Anda di halaman 1dari 11

STUDI PERENCANAAN SALURAN BANJIR (FLOODWAY)

DI MUARA SUNGAI CENRANAE DI TELUK BONE


SULAWESI SELATAN
Fajar Nugroho
1
, Suwanto Marsudi
2
, Very Dermawan
2

1
Mahasiswa Teknik Pengairan,
2
Dosen Teknik Pengairan
fajarnugroho27@gmail.com, suwantomarsudi@yahoo.co.id, veryderma@yahoo.com


ABSTRAK

Banjir besar yang terjadi setiap tahun akibat meluapnya Sungai Cenranae, mengakibatkan kerusakan
sarana fasilitas umum, kebun, sawah, daerah pemukiman dan jalan propinsi di Kabupaten Wajo dan
Kabupaten Bone, Provinsi Sulawesi Selatan. Tujuan dari studi ini adalah menganalisa perencanaan floodway
sebagai upaya untuk mengendalikan masalah banjir di Sungai Cenranae. Floodway direncanakan berupa
sideweir pada Patok 149 ruas kanan sungai dengan pertimbangan lokasi tersebut jauh dari pemukiman
penduduk dan profil sungainya cenderung lurus, debit rencana digunakan Q
25
sebesar 1588,75 m
3
/det dan
debit yang direncanakan mampu dilimpahkan melalui floodway adalah 1295,83 m
3
/det. Untuk
menanggulangi banjir yang masih terjadi di beberapa tempat setelah dibangun floodway, direncanakan
pembangunan tanggul. Tinggi tanggul bervariasi, disesuaikan dengan tinggi muka air banjir yang terjadi pada
tiap patok.
Floodway direncanakan dengan penampang tunggal berbentuk trapesium, lebar 100 m, tinggi pelimpah
(weir) 6 mdan panjang 8 km. Mercu Pelimpah OGEE Tipe 1 dengan tinggi 3,3 mdan lebar 100mdilengkapi
dengan Kolam Olak tipe USBR IV dengan panjang 20 m. Tanggul dibangun pada beberapa ruas Sungai
Cenranae pada Patok 1047-105 dengan tinggi rata-rata 1,5 m pada elevasi +3,3 mhingga +7,83 m.

Kata Kunci: Banjir, Sungai, Floodway, Tanggul.


ABSTRACT

Large floods that occur each year due to overflowing Cenranae River causes damage of public facilities,
gardens, fields and residential areas especially the provincial road in Wajo Regency and Bone Regency,
South Sulawesi Province. The purpose of this study is to analize the floodway planning as an effort of flood
controlling in Cenranae River. Floodway type is a sideweir which is located at right bank of Point 149 in
Cenranae River, consider that location is far enough from residential area and the river morphology is
generally straight. The flood design discharge is using Q
25
= 1588,75 m
3
/s and the discharge capacity of the
floodway is 1295,83 m
3
/s. It is also a planning to build levee to prevent flood that still occur in several
location along Cenranae River. Height of levee are different according to flood water surface height in each
location.
Dimension of floodway channel is trapezium, with 100 m width, 6 m height, and 8 km length. It is used
spillway OGEE type I for the inlet of floodway with 3,3 m height and 100 m width and equipped by stilling
basin USBR Type IV with 20 m length. Levee build on several section from Point 1047-105 with average
height 1,5 m. On elevation +3,3 m until +7,83 m.

Key Words: Flood, River, Floodway, Levee.











