2
5. Menghitung tinggi aliran dengan satuan meter atau millimeter yang
dihitung setiap bulannya, dengan rumus :
Jumlah Hari bulanke i× 86400× rataandebit
Luas DAS ( m2 )
6. Menghitung volume dengan satuan m3, yang juga dihitung setiap bulan
dengan rumus :
tinggi aliran(m) × Luas DAS (m2)
7. Menghitung koefisien limpasan
Qtotal
C=
Volume Presipitasi Tahunan
Dengan:
12
Q total( m /s)=∑ ( d × 86400 ×Q(m3 ) )
3

i =1

Dimana:
Q total = total debit selama satu tahun (m3)
D = jumlah hari pada bulan ke-i
Q = debit rataan pada bulan ke-I (m3/s)
P = curah hujan rataan selama setahun di DAS (mm/tahun)
8. Menghitung nilai frekuensi terlampaui dengan rumus :
i
Efq= ×100 %
N
dengan i = hari ke-i
9. Membuat tabel antara data frekuensi terlampaui dengan data debit harian
pada DAS Ciliwung-Katulampa tahun 2005 dan 2007.

Gambar 1. Diagram alir data hidrologi dan konversi satuan pada DAS Ciliwung
Katulampa tahun 2005 dan 2007

3
HASIL DAN PEMBAHASAN
Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan suatu wilayah daratan yang
secara topografik dibatasi oleh punggung-punggung gunung yang menampung
dan menyimpan air hujan untuk kemudian menyalurkannya ke laut melalui sungai
utama (Kusumadewi et al. 2012). DAS Ciliwung merupakan bagian dari satuan
wilayah Sungai Ciliwung – Cisadane yang mempunyai daerah tangkapan ± 337
km2, mengalir sepanjang 117 km, dan bermata air di Gunung Pangrango
kemudian alirannya bermuara di Laut Jawa. Toposekuen dari DAS Ciliwung
dibagi ke dalam 3 bagian, yaitu bagian hulu dengan stasiun pengamatan arus
sungai di Bendung Katulampa Bogor, kemudian bagian Tengah berada di
Ratujaya Depok, dan bagian hilir berada di Pintu Air Manggarai (Hendrato 2005).
Sebagai salah satu ekosistem DAS, DAS Ciliwung merupakan salah satu
DAS yang tergolong kritis. Meningkatnya konversi lahan terbuka menjadi lahan
terbangun untuk berbagai kebutuhan seperti perumahan, industri, pariwisata, dan
prasarana lainnya dengan tidak berlandaskan pengetahuan tentang lingkungan
mengakibatkan perubahan yang sangat drastis pada ekosistem DAS Ciliwung,
terutama wilayah hilir (Wahyuni dan Syartinilia 2015).
Tabel 1. Data hidrologi DAS Ciliwung tahun 2005
Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep Okt Nop Des
Rata – rata
debit (m3/s) 32,28 36,43 31,96 19,85 19,68 21,71 17,21 15,97 16,48 17,92 20,27 21,71
Laju
aliran/km2
(L/s) 95,77 108,09 94,83 58,91 58,39 64,41 51,06 47,40 48,91 53,19 60,16 64,43
Tinggi aliran 254,0 172,5 131,0
(mm) 256,52 289,52 0 157,77 156,40 2 136,75 126,96 0 142,46 161,12 172,58
Volume (10^6
m3) 86,45 97,57 85,60 53,17 52,71 58,14 46,09 42,78 44,15 48,01 54,30 58,16
Tabel 2. Data hidrologi DAS Ciliwung tahun 2007
Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep Okt Nop Des
Rata – rata
debit (m3/s) 30,97 43,48 19,06 21,14 12,16 18,62 5,72 4,40 4,39 6,03 14,22 25,88
Laju
aliran/km2 129,0 16,9
(L/s) 91,89 3 56,57 62,72 36,07 55,25 6 13,04 13,02 17,88 42,20 76,80
Tinggi aliran 246,1 312,1 151,5 162,5 143,2 45,4 109,3
(mm) 3 5 1 7 96,62 1 2 34,94 33,74 47,89 7 205,71
Volume (10^6 105,1 15,3
m3) 82,95 9 51,06 54,79 32,56 48,26 1 11,77 11,37 16,14 36,86 69,32
Tabel
Rata rata debit (m3/s)

