Anda di halaman 1dari 269

1

ANALISIS SISTEM PEMBAGIAN AIR IRIGASI UNTUK KEBUTUHAN


LAHAN PERTANIAN PADA BENDUNG BERINGIN SILA
DI KECAMATAN UTAN KABUPATEN SUMBAWA
Oleh : Didin Najimudin.

ABSTRAK

Air dalam pertanian merupakan kebutuhan pokok, terutama dalam


budidaya tanaman padi atau persawahan. Yang didukung oleh irigasi sebagai
penyedia air yang akan disalurkan melalui saluran –saluran sebanyak keperluan
untuk tumbuh dan berkembang bagi tanaman. Dalam memenuhi kebutuhan air
luas tanah dalam pengairan akan di bagi –bagi dengan jumlah, waktu , dan
mutu yang tepat sehingga dapat memudahkan dalam pembagian airnya.

Berdasarkan hasil perhitungan kebutuhan air irigasi pada Daerah Irigasi


Bringin Sila Kecamatan Utan terutama di Desa Motong dan Desa Sekokok
diperoleh kebutuhan air sebesar 0.41 Ltr/Dtk/Ha dan debit saluran sebesar 0.374
Ltr/Dtk/Ha dimana kebutuhan air lebih besar dari debit saluran yang
menyebabkan kekurangan air yang disebabkan oleh sistem pembagian air yang
kurang merata.Sehingga pembagian air menggunakan sistem bergiliran.

Berdasarkan dari hasil perhitungan untuk penjadwalan pembagian air


yang efektif dibagi menjadi tiga golongan dengan luas lahan masing –
masing,dan dari tiga golongan tersebut pembagian air dijadikan tiga periode
yang pembagian air irigasi setiap dua minggu perotasi dimana dua golongan di
buka dan satu golongan di tutup agar petugas pintu air lebih leluasa dalam
melaksanakan pembagian air yang lebih optimal.

Kata Kunci: Irigasi, Kebutuhan Air, Debit Saluran, Sistem Pembagian Air.
2

PENDAHULUAN
Air dalam pertanian merupakan kebutuhan pokok, terutama
dalam budidaya tanaman padi atau persawahan. Seringkali terdengar
berita mengenai konflik air antar petani atau bahkan antara petani dengan
pengguna air lainnya, seperti perusahaan air minum, petani kolam atau
perikanan, dan sebagainya. Hal ini karena air semakin hari semakin
memiliki nilai ekonomi yang mahal baik dari segi kuantitas maupun
kualitas.
Irigasi adalah upaya pemberian air dalam bentuk lengas
(kelembaban) tanah sebanyak keperluan untuk tumbuh dan berkembang
bagi tanaman. Pengertian lain dari irigasi adalah penambahan kekurangan
kadar air tanah secara buatan yakni dengan memberikan air secara
sistematis pada tanah yang diolah.
Irigasi bagi tanaman padi berfungsi sebagai penyedia air yang
cukup dan stabil untuk produksi padi. Luas tanah atau sawah di dalam
daerah pengairan di bagi–bagi sedemikian rupa sehingga memudahkan
pembagian airnya. Adapun cara pembagiannya tergantung pada tujuan
pengairan itu dan kebutuhan air untuk pertanian. Air yang disalurkan ke
sawah melalui sistem jaringan irigasi yang terdiri atas saluran –saluran
dengan bangunan pengendali.
Kapasitas irigasi dalam kaitannya dengan ketersediaan air untuk
tanaman padi dapat dikaji melalui permasalahan irigasi, dan faktor - faktor
yang mempengaruhi terhadap pengelolahan air irigasi. Ketersedian air
irigasi untuk tanaman padi banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor
kondisi tanah, jenis tanaman, iklim, tofografi, sosial, ekonomi dan budaya
masyarakat.
Tanaman padi merupakan tanaman yang banyak membutuhkan
air, khususnya pada saat tumbuh mereka harus selalu tergenangi air. Agar
produktivitas padi dapat efektif dalam satu satuan luas lahan, maka
dibutuhkan suplay air yang cukup melalui irigasi. Irigasi merupakan
3

prasarana untuk meningkatkan intensitas panen per tahun. Tersedianya air


irigasi yang cukup terkontrol merupakan input untuk meningkatkan
produksi padi.
Bendung Beringin Sila merupakan salah satu pemasok air irigasi
yang berada di wilayah Kecamatan Utan Kabupaten Sumbawa. Bendung ini
direncanakan bisa memenuhi kebutuhan irigasi di daerah sekitarnya seluas
± 2400 Ha.
Dengan melihat kondisi yang ada di daerah irigasi Beringin Sila
banyak masyarakat yang kekurangan air untuk lahan pertanian mereka.
Pada awalnya kebutuhan air pada Daerah Irigasi Beringin Sila bisa
mencukupi, tetapi pada beberapa tahun ini ada sikitar 40% lahan pertanian
yang kekeringan atau tidak mendapat air irigasi, sehingga masyarakat
banyak yang gagal panen, terutama di Desa Motong dan Desa Sekokok
Kecamatan Utan. Dari 582,91 Ha luas lahan, sekitar 230 Ha yang tidak
kebagian air irigasi, sementara sebagian besar masyarakat yang ada di Desa
Motong dan Desa Sekokok yang berprofesi sebagai petani.
Maka dari permasalahan tersebut penulis ingin melakukan
penelitian pada Daerah Irigasi Beringin Sila Kecamatan Utan tentang sistem
pembagian air irigasi. Adapun sistem yang ada pada saat ini menggunakan
sistem terus-menerus. Untuk menindaklanjuti hal tersebut, dengan
memperhatikan kondisi yang ada dan rencana pengembangan di masa
yang akan datang maka menjadi acuan bagi penulis untuk mengajukan
skripsi dengan judul “Analisis Sistem Pembagian Air Irigasi Untuk
Kebutuhan Lahan Pertanian Pada Bendung Beringin Sila Di Kecamatan
Utan Kabupaten Sumbawa ”.
4

METODELOGI PENELITIAN
Daerah penelitian yang menjadi tinjauan, mengambil lokasi
Daerah Irigasi Bendung Beringin Sila yaitu di Desa Motong dan Desa
Sekokok Kecamatan Utan Kabupaten Sumbawa, sedangkan waktu
penelitian di laksanakan selama 3 bulan yaitu dari bulan Juni sampai
dengan bulan Agustus 2012.

Jenis Dan Sumber Data


1 Data Primer
3.00

MA
1
1 1.20
0.90

0.60

Gambar 1 :Dimensi Saluran Sekunder


Dimensi saluran pada saluran sekunder di lokasi penelitian dengan
tinggi air 0,90 m, lebar atas saluran 3,00 m lebar bawah saluran 0,60 m
dan tinggi jagaan 0,30 m.
2 Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang didapat dari pihak lain yang telah
dipublikasikan antara lain buku – buku referensi artikel dan praturan yang
berkaitan dengan topik studi.
Data sekunder terdiri dari :
 Data Curah Hujan
 Data Klimatologi
 Gambar Skema Jaringan Irigasi
 Gambar Topografi daerah Penelitian
 Foto Jaringan Irigasi
5

Teknik Pengumpulan Data


1 Pekerjaan Persiapan
Survey lokasi dilakukan bertujuan untuk peninjauan secara
langsung dalam mengidentifikasi permasalahan yang ada di lokasi studi
penelitian.
2 Kunjungan Ke Lokasi
Kunjungan ke lokasi dilakukan ke kantor Instansi terkait seperti
Dinas Pekerjaan Umum Sumbawa Besar, Dinas Pertanian Tanaman
Pangan, Badan Meteorologi Klimatologi Dan Geofisika (BMKG) Sumbawa
Besar, kantor UPT Pengairan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten
Sumbawa, yang bertempat di kecamatan Utan, serta tinjauan langsung ke
lokasi penelitian.
Analisis Data
Langkah-langkah dalam menganalisis data penelitian ini adalah
sebagai berikut :
 Analisis curah hujan efektif dihitung dengan menggunakan
persamaan ( 2.1 )
 Perhitungan evaporasi potensial dihitung dengan menggunakan
persamaan (2.10 )
 Perhitungan kebutuhan air irigasi dengan mengunakan persamaan
(2.11)
 Perhitungan kebutuhan air selama penyiapan lahan dengan
mengunakan persamaan (2.12)
 Perhitungan kebutuhan air untuk konsumtif tanaman dengan
mengunakan persamaam (2.16)
6

HASIL DAN PEMBAHASAN


Bendung Beringin Sila adalah salah satu bendung yang berada
di kecamatan Utan Kabupaten Sumbawa. Sistem pembagian air yang
dilaksanakan sekarang adalah sistem terus-menerus, dengan kondisi daerah
irigasinya terdapat kekurangan air, terutama di Desa Motong dan Desa
Sekokok dari 582,91 Ha sekitar 230 Ha yang tidak kebagian air irigasi.
Menghitung Curah hujan Efektif
Hujan Rata-Rata 15 Hari
Nilai 51 diambil dari data curah hujan tertinggi yang terjadi pada per15 hari
dari 30 hari dapat dilihat pada lampiran
Tabel 1 Curah Hujan rata-rata 15 harian (mm)
Bulan Periode Curah Hujan Mak. Peringkat ke-
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Januari 1 51 36 24 - 13 41 22 57 23 29
2 41.5 12 14 - 5 28 7 29 14 28
Februari 1 71.5 77 100 - 48 65 20 20 38 24
2 57.5 44 65 - 41 44 20 16 31 21
Maret 1 24 55 87 17 39 70 31 24 31 90
2 16.5 38 48 15 39 66 3 14 22 78
Apr 1 9 43 14 49 13 40 8 41 97 36
2 4.5 20 10 31 10 26 4 27 42 21
Mei 1 9 18 10 36 30 3 26 15 36 4
2 6 14 - 31 15 2 7 15 19 2
Juni 1 8 5 20 - 3 45 - 17 - -
2 - - 5 - 1 5 - 11 - -
Juli 1 - - - - - 4 - 98 - -
2 - - - - - - - 13 - -
Agustus 1 - - 5 - - - - 38 - -
2 - - 3 - - - - 1 - -
September 1 9 - 2 - - - - 25 - -
2 4 - - - - - - 23 - -
Oktober 1 25 15 44 - 15 20 9 49 12 -
2 15 9 21 - 7 17 1 37 3 -
November 1 64.5 25 41 7 16 40 6 14 22 -
2 41 19 34 - 15 28 1 8 10 -
Desember 1 58 85 65 89 56 - 33 46 28 -
2 35 63 47 30 39 - 25 29 24 -
Sumber :perhitungan
7

Re80 = (10/5)+1 = 3
Dari tabel 1 didapat Re80 berada pada tahun kesepuluh dan
urutan ke 3 dari data curah hujan yang terkecil
4.2.2 Perhitungan Curah hujan Efektif Tanaman
Tabel 2 Perhitungan Curah Hujan Efektif padi dan palawija
Reff (mm/ hari)
Bulan Periode Re80
Padi Palawija
Jan 1 28.50 1.33 0.94
2 28.00 1.31 0.94
Feb 1 24.00 1.12 0.79
2 20.50 0.96 0.79
Mar 1 89.50 4.18 2.70
2 78.00 3.64 2.70
Apr 1 36.00 1.68 0.91
2 20.50 0.96 0.00
Mei 1 4.00 0.19 0.10
2 2.00 0.09 0.10
Jun 1 0.00 0.00 0.00
2 0.00 0.00 0.00
Jul 1 0.00 0.00 0.00
2 0.00 0.00 0.00
Agt 1 0.00 0.00 0.00
2 0.00 0.00 0.00
Sept 1 0.00 0.00 0.00
2 0.00 0.00 0.00
Okt 1 0.00 0.00 0.00
2 0.00 0.00 0.00
Nov 1 0.00 0.00 0.00
2 0.00 0.00 0.00
Des 1 0.00 0.00 0.00
2 0.00 0.00 0.00
Sumber : Hasil Hitungan

Dari tabel 4.1 Hujan efektif untuk padi di ambil yang maksimum adalah
4,18 mm/hari dan untuk palawija adalah 2,70 mm/hari.
Perhitungan Evaporasi Potensial

1. Perhitungan Evaporasi Potensial pada Bulan Januari


Step 1 = Mencari Harga Tekanan Uap Air Jenuh (ea) (mbar)
8

Data = Temperatur (T) : 26.8


Di dapat (ea) : 33.74 mbar (Terdapat pada tabel 2.1.)
Step 2 = Mencari Tekanan Uap Air Nyata (ed) (mbar)
ed = ea x RH
= 33.74 x 87 %
= 29.35 mbar
Step 3 = Mencari Harga Perbedaan Tekanan Uap Air
= ea - ed
= 4.39 mbar
Step 4 = Mencari harga fungsi Angin f(U)
f(U) = 0.27 x (1 +U/100)
= 0.27 x 1 + U/100
= 0.32 Km/hari
Step 5 = Mencari harga faktor (W) dan (1-W)
O
Data = 26.8 C dan ketinggian rat-rata air laut 0 maka W
didapat
W = 0.24 dan (1-W)
= 0.76
Step 6 = Mencari harga radiasi ektra teressial
Ra = Lokasi berada di 08.25 o Ls
Ra = 16.7 mm/hari
Step 7 = Mencari harga radiasi gelombang Pendek (Rs)
Rs = { 0.25 + 0.5 x (n/N)} x Ra
= 6.16 mm/ hari
Step 8 = Mencari harga f(T) koreksi terhadap akibat Temperatur
O
f(T) = 26.8 C
Maka f(T) = 15.19
Step 9 = Mencari harga f(ed) koreksi akibat tekanan uap nyata
f(ed) = 0.34 - 0.044 √29.41
= 0.10
9

Step 10= Mencari harga f(n/N)


= (0.1 + 0.9 (n/N)
= 0.65
Step 11= Mencari harga radiasi Netto gel. Panjang (Rn1)
Rn1 = f(T) x f(ed) x f(n/N)
= 0.99 mm/ hari
Step 12= Mencari harga neeto gelombang pendek (Rns)
Rns = Rs x (1 -a )
a = 0.25 Koefisien Pemantulan
Rns = 4.62 mm/ hari
Step 13= Mencari harga radiasi netto (Rn)
Rn = Rns - Rn1
= 3.63
Step 14= Mencari harga faktor koreksi ( c )
= 1.04
Perhitungan Evaporasi (Eto)
Eto = c { W. Rn + (1-W). f (u). (ea - ed)
= 2.03
2. Perhitungan Evporasi Untuk Bulan Februari
Step 1 = Mencari Harga Tekanan Uap Air Jenuh (ea) (mbar)
Data = Temperatur (T) : 27.3
Di dapat (ea) : 35.7 mbar (Terdapat pada tabel 2.1.)
Step 2 = Mencari Tekanan Uap Air Nyata (ed) (mbar)
ed = ea x RH
= 35.7 x 85 %
= 30.30 mbar

Step 3 = Mencari Harga Perbedaan Tekanan Uap Air


= ea - ed
= 5.35 mbar
10

Step 4 = Mencari harga fungsi Angin f(U)


f(U) = 0.27 x (1 +U/100)
= 0.27 x 1 + U/100
= 0.33 Km/hari
Step 5 = Mencari harga faktor (W) dan (1-W)
O
Data = 27.3 C dan ketinggian rat-rata air laut 0 maka W
didapat
W = 0.24 dan (1-W)
= 0.76
Step 6 = Mencari harga radiasi ektra teressial
Ra = Lokasi berada di 08.25 o Ls
Ra = 16.7 mm/hari
Step 7 = Mencari harga radiasi gelombang Pendek (Rs)
Rs = { 0.25 + 0.5 x (n/N)} x Ra
= 7.01 mm/ hari
Step 8 = Mencari harga f(T) koreksi terhadap akibat Temperatur
O
f(T) = 27.3 C
O
Data = 27.3 C
Maka f(T) = 16.80
Step 9 = Mencari harga f(ed) koreksi akibat tekanan uap nyata
f(ed) = 0.34 - 0.044 √30.3
= 0.09
Step 10= Mencari harga f(n/N)
= (0.1 + 0.9 (n/N)
= 0.82
Step 11= Mencari harga radiasi Netto gel. Panjang (Rn1)
Rn1 = f(T) x f(ed) x f(n/N)
= 1.24 mm/ hari
Step 12= Mencari harga neeto gelombang pendek (Rns)
Rns = Rs x (1 -a )
11

a = 0.25 Koefisien Pemantulan


= 5.26 mm/ hari
Step 13= Mencari harga radiasi netto (Rn)
Rn = Rns - Rn1
= 4.02
Step 14= Mencari harga faktor koreksi ( c )
= 1.04
Perhitungan Evaporasi (Eto)
Eto = c { W. Rn + (1-W). f (u). (ea - ed)
= 2.40
3. Perhitungan Evaporasi Untuk Bulan Maret
Step 1 = Mencari Harga Tekanan Uap Air Jenuh (ea) (mbar)
Data = Temperatur (T) : 27.4
Di dapat (ea) : 35.7 mbar (Terdapat pada tabel 2.1.)
Step 2 = Mencari Tekanan Uap Air Nyata (ed) (mbar)
ed = ea x RH
= 35.7 x 81 %
= 28.9 mbar
Step 3 = Mencari Harga Perbedaan Tekanan Uap Air
= ea - ed
= 6.77 mbar
Step 4 = Mencari harga fungsi Angin f(U)
f(U) = 0.27 x (1 +U/100)
= 0.27 x 1 + U/100
= 0.32 Km/hari
Step 5 = Mencari harga faktor (W) dan (1-W)
O
Data = 27.4 C dan ketinggian rat-rata air laut 0 maka W
didapat
W = 0.24 dan (1-W)
= 0.76
12

Step 6 Mencari harga radiasi ektra teressial


Ra = Lokasi berada di 08.25 o Ls
Ra = 16.7 mm/hari
Step 7 = Mencari harga radiasi gelombang Pendek (Rs)
Rs = { 0.25 + 0.5 x (n/N)} x Ra
= 7.71 mm/ hari
Step 8 = Mencari harga f(T) koreksi terhadap akibat Temperatur
f(T)
O
Data = 27.4 C
Maka f(T) = 16.80
Step 9 = Mencari harga f(ed) koreksi akibat tekanan uap nyata
f(ed) = 0.34 - 0.044 √28.9
= 0.08
Step 10= Mencari harga f(n/N)
= (0.1 + 0.9 (n/N)
= 0.87
Step 11= Mencari harga radiasi Netto gel. Panjang (Rn1)
Rn1 = f(T) x f(ed) x f(n/N)
= 1.17 mm/ hari
Step 12= Mencari harga neeto gelombang pendek (Rns)
Rns = Rs x (1 -a )
a = 0.25 Koefisien Pemantulan
= 5.78 mm/ hari
Step 13= Mencari harga radiasi netto (Rn)
Rn = Rns - Rn1
= 4.61
Step 14 Mencari harga faktor koreksi ( c )
= 1.04
Perhitungan Evaporasi (Eto)
Eto = c { W. Rn + (1-W). f (u). (ea - ed)
13

= 2.85
4. Perhitungan Evaporasi Untuk Bulan April
Step 1 = Mencari Harga Tekanan Uap Air Jenuh (ea) (mbar)
Data = Temperatur (T) : 27.6
Di dapat (ea) : 35.7 mbar (Terdapat pada tabel 2.1.)
Step 2 = Mencari Tekanan Uap Air Nyata (ed) (mbar)
ed = ea x RH
= 35.7 x 84 %
= 29.9 mbar
Step 3 = Mencari Harga Perbedaan Tekanan Uap Air
= ea - ed
= 5.70 mbar
Step 4 = Mencari harga fungsi Angin f(U)
f(U) = 0.27 x (1 +U/100)
= 0.27 x 1 + U/100
= 0.31 Km/hari
Step 5 = Mencari harga faktor (W) dan (1-W)
O
Data = 27.6 C dan ketinggian rat-rata air laut 0 maka W didapat
W = 0.24 dan (1-W)
= 0.76
Step 6 = Mencari harga radiasi ektra teressial
Ra = Lokasi berada di 08.25 o Ls
Ra = 16.7 mm/hari
Step 7 = Mencari harga radiasi gelombang Pendek (Rs)
Rs = { 0.25 + 0.5 x (n/N)} x Ra
= 6.68 mm/ hari

Step 8 = Mencari harga f(T) koreksi terhadap akibat Temperatur


f(T)
O
Data = 27.6 C
Maka f(T) = 16.80
Step 9 = Mencari harga f(ed) koreksi akibat tekanan uap nyata
14

f(ed) = 0.34 - 0.044 √29.9


= 0.10
Step 10= Mencari harga f(n/N)
= (0.1 + 0.9 (n/N)
= 0.79
Step 11= Mencari harga radiasi Netto gel. Panjang (Rn1)
Rn1 = f(T) x f(ed) x f(n/N)
= 1.33 mm/ hari
Step 12= Mencari harga neeto gelombang pendek (Rns)
Rns = Rs x (1 -a )
a = 0.25 Koefisien Pemantulan
= 5.01 mm/ hari
Step 13= Mencari harga radiasi netto (Rn)
Rn = Rns - Rn1
= 3.68
Step 14= Mencari harga faktor koreksi ( c )
= 1.04
Perhitungan Evaporasi (Eto)
Eto = c { W. Rn + (1-W). f (u). (ea - ed)
= 2.34

5. Perhitungan Evaporasi Untuk Bulan Mei


Step 1 = Mencari Harga Tekanan Uap Air Jenuh (ea) (mbar)
Data = Temperatur (T) : 27.2
Di dapat (ea) : 35.7 mbar (Terdapat pada tabel 2.1.)
15

Step 2 = Mencari Tekanan Uap Air Nyata (ed) (mbar)


ed = ea x RH
= 35.7 x 85 %
= 30.3 mbar
Step 3 = Mencari Harga Perbedaan Tekanan Uap Air
= ea - ed
= 5.35 mbar
Step 4 = Mencari harga fungsi Angin f(U)
f(U) = 0.27 x (1 +U/100)
= 0.27 x 1 + U/100
= 0.31 Km/hari

Step 5 = Mencari harga faktor (W) dan (1-W)


O
Data = 27.2 C dan ketinggian rat-rata air laut 0 maka W
didapat
W = 0.24 dan (1-W)
= 0.76
Step 6 = Mencari harga radiasi ektra teressial
Ra = Lokasi berada di 08.25 o Ls
Ra = 16.7 mm/hari
Step 7 = Mencari harga radiasi gelombang Pendek (Rs)
Rs = { 0.25 + 0.5 x (n/N)} x Ra
= 5.18 mm/ hari
Step 8 = Mencari harga f(T) koreksi terhadap akibat Temperatur
O
Data = 27.2 C
Maka f(T) = 16.80
Step 9 = Mencari harga f(ed) koreksi akibat tekanan uap nyata
f(ed) = 0.34 - 0.044 √30.3
= 0.08
Step 10= Mencari harga f(n/N)
16

= (0.1 + 0.9 (n/N)


= 0.63
Step 11= Mencari harga radiasi Netto gel. Panjang (Rn1)
Rn1 = f(T) x f(ed) x f(n/N)
= 0.85 mm/ hari
Step 12= Mencari harga neeto gelombang pendek (Rns)
Rns = Rs x (1 -a )
a = 0.25 Koefisien Pemantulan
= 3.88 mm/ hari
Step 13= Mencari harga radiasi netto (Rn)
Rn = Rns - Rn1
= 3.03
Step 14= Mencari harga faktor koreksi ( c )
= 1.04
Perhitungan Evaporasi (Eto)
Eto = c { W. Rn + (1-W). f (u). (ea - ed)
= 2.05
6. Perhitungan Evaporasi Untuk Bulan Juni
Step 1 = Mencari Harga Tekanan Uap Air Jenuh (ea) (mbar)
Data = Temperatur (T) : 26.2
Di dapat (ea) : 33.74 mbar (Terdapat pada tabel 2.1.)
Step 2 = Mencari Tekanan Uap Air Nyata (ed) (mbar)
ed = ea x RH
= 33.7 x 76 %
= 25.6 mbar

Step 3 = Mencari Harga Perbedaan Tekanan Uap Air


= ea - ed
= 8.10 mbar
Step 4 = Mencari harga fungsi Angin f(U)
17

f(U) = 0.27 x (1 +U/100)


= 0.27 x 1 + U/100
= 0.31 Km/hari
Step 5 = Mencari harga faktor (W) dan (1-W)
O
Data = 26.2 C dan ketinggian rat-rata air laut 0 maka W
didapat
W = 0.24 dan (1-W)
= 0.76
Step 6 = Mencari harga radiasi ektra teressial
Ra = Lokasi berada di 08.25 o Ls
Ra = 16.7 mm/hari
Step 7 = Mencari harga radiasi gelombang Pendek (Rs)
Rs = { 0.25 + 0.5 x (n/N)} x Ra
= 7.68 mm/ hari
Step 8 = Mencari harga f(T) koreksi terhadap akibat Temperatur
O
Data = 26.2 C
Maka f(T) = 15.19
Step 9 = Mencari harga f(ed) koreksi akibat tekanan uap nyata
f(ed) = 0.34 - 0.044 √25.6
= 0.12
Step 10= Mencari harga f(n/N)
= (0.1 + 0.9 (n/N)
= 0.90
Step 11= Mencari harga radiasi Netto gel. Panjang (Rn1)
Rn1 = f(T) x f(ed) x f(n/N)
= 1.61 mm/ hari
Step 12= Mencari harga neeto gelombang pendek (Rns)
Rns = Rs x (1 -a )
a = 0.25 Koefisien Pemantulan
= 5.76 mm/ hari
18

Step 13= Mencari harga radiasi netto (Rn)


Rn = Rns - Rn1
= 4.15
Step 14= Mencari harga faktor koreksi ( c )
= 1.04
Perhitungan Evaporasi (Eto)
Eto = c { W. Rn + (1-W). f (u). (ea - ed)
= 3.03
7. Perhitungan Evaporasi Untuk Bulan Juli
Step 1 = Mencari Harga Tekanan Uap Air Jenuh (ea) (mbar)
Data = Temperatur (T) : 26.1
Di dapat (ea) : 33.74 mbar (Terdapat pada tabel 2.1.)
Step 2 = Mencari Tekanan Uap Air Nyata (ed) (mbar)
ed = ea x RH
= 33.7 x 78 %
= 26.3 mbar
Step 3 = Mencari Harga Perbedaan Tekanan Uap Air
= ea - ed
= 7.42 mbar
Step 4 = Mencari harga fungsi Angin f(U)
f(U) = 0.27 x (1 +U/100)
= 0.27 x 1 + U/100
= 0.33 Km/hari
Step 5 = Mencari harga faktor (W) dan (1-W)
O
Data = 26.1 C dan ketinggian rat-rata air laut 0 maka W
didapat
W = 0.24 dan (1-W)
= 0.76
Step 6 = Mencari harga radiasi ektra teressial
Ra Lokasi berada di 08.25 o Ls
19

Ra = 16.7 mm/hari
Step 7 = Mencari harga radiasi gelombang Pendek (Rs)
Rs = { 0.25 + 0.5 x (n/N)} x Ra
= 7.26 mm/ hari
Step 8 = Mencari harga f(T) koreksi terhadap akibat Temperatur
O
Data = 26.1 C
Maka f(T) = 15.19
Step 9 = Mencari harga f(ed) koreksi akibat tekanan uap nyata
f(ed) = 0.34 - 0.044 √26.3
= 0.12
Step 10= Mencari harga f(n/N)
= (0.1 + 0.9 (n/N)
= 0.86
Step 11= Mencari harga radiasi Netto gel. Panjang (Rn1)
Rn1 = f(T) x f(ed) x f(n/N)
= 1.53 mm/ hari
Step 12= Mencari harga neeto gelombang pendek (Rns)
Rns = Rs x (1 -a )
a = 0.25 Koefisien Pemantulan
= 5.45 mm/ hari
Step 13= Mencari harga radiasi netto (Rn)
Rn = Rns - Rn1
= 3.92
Step 14= Mencari harga faktor koreksi ( c )
= 1.04
Perhitungan Evaporasi (Eto)
Eto = c { W. Rn + (1-W). f (u). (ea - ed)
= 2.93
8. Perhitungan Evaporasi Untuk Bulan Agustus
Step 1 = Mencari Harga Tekanan Uap Air Jenuh (ea) (mbar)
20

Data = Temperatur (T) : 26.2


Di dapat (ea) : 33.74 mbar (Terdapat pada tabel 2.1.)
Step 2 = Mencari Tekanan Uap Air Nyata (ed) (mbar)
ed = ea x RH
= 33.7 x 72 %
= 24.3 mbar
Step 3 = Mencari Harga Perbedaan Tekanan Uap Air
= ea - ed
= 9.45 mbar
Step 4 = Mencari harga fungsi Angin f(U)
f(U) = 0.27 x (1 +U/100)
= 0.27 x 1 + U/100
= 0.32 Km/hari
Step 5 = Mencari harga faktor (W) dan (1-W)
O
Data = 26.2 C dan ketinggian rat-rata air laut 0 maka W
didapat
W = 0.24 dan (1-W)
= 0.76
Step 6 = Mencari harga radiasi ektra teressial
Ra = Lokasi berada di 08.25 o Ls
Ra = 16.7 mm/hari
Step 7 = Mencari harga radiasi gelombang Pendek (Rs)
Rs = { 0.25 + 0.5 x (n/N)} x Ra
= 8.02 mm/ hari
Step 8 = Mencari harga f(T) koreksi terhadap akibat Temperatur
O
Data = 26.2 C
Maka f(T) = 15.19
Step 9 = Mencari harga f(ed) koreksi akibat tekanan uap nyata
f(ed) = 0.34 - 0.044 √24.3
= 0.12
21

Step 10= Mencari harga f(n/N)


= (0.1 + 0.9 (n/N)
= 0.94
Step 11= Mencari harga radiasi Netto gel. Panjang (Rn1)
Rn1 = f(T) x f(ed) x f(n/N)
= 1.75 mm/ hari
Step 12= Mencari harga neeto gelombang pendek (Rns)
Rns = Rs x (1 -a )
a = 0.25 Koefisien Pemantulan
= 6.01 mm/ hari
Step 13= Mencari harga radiasi netto (Rn)
Rn = Rns - Rn1
= 4.26
Step 14= Mencari harga faktor koreksi ( c )
= 1.04
Perhitungan Evaporasi (Eto)
Eto = c { W. Rn + (1-W). f (u). (ea - ed)
= 3.48
9. Perhitungan Evaporasi Untuk Bulan September
Step 1 = Mencari Harga Tekanan Uap Air Jenuh (ea) (mbar)
Data = Temperatur (T) : 27.9
Di dapat (ea) : 35.65 mbar (Terdapat pada tabel 2.1.)
Step 2 = Mencari Tekanan Uap Air Nyata (ed) (mbar)
ed = ea x RH
= 35.7 x 77 %
= 27.5 mbar
Step 3 = Mencari Harga Perbedaan Tekanan Uap Air
= ea - ed
= 8.20 mbar
Step 4 = Mencari harga fungsi Angin f(U)
22

f(U) = 0.27 x (1 +U/100)


= 0.27 x 1 + U/100
= 0.34 Km/hari
Step 5 = Mencari harga faktor (W) dan (1-W)
O
Data = 27.9 C dan ketinggian rat-rata air laut 0 maka W
didapat
W = 0.24 dan (1-W)
= 0.76
Step 6 = Mencari harga radiasi ektra teressial
Ra = Lokasi berada di 08.25 o Ls
Ra = 16.7 mm/hari
Step 7 = Mencari harga radiasi gelombang Pendek (Rs)
Rs = { 0.25 + 0.5 x (n/N)} x Ra
= 7.26 mm/ hari
Step 8 = Mencari harga f(T) koreksi terhadap akibat Temperatur
O
Data = 27.9 C
Maka f(T) = 16.80
Step 9 = Mencari harga f(ed) koreksi akibat tekanan uap nyata
f(ed) = 0.34 - 0.044 √27.5
= 0.11
Step 10= Mencari harga f(n/N)
= (0.1 + 0.9 (n/N)
= 0.86
Step 11= Mencari harga radiasi Netto gel. Panjang (Rn1)
Rn1 = f(T) x f(ed) x f(n/N)
= 1.57 mm/ hari
Step 12= Mencari harga neeto gelombang pendek (Rns)
Rns = Rs x (1 -a )
a = 0.25 Koefisien Pemantulan
= 5.45 mm/ hari
23

Step 13= Mencari harga radiasi netto (Rn)


Rn = Rns - Rn1
= 3.88
Step 14= Mencari harga faktor koreksi ( c )
= 1.04
Perhitungan Evaporasi (Eto)
Eto = c { W. Rn + (1-W). f (u). (ea - ed)
= 3.15
10. Perhitungan Evaporasi Untuk Bulan Oktober
Step 1 = Mencari Harga Tekanan Uap Air Jenuh (ea) (mbar)
Data = Temperatur (T) : 28.3
Di dapat (ea) : 37.76 mbar (Terdapat pada tabel 2.1.)
Step 2 = Mencari Tekanan Uap Air Nyata (ed) (mbar)
ed = ea x RH
= 37.76 x 80 %
= 30.2 mbar
Step 3 = Mencari Harga Perbedaan Tekanan Uap Air
= ea - ed
= 7.55 mbar
Step 4 = Mencari harga fungsi Angin f(U)
f(U) = 0.27 x (1 +U/100)
= 0.27 x 1 + U/100
= 0.33 Km/hari
Step 5 = Mencari harga faktor (W) dan (1-W)
O
Data = 28.3 C dan ketinggian rat-rata air laut 0 maka W
didapat
W = 0.24 dan (1-W)
= 0.76
Step 6 = Mencari harga radiasi ektra teressial
Ra = Lokasi berada di 08.25 o Ls
24

Ra = 16.7 mm/hari
Step 7 = Mencari harga radiasi gelombang Pendek (Rs)
Rs = { 0.25 + 0.5 x (n/N)} x Ra
= 6.68 mm/ hari
Step 8 = Mencari harga f(T) koreksi terhadap akibat Temperatur
O
Data = 28.3 C
Maka f(T) = 17.20
Step 9 = Mencari harga f(ed) koreksi akibat tekanan uap nyata
f(ed) = 0.34 - 0.044 √30.2
= 0.10
Step 10= Mencari harga f(n/N)
= (0.1 + 0.9 (n/N)
= 0.79
Step 11= Mencari harga radiasi Netto gel. Panjang (Rn1)
Rn1 = f(T) x f(ed) x f(n/N)
= 1.34 mm/ hari
Step 12= Mencari harga neeto gelombang pendek (Rns)
Rns = Rs x (1 -a )
a = 0.25 Koefisien Pemantulan
= 5.01 mm/ hari
Step 13= Mencari harga radiasi netto (Rn)
Rn = Rns - Rn1
= 3.67
Step 14= Mencari harga faktor koreksi ( c )
= 1.04

Perhitungan Evaporasi (Eto)


Eto = c { W. Rn + (1-W). f (u). (ea - ed)
= 2.91
11. Perhitungan Evaporasi Untuk Bulan November
25

Step 1 = Mencari Harga Tekanan Uap Air Jenuh (ea) (mbar)


Data = Temperatur (T) : 28.7
Di dapat (ea) : 37.76 mbar (Terdapat pada tabel 2.1.)
Step 2 = Mencari Tekanan Uap Air Nyata (ed) (mbar)
ed = ea x RH
= 37.76 x 81 %
= 30.6 mbar
Step 3 = Mencari Harga Perbedaan Tekanan Uap Air
= ea - ed
= 7.17 mbar
Step 4 = Mencari harga fungsi Angin f(U)
f(U) = 0.27 x (1 +U/100)
= 0.27 x 1 + U/100
= 0.33 Km/hari
Step 5 = Mencari harga faktor (W) dan (1-W)
O
Data = 28.7 C dan ketinggian rat-rata air laut 0 maka W
didapat
W = 0.24 dan (1-W)
= 0.76
Step 6 = Mencari harga radiasi ektra teressial
Ra = Lokasi berada di 08.25 o Ls
Ra = 16.7 mm/hari
Step 7 = Mencari harga radiasi gelombang Pendek (Rs)
Rs = { 0.25 + 0.5 x (n/N)} x Ra
= 6.93 mm/ hari
Step 8 = Mencari harga f(T) koreksi terhadap akibat Temperatur
O
Data = 28.7 C
Maka f(T) = 17.20
Step 9 = Mencari harga f(ed) koreksi akibat tekanan uap nyata
f(ed) = 0.34 - 0.044 √30.6
26

= 0.10
Step 10= Mencari harga f(n/N)
= (0.1 + 0.9 (n/N)
= 0.82
Step 11= Mencari harga radiasi Netto gel. Panjang (Rn1)
Rn1 = f(T) x f(ed) x f(n/N)
= 1.36 mm/ hari
Step 12= Mencari harga neeto gelombang pendek (Rns)
Rns = Rs x (1 -a )
a = 0.25 Koefisien Pemantulan
= 5.20 mm/ hari
Step 13= Mencari harga radiasi netto (Rn)
Rn = Rns - Rn1
= 3.83
Step 14= Mencari harga faktor koreksi ( c )
= 1.04
Perhitungan Evaporasi (Eto)
Eto = c { W. Rn + (1-W). f (u). (ea - ed)
= 2.81
12. Perhitungan Evaporasi Untuk Bulan Desember
Step 1 = Mencari Harga Tekanan Uap Air Jenuh (ea) (mbar)
Data = Temperatur (T) : 27.4
Di dapat (ea) : 35.65 mbar (Terdapat pada tabel 2.1.)
Step 2 = Mencari Tekanan Uap Air Nyata (ed) (mbar)
ed = ea x RH
= 35.65 x 87 %
= 31.02 mbar
Step 3 = Mencari Harga Perbedaan Tekanan Uap Air
= ea - ed
= 4.63 mbar
27

Step 4 = Mencari harga fungsi Angin f(U)


f(U) = 0.27 x (1 +U/100)
= 0.27 x 1 + U/100
= 0.32 Km/hari
Step 5 = Mencari harga faktor (W) dan (1-W)
O
Data = 27.4 C dan ketinggian rat-rata air laut 0 maka W
didapat
W = 0.24 dan (1-W)
= 0.76
Step 6 = Mencari harga radiasi ektra teressial
Ra = Lokasi berada di 08.25 o Ls
Ra = 16.7 mm/hari
Step 7 = Mencari harga radiasi gelombang Pendek (Rs)
Rs = { 0.25 + 0.5 x (n/N)} x Ra
= 3.51 mm/ hari
Step 8 = Mencari harga f(T) koreksi terhadap akibat Temperatur
O
Data = 27.4 C
Maka f(T) = 16.80
Step 9 = Mencari harga f(ed) koreksi akibat tekanan uap nyata
f(ed) = 0.34 - 0.044 √31.02
= 0.09
Step 10= Mencari harga f(n/N)
= (0.1 + 0.9 (n/N)
= 0.45
Step 11= Mencari harga radiasi Netto gel. Panjang (Rn1)
Rn1 = f(T) x f(ed) x f(n/N)
= 0.72 mm/ hari
Step 12= Mencari harga neeto gelombang pendek (Rns)
Rns = Rs x (1 -a )
a = 0.25 Koefisien Pemantulan
28

= 2.63 mm/ hari


Step 13= Mencari harga radiasi netto (Rn)
Rn = Rns - Rn1
= 1.91
Step 14= Mencari harga faktor koreksi ( c )
= 1.04
Perhitungan Evaporasi (Eto)
Eto = c { W. Rn + (1-W). f (u). (ea - ed)
= 1.65
29
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Tabel 3 Hasil Perhitungan Evaporasi Potensial Per Hari


Bulan
Perhitungn Satuan
Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agt Sep Okt Nov Des
Tek. Uap Air Jenuh mmbar 33.74 35.65 35.65 35.65 35.65 33.74 33.74 33.74 35.65 37.76 37.76 35.65
Tek. Uap Air Nyata mmbar 29.35 30.30 28.87 29.94 30.30 25.64 26.31 24.29 27.45 30.20 30.58 31.02
Per. Tekanan Uap (ea - ed) mmbar 4.39 5.35 6.77 5.70 5.35 8.10 7.42 9.45 8.20 7.55 7.17 31.02
Fungsi Angin Km/Hari 0.32 0.33 0.32 0.31 0.24 0.31 0.33 0.32 0.34 0.33 0.33 0.32
Faktor pembobot (1 - W) 0.76 0.76 0.76 0.76 0.76 0.76 0.76 0.76 0.76 0.76 0.76 0.00
Rad. Ekstra Terresial (Ra) mm/ hari 16.7 16.7 16.7 16.7 16.7 16.7 16.7 16.7 16.7 16.7 16.70 16.70
Rad. Gel. Pendek (Rs) mm/ hari 6.16 7.01 7.71 6.68 5.18 7.68 7.26 8.02 7.26 6.68 6.93 3.51
Radiasi Netto Gel. Pendek mm/ hari 4.62 5.26 5.78 5.01 3.88 5.76 5.45 6.01 5.45 5.01 5.20 2.63
(Rns)
Fungsi Tekanan Uap Nyata 0.10 0.09 0.08 0.10 0.08 0.12 0.12 0.12 0.11 0.10 0.10 0.09
f(ed)
Fungsi Penyinaran f(n/N) 0.65 0.82 0.87 0.79 0.63 0.90 0.86 0.94 0.86 0.79 0.82 0.45
Fungsi Suhu f(t) 15.19 16.80 16.80 16.80 16.80 15.19 15.19 15.19 16.80 17.20 17.20 16.80
Radiasi Netto gelombang
mm/ hari 0.99 1.24 1.17 1.33 0.85 1.61 1.53 1.75 1.57 1.34 1.36 0.72
Panjang (Rn1)
Radiasi Netto (Rn) mm/ hari 3.63 4.02 4.61 3.68 3.03 4.15 3.92 4.26 3.88 3.67 3.83 1.91
Faktor pembobot Rn (W) 0.24 0.24 0.24 0.24 0.24 0.24 0.24 0.24 0.24 0.24 0.24 0.24
Faktor Koreksi 1.04 1.04 1.04 1.04 1.04 1.04 1.04 1.04 1.04 1.04 1.04 1.04
Evaporasi Potensial (Eto) mm/ hari 2.03 2.40 2.85 2.34 2.05 3.03 2.93 3.48 3.15 2.91 2.81 1.65
Sumber :Hasil Perhitungan
30
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Tabel 4 Perhitungan Evaporasi Per Bulan


Perhitungan Satuan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des
Evaporasi
mm/ hari 2.03 2.40 2.85 2.34 2.05 3.03 2.93 3.48 3.15 2.91 2.81 1.65
Potensial
Hasil mm/ Bulan 49.6
62.98 67.18 85.56 70.16 61.64 91.04 87.84 104.4 94.37 87.32 84.24
0
Sumber :Hasil Perhitungan
Dari tabel 4 didapat nilai Evaporasi potensial pada bulan januari didapat 2,03 mm/hari, pada bulan februari didapat
2,40 mm/hari, pada bulan maret didapat 2,85 mm/hari, pada bulan April didapat 2,34 mm/hari, pada bulan Mei didapat 2,05
mm/hari, pada bulan Juni didapat 3,03 mm/hari, pada bulan Juli didapat 2,93 mm/hari, pada bulan Agustus didapat 3,48
mm/hari, pada bulan September didapat 3,15 mm/hari, pada bulan Oktober didapat 2,91 mm/hari, pada bulan Nopember
didapat 2,81 mm/hari dan bulan Desember di dapat 1, 65 mm/hari.

Grafik Simulasi Eto (mm/ hari)

No Perhitungan Satuan
1 Tek. Uap Air Jenuh mmbar
31
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Grafik Simulasi Eto (mm/ bulan)

No Perhitungan Satuan
1 Tek. Uap Air Jenuh mmbar
32
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

KESIMPULAN
1. Dengan perkiraan kapasitas AC yang pengaturan udaranya sangat baik dapat diperoleh AC yang dibutuhkan sebesar 20000 BTU/
hr atau AC yang berkapasitas 2,5 PK.
2. Dengan perkiraan kapasitas AC yang pengaturan udaranya sedang dapat diperoleh AC yang dibutuhkan sebesar 27000 BTU/hr
atau AC yang berkapasitas 3 PK.
3. Dengan perkiraan kapasitas AC yang pengaturan udaranya buruk dapat diperoleh AC yang dibutuhkan sebesar 34000 BTU/hr
atau AC yang berkapasitas 4 PK.
Dari pembahasan yang telah dipaparkan, maka dapat ditarik kesimpulan yakni, ruangan tersebut tergolong pengaturan udara
buruk, sebab suhu panas ruangan yang disebabkan oleh pancaran sinar matahari langsung masuk keruangan serta pintu, jendela,
dan kaca-kaca yang tidak tertutup rapat. Maka dapat dipilih AC dengan kapasitas sebesar 34000 BTU/hr. atau AC sebesar 4 PK.

SARAN
1. Pada dasarnya ruangan yang pengaturan udaranya sangat baik lebih sedikit pemakaian listrik daripada ruangan yang
pengaturan udaranya buruk. Dilihat dari ruangan yang dianalisa, ruangan tersebut apabila tergolong pengaturan udara sangat
baik maka ruang tersebut memerlukan AC berkapasitas 20000 BTU/hr atau AC berkapasitas 2,5 PK, tetapi ruangan tersebut
33
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

tergolong ruangan yang pengaturan udaranya buruk, maka dapat diketahui AC yang dibutuhkan sebesar 34000 BTU/hr atau AC
yang berkapasitas 4 PK.
2. Lebih besar kapasitas AC yang dibutuhkan maka pemakaiyan listriknya lebih besar pula.
3. Untuk lebih menambah wawasan dan pengetahuan diharapkan peneliti selanjutnya dapat menyempurnakan hasil penelitian ini
guna untuk menambah bahan pembelajaran teknik mesin khususnya dibidang pendingin.

DAFTAR PUSTAKA
Andrew D. Althouse, 1982, “Modern Refrigeration andAir Conditioning”, lllinois-south Holand: The Goodhart-Wilcox Company, lnc.
Edward.G. Pita., Air Conditioning Principle And System, Edisi ke Dua, Jakarta: PT. Ictiar Baru.
Gorre. J.,1927, Mineapolis, Minnesota, New York: Willis Haviland Carrier.
Handoko. K, 1981,” Teknik Lemari Es”, Edisi ke Dua, Jakarta: PT. Ictiar Baru.
Harris. N.C., 1985, “Modern Air Conditioning Practice”, Third Edition, Mc Graw HiII International Book Co.
Soedradjat. S.A., Analisa Anggaran Biaya Pelaksana’’, http:Refrigeration And Air Conditioning.com.
Stroecker.W.F, Refrigeration And air Conditioning’’, http:Refrigeration And Air Conditioning.com .
34
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Analisa Potensi Air Hujan Sebagai Alternatif Sumber Air Pertamanan Menggunakan Cistern Pada Kampus
Universitas Samawa Sumbawa Besar
Oleh : Burhanuddin

ABSTRAK

Semakin besarnya kebutuhan air pada saat ini yang dipengaruhi oleh peningkatan jumlah penduduk dan perubahan funsi
lahan berdampak kepada berkurangnya penyerapan air tanah sehingga beralih menjadi air limpasan. Metode panen air hujan
dengan menggunakan cistern merupakan salah satu upaya konservsi sumber air untuk memanfaatkan air limpasan yang begitu
besar. Sehingga pemakaian sumber air dari PDAM dapat berkurang khusunya air untuk menyiram tanaman.
Penelitian yang dilakukan dengan memanfaatkan potensi air hujan yang direncanakan ditampung menggunakan cistern
melalui atap-atap gedung Universitas Samawa Sumbawa Besar dapat menjadi alternatif sumber air untuk penyiraman tanaman.
35
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa potensi air hujan yang dapat dipanen dari atap gedung Universitas Samawa
Sumbawa Besar adalah sebesar 124,929.03 m3/tahun, kapasitas cistern untuk menampung air hujan 9,552.00 liter yang desainnya
bervariasi karena penempatannya dibagi menjadi 6 (enam) area, disamping itu penghematan yang terjadi adalah sebesar Rp.
15,073,312.50 pertahun.

Kata kunci : Potensi Air Hujan, Panen Air Hujan, Ketersediaan air, Kebutuhan Air, Cistern, Alternatif Sumber Air Pertamanan.

PENDAHULUAN
Masalah sumber daya air saat ini sudah menjadi suatu yang sangat penting di Indonesia, khususnya pulau Sumbawa. Seiring
pesatnya pembangunan gedung-gedung bertingkat dan perumahan, kebutuhan air bersih akan selalu meningkat sementara air
bersih tersebut semakin langka dan harus dibayar mahal. Sedangkan krisis sumber daya air disebabkan oleh kebutuhan air yang
semakin besar akibat dari peningkatan jumlah penduduk dan perubahan fungsi lahan akan berdampak pada perubahan siklus
hidrologi.
Pada akhirnya hal ini akan menimbulkan krisis air bagi manusia yang akan berdampak buruk bagi kehidupan manusia yang
sangat bergantung akan keberadaan air. Oleh karena itu perlu segera dilakukan konservasi sumber daya air untuk menjaga
kelestarian sumber daya air. Peningkatan dan pengembangan sumber daya air secara berkelanjutan diantaranya melalui
optimalisasi pemanfaatan sumber daya air, baik dari sisi penggunaannya maupun penyediaannya sangat diperlukan.
Pada gedung kampus lama pemanfaatan sumber daya air masih berasal dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM),
sedangkan pada gedung kampus baru Universitas Samawa Sumbawa Besar, air yang digunakan untuk keperluan sehari-sehari yang
berasal dari sumur bor. Dengan semakin meningkatnya aktivitas keperluan air pada akhirnya akan bertambah dan sumber air yang
36
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

berasal dari sumur bor tidak akan mampu mencukupi kebutuhan akan air, sehingga kebijkan yang akan diambil nantinya yaitu
pemanfaatan sumber daya air melalui PDAM.
Panen Air Hujan (Rainwater Harvesting). Panen air hujan adalah metode kuno yang dipopulerkan kembali dengan
menampung air hujan untuk kemudian dapat dimanfaatkan kembali. Pertimbangan untuk menggunakan air hujan adalah karena air
hujan memiliki pH yang mendekati netral dan relatif bebas dari bahan pencemar.
Metode Cistern. Metode cistern merupakan metode penampungan air hujan yang sederhana. Pada dasarnya metode
cistern memiliki konsep dasar yang sama dengan metode panen air hujan pada umumnya, yaitu menampung langsung air hujan
yang jatuh di atap dengan melalui komponen-komponen sistem panen air hujan seperti talang (gutter), pipa downpout, saluran
pengelontor air hujan pertama (first flush diverters), dan unit penampungan air.
1. Perhitugan Volume Cistern
Ukuran kapasitas cistern harus dapat memenuhi permintaan kebutuhan air sepanjang tahun atau minimal sepanjang
musim hujan. Untuk itu sebelum melaksankan pembuatan cistern perlu dilakukan perhitungan volume air hujan yang dapat
tertampung oleh atap dengan memperhitungkan terjadinya kebocoran dan limpasan dengan asumsi efesiensi air yang
tertampung sebesar 75 – 90 % dari volume keseluruhan air yang dapat tertampung.
Penentuan ukuran penampung/cistern dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu ;
1. Metode 1. Pendekatan dari segi kebutuhan air.
Metode ini merupakan metode perhitungan paling sederhana dimana hanya menghitung volume air yang dibutuhkan yang
langsung dianggap sebagai volume cistern yang harus disediakan. Adapun persamaan yang berlaku adalah ;
37
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

V demand = V cistern..............................................................……(1)
Metode ini mengambil asumsi bahwa curah hujan dan daerah tangkapan memadai secara konsisten seperti kondisi di atas.
Untuk itu dilakukan pengembangan permodelan perhitungan yaitu metode pendekatan dari segi ketersediaan air.
2. Metode 2. Pendekatan dari segi ketersediaan air.
Metode ini hanya memperhitungkan jumlah air yang bisa ditangkap oleh suatu daerah tangkapan dengan mengetahui
jumlah kebutuhan air sebagai pedoman bahwa volume ketersediaan air harus lebih besar dari pada kebutuhan air yang
dianggap sama setiap hari sepanjang tahun.
V Suply = V cistern...................................................................……(2)
3. Metode 3. Perhitungan neraca air.
Pada metode ini perhitungan volume cistern ditentukan dengan mempertimbangkan keseimbangan antara ketersediaan air
dan kebutuhan yang terjadi. Ketersediaan air berasal dari atap sedangkan kebutuhan air merupakan volume air yang
dibutuhkan.
4. Kebutuhan air dapat diperhitungkan dengan cara mencari data penggunaan air yang ada atau dengan melakukan proyeksi
berdasarkan asumsi volume volume penggunaan air yang ada. Untuk menentukan volume air yang tertampung atap
terdapat dua metode yatiu metode rata-rata dan metode nilai tengah. Secara umum volume air yang tertampung di atap
didapatkan dari persamaan :
V = R . A . k...............................................................................……(3)
Dimana ;
38
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

V = Volume air tetampung (m3)


R = Curah hujan (m)
A = Luas daerah tangkapan (m2)
K = Koefisien limpasan atap

2. Perhitungan Efisiensi Cistern


Efisiensi yang dihasilkan oleh cistern diperhitungkan berdasarkan biaya pengeluaran dari dua kondisi yaitu biaya
pengeluaran yang dibayar sebelum adanya cistern dibandingkan dengan biaya pengadaan cistern dan biaya yang dikeluarkan
pada saat cistern telah dapat dioperasikan.
Biaya pengeluran pada saat belum terdapat cistern adalah biaya penggunaan air oleh gedung Kampus Universitas
Samawa Sumbawa Besar, berupa air PDAM.

METODE PENELITIAN
Dalam pelaksanaan penelitian ini, secara garis besar tahapan yang akan dilakukan digambarkan pada diagram di bawah ini.
39
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Mulai

Rumusan Masalah

Studi Literatur Metode Cistern

Pengumpulan Data

Perhitungan Hidrologi, Curah Hujan, Dan Luas Atap


Kebutuhan Air

Neraca Air

Ketersediaan Air Kebutuhan Air

Perhitungan Volume Penampung

Perhitungan Biaya Pengadaan Cistern

Analisa

Kesimpulan Dan Rekomendasi

Selesaii
40
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Gambar 1. Diagram Alir Metodelogi Penelitian

HASIL PENELITIAN
Kompleks Gedung Baru Universitas Samawa beralamatkan di Jalan Raya Semongkat. Dimana pada lokasi tersebut berada
pada sebelah selatan Kota Sumbawa tepatnya di Bukit Bileng Monte Desa Jorok Kecamatan Unter Iwis. Dalam penelitian ini yang
menjadi pembahasan yaitu Kompleks Universitas Samawa terdiri dari 11 gedung yaitu sebagai berikut :
1. Gedung Rektorat
2. Auditorium (Gedung Ruang Serba Guna)
3. Gedung Perpustakaan
4. Mesjid
5. Gedung Fakultas
a. Fakultas FISIP d. Fakultas Teknik
b. Fakultas Pertanian e. Fakultas Hukum
c. Fakultas FKIP f. Fakultas Ekonomi
6. Green House
41
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Data Curah Hujan di Kompleks Gedung Universitas Samawa Sumbawa Besar. Data curah hujan yang tersedia di kompleks
gedung Universitas Samawa Sumbawa Besar merupakan data curah hujan bulanan yang di ambil dari data Badan Meteorologi,
Klimatologi dan Geofisika Kabupaten Sumbawa yang terdiri dari data curah hujan sejak tahun 2005 hingga 2014.
Tabel 1. Data Curah Hujan Stasiun Pencatatan Brang Biji Sumbawa Besar.

Bulan (mm)
No Tahun
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sept Okt Nov Des
1 2005 91 270 226 221 - 45 - 12 4 85 110 199
2 2006 167 634 209 190 56 0 - - - - 12 336
3 2007 43 181 443 103 9 14 - 0 - 1 152 232
4 2008 289 295 113 111 5 8 1 - 1 86 108 183
5 2009 150 301 104 115 36 - 17 - 17 2 187 59
6 2010 492 168 100 62 132 1 91 4 157 94 233 388
7 2011 249 317 172 250 232 - - - 0 15 228 176
8 2012 345 158 466 31 69 0 - - - 11 47 178
9 2013 446 335 190 100 99 139 3 - - 5 66 237
10 2014 255 89 97 109 13 1 19 - - -
Sumber, BMKG Sumbawa
Ket.
- = Tidak ada hujan
- = Hujan tapi tidak terukur dengan alat penakar hujan
42
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Perhitungan hujan andalan dilakukan melalui pengolahan data curah hujan bulanan yang ada dengan mengurutkan
peringkat data curah hujan berdasarkan besar curah hujan rata-rata bulanan. Kemudian diperhitungkan peluang masin-masing
dengan rumus :

P (%) = (m/(n+1)) x 100%..............................................................(4)


Tabel 2. Peluang Hujan

No Tahun Tahunan Rangking (m) Peluang (%)


1 2006 1604 7 43.61
2 2010 1922 10 52.00
3 2011 1639 9 54.88
4 2012 1305 6 45.94
5 2013 1620 8 49.35

Setelah menentukan peluang, maka diambil lima buah data dengan tingkat peluang yang terdekat dengan 80 %. Sehingga
data yang dianggap dapat mewakili adalah data hujan tahun 2006, 2010, 2011, 2012, 2013 dan akhirnya dari kelima data tersebut
diambil data hujan rata-rata dan hujan andalan.
Tabel 3. Curah Hujan Rata-rata dan Curah Hujan Andalan.

CH
No Bulan 2006 2010 2011 2012 2013 CH Rata-rata
Andalan
1 Jan 167 492 249 345 446 339.8 492
2 Feb 634 168 317 158 335 322.4 634
3 Mar 209 100 172 466 190 227.4 466
4 Apr 190 62 250 31 100 126.6 250
43
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

5 Mei 56 132 232 69 99 117.6 232


6 Jun 0 1 - 0 139 35 139
7 Jul - 91 - - 3 47 91
8 Agus - 4 - - - 4 4
9 Sept - 157 0 - - 78.5 157
10 Okt - 94 15 11 5 31.25 94
11 Nov 12 233 228 47 66 117.2 233
12 Des 336 388 176 178 237 263 388
Dari pengolahan data tersebut diperoleh hujan andalan yang akan digunakan sebagai data hujan bulanan yang baru. Secara
grafik maka dapat dilihat sebagai berikut :

Curah Hujan Andalan


700

600

500 2006
2010
400 2011
Curah Hujan (mm)

2012
300
2013
200 CH Rata-rata
CH Andalan
100

Juli
Mei

Juni
April
Maret
Januari

Agustus
Februari

Oktober

Desember
September

Nopember
44
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Gambar 2. Curah Hujan Andalan

Daerah tangkapan Hujan. Luasan daerah tangkapan yang berupa atap gedung Universitas Samawa dapat dilihat pada tabel
4 di bawah ini :
Tabel 4. Luas Atap dan Jenis Atap Gedung Universitas Samawa Sumbawa Besar

No. Nama Gedung Luas Atap Jenis Atap


1. Gedung Rektorat 2788.43 Spandek
2. Auditorium 6706.08 Spandek
3. Mesjid 5152 Plat Beton
4. Gedung Perpustakaan 3042 Spandek + Plat Beton
Gedung Fakultas
 Fakultas Ekonomi
 Fakultas FISIP
5408 x 6 = 32448
5.  Fakultas Pertanian Spandek + Plat beton
 Fakultas FKIP
 Fakultas Teknik
 Fakultas Hukum
6. Green House 1214,24 Atap Metal
Volume Ketersediaan Air. Volume ketersediaan air adalah volume air hujan yang tertangkap oleh atap gedung-gedung pada
kompleks Universitas Samawa. Untuk menghitung besarnya volume ini dapat digunakan rumus :
V = R x A x k…………………………………………………………..………………………………(5)
Dimana : V = Volume air yang tertampung (m3)
R = Curah hujan (m)
45
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

A = Luas daerah tangkapan (m2)


K = Koefisien limpasan air.
Dengan demikian nilai koefisien yang digunakan setelah dilakukan penyesuaian koefisien dari refernsi adalah untuk atap
genting,multiroof, spandek 0.75 dan atap dak beton, keramik, kaca, 0.9.
Dengan menggunakan persamaan (5) maka didapatkan volume air hujan yang terkumpul di atap gedung Kampus Universitas
Samawa Sumbawa Besar sepanjang tahun berdasarkan data curah hujan bulanan yang dapat dilihat pada tabel 5 berikut ini :
Tabel 5. Volume Air Hujan Yang Terkumpul (m3)

No Nama Gedung R A K V (m3) Ket


Gedung Rektorat 3.18 2,788.43 0.75 6,650.41
Area 1 Auditorium 3.18 6,706.08 0.75 15,994.00
Gedung Perpustakaan 3.18 3,042.00 0.75 7,255.17
Total 29,899.57 M3
Fakultas FKIP 3.18 5,408.00 0.75 12,898.08
Area 2
Fakultas FISIP 3.18 5,408.00 0.75 12,898.08
Total 25,796.16 M3
Green Hoes 3.18 1,214.24 0.75 2,895.95
Area 3
Fakultas Pertanian 3.18 5,408.00 0.75 12,898.08
Total 39,729.33 M3
Fakultas Hukum 3.18 5,408.00 0.75 12,898.08
Area 4
Fakultas Teknik 3.18 5,408.00 0.75 12,898.08
Total 25,796.16 M3
Masjid 3.18 5,152.00 0.75 14,745.02
Area 5
46
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Total 14,745.02 M3
Fakultas Ekonomi 3.18 5,408.00 0.75 12,898.08
Area 6
Total 12,898.08 M3
Dari perhitungan maka hasil air yang didapatkan/terpanen sebesar 124,929.03 m3/tahun akan dibandingkan dengan
kebutuhan air yang terjadi di gedung-gedung pada Kampus Universitas Samawa Sumbawa Besar. Jadi untuk itu perlu diketahui
terlebih dahulu jumlah kebutuhan air di gedung Kampus Universitas Samawa Sumbawa Besar.

Jenis Kebutuhan Pemakaian Air


Tabel 6. Luas Area Taman Pada Kompleks Kampus Universitas Samawa
Sumbawa Besar

No Nama Gedung Luas Ket

Gedung Rektorat 2,750.00


Area 1 Auditorium 2,750.00
Gedung Perpustakaan 2,750.00
Total 8,250.00 M2
Fakultas FKIP 2,500.00
Area 2
Fakultas FISIP 2,500.00
Total 5,000.00 M2
47
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Green Hoes 625.00


Area 3
Fakultas Pertanian 2,500.00
Total 3,125.00 M2
Fakultas Hukum 2,500.00
Area 4
Fakultas Teknik 2,500.00
Total 5,000.00 M2
Area 5 Masjid 2,500.00
Total 2,500.00 M2
Area 6 Fakultas Ekonomi 2,500.00
Total 2,500.00 M2
Total Luas Taman 26,375.0 M2
0
Total Luas Pemakaian Air Untuk Taman (Total Luas Taman x 7,912.50 M3
0,3 Ltr/m2)
Dari data di lapangan, air yang digunakan untuk aktivitas pembangunan dan penyiraman adalah air sumur bor dan pada
akhirnya akan menggunakan air PDAM untuk mencukupi kebutuhan akan sumber air seiring besarnya aktivitas pada tahun
mendatang, yang diperkirakan setiap harinya dibutuhkan air untuk menyiram tanaman sebesar 0.3 s/d 0.4 liter/m 2/hari
(Mekanisme. Litbang. Deptan.go.id). Penyiraman tanaman selain dibagi menjadi enam tahap area penyiraman, penyiraman juga
48
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

direncanakan dilakukan sebanyak dua kali pada jam 5 pagi dan 3. Dengan demikian total kebutuhan air untuk suluruh area taman
seluas 26,375.00 m2 adalah 21.98 m3/hari.
Volume Cistern. Volume cistern ditentukan dengan cara keseimbangan antara ketersediaan air dan kebutuhan air (neraca
air) pada gedung Universitas Samawa Sumbawa Besar. Cistern akan dibuat berdasarkan volume kebutuhan air bulanan untuk
memenuhi kebutuhan air di area taman.
1. Biaya Awal Investasi
Biaya pengadaan instalasi panen air hujan ini terdiri dari biaya pengadaan cistern dan sistem instalasinya. Lokasi
penempatan cistern direncanakan pada enam lokasi dengan pertimbangan lokasi gedung yang sangat jauh dan diambil gedung-
gedung yang yang terdekat sehingga penempatan lokasi masing-masing cistern menggunakan sistem komunal.
Tabel 7. Desain Rencana Cistern dan Biaya Pembuatan Cistern
No Produk Dimensi Vol (m3) Harga Sat Jml Harga
Water Tank Beton
1. 10 5.86 1.5 85.2 1,500,000 127,800,000
852 Ltr
Water Tank Beton
2. 10 9.2 1.5 138 1,500,000 207,000,000
1,380 Ltr
Water Tank Beton
3. 10 9,2 1.5 138 1,500,000 207,000,000
1,380 Ltr
Water Tank Beton
4. 10 9.2 1.5 138 1,500,000 207,000,000
1,380 Ltr
Water Tank Beton
5. 10 15.2 1.5 228 1,500,000 342,500,000
2,280 Ltr
6. Water Tank Beton 10 15.2 1.5 228 1,500,000 342,500,000
49
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

2,280 Ltr
Total Harga 1,432,800,000.00
Tabel 8. Biaya Total Pemasangan Talang

Total harga
Panjang Biaya Pasang
No Nama Gedung Pasang Talang Ket
(m’) (Rp)
(Rp)
1 Gedung Rektorat 206,28 2,062,768.78
2 Auditorium 232,47 2,324,689.59 5,947,458.37 Area 1
3 Perpustakaan 156,00 1,560,000.00
4 Fakultas FKIP 208,00 2,080,000.00
4,160,000.00 Area 2
5 Fakultas FISIP 208,00 2,080.000.00
6 Green Houes 43,32 433,205.08
2,513,205.08 Area 3
7 Fakultas Pertanian 208,00 2,080.000.00
8 Fakultas Hukum 208,00 2,080.000.00
4,160,000.00 Area 4
9 Fakultas Teknik 208,00 2,080.000.00
10 Masjid 204,00 2,040.000.00 2,040,000.00 Area 5
11 Fakultas Ekonomi 208,00 2,080.000.00 2,080,000.00 Area 6
Total Harga 20,900,663.45

Tabel 9. Biaya Total Pemasangan Pipa

Total harga
Panjang Biaya Pasang
No Nama Gedung Pasang Talang Ket
(m’) (Rp)
(Rp)
1 Gedung Rektorat 30 300.000.00 5,947,458.37 Area 1
50
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

2 Auditorium 50 500.000.00
3 Perpustakaan 50 500,000.00
4 Fakultas FKIP 45 450,000.00
4,160,000.00 Area 2
5 Fakultas FISIP 45 450,000.00
6 Green Hoes 45 450,000.00
2,513,205.08 Area 3
7 Fakultas Pertanian 45 450,000.00
8 Fakultas Hukum 45 450,000.00
4,160,000.00 Area 4
9 Fakultas Teknik 45 450,000.00
10 Masjid 25 250,000.00 2,040,000.00 Area 5
11 Fakultas Ekonomi 45 450,000.00 2,080,000.00 Area 6
Total Harga 4,700.000.00

Tabel 10. Rekapitulasi Harga Pengadaan Cistern dan Pemasangan Talang dan Pipa

Biaya Biaya Jml Harga


No Cistern Harga Cistern Pemasangan Pemasangan (masing-masing
Talang Pipa cistern)
1 Area 1 127,800,000.00 5,947,458.37 1,300,000.00 135,047,453.37
2 Area 2 207,000,000.00 4,160,000.00 900,000.00 212,060,000.00
3 Area 3 207,000,000.00 2,513,205.08 900,000.00 210,413,205.08
4 Area 4 207,000,000.00 4,160,000.00 900,000.00 212,060,000.00
5 Area 5 342,000,000.00 2,040,000.00 250,000.00 344,290,000.00
51
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

6 Area 6 342,000,000.00 2,040,000.00 450,000.00 344,530,000.00


1,458,664,586.5
Total Harga pengadaan cistern
0

Jadi, total biaya yang dikeluarkan dalam pengadaan cistern di Universitas Samawa Sumbawa Besar adalah sebesar Rp.
1,458,664,586.50, dibulatkan menjadi Rp. 1,458,665,000,00 (Satu Milyar Empat Ratus Lima Puluh Delapan Juta Enam Ratus Enam
Puluh Lima Ribu Rupiah).

2. Penghematan Biaya
Penghematan yang terjadi adalah jumlah air yang berasal dari cistern yang dapat mengurangi pemakaian air PDAM
dalam memenuhi kebutuhan air pertamanan di Universitas Samawa Sumbawa Besar. Besar volume air tersebut merupakan
jumlah total permintaan ketersediaan air yang ada yaitu sebesar 791,25 m 3/bulan. Dimana harga air PDAM per m3 sebesar Rp.
1.587,50 (Sesuai tagihan rumah tangga November 2014), jadi penghematan yang terjadi dihitung dengan mengalikan jumlah
total ketersediaan air dalam satu bulan dengan harga air PDAM per m 3 sebesar Rp. 1,256,109.38 perbulan atau sebesar Rp.
15,073,312.50 pertahun.

KESIMPULAN
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa potensi air hujan yang ada di Universitas Samawa Sumbawa Besar adalah sebagai
berikut ;
52
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

1. Potensi volume air hujan yang dapat dipanen dari atap gedung Universitas Samawa Sumbawa Besar adalah sebesar
124,929.03 m3/tahun.
2. Kapasitas cistern untuk menampung air hujan adalah sebesar 9,552.00 liter. Desain cistern dibagi menjadi 6 (enam) area
dengan dimensi masing-masing;
 Area 1 menggunakan Water Tank Beton dengan kapasitas 852,00 liter,
 Area 2,3 dan 4 menggunakan Water Tank Beton dengan kapasitas 1,380.00 liter,
 Area 5 dan 6 menggunakan Water Tank Beton dengan kapasitas 2,280.00 liter.
3. Penghematan air yang terjadi jika menggunakan air PDAM dalam memenuhi konsumsi air pertamanan di Kampus Baru
Universitas Samawa Sumbawa Besar adalah jika penggunaan air bulanan sebanyak 791,25 m 3 dengan harga Rp. 1,256,109.38
perbulan atau sebesar Rp. 15,073,312.50 pertahun.

SARAN
Dari penelitian ini penulis menyarankan masih diperlukan beberapa perbaikan untuk masa yang akan datang guna
memperoleh hasil yang lebih baik. Perbaikan itu antara lain ;
1. Dalam perhitungan volume air hujan yang dipanen dalam pemanfaatan sebagai sumber air pertamanan kiranya diperlukan
data curah hujan yang mendekati wilayah studi sehingga data yang disajikan betul-betul akurat. Dan diharapkan dalam
perhitungan debit air hujan sangat diperlukan untuk menghitung lamanya pengisian cistern, dimensi instalasi sebagai penyalur
air hujan.
53
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

2. Efesiensi cistern dapat dibuat sebesar-besarnya tergantung dengan jumlah curah hujan, Dengan kondisi pembangunan yang
sedang berlangsung di Kampus Baru Universitas Samawa Sumbawa Besar memungkinkan untuk dilakukan perencanaan yang
baik dan matang terhadap pemanfaatan sumber daya air.
3. Dalam kondisi yang akan datang dengan semakin tingginya aktivitas di Kampus Baru Universitas Samawa Sumbawa Besar,
tentu memerlukan ruang hijau sebagai tempat taman, kondisi ini tentu akan memerlukan efesiensi dalam pengelolaan air,
yang kemudian diharapkan dalam konservasi air ini tingkat penghematan yang terjadi diharapkan semakin efesien karena
semakin besar volume cistern semakin besar pula nilai efesiensi yang akan diperoleh.

DAFTAR PUSTAKA
Chow, Ven Te, et al.:  Applied  Hydrology, McGraw Hill International Edition Civil Engineering Series, 1988.
Mekanisasi.litbang.deptan.go.id,  Estimasi  kebutuhan  air  tanaman  daerah  tropis.
Harto BR., Sri. (2000).  Hidrologi. Nafiri Offset, Yogyakarta.
Direktorat Cipta Karya Departemen Pekerjaa Umum,  Tata  Cara  Penyusunan Rencana  Induk  Air  Bersih  Perkotaan, Jakarta, 1998.
Direktorat Cipta Karya Departemen Pekerjaa Umum,  Tata  Cara  Survey  dan
Pengkajian  Kebutuhan  Dan  Pelayanan  Air  Minum, Jakarta, 1998.
Henry. J. Glynn and Gary W. Heinke.  Enviromental  Science  and  Engineering, New Jersey : Pretince-Hall, Inc., 1996
54
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

PERENCANAAN SUMUR RESAPAN PADA PERUMAHAN


GRIYA IDOLAH SUMBAWA BESAR
Oleh : Rian Hidayat

ABSTRAK

Pembuatan Sumur Resapan merupakan solusi yang tepat untuk  pencegahan banjir di daerah yang resapan air sedikit
khususnya di Perumahan Griya Idola karena pemulihan lahan kritis memerlukan waktu yang relatif lama untuk daerah tangkapan
air. Akan tetapi partisipasi masyarakat terhadap pembuatan Sumur Resapan dirumah sendiri belum antusias walaupun manfaat
55
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

dari Sumur Resapan efektif untuk pencegahan banjir dan membantu ketersediaan air pada musim kemarau. Sehingga aplikasinya
terhadap pemukiman di Sumbawa Besar, hal ini menjadi menarik bagi penulis untuk melakukan  penelitian mengenai Perencanaan
Sumur Resapan Pada Perumahan Griya Idola dengan kegiatan ini masyarakat dapat merasakan secara langsung manfaat dari
sumur resapan dan menjadikan sumur resapan sebagai  budaya keluarga Indonesia terhadap sistem hidrologi sebagai upaya
pelestarian sumber daya air.
Hasil Penelitian dengan menghitung Besar Dedit Rancangan sebesar 0.278 m 3/dtk.sehingga debit yang terjadi sudah tidak
bisa menahan laju air yang mengalir dan Volume pekerjaan untuk Sumur Resapan dengan diameter 1 m dan kedalaman 1.5 m jadi
jumlah sumur resapan yang di butuhkan adalah =428 buah dengan jarak antar sumur(s) : 6 meter.

Kata kunci : Sumur Resapan, Air.

PENDAHULUAN
Sumur resapan adalah sumur atau lubang yang dibuat untuk menampung air hujan atau aliran air permukaan agar mengalir
ke tanah yang dapat mempertahankan bahkan meningkatkan tinggi muka air tanah dan mengurangi laju air permukaan (surface
runoff) karena air langsung terserap.
Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui debit rencana desain sumur resapan di perumahan griya idola Sumbawa dan
membuat perencanaan desain sumur resapan untuk mengurangi limpasan air hujan di perumahan Griya Idola.

METODOLOGI PENELITIAN
Penentuan lokasi penelitian. Penentuan drainase jalan yang digunakan dalam penelitian ditentukan melalui survey wilayah,
dengan ketentuan sebagai berikut:
56
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

1. Lokasi drainase jalan harus berada di sekitar rumah warga, hal ini agar fungsi dari sumur resapan pada drainase jalan dapat
langsung dirasakan oleh masyarakat.
2. Lokasi drainase harus merupakan titik kumpul aliran, sehingga sumur resapan pada drainase jalan dapat berfungsi secara
maksimal.
3. Lokasi drainase jalan memiliki kondisi struktur yang baik, sehingga mampu meminimalis dana yang digunakan.
4. Lokasi drainase dipilih berdasarkan jalan dari rumah warga, hal ini dikarnakan agar tidak mengganggu kebersihan dari air tanah.
Analisis data. Setelah pengolahan data selesai maka dilakukan analisis perbandingan antara volume air limpasan pada saat
hujan sebelum dan sesudah pembuatan sumur resapan pada drainase jalan, serta analisis pengaruh adanya sumur resapan
terhadap keadaan air tanah yang dilihat pada sumur-sumur dangkal.

PEMBAHASAN

Pengumpulan Data

Peta pos penangkar hujan. Peta lokasi pos penakar hujan Sumbawa digunakan untuk mengetahui letak stasiun curah hujan.
Dalam hal ini data hujan yang digunakan adalah data hujan jam-jaman yang berasal dari stasiun otomatis. Sehingga dalam
penelitian ini stasiun hujan yang digunakan adalah stasiun Brang Biji karena stasiun ini termasuk alat pengukur hujan otomatis dan
terdapat data hujan jam-jaman.
57
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Data hujan. Data yang digunakan adalah data sekunder berupa data hujan dengan lama waktu pengamatan 6 tahun yaitu
dari tahun 2008 sampai dengan tahun 20014. Untuk uji kepangggahan data digunakan data hujan tahunan, sedangkan untuk
analisis IDF digunakan data hujan jam-jaman. Data hujan ini diperoleh dari Balai Hidrologi Dinas Badan Meteorologi dan Geofisika
sumbawa Besar.
Analisis Hidrologi. Penetapan seri data yang akan digunakan dalam analisis ini adalah maxsimum annual series. Dimana
setiap tahunnya diambil satu data maksimumnya, yang berarti jumlah data akan sama dengan jumlah tahun data.
Penentuan Jenis Agihan. Dari data curah hujan rata-rata maksimum jam-jaman, selanjutnya dihitung parameter statistik
untuk memilih sebaran yang cocok dimulai dari jam ke-1 sampai jam ke-24. Analisis parameter statistik curah hujan Gunung Sari
dimulai dari hujan dengan durasi 1 jam seperti terlihat pada tabel dibawah ini.

n
∑ Xi
i =1 38 . 1
Xr = = =6 . 35
n 6

Standar deviasi

S=
√ ∑ ( Xi − Xr )2
i =1
n−1
=
√ 96 . 175
6−1
= 4 . 386

Koefisien variasi
58
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

S 4 .386 S
Cv= = =0 .691 Cv=
Xr 6 . 35 Xr

Koefisien kepencengan

n ∑ ( X −Xr )3 6 ∗ (−27 .180 )


Cs= = =−0 .097
( n−1)( n−2 )S3 (6−1 )(6−2 ) 4 . 3863

Koefisien kurtosis

n
n 2 ∑ ( X −Xr ) 4
i=1
Ck=
( n−1 )( n−2 )( n−3 ) S 4
2
6 ∗ 2589. 486
=
( 6−1 )( 6−2)( 6−3)∗4 . 386 4
= 4 . 199
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai Cv = 0.691, Cs = -0.097 dan Ck = 4.199. maka jenis sebaran dipilih berdasarkan
syarat-syarat seperti tercantum dalam tabel dibawah ini.
Tabel 1. Persyaratan Jenis Agihan Hujan pada jam ke-1
Agihan Syarat Perhitungan
59
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Normal Cs ≈ 0 Cs = - 0.097
Ck = 3 Ck = 4.199
Log Normal Cs/Cv ≈ 3 Cs/Cv = -0.14
Gumbel Cs = 1,14 Cs = -0.097
Ck = 5,4 Ck = 4.199
Log Pearson Tipe III Selain syarat diatas

Agihan yang dipilih adalah Log Pearson tipe II


Sumber: hasil perhitungan

Hasil analisis pemilihan jenis agihan hujan pada tabel di atas menunjukkan bahwa jenis agihan yang dipilih mendekati
persyaratan Log Pearson tipe III. Dengan cara yang sama hasil perhitungan parameter statistik dan analisis pemilihan jenis agihan
untuk hujan dengan durasi 2 jam sampai 24 jam dapat dilihat pada lampiran tabel IV-1 dan tabel IV-2. Dari hasil analisis diatas
menunjukkan bahwa hujan dengan durasi 8 jam mengikuti agihan log normal dan durasi 14 jam mengikuti agihan normal
sedangkan hujan dengan durasi yang lain mengikuti agihan Log Pearson Tipe III.

Distribusi Curah Hujan Rancangan. Kedalaman hujan untuk sebaran normal, log normal dan Log Pearson tipe III dianalisis
dengan kala ulang 2, 5, dan 10 tahun. Berikut ini contoh perhitungan curah hujan rancangan untuk tiap agihan Log Person Type III
Untuk hasilnya disajikan pada tabel dibawah ini:

Nilai rata-rata
60
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

n
1
Log X= ∑ Log X i
n i=1

3. 799
LogX= =0 . 633
6

Standar deviasi
n

S=
√ ∑ ( Log
i=1
X i −Log X ) 2

n−1

1. 333
S=
√ 6−1
=0 , 516

Koefisien kepencengan
n
n ∑ ( Log X i−Log X )3
i =1
Cs=
(n−1 )(n−2 )(S Log x )3

6∗(−0 .675 )
Cs= =−1 , 47
(6−1 )(6−2 )(0. 516 )3

Dari nilai koefisien kepencengan Cs = -1,47 diperoleh besarnya faktor penyimpangan (k) berdasarkan kala ulangnya yaitu :
61
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Kala Ulang 2 tahun


(0. 254−0. 225 )((−1. 47 )−(−1. 4 ))
k 2 = 0. 225+ =0. 235
((−1 .6 )−(−1. 4 ))

(0 . 817−0 . 832)((−1 . 47 )−(−1 . 4 ))


k 5 = 0 . 832+ =0. 827
((−1. 6 )−(−1 . 4 ))
Kala Ulang 10 tahun

(0 .994−1 .041)((−1 .47 )−(−1 . 4 ))


k 10= 1. 041+ =1. 025
((−1. 6 )−(−1 . 4 ))

Sehingga dapat dihitung besarnya hujan rancangan untuk kala ulang 2, 5, dan 10 tahun sebesar:
Log x 2 =LogX +k . S
=0 .633+0 .235 x 0 .516
=0. 754
x 2 =5 .675 mm

Log x5 =0. 633+0. 827 x 0 .516


=1. 060
x 5 =11. 482 mm
62
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Log x10 =0.633+1.025 x 0.516


=1.162
x 10 =14.521 mm

Uji Kecocokan. Pengujian kecocokan sebelum dilakukan pengujian data diurutkan dari yang terbesar sampai yang terkecil
kemudian digambarkan pada kertas probabilias dengan cara Weibull. Langkah selanjutnya memploting data pada kertas
kementakan dengan peluang empiris (Pe) sebagai sumbu X dan curah hujan sebagai sumbu Y. Kemudian mencari peluang teoritis
(Pt) dengan cara menarik garis horisontal untuk nilai peluang empiris (Pe) terhadap garis ekstrapolasi.

Intensitas Hujan. Perhitungan intensitas curah hujan jam-jaman dengan kala ulang 2, 5, dan 10 tahun digunakan rumus
Talbot, Sherman dan Ishiguro. Berikut ini contoh perhitungan intensitas hujan masing-masing rumus.

Luas daerah Layanan. Tata nama dan luas daerah layanan perumahan griya idolah dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini.

Tabel 2. Luas Daerah layanan

Nama Luas Areal yang


No
wilayah dilayani (Ha)
63
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

1 RT 1 0.1256
2 RT2 0.1271
3 RT3 0.1135
4 RT4 0.1141
5 RT5 0.1121
6 RT6 0.1391
7 RT7 0.1973
8 RT8 0.1327
9 RT9 0.1114
10 RT10 0.1207
Sumber : Data Diolah,2014
Harga Koefisien Pengaliran. Ada beberapa tipe daerah pengaliran adalah sebagai berikut:
 Perumahan (R) : 0.7
 Sawah (S) : 0.2
 Jalan Aspal (A) : 0.9
 Lapangan olah raga (LOR) : 0.25
Untuk tipe daerah pengaliran yang beragam, koefisien pengaliran dicari dengan persamaan. Berikut ini contoh perhitungan pada
wilayah RT4.
64
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

 Luas jalan aspal : 0.3024 Ha


 Luas rumah : 0,1141 Ha
 Luas lapangan olah raga : 0.04 Ha
A 1⋅C1 + A 2⋅C 2 +⋯+ A n +C n
=
Koefisien pengaliran (C) ∑A
(0 . 9 x 0 . 3024 )+(0 .7 x 0,. 395 )+(0 . 25 x 1. 764 )
=
0 , 1141
= 0.644
Waktu Konsentrasi. Lamanya waktu konsentrasi (Tc) untuk drainase perkotaan terdiri atas waktu yang diperlukan air untuk
mengalir dari bagian terjauh melalui permukaan tanah ke saluran terdekat (to) dan waktu mengalir didalam saluran ketempat yang
diukur (td). Berikut contoh perhitungan pada RT1
 lintasan aliran diatas permukaan lahan (L) : 3 m
 kemiringan lahan (S) : 0.0035
 jarak terjauh dari tempat yang diukur (Ls) : 714 m
 kecepatan aliran didalam saluran (v) : 0.565 m/dtk
Waktu konsentrasi dihitung menggunakan persamaan 2.29 adalah
tc = to + td
65
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

L0. 77
to = (0 .0078 )
S 0. 385
30 .77
= (0 .0078 )
0 . 00350 . 385
= 0.160 menit
L
t d=
60 v
714
=
60 x 0.565
= 21.052 menit

Jadi, tc = 0.160 + 21.052


= 21.212 menit.

Perhitungan Debit Rancangan. Debit banjir rancangan dihitung dengan menggunakan Metode Rasional. Besarnya debit
dihitung dengan persamaan 2.42. Berikut contoh perhitungan pada RT 1.
 Koefisien Pengaliran (C) : 0.9
 Intensitas Hujan (I) : 95.926 mm/jam
 Luas wilayah (A) : 1.101 m2
66
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Sehingga diperoleh debit (Q) = 0.278 C x I x A


= 0.278 x 0.9 x 95.926 x 1.101
= 26.425 m3/det.

Kehilangan Air Akibat Konstruksi Rumah Tinggal

20 m

10 m

Gambar 1. Denah bangunan rumah tinggal


Dari gambar diatas diketahui Panjang : 10 m dan lebar 20 m.
Luas Bangunan : 10 m x20 m –> A = 200 m2
Jika Tanah seluas 200 m2 dibebani hujan dengan intensitas (I) : 95.926 mm/hr , maka jumlah air hujan yang hilang akibat lahan yang
tertutup bangunan adalah sebesar:
67
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

I =95.926 mm/hr
I = 95.926/(24 x 60)
I = 0.0666 m/jam
Jumlah (Volume) air hujan yang hilang sebesar:
V = 0.0666 x 200
V = 13.32 m3
Jika dalam 1 kawasan huni terdapat 347 rumah, maka Volume air yang berpotensi untuk hilang akibat lahan yang tertutup oleh
bangunan adalah sebesar :
V lost = 13.32 m3 x 347
V lost = 4622.04 m3
Kalau diasumsikan hujan terjadi selama 5 jam, maka volume air yang hilang adalah sebesar :
V lost = 4622.04 liter x 5 jam
V lost = 23110.2 liter
Sekarang coba kita asumsikan jika hujan tersebut terjadi diaerah (yang seharusnya menjadi daerah ) imbuhan air hujan seperti
misalnya perumahan griya idolah Dari data didapatkan luas wilayah perumahan griya idolah sebesar : 1.101 km2 = 1101 m2 . Kita
asumsikan 80% wilayah perumahan griya idolah telah dimanfaatkan untuk bangunan dan fasilitas publik, maka volume air yang
hilang akibat bangunan dan fasilitas publik adalah sebesar :
68
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

V lost = 1101 x 0.0666 m


V lost = 73,3266 x 80%
V lost =58.6613 liter
Jika Hujan terjadi selama 5 jam, maka volume air yang hilang adalah sebesar :
V lost =58.6613 liter/jam x 5 jam
V lost = 293.3064 liter

Kehilangan Air Akibat Konstruksi Jalan

3.00 m

Saluran Drainse Saluran Drainse


kiri kanan

1.50 m 1.50 m

Gambar 2. Potongan melintang Konstruksi Jalan dan Tampak Atas)


69
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Diasumsikan Type jalan adalah : Arteri ; 2 arah


Lebar Jalan = 3,00 m

Panjang Badan Jalan ( Griya idolah) = 2.5 km –> 2500 m


Luas Badan Jalan = 2500 m x 3 m
A = 7500 m2 x 0,0666 = 499.5 m3 = 499500

Direncanakan penggunaan sumur resapan untuk mengimbuhkan air hujan kedalam tanah, diasumsikan dimensi sumur resapan
yang akan dipergunakan adalah : diamater (d) : 1 m dan tinggi (h) : 1.5 m

Volume Sumur Resapan = (1/4 x phi x d^2) x h

Volume Sumur Resapan = (1/4 3,14 x 1^2) x 1.5


Vol’ Sumur = 1.1775 m3
Vol’ Sumur = 1177.5 liter

Jumlah Sumur Resapan yang dibutuhkan sepanjang 2.5 km :


n = (504122.04 liter /1177.5)
n = 428.13= 428 buah
70
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Jadi jumlah sumur resapan yang di butuhkan di perumahan griya idolah sebanyak 428 buah

jarak antar sumur resapan (s) 2500 m / 428 buah


(s) = 5.84 meter = 6 m
–> Jadi sumur resapan dipasang dengan jarak antar sumur (s) : 6 meter.

KESIMPULAN
1. Besar debit rancangan sebesar 26,425 m3/dtk sehingga debit yang terjadi sudah tidak bisa menahan laju air yang mengalir
2. Volume pekerjaan untuk sumur resapan dengan Diameter 1 m dan kedalaman 1,5 m dengan jumlah pekerjaan sumur resapan
diperumahan griya idolah Sumbawa sebanyak 428 buah dengan jarak sumur resapan 6 meter.

SARAN
Dari analisis data yang telah dilakukan dan dari kesimpulan yang diperoleh maka berikut merupakan saran untuk pihak yang
terkait dengan studi yang dilakukan:
1. Membangun sumur resapan pada setiap perumahan untuk mengurangi pelimpasan dan meninggikan muka air tanah (ground
water recharge).
2. Untuk mengetahui kemempuan optimal sumur untuk penurunan hidrograf, dapat dilakukan penelitian lanjutan terhadap
variasi tinggi muka air tanah sehingga dapat diketahui pengaruhnya terhadap efektivitas pembuatan sumur resapan.
71
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

DAFTAR PUSTAKA
Mulyana, Rachmat. 1998. Penentuan Tipe Konstruksi Sumur Resapan Air Berdasarkan Sifat-sifat Fisik Tanah dan Kondisi Sosial
Ekonomi Masyarakat di Kawasan Puncak. Tesis S2 IPB, Bogor.
Saragih, John F.B. 1997. “Merenovasi Rumah Tipe 21 dan Tipe 36”. PT.Gramedia Pustaka Utama,Jakarta.
Suharsimi Arikunto. 2006. “Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek”. Jakarta: PT. Rhineka Cipta.
Suripin, 2004. “Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan”. Andi Offset: Yogyakarta.

Kajian Sisitem Penyediaan Air Bersih PDAM Di Kecamatan Unter Iwes Kabupaten Sumbawa

Oleh : Ruslan

ABSTRAK

Air merupakan unsur yang vital dalam kehidupan manusia. Seseorang tidak dapat bertahan hidup tanpa air, karena itulah
air merupakan salah satu penopang hidup bagi manusia. Tubuh manusia sangat membutuhkan air untuk dikonsumsi agar mampu
menjaga fungsi ginjal. Air juga menjadi kebutuhan dalam setiap rumah tangga, kegiatan pertanian, ekonomi, dan industri. Air
72
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

perlu ditata penggunaannya agar memberikan manfaat bagi masyarakat. Air merupakan bagian dari pembangunan
berkelanjutan, termasuk didalamnya air dan sanitasi, kesehatan, dan pertanian. Hal terpenting dalam setiap kebijakan
pembangunan mengenai pengelolaan air adalah bahwa air berhubungan dengan aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan. Oleh
karena itu, diperlukan pengelolaan sumber daya air yang dimulai dari kebijakan pemerintah tentang air, seperti bagaimana
menyediakan air bersih bagi masyarakat dan pembangunan sistem irigasi yang memiliki asas adil dan merata.
Hasil Penelitian dengan menghitung besar arah aliran pada masing-masing pipa distribusi air bersih PDAM kewilayah
Kecamatan Unter Iwes diperoleh kebutuhan air pada jam puncak sebesar 805464 liter/hari. sedangkan Perhitungan besar tekanan
aliran dalam pipa bahwa di pipa 14 inc HDPE dapat disimpulkan bahwa tekanan pada titik PA = 408164.67 k Pa.

Kata kunci : PDAM, Perpipaan, Air.

PENDAHULUAN
Air merupakan unsur yang vital dalam kehidupan manusia. Seseorang tidak dapat bertahan hidup tanpa air, karena itulah air
merupakan salah satu penopang hidup bagi manusia. Tubuh manusia sangat membutuhkan air untuk dikonsumsi agar mampu
menjaga fungsi ginjal. Air juga menjadi kebutuhan dalam setiap rumah tangga, kegiatan pertanian, ekonomi, dan industri. Oleh
karena itu, air perlu ditata penggunaannya agar memberikan manfaat bagi masyarakat. Air merupakan bagian dari pembangunan
berkelanjutan, termasuk didalamnya air dan sanitasi, kesehatan, dan pertanian. Hal terpenting dalam setiap kebijakan
pembangunan mengenai pengelolaan air adalah bahwa air berhubungan dengan aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan.
Oleh karena itu, diperlukan pengelolaan sumber daya air yang dimulai dari kebijakan pemerintah tentang air, seperti
bagaimana menyediakan air bersih bagi masyarakat dan pembangunan sistem irigasi yang memiliki asas adil dan merata. Secara
yuridis dinyatakan dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33 ayat 3 yaitu :“Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung
73
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”. Dalam pasal tersebut jelas
bahwa air harus dikelola dengan sebaik-baiknya oleh pemerintah sehingga manfaat air dapat dirasakan oleh seluruh masyarakat
Indonesia. Sumber daya air merupakan kebutuhan mutlak setiap individu yang harus dipenuhi untuk kelangsungan hidupnya.
Apabila terjadi pengurangan kuantitas maupun kualitas sumber daya air maka akan mempengaruhi kehidupan manusia secara
bermakna. Kecenderungan saat musim kemarau tiba dibeberapa daerah di Indonesia mengalami krisis air bersih.
Fenomena kekurangan air bersih ini melanda Kota Sumbawa Besar, tepatnya di Kec.Unter Iwes. Setiap tahun saat musim
kemarau tiba debit air di sumur dan sumber mata air diwilayah Sumbawa Besar mulai berkurang. Warga yang mengalami
kekurangan air bersih ialah warga di Kec.Unter Iwes, Kota Sumbawa Besar. Mereka bertempat tinggal didaerah dataran tinggi ini
mengalami kekurangan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari seperti: mandi, makan, masak, minum, mencuci, serta kebutuhan
warga setempat lainnya. Oleh karena itu, para wargapun harus rela menempuh perjalanan sejauh dua kilometer untuk
mendapatkan air bersih.
Beberapa daerah di Kec.Unter Iwes juga mengalami kekurangan air bersih saat musim kemarau tiba. Bahkan jumlah
kecamatan yang mengalami kekurangan air bersih kini bertambah banyak. Mereka yang selama ini selalu mengandalkan jaringan
air melalui pipa PDAM, mulai kesulitan. Sebab, sudah sebulan ini air pipa PDAM macet. Akibatnya warga untuk memperoleh air
untuk kebutuhan sehari-hari terpaksa memanfaatkan air sungai. Kendati kondisinya kotor dan keruh”. Para warga di desa tersebut
terpaksa mengangkut air yang berasal dari sungai tersebut untuk mereka bawa ke rumah meskipun kondisinya tidak dapat
dikatakan bersih bila digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Masalah kekurangan air bersih yang dialami pada
beberapa daerah di Kec.Unter Iwes saat musim kemarau tiba harus segera ditanggapi oleh Pemerintah Daerah Kec.Unter Iwes
74
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Seperti kita ketahui bahwa kebutuhan dalam hal air merupakan kebutuhan vital bagi masyarakat dalam kehidupan. Untuk
melindungi segala bentuk pemanfaatan sumber daya air maka pemerintah membuat undang-undang yang mengatur mengenai
prioritas pemanfaatan sumber daya air. Sebagai acuan di dalam pemanfaatan sumber daya air ini adalah Undang-Undang No. 22
Tahun 1982 tentang Tata Guna Air. Di dalam Undang-Undang No. 22 Tahun 1982 tentang Tata Guna Air ini menyatakan urutan
prioritas penggunaan air, yaitu : Air untuk minum, air untuk keperluan rumah tangga, air untuk kepentingan pertahanan dan
keamanan, air untuk kepentingan peribadatan dan air untuk kepentingan irigasi.
Seperti yang telah disebutkan di atas maka penggunaan air yang paling prioritas adalah untuk kebutuhan minum bagi
masyarakat. PDAM Kec.Unter Iwes, Sumbawa Besar sebagai salah satu instansi pemerintah berbentuk BUMD yang
menyelenggarakan pelayanan umum/jasa dalam hal pemenuhan kebutuhan air bersih dalam hal ini air untuk kebutuhan minum,
memasak, mencuci, mandi bagi masyarakat. Sebagian besar kebutuhan air bersih untuk masyarakat Kec.Unter Iwes dilayani oleh
PDAM . Data yang diperoleh mengenai cakupan pelayanan PDAM Tahun 2009 adalah 60,06% dari jumlah penduduk khususnya di
Kec.Unter Iwes yaitu 18.021 jiwa (Data Bagian Langganan). PDAM Kabupaten Sumbawa Besar menggunakan mata air dan air tanah
sebagai sumber air baku dalam sistem penyediaan air minum bagi masyarakat. Data yang diperoleh dari Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah (PJMD) Tahun 2009-2014 Kec.Unter Iwes menyebutkan ketersediaan air di bumi seperti air permukaan
dan air tanah tersebut keberadaannya dipengaruhi oleh iklim, jenis/sifat batuan dan kondisi permukaan tanah, dan tata guna lahan.
Kondisi hidrologi Kec.Unter Iwes dipengaruhi oleh sifat iklim regional, disamping sifat-sifat fisis wilayah/tanah, hutan, dan
lingkungan. Kec.Unter Iwes dengan luas wilayah sebesar 688,85 km² setidaknya memiliki sumber mata air sebanyak 197 titik
dengan debit sekitar 3.517 liter per detik pada Tahun 2004 dan mengalami penurunan menjadi 2.555,8 liter per detik pada Tahun
75
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

2007 (RPJMD Tahun 2009-2014 Kec.Unter Iwes). Penurunan debit mata air ini perlu mendapat perhatian lebih mengingat
kebutuhan akan air bersih akan meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk di Kec.Unter Iwes. Hal ini
menggambarkan kondisi yang kurang mendukung bagi Kec.Unter Iwes dalam usaha pemenuhan kebutuhan air bersih bagi
masyarakat. Salah satu penyebab menurunnya debit mata air ini dapat terjadi akibat adanya kerusakan lingkungan di wilayah
tangkapan air di sekitar sumber mata air dan terjadi alih fungsi lahan hutan kayu menjadi lahan pertanian tanaman pangan,
permukiman dan aktivitas guna lahan lainnya.
Berdasarkan kondisi lingkungan yang dihadapi PDAM Kec.Unter Iwes maka dibutuhkan suatu perencanaan strategis.
Penyusunan rencanaan strategis oleh PDAM Kec.Unter Iwes diharapkan mampu merespon segala kondisi lingkungan yang ada
terutama dalam permasalahan penyediaan kebutuhan air bersih di Kec.Unter Iwes.
Maka dari itu untuk merespon semua ini maka PDAM Kec.Unter Iwes dituntut untuk dapat melakukan perencanaan
strategis yang tepat sehingga dapat memenangkan persaingan. Dengan memahami perubahan lingkungan perusahaan yang terus
beradaptasi dengan perubahan lingkungan yang terjadi akan dapat tumbuh dan berkembang. Sebaliknya perusahaan yang tidak
beradaptasi dengan perubahan lingkungan akan mengalami kemunduran. Berangkat dari situlah yang mendorong peneliti ingin
mengetahui perencanaan strategis dan strategi-strategi yang digunakan pada PDAM Kec.Unter Iwes dalam hal pemenuhan
kebutuhan air bersih.

METODE PENELITIAN
76
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Subyek penelitian adalah jaringan pipa Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) diwilayah Kecamatan Unter Iwes yang
mengalami kekurangan air bersih. Adapun Obyek penelitian ini adalah di wilayah Kecamatan Unter Iwes Kabupaten Sumbawa.
Alat. Alat yang diperlukan dalam melakukan penelitian ini antara lain adalah :
a) Untuk mengukur tekanan air menggunakan Manometer.
b) Alat-alat tulis
c) Meter.
Metode Pengumpulan data. Tahap pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh data-data yang akan digunakan dalam
simulasi jaringan pipa distribusi. Dalam hal ini peranan instansi terkait sangat penting, terutama Perusahaan Daerah Air Minum
(PDAM) tirta Batu Lanteh Kecamatan Unter Iwes. Data dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) yang diperlukan adalah sebagai
berikut:
1. Data Primer
a) Data dimensi, jenis dan panjang pipa
b) Data debit air
c) Data elevasi pipa
d) Data tekanan aliran air dalam pipa.
2. Data Sekunder
a) Data jumlah Pelanggan
77
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Jumlah pelanggan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) di Wilayah Kecamatan Unter Iwes berfungsi untuk mengetahui
banyaknya air yang dibutuhkan oleh masyarakat. Dalam penelitian ini data jumlah pelanggan yang digunakan adalah data
pelanggan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) di wilayah Kecamatan Unter Iwes (bulan September 2013) dimana jumlah
pelanggan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) diwilayah Kecamatan Unter Iwes sampai september tahun 2013
mencapai 1952 sambungan rumah, ini berarti kebutuhan air bersih akan semakin meningkat pada tahun-tahun berikutnya.

b) Data ketersediaan air


Data ketersediaan air yaitu jumlah ketersediaan sumber air yang ada. Untuk wilayah pelayanan Kecamatan Unter Iwes
sumber air yang dipakai berasal dari di sungai Berang Semongkat yang mempunyai kapasitas 469 liter/s. Untuk saat ini
sumber air ini baru diambil untuk suplai air bersih sebesar 453 liter/s secara gravitasi, jarak sumber air baku ke instalasi
pengolahan air 2,4 Km.

Metode Analisis Data. Metode analisis data yang dilakukan berdasarkan sistematika tujuan dan aspek penelitian yaitu
perhitungan kapasitas aliran fluida dan perhitungan tekanan aliran .

HASIL PENELITIAN
Umum. Menurut data curah hujan yang dikumpulkan dari stasiun pengamatan di Kecamatan Unter Iwes kondisi curah hujan
tinggi biasanya terjadi pada bulan Nopember sampai April dengan tertinggi pada pulan Januari dan curah hujan rendah pada bulan
Mei sampai Oktober dengan terendah pada bulan Agustus.
78
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Analisis dan Pengolahan Data.


1. Perhitungan proyeksi jumlah penduduk ( Domestik )
Daerah layanan pada penelitian ini terbatas pada 3 desa yaitu desa nijang, uma baringin dan kerato sehingga jumlah
penduduk yang akan di proyeksi mencakup jumlah penduduk dusun tersebut.
Tabel 1. Jumlah penduduk daerah layanan
Sumber : Data diolah
Jumlah penduduk (Orang)
No Desa
L P Jumlah
Dalam perhitungan 1 Kerato 1832 1767 3599 proyeksi jumlah penduduk
digunakan metode 2 Uma Beringin 1207 1169 2376 eksponensial, karena
3 Nijang 865 770 1635
metode ini sering dipakai dalam perhitungan proyeksi
Jumlah Penduduk 7610
penduduk dan mempunyai hasil proyeksi yang lebih
besar dibanding metode lain yaitu P = Po (1 + I ) n Untuk perhitungan proyeksi selama 5 tahun seperti pada tabel.2.
79
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Jumlah Penduduk Luas Wilayah


Tahun
( Jiwa ) ( M2 )

2014 19403 8238


Tabel. 4.2 Proyeksi jumlah penduduk selama 5 tahun
(Sumber : Hasil Perhitungan)

2. Estimasi Kebutuhan Air bersih


Dalam perhitungan kebutuhan air domestik didasarkan pada jumlah penduduk proyeksi tahun ke 5 dengan kebutuhan
air untuk daerah pedesaan yaitu 60 ltr/ org. Jumlah sambungan rumah didasarkan pada jumlah KK yang ada didaerah layanan.
Untuk kebutuhan non domestik di dasarkan pada proyeksi fasilitas umum atau 15 % - 30 % dari pengguna Domestik untuk
daerah pedesaan. Karena perkembangan fasiltas umum berdasarkan perhitungan relatif kecil maka untuk kebutuhan non
domestik digunakan 15% dari kebutuhan Domesitik.
Contoh perhitungan kebutuhan air.
Data sebagai berikut :
Desa uma beringin Kecamatan Unter Iwes
80
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Jumlah sambungan rumah : 249 bh


Populasi 5 tahun proyeksi : 2376 orang
Kebutuhan air per orang : 60 liter/hari
Diperoleh Kebutuhan domistik desa uma beringin yaitu:
= 2376 orang x 60 liter/hari
= 142560 liter/ hari
Untuk kebutuhan non Domestik digunakan 15% dari kebutuhan domestik. Sehingga diperoleh kebutuhan non domestik sebagai
berikut :
= 15 % x 142560 liter/ hari
= 21384 liter/hari
Kehilangan air digunakan 30% dari kebutuhan non domestik:
= 30 % x 21384 liter/hari
= 641520 liter/hari
Kebutuhan air perhari yaitu jumlah kebutuhan domestik, non domestik dan kehilangan air:
= 142560 + 21384 + 641520
= 805464 liter/hari
Kebutuhan air jam puncak (peakhour) yaitu 100% dari kebutuhan air perhari:
= 100% x 805464
81
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

= 805464 liter/hari
Jadi, dapat di simpulkan bahwa kebutuhan air bersih pada jam puncak sebesar:
= 805464 liter/hari, dengan kebutuhan air perorang 60 liter/hari.

Perhitungan Tekanan aliran air dalam pipa. Jenis-jenis pipa yang digunakan pada jaringan pipa Perusahaan Daerah Air
Minum (PDAM) diwilayah kecamatan Unter Iwes sumbawa:
1. Pipa 12 inc (PVC), S = 12,5 pipa ini didistribusiikan dari pengolahan sepanjang 2800 M.
2. Pipa 10 inc (PVC), S = 12,5 pipa ini dipasang sepasang sepanjang 2600 M
3. Pipa 6 inc (PVC), S = 12,5 dengan Panjang 2500 M
4. Pipa 2 inc (PVC), S= 12,5 dengan panjang 2500 M

Tabel 3. Data Eksisting Jaringan Pipa

Diameter Pipa Debit Panjang Tekanan (Hasil Sumber : Hasil survey di instalasi jaringan pipa
Titik Elevasi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) ke
(D) (l/d) (m) Manometer)
0 104 14 inc 0.025 2600 0,4 bar wilayah kecamatan Unter Iwes 2014.
1 34 6 inc 0.024 1600 0,2 bar
2 30 6 inc 0.022 1200 0,1 bar 1. Perhitungan Untuk Pipa HDPE 14 Inc
3 26 6 inc 0.020 800 0,1 bar
sepanjang 2600 m
82
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

zA= 34m zB = 104 m

Dik : diameter pipa : D = 140 mm = 0.14 m


Panjang pipa : L = 2,6 km = 2600 m
Rapat Relatif : S = 0,9 => p = 900 kg/mᶟ
Debit Aliran : Q = 0,025 mᶟ/d
Kekentalan kinematik : v = 2,1 x 10⁻⁴
Tekanan dipipa B Zb = 0.4 bar = 40000 N/mᶟ
Koefisien gesekan : f = 0,02
Percepatan grafitasi : g = 9,81 m/s²
Ditanyakan tekanan dititik zA ......?
Kapasitas Aliran :
0,025
Q
V= = π = 1.625 m/d
A . 0,14 ²
4

Angka Reynold :
83
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

V . D 1,625 x 0,14
Re = = = 1083.34
v 2,1 x 10 ⁻ ⁴

Karena Angka Reynold Re < 2000 berarti aliran adalah laminear. Kehilangan tenaga karena gesekan :
L V2 2600 1,6252
hf = f . . = 0,02 . . =¿ 39,70 m/d
D 2g 0,14 2 ( 9,81 )
Selisih Elevasi Kedua Ujung Pipa :
70
z= x 2600 = 70 m
2600
Persamaan Bernouli untuk Kedua ujung :
PA V²A P B V ²B
zA + + = zB + + hf
ᵧ 2g ᵧ 2g

PA + 40000
0+ =2 + 39.70
ᵧ 900 x 9,81
PA
=¿ 46.23 m

PA = 46.23 x 900 x 9.81 = 408164.67 N/m²
Jadi dapat disimpulkan bahwa tekanan pada titik PA = 408164.67 N/m² < P (standar tekanan pipa HDPE untuk S -12.5 4 inc =
420000 N/m²) dan dalam hal ini dapat di simpulkan bahwa tekanan air yang mengalir tidak dapat menyalurkan air secara
maksimal.
84
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

2. Perhitungan Untuk Pipa PVC 6 Inc sepanjang 1600 m

zB = 34 m
zA= 30 m

Dik : diameter pipa : D = 600 mm = 0.60 m


Panjang pipa : L = 1,6 km = 1600 m
Rapat Relatif : S = 0,9 => p = 900 kg/mᶟ
Debit Aliran : Q = 0,024 mᶟ/d
Kekentalan kinematik : v = 2,1 x 10⁻⁴
Tekanan dipipa B Zb = 1.4 bar = 14000 N/ m²
Koefisien gesekan : f = 0,02
Percepatan grafitasi : g = 9,81 m/s²
Ditanyakan tekanan di titik zA ......?
Kapasitas Aliran :
0,024
Q
V= = π = 0.085 m/d
A . 0,60 ²
4
85
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Angka Reynold :
V . D 0,085 x 0,60
Re = = = 647.62
v 2,1 x 10 ⁻ ⁴

Karena Angka Reynold Re < 2000 berarti aliran adalah laminear. Kehilangan tenaga karena gesekan :
L V² 1600 0,085 ²
hf = f . . = 0,02 . . =¿ 11.353 m/d
D 2g 0,60 2( 9,81)
Selisih Elevasi Kedua Ujung Pipa :
4
z= x 1600 = 4 m
1600
Persamaan Bernouli untuk Kedua ujung :
PA V ² A PB V ² B
zA + + = zB + + hf
ᵧ 2g ᵧ 2g

PA +14000
0+ =4 + 11.353
ᵧ 900 x 9 , 81
PA
=¿ 35.973 m

PA = 35.973 x 900 x 9.81 = 317605.617 N/m² = 317605.617 k Pa
Jadi dapat disimpulkan bahwa tekanan pada titik PA = 317605.617 k Pa < P (standar tekanan pipa PVC untuk 6 inc 620000
N/m²).
86
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

3. Perhitungan Untuk Pipa ACP 6 Inc sepanjang 1200 m


zA= 30
zB = 26 m

Dik : diameter pipa : D = 600 mm = 0.60 m


Panjang pipa : L = 1,2 km = 1200 m
Rapat Relatif : S = 0,9 => p = 900 kg/mᶟ
Debit Aliran : Q = 0,023 mᶟ/d
Kekentalan kinematik : v = 2,1 x 10⁻⁴
Tekanan dipipa B Zb = 0,1 bar = 10000 N/ mᶟ
Koefisien gesekan : f = 0,02
Percepatan grafitasi : g = 9,81 m/s²
Ditanyakan tekanan di titik zA ......?
Kapasitas Aliran :
0,023
Q
V= = π = 0.814 m/d
A . 0,60 ²
4
87
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Angka Reynold :
V . D 0,814 x 0,60
Re = = = 2325.72
v 2,1 x 10 ⁻ ⁴

Karena Angka Reynold Re < 2000 berarti aliran adalah laminear. Kehilangan tenaga karena gesekan :
L V² 1200 0,814 ²
hf = f . . = 0,02 . . =¿ 3.101 m/d
D 2g 0,6 2( 9,81)
Selisih Elevasi Kedua Ujung Pipa :
4
z= x 1200 = 4 m
1200
Persamaan Bernouli untuk Kedua ujung :
PA V ² A PB V ² B
zA + + = zB + + hf
ᵧ 2g ᵧ 2g

PA +10000
0+ =4 + 3.101
ᵧ 900 x 9,81
PA
=¿ 53.451 m

PA = 53.451 x 900 x 9.81 = 471918.879 N/m² = 471918.879 k Pa
Jadi dapat disimpulkan bahwa tekanan pada titik PA = 471918.879 k Pa < P (standar tekanan pipa PVC untuk 8 inc 770000 N/m²)

Tabel 4. Perbandingan Tekenan Pipa Dengan Standar


88
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Perbandingan
No. Dimensi Pipa Standar Keterangan
tekanan
1 Pipa HDPE 14 inc 408164.67 N/M2 < 420000 Tidak Memenuhi
Standar
2 Pipa PVC 6 inc 317605.617N/M2 < 620000 Tidak Memenuhi
Standar
3 Pipa ACP 6 inc 471918.879N/M2 < 770000 Tidak Memenuhi
Standar

KESIMPULAN
Perhitungan besar tekanan aliran dalam pipa HDPE 14 inc pada titik PA adalah = 408164.67 N/m2 < P (standar pipa HDPE
untuk S 12.5 - 14 inc = 420000 N/m²). Dengan demikian tekanan pada jaringan distribusi air bersih PDAM di Kecamatan Unter Iwes
tidak mampu mendistribusikan air bersih secara maksimal di Kecamatan Unter Iwes .

SARAN
1. Untuk mengatasi salah satu penyebab menurunnya debit mata air akibat adanya kerusakan lingkungan di wilayah tangkapan
air, PDAM Kec.Unter Iwes disarankan adanya suatu Penyusunan perencanaan, yang diharapkan mampu untuk merespon segala
kondisi lingkungan yang ada terutama dalam permasalahan penyediaan kebutuhan air bersih. Penurunan debit mata air ini
perlu mendapat perhatian lebih mengingat kebutuhan akan air bersih semakin meningkat seiring dengan meningkatnya
jumlah penduduk di Kec. Unter Iwes.
89
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

2. Untuk mengatur tekanan air dalam pipa maka Kepada pihak Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) di wilayah Kecamatan
Unter Iwes, Perlu adanya petugas yang mengatur aliran air untuk memutar valve sesuai kebutuhan air.
3. Karena jaringan pipa yang ada saat ini masih baik, Perusahaan daerah air minum (PDAM) di wilayah Kecamatan Unter Iwes
disarankan untuk mengantisipasi tingkat kebocoran pada jaringan pipa, perlu dilakukan perawatan atau pengecekan secara
berkala pada diameter pipa, dari S-12,5 - S-14 pipa HDPE 6 inc.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Data Curah Hujan Tahun 2002 – 2011. Dinas Pertanian Kabupaten Sumbawa
Damanhuri, Enri, 1989, Pendekatan Sistem Dalam Pengendalian dan Pengoperasian Sistem Jaringan Distribusi Air Minum,
Bandung, Jurusan Teknik Lingkungan FTSP-ITB.
Harto, Sri. 1993. Analisis Hidrologi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Soewarno. 1995. Hidrologi Aplikasi Metode Statistika Untuk Analisa Data. Bandung : Nova
Sutrisno, Totok dkk, 2004, Teknologi Penyediaan Air Bersih, Jakarta, Rineka
Cipta.
Subarkah, Imam. 1998. Hidrologi Untuk Perencanaan Bangunan Air. Bandung : Adhea Dharma.
Sutopo. 2002. Metode Penelitian Kualitatif (Dasar Teoti dan Terapannya Dalam Penelitian). Surakarta: Sebelas Maret University
Press.
90
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

RANCANGAN ALAT PENCETAK PERMEN SUSU SAPI


Oleh : Sussanto Wainigha

ABSTRAK

Merancang alat sederhana yang mudah digunakan yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas produksi permen susu
sapi yang lebih baik. Dengan ukuran alat pencetak 60x60x20 mm. Dan kemampuan alat dalam sekali cetak bisa menghasilkan 608
biji permen susu sapi dalam waktu 3 menit, dimana dengan menggunaka alat pencetak ini maka ukuran permen hasil cetakan lebih
91
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

presisi dengan dimensi 20x20x10 mm, dibandingkan dengan yang masih manual dimana dalam sekali cetak hanya menghasilkan
200 biji permen susu sapi dalam waktu 30 menit dan tentunya ukuran permen susu kurang presisi.
Dengan adanya alat ini maka dapat meningkatkan efektifitas produksi permen susu sapi yang dihasilkan dimana dalam
proses produksi permen susu sapi dengan menggunakan alat cetakan ini maka dapat menghasilkan 12.160 biji/jam, dibandingkan
dengan yang masih manual dimana dalam proses produksi hanya menghasilkan permen susu 400 biji/jam.
Prinsip kerja Alat Pencetak Permen Susu Sapi ini adalah suatu prinsip kerja dimana dalam proses pengepresan adonan
diakibatkan oleh tarikan kedua tuas yang bekerja melalui proses pedal dengan cara diinjak sehingga kedua tuas menarik plat atas
sampai pisau cetakan menekan adonan diatas plat bawah sampai adonan berbentuk menjadi permen susu sesuai ukuran yang
telah ditentukan.

Kata Kunci : Alat Pencetak Permen Susu, Efektifitas.

PENDAHULUAN
Seiring perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan, maka diperlukan upaya yang dapat memudahkan masyarakat
dalam meningkatkan efisiensi peralatan dan efektifitas waktu produksi guna meningkatkan kinerja usaha. Salah satu upaya
tersebut ialah dengan pemanfaatan Teknologi Tepat Guna (TTG). Teknologi tepat guna merupakan wujud dari pemanfaatan ilmu
pengetahuan guna memudahkan kinerja manusia dalam rangka peningkatan kesejahteraanya, teknologi tepat guna tidak hanya
sebuah upaya perwujudan dari proses tranformasi ilmu-ilmu teoritis menjadi sesuatu yang berwujud, melainkan teknologi yang
memiliki ketepatgunaan dan sesuai dengan tujuan-tujuan spesifik yang ingin dipenuhi dimana teknologi tersebut akan digunakan.
Pembangunan di Kabupaten Sumbawa menunjukkan perkembangan yang cukup baik di segala sektor, hal ini ditunjukkan
oleh meningkatnya kegiatan perekonomian skala kecil dan menengah. Peningkatan kegiatan perekonomian tersebut diantaranya
ditunjang oleh peranan warga masyarakat dalam mengeksplorasi berbagai potensi yang ada di Kabupaten Sumbawa, pemanfaatan
92
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

hasil turunan dari kegiatan peternakan misalnya susu adalah salah satu contohnya, warga masyarakat khususnya yang berada
didesa penyaring telah mengolah susu kerbau dan sapi menjadi komoditi yang cukup bernilai ekonomis yaitu permen susu.
Permen Susu adalah sejenis permen yang dibuat dengan menggunakan bahan dasar susu yang pada prinsipnya, pembuatan
permen ini berdasarkan reaksi karamelisasi yaitu reaksi kompleks yang menyebabkan terjadinya perubahan bentuk dari gula
menjadi bentuk amorf yang berwarna coklat. Desa Penyaring merupakan salah satu sentral penghasil susu dan olahannya, saat ini
penduduk desa Penyaring mulai berprofesi sebagai pengrajin permen susu dalam skala kecil. Pengolahan permen susu diolah
dengan menggunakan system dan teknik produksi yang masih manual. Kusnandar, fery. 2014.
Dalam rangka memperbaiki dan meningkatkan efektifitas dan efisiensi peralatan yang digunakan dalam proses produksi
permen susu tersebut diatas serta sebagai sebuah upaya penterjemahan ilmu pengetahuan yang kontekstual, penulis berupaya
untuk memberikan sebuah solusi dengan merancang alat pencetakan permen susu yang nantinya diharapakan dapat memberikan
kemudahan bagi masyarakat. Alat ini nantinya dapat memberikan beragam manfaat yang dapat mensubstitusi beberapa proses
dalam proses produksi permen susu yang masih manual selama ini. Oleh sebab itu penulis bermaksud mengajukan penelitian yang
berjudul “Rancangan Alat Pencetak Permen Susu Sapi“.
Prinsip Kerja Alat. Prinsip kerja Alat Pencetak Permen Susu ini adalah suatu prinsip kerja dimana dalam proses pengepresan
adonan diakibatkan oleh tarikan kedua tuas yang bekerja melelui proses pedal dengan cara diinjak sehinnga kedua tuas menarik
plat atas sampai pisau cetakan menekan adonan diatas plat bawah sampai adonan berbentuk menjadi permen susu sesuai ukuran
yang telah ditentukan. Sebelum melakukan proses pengepresan terlebih dahulu meletakkan loyang adonan diatas plat bawah guna
93
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

proses pencetakan. Bahan kontruksi loyang adonan terbauat dari bahan plat almunium yang tahan terhadap korosi dengan dimensi
loyang adonan 45x45x5 mm.
Plat atas sebagai rangka pisau cetakan fungsinya untuk mencetak atau membentuk adonan sampai berbentuk menjadi
permen susu sesuai dengan bentuk dan ukuran yang telah ditentukan dalam rancangan pisau cetakan dengan jumlah permen susu
yang ingin dihasilkan dalam sekali cetak adalah (608 biji/jam). Bahan konstruksi pisau cetakan dibuat dari bahan plat almunium
dengan dimensi pisau cetakan 20x20x10x3.5 mm. Dan plat bawah sebagai wadah yang digunakan untuk meletakkan loyang adonan
permen susu yang sudah digilis untuk proses pencetakan. Bahan kontruksi plat bawah dibuat dari bahan plat almunium yang tahan
terhadap karat dengan dimensi 600x600x20 mm.
Dalam proses pengepresan ini komponen penggerak atau penarik plat cetakan adalah Pedal injak merupakan salah satu
komponen alat pencetak adonan yang berhubungan langsung dengan kedua tuas guna proses pengepresan dengan cara diinjak
sehingga plat cetakan dapat menekan adonan diatas loyang yang sudah diletakkan diatas plat bawah sampai adonan berbentuk
menjadi permen susu. Dari hasil pengepresan ini disebut permen susu. Kemudian permen susu didinginkan sampai mengeras untuk
proses pembungkusan dengan kemasan kertas permen.

METODOLOGI PENELITIAN
94
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Desain Pengujian. Metode yang digunakan pada pengerjaan penelitian ini adalah gabungan antara perancangan dan
eksperimental. Pengujian dilaksanakan apa bila perencanaan dan pembuatan “Alat Pencetak Permen Susu” ini yang telah
diselesaikan.
Metode Pengumpulan Data. Dalam rancang bangun Alat Pencetak Permen Susu ini ditetapkan suatu variabel, sebab suatu
variabel merancang alat pencetak merupakan parameter utama yang mempengaruhi hasil pencetak permen susu yang akan
dicapai. Hal ini ditetapkan (2) variabel yaitu sebagai berikut: 
1. Variabel bebas sesuai dengan tujuan penelitian yang akan dicapai.
a. Alat ini dapat meningkatkan efektifitas waktu dan efisiensi sumberdaya dalam proses produksi permen susu.
b. Merancang alat sederhana yang mudah digunakan yang diharapakan dapat meningkatkan kualitas produksi permen susu.
c. Dapat memberikan pemahaman tentang penggunaan alat pencetak permen susu.
2. Variabel Terikat.
Variabel terikat yaitu variabel yang menjadi perhatian utama perancang. Tujuan utama dari rancangan adalah menjelaskan
variabel terikat. Dengan menganalisa variabel terikat, diharapkan dapat ditemukan jawaban dan penyelesaian permasalahan,
Yang menjadi variabel terikat pada perancangan ini adalah merancang “Rancangan Alat pencetak Permen Susu” sederhana
yang dapat meningkatkan efektifitas dan efisiensi proses produksi permen susu serta mudah digunakan oleh masyarakat.
95
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Tabel 1. Bahan.

No. Bahan Satuan Harga


1. Plat Atas 600x600x20 mm. Rp. 50.000
4. Plat Bawah 600x600x20 mm. Rp. 50.000
5. Pisau Cetakan 20x20x10.3,5 mm. Rp. 50.000
6. Pegas 100x20x10x2 mm. Rp. 150.000
7. Baut & Mur 125x20&10x7 mm. Rp. 24.000
8. Besi Siku 730x40x40x1.6 mm. Rp. 48.000
9. Besi Kotak 560x20x20 mm. Rp. 78.000
10 Pipa 510x10x1/2 mm. Rp. 79.000
11 Poros 30x19 mm. Rp. 25.000
12 Biaya Pembuatan Alat Rp. 1.0460.000
13 Jumlah Total Rp.2.000.000

Menentukan Spesifikasi Alat


Menentukan Spesifikasi Cetakan. Spesifikasi Alat Pencetak Permen Susu. Plat cetakan fungsinya untuk mencetak atau
membentuk adonan sampai berbentuk menjadi permen susu sesuai dengan bentuk dan ukuran yang telah ditentukan dalam
96
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

rancangan pisau cetakan dengan jumlah permen yang ingi dihasilkan dalam sekali cetak adalah (608 biji/jam). Bahan konstruksi
pisau cetakan dibuat dari bahan plat almunium dengan dimensi pisau cetakan 20x20x10x3.5 mm.
Menentukan Spesifikasi Plat Bawah. Spesifikasi Plat bawah fungsinya untuk tempat meletakkan loyang adonan permen
susu yang sudah digilis sebelum dalam tahap proses pencetakan. Bahan konstruksi plat bawah terbuat dari bahan plat almunium
dengan ukuran 60x60x20 mm. Loyang fungsinya sebagai wadah adonan untuk proses penggilisan dan hasil pengepresan disebut
permen susu. Bahan kontruksi loyang adonan terbuat dari plat almunium dengan ukuran 45x45x5 mm.

PERANCANGAN, PEMBUATAN, PERAKITAN


Proses Perancangan. Tahap pertama yang dilakukan dalam pelaksanaan penelitian ini ialah tahap perancangan, dimana
dalam tahap perancangan ini dimulai dengan mendesain gambar “Alat Pencetak Permen Susu Sapi” yang akan digunakan, tahap ini
ditunjukkan untuk mempermudah dalam proses pembuatan atau perakitan alat nantinya. Pada tahap ini peneliti menggunakan
software AutoCad 2008.
Perhitungan Pegas. Tekanan adalah besarnya gaya yang diberikan pada setiap daerah seluas 1 m 2. Satuan untuk
mendefinisikan besaran tekanan adalah N/m2 atau dengan satuan lain yakni Pascal.
 Merencanakan Luas Diameter Pegas
F = m.a = 3 kg.10.m/s2 = 30 kg.m/s2
a. Mencari tegangan geser.
τ d = - 0,51 x Dw3 + 14,038 x Dw2 – 133,44 x Dw + 1193,7
97
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

b. Mencari diameter lilitan kawat.


8 . K . F . Dm
Dw¿

3
π . τd
c. Diameter luar.
D0 = Dm + Dw
d. Diameter dalam.
Dl= Dm-Dw
Keterangan:
Dm= Diameter rata-rata.
DW= Diameter kawat.
D1= Diameter dalam.
D0= Diameter luar.
F = Gaya.
K = Konstanta.
τd = Tegangan geser.
 Mencari tegangan geser.
Diketahui : K = 1,5 mm.
Dm = 100 mm.
98
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Dw = 2 mm.
F = 3 kg.
τ d = - 0,51 x Dw3 + 14,038 x Dw2 – 133,44 x Dw + 1193,7
= - 0,51 x 23 + 14,038 x 22 – 133,44 x 2 + 1193,7
= 978,89 mm
 Mencari diameter lilitan kawat.
8 . K . F . Dm
Dw¿

3
π . τd

8 . 1,5 . 30. 100


Dw¿

3

3,14 . 978,89
3600
Dw¿

3

3073,71
Dw = 3,24 mm
τ d = - 0,51 x 3,243 + 14,038 x 3,242 – 133,44 x 3,24 + 1193,7
= 891,37 mm
8 . K . F . Dm
Dw¿

3
π . τd

8 . 1,5 . 30. 100


Dw¿

3

3,14 . 891,98
99
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

3600
Dw¿

3

2798,98
Dw = 3,40 mm
τ d = - 0,51 x 3,403 + 14,038 x 3,402 – 133,44 x 3,40 + 1193,7
= 882,24 mm
8 . K . F . Dm
Dw¿

3
π . τd

8 . 1,5 . 30. 100


Dw¿

3

3,14 . 882,24
3600
Dw¿

3

2770,23
Dw = 3,41 mm
τ d = - 0,51 x 3,413 + 14,038 x 3,412 – 133,44 x 3,41 + 1193,7
= 17030,60mm
8 . K . F . Dm
Dw¿

3
π . τd

8 . 1,5 . 30. 100


Dw¿

3

3,14 . 881,56
100
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

3600
Dw¿
√ 3

2768,09
Dw = 3,42 mm
Dm = 10 cm= 100 mm.
 Diameter luar.
D0 = Dm + Dw
D0 = 100 + 0,97
D0 = 100,97 mm
 Diameter dalam.
Dl= Dm-Dw
Dl = 100-0,97
Dl = 9,03 mm

Proses Pembuatan
Alat. Adapun alat-alat yang akan dipersiapkan sebelum melakukan perakitan alat cetakan permen susu ini adalah sebagai
berikut :
1. Mesin Las Listrik. 7. Gerinda Tangan 11. Jangka Sorong
2. Elektroda Las. 8. Gerinda Potong 12. Mesin Bor
101
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

3. Kunci Combinasi 19. 9. Gerinda Brush 13. Meteran


4. Palu. 10. Penggaris Siku
5. Tang. 11. Obeng (Min-Plus)
Bahan. Adapun bahan yang akan digunakan dalam proses perakitan alat pencetak permen susu ini adalah sebagai berikut:
1. Plat almunium 600x600x3,5 mm.
2. Besi Kotak 830x20x20x1,6 mm.
3. Besi Siku 730x40x40x1,6 mm.
4. Pipa 600x15x1,2 mm.
5. Besi Pejal 630x50x10 mm.
6. Besi Plat 20x10x5 m.
Adapun tahap-tahap dalam proses pembuatan alat ini adalah sebagai berikut:
a. Bentuk rangka cetakan yang akan digunakan.
102
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Gambar 1. Bentuk kerangka alat.


b. Bentuk pisau cetakan yang akan digunakan.

Gambar 2. Bentuk pisau cetakan.


c. Bentuk plat atas atau cetakan yang akan digunakan.

Gambar 3. Bentuk Plat atas.


d. Bentuk plat bawah atau wadah loyang adonan yang akan digunakan.
103
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Gambar 4. Bentuk Plat bawah.


e. Bentuk tuas yang akan digunakan.

Gambar 5. Bentuk Tus.


f. Bentuk pedal injak yang akan digunaka.
104
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Gambar 6. Bentuk Pedal Injak.

Langkah-Langkah Pembuatan. Proses pembuatan Alat Pencetak Permen Susu ini dikerjakan dibengkel las. Proses
pembuatannya sendiri memerlukan waktu kurang lebih satu bulan dimana dimulai dari tanggal 17 April 2014 sampai tanggal 31 mei
2014. Proses pembuatan tersebut dimulai dari menyiapkan bahan-bahan yang akan digunakan, misalnya bahan untuk rangka
berupa besi siku, besi kotak, poros utama yaitu terbuat dari pipa besi serta bahan-bahan material lainnya.
Adapun langkah-langkah dalam proses pembuatan Alat Pencetak Permen Susu ini adalah sebagai berikut :
1. Pengukuran bahan material sesuai ukuran alat yang telah ditentukan.
2. Pemotongan bahan material.
3. Proses perakitan plat atas dan plat bawah.
4. Proses perakitan plat cetakan.
5. Proses pengelasan kerangka alat.
6. Proses perakitan tuas penarik plat cetakan.
7. Proses pengelasan pedal injak.
Proses Perakitan. Adapun langkah-langkah proses perakitan alat ini adalah sebagai berikut:
Alat Bantu Yang Digunakan
Adapun alat bantu yang digunakan dalam proses perakitan alat ini adalah sebagai berikut :
105
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

 Klem.
 Penggaris siku.

Proses Perakitan Alat


Pada tahap ini peneliti merealisasikan bentuk perancangan yang telah dibuat sebelumnya ke dalam bentuk nyata atau
bentuk sebenarnya.
Adapun proses-proses perakitan alat ini adalah sebagai berikut :
a. Proses pengukuran material.

Gambar 7. Proses pengukuran material.

b. Proses pemotongan material.


106
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Gambar 8. Proses pemotongan material.

c. Proses pengelasan material.

Gambar 9. Proses pengelsan alat.

Biaya Pembuatan Alat


Besarnya biaya pembuatan alat pencetak permen susu adalah : Total Rp : 2.000.000,00.

Berat Kosong Alat Pencetak Permen Susu Sapi


Adapun berat kosong alat pencetak permen susu adalah: Total Berat Kosong Alat : 15 kg.

Tabel 2. Analisa Data Hasil Produksi Permen Susu Sapi


Keterangan Manual Alat Cetak
Kapasitas produksi. 400 biji/jam. 12160 biji/jam.
Ukurannya lebih presisi
Hasil produksi. Ukurannya kurang presisi. dengan ukuran
20x10x10mm.
107
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Produk yang rusak. 10 0/0. 5 0/0.


Waktu siklus. 30 menit. 3 menit.
400 x Rp 750,00 = 12160 x Rp 750,00 =
Omzet.
300.000,00 9.0120.000,00

Analisa (BEP) Break Eren Point


Adapun analisa BEP (Break Eren Point) alat ini adalah sebagai berikut:
Dalam perhitungan ini penulis hanya menjelaskan perhitungan BEP Unit.
Diketahui:
1. Biaya variabel/unit
 Susu sapi murni = 150,00/unit.
 Fanily = 10,00/unit.
 Gula = 25,00/unit.
2. Biaya tetap
 Alat press = 2.000.000,00
3. Harga jual :
¿
= t 0 tal ¿ cost h arga jual/ unit−variabel cost

2.000 .000,00 2000.000,00


= = = 3508,7719/unit.
750,00−45,00 105
108
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Artinya pengusaha harus menjual 3508,7719/unit agar dapat mencapai Break Event Point.

KESIMPULAN
Dari rangkaian penelitian yang telah dilakukan bisa ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Dengan adanya alat ini maka dapat meningkatkan efektifitas produksi permen susu yang dihasilkan dimana dalam proses
produksi permen dengan menggunakan alat cetakan ini maka dapat menghasilkan 12160 biji/jam, dibandingkan dengan yang
masih manual dalam sekali produksi hanya menghasilkan permen susu 400 biji/jam.
2. Dengan adanya alat pencetak ini maka dapat meningkatkan kualitas produksi permen susu yang dihasilkan dimana dengan
menggunakan alat pencetak ini maka ukuran permen hasil cetakan lebih presisi dengan ukuran 20x10x10 mm. Dibandingan
dengan yang yang masih manual tentunya ukaran permen kurang presisi.
3. Dengan adanya alat ini untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi permen susu yang lebih baik dimana dengan
menggunakan alat cetakan ini dalam sekali cetak hanya membutukan waktu 3 menit. Dibandingkan dengan yang masih manual
diaman dalam sekali cetak membutuhkan waktu kurang lebih 30 menit.

SARAN
1. Perlu penelitian lebih lanjut untuk meningkatkan alat pencetak permen susu yang lebih efisien.
2. Perlu penelitian lebih lanjut untuk penyempurnaan alat produksi permen susu ini.
109
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

3. Perlu penelitian lebih lanjut untuk meningkatkan alat produksi permen susu sapi yang lebih efisien dan mudah digunakan oleh
para pengrajin permen susu.

DAFTAR PUSTAKA
Gere Jemes, M., 1878, Mekanika Teknik, Edisi 4. Jakarta: Erlangga.
Jogaswara, E., 1999, Menggambar Teknik Dasar, Mesin SMK 1. Bandung: Armico.
Kusnandar, fery., 2014, Reaksi Karamelisasi. http://itp.fateta.ipb.ac.id/id/index. Diakses tanggal 14-02-2014.
Kersani, 2011, Permen Susu, http://posluhdesdesacijambu.blogspot.com. Diakses pada tanggal 08-03-2014.
Simat, R., 2011. Pengertian-Pegas, http://artikata.com/2013/01/pengertian-pegas. Diakses tanggal 11-02-2014.
Timoshenko S. P., 1972, Mekanika Teknik, Edisi 4, Jakarta: Erlangga.

RANCANG BANGUN ALAT CETAK BRIKET


Oleh : Alif Fahmi

ABSTRAK
110
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Briket merupakan salah satu energi alternatif pengganti arang konvensional yang berasal dari kayu, karena briket ini
terbuat dari bahan-bahan lunak yang di padatkan, contoh serbuk kayu, daun, ampas kelapa, ampas tebu dan lain-lain. Di Sumbawa
banyak sekali terdapat bahan-bahan yang disebutkan di atas untuk dapat dijadikan briket.
Tingginya kebutuhan masyarakat Indonesia terutama masyarakat Sumbawa akan bahan bakar dan langkanya memperoleh
bahan bakar, maka sangat perlu masyarakat kita untuk dapat memikirkan bahan bakar lain sebagai alternatif, salah satunya
briket. Masih sedikit masyarakat Sumbawa yang membuat atau memproduksi briket, pembuatannya pun masih menggunakan
sistem dan teknik produksi yang masih manual.
Dalam rangka memperbaiki dan meningkatkan efektifitas dan efisiensi peralatan yang digunakan dalam proses produksi
briket serta sebagai sebuah upaya penterjemahan ilmu pengetahuan yang kontekstual, penulis berupaya untuk memberikan
sebuah solusi dengan merancang alat pencetakan briket yang nantinya diharapakan dapat memberikan kemudahan bagi
masyarakat. Alat ini nantinya dapat memberikan beragam manfaat yang dapat mensubstitusi beberapa proses dalam proses
produksi briket yang masih manual selama ini.
Dengan adanya alat ini maka dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas produk briket yang dihasilkan, memudahkan para
pembuat/pengrajin briket untuk meningkatkan produksi briket serta memberikan kemudahan bagi pembuat/pengrajin briket skala
kecil dalam memproduksi briket yang lebih baik.

Kata Kunci: Rancang bangun alat pencetak briket.

PENDAHULUAN
Di Negara kita Indonesia sedang mengalami masa sulit mengenai pasang surut harga kebutuhan minyak bumi, pemerintah
sendiri sedang mengkonversikan dari minyak tanah ke gas, namun itu dirasa kurang efektif oleh masyarakat dengan maraknya
tabung gas yang bocor dan pasokan gas yang kurang memadai oleh sebab itu banyak usaha yang di lakukan oleh para ahli untuk
mencari alternatif yang ramah lingkungan, salah satunya adalah membuat briket.
111
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Briket merupakan salah satu energi alternatif pengganti arang konvensional yang berasal dari kayu, karena briket ini terbuat
dari bahan-bahan lunak yang di padatkan, contoh serbuk kayu, daun, ampas kelapa, ampas tebu, dan lain-lain. Dimana seperti yang
kita ketahui serbuk kayu sangat mudah untuk kita dapatkan umumnya di Indonesia dan khususnya di Kota Sumbawa , di mana
serbuk kayu bahkan merupakan sampah yang dibuang oleh masyarakat. Sekarang dengan kemajuan teknologi, serbuk kayu
tersebut tidak lagi menjadi sampah melainkan sebuah sumber energi yang kita olah kembali menjadi briket yang bisa digunakan
masyarakat untuk memasak. Untuk memadatkan serbuk kayu yang sudah dihancurkan kita perlu menciptakan suatu alat yang
disebut “Alat Pencetak Briket Arang”. Disini serbuk kayu tersebut dipadatkan kembali dengan campuran bahan perekat tepung
kanji dan dibentuk menjadi satu bentuk seperti hexagonal, cylindrical, square/cube, diak/tablet, dan lain-lain.
Prinsip Kerja Alat. Dasar alat pencetak briket dimana alat ini menggunakan teknik pressure atau tekanan. Pressure atau
tekanan ini sendiri dihasilkan oleh dongkrak yang menggunakan sistem pengungkit,dan dengan 2 pegas dikedua sisi pipa penekan
bertujuan untuk mengembalikan pipa penekan pada posisi semula. Sedangkan pada pipa penekan itu sendiri terdiri dari 5 (lima)
buah dan begitu juga dengan pipa penampung bertujuan untuk meningkatkan hasil produksi dan efisiensi waktu yang lebih singkat.
Setelah proses pengepresan selesai maka plat terbawah dari alat ditarik melalui celah yang telah disiapkan.

METODE PENELITIAN
Desain Pengujian. Metode yang digunakan pada pengerjaan Tugas Akhir ini adalah gabungan antara perancangan dan
eksperimental. Pengujian dilaksanakan apabila perencanaan dan pembuatan alat pencetak briket ini yang telah diselesaikan.
112
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Metode Pengumpulan Data. Dalam rancang bangun Alat Pencetak briket ini ditetapkan suatu variabel , sebab suatu variabel
merancang alat pencetak merupakan parameter utama yang mempengaruhi hasil pencetak briket yang akan dicapai. Hal ini
ditetapkan 2 variabel yaitu sebagai berikut : 
1. Variabel Bebas, sesuai dengan tujuan penelitian yang akan dicapai, yaitu :
a. Alat ini dapat meningkatkan efektifitas waktu dan efisiensi sumberdaya dalam proses produksi briket ;
b. Merancang alat sederhana yang mudah digunakan yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas produksi briket ;
c. Dapat memberikan pemahaman tentang penggunaan alat pencetak briket.
2. Variabel Terikat
Variabel terikat yaitu variabel yang menjadi perhatian utama perancang. Tujuan utama dari rancangan adalah
menjelaskan variabel terikat. Dengan menganalisa variabel terikat, diharapkan dapat ditemukan jawaban dan penyelesaian
permasalahan. Yang menjadi variabel terikat pada perancangan ini adalah bagaimana merancang alat pencetak briket
sederhana yang dapat meningkatkan efektifitas dan efisiensi proses produksi briket serta mudah digunakan oleh masyarakat.

Tabel 1. Harga Bahan


No. Bahan Satuan Harga
1. Kanal U 500 x 100 x 3 mm Rp 500.000,-
2. Dongkrak 1 Ton Rp 250.000,-
3. Pegas - Rp 75.000
4. Pipa Penekan 150 x 28 x 3 mm Rp 100.000,-
5. Pipa Penampung 120 x 31 x 3 mm Rp 100.000,-
113
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

6. Plat (Plat 3 mm) 600 x 94 x 3 mm Rp 150.000,-


7. Biaya Produksi Alat Orang Rp 300.000,-
TOTAL Rp 1.475.000,-

Menentukan Spesifikasi Alat


1. Menentukan Spesifikasi Pipa Cetakan / Pipa Penampung
Spesifikasi Alat Pencetak Briket. Pipa/besi cetakan fungsinya untuk mencetak atau membentuk serbuk arang sampai
berbentuk menjadi briket sesuai dengan bentuk dan ukuran yang telah ditentukan dalam rancangan alat cetakan dengan target
produksi briket yang ingin dihasilkan dalam sekali cetak (300 Pcs/Jam). Bahan konstruksi pipa cetakan dibuat dari bahan besi tabung
dengan ukuran 150 x 28 x 3 mm sebanyak 12 buah.
2. Menentukan Spesifikasi Pipa Penekan
Spesifikasi pipa penekan fungsinya sebagai besi penekan dan pemadat serbuk arang yang sudah ditumbuk sebelum dalam
tahap proses pencetakan. Bahan konstruksi pipa penekan terbuat dari bahan yang sama dengan pipa cetakan/pipa penampung
namun dengan ukuran sedikit berbeda yaitu 120 x 31 x 3 mm sebanyak 12 buah juga. Pipa penekan adalah bahan logam yang kuat
terhadap tekanan yang diberikan oleh dongkrak. Penggunaan logam besi dipilih karena efektif dalam penggunaannya, serta
bahannya mudah didapat dengan kata lain ringan, kekuatan yang cukup baik, mudah diproduksi dan cukup ekonomis.

PERANCANGAN, PEMBUATAN, PERAKITAN


114
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Proses Perancangan. Tahap pertama yang dilakukan dalam pelaksanaan penelitian ini ialah tahap perancangan, dimana
dalam tahap perancangan ini dimulai dengan mendesain gambar “Alat Cetak Briket” yang akan digunakan, tahap ini ditunjukkan
untuk mempermudah dalam proses pembuatan atau perakitan alat nantinya. Pada tahap ini peneliti menggunakan software dan
AutoCad 2008, untuk software AutoCad digunakan untuk menggambar dalam bentuk dua Dimensi (2D).
Perhitungan Komponen Utama Alat :
F = m.a = 4 kg x 10 m/s2
= 40 N

Diketahui :
K = 1,5 mm
Dw = 3 mm
Dm = 250 mm
F = 40 N

Mencari Tegangan Geser


td = -0,51 x Dw3 + 14,038 x Dw2 - 133,44 x Dw + 1193,7
= -0,51 x 33 + 14,038 x 32 - 133,44 x 3 + 1193,7
= 905,95 kg/mm
115
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

8. 1,5 . 40 . 250
Dw =
√ 3

3,15 . 905,95

120.000
=
√ 3

2844,68
= 19,48 kg/mm

td = -0,51 x Dw3 + 14,038 x Dw2 - 133,44 x Dw + 1193,7

= -0,51 x 19,483 + 14,038 x 19,482 - 133,44 x 19,48 + 1193,7

= 151.33 kg/mm

8. 1,5 . 40 . 250
Dw =
√ 3

3,15 . 151,33

120.000
=
√ 3

792,96
= 36,90 kg/mm

A. Diameter Rata-rata :
Dm = 25 cm  250 mm
B. Diameter Luar :
D0 = Dm + Dw = 250 + 36,90 = 286,90 mm
C. Diameter Dalam :
D1 = Dm – Dw = 250 – 36,90 = 213,10 mm
116
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Proses Pembuatan. Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam proses pembuatan alat ini adalah sebagai berikut:
1. Alat Yang Digunakan
Adapun alat-alat yang akan dipersiapkan sebelum melakukan perakitan alat cetak briket ini adalah sebagai berikut :
a) Alat las d) Palu
b) Gerinda (potong & tangan) e) Obeng (min-plus)
c) Tang
2. Bahan Yang Dikerjakan
Adapun bahan yang akandikerjakan dalam perakitan alat pencetak permen susu ini adalah sebagai berikut:
a) Kanal U d) Pipa Penekan
b) Dongkrak e) Pipa Penampung
c) Pegas f) Plat Alas

Adapun tahap-tahap dalam proses pembuatan alat ini adalah sebagai berikut:
1. Bentuk rangka cetakan yang akan digunakan
117
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Gambar 1. Bentuk Kerangka Alat

2. Bentuk Pipa Penekan yang akan digunakan

Gambar 2. Bentuk Pipa Penekan

3. Bentuk Pipa Penampung yang akan digunakan


118
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Gambar 3. Bentuk Pipa Penampung


4. Bentuk Pegas yang akan digunakan

Gambar 4. Bentuk Pegas


119
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

5. Besi Alas/Penyangga Rangka yang digunakan

Gambar 5. Bentuk Besi Alas/Penyangga

6. Dongkrak yang digunakan


120
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Gambar 6. Dongkrak

Langkah-Langkah Pembuatan. Proses pembuatan Alat Cetak Briket ini dikerjakan di bengkel las. Proses pembuatannya
sendiri memerlukan waktu kurang lebih satu bulan dimana dimulai dari tanggal 17 April 2014 sampai tanggal 17 Mei 2014. Proses
pembuatan tersebut dimulai dari menyiapkan bahan-bahan yang akan digunakan, misalnya bahan untuk rangka berupa kanal U dan
juga mempersiapkan bahan-bahan serta alat-alat lainnya.
Proses pembuatan dilakukan dalam dua tahap, dimana tahap pertama yaitu pembuatan atau perakitan rangka Alat Cetak
Briket, dan tahap kedua yaitu pembuatan atau perakitan pipa cetakan briket. Tahap pertama dimulai dengan mengukur bahan-
bahan material dan memotong bagian-bagian material tersebut sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan sebelumnya. Untuk
bagian rangka (kiri dan kanan) menggunakan besi kanal U dengan dimensi 1500 x 100 x 3 mm, sedangkan untuk rangka bagian atas
menggunakan besi kanal U dengan dimensi 500 x 100 x 3 mm, dan rangka bagian bawah (besi alas) menggunakan plat dengan
dimensi 700 x 120 x 3 mm.
Setelah proses pemotongan selesai kemudian dilanjutkan dengan proses pengelasan pada setiap rangka. Proses selanjutnya
pemasangan atau perakitan bagian-bagian dari Alat Cetak Briket tersebut. Untuk tahap kedua, yaitu dilanjutkan dengan pembuatan
atau perakitan pipa cetakan yang terdiri dari pipa penekan dan pipa penampung, dimana pipa cetakan sendiri terbuat dari pipa
besi, pipa penekan berdiameter 28 mm dengan tinggi 150 mm, dan pipa penampung berdiameter 31 mm dengan tinggi 150 mm.
121
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Adapun langkah-langkah dalam proses pembuatan Alat Cetak Briket ini adalah sebagai berikut :
a) Pengukuran bahan material sesuai ukuran alat yang telah ditentukan.
b) Pemotongan bahan material.
c) Proses perakitan komponen alat.
d) Proses perakitan pipa cetakan dan pipa penampung.
e) Proses pengelasan kerangka alat.

Proses Perakitan
1) Alat Bantu Yang Digunakan
Adapun alat bantu yang digunakan sebagai berikut :
a. Meteran b. Klem c. Penggaris / Penggaris Siku
2) Proses Perakitan Alat
Pada tahap ini peneliti merealisasikan bentuk perancangan yang telah dibuat sebelumnya ke dalam bentuk nyata atau
bentuk sebenarnya.

1. Proses Pengukuran Material


122
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Gambar 7. Proses Pengukuran Material


2. Proses Pemotongan material

Gambar 8. Proses Pemotongan Material


123
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

3. Proses Pengelasan Alat

Gambar 9. Proses Pengelasan Alat


3) Biaya Bahan
Tabel 2. Harga Bahan
No. Bahan Satuan Harga
1. Kanal U 500 x 100 x 3 mm Rp 500.000,-
2. Dongkrak 1 Ton Rp 250.000,-
3. Pegas - Rp 75.000
4. Pipa Penekan 150 x 28 x 3 mm Rp 100.000,-
5. Pipa Penampung 120 x 31 x 3 mm Rp 100.000,-
6. Plat (Plat 3 mm) 600 x 94 x 3 mm Rp 150.000,-
7. Biaya Produksi Alat Orang Rp 300.000,-
124
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

TOTAL Rp 1.475.000,-

a) Biaya Pembuatan Dan Perakitan


Adapun biaya pembuatan dan perakitan alat sebagai berikut :
Total Rp 300.000,-
b) Berat Kosong Alat Cetak Briket
Adapun total berat kosong alat cetak briket tersebut adalah 25 kg.
c) Prosedur Pengoperasian Dan Uji Coba Alat (Testing)
Adapun tahap-tahap pengoperasian alat ini terdiri dari beberapa kegiatan sebagai berikut :
1. Menyiapkan bahan-bahan untuk membuat briket
2. Mencampur bahan untuk membuat briket.
3. Isi cetakan dengan bahan-bahan yang sudah tercampur
4. lakukan pengepresan dengan menggunakan dongkrak yang berkapasitas 2 ton.
d) Tabel Perbandingan Hasil Produksi Briket
Tabel 3. Perbandingan Hasil Produksi Briket
Ketarangan Manual Alat cetak
Kapasitas produksi 60 biji/jam 240 biji/jam
Hasil produksi Tekanan tidak sama Tekanan sama rata (15 kg)
Produk yang rusak 20 % 5%
Omzet 60 x 150,00 = 9000,00 240 x 150,00 = 36000,00
125
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

e) Analisa (BEP) Break Eren Point


Adapun analisa BEP (Break Eren Point) alat ini adalah sebagai berikut: Dalam perhitungan ini penulis hanya
menjelaskan perhitungan BEP Unit.
Diketahui:
1. Biaya variabel/unit
 Kanji = 20,00/unit.
 Serbuk = 25,00/unit.
2. Biaya tetap
 Alat press = 1.0475.000
3. Harga jual :
¿
= t 0 tal ¿ cost h arga jual/ unit−variabel cost

1.0475.000,00 1.0475.000,00
= = = 99761,90 /unit.
150,00−45,00 105,00
Artinya pengusaha harus menjual 99761,90/unit agar dapat mencapai Break Event Point.

KESIMPULAN
126
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Dari rangkaian penelitian yang telah dilakukan bisa ditarik kesimpulan bahwa dari hasil pengujian didapat hasil penelitian
yang terbaik karena alat cetak dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas produk briket yang dihasilkan dibandingkan dengan
manual.

SARAN
1. Perlu penelitian lebih lanjut untuk meningkatkan produktivitas briket yang dihasilkan.
2. Perlu penelitian lebih lanjut untuk penyempurnaan alat cetak briket perlu penelitian lebih lanjut untuk meningkatkan alat cetak
briket yang lebih efisien dan mudah digunakan oleh warga masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA
Fristiar, Ficky. 2012. “Mesin Pengupas Serabut Kelapa Semiotomatis”. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Gere, Jemes M.1878. “Mekanika Teknik, Edisi 4”. Jakarta: Erlangga.
Jogaswara, E. 1999. “Menggambar Teknik Dasar, Mesin SMK 1”. Bandung: Armico.
Ramdhani, Dadan M., dkk. 2008. “Mesin Press Papan Partikel sekam Padi Untuk Chieling Dengan Daya 10 Ton”. Yogyakarta: Institut
Sains Dan Teknologi Akprind.
Rita. 2009. Briket Sampah. http://bandarsampah.blogdetik.com. Diakses pada hari Rabu, 30 November 2011 pukul 14.00 WIB.
Timoshenko, S. P. 1972. “Mekanika Teknik, Edisi 4”. Jakarta: Erlangga.
Wahyu, Arozi. 2011. “Pembuatan Briket Arang”. Jakarta : Madanitec.
127
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

PERENCANAAN MESIN PEMARUT SEKALIGUS PEMERAS KELAPA


Oleh : Abdul Muis
128
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

ABSTRAK

Seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka diperlukan upaya yang dapat memudahkan masyarakat
dalam meningkatkan efisiensi peralatan dan efektifitas waktu guna meningkatkan kinerja usaha. Prinsip kerja Mesin Pemarut
Sekaligus Pemeras kelapa ini adalah suatu prinsip kerja dimana dalam proses pemerasan parutan kelapa diakibatkan oleh putaran
ulir yang bekerja melalui proses putaran pulley yang di putar oleh vanbelt sehinga ulir berputar menekan parutan kelapa didalam
tabung pipa paralon sampai parutan kelapa menghasilkan santan. Dalam merancang Mesin Pemarut Sekaligus Pemeras Kelapa ini
ditetapkan suatu variabel, sebab suatu variabel merancang Mesin Pemarut Sekaligus Pemeras Kelapa merupakan parameter
utama yang mempengaruhi hasil parutan kelapa dan santan yang akan dicapai. Adapun langkah-langkah yang perlu di perhatikan
pada Alat pemarut dan pemeras kelapa, terutama dalam perawatan agar alat tetap awet, harus selalu di bersihkan setelah selesai
melakukan proses, selalu memperhatikan segala komponen alat pemarut sekaligus pemeras kelapa ini, dan selalu simpan pada
tempat yang aman. Alat ini nantinya dapat bermanfaat di kalangan masyarakat, memudahkan dalam proses produksi kelapa
dapat menghasilkan santan yang berkualitas, higienis, dan memberi solusi pada masyarakat tanpa menggunakan proses manual
dalam proses pemarutan dan pemerasan kelapa.

Kata Kunci : Perencanaan Mesin Pemarut Sekaligus Pemeras Kelapa

PENDAHULUAN
Seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka diperlukan upaya yang dapat memudahkan masyarakat
dalam meningkatkan efisiensi peralatan dan efektifitas waktu guna meningkatkan kinerja usaha. Salah satu upaya tersebut ialah
dengan pemanfaatan Teknologi Tepat Guna (TTG). Teknologi Tepat Guna merupakan wujud dari pemanfaatan ilmu pengetahuan
guna memudahkan kerja manusia dalam rangka peningkatan kesejahteraannya, Teknologi Tepat Guna tidak hanya sebuah upaya
129
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

perwujudan dari proses tranformasi ilmu-ilmu teoritis menjadi sesuatu yang berwujud, melainkan teknologi yang memiliki ketepat
gunaan dan sesuai dengan tujuan-tujuan spesifik yang ingin dipenuhi dimana teknologi tersebut akan digunakan.
Pembangunan di Kabupaten Sumbawa menunjukkan perkembangan yang cukup baik di segala sektor, hal ini ditunjukkan
oleh diantaranya peranan warga masyarakat dalam mengeksplorasi berbagai potensi, pemanfaatan hasil dari pe rtanian misalnya
kelapa adalah salah satu contohnya, warga masyarakat khususnya yang mengolah bisnis rumah tangga atau produk skala kecil dan
menengah, yang cukup bernilai ekonomis yaitu dengan memanfaatkan santan kelapa.
Santan kelapa adalah jenis olahan yang di olah dengan menggunakan bahan dasar kelapa yang pada prinsipnya olahan yang
menyebabkan terjadinya perubahan bentuk dari kelapa menjadi santan, sedangkan pengolahan santan kelapa diolah dengan
menggunakan system dan teknik produksi, saat ini banyak kita temukan pengolahan kelapa masih manual terutama pada rumah
tangga atau industri-industri kecil dan menengah, Kusnandar, fery. 2014.
Dalam rangka memperbaiki dan meningkatkan efektifitas dan efisiensi peralatan yang digunakan dalam proses produksi
santan kelapa tersebut serta sebuah upaya pengembangan ilmu pengetahuan yang kontekstual. Alat ini nantinya dapat
memberikan beragam manfaat yang dapat mensubstitusi beberapa proses dalam proses produksi santan yang masih manual
selama ini. Oleh sebab itu penulis bermaksud mengajukan penelitian yang berjudul “Perencanaan Mesin Pemarut Sekaligus
Pemeras Kelapa’’
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah Meningkatkan kualitas dan kuantitas produk santan yang dihasilkan,
memberikan kemudahan bagi masyarakat skala kecil dalam memproduksi santan yang lebih baik dan dapat memberikan kontribusi
pengembangan Teknologi Tepat Guna (TTG) dalam pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi.
130
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Metode Pengumpulan Data. Dalam merancang Mesin Pemarut Sekaligus Pemeras Kelapa ini ditetapkan suatu variabel,
sebab suatu variabel merancang Mesin Pemarut Sekaligus Pemeras Kelapa merupakan parameter utama yang mempengaruhi hasil
parutan kelapa dan santan yang akan dicapai. Hal ini ditetapkan 3 variabel yaitu sebagai berikut: 
1. Variabel bebas sesuai dengan tujuan penelitian yang akan dicapai.
a. Meningkatkan efektifitas waktu dan efisiensi tenaga apabila menggunakan mesin pada proses pemarut sekaligus pemerasan
kelapa
b. Dapat memberikan pemahaman tentang perencanaan mesin pemarut sekaligus pemeras kelapa.
2. Variabel Terikat.
Variabel terikat yaitu variabel yang menjadi perhatian utama perancang. Tujuan utama dari rancangan adalah menjelaskan
variabel terikat, terhadap “perencanaan mesin pemarut sekaligus pemeras kelapa” yaitu kelapa dan air.
3. Variabel terkontrol.
Variabel terkontrol yaitu variabel yang menjadi perhatian utama hasil proses pengoperasian alat yaitu santan.

Alat. Adapun alat-alat yang akan dipersiapkan sebelum melakukan perakitan Mesin Pemarut Sekaligus Pemeras Kelapa ini
sebagai berikut :
1. Mesin Las. 5. Mesin Gerinda
2. Kunci Combinasi 12. 6. Meteran
3. Tang . 7. Mesin Bor
131
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

4. Palu. 8. Penggaris Siku.


Bahan. Adapun bahan yang perlu di persiapkan :
1. Kelapa 7. Baut & Mur
2. Besi siku 8. Plat almunium
3. Parutan kelapa 9. Pipa paralon 3’’/ dop
4. Bearing 10. Sabuk
5. Pulley 11. Besi
6. Motor listrik 12. Krant

Menentukan Spesifikasi Mesin Pemarut Sekaligus Pemeras Kelapa. Alat pemarut dan pememeras kelapa fungsinya
mengiris kelapa membentuk kelapa sampai berbentuk irisan kecil-kecil sesuai dengan bentuk dan ukuran yang telah ditentukan
dalam rancangan pisau irisan.

Menentukan Spesifikasi Alat Pemeras Kelapa. Spesifikasi alat pemeras kelapa fungsinya untuk proses pengolahan kelapa
parut yang tercampur dengan air dengan system ulir agar menghasilkan santan yang optimal sesuai kapasitas yang telah di
tentukan.

PERANCANGAN, PEMBUATAN, PERAKITAN


132
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Proses Perancangan. Tahap pertama yang dilakukan dalam pelaksanaan penelitian ini ialah tahap perancangan, dimana
dalam tahap perancangan ini dimulai dengan mendesain gambar “Mesin Pemarut Sekaligus Pemeras Kelapa” yang akan digunakan,
tahap ini ditunjukkan untuk mempermudah dalam proses pembuatan atau perakitan alat nantinya. Pada tahap ini peneliti
menggunakan software AutoCad 2008.

Proses Pembuatan. Adapun tahap-tahap dalam proses pembuatan alat ini sebagai berikut:
a. Bentuk rangka mesin pemarut sekaligus pemeras kelapa yang akan digunakan.

Gambar 1. Bentuk kerangka alat.

b. Bentuk pisau parutan kelapa yang akan digunakan.


133
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Gambar 2. Bentuk pisau parutan kelapa.


c. Mesin penggerak utama yank digunakan

Gambar 3. mesin penggerak.


d. Tabung air yang akan di gunakan
134
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Gambar 4. botol air mineral

e. Sabuk dan pulley yang di gunakan


135
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Gambar 5. Sabuk dan pulley


f. Bentuk rumah parutan kelapa yang akan digunakan.

Gambar 6. Bentuk books parutan kelapa


g. Bentuk corong atau output parutan kelapa dan input alat pemeras yang digunakan.
136
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Gambar 7. Corong alat pemeras kelapa.


h. Bentuk tabung alat pemeras parutan kelapa yang akan digunakan terbuat dari pipa paralon.

Gambar 8. Tabung alat pemeras parutan kelapa


i. Bentuk alat pemeras parutan kelapa yang akan digunakan.

Gambar 9. Alat pemeras parutan kelapa.


137
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Langkah-Langkah Pembuatan. Pembuatan Mesin Pemarut Sekaligus Pemeras Kelapa ini dikerjakan dibengkel las ‘’RANGGA
PUTRA’’. Proses pembuatannya sendiri memerlukan waktu yang cukup lama, dimulai dari pemilihan bahan yang cocok sesuai
dengan kebutuhan, proses perakitan, dan pemasangan segala komponen Mesin Pemarut Sekaligus Pemeras Kelapa ini.
Adapun langkah-langkah dalam proses pembuatan Mesin Pemarut Sekaligus Pemeras Kelapa ini adalah sebagai berikut :
1. Pengukuran bahan material sesuai ukuran yang telah ditentukan.
2. Pemotongan bahan material.
3. Proses perakitan kerangka
4. Proses perakitan books parutan kelapa.
5. Proses pengelasan alat pemeras
6. Proses perakitan tabung pemeras parutan kelapa
7. Proses pemasangan komponen mesin pemarut sekaligus pemeras kelapa.
Proses Perakitan Alat. Pada tahap ini peneliti merealisasikan bentuk perancangan yang telah dibuat sebelumnya ke dalam
bentuk nyata atau bentuk sebenarnya. Adapun proses-proses perakitan alat ini adalah sebagai berikut :
a. Proses pengukuran material.
138
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Gambar 10. Proses pengukuran material.


b. Proses pemotongan material.

Gambar 11. Proses pemotongan material.


c. Proses pengelasan material.

Gambar 12. Proses pengelasan alat.


139
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Tabel 1. Biaya Pembuatan Dan Perakitan

No. Bahan Satuan Harga


1. Besi siku 4 Rp. 58.000
4. Parutan kelapa 1 Rp. 110.000
5. Bearing 2 Rp. 45.000
6. Puli 3 Rp. 45.000
7. Motor listrik 1 Rp. 250.000
8. Baut & Mur 50 Rp. 50.000
9. Plat almunium 1meter Rp. 27.000
10 Pipa paralon 3’’/ dop 1,5m / 2 Rp. 30.000
1 Sabuk 1 Rp. 24.000
12 Besi 1 Rp.11.000
13 Krant 1 Rp.15.000
Biaya Pembuatan Alat Rp. 100.000
Jumlah Total Rp.765.000
Adapun biaya pembuatan dan perakitan mesin pemarut sekaligus pemeras kelapa adalah : Total Rp : Rp.765.000
140
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Berat Kosong mesin pemarut sekaligus pemeras kelapa. Adapun berat kosong mesin pemarut sekaligus pemeras kelapa
adalah : Total Berat Kosong Alat : 25 kg.

HASIL PENGUJIAN
Tahap terakhir dalam penelitian ini adalah tahap pengujian “Perencanaan Mesin Pemarut Sekaligus Pemeras Kelapa”. Dalam
tahap pengujian alat ini peneliti melaksanakan pengujian atau uji coba alat dengan menggunakan kelapa sebagai bahan untuk
mendapatkan hasil, dengan kemampuan alat dalam sekali operasi bisa menghasilkan santan. Kemudian membandingkan manakah
yang lebih baik antara proses manual dan menggunakan mesin pemarut sekaligus pemeras kelapa ini.
Pada tahap ini, data-data yang didapatkan pada tahap pengujian dimana dari hasil santan dan koefisien waktu
menggunakan mesin pemarut sekaligus pemeras kelapa, dibandingkan dengan proses manual tentunya hasil produksinya tidak
sama dan juga waktu yang berbeda.
Tabel 2. Hasil Pengujian Produksi Santan Kelapa

No. Uraian Manual Mesin


1. Kelapa 1 biji 1 biji
2. Air 1000 ml 1000 ml
3. Proses pemarutan 14:08 10:34

4. Proses pemerasan 04:40 02:10


141
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

5. Total waktu 18:48 menit 12:45 menit


6. Hasil Putih Putih

Perawatan Alat Adapun langkah - langkah dalam perawatan Mesin Pemarut Sekaligus Pemeras Kelapa ini sebagai berikut:
1. Alat pemarut dan pemeras kelapa harus selalu di bersihkan setelah selesai melakukan proses.
2. Memperhatikan segala komponen pada saat memulai proses produksi.
3. Simpan selalu pada tempat yang aman.

KESIMPULAN
Dari rangkaian penelitian yang telah dilakukan bisa ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Dengan adanya alat ini maka dapat meningkatkan produk santan yang dihasilkan berkualitas dan higienis.
2. Dengan adanya mesin pemarut sekaligus pemeras kelapa ini dapat memudahkan kinerja masyarakat, efisiensi waktu dan tenaga
dalam memproduksi santan kelapa.

SARAN
142
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari kata sempurna, maka peneliti menyarankan untuk kesempurnaan
Mesin Pemarut Sekaligus Pemeras Kelapa ini, perlu penelitian lebih lanjut untuk meningkatkan kinerja Mesin Pemarut Sekaligus
Pemeras Kelapa yang mudah digunakan oleh warga masyarakat, terutama pada mesin penggerak utama. Dianjurkan menggunakan
mesin di atas 2.850 R.P.M, dan alat pemeras lebih di perkecil diameter ulir.

DAFTAR PUSTAKA
Febrianto,Putra, 2014,’’Almunium’’,http://www.platalmunium.com. Diakses tanggal 11-02-2014.
Hemawan, 2012,’’motor-listrik’’, http:// motor-listrik.blogspot.com.html. Diakses pada 12-2012.
Ismanto, Edi, 2013,’’pengertian besi’’, http://artikata1.blogspot.com.pengertian-besi.html. diakses tanggal 11-02-2014.
Kusnandar, fery., 2014, Reaksi Karamelisasi. http://itp.fateta.ipb.ac.id/id/index. Diakses tanggal 14-02-2014.
Maryanto, budi, 2012,’’ Pengertian dan macam-macam baut’’, http://zulkifli.mywapblog.com/pengertian-dan-macam-
macam-baut. diakses tanggal 11-02-2014.
143
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

ANALISIS PENGGUNAAN MATERIAL ALUMINIUM DAN KAYU PADA KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG
Oleh : Dede Satria

ABSTRAK

Penggunaan bahan material merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil optimal dalam suatu proyek
pembangunan. Adanya produk kusen Aluminium sebagai alternatif lain yang digunakan sebagai bahan pembuatan kusen
bangunan. Pada studi ini dilakukan perbandingan penggunaan kusen aluminium dan kusen kayu pada bangunan ditinjau dari segi
biaya, waktu pelaksanaan dan tata laksana dengan menggunakan bahan aluminium dan kayu jati. Data yang digunakan pada
analisis ini merupakan data harga satuan pekerjaan sebagai acuan dalam perhitungan yang sah.
Dari hasil perbandingan dengan data yang ada, diperoleh jika ditinjau dari segi biaya adalah sebagai berikut, yaitu : kusen
aluminium Rp. 98.251.531,- dan dari kusen Kayu sebesar Rp. Rp 91.753.381,- . Maka diperoleh kesimpulan dari segi biaya yang
paling murah untuk bahan penggunaan kusen bangunan adalah kusen kayu sedangkan dari segi waktu pelaksanaan kusen
aluminium adalah yang paling cepat. Untuk tata laksana secara menyeluruh hampir sama akan tetapi ada sedikit perbedaan tata
laksana pemasangannya yaitu dari kusen aluminium dikerjakan sesudah tembok berdiri dan sudah diplester dan dicat, sedangkan
untuk kusen kayu pengerjaannya dilakukan bersamaan saat pemasangan bata merah.

Kata kunci : Analisis, material, gedung.

PENDAHULUAN
144
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Indonesia telah terkenal sejak lama menjadi penghasil kayu tropis terbesar di dunia. Saat ini kondisi hutan dan keberadaan
material kayu sudah sangat memprihatinkan karena pembalakan hutan secara liar dan besar-besaran dipastikan akan membuat
material kayu menjadi sulit dicari dan harganya pun nantinya akan melonjak naik. Oleh karena itu pencarian material alternatif dari
kayu dilakukan sebagai solusi untuk melestarikan hutan dan diharapkan dapat membuat bangunan lebih awet. Kayu biasanya
dimanfaatkan sebagai material seperti kusen, pintu, jendela, plafond, finishing, lisplank, lantai dan lainnya. Material kayu dengan
tekstur dan guratannya yang indah sudah digemari para penggunanya. Namun penanganannya yang kurang tepat kayu akan
berakibat pada daya tahan terhadap cuaca kurang baik, rentan rayap dan mudah lapuk, yang akhirnya cepat merusak bangunan
dan elemennya.
Perkembangan konstruksi di Indonesia saat ini sedang maju dengan pesat, hal ini ditandai dengan banyaknya proyek yang
dikerjakan dalam skala besar, melihat perkembangan jasa konstruksi yang bergitu pesat, maka perusahaan-perusahaan industri
bahan konstruksi pun berlomba-lomba untuk menciptakan inovasi-inovasi baru yang dapat meningkatkan efisiensi kerja dalam
bidang konstruksi salah satunya bahan konstruksi yang mulai dilirik penggunaannya adalah pembuatan kusen, daun pintu dan daun
jendela. Dalam dunia industri saat ini sebenarnya bahan pembuatan kusen ada banyak jenis bahannya yang ditawarkan oleh
perusahaan yaitu kusen dari bahan beton, baja, PVC, aluminium dan kayu. Kusen kayu sudah digunakan jauh sebelum adanya
bahan-bahan ini.
Beberapa proyek pembangunan rumah, gedung dan perkantoran di kota-kota besar telah menggunakan bahan-bahan ini
sebagai material bangunannya akan tetapi di kabupaten sumbawa bahan-bahan material yang sering digunakan adalah bahan kayu
dan aluminium. Dan masyarakat Sumbawa masih cenderung memilih kayu daripada mateial pengganti lainnya dalam bangunan.
145
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Tetapi semakin susahnya dan juga sulit mendapatkan kualitas kayu yang baik, membuat orang berinisiatif untuk menggunakan
material pengganti kayu. Itu tentu saja material pengganti tersebut tidak lebih murah dari bahan kayu itu sendiri, bahkan
cenderung lebih mahal.
Akan tetapi dengan keunggulan yang dimiliki kusen aluminium sebagai bahan material bangunan alternatif yang persisi,
praktis dan tahan lama. Dan waktu pengerjaannya yang lebih ringkas serta perawatan atau pemeliharaannya yang mudah memuat
biaya keseluruhannya lebih murah. Terlebih jika digunakan dalam skala bangunan yang besar, penggunaan material ini dapat sangat
menekan biaya. Sehingga diharapkan dalam waktu dekat kondisi hutan akan berangsur membaik dan mengurangnya pemanasan
global warning yang dikarenakan pengurangan penggunaan material kayu sebagai bahan bangunan
Oleh karena itu perlu kiranya dilakukan penelitian secara analitis untuk mengetahui efisiensi penggunaan material
aluminium dengan material kayu pada pekerjaan kusen, jika dibandingkan baik dari segi umur pakai yang nantinya akan berdampak
pada biaya.

METODE PENELITIAN
Metodologi Penelitian. Metodologi penelitian yang digunakan didalam penelitian ini adalah dengan metode pengumpulan
data primer (Pengukuran secara langsung dilapangan) dan analisis data sekunder (Perhitungan AHS 2014 dan Uji control HS
Pasaran).
Prosedur Penelitian. Adapun tahapan-tahapan prosedur penelitian yang dilakukan didalam penelitian ini adalah :
1. Tahap Pendahuluan
146
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Mengidentifikasi data penelitian, yang mana dalam penelitian ini ada beberapa data yang dibutuhkan yaitu,
a. Data harga satuan pekerjaan di Sumbawa besar, meliputi:
 Daftar harga satuan bahan.
 Daftar harga satuan alat.
 Daftar harga satuan upah tenaga.
b. Data jenis dan umur pakai bahan
 Umur pakai kayu
 Umur pakai alumunium
2. Pengambilan Data
Mengumpulkan data primer dan data sekunder meliputi:
a. data primer berupa pengamatan langsung yang dimana akan dilakukan pada proses kerja di Lapangan.
b. Data sekunder merupakan data yang diambil dari dokumen dan literatur-literatur pada dinas terkait yang berhubungan
dalam penelitian ini sebagai informasi yang menunjang penelitian.

Bagan Alur Penelitian

Mulai

Identifikasi Masalah
147
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Perumusan Masalah

Study Pustaka

Pegumpulan Data

Data Primer Data Sekunder

1. Pengamatan langsung 1. Perhitungan AHS 2014


pengerjaan di lapangan 2. Uji kontrol HS pasaran

Analisis dan Pembahasan


148
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Kesimpulan

Selesai

HASIL PENELITIAN
Analisis Dan Pengolahan Data. Perhitungan biaya pekerjaan material kusen aluminium dan kayu dapat dilihat gambar
denah kusen bisa dilihat pada lampiran.
Tabel 1. Jumlah kusen aluminium dan kayu pada denah kusen
banyak
No Tipe
Aluminium kayu
1 P1 1 buah 1 buah
2 P2 2 buah 2 buah
3 P3 1 buah 1 buah
4 P4 4 buah 4 buah
5 J1 1 buah 1 buah
6 J2 2 buah 2 buah
7 J3a 10 buah 10 buah
8 J3b 4 buah 4 buah
9 J4 1 buah 1 buah
Sumber : Data Diolah
149
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Penggunaan material aluminium dan kayu dalam pekerjaan kusen pada konstruksi bangunan gedung saat ini banyaknya
menjadi pilihan material kusen masyarakat akan tetapi dalam pemilihan material perlu diperhitungkan seberapa besar biaya dan
waktu yang dihabiskan untuk penggunaan material tersebut dalam pengerjaannya nanti, maka perlulah diperhitungkan atau di
analisa ke efisien material tersebut untuk mengetahui dan mendapat gambaran akan penggunaan material aluminium dan kayu
dalam pekerjaan kusen.
Pada lembaran lampiran terdapat gambar denah kusen yang dimana pada gambar penempatan kusen-kusen sesuai
ruangan. Dalam menganalisis penggunaan material ini analis melakukan analisa data berupa harga satuan pekerjaan (biaya),
pemeliharaan material, tata pelaksanaan, dan waktu pelaksanaan. Dari menganalisa data tersebut maka akan diketahui berupa
selisih dan perbandingan biaya serta ke efisien penggunaan material tersebut.

Rencana Anggaran Biaya


Tabel 2. RAB Pekerjaan Bahan Aluminium
No Pekerjaan Volume Satuan Harga Satuan Jumlah Harga
1. Pek. 1 m² pasang Rp 901.772.10 Rp13.380.494
kusen pintu 14.838 m²
aluminium
150
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

2. pek. 1 m² pasang Rp 970.122.26 Rp12.902.626


pintu kaca rangka 13.472 m²
aluminium
3. Pek. 1 m² pasang Rp 970.122.26 Rp41.609.513
pintu /jendela
42.891 m²
rangka aluminium

4. Pek. 1 m² pasang Rp 970.122.26 Rp36.381.524


jendela rangka 37.502 m²
aluminium
Total Rp91.371.531
(sumber: Hasil Perhitugan)

Dalam perhitungan biaya pekerjaan kusen aluminium di dasarkan pada analisa harga satuan pekerjaan 2014 untuk kabupaten
sumbawa.

Tabel 3. Perhitungan kusen bahan Kayu


No Pekerjaan Volume Satuan Harga Satuan Jumlah Harga
1 Pek. 1 m³ pasang Rp 7.798.462.40 Rp 1.614.281
kusen pintu / 0.207 m³
jendela kayu jati
151
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

2 pek. 1 m³ pasang Rp 7.798.462.40 Rp 35.724.756


pintu / jendela 4.581 m³
kayu jati
3 Pek. Rp 585.487.10 Rp 104.802
1m³ mengerjakan
.
0.179 m³
daun pintu panil
kayu jati
4 Pek. Rp 424.998.32 Rp 62.406.753
1 m mengerjakan
104,92 m¹
daun jendela kaca
kayu jati
Total Rp 80.420.381
Dari hasil perhitungan analisa harga satuan pekerjaan kusen aluminium dan kayu memiliki perbedaan biaya yang sangat
jauh yaitu kusen pintu/jendela, daun pintu dan daun jendela sebesar : Rp 91.371.531 dan dari kusen kayu jati hanya sebesar : Rp
80.420.381.
Untuk membuktikan bahwa RAB kusen aluminium lebih mahal daripada RAB kusen kayu berdasarkan analisa harga satuan,
maka saya melakukan kontrol atau chekking dengan menggunakan harga satuan untuk perhitungan biaya kusen aluminium dan
biaya kusen kayu, yaitu dengan melakukan praktek langsung di lapangan dalam pembuatan J1 dan P1, dimana harga bahan yang
152
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

diambil dari harga pasaran (toko), dan ongkos pembuatan dari biaya yang dibayarkan langsung kepada tukang kayu dan tukang
aluminium adalah:
1. Pekerjaan kusen J1 dan P2 dari bahan kayu
10

5
5
2
5
52 51 51 52

5
10

2
4
5
1

8
8

0
5

6
5
6

1
1

1
5

4
37

4 60
52
3 60
2303 60 3 60 4

37

0
1
5 58 5 58 5 58 5 58 5

Gambar 1. Type Jendela J1 (Bahan kayu)


1 m³ = Rp 5000.000
Dalam 1 m³ isi (batang) 34 batang
Perhitungannya sebagai berikut:
Ukuran standar pada pasaran kayu adalah
6 x 12 x 300 = 0.06 x 0.12 x 3 = 0.0216 m³
Kebutuhan kayu = 0.0216 m³
153
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Biaya = 0.0216 x 5000.000


= Rp 108.000
Jadi, harga 1 batang kayu ukuran 6 x 12 x 300 = Rp 108.000
kebutuhan kayu pada pembuatan kusen type J1 adalah 7 buah batang
Sehingga biaya yang dikeluarkan untuk membeli 7 batang kayu adalah :
= 108.000 x 7 = Rp 756.000
Ongkos/ jasa bikin kusen kayu perlubang dengan ukuran 168 x 230 =
Rp 70.000
Pada gambar diatas terdapat 4 lubang kusen sehingga hasil dari ongkos tukang kayu adalah : 75.000 x 4 = Rp 300.000
Jadi, total biaya = 756.000 + 300.000 = Rp 1.056.000
154
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

5
3
2
5
128

3
2
10

4
0
1
4
1
9
2

0
0

1
2

2
0
1
0
1
60 37
5 5
118

37
0
1
60 60
4 4
120

Gambar 2. Type Pintu P1 (Bahan kayu)


1 m³ = Rp 5000.000
Dalam 1 m³ isi (batang) 34 batang
Perhitungannya sebagai berikut:
Ukuran standar pada pasaran kayu adalah
6 x 12 x 300 = 0.06 x 0.12 x 3 = 0.0216 m³
Kebutuhan kayu = 0.0216 m³
155
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Biaya = 0.0216 x 5000.000


= Rp 108.000
Jadi, harga 1 batang kayu ukuran 6 x 12 x 300 = Rp 108.000
kebutuhan kayu pada pembuatan kusen Type P1 adalah 3 buah batang Sehingga biaya yang dikeluarkan untuk membeli 3
batang kayu adalah :
= 108.000 x 3 = Rp 324.000
Ongkos/ jasa bikin kusen kayu perlubang dengan ukuran 214 x 128 =
Rp 75.000
Pada gambar diatas terdapat 1 lubang kusen sehingga hasil dari ongkos tukang kayu adalah : 75.000
Jadi, total biaya = 324.000 + 75.000 = Rp 399.000

2. Pekerjaan kusen J1 dan P2 dari bahan aluminium


156
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

10

5
5
2
5
52 52 10

5
2
51 51

4
5
1
8

0
6

6
1

1
5

4
37
230
52
4 60 3 60 3 60 3 60 4

3 7

0
1
5 58 5 58 58 5 58 5
5

Gambar 3. Type Jendela J1 (Bahan aluminium)


1 lonjor aluminium 6 meter
Harga 1 lonjor aluminium = Rp 260.000
Perhitungannya sebagai berikut:
Kebutuhan aluminium = 3.864 m²
Biaya = 3.864 x 260.000
= Rp 1.004.640
Jadi, biaya yang dibutuhkan dalam pembuatan/bikin kusen aluminium type J1 adalah Rp 1.004.640
157
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Ongkos/ jasa bikin kusen aluminium type J1 perlubang dengan ukuran 168 x 230 = Rp 80.000
Pada gambar diatas terdapat 4 lubang kusen sehingga hasil dari ongkos tukang aluminium adalah : 80.000 x 4 = Rp 320.000
Jadi, total biaya = 1.004.640 + 320.000 = Rp 1.324.640
10

5
5
2
5
128

5
2
10

4
0
1
4
1
9
2

0
0

1
2

2
0
1
0
1
60 37
5 5
118

37
0
1

60 60
4 4
120

Gambar 4. Type Pintu P1 (Bahan aluminium)


158
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

1 lonjor aluminium 6 meter


Harga 1 lonjor aluminium = Rp 260.000
Perhitungannya sebagai berikut:
Kebutuhan aluminium = 2.52 m²
Biaya = 2.52 x 260.000
= Rp 655.200
Jadi, biaya yang dibutuhkan dalam pembuatan/bikin kusen aluminium type P1 adalah Rp 655.200
Ongkos/ jasa bikin kusen aluminium type P1 perlubang dengan ukuran 214 x 128 = Rp 80.000
Pada gambar diatas terdapat 1 lubang kusen sehingga hasil dari ongkos tukang aluminium adalah : 80.000
Jadi, total biaya = 655.200 + 80.000 = Rp 735.200
Dari praktek langsung di lapangan dengan menggunakan harga satuan di lapangan didapat hasil-hasil sebegai berikut:
1) Pembuatan jendela type J1 ukuran 168 x 230 dengan kusen kayu menghasilkan harga sebesar Rp 1.056.000, dan P1 ukuran
214 x 128 dengan kusen kayu sebesar Rp 399.000
2) Pembuatan J1 ukuran 168 x 230 dengan kusen aluminium menghasilkan biaya sebesar Rp 1.324.640, dan P1 ukuran 214 x
128 dengan kusen bahan aluminium sebesar Rp 735.200
159
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Horizon Perencanaan. Dari perhitungan yang telah dilakukan dalam perhitungan harga dan biaya pemeliharaan yang telah
dilakukan diatas, maka perlu dilakukannya perhitungan nilai biaya yang akan dikeluarkan di masa datang pada kedua material yang
digunakan untuk bangunan gedung. Perbedaan umur aset (material) antara kayu dan aluminium sebagai kusen adalah:
1. kusen kayu = 30-90 tahun
2. kusen aluminium = 25-85 tahun

Berikut gambar
160
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Material Aluminium
umur material Aluminium sebagai kusen 25-85 tahun

5 15 25 35 45 55 65 75 85 95
150

Tahun
0 10 20 100 150

25 50 75 100 150

Tahun
5 10 15 20 30 35 40 45 55 60 65 70 80 85 90 95

0 100 150

Gambar 5. Perbedaan umur aset (material) antara kayu dan aluminium


sebagai kusen

Perencanaan menurut mondy, sharfin dan preumeux (1991) planning is process of determining in advance what should be
accomplished and how it should berealized. Sependapat dengan bartal dan martin (1999) berpendapat bahwa perencanaan adalah
peroses penentuan tujuan tujuan dan menetapkan cara caraterbaik untuk mencapainya. (planning is the proces of setting goals and
decidinghow best to achieve them). Begitupula akkof (1970) berpendapat bahwa perencanaan adalah sesuatu yang kita lakukan
terlebih dahulu, dalam pengambilan tindakan. (planning is some think we do in advance of takingaction). Lalu plunkett dan attner
161
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

(1997) mengatakan perencanaan adalah merupakan persiapan segala sesuatu hari ini, untuk keperluan hari esok, ( planningis
preparing tomorrow,today). Sedangkan menurut g.r terry (1997) mendefinisikan perencanaan adalah tindakan memilih dan
menghubungkan fakta fakta dan membuat serta menggunakan asumsi-asumsi mengenai masa yang akan dating dalam hal
menvisualisasikan dan merumuskan aktivitas–ativitas yang di anggap perlu untukmencapaihasilyang di inginkan. (planning is
making and usingof assumption regarding the future in the visualization of prepared activities believenecessary to achive the desire
goals).
Tujuan perencanaan adalah meminimalkan pemborosan yang belebihan, dan menentukan untuk mengendalikan
perencanaan membuat usaha lebih terkoordinasi dimasa mendatang.
Dari bahan pendukung yang membantu pengawetan yaitu bahan kain dan busa sebagai perawatan dan pemeliharaan.
setiap 6 bulan sekali umumnya kusen aluminium dilakukan pemeliharaan yang dimana membutuhkan:
1. Tenaga (orang) : 43.000 rupiah
2. Bahan lap (kain atau busa) : 15.000 rupiah

Berdasarkan umur aluminium


Keterangan:
 Umur material aluminium sebagai kusen/pintu aluminium mencapai 25-85 tahun.
 Untuk umur pakai pintu kerai aluminium mencapai antara 10-20 tahun.
162
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Perhitungan perencanaan dilakukan berdasarkan umur terendah kusen yaitu 25 tahun dan umur terpanjang kusen aluminium yaitu
85 tahun untuk menyamai berapa jumlah pengeluaran perawatan kedual material nanti.
Ongkos tukang = Rp 43.000 .
Harga material seluruh (kusen aluminium) = Rp 91.371.531
= Rp 43.000 x 2 = 86. 000 rupiah
= 86.000 (1tahun) x 85 (umur teknis disesuaikan) = Rp 7.310.000
Maka total = Rp 7.310.000 + Rp 91.371.531= Rp 98.681.531,
Sedangkan untuk perencanaan kusen kayu berdasarkan umur terendah adalah 30 tahun dan umur terpanjang adalah 90 tahun
sehingga untuk menyesuaikan umur dengan material aluminium diambil umur dari terpanjang aluminium yaitu 85 tahun untuk
mendapatkan berapa besar biaya yang dikeluarkan dengan umur yang disesuaikan.

Perencanaan kayu
163
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Material Kayu
umur material Kayu sebagai kusen 30-90 tahun

150
5 15

Tahun
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 150

100 150
Tahun

5 10 15 20 25 35 40 45 50 55 65 70 45 80 90 95

30 60 85
0 100 150

Gambar 6. Perencanaan umur material kayu


sebagai kusen

Membutuhkan:
 Ongkos pekerja = Rp 43.000
 Cat kayu mutu tinggi = 57.700
 Meni kayu = 43.600
 Harga material kayu keseluruhan (kusen kayu) =Rp 80.420.381
Dalam hal ini diperhitungkan biaya:
164
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Tenaga + cat kayu mutu tinggi + meni kayu = + 43.000 + 57.700 + 43.600
= Rp 144300 ( 1tahun) Perbandingan biaya keseluruhan pemeliharaan material aluminium dan kayu dalam periode umur pakai yang
dihitung adalah 85 tahun yaitu:
Harga material seluruh (kusen Kayu) = 80.420.381
= 144.300 (1tahun) x 85 (umur teknis disesuaikan) = Rp 12.265.500
Maka total = Rp 12.265.500 + Rp 80.420.381= Rp 92.685.881
material aluminium sebagai kusen yaitu 25-85 tahun
akan tetapi apabila bangunan terjadi gempa atau bencana tak terduga dalam waktu 25-85 tahun maka biaya pengeluaran yang
dikeluarkan kusen aluminium akan melonjak naik.
Waktu Pelaksanaan. Waktu pelaksanaan atau produktifitas merupakan rasio kegiatan (output) dan masukan (input), dalam
penelitian ini yang disebut sebagai output adalah luasan kusen yang terpasang sedangkan input dalam hal ini adalah durasi / waktu
total pengerjaan dari masing-masing kusen.
Produktifitas waktu pengerjaan nilainya didapatkan melalui lapangan yang dimana saat terjadi pengerjaan kusen-kusen
tersebut yaitu kusen dari bahan aluminium dan kayu.
Luas Kusen
Produktivitas =
Durasi

Tabel 4. Produktivitas Pelaksanaan Pekerjaan kusen Aluminium


165
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Dimensi Kusen Waktu Pasang Produktivitas


No Luas jam : menit
Type t (m) L (m) detik jam m2 / jam
(m2) : detik
1 P1 (1 buah) 2.14 1.20 2.568 0 : 13 : 20 800 0,15 0.385
2 P2 (2buah) 2.14 0.98 4.194 0 : 18 : 15 1095 0,17 0.712
3 P3 (1 buah) 2.14 0.80 1.883 0 : 10 : 37 637 0,13 0.244
4 P4 (4 buah) 2.04 0.78 6.364 0 : 24 : 35 1475 0,36 2.291
5 J1 (1 buah) 1.68 2.30 3.864 0 : 16 : 02 960 0,16 0.168
6 J2 ( 2 buah) 1.14 1.32 3.008 0 : 14 : 12 852 0,15 0.451
7 J3a (10 buah) 1.14 1.94 22.11 1 : 20 : 06 4800 1,33 29.406
8 J3b (4 buah) 1.60 1.94 12.416 0 : 27 : 29 1649 0,40 4.966
9 J4 (1 buah) 1.14 1.31 1.493 0 : 05 : 56 356 0,09 0.134
Total 150 38.757
Sumber : hasil analisa (2014)

Tabel 5. Produktivitas Pelaksanaan Pekerjaan kusen kayu


166
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Sumber : Hasil analisa (2014)


Dimensi Kusen Waktu Pasang Produktivitas
No Berdasarkan Tabel 4 dan 5 dapat kita
Type Luas (m2) jam : menit : detik Detik jam m2 / jam
1 P1 (1 buah) 2.568 0 : 24 : 13 1453 0.36 2.836 peroleh perbandingan untuk tiap besaran
2 P2 (2buah) 4.194 0 : 32 : 18 1938 0.54 2.883
3 P3 (1 buah) 1.883 0 : 20 : 10 1210 0.33 1.663
produktivitas pemasangan kusen aluminium dan
4 P4 (4 buah) 6.364 1 : 15 : 24 4524 1.27 6.273 kayu yaitu memilki perbedaan sebesar 0.18 %.
5 J1 (1 buah) 3.864 0 : 27 : 16 1636 0.37 0.439
Dengan masing-masing produktifitas pekerjaan
6 J2 ( 2 buah) 3.008 0 : 32 : 14 1934 0.48 5.733
7 J3a (10 buah) 22.11 1 : 40 : 20 2420 1.66 23.7 kusen aluminium dan kayu adalah :
8 J3b (4 buah) 12.416 0 : 39 : 40 2380 0.31 3.848  Aluminium =38.757 m²/jam atau lama waktu
9 J4 (1 buah) 1.493 0 : 15 : 34 940 0,16 0.238
Total 435 47.398 pengerjaan 150 menit untuk seluruh item
pekerjaan.
 Kayu = 47.398 m²/jam atau lama waktu pengerjaan selama 435 menit untuk seluruh item pekerjaan kusen.
Dapat kita lihat bahwa untuk pekerjaan kusen dari bahan aluminium lebih cepat selesainya yaitu 285 menit dari pekerjaan kusen
berbahan kayu.

KESIMPULAN
1. Penggunaan material kayu lebih efisien daripada penggunaan material aluminium pada konstruksi bangunan gedung di
Kabupaten sumbawa. Berikut uraiannya :
167
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

a. Untuk pekerjaan pasangan kusen aluminium didapat harga satuan material pemasangan kusen aluminium keseluruhan
sebesar Rp 98.251.531
b. Sedangkan untuk pengerjaan pasangan kusen kayu (kelas 1), didapat harga satuan material pemasangan kusen kayu
keseluruhan  sebesar Rp. 91.753.381
c. Secara produktivitas, untuk pekerjaan pemasangan kusen aluminium, 1 orang tukang dapat menyelesaikan pemasangan
kusen Pintu dan jendela yaitu selama 150 menit atau 2 jam 30 menit.
d. sedangkan untuk pekerjaan pasangan kusen kayu, seorang tukang dapat mengerjakan atau menyelesaikan pemasangan
selama 435 menit atau 7 jam 25 menit.
2. Keuntungan dan kerugian material aluminium dan kayu
a. Aluminium : keuntungan dalam pengerjaan hanya memerlukan waktu yang relatif lebih cepat sedangkan kerugian dari
material aluminium ini terlihat hanya dari pengeluran biaya pembelian bahan yang mahal.
b. Kayu : keuntungan menggunakan kusen yang terbuat dari bahan kayu adalah harga yang terjangkau dan memiliki umur
lebih lama dibandingkan umur pakai kusen aluminium. sedangkan dalam kerugiannya material kayu ini hanya mudah
terbakar dan lapuk apabila material ini tidak dilakukan perawatan rutin.

SARAN
1. Penelitian lebih lanjut dapat dilakukan untuk menganalisa produktivitas pekerja, tukang, kepala tukang, dan mandor untuk
pekerjaan pemasangan kusen aluminium dan kusen kayu, mulai dari pekerjaan pemasangan kusen alumnium, pekerjaan
168
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

pemasangan kusen jendela, hingga pekerjaan fhinising. Dari data tersebut dapat diperoleh koefisen produktivitas tenaga kerja,
sehingga dapat dibandingkan analisa harga satuannya dengan pekerjaan pemasangan kusen aluminium dan kayu secara
keseluruhan.
2. Perbandingan lebih lanjut dapat dilakukan dengan melakukan analisa perhitungan pada Bangunan bertingkat tinggi (High-rise
building). Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh penggunaan material aluminium dan kayu berdasarkan biaya, waktu dan
tata pelaksanaannya.

DAFTAR PUSTAKA
Dinas pekerjaan Departemen PU, Analisa Harga Satuan Pekerjaan Dengan Pendekatan Harga Satuan Pekerjaan Teori Dan
Lapangan” Sumbawa Besar, 2014.
Felix Hidayat, 2010. Studi Perbandingan Biaya Material, Media Teknik Sipil, Vol. X, No. 1, Hal 36 – 41.
Frick, Heinz Ir. 1996. Ilmu Konstruksi Bangunan Kayu. Yogyakarta, Kansius, 1996. H. 17.
(http://kusenkayu.com/artikel/detail/6) diakses senin, 15/11/2014. Waktu diakses 10.20
http://rudiniaciel.blogspot.com/2012/05/pengertian-bangunan-gedung.html.: diakses rabu, 17/11/2014. waktu : 12.20 wita
169
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

UJI KUALITAS AGREGAT KASAR DARI TIGA QUARRY


SEBAGAI BAHAN BANGUNAN DI KABUPATEN SUMBAWA
Oleh : Asraruddin

ABSTRAK

Agregat yang dijadikan sebagai objek penelitian yaitu agregat kasar yang dihasilkan dari industri-industri pemecah batu
yang menggunakan mesin (Crusher).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kualitas agregat kasar dari ketiga tempat (quarry) yang
berbeda. Adapun quarry yang dijadikan sebagai lokasi pengambilan sampel yaitu 1). Quarry PT. Lancar Sejati, 2). Quarry Kanar dan
3). Quarry Perung.Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium PT. Lancar Sejati pada bulan November 2013. Tahap uji yang
dilakukan yaitu meliputi : a). Pengujian besar butiran (gradasi), b). Pengujian kadar lumpur, c). Pengujian kadar air, d). Pengujian
berat isi, serta e). Pengujian berat jenis dan penyerapan.
170
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Hasil penelitian menunjukan bahwa,Terdapat perbedaan kualitas agregat kasar pada setiap pengujian dari ketiga tempat
(quarry). 1). Pengujian besar butiran agregat kasar dari quarry PT. Lancar Sejati memiliki porsen tertahan untuk bukaan saringan 1”
sebanyak 25,11%, saringan 3/4’’ sebanyak 43,48% dan saringan 1/2” sebanyak 24,31%. Quarry Kanar memiliki porsen tertahan
untuk bukaan saringan 1” sebanyak 15,47%, saringan 3/4’’ sebanyak 29,56% dan saringan 1/2” sebanyak 41,64%. Sedangkan
quarry Perung memiliki porsen tertahan untuk bukaan saringan 1” sebanyak 24,10%, saringan 3/4’’ sebanyak 14,56% dan saringan
1/2” sebanyak 61,33%. Dapat dikatakan bahwa besar butiran (gradasi) agregat kasar dari ketiga quarry menunjukkan gradasi yang
baik. 2). Pengujian kadar lumpur agregat kasar dari quarry PT. Lancar Sejati memiliki kadar lumpur rata-rata 0,91%, dan quarry
Kanar yang memiliki kadar lumpur rata-rata 3,10% sedangkan quarry Perung yang memiliki kadar lumpur rata-rata 1,35%.
3).Pengujian kadar air dari ketiga quarry dapat dikatakan memenuhi standar. Dimana syarat untuk kadar air agregat kasar yaitu 0-
3%. Adapun perinciