Anda di halaman 1dari 10

APLIKASI REGULATOR PADA BENDUNG DAM PULO SITU

CILEUNCA, KABUPATEN BANDUNG

Regulator Application at Bendung DAM Pulo Situ Cileunca,


Kabupaten Bandung
Nur Izza Fauziah1, Dzulfiqar Abdurrahman2, Muhammad Ahsanul Hadi3, Al Kautsar4
Rabu - Kelompok 3
1,2,3,4)
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Pertanian Bogor, Jln. Kamper,
Kampus IPB Dramaga, Bogor, 16680
Email: Fauziah_Ainul77@apps.ipb.ac.id

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pembangunan Bendungan di Indonesia merupakan salah satu upaya untuk
menunjang perkembangan suatu wilayah. Bendung pada suatu wilayah umumnya
dipergunakan untuk pemenuhan kebutuhan air baku pada saat musim kemarau dan
pengendali banjir pada saat musim penghujan serta juga dapat dimanfaatkan untuk
fasilitas umum dan fasilitas sosial seperti rekreasi dan olahraga air (Fatchiyati et al
2019). Bendung adalah suatu bangunan yang dibuat dari pasangan batu kali,
bronjong atau beton, yang terletak melintang pada sebuah sungai yang tentu saja
bangunan ini dapat digunakan pula untuk kepentingan lain selain irigasi, seperti
untuk keperluan air minum, pembangkit listrik atau untuk pengendalian banjir.
Menurut macamnya bendung dibagi dua, yaitu bendung tetap dan bendung
sementara, bendung tetap adalah bangunan yang sebagian besar konstruksi terdiri
dari pintu yang dapat digerakkan untuk mengatur ketinggian muka air sungai
sedangkan bendung tidak tetap adalah bangunan yang dipergunakan untuk
menaikkan muka air di sungai, sampai pada ketinggian yang diperlukan agar air
dapat dialirkan ke saluran irigasi dan petak tersier (Mangore VR 2013).
Sub DAS Cisangkuy terletak di Kabupaten Bandung merupakan salah satu sub
DAS di kawasan Cekungan Bandung yang termasuk DAS Citarum hulu. Sub DAS
Cisangkuy bermuara pada Situ Cileunca Kabupaten Bandung. Menurut Sejarah
Situ Cileunca merupakan kawasan pribadi seorang warga Belanda bernama
Kuhlan yang dulu menetap di Pangalengan (Sarminingsih 2007). Dalam
pembangunannya Situ Cileunca dilaksanakan dalam waktu yang cukup lama yaitu
selama 7 tahun (1919 - 1926) dengan membendung aliran sungai kali Cileunca,
sehingga terbuatlah sebuah situ yang akhirnya menjadi sebuah bendungan yang
sekarang diberi nama DAM Pulo Cileunca. Uniknya dalam pembangunan DAM
ini dibangun oleh banyak orang namun tidak menggunakan cangkul, tetapi
menggunakan halu. Sub DAS Cisangkuy dengan keadaan tingkat erosi,
sedimentasi dan fluktuasi debit, dengan demikian perlu dipikirkan mengenai
Konservasi Air dengan menganalisis pernerapan regulator untuk mengurangi
bahaya banjir.
2. Tujuan
Praktikum ini bertujuan memberikan pengetahuan mengenai regulator pasif
(weir) dan regulator aktif (gate) pada suatu bangunan bendungan. Selain itu,
praktikum ini juga bertujuan mengidentifikasi aplikasi regulator pasif (weir) dan
regulator aktif (gate) yang terdapat pada Bendungan DAM Situ Pulo Cileunca,
Kabupaten Bandung, Jawa Barat.

TINJAUAN PUSTAKA
Bendung adalah bangunan melintang Sungai yang berfungsi untuk meninggikan
elevasi muka air Sungai dan memberikan serta membagi air agar dapat mengalir ke
saluran pembawa dan masuk ke petak-petak sawah untuk keperluan Irigasi agar dapat
menunjang pertanian dan ketahanan pangan nasional. Bendung (weir) adalah suatu
bangunan yang dipakai untuk meninggikan taraf muka air di sungai sampai pada
ketinggian yang diperlukan agar air dapat dialirkan ke saluran Irigasi dan petak
tersier. Ketinggian itu akan menentukan luas daerah yang diairi (command area).
(Wigati R, Soedarsono, Rizki F 2016). Menurut Kartasapoetra 1991, bendungan
merupakan bangunan air yang dibangun secara melintang sungai, sedemikian rupa
agar permukaan air sungai di sekitarnya naik sampai ketinggian tertentu, sehingga air
sungai tadi dapat dialirkan melalui pintu sadap ke saluran-saluran pembagi kemudian
hingga ke lahan-lahan pertanian.
Regulator merupakan bangunan hidrolika yang berfungsi untuk mengatur
spesifikasi sumber air baik dari debit aliran maupun tinggi muka air yang dapat diatur
dan disesuaikan dengan kebutuhan yang akan dipakai. Regulator manual atau
bendung gerak (Barrage), merupakan bendung dengan elevasi mercu yang tidak tetap
(bisa digerakkan), atau dilengkapi dengan alat pengatur atau pintu, sehingga dapat
mengatur elevasi muka air (Roehman 2018). Fungsi utama bendung untuk
meninggikan elevasi muka air dari sungai yang dibendung sehingga air bisa disadap
dan dialirkan ke saluran lewat bangunan pengambilan (intake structure)
(Sembiring 2010). Bendung dengan aplikasi regulator pasif di bangun pada bagian
hulu sungai.

METODOLOGI
Praktikum ini dilakukan pada hari Rabu, 18 Agustus 2021 pukul 13.00-16.00
WIB. Praktikum dilakukan dengan cara presentasi online masing-masing kelompok
dengan topik aplikasi regulator pasif (weir) dan regulator aktif (gate) yang terdapat
pada Bendungan melalui aplikasi Zoom. Alat dan bahan yang digunakan pada
praktikum kali ini berupa Microsoft Word, Microsoft PowerPoint, Google Chrome,
serta literatur ilmiah terkait Bangunan Hidrolika. Langkah-langkah yang dilakukan
pada praktikum kali ini yaitu masing-masing kelompok mencari literatur mengenai
topik Bangunan Hidrolika, kemudian hasil pencarian tersebut ditampilkan dalam
bentuk Power Point pada saat presentasi menggunakan aplikasi Zoom. Langkah
selanjutnya setelah penjelasan materi yaitu dilakukan sesi tanya jawab antara
kelompok yang melakukan presentasi dengan kelompok yang bertanya.

PEMBAHASAN
1. Lokasi
Bendungan DAM Pulo Situ Cileunca terletak di -7.188872° Lintang Selatan
dan 107.553379° Bujur Timur. Desa Pulosari, Kecamatan Pengalengan,
Kabupaten Bandung. DAM Pulo Situ Cileunca berada 45km sebelah selatan Kota
Bandung dan berada di ketinggian 1550 Mdpl yang diapit oleh dua Desa yaitu
Desa Wanasari dan Desa Pulosari.

Gambar 1 Lokasi Bendungan DAM Pulo Situ Cileunca

Gambar 2 Bendungan DAM Pulo Situ Cileunca


2. Daerah Aliran Sungai

Gambar 3 DAS Sungai Cisangkuy

Gambar 4 Catchman Area DAS Cisangkuy

Daerah aliran sungai Cisangkuy berada dialiran Bendung Cielunca. DAS ini
meliputi DAM PULO yang dimanfaatkan untuk PLTA dibeberapa titik seperti PLTA
Plengan, PLTA Lamajan dan, PLTA Cikalong. DAS Cisangkuy juga
dimanfaatkan oleh beberapa PDAM, yakni PDAM Tirtahardja Kabupaten Bandung
dan PDAM Tirtawening Kota Bandung, Beberapa daerah yang terletak di DAS
Cisangkuy adalah Malabar, Cileunca, Cibeurum, Pagalengan, Pasir Jambu, Banjaran,
Tanjungsari, Cibintinu dan, Baleendah di Bandung Selatan. Selain itu DAS
Cisangkuy juga dimanfaatkan untuk keperluan irigasi, rekreasi, dan olahraga oleh
masyarakat lainnya disekitaran DAS Cisangkuy (Laporan UPP PDAM Tirtawening
2013).
Berikut Skema Aliran Debit yang digunakan oleh PLTA Plengan, Lamajan, dan
Cikalong
Gambar 5 Skema aliran Air Debit dari Situ Ciluenca

3. Data Teknis (Alka)


Tabel 1 Luas Area, Volume Tampung, dan Tinggi Muka Air Situ Cileunca
Nama Volume TMA TMA Tertinggi
Luas Area (m2)
Waduk/Situ Tampung (m3) Tertinggi (m) (minimum) (m)
Cileunca 1.542.058 11.500.000 1418,50 1407,00

Tabel 2 Data Umum Situ Cileunca


Situ Cileunca
1. Luas genangan waduk (awal) 154,2 ha
2. Luas genangan waduk (saat ini) 154,2 ha
3. Elevasi puncak bendung 1.429,5 m
4. Elevasi muka air normal (NWL) 1.215,5 m
5. Elevasi muka air tertinggi (HWL) 1.418,5 m
6. Elevasi muka air terendah (LWL) 1.407 m
7. Debit air pembangkitan 8,83 m3/det
8. Debit inflow tertinggi 5 m3/det
9. Debit inflow terendah 0,3 m3/det
10. Volume tampungan waduk (awal) 11,50 juta m3
11. Volume tampungan waduk (2009) 9,98 juta m3
12. Volume endapan sedimen (2009) 1,52 juta m3
13. Catchment area 12,7 km2
4. Curah Hujan
Tabel 3 Curah hujan (mm) dan debit aliran (m3/det) Sungai Cisangkuy tahun

Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Des
CH Maks 514 558 406 460,5 251,5 194 139,5 197 334,5 263,7 457,2 443,5
CH Min 100,5 82 152,7 76,8 57 12,5 0 0 0 5 105 139,7
CH Rerata 255,6 301,9 283,9 245,3 149,9 70,2 46,3 37,8 63,2 145,3 283,7 347,7
Q max 70,11 69,39 86,4 84,88 68,86 44,07 57,31 57,13 49,66 48,31 75,03 93,95
Q min 0,736 7,51 8,2 14,44 3,14 2,54 0,93 0,75 0,416 0,93 1,03 11,12
Q rata-rata 39,57 34,4 39,04 34,54 27,32 20,31 21,84 22,62 16,74 23,47 29,46 35,58

2003-2015.
Dapat dilihat pada tabel bahwa curah hujan relatif tinggi berada pada bulan
Januari hingga April, sedangkan bulan Mei hingga September memiliki curah
hujan yang relatif rendah. Curah hujan pada Oktober hingga Desember relatif
cukup tinggi. Curah hujan ini juga mempengaruhi seberapa besar debit aliran
sungai yang ada.

5. Regulator pada Situ Cileunca (Hadi dan Alka)

Gambar 6 Potongan DAM Pulo

Gambar 7 Potongan outlet dan bangungan pelimpah pada DAM Pulo


Gambar 8 Dam Pulo Keseluruhan

Bendungan ini memiliki luas DAS sebesar 21 km2 yang dapat membendung
Sungai Cisangkuy dan anak Sungai Cileunca. Tipe urugan tanah pada bendungan ini
homogen dengan tinggi di atas dasar sungai 15 meter dan tinggi diatas galian sebesar
18 meter. Bangunan pelimpah (tipe morning glory) pada DAM Pulo memiliki
kapasitas mencapai 51,71 m3/det.
Volume waduk sebesar 11,5 juta m3 (MA normal), 9,8 juta m3 (vol. efektif), dan
12 juta m3 (MA banjir). Curah hujan tahunan pada daerah ini sebesar 2400 mm.
Elevasi dan luas muka air pada waduk sebesar 1.417,50 m (MA normal), 1.408,50 m
(MA minimum), dan 1.418,75 m (MA banjir) (Kasiro 1995).

6. Perubahan Spesifikasi Aliran Akibat Adanya Regulator


a. Tinggi elevasi muka air Situ Cileunca
Tinggi elevasi aliran air dari Situ Cileunca sebesar +- 1550 meter. Setelah
melewati Bendungan DAM Pulo Situ Cileunca elevasi muka air menjadi +-
1415 meter. Kemudian air yang melalui DAM Pulo juga dimanfaatkan untuk
areal persawahan irigasi di sekitar Cileunca seluas 3.803,33 Ha dengan elevasi
daerah irigasi sebesar +- 1400 meter (Sarminingsih 2007).

Gambar 9 Contoh daerah irigasi persawahan yang ada di Situ Cileunca


b. Perubahan Debit Inflow-Outflow
Fluktuasi debit inflow terjadi seperti pada tabel di bawah berkisar antara
0,736 m3/det (debit minimum) hingga sebesar 86,88 m3/det.

Tabel 4 Debit aliran (m3/det) Sungai Cisangkuy tahun 2003-2015


Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Des
Q max 70,11 69,39 86,4 84,88 68,86 44,07 57,31 57,13 49,66 48,31 75,03 93,95
Q min 0,736 7,51 8,2 14,44 3,14 2,54 0,93 0,75 0,416 0,93 1,03 11,12
Q rata-rata 39,57 34,4 39,04 34,54 27,32 20,31 21,84 22,62 16,74 23,47 29,46 35,58

Tabel 5 Debit aliran outflow DAM Pulo tahun 2009-2013 (m3/det)

Namun setelah melalui regulator dapat dilihat bahwa debit outflow menjadi
cukup stabil dan terkendali dengan fluktuasi debit sekitar 2,9 m3/det (debit
minimum) hingga 8,4 m3/det (debit maksimum). Debit outflow yang cukup
stabil ini digunakan untuk sumber pembangkit pada PLTA di sekitar daerah
Situ Cileunca. Yaitu, PLTA Plengan dengan debit air masuk maksimal
sebesar 5,5 m3/det, PLTA Lamajan dan Cikalong dengan debit air masuk
maksimal sebesar 5,4 m3/det (Laporan UPP PDAM Tirtawening 2013).

Simpulan
Regulator pada Situ Cileunca adalah Bendungan DAM Pulo yang dapat digunakan
untuk mengatur tinggi muka air beserta debit inflow yang fluktuatif. Bendungan
DAM Pulo ini digunakan sebagai sumber pemanfaatan air dari DAS Cisangkuy yang
bermuara pada Situ Cileunca sebagai pengendali banjir, sumber irigasi, dan sumber
debit aliran untuk PLTA di sekitarnya.
DAFTAR PUSTAKA
Fatchiyati A, Rahmawati D, Anggraini L. 2019. Analisis manajemen risiko
pembangunan bedung gerak kanal banjir barat Kota Semarang dan dampaknya
terhadap lingkungan. Jurnal Teknika. Vol 14(1):1 : 67-76
Kartasapoetra AG. 1991. Teknologi Pengairan Pertanian Irigasi. Jakarta (ID) :
Badan Penerbit Bumi Aksara.
Kasiro I. 1995. Bendungan Besar Indonesia. Departemen Pekerjaan Umum.
Laporan Unit Penelitian dan Pengembangan PDAM Tirtawening Kota Bandung.
2013. Kajian Awal Pola Pengusahaan Situ Cileunca/Cipanjunjang, PLTA PLC
Dalam Rangka Kehandalan Air Baku Spam PDAM. Bandung (ID).
Mangore VR, Wuisan EM, Kawet L, Tangkudang H. 2013. Perencanaan Bendung
Untuk Daerah Irigasi Sulu. Jurnal Sipil Statik. 1(7) : 533-541
Roehman F. 2018. Model pengelolaan Bendung Karet untuk pertanian dan
penanggulangan banjir di pantai utara Jawa. Jurnal Neo Teknika. 2(4): 56-62.
Sarminingsih A. 2007. Evaluasi kekritisan lahan daerah aliran sungai (DAS) dan
mendesaknya langkah-langkah konservasi air. Jurnal Presipitasi. 2(1) 8-14.
Sembiring CE. 2016.Analisis Debit Air Irigasi (Suplai Dan Kebutuhan) Di
Sekampung Sistem. Jurnal Rekayasa Teknik Sipil. 20(1): 1-12
Wigawati R, Soedarsono, Rizki F. 2016. Kaji ulang Bendung Tetap Cipaas (Studi
Kasus Desa Bunihara Kecamatan Anyer) Serang-Banten. Jurnal Fondasi. 5(2) :
62-73.

Anda mungkin juga menyukai