40.00
20.00 1 dan 2
menunjukkan
0.00 tahun 2007
n b r r i n l s p t p s tahun 2005 data hidrologi
Ja Fe Ma Ap Me Ju Ju Ag Se Ok No De
DAS
Bulan Ciliwung
tahun 2005

4
dan 2007 yang terdiri dari data rata – rata debit bulanan, laju aliran air, tinggi
aliran air, dan volume air. Sepanjang tahun 2005, hasil pengukuran menunjukkan
nilai yang fluktuatif dari masing-masing parameter yang diukur. Data hidrologi
pada tahun 2005 menunjukkan bahwa pada bulan Februari memiliki nilai data
hidrologi yang tinggi dari keempat parameter yang dihitung, sedangkan nilai
terkecilnya ditunjukkan pada bulan Agustus. Hal yang hampir sama juga ditemui
pada tahun 2007, dengan nilai tertinggi dari parameter yang dihitung terjadi pada
bulan Februari, sedangkan nilai terendahnya terjadi pada bulan September.
Berdasarkan hasil tersebut, dapat dilihat bahwa tahun 2007 memiliki nilai yang
lebih tinggi dari keempat parameter yang dihitung dibandingkan tahun 2005. Hal
ini didukung fakta bahwa Jakarta terkena banjir besar pada tahun 2007. Rata –
rata curah hujan di DAS Ciliwung mencapai 142,5 mm/hari pada 2 Februari 2007
(Nugroho 2008).
50.00
Rata rata debit (m3/s)

40.00
30.00
20.00
tahun 2007
10.00 tahun 2005
0.00
n b r r i n l s p t p s
Ja Fe Ma Ap Me Ju Ju Ag Se Ok No De
Bulan

Gambar 2. Hidrograf aliran DAS Ciliwung tahun 2005 dan 2007


Gambar 2 menunjukkan hidrograf aliran sungai DAS Ciliwung tahun 2005
dan 2007. Tahun 2005 rata – rata debit sungai tertinggi terjadi pada bulan
Februari, yaitu 36,43 m3/detik, sedangkan rata – rata debit sungai terendahnya
adalah 15,97 m3/detik yang terjadi pada bulan Agustus. Selama kurun waktu tiga
bulan pertama di awal tahun 2005 yaitu Januari hingga Maret, nilai rata-rata
debitnya lebih tinggi dibandingkan bulan selanjutnya, sedangkan dari bulan Maret
hingga Desember, nilai rata-rata debitnya tidak memiliki perbedaan yang cukup
besar. Selain itu, tren naik dari hidrograf mulai terlihat pada bulan September
hingga Desember. Hal yang hampir sama juga terjadi pada tahun 2007, dengan
rata – rata debit sungai tertinggi terjadi pada bulan Februari, yaitu 43,48 m 3/detik
dan rata – rata debit sungai terendahnya adalah 4,39 m 3/detik yang terjadi pada
bulan September.
Nilai hidrograf di kedua tahun cenderung rendah pada saat musim
kemarau dan cenderung tinggi pada saat musim hujan. Hal ini menunjukkan
bahwa iklim berpengaruh terhadap parameter hidrologi DAS yang mana bulan
Desember, Januari, dan Februari merupakan bulan yang memiliki curah hujan
yang tinggi (musim hujan) sehingga debit DAS menjadi lebih besar, sedangkan
bulan Juni, Juli, dan Agustus merupakan bulan dengan curah hujan yang rendah
(musim kering) sehingga debit DAS menjadi lebih kecil (Agus dan Hadihardaja

5
2011). Informasi hidrograf ini dapat digunakan untuk memprediksi tingkat siaga
banjir di daerah hilirnya (Ghanshyam 2002).

