Anda di halaman 1dari 8

PENGARUH PEMBANGUNAN BENDUNGAN CIAWI DAN

BENDUNGAN SUKAMAHI PADA PERUBAHAN TINGGI MUKA AIR


DI BENDUNG KATULAMPA

Maulana Asrafi1, Evi Anggraheni1, Dwita Sutjiningsih1, Airlangga Mardjono2,dan M. Adek


Rizaldi3
1
Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil, Universitas Indonesia, Depok, 16424, Indonesia
2
Sekretaris Umum Komite Nasional Indonesia untuk Bendungan Besar
3
Kasubdit Operasi dan Pengelolaan Bendungan Kementrian PUPR

Email: maulana.asrafi@gmail.com

ABSTRAK

Berdasarkan Comprehensive Flood Management Plan (CFMP) salah satu alternatif


pengendalian banjir pada sungai Ciliwung ialah pembangunan Dry Dam (JICA & Yachiyo
Engineering Co, 2013). Pembangunan Bendungan Ciawi dan Sukamahi yang terletak di
Kabupaten Bogor diharapkan dapat mengurangi puncak banjir dan menambah waktu
konsentrasi akibat limpasan sungai Ciliwung, yang selama beberapa tahun memberikan dampak
kerugian banjir. Dengan dibangunnya Bendungan Ciawi dan Sukamahi, perlu dilakukan
penelitian terkait pengaruh kedua bendungan tersebut pada Bendung Katulampa, salah satu titik
pantau sistem peringatan dini banjir di DKI Jakarta. Analisis hidrologi dengan bantuan aplikasi
Win-TR 20 dan HEC-RAS dilakukan untuk mengetahui perubahan level siaga banjir pada
sistem peringatan dini banjir di DKI Jakarta dengan adanya kedua bendungan tersebut. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat penurunan puncak banjir setelah dibangunnya
Bendung Ciawi dan Bendung Sukamahi pada titik pantau Bendung Katulampa periode ulang
hujan 50 tahunan sebesar 3.59 m sedangkan ketinggian air dengan adanya Bendungan Ciawi
dan Bendungan sukamahi dengan periode ulang yang sama didapatkan ketinggian air sebesar
3.49 m atau memiliki selisih 10 cm atau memiliki perubahan sebesar 2.9 %.

Kata Kunci: Dry Dam Ciawi dan Sukamahi, Level Siaga Banjir, Penurunan Puncak Banjir,
WIN-TR20, HEC RAS
PENDAHULUAN
Sungai Ciliwung yang melintasi wilayah DKI Jakarta seringkali mengalami banjir
besar pada musim hujan. Banjir besar yang terjadi pada tahun 1996, 2002, 2007, dan 2013
memiliki dampak besar terhadap aktivitas wilayah DKI Jakarta. Banjir yang terjadi pada
Febuari 2007 berdampak pada kerugian ekonomi yang diperkirakan bernilai 8,6 triliun dengan
60 korban dan 263,416 pengungsi (Yulianti Hasanah, 2012). Di masa mendatang banjir besar
akan sering terjadi dikarenakan dampak dari perubahan tata guna lahan dan perubahan iklim
(Hiroshi Takagi, 2016). Peringatan dini banjir untuk wilayah DKI Jakarta mengacu pada
ketinggian muka air pada Sungai Ciliwung yang terpantau pada Bendung Katulampa, Bogor.
Bendung Katulampa yang terletak di kelurahan Katulampa, Kota Bogor, Jawa Barat menjadi
indikator atau peringatan dini terhadap limpasan air yang akan mengalir ke wilayah Jakarta.
Berdasarkan Comperhensive Flood Management Plan (CFMP) salah satu alternatif
pengendalian banjir pada sungai Ciliwung ialah pembangunan Dry Dam untuk menunjang
limpasan pada sungai Ciliwung (JICA & Yachiyo Engineering Co, 2013). Pembangunan
Bendungan Ciawi dan Sukamahi yang terletak di Kabupaten Bogor diharapkan dapat
mengurangi puncak banjir dan memperpanjang waktu konsentrasi sehingga mampu
mengurangi dampak banjir di DKI Jakarta akibat limpasan sungai Ciliwung yang terpantau di
Bendung Katulampa. Studi terkait Comprehensive Flood Management Plann yang dilakukan
oleh (JICA & Yachiyo Engineering Co, 2013) direncanakan untuk 20 tahun ke depan, dengan
tahun target ditetapkan sebagai 2030 dan sebagai titik peninjauan pengukuran banjir
pengendalian banjir menggunakan unregulated peak flow pada Pintu Air Manggarai.
Tujuan pada penelitian ini adalah membandingkan ketinggian air di Bendung
Katulampa tanpa dan dengan Bendungan Ciawi dan Sukamahi dengan alat bantu software
WinTR 20 untuk kondisi tanpa dan dengan Bendungan Ciawi dan Sukamahi.

METODOLOGI
Pembangunan bendungan Ciawi dan bendungan Sukamahi terletak di wilayah DAS
Ciliwung hulu, secara administratif terletak di Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat.
Berdasarkan letak geografis Bendungan Ciawi dan Bendungan Sukamahi terletak pada :
a. Bendungan Ciawi : 106º52’20” Bujur Timur, 06º39’28” Lintang Selatan.
b. Bendungan Sukamahi : 106º52’20” Bujur Timur, 06º40’12” Lintang Selatan.
Bendungan Ciawi terletak di sungai Ciliwung hulu dengan beberapa anak sungai
utama yaitu sungai Cibogo dan sungai Cisarua. Bendungan Sukamahi terletak di sungai
Cisakabirus yang merupakan anak sungai Ciliwung. Tujuan utama pembangunan Bendungan
Ciawi dan Sukamahi adalah untuk menambah waktu konsentrasi banjir sebelum sampai ke
Jakarta dan mengurangi puncak banjir. Lokasi Bendungan Ciawi dan Sukamahi beserta stasiun
hujan yang mempengaruhi dapat dilihat pada gambar 1 berikut ini:

Gambar 1. Lokasi Bendungan Ciawi dan Sukamahi


Analisis karakteristik DAS Bendung Katulampa dilakukan dengan bantuan software
ArcGis dengan menentukan area DAS yang mempengaruhi Bendung Katulampa dan subDAS
pada DAS tersebut. Analisis hidrologi pada penelitian ini dilakukan dengan bantuan software
WinTR 20 yang mengadopsi metode Soil Conservation Service-Curve Number (SCS-CN) yang
dikembangkan oleh USDA. Metode SCS untuk menghitung hujan efektif berdasarkan rumus
berikut (Chow, 1988):
𝐹 𝑃 (1)
=
𝑆 𝑃−𝐼
Berdasarkan prinsip kontinuitas:
𝑃 =𝑃 +𝐼 +𝐹 (2)
Berdasarkan beberapa studi yang menerapkan metode ini pada beberapa DAS, maka
pengembangan rumus empiris SCS-CN sebagai berikut:
(𝑃 − 𝐼 ) (3)
𝑃 =
𝑃−𝐼 +𝑆
dimana 𝐼 = 0.2𝑆
(𝑃 − 0.2𝑆) (4)
𝑃 =
𝑃 + 0.8𝑆
P adalah total hujan dalam millimeter setiap perubahan waktu (t), S adalah kapasitas
retensi tanah pada DAS. Nilai S didapatkan berdasarkan nilai koefisien pengaliran yang disebut
CN. Nilai CN bervariasi antara 0 – 100,
1000 (5)
S = 25.4 − 10
CN
WinTR-20 merupakan versi windows dari TR-20, yang dikembangkan pertama kali
oleh USDA (United States Department of Agriculture) pada tahun 1973. WinTR-20 merupakan
model hidrologi aliran permukaan yang dapat mensimulasikan banjir baik di DAS maupun di
alur. Model ini mampu untuk menganalisis kondisi saat ini maupun perubahan tata guna lahan
pada skala DAS (Anggraheni., et al., 2016). Penelusuran banjir melalui alur pada model ini
menggunakan metode Muskingum Cunge, sedangkan penelusuran banjir melalui waduk
dilakukan dengan metode level pool routine.
