Anda di halaman 1dari 11

ANALISIS DIMENSI SALURAN INFLOW DANAU SITU GEDE

Situ Gede Lake inflow Channel Dimension Analysis


Dewi Apriliani Putri1, Farhan Hadyan Halim2, Azizzah Shofiatunnisa 3, Irza Daffa Prawira4
1,2,3
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor
Jl. Raya Dramaga, Kampus IPB Dramaga, Bogor, PO BOX 220, Bogor, Jawa Barat, Indonesia
Email: irza_daffa@apps.ipb.ac.id

PENDAHULUAN
Terdapat beberapa situ di daerah bogor salah satunya adalah situ gede. Situ
merupakan genangan air di atas permukaan tanah yang terbentuk secara alami maupun
buatan, sumber airnya berasal dari mata air, air hujan, dan/atau limpasan air
permukaan”. Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa situ adalah suatu wilayah berupa
cekungan air yang berasal dari limpasan air di sekitarnya. Dalam penelitian ini
objeknya adalah situ yang berada di Kabupaten bogor yang bernama situ gede. Kondisi
situ di Kota Bogor saat ini banyak yang rusak sehingga kurang mendukung
perkembangan situ. sebagian besar dalam kondisi yang kurang terpelihara dan
memperhatinkan akibat sampah, pendangkalan akibat sedimentasi serta tidak jelasnya
batas antara tanah situ dengan tanah masyarakat membuat adanya usaha penyerobotan
kawasan situ serta pemanfaatan situ tanpa izin oleh masyarakat. Hal ini tampak dari
hasil identifikasi situ yang telah dilakukan oleh Pemerintah Kota Bogor.
Kata drainase berassal dari kata drainage yang artinya mengeringkan atau
mengalirkan. Drainase merupakan sarana atau prasarana untuk mengalirkan air hujan
dari suatu tempat ke tempat yang lain. Pada dasarnya sistem drainase dibagi menjadi
dua macam, yaitu sistem drainase tertutup dan sistem drainase terbuka. Sistem drainase
tertutup jarang dipakai di daerah tersebut karena dibutuhkan biaya untuk pembuatan
resapannya, sedangkan untuk sistem saluran drainase terbuka tidak membutuhkan bak
resapan (Dewi et.al 2014). Kelebihan air dapat disebabkan intensitas hujan yang tinggi
atau akibat durasi hujan yang lama. Secara umum drainase didefinisaikan sebagai ilmu
pengetahuan yang mempelajari usaha untuk mengalirkan air yang berlebihan dalam
suatu konteks pemanfaat tertentu (Kartika et.al 2018).
Intensitas hujan meningkat menyebabkan muka air waduk naik secara cepat.
Keadaan ini harus dihindari karena dapat membahayakan konstruksi situ. Untuk
menghindari kerusakan konstruksi situ diperlukan gorong-gororng dan spillway yang
akan menunjang laju dari debit yang akan dialirkan dari danau situ gede. Namun,
kondisi spillway Situ Gede yang rusak mengakibatkan kapasitas spillway kurang
memenuhi, sehingga spillway tidak dapat berfungsi dengan optimal. Kerusakan
spillway akan membuat muka air naik secara cepat ketika intensitas hujan tinggi
sehingga dapat menimbulkan kerusakan pada tubuh Situ Gede. Gorong-gororng
merupakan bangunan yang dipakai untuk membawa aliran air atau saluran irigasi yang
melewati bawah saluran lain, jalan atau kerta api. Gorong-gorong dapat dibuat dengan
potongan melintang yang lebih kecil dari luas basah saluran hulu maupun hilir.
Sedangkan Bangunan spillway (pelimpah) adalah bangunan pelengkap suatu situ yang
berfungsi untuk mengalirkan air banjir agar tidak membahayakan tubuh situ (Chanson
1994).