Tabel 3. Debit peluang terlampaui pada DAS Ciliwung tahun 2005 dan 2007
Tahun Q Peluang Tahun Q Peluang
3 3
(m /s) Terlempaui (m /s) terlampaui
2005 12,53 100% 2007 3,48 100%
14,52 90% 3,98 90%
15,75 80% 4,68 80%
16,63 70% 6,15 70%
17,68 60% 8,91 60%
19,18 50% 11,71 50%
21,33 40% 16,34 40%
23,40 30% 20,60 30%
28,09 20% 24,69 20%
35,70 10% 30,94 10%
99,22 0% 304,84 0%
Tabel 3 menunjukkan nilai debit dengan peluang terlampauinya pada DAS
Ciliwung tahun 2005 dan 2007. Nilai debit dengan peluang terlampaui 100%
berarti nilai debit terendah dari suatu data sehingga peluang untuk melampaui
nilai debit tersebut adalah 100% (pasti terlampaui) atau debit tidak mungkin
mencapai nilai yang lebih kecil lagi. Nilai debit dengan peluang terlampaui 100%
pada tahun 2005 yaitu 12,52 m3/s, sedangkan pada tahun 2007 yaitu 3,48 m3/s.
Selanjutnya, untuk nilai peluang terlampaui 0% berarti nilai debit tertinggi dari
suatu data sehingga nilai debit tersebut tidak mungkin terlampaui atau debit tidak
mungkin mencapai nilai yang lebih besar lagi. Nilai debit dengan peluang
terlampaui 0% pada tahun 2005 yaitu 99,22 m3/s, sedangkan pada tahun 2007
mencapai 304,84 m3/s. Hal ini menunjukkan bahwa nilai rata-rata debit terbesar
pada tahun 2007 lebih besar dibandingkan tahun 2005.
Koefisien limpasan (C) merupakan rasio jumlah limpasan terhadap jumlah
curah hujan, dimana nilainya tergantung pada tekstur tanah, kemiringan lahan, dan
jenis penutupan lahan. Limpasan air permukaan dipengaruhi oleh faktor
meteorologi yang meliputi intensitas, durasi dan distribusi curah hujan. Faktor
lain ialah karakteristik daerah limpasan, diantaranya adalah luas dan bentuk
daerah pengaliran, topografi dan tata guna lahan. Faktor utama yang
mempengaruhi limpasan pada DAS Ciliwung adalah perubahan penggunaan
lahan. Koefisien limpasan pada DAS Ciliwung tahun 2005 menunjukkan nilai
sebesar 0,7 yang berarti pada tahun tersebut 70% dari total air hujan akan menjadi
air limpasan, sedangkan pada tahun 2007 nilai koefisien limpasan DAS Ciliwung