1. PENDAHULUAN

Banjir yang hampir setiap tahun ter-
jadi akibat dari meluapnya Sungai Cen-
ranae menyebabkan kerugian kepada pen-
duduk yang tinggal di sekitar Sungai
Cen-ranae. Ada beberapa faktor penye-
bab terjadinya banjir, diantaranya adalah:
lokasi daerah yang berada di dataran ren-
dah dan hampir rata dengan elevasi per-
mukaan air laut, lokasi daerah yang me-
rupakan dataran banjir dari pertemuan
beberapa sungai, pengaruh pasang air
laut, terjadinya sedimentasi menyebabkan
naiknya muka air sungai pada waktu
banjir, dan sistem drainase kota yang
masih belum terencana secara sistematis
dan menyeluruh
Berkaitan dengan upaya untuk me-
ngendalikan masalah banjir di Sungai
Cenranae, salah satu upaya yang dapat
dilakukan adalah usaha pembangunan
kanal/ saluran banjir atau floodway untuk
mengalirkan debit banjir dari Sungai
Cenranae sehingga muka air sungai pada
saat terjadi debit banjir tidak meluap dan
menimbulkan kerugian bagi masyarakat
di sekitar sungai.
Tujuan dari studi ini adalah untuk
merencanakan suatu saluran banjir (flood-
way) pada Sungai Cenranae dengan lang-
kah awal melakukan analisis hidrologi,
analisis morfologi dan aliran Sungai Cen-
ranae kemudian melakukan perencanaan
dimensi pelimpah dan bangunan pe-
lengkap lainnya berdasarkan analisis se-
belumnya.

2. KAJIAN PUSTAKA

Analisa Hidrologi
Dalam analisis data hujan sering
dijumpai adanya data yang tidak sesuai
dengan yang diharapkan dan atau tidak
lengkapnya data. Hal ini disebabkan oleh
berbagai sebab, yaitu kerusakan alat,
kelalaian petugas, data rusak sehingga
tidak dapat terbaca dan data hilang. Bila
hilangnya seri data hujan tersebut hanya
satu atau dua hari kemungkinan tidak
akan berpengaruh pada analisis. Tetapi
sebaliknya bila data yang hilang tersebut
panjang maka akan banyak menimbulkan
kesulitan dalam analisis.
Cara yang akan dipakai adalah adalah
Metode Rasional (Rational Method),
yang cara ini banyak dipakai dalam
praktik (Harto, 2000).
Metode Rasional mengikuti persamaan:
(

+ + + =
n
n
B
B i
A
A i
i
N
NiP
N
P N
N
P N
n
P ........
. 1

dengan:
P
i
= hujan di stasiun I yang diperkira-
kan (mm)
N
i
= hujan tahunan normal di stasiun I
(mm)
P
A
= hujan di stasiun A (mm)
N
A
=hujan normal di stasiun A (mm)
Selanjutnya uji konsistensi dilakukan
menggunakan analisa kurva massa ganda.
Setelah pengujian konsistensi dilakukan,
maka perhitungaan selanjutnya adalah
menghitung rerata curah hujan.Persa-
maan yang digunakan adalah metode
rata-rata aljabar (Sosrodarsono,2003):
n
R
n
R R R
R
n
i
n

=
+ +
=
1 2 1
......... ..........
dengan:
R = curah hujan rerata da-
erah (mm)
n = jumlah titik-titik (pos-
pos) pengamatan
R
1
,R
2
,...,R
n
= curah hujan di tiap titik
pengamatan (mm)
Perhitungan rerata curah hujan diper-
lukan untuk mendapatkan nilai koefisien
kepencengan (Cs), koefisien kepuncakan
(Ck), dan koefisien keseragaman (Cv).
Penentuan curah hujan rancangan de-
ngan periode ulang tertentu dihitung de-
ngan menggunakan analisis frekuensi da-
lam hal ini dengan menggunakan metode
Log Pearson Type III. Untuk menguji
diterima atau tidaknya distribusi, maka
dilakukan pengujian simpangan horizon-
tal yakni uji Smirnov Kolmogorov dan
pengujian simpangan vertikal, yakni Chi
Square.

Analisa Debit Banjir Rancangan
Berdasarkan hasil pengamatan data
sebaran hujan di Indonesia, hujan terpusat
di Indonesia berkisar antara 4-7 jam, ma-
ka dalam perhitungan ini diasumsikan
hujan terpusat maksimum adalah 6
(enam) jam sehari. Untuk mengetahui se-
baran hujan jam-jaman digunakan Kurva
IDF (Intensitas Durasi Frekuensi) dengan
metode Mononobe (Triatmodjo, 2010):

I
t
=
R
24
_
24
(
t
60
, )
_
2
3
,


I
t
=

intensitas hujan jam-jaman (mm/jam)
R=curah hujan rancangan (mm/hari)
T=waktu hujan efektif (menit)

a. Hidrograf Banjir Rancangan Satuan
Sintetik Nakayasu
Untuk memperkirakan debit banjir
yang akan terjadi dapat dilakukan analisis
Rainfall (Runoff Model) dengan metode
Nakayasu. Persamaan umum hidrograf
satuan sintetik Nakayasu adalah sebagai
berikut (Soemarto,1987):

) * 3 , 0 ( * 6 , 3
*
3 . 0
T T
Ro A
Q
P
P
+
=
dengan:
Q
P
= debit puncak banjir (m3/det),
R
0
= hujan satuan (mm),
T
P
= tenggang waktu dari permulaan
hujan sampai puncak banjir
(jam)
T
0,3
= waktu yang diperlukan oleh
penurunan debit, dari debit
puncak sampai menjadi 30 %
dari debit puncak.
Bagian lengkung naik (rising limb)
hidrograf satuan mempunyai persamaan:




dengan:
Q
a
= limpasan sebelum mencapai
debit puncak (m
3
/dtk),
T = waktu,
Q
p
= debit puncak (m
3
/dtk)
Bagian lengkung turun (decreasing limb)
Untuk, Q
d
>0,3 Q
p

3 . 0
3 , 0
T
T t
P d
P
Q Q

=
Untuk, 0,3.Q
p
>Q
d
>0,32Q
p

3 . 0
3 . 0
5 , 1
5 , 0
3 , 0
T
T T t
P d
P
Q Q
+
=

Untuk, 0,32Q
p
> Q
d

3 . 0
3 . 0
2
5 . 1
3 , 0
T
T T t
P d
P
Q Q
+
=

T
0.3
= o. Tg
dengan ketentuan:
- untuk daerah pengaliran biasa o =2,
- untuk bagian naik hidrograf yang
lambat dan bagian menurun yang
cepat o =1,5
- untuk bagian naik hidrograf yang
cepat dan bagian menurun yang
lambat o =3.
Tenggang waktu,
T
p
= tg +0,8 tr
Untuk:
L < 15 km
tg = 0,21 L
0.7
L > 15 km
tg = 0,4 +0,058 L
dengan:
L =panjang sungai (km),
Tg =waktu konsentrasi (jam),
tr =0,5 tg sampai tg.

b. Koefisien Pengaliran
Koefisien pengaliran adalah suatu
variabel yang didasarkan pada kondisi
daerah pengaliran dan karakteristik hujan
yang jatuh di daerah tersebut. Adapun
kondisi dan karakteristik yang dimaksud
adalah:


Keadaan hujan
4 . 2
|
|
.
|

\
|
=
P
P a
T
t
Q Q
Luas dan daerah aliran
Kemiringan daerah aliran dan
kemiringan dasar sungai
Daya infiltrasi dan perkolasi tanah
Kelembaban tanah
Suhu udara, angin dan evaporasi
Tata guna lahan
c. Hidrograf Banjir Rancangan
Dari hasil perhitungan hidrograf sa-
tuan akan didapat suatu bentuk satuan hi-
drograf yang mendekati dengan sifat
aliran banjir sungai yang ada, yang selan-
jutnya hidrograf banjir untuk berbagai
kala ulang dapat dihitung dengan mem-
pergunakan persamaan-persamaan yang
ada pada salah satu metode yang sesuai
tersebut di atas.
Hidrograf banjir untuk berbagai kala
ulang dapat dihitung dengan persamaan
sebagai berikut (Harto,1993).
Q
k
= U
1
R
i
+U
2
R
i
-
1
+U
3
R
i-2
+.. +
U
n
R
i-n
+1 +Bf

dengan :
Q
k
= Ordinat hidrograf banjir pada jam
ke k
U
n
= Ordinat hidrograf satuan
R
i
= Hujan netto (efektif) pada jam ke
I
Bf = Aliran dasar (base flow)

Analisa Profil Aliran
Elevasi muka air pada alur sungai
perlu dianalisis untuk mengetahui pada
bagian manakah terjadi luapan pada alur
sungai, sehingga dapat ditentukan dimen-
si untuk perbaikan sungai. Dalam me-
nganalisis kondisi sungai tersebut dapat
digunakan program HEC-RAS 4.1.0 yang
dikeluarkan oleh U.S. Army Corps of
Engineers. Program HEC-RAS sendiri
dikembangkan oleh The Hydrologic
Engineer Centre (HEC), yang merupakan
bagian dari oleh U.S. Army Corps of
Engineers.
Pada program HEC-RAS 4.1.0
menggunakan pengaturan data dimana
dengan data geometri yang sama bisa di-
lakukan kalkulasi data aliran yang ber-
beda-beda, begitu juga dengan seba-
liknya. Data geometri terdiri dari lay-out
permodelan disertai cross section un-tuk
saluran-saluran yang dijadikan model.
Data aliran ditempatkan terpisah dari data
geometri. Data aliran bisa dipakai salah
satu antara data aliran tunak (steady) atau
data aliran tak tunak (unsteady). Dalam
masing-masing data aliran tersebut harus
terdapat boundary condition dan initial
condition yang sesuai agar permodelan
dapat dijalankan. Selanjutnya bisa di-
lakukan kalkulasi dengan membuat ske-
nario simulasi. Skenario simulasi harus
terdiri dari satu data geometri dan satu
data aliran.
Pada software HEC-RAS ini, dapat
ditelusuri kondisi air sungai dalam pe-
ngaruh hidrologi dan hidrolikanya, serta
penanganan sungai lebih lanjut sesuai
kebutuhan. Dari hasil analisa tersebut da-
pat diketahui ketinggian muka air dan
limpasan apabila kapasitas tampungan su-
ngai tidak mencukupi.

Bendung Samping (Side Weir)
Bendung samping ialah suatu cara
yang umum digunakan dalam penuangan
kelebihan debit dari suatu sistem aliran
dan dalam skala yang lebih luas lagi un-
tuk pengelak hujan deras. Umumnya da-
lam teknik irigasi, bendung samping de-
ngan puncak lebar digunakan sebagai ba-
ngunan sadap utama dari saluran sekun-
der dan pembuang (Raju, 1986).
Dengan menggunakan rumus De
Marchi lebar pelimpah dapat dihitung de-
ngan langkah-langkah seperti berikut:
- Pada bagian hilir pelimpah keda-
laman aliran h
0
dan Q
0
sama dengan
kedalaman dan debit pada bagian
hulu pelimpah. Dengan H
0
=h
0
+
v
0
2
/2g tinggi energi di ujung pe-
limpah dapat dihitung.
Gambar 1. Sketsa definisi untuk
pelimpah samping
Sumber: Anonim (1986:116)
- Pada jarak x di ujung hulu dan
hilir pelimpah tinggi energi adalah
tetap (H
0
) karena tinggi energi
adalah konstan.
H
x
=h
x
+v
x
2
/ 2g
=h
x
+Q
x
2
/2g A
x
2

Dengan Q
x
adalah debit Q
0
pada
potongan hilir ditambah debit q
x
,
yang mengalir pada potongan
pelimpah dengan panjang x.
q
x
=
( ) ( )
2
2
2
3
0
c h c h
g x
x
+
A

dimisalkan h
0
=h
x
, sehingga
q
x
= ( )
2
3
2 c h g x
o
A dan
Q
x
=Q
0
+q
dengan Q
x
ini kedalaman h
x
dapat
dihitung dari
h
x
=H
x
Q
x
2
/2g A

- Setelah hx dan Qx ditentukan,
kedalaman air h
2x
dan debit Q
2x
akan dihitung untuk suatu poto-
ngan pada jarak 2
x
di depan ujung
pelimpah dengan cara yang sama
seperti yang dijelaskan pada no
(2). Q
o
dan h
o
harus digantikan
dengan Q
x
dan h
x
dalam langkah
kedua ini Q
x
dan h
x
menjadi Q
2x
,
q
2x
dan h
2x
.

Perhitungan ini harus diteruskan sam-
pai Q
nx
sama dengan debit banjir rencana
potongan saluran dibagian hulu bangunan
pelimpah samping. Panjang rencana pe-
limpah adalah n
x
dan jumlah air lebih
yang akan dilimpahkan adalah Q
nx
Q
o
.




3. METODOLOGI

Lokasi Daerah Studi
Secara Administrasi DAS Cenranae
berada di wilayah Kabupaten Wajo (hulu)
dan Kabupaten Bone (hilir). Sungai Cen-
ranae merupakan satu-satunya alur pe-
ngeluaran dari sistem sungai di Danau
Tempe atau pada SWS Walanae Cen-
ranae dengan luas DAS keseluruhan
sebesar 7.380 km
2
. Luas DAS yang dihi-
tung dari stasiun pengukur muka air
Tampangeng sampai muaranya sebesar
1.180 km
2
. Sungai Cenranae mengalir
mulai dari Danau Tempe ke arah timur
menuju muara di Teluk Bone, mem-
punyai panjang kurang lebih 69 km. Per-
baikan alur sungai ini direncanakan mulai
Patok 1352 (hulu) sampai dengan Patok 1
(hilir) dengan jarak tiap antar patok rata-
rata 50 m.


Gambar 2. Peta Administratif Daerah
Studi.


Data Pendukung Kajian
Dalam penanganan masalah banjir
diperlukan beberapa data-data sekunder
yang meliputi:
1. Peta Daerah Aliran Sungai Cenranae
Peta Daerah Aliran Sungai Cenranae
dan peta lokasi pengukuran yang di-
gunakan dalam kajian ini diperoleh
dari Proyek Pengukuran Sungai Cen-
ranae.
2. Data Curah Hujan
Data curah hujan yang digunakan
mulai dari tahun 2001-2010. Stasiun
hujan yang digunakan dalam kajian
ini adalah 4 stasiun hujan.
3. Data Pengukuran Penampang Sungai
Data potongan memanjang dan po-
tongan melintang sungai sepanjang
69 Km.

Langkah-langkah Pengerjaan Studi
Adapun langkah-langkah dalam studi
ini secara garis besar adalah:
1. Perhitungan curah hujan rerata daerah
maksimum dengan metode rerata arit-
matik.
2. Menghitung curah hujan rancangan
dengan menggunakan distribusi Log
Pearson Tipe III.
3. Untuk mengetahui kebenaran hipotesa
distribusi frekuensi yang digunakan
maka dilakukan uji kesesuaian dis-
tribusi frekuensi dengan metode Chi-
Square dan Smirnov-Kolmogorov.
4. Menghitung hujan efektif jan-jaman
dengan rumus Mononobe.
5. Menghitung debit banjir rancangan
dengan metode HSS Nakayasu
6. Padatiap Sub DAS dihitung masing-
masing untuk kemudian menjadi debit
tambahan yang masuk kesungai utama
yaitu Sungai Cenranae
7. Melakukan analisa profil aliran sungai
dengan bantuan program HEC-RAS
4.1.0 Dari program ini dapat diketahui
kapasitas tampungan sungai serta titik-
titik kritis dimana terjadi luapan
sehingga mengakibatkan banjir.
8. Merencanakan bangunan pengendali
banjir berupa Floodway di muara
Sungai Cenranae.
Menganalisa profil aliran sungai
dengan bantuan program HEC-RAS versi
4.1.0 setelah direncanakan pembangunan
Floodway.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Curah Hujan
Setelah dilakukan pengujian serta
penghitungan data curah hujan maka di-
peroleh rekapitulasi curah hujan rerata
daerah harian maksimum tahun dari 4
stasiun hujan.

Tabel 1. Rekapitulasi Curah Hujan Rerata
Daerah Harian Maksimum Ta-
hunan.
No.

Tahun

Tinggi Curah Hujan
(mm/hari)

1 2001 115,00
2 2002 85,00
3 2003 62,25
4 2004 81,25
5 2005 82,33
6 2006 78,50
7 2007 79,75
8 2008 100,29
9 2009 81,87
10 2010 47,16
Sumber: Hasil Perhitungan

Data hidrologi berupa data curah hu-
jan daerah maksimum tahunan yang te-
lah dihitung sebelumnya akan digunakan
untuk memperkirakan berapa besarnya
debit banjir rancangan Sungai Cenranae.








Tabel 2. Perhitungan Curah Hujan
Rancangan Metode Log
Pearson Type III
Tr P (%) G Log X
X
rancangan
(mm/hari)
(1) (2) (3) (4) (5)
1,01 99,01 2,943 1,589 38,832
2 50 0,145 1,915 82,178
5 20 0,854 1,990 97,636
10 10 1,151 2,021 104,928
20 5 1,185 2,024 105,789
25 4 1,202 2,026 106,223
50 2 1,561 2,064 115,915
100 1 1,676 2,076 119,180
Sumber : Hasil Perhitungan
Uji Kesesuaian Distribusi Frekuensi
Pemeriksaan uji kesesuaian ini di-
maksudkan untuk mengetahui suatu kebe-
naran hipotesa distribusi frekuensi. De-
ngan pemeriksaan uji ini akan diketahui :
a. Kebenaran antara hasil pengamatan
dengan model distribusi yang di-
harapkan atau diperoleh secara teo-
ritis.
b. Kebenaran hipotesa (diterima/di-
tolak).
a. Uji Smirnov Kolmogorof
Dari perhitungan yang telah
dilakukan, diperoleh nilai P
max
=16,9 %
. Untuk 5 % dan n = 10, pada tabel nilai
kritis untuk uji Smirnov Kolmogorov
diperoleh P
cr
=0,409 =41%. Karena
P
max
<P
cr
, maka distribusinya diterima.
b. Uji Chi-Square
Dari perhitungan yang telah
dilakukan, diperoleh nilai X
2
hitung
=
3,600. Untuk = 5 % dan DK =1, pada
tabel nilai kritis untuk uji Chi-Square
diperoleh X
2
cr
=3,940. Karena X
2
hitung
<
X
2

cr
, maka hipotesanya diterima.

Distribusi Hujan dan Kurva IDF
dengan Metode Mononobe
Berdasarkan hasil pengamatan data
sebaran hujan di Indonesia, hujan terpusat
di Indonesia berkisar antara 4 - 7 jam,
maka dalam perhitungan ini diasumsikan
hujan terpusat maksimum adalah 6
(enam) jam sehari. Untuk mengetahui
sebaran hujan jam-jaman digunakan
Kurva IDF (Intensitas Durasi Frekuensi)
dengan Metode Mononobe (Triatmojo,
2010).

Tabel 3. Hujan J am-jaman Kurva IDF
dengan Metode Mononobe
Durasi
(menit)
Periode Kala Ulang (tahun)/(mm)
1,01 25 50 100
31,07 84,98 92,73 95,34
60 10,77 29,46 32,15 33,05
120 6,78 18,56 20,25 20,82
180 5,18 14,16 15,46 15,89
240 4,27 11,69 12,76 13,12
300 3,68 10,08 10,99 11,30
360 3,26 8,92 9,74 10,01
Sumber : Hasil Perhitungan

Perhitungan Debit Banjir Rancangan
Untuk menentukan besarnya debit
banjir rancangan yang akan dijadikan
masukan pada software HEC-RAS
dilakukan pembagian-pembagian pada
DAS Cenranae menjadi sub-sub DAS
sesuai dengan anak-anak sungai yang
terdapat di dalam DAS Cenranae, dibagi
menjadi 5 sub DAS

Gambar 3. Pembagian Sub DAS Pada
DAS Cenranae

Keterangan:
a. C-01 = Sub DAS Opo dengan
panjang: 76 km; luas DAS: 304,6
km
2

b.C-02 = Sub DAS Unyi dengan
panjang: 66,8 km; luas DAS: 298,6
km
2

c. C-03 = Sub DAS Watu dengan
panjang: 30,7 km; luas DAS: 110,8
km
2

d.C-04 = Sub DAS Cellu dengan
panjang: 71 km ; luas DAS: 342,9
km
2

e. C-05 =Sub DAS Parangeng dengan
panjang: 28,3 km; luas DAS: 126,5
km
2

Debit rancangan nantinya didapat
dengan menjumlahkan hasil perhitungan
HSS Nakayasu tiap-tiap sub DAS dimulai
dari yang paling hulu Cellue Opo
Unyi Watu Pangrangeng. Dengan
pertimbangan di lokasi daerah studi
tidak terdapat stasiun duga tinggi air
otomatis (Automatic Water Level Re-
corder, AWLR), maka perhitungan hi-
drograf satuan dihitung secara teoritis
dengan rumus hidrograf satuan sintetik
Nakayasu.

Analisis Hidrolika
Analisis mengenai hidrolika digunakan
untuk mengetahui profil aliran sungai dan
merencanakan dimensi saluran banjir.
Pada studi ini analisis profil aliran sungai
menggunakan software HEC-RAS 4.1.0

Hasil Running HEC-RAS
Dari hasil running HEC-RAS dapat
diketahui ketinggian muka air sungai
Cenranae dan tinggi limpasan muka air
pada sungai jika kapasitas tampungan
sungai tersebut tidak mencukupi.

Gambar 4. Tinggi limpasan dipatok 149
dengan Q
25

Sumber : Analisis HEC-RAS
Dari hasil running program HEC-
RAS dapat diketahui bahwa dengan debit
kala ulang 25 tahun hampir di sepanjang
penampang aliran sungai Cenranae terjadi
luapan. Hal tersebut ditunjukkan oleh
Gambar 4 dimana kapasitas sungai sudah
tidak mampu lagi menampung debit ban-
jir dengan kala ulang tersebut.



Gambar 5. Potongan Memanjang Sungai
Sebelum Direncanakan Floodway
Sumber : Analisis HEC-RAS

Perencanaan Floodway
Dalam menentukan lebar pelimpah
samping diperlukan nilai debit yang akan
dilimpahkan melalui floodway tersebut.
Pada studi ini nilai debit pelimpah
didapat dari debit banjir banjir rancangan
25 tahun (Q
25
) yang nantinya dikurangi
dengan debit yang mampu ditampung
oleh sungai dengan ketinggian air normal
(asumsi h =3,23 m).
-250 -200 -150 -100 -50 0 50 100
-4
-2
0
2
4
6
8
River =S.Cenranae Reach =Hulu Floodway RS =149
Station(m)
E
l
e
v
a
t
io
n
(
m
)
Legend
EG PF 1
WS PF 1
Ground
BankSta
.025 .025 .025
0 10000 20000 30000 40000 50000 60000 70000 80000
-15
-10
-5
0
5
10
15
MainChannel Distance(m)
E
le
v
a
tio
n
(m
)
Legend
EG MaxWS
WS MaxWS
Crit MaxWS
Ground
LOB
ROB

Gambar 6. Profil patok 149
Sumber :Analisis HEC-RAS
Sehingga didapat debit pelimpah
sebagai berikut:
Q
pelimpah
=Q
banjir
- Q
kapasitas

Q
25
=1588,74 m
3
/det
Q
kapasitas
=292,90 m
3
/det
Q
pelimpah
=1295,83 m
3
/det
Dengan menggunakan persamaan De
Marchi, dapat ditentukan lebar pelimpah
samping untuk dapat melewatkan debit
yang pelimpah. Diperoleh lebar pelimpah
=99,38 m 100 m. Tinggi ambang =
3,23 m

Kondisi Sungai Setelah Direncanakan
Floodway
Setelah direncanakan dimensi flood-
way beserta bangunan-bangunan lainnya
dilakukan simulasi ulang untuk menge-
tahui keadaan Sungai Cenranae setelah
dibangun floodway.

Gambar 7. Kondisi Sungai Cenranae
dengan floodway tampak memanjang
Sumber: Hasil Perhitungan
Setelah direncanakan floodway
ternyata masih terjadi banjir di sebagian
besar patok sungai, sehingga diperlukan
treatment tambahan. Yang dilakukan
adalah dengan merencanakan tanggul di
lokasi patok-patok yang terjadi banjir.
Hampir di seluruh badan sungai
direncanakan tanggul, kecuali beberapa
bagian mulai dari patok 1294-1055.
Dalam merencanakan tanggul diambil
tinggi jagaan sebesar 1m, karena debit
rencana yang besar (>500 m
3
/det). Tinggi
tanggul bervariasi disesuaikan dengan
elevasi muka air pada tiap patok.

Gambar 8. Kondisi Sungai Cenranae
setelah direncanakan tanggul
Sumber: Hasil Perhitungan


Gambar 9. Potongan memanjang
floodway
Sumber: Hasil Perhitungan

Kesimpulan
Berdasarkan pada hasil perhitungan
perencanaan floodway pada bab sebe-
lumnya, dapat ditarik beberapa ke-
simpulan sebagai berikut:
- Salah satu upaya yang dapat di-
upayakan untuk mengatasi banjir
pada kawasan hilir Sungai Cenranae
adalah dengan pembangunan flood-
way. Untuk perencanaan floodway
direncanakan pada Patok 149 de-
ngan pertimbangan lokasi ter-sebut
jauh dari pemukiman penduduk dan
profil sungainya cenderung lurus,
untuk debit rencana digunakan Q
25
0 10000 20000 30000 40000 50000 60000 70000 80000
-15
-10
-5
0
5
10
15
MainChannel Distance(m)
E
le
v
a
tio
n
(m
)
Legend
EG MaxWS
WS MaxWS
Crit MaxWS
Ground
LOB
ROB
0 10000 20000 30000 40000 50000 60000 70000 80000
-15
-10
-5
0
5
10
15
MainChannel Distance(m)
E
le
v
a
tio
n
(
m
)
Legend
EG MaxWS
WS MaxWS
Crit MaxWS
Ground
LOB
ROB
0 2000 4000 6000 8000
-3
-2
-1
0
1
2
3
4
MainChannel Distance(m)
E
le
v
a
tio
n
(m
)
Legend
EG MaxWS
WS MaxWS
Crit MaxWS
Ground
LOB
ROB
-250 -200 -150 -100 -50 0 50 100
-4
-2
0
2
4
6
Fajar Coba2 Plan: Plan 33 8/8/2012
RS =149
Station(m)
E
le
v
a
tio
n
(
m
)
Legend
WS MaxWS
Ground
BankSta
.025 .025 .025

T
i
n
g
g
i

M
u
k
a

A
i
r

N
o
r
m
a
l

T
i
n
g
g
i

M
u
k
a

A
i
r

B
a
n
j
i
r

T
i
n
g
g
i

T
e
b
i
n
g

S
u
n
g
a
i

sebesar 1588,75 m3/det dan
Q
pelimpah
yang merupakan debit
setelah Q
25
Q
kapasitas
adalah
1295,83 m
3
/det.
- Dimensi floodway setelah berbagai
analisa yang dilakukan adalah pe-
nampang tunggal berbentuk tra-
pesium dengan dimensi lebar sa-
luran 100 m, tinggi 6 m dan pan-
jang 8 km.
- Untuk menanggulangi banjir yang
masih terjadi setelah dibangun
floodway, dilakukan perencanaan
pembangunan tanggul di sepanjang
Sungai Cenranae. Dengan tinggi
tanggul yang bervariasi disesuaikan
dengan tinggi muka air banjir yang
terjadi pada tiap patok.

DAFTAR PUSTAKA

Harto Br, Sri. 1993. Analisis Hidrologi.
J akarta: Penerbit Gramedia.

Sosrodarsono, S. dan K. Takeda. 1980.
Hidrologi untuk Pengairan.
J akarta: PT. Pradnya Paramita.

Sosrodarsono, S. dan M. Tominaga.
1985. Perbaikan dan
Pengaturan Sungai. J akarta:
PT. Pradnya Paramita.

Triatmodjo, Bambang. 2010. Hidrologi
Terapan. Yogyakarta: Beta
Offset.






























































LEMBAR PERSETUJUAN

STUDI PERENCANAAN SALURAN BANJIR (FLOODWAY)
DI MUARA SUNGAI CENRANAE DI TELUK BONE
SULAWESI SELATAN


JURNAL ILMIAH
Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan
memperoleh gelar Sarjana Teknik (S.T)








Disusun Oleh :

FAJAR NUGROHO
NIM. 0710640017

Menyetujui :


Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II





Ir. Suwanto Marsudi, MS.
NIP. 19611203 198603 1 004





Dr. Very Dermawan, ST., MT.
NIP. 19730217 198603 1 001

Anda mungkin juga menyukai