Analisis hidrolika pada penelitian ini dilakukan dengan HEC-RAS v4.10. Software
yang mampu menganalisis aliran hidrolika steady flow dengan satu dimensi, perhitungan satu
dan dua dimensi unsteady flow terhadap hidrolika sungai, quasi unsteady dan full unsteady flow
perpindahan sedimen, analisis suhu air, dan pemodelan kualitas air secara umum (Nutrient Fate
and Transport) (W.Brunner, 2016).
Penentuan level siaga banjir suatu ketinggian air pada Bendung Katulampa yang
digunakan untuk mendeteksi banjir yang akan memasuki DKI Jakarta. Ketinggian level siaga
banjir dapat dilhat sebagai berikut,
Tabel 1 Batas Siaga Banjir DKI Jakarta
Batas Siaga
Pintu Air Siaga III Siaga II Siaga I
(cm) (cm) (cm)
Bendung Katulampa 81 - 150 151 - 200 ≥ 201
Pos Depok 201 - 270 271 - 350 ≥ 351
PA Manggarai 751 - 850 851 - 950 ≥ 951
PA Karet 451 - 550 551 - 600 ≥ 601
Pos Krukut Hulu 151 - 250 251 - 300 ≥ 301
Pos Pesanggrahan 151 - 250 251 - 350 ≥ 351
Pos Angke Hulu 151 - 250 251 - 300 ≥ 301
Waduk Pluit -51 - 0 1 - 45 ≥ 46
Pasar Ikan 171 - 200 201 - 250 ≥ 251
Pos Cipinang Hulu 151 - 200 201 - 250 ≥ 251
Pos Sunter Hulu 151 - 200 201 - 250 ≥ 251
PA Pulo Gadung 551 - 700 701 - 770 ≥ 771

HASIL DAN PEMBAHASAN


Analisis hujan wilayah yang dilakukan dengan menggunakan metode polygon thiessen
pada Gambar 2. didapatkan hasil luas sebaran curah hujan berdasarkan total luas DAS
Katulampa ialah sebagai berikut :
Luas Sebaran Stasiun Hujan Katulampa : 12.5 km2 dengan presentase 8.29 %
Luas Sebaran Stasiun Hujan Cilember : 49.32 km2 dengan presentase 32.73 %
Luas Sebaran Stasiun Hujan Gadog : 35.30 km2 dengan presentase 23.43 %
Luas Sebaran Stasiun Hujan Gunung Mas : 53.56 km2 dengan presentase 35.55 %
Total Luas : 150.68 km2
Gambar 2. Polygon Thiessen DAS Katulampa
Berdasarkan gambar 1 tersebut dapat ditentukan luasan subDAS, panjang sungai
terpanjang, kemiringan, dan nilai Tc (Time of Concentration) dan tata guna lahan seperti yang
tertera pada tabel 2 berikut ini:
Tabel 2 Tabel Properties DAS
Titik Titik
SubDAS Area (Km2) CN L (m) dh (m) S Tc (Menit) Tc (Jam)
Hulu Hilir
1 87.97 69.39 20,032 3,000 500 2,500 0.125 89.192 1.487
2 16.07 62.17 15,091 2,575 563 2,013 0.133 69.906 1.165
3 0.36 70.21 460 500 488 13 0.027 8.769 0.146
4 0.99 75.14 1,493 563 525 38 0.025 22.391 0.373
5 26.52 68.40 14,504 1,638 450 1,188 0.082 81.809 1.363
6 0.98 76.59 1,416 488 450 38 0.026 21.067 0.351
7 4.40 79.02 4,390 450 350 100 0.023 53.348 0.889
8 13.40 74.44 12,695 812.5 350 463 0.036 100.844 1.681
Total 150.68

Skematik DAS Ciliwung Hulu pada ruas Bendung Katulampa berdasarkan hasil
analisis skematik DAS di WinTR-20 dapat dilihat pada gambar 3 berikut:

Gambar 3. Skematik DAS Katulampa


Setelah semua data Properties DAS, Curah Hujan, Cross Section, Rain Distribution,
telah diinput pada WinTR20 hal selanjutnya ialah me Run WinTR20 untuk mendapatkan hasil
hydrograf, hydrograf yang dihasilkan berdasarkan data tersebut dapat dilihat sebagai berikut,
600 Perbandingan Hidrograf
500

400
Debit (m3/s)

Dengan Bendungan
300 Tanpa Bendungan

200

100

0
0 5 10 15 20 25 30
Time (Hr)

Gambar 4. Hidrograf DAS Katulampa


Berdasarkan hasil hidrograf setelah adanya bendung dapat dilihat debit puncak pada
outlet dengan periode ulang hujan 50 tahunan sebesar 460 m3/s dengan waktu puncak banjir
terjadi pada jam ke-16.57, debit ini mengalami penurunan dari debit sebelumnya sebelum
adanya Bendungan Ciawi dan Bendungan Sukamahi dimana debit sebelum adanya Bendungan
sebesar 516.70 m3/s dengan waktu puncak banjir terjadi pada jam ke-16.9 debit tersebut
mengalami penurunan sebesar 56.7 m3/s dan perubahan puncak banjir sebesar 0.33 jam.
Analisis perubahan tinggi muka air di Bendung Katulampa dengan menggunakan
software HEC-RAS berdasarkan hasil WinTR-20 dapat dilihat pada gambar 5 berikut ini
Ciliwung_Hulu Plan: Plan 02 22/06/2018
Ciliwung_Hulu 3
500
Legend

EG 100 Thn
EG 50 Thn
480 EG 25 Thn
EG 10 Thn
EG 5 Thn
EG 2 Thn
460
Crit 100 Thn
Crit 50 Thn
Crit 25 Thn
440 Crit 10 Thn
Crit 5 Thn
Crit 2 Thn
WS 100 Thn
420
Elevation (m)

WS 50 Thn
WS 25 Thn
WS 10 Thn
400 WS 5 Thn
WS 2 Thn
Ground
LOB
380
ROB

360

340

320
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000
Main Channel Distance (m)

Gambar 5. Potongan Memanjang Tinggi Muka Air Bendung Katulampa


Berdasarkan analisis tinggi muka air pada Bendung Katulampa maka didapatkan
perbadingan tinggi muka air sebagai berikut:
Tabel 3 Tabel Perbandingan Ketinggian Air
Tanpa Bendungan Ciawi dan Sukamahi
2thn 5thn 10thn 25thn 50thn 100thn
Peak Flow (m3/s) 404.80 460.00 484.20 505.40 516.70 525.50
Elevasi (m) 350.26 350.46 350.54 350.61 350.66 350.68
Ketinggian Air (m) 3.19 3.39 3.47 3.54 3.59 3.61
Dengan Bendungan Ciawi dan Sukamahi
2thn 5thn 10thn 25thn 50thn 100thn
Peak Flow (m3/s) 379.60 424.70 439.30 452.60 460.00 467.50
Elevasi (m) 350.15 350.39 350.46 350.52 350.56 350.64
Ketinggian Air (m) 3.09 3.32 3.39 3.45 3.49 3.57
Berdasarkan tabel tersebut didapatkan ketinggian air tanpa adanya Bendungan Ciawi
dan Bendungan Sukamahi dengan periode ulang hujan 50 tahunan sebesar 3.59 m sedangkan
ketinggian air dengan adanya Bendungan Ciawi dan Bendungan sukamahi dengan periode
ulang yang sama didapatkan ketinggian air sebesar 3.49 m atau memiliki selisih 10 cm atau
memiliki perubahan sebesar 2.9 %.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil analisis hidrologi dan hidrolika terkait pengaruh pembangunan
Bendungan Ciawi dan Sukamahi maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
 Pada pencatatan terakhir di titik Katulampa dengan periode ulang 50 tahun sebelum
adanya Bendungan Ciawi dan Sukamahi peak flow yang diperoleh sebesar 516.70
m3/s dan setelah pembangunan kedua bendungan tersebut menjadi 460.00 m3/s.
 Perubahan tinggi muka air pada Bendung Katulampa setelah adanya Bendungan Ciawi
dan Sukamahi adalah sebesar 2,9%
Saran yang dapat penulis berikan untuk penelitian selanjutnya adalah:
 Penggunaan variasi tanggal distribusi hujan menjadi salah satu dasar dalam penentuan
distribusi hujan yang terjadi, sehingga perbedaan perubahan distribusi hujan akan
memberikan nilai hidrograf yang berbeda.
 Penggunaan Unsteady Flow pada input HEC-RAS menjadi indikator yang harus
diperhitungkan dikarenakan sifat sungai yang dinamis sehingga pendekatan analisis
yang dilakukan akan lebih akuran jika menggunakan Unsteady Flow dan akan
mendapatkan nilai perubahan ketinggian berdasarkan waktu.
DAFTAR REFERENSI

Anggraheni. Evi and Sutjiningsih Dwita (2016) Effectiveness of Hypotetic Retention Ponds
Simulation on The Integrated Flood Management System [Conference] // International
Conference of Asosiation of Indonesian Hydraulic Engineer.
Bambang, T. (2008). Hidrologi Terapan. Yogyakarta: Beta offset Yogyakarta.
Chow, V. T. (1988). Applied Hydrology. New York: McGraw-Hill.
Flynn, J. (2017, 12 14). Best Manufacturing Practices. Retrieved from ww.bmpcoe.org:
http://www.bmpcoe.org/library/books/mil-hdbk-338b/a3261.html
Hiroshi Takagi, M. E. (2016). Projection of Coastal Floods in 2050 Jakarta. Urban Climate,
135-145.
JICA & Yachiyo Engineering Co, L. (2013). The Project for Capacity Development of Jakarta
Comprehensive Flood Management in Indonesia. Jakarta: Directorate Genereal of Water
Resource Ministry of Public Works Republic of Indonesia.
Kementerian Pekerjaan Umum Direktorat Jendral SDA. (2013). Standar Perencanaan Irigasi.
Jakarta: Direktorat Irigasi dan Rawa.
Sandall, L. (2017, 12 14). Pland & Soil Sciance. Retrieved from https://passel.unl.edu:
http://passel.unl.edu/pages/informationmodule.php?idinformationmodule=1130447119
&topicorder=8&maxto=16&minto=1
Sosrodasono, S. (2003). Hidrologi Untuk Pengairan. Jakarta: Pradnya Paramita.
Tim, D. (2008). Fundamentals of Hydrology. NY: Routledge.
USDA. (2017, 12 15). WinTR-20 Project Formulation Hydrology. Retrieved from
https://www.nrcs.usda.gov:
https://www.nrcs.usda.gov/wps/portal/nrcs/detailfull/null/?cid=stelprdb1042793
W. Brunner, G. (2016). HEC-RAS 5.0, River Analysis System Applications Guide. California:
US Army Corps of Engineers.
Wiedjaja A, J. L. (2012). Pemantauan Tinggi Air Otomatis Untuk Bendungan Katulampa.
Jurnal Teknik Komputer, 93-101.
Yulianti Hasanah, M. H. (2012). Flood Prediction Using Transfer Function Model of Rainfall
and Water Discharge Approach in Katulampa Dam. The 3rd International Conference on
Sustainable Future for Human Security, 317-326.

Anda mungkin juga menyukai