6
adalah 0,5. Hal ini berarti pada tahun tersebut, 50% dari total air hujan akan
menjadi air limpasan.
Secara keseluruhan, nilai parameter hidrologi DAS Ciliwung pada tahun
2007 cenderung lebih besar dibandingkan tahun 2005, akan tetapi nilai koefisien
limpasan tahun 2007 lebih kecil dibandingkan tahun 2005. Hal ini disebabkan rata
– rata debit aliran pada musim kemarau di tahun 2007 sangat rendah nilainya
dibandingkan tahun 2005. Selain itu, nilai parameter hidrologi suatu DAS dapat
dipengaruhi oleh keadaan iklim dan karakteristik DAS itu sendiri. Salah satu
faktor yang membuat data hidrologi pada tahun 2007 bernilai tinggi adalah
adanya fenomena La-Nina sedang yang terjadi pada awal tahun 2007 (Agus dan
Hadihardaja 2011).
KESIMPULAN
Data hidrologi yang dihitung pada DAS Ciliwung tahun 2005 dan 2007
terdiri dari empat parameter, yaitu rata – rata debit bulanan, laju aliran air, tinggi
aliran air, dan volume air. Tahun 2007 memiliki nilai yang lebih tinggi
dibandingkan tahun 2005 dari keempat parameter tersebut. Selain itu untuk pola
hidrograf di kedua tahun tersebut hampir sama, namun nilai rata – rata debit air di
tahun 2007 lebih tinggi dibandingkan tahun 2005. Hal ini disebabkan tahun 2007
terjadi fenomena La-Nina sedang. Kedua tahun tersebut juga memiliki garis
hidrograf yang tinggi pada musim hujan dan garis hidrograf yang rendah pada
musim kemarau. Nilai koefisien limpasan DAS Ciliwung tahun 2005 lebih besar
dibandingkan tahun 2007. Hal ini disebabkan rata – rata debit aliran pada musim
kemarau di tahun 2007 sangat rendah nilainya dibandingkan tahun 2005.
DAFTAR PUSTAKA
Agus I dan Hadihardaja IK. 2011. Perbandingan hidrograf satuan teoritis terhadap
hidrograf satuan observasi DAS Ciliwung Hulu. Jurnal Teknik Sipil. 18(1) :
55-70
Ghanshyam D. 2002. Hydrology and Soil Conservation Engineering. New Delhi
(IND) : Prentice-Hall of India
Hendrato KA. 2005. Persepsi masyarakat terhadap kinerja pengelolaan Daerah
Aliran Sungai Ciliwung: (studi kasus Kelurahan Cipinang Muara dan
Kelurahan Bukit Duri). Jurnal Manajemen Kehutanan Tropika. 9(2) : 85-96
Kodoatie RJ dan Sjarief R. 2005. Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu.
Yogyakarta(ID) : Andi Press
Kusumadewi DA, Djakfar L, Bisri M. 2012. Arahan spasial teknologi drainase
untuk mereduksi genangan di sub Daerah Aliran Sungai Watu bagian hilir.
Jurnal Teknik Pengairan. 3(2) : 258-276
Nugroho SP. 2008. Analisis curah hujan penyebab banjir besar di Jakarta pada
awal Februari 2007. JAI. 4(1) : 50-55
Sosrodarsono S dan Takeda K. 2003. Hidrologi untuk pengairan. Jakarta(ID) :
Paramita

7
Wahyuni S dan Syartinilia. 2015. Studi nilai dan distribusi biodiversitas di Daerah
Aliran Sungai (DAS) Ciliwung bagian hulu. Jurnal Arsitektur Lansekap.
1(2) : 91-101

LAMPIRAN I
Tabel pembagian kerja
Nama NIM Proporsi Bagian yang
dikerjakan
Awis Karni (G24150018)
M Faisal A (G24150021)
Muthia L I (G24150022)
Tyas Bunga K (G24150023)
M Sirojul A (G24150024)

8
LAMPIRAN II
Tugas Individu
Nama : Tyas Bunga K
NIM : G24150023
KARAKTERISTIK DAS UNDA BALI
Daerah Aliran Sungai (DAS) Unda merupakan daerah aliran sungai yang
mencakup sebagian wilayah Kabupaten Karangasem dan Kabupaten Klungkung
Provinsi Bali, yang terletak pada 8º 34’ 02” LS - 8º 17’ 03” LS dan 115º 23’ 05”
BT - 115º 31’ 01” BT dengan luas 215,6 km2. DAS Unda juga menjadi salah satu
daerah aliran sungai yang dinilai sebagai sasaran mendesak untuk dilakukan
rencana pengelolaan DAS terpadu.

Gambar 1. Peta DAS Unda


SWP DAS Unda merupakan SWP DAS prioritas I. SWP DAS Unda
terbagi menjadi 32 DAS dengan 4 DAS yang telah memiliki SPAS. DAS Tukad
Nyuling merupakan salah satu DAS pada SWP DAS Unda bagian Timur yang
telah memiliki SPAS, tepatnya di sub-DAS Tukad Nyuling. Air yang mengalir
pada sub-DAS Tukad Nyuling sangat penting bagi Kabupaten Karangasem karena
diandalkan untuk pengairan sawah pada wilayah setempat. Karakteristik
biogeofisik sub-DAS Tukad Nyuling secara umum juga cukup mewakili
gambaran karakteristik SWP DAS Unda bagian timur, sehingga apabila dapat
diketahui model hidrologi yang cocok untuk diterapkan pada sub-DAS Tukad
Nyuling, maka diharapkan model tersebut juga cocok untuk diterapkan pada
beberapa DAS/sub-DAS di sekitarnya (Toban et al. 2016).

(a) (b)
Gambar 2. Peta penutup lahan DAS Unda (a) dan peta batas sub-DAS Unda (b)

9
Berdasarkan gambar 2 dapat dilihat bahwa penutup lahan DAS Unda
didominasi dengan hutan kerapatan tinggi dan hutan kerapatan rendah. Hal
tersebut sesuai dengan karakteristik kemiringan lereng DAS yang terkategori agak
curam sehingga daerah tersebut menjadi kawasan konservasi hutan. Secara umum,
untuk mengklasifikasikan tutupan lahan di DAS Unda, maka DAS Unda dibagi
menjadi lima sub-DAS. Karakteristik untuk masing-masing sub-DAS, yaitu pada
sub-DAS 1 didominasi oleh hutan kerapatan tinggi dengan luas mencapai 33,5
km2. Penutup lahan sub-DAS 2 didominasi oleh hutan kerapatan rendah dengan
luas mencapai 20,4 km2. Sub-DAS-3 memiliki penutup lahan hutan kerapatan
rendah yaitu 12,7 km2, dan paling sedikit dijumpai adalah permukiman hanya 0,2
km2, sedangkan pada sub-DAS 4 memliki penutup lahan paling kecil adalah lahan
terbuka dengan luas 0,4 km2, namun hutan kerapatan rendah masih mendominasi
pada sub-DAS ini, yaitu dengan luas mencapai 27,7 km2. Penutup lahan pada sub-
DAS 5 didominasi oleh hutan kerapatan rendah yaitu 20,1 km2, namun
keberadaan hutan kerapatan tinggi sudah hampir tidak dijumpai yaitu hanya 0,1
km2, dengan keberadaan sawah yang semakin meningkat luasannya yaitu 15,8
km2. Selain itu, hasil penelitian tentang jenis tanah yang terdapat di DAS Unda
menunjukkan bahwa jenis tanah regosol kelabu dengan tekstur pasir bergeluh
terdapat diseluruh bagian DAS Unda dengan luas mencapai 111,113 km 2 atau
mencakup 45,8% luasan DAS (Sriartha 2015).

Gambar 3. Hubungan curah hujan dan debit periode 2006-2013


Gambar 3 menunjukkan hubungan curah hujan dengan debit pada periode
2006-2013 di DAS Unda. Berdasarkan gambar tersebut, terjadi fluktuasi debit
aliran yang sangat bervariasi sepanjang tahun. Apabila debit air ini dihubungkan
dengan kondisi curah hujan di Bali, maka hubungan antara debit air dengan curah
hujan menunjukan bahwa tinggi curah tidak selalu menghasilkan debit air yang
tinggi pula, begitu juga sebaliknya (Toban et al. 2016).
DAFTAR PUSTAKA
Sriartha IP. 2015. Penggunaan citra Landsat 8 dan sistem informasi geografis
untuk estimasi debit puncak di DAS Unda Provinsi Bali. Jurnal Sains dan
Teknologi. 4(2) : 621 - 634
Toban EW, Sunarta IN, Trigunasih NM. 2016. Analisis kinerja daerah aliran
sungai berdasarkan indikator penggunaan lahan dan debit air pada DAS
Unda. E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika. 5(4) : 394 - 404

10

Anda mungkin juga menyukai