PENDAHULUAN
Terdapat beberapa situ di daerah bogor salah satunya adalah situ gede. Situ
merupakan genangan air di atas permukaan tanah yang terbentuk secara alami maupun
buatan, sumber airnya berasal dari mata air, air hujan, dan/atau limpasan air
permukaan”. Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa situ adalah suatu wilayah berupa
cekungan air yang berasal dari limpasan air di sekitarnya. Dalam penelitian ini
objeknya adalah situ yang berada di Kabupaten bogor yang bernama situ gede. Kondisi
situ di Kota Bogor saat ini banyak yang rusak sehingga kurang mendukung
perkembangan situ. sebagian besar dalam kondisi yang kurang terpelihara dan
memperhatinkan akibat sampah, pendangkalan akibat sedimentasi serta tidak jelasnya
batas antara tanah situ dengan tanah masyarakat membuat adanya usaha penyerobotan
kawasan situ serta pemanfaatan situ tanpa izin oleh masyarakat. Hal ini tampak dari
hasil identifikasi situ yang telah dilakukan oleh Pemerintah Kota Bogor.
Kata drainase berassal dari kata drainage yang artinya mengeringkan atau
mengalirkan. Drainase merupakan sarana atau prasarana untuk mengalirkan air hujan
dari suatu tempat ke tempat yang lain. Pada dasarnya sistem drainase dibagi menjadi
dua macam, yaitu sistem drainase tertutup dan sistem drainase terbuka. Sistem drainase
tertutup jarang dipakai di daerah tersebut karena dibutuhkan biaya untuk pembuatan
resapannya, sedangkan untuk sistem saluran drainase terbuka tidak membutuhkan bak
resapan (Dewi et.al 2014). Kelebihan air dapat disebabkan intensitas hujan yang tinggi
atau akibat durasi hujan yang lama. Secara umum drainase didefinisaikan sebagai ilmu
pengetahuan yang mempelajari usaha untuk mengalirkan air yang berlebihan dalam
suatu konteks pemanfaat tertentu (Kartika et.al 2018).
Intensitas hujan meningkat menyebabkan muka air waduk naik secara cepat.
Keadaan ini harus dihindari karena dapat membahayakan konstruksi situ. Untuk
menghindari kerusakan konstruksi situ diperlukan gorong-gororng dan spillway yang
akan menunjang laju dari debit yang akan dialirkan dari danau situ gede. Namun,
kondisi spillway Situ Gede yang rusak mengakibatkan kapasitas spillway kurang
memenuhi, sehingga spillway tidak dapat berfungsi dengan optimal. Kerusakan
spillway akan membuat muka air naik secara cepat ketika intensitas hujan tinggi
sehingga dapat menimbulkan kerusakan pada tubuh Situ Gede. Gorong-gororng
merupakan bangunan yang dipakai untuk membawa aliran air atau saluran irigasi yang
melewati bawah saluran lain, jalan atau kerta api. Gorong-gorong dapat dibuat dengan
potongan melintang yang lebih kecil dari luas basah saluran hulu maupun hilir.
Sedangkan Bangunan spillway (pelimpah) adalah bangunan pelengkap suatu situ yang
berfungsi untuk mengalirkan air banjir agar tidak membahayakan tubuh situ (Chanson
1994).
METODOLOGI
Praktikum tentang “Desain Gorong-Gorong” dilaksanakan pada 5 November 2021
pada pukul 13.30-16.30 WIB dengan sistem Daring (Dalam Jaringan). Praktikum
dilakukan di rumah masing-masing mahasiswa. Alat yang digunakan yaitu laptop.
Data primer digunakan untuk perancangan desain gorong-gorong ini, dimana data ini
didapatkan pada saat praktikum lapang yang dilaksanakan pada 30 November 2021
tentang bangunan hidrolika pada situ gede. Selain itu, data sekunder juga digunakan
yang berasal dari publikasi ilmiah yang diperoleh secara online melalui mesin pencari
Google Scholar. Lokasi penelitian berada di Situ Gede Kecamatan Bogor Barat Kota
Bogor
Mulai
Selesai
Gambar 3 Peta topografi dan Daerah Tangkapan Air (DTA) Situ Gede
Parameter Desain
Parameter yang digunakan dalam perencanaan dimensi saluran Kawasan Situ Gede
menggunakan debit andalan. Penentuan debit andalan Kawasan Situgede yaitu curah hujan
rata-rata bulanan yang diambil diperoleh dari Stasiun Klimatologi Bogor selama 10 tahun
mulai dari tahun 2009 hingga 2018. Berdasarkan curah hujan tersebeut, kemudian dilakukan
perhitungan curah hujan andalan 80% (R80). Hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 1.
Hasil perhitungan curah hujan andalan yang diperoleh curah andalan minimum sebesar 21.8
mm/bulan. Debit andalan maksimum yang diperoleh yaitu sebesar 23.76 l/det, sedangkan debit
andalan minimum yang diperoleh yaitu sebesar 1.66 l/det.
Debit banjir periode ulang 100 tahun diperhitungkan dalam perencanaan saluran. Curah
hujan harian maksimum dengan nilai sebesar 169.1 mm. Sehingga, diapatkan curah hujan
rencana sebesar 232.01 mm/hari hasil perhitungan menggunakan metode Gumbel dengan
periode 100 tahun. Total DTA Kawasan Situ Gede Sebanyak 5 dengan luas 48.3 Ha diperoleh
nilai debit limpasan sebesar 32.4 m3/det dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Debit Limpasan untuk Setiap DTA Periode Ulang 100 Tahun
Debit
Intensitas Hujan (I) Luas (A) Koefisien Limpasan
DTA
(mm/jam) 2
(km ) Limpasan (C) (Q)
3
(m /detik)
Gorong-Gorong Titik 4
Daerah Titik 4 yang terletak pada jalan Raya Cifor memiliki percabangan aliran yaitu
mengalir ke titik 3 dan titik 1. Aliran tersebut akan dialirkan melalui gorong-gorong sehingga
air dapat mengalir di bawah Jalan Raya Cifor. Gorong-gorong pada percabangan pertama
diperkirakan memiliki lebar 2 meter, tinggi 20 cm dan kedalaman saluran 0,6 m. Kecepatan
aliran pada saluran berdasarkan perhitungan laju daun dengan panjang lintasan yang sudah
ditentukan sebesar 0,2 m/det. Sehingga, dapat dihitung debit yang mengalir yaitu 0,08 m3/det.
Gorong-gorong percabangan kedua diperkirakan memiliki lebar 1,1 meter, kedalaman saluran
1 meter, dan tinggi air mengalir mencapai 10 cm. Berdasarkan metode pertama didapatkan
kecepatan aliran diperoleh sebesar 0,83 m/det. Dari data tersebut, dapat dihitung debit air
mengalir yaitu diperoleh 0,0913 m3/det.
(a) (b)
Gambar 5 (a) Lokasi percabangan pertama titik 4, (b) lokasi percabangan 2 titik 4
Gambar 6 Kondisi saluran titik 4
Inflow titik 4 memiliki kondisi tidak cukup baik dapat dilihat pada Gambar 4,
dikarenakan terdapat sedimen pada dasar saluran. Hal tersebut menyebabkan air leluap
akibat dari kapasitas saluran yang berkurang, karena permukaan dasar saluran
mengalami kenaikan. Selain itu, terdapat sampah dan daun kering pada saluran dapat
menghambat aliran alir. Hal ini dibuktikan dengan terjadinya banjir yang melanda
daerah di sekitar titik 4.
Titik 1 0,8 1 0,0002 0,015 0,8 2,8 0,29 0,41 0,33 2,78
Titik 4 2 0,6 0,0002 0,015 1,2 3,2 0,38 0,49 0,59 4,09
Gambar 7 Potongan melintang gorong-gorong titik 1
Titik 1 1,5 1 0,005 0,015 1,5 2,8 0,29 2,06 3,09 2,78
Simpulan
Analisis saluran gorong-gorong Situ Gede di titik 1 dan titik 4 yang dilakukan
dengan kunjungan lapang mendapatkan informasi dimensi eksisting, yaitu gorong-
gorong titik 1 memiliki lebar saluran ±2 m, tinggi saluran 1,5 m, dan kedalaman air 70
cm. Debit yang melewati gorong-gorong pada titik 1 sebesar 1,5 m³/detik. Sedangkan
pada titik 4 memiliki percabangan yang mengalir ke titik 3 dan titik 1. Gorong-gorong
pada percabangan pertama di titik 4 diperkirakan memiliki lebar 2 meter, tinggi 20 cm
dan kedalaman saluran 0,6 m. Kecepatan aliran pada saluran berdasarkan perhitungan
laju daun dengan panjang lintasan yang sudah ditentukan sebesar 0,2 m/det sehingga
debit yang mengalir yaitu 0,08 m3/det. Gorong-gorong percabangan kedua
diperkirakan memiliki lebar 1,1 meter, kedalaman saluran 1 meter, dan tinggi air
mengalir mencapai 10 cm. Berdasarkan metode pertama didapatkan kecepatan aliran
diperoleh sebesar 0,83 m/det dan debit sebesar 0,0913 m3/det. Keadaan eksisting ini
yang menyebabkan timbulnya permasalahan sedimentasi saluran di Situ Gede
sehingga diperlukan revitalisasi. Revitalisasi dilakukan dengan redesain saluran,
dimana gorong-gorong pada titik 1 dilakukan berubahan dimensi Panjang dan lebar
saluran menjadi 1,5 m dan 1 m. Perubahan slope dari 0,0002 menjdi 0,005 sehingga
debit yang dapat ditampung sebesar 3,09 m3/det. Sedangkan, desain ulang pada titik 4
pada slope saluran menjadi 0,005 sehingga debit yang dapat melewati saluran tersebut
sebesar 4,94 m3/det, dan tidak perlu adanya perubahan dimensi Panjang dan lebar
saluran
Daftar Pustaka
Dewi AK, Setiawan A, Saido PA. 2014. Evaluasi Sistem Saluran Drainase Di Ruas
Jalan Solo Sragen Kabupaten Karanganyar. Jurnal Matriks Teknik Sipil. 2(1): 1-
7.
Chanson H. 1994. Hydraulic Design of Stepped Cascades, Channels, Weirs and
Spillways. Pergamon. ISBN 978-0-08-041918-3.
Kartika NKS, Muliawan IW, Rahadini AASD. 2018. Evaluasi Fungsi Saluran
Drainase Terhadap Kondisi Jalan Gunung Rinjani Di Wilayah Kecamatan
Denpasar Barat. Jurnal Lingkungan dan Perkembangan. 2(1) : 17-24