METODOLOGI
Praktikum tentang “Desain Gorong-Gorong” dilaksanakan pada 5 November 2021
pada pukul 13.30-16.30 WIB dengan sistem Daring (Dalam Jaringan). Praktikum
dilakukan di rumah masing-masing mahasiswa. Alat yang digunakan yaitu laptop.
Data primer digunakan untuk perancangan desain gorong-gorong ini, dimana data ini
didapatkan pada saat praktikum lapang yang dilaksanakan pada 30 November 2021
tentang bangunan hidrolika pada situ gede. Selain itu, data sekunder juga digunakan
yang berasal dari publikasi ilmiah yang diperoleh secara online melalui mesin pencari
Google Scholar. Lokasi penelitian berada di Situ Gede Kecamatan Bogor Barat Kota
Bogor

Mulai

Data primer kondisi Situ Gede

Mencari Literatur mengenai kondisi situ gede

Didapatkan analisis spesifikasi dan dimensi bangunan hidrolika

Laporan dan Power Point

Selesai

Gambar 1 Diagram alir prosedur praktikum


PEMBAHASAN
Situ Gede
Situ Gede terletak pada tepi Hutan Dramaga dengan luas telaga kurang lebih 48,3 Ha.
Kunjungan pada 5 titik inflow di Situ-Gede dengan titik 1 sampai 4 merupakan inflow dan titik
5 merupakan outflow. Daerah titik 2 yang sebelumnya dikelilingi rawa-rawa berubah menjadi
pemukiman. Kondisi pintu kanal terbuat dari pasangan batu bata dan banyak sampah yang
tersangkut. Lebar saluran inlet titik 2 sebesar 2 m dan kedalaman saluran 1,5-2 m. Jembatan
dibangun pada titik 3 guna memperluas Danau SituGede. Titik 3 memiliki dua pintu masuk
yaitu inlet air berasal dari titik 4 dan inlet air berasal dari rawa. outflow pada titik 5 langsung
dialirkam ke sawah di wilayah Cikarawan dan Situ Panjang. Dimensi outflow pada titik 5
memiliki lebar saluran 6,5 m. Kondisi pada titik tersebut terjadi luapan dan terdapat sampah
pada pintu.

Gambar 2 Lokasi kunjungan Situ Gede

Gambar 3 Peta topografi dan Daerah Tangkapan Air (DTA) Situ Gede
Parameter Desain
Parameter yang digunakan dalam perencanaan dimensi saluran Kawasan Situ Gede
menggunakan debit andalan. Penentuan debit andalan Kawasan Situgede yaitu curah hujan
rata-rata bulanan yang diambil diperoleh dari Stasiun Klimatologi Bogor selama 10 tahun
mulai dari tahun 2009 hingga 2018. Berdasarkan curah hujan tersebeut, kemudian dilakukan
perhitungan curah hujan andalan 80% (R80). Hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 1.
Hasil perhitungan curah hujan andalan yang diperoleh curah andalan minimum sebesar 21.8
mm/bulan. Debit andalan maksimum yang diperoleh yaitu sebesar 23.76 l/det, sedangkan debit
andalan minimum yang diperoleh yaitu sebesar 1.66 l/det.

Tabel 1 Curah Hujan Andalan


Bulan CH Andalan (mm) Jumlah Hari Hujan
Januari 188.5 22
Februari 305.3 23
Maret 136 19
April 193.9 16
Mei 200.3 13
Juni 84.7 10
Juli 72.7 8
Agustus 33.1 7
September 21.8 5
Oktober 180.3 12
November 206.8 19
Desember 148.7 13

Debit banjir periode ulang 100 tahun diperhitungkan dalam perencanaan saluran. Curah
hujan harian maksimum dengan nilai sebesar 169.1 mm. Sehingga, diapatkan curah hujan
rencana sebesar 232.01 mm/hari hasil perhitungan menggunakan metode Gumbel dengan
periode 100 tahun. Total DTA Kawasan Situ Gede Sebanyak 5 dengan luas 48.3 Ha diperoleh
nilai debit limpasan sebesar 32.4 m3/det dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Debit Limpasan untuk Setiap DTA Periode Ulang 100 Tahun
Debit
Intensitas Hujan (I) Luas (A) Koefisien Limpasan
DTA
(mm/jam) 2
(km ) Limpasan (C) (Q)
3
(m /detik)

1 203.97 0.14 0.41 3.3


2 203.97 0.04 0.42 1.0
3 720.24 0.08 0.44 6.7
4 1403.42 0.14 0.30 16.9
5 475.40 0.08 0.42 4.5
Gorong-Gorong Titik 1
Titik 1 dibagi menjadi dua aliran yang lebih kecil, dimana titik 1 memiliki beban
maksimum karena mendapat suplai air (inflow) dari 3 arah yang akan dikirimkan ke
Danau Situ Gede. Daerah titik 1 sebelumnya berupa wetland atau lahan basah yang
merupakan lahan transisi antara tanah dan air, meliputi rawa-rawa, dataran rendah
pasang surut, dan sebagainya. Seiring berjalannya waktu daerah tersebut beralih fungsi
menjadi daerah permukiman, tempat pemancingan, sekolah, dan lain-lain, karena
lahan tersebut mulai mengering dan banyak dilakukan pengurugan. Dua aliran kecil
berada sebelah kanan Sekolah Alam Cendekia Bogor dekat sebuah gapura di Jalan
Cilubang Nagrak. Aliran tersebut dihubungkan dengan gorong-gorong karena berada
di bawah jalan, dan berada di depan sekolah Alam Cendikia menuju ke arah
pemancingan.
Pengukuran dimensi saluran dilakukan dengan ranting tanaman yang dicelupkan ke dalam
air. Hasil pengukuran dimensi saluran titik 1 memiliki lebar ±2 m, tinggi saluran 1,5
m, dan kedalaman air 70 cm. Dimensi saluran tersebut mengecil menjadi 1 m saat
melewati gorong-gorong. Sedangkan, dimensi saluran di depan sekolah memiliki ukuran
lebih kecil, yaitu lebar dan tinggi sebesar 0,5 m, serta kedalaman air sekitar 20 cm. Pengukuran
debit air saluran di kanan dengan memanfaatkan daun yang diletakkan di aliran air, kemudian
dihitung jarak antara titik awal daun dan titik akhir, selanjutanya waktu perpindahan daun
tersebut dihitung. Sehingga, debit aliran yang diperoleh pada saluran di kanan sekolah sekitar
3 m³/detik, saat melewati gorong-gorong sebesar 1,5 m³/detik, dan saluran di kiri senilai 1,2
m³/detik.

Gambar 4 Lokasi titik 1 kanan sekolah


Berdasarkan Gambar 4 kondisi aliran di titik 1 seperti dikatakan tidak ideal karena
banyaknya sampah yang menumpuk pada saluran sebelah kanan sekolah sehingga
terjadi luapan dan diperparah dengan wilayah yang telah menjadi permukiman dan
kondisi topografi yang terletak paling bawah dibandingkan sekitarnya. Selain itu,
dinding saluran banyak terjadi kerusakan berupa retak-retak bahkan terdapat bolongan,
serta banyak tumbuhan liar di sepanjang saluran. akibat tidak adanya pemeliharaan
saluran. Pengukuran kedalaman saluran juga terlihat bahwa bagian bawah saluran telah
terdapat banyak sedimen akibat dari material dan kotoran yang dibawa oleh aliran air.
Inlet pada titik 2 yang berakhir di Danau Situ Gede.

Gorong-Gorong Titik 4
Daerah Titik 4 yang terletak pada jalan Raya Cifor memiliki percabangan aliran yaitu
mengalir ke titik 3 dan titik 1. Aliran tersebut akan dialirkan melalui gorong-gorong sehingga
air dapat mengalir di bawah Jalan Raya Cifor. Gorong-gorong pada percabangan pertama
diperkirakan memiliki lebar 2 meter, tinggi 20 cm dan kedalaman saluran 0,6 m. Kecepatan
aliran pada saluran berdasarkan perhitungan laju daun dengan panjang lintasan yang sudah
ditentukan sebesar 0,2 m/det. Sehingga, dapat dihitung debit yang mengalir yaitu 0,08 m3/det.
Gorong-gorong percabangan kedua diperkirakan memiliki lebar 1,1 meter, kedalaman saluran
1 meter, dan tinggi air mengalir mencapai 10 cm. Berdasarkan metode pertama didapatkan
kecepatan aliran diperoleh sebesar 0,83 m/det. Dari data tersebut, dapat dihitung debit air
mengalir yaitu diperoleh 0,0913 m3/det.

(a) (b)
Gambar 5 (a) Lokasi percabangan pertama titik 4, (b) lokasi percabangan 2 titik 4
Gambar 6 Kondisi saluran titik 4

Inflow titik 4 memiliki kondisi tidak cukup baik dapat dilihat pada Gambar 4,
dikarenakan terdapat sedimen pada dasar saluran. Hal tersebut menyebabkan air leluap
akibat dari kapasitas saluran yang berkurang, karena permukaan dasar saluran
mengalami kenaikan. Selain itu, terdapat sampah dan daun kering pada saluran dapat
menghambat aliran alir. Hal ini dibuktikan dengan terjadinya banjir yang melanda
daerah di sekitar titik 4.

Revitalisasi saluran dan gorong-gorong di Situ Gede


Berdasarkan kondisi gorong-gorong pada titik 1 dan 2, maka diperlukan
reviralisasi agar memenuhi persyaratan kecepatan saluran. Menurrut perhitungan dan
pengamatan diperoleh kapasitas gorong-gorong terdapat pada Tabel 3. Berdsarkan
Tabel 3 dimensi gorong-gorong titik 1 memiliki koefisien manning 0,015 dengan
kemiringan saluran 0,0002. Debit yang dihasilkan pada dimensi saluran dengan
panjang 0,8 m dan ketinggian 1 m sebesar 0,33 (m3/det), sedangkan debit limpasan
sebesar 2,78 m3/det. Sehingga diperlukan revitalisasi atau desain ulang dimensi
gorong-gorong. Sedangkan, gorong-gorong pada Titik 4 dengan leber dan panjang
saluran sebesar 2 m dan 0,6 m, didapatkan debit sebesar 0,59 m3/det, sedangkan debit
banjir pada titik 4 sebesar 4,09 m3/det.

Tabel 3 Pehitungan dimensi saluran dan debit limpasan


Saluran b h slope n A P R V Q Q
2 3
(m) (m) (m ) (m) (m/det) (m /det) limpasan
(m3/det)

Titik 1 0,8 1 0,0002 0,015 0,8 2,8 0,29 0,41 0,33 2,78

Titik 4 2 0,6 0,0002 0,015 1,2 3,2 0,38 0,49 0,59 4,09
Gambar 7 Potongan melintang gorong-gorong titik 1

Gambar 8 Potongan melintang saluran titik 4

Revitalisasi gorong-gorong pada titik 1 dilakukan berubahan dimensi Panjang dan


lebar saluran menjadi 1,5 m dan 1 m. Perubahan slope dari 0,0002 menjdi 0,005
sehingga debit yang dapat ditampung sebesar 3,09 m3/det. Sehingga, memenuhi debit
limpasan pada titik tersebut. Sedangkan, desain ulang pada titik 4 pada slope saluran
menjadi 0,005 sehingga debit yang dapat melewati saluran tersebut sebesar 4,94
m3/det, dan tidak perlu adanya perubahan dimensi Panjang dan lebar saluran.

Tabel 4 Pehitungan desain ulang dimensi saluran dan debit limpasan


Saluran b h slope n A P R V Q Q
2 3
(m) (m) (m ) (m) (m/det) (m /det) limpasan
(m3/det)

Titik 1 1,5 1 0,005 0,015 1,5 2,8 0,29 2,06 3,09 2,78

Titik 4 2 1 0,005 0,015 3,75 2 0,38 2,47 4,94 4,09


Gambar 9 Potongan melintang desain ulang gorong-gorong titik 1

Gambar 10 Potongan melintang desain ulang saluran titik 4

Konstruksi gorong-gorong terbuat dari beton bertulang yang dirancang dengan


cara pengecoran atau pasagan batu dan plat beton dengan bentuk persegi. Pengecoran
dapat dilakukan secara langsung di tempat konstruksi dengan menggunakan perancah
sementara (scaffolding) dan bekisting. Volume dan berat besi tulangan dilakukan
perhitungan dengan mengukur terbatas dengan lebar perkerasan jalan yang umum,
yaitu 3,5 meter; 4,5 meter; 6 meter; dan 7 meter.

Rencana Anggaran Biaya


Rencana anggaran biaya untuk pekerjaan redesain gorong-gorong yang dimulai
dengan pembersihan lahan, kegiatan pekerjaan tanah berupa galian, timbunan, dan
pemadatan, serta pekerjaan konstruksi gorong-gorong berupa pekerjaan beton.
Berdasarkan arahan konstruksi, permbersihan lahan dilakukan sepanjang 120 m,
volume yang diperlukan dalam proses galian tanah adalah sebesar 780 m3, volume
untuk timbunan dan pemadatan tanah sebesar 429 m3, dan pekerjaan beton serta
plesteran untuk konstruksi gorong-gorong yang memiliki ketebalan dinding 20 cm.
Total biaya yang dibutuhkan untuk redesain gorong-gorong sebesar Rp 79.709.843
dengan rincian biaya konstruksi pada Tabel 5.

Tabel 5 Rencana Anggaran Biaya


No Uraian Kegiatan Volume Harga Satuan Jumlah (Rp)
Pekerjaan (Rp)
1 Biaya pembersihan lahan 120 m 6.535 784.200
2 Biaya pekerjaan galian tanah 780 m3 37.228 29.037.840
3 Biaya pekerjaan timbunan 429 m3 21.821 9.361.209
4 Biaya pemadatan tanah 429 m3 41.690 17.885.010
5 Biaya konstruksi beton tebal 20 27,5 m3 821.773 22.598.758
cm
6 Biaya plesteran 1 m3 42.826 42.826
Total Biaya 79.709.843

Simpulan
Analisis saluran gorong-gorong Situ Gede di titik 1 dan titik 4 yang dilakukan
dengan kunjungan lapang mendapatkan informasi dimensi eksisting, yaitu gorong-
gorong titik 1 memiliki lebar saluran ±2 m, tinggi saluran 1,5 m, dan kedalaman air 70
cm. Debit yang melewati gorong-gorong pada titik 1 sebesar 1,5 m³/detik. Sedangkan
pada titik 4 memiliki percabangan yang mengalir ke titik 3 dan titik 1. Gorong-gorong
pada percabangan pertama di titik 4 diperkirakan memiliki lebar 2 meter, tinggi 20 cm
dan kedalaman saluran 0,6 m. Kecepatan aliran pada saluran berdasarkan perhitungan
laju daun dengan panjang lintasan yang sudah ditentukan sebesar 0,2 m/det sehingga
debit yang mengalir yaitu 0,08 m3/det. Gorong-gorong percabangan kedua
diperkirakan memiliki lebar 1,1 meter, kedalaman saluran 1 meter, dan tinggi air
mengalir mencapai 10 cm. Berdasarkan metode pertama didapatkan kecepatan aliran
diperoleh sebesar 0,83 m/det dan debit sebesar 0,0913 m3/det. Keadaan eksisting ini
yang menyebabkan timbulnya permasalahan sedimentasi saluran di Situ Gede
sehingga diperlukan revitalisasi. Revitalisasi dilakukan dengan redesain saluran,
dimana gorong-gorong pada titik 1 dilakukan berubahan dimensi Panjang dan lebar
saluran menjadi 1,5 m dan 1 m. Perubahan slope dari 0,0002 menjdi 0,005 sehingga
debit yang dapat ditampung sebesar 3,09 m3/det. Sedangkan, desain ulang pada titik 4
pada slope saluran menjadi 0,005 sehingga debit yang dapat melewati saluran tersebut
sebesar 4,94 m3/det, dan tidak perlu adanya perubahan dimensi Panjang dan lebar
saluran
Daftar Pustaka
Dewi AK, Setiawan A, Saido PA. 2014. Evaluasi Sistem Saluran Drainase Di Ruas
Jalan Solo Sragen Kabupaten Karanganyar. Jurnal Matriks Teknik Sipil. 2(1): 1-
7.
Chanson H. 1994. Hydraulic Design of Stepped Cascades, Channels, Weirs and
Spillways. Pergamon. ISBN 978-0-08-041918-3.
Kartika NKS, Muliawan IW, Rahadini AASD. 2018. Evaluasi Fungsi Saluran
Drainase Terhadap Kondisi Jalan Gunung Rinjani Di Wilayah Kecamatan
Denpasar Barat. Jurnal Lingkungan dan Perkembangan. 2(1) : 17-24

Anda mungkin juga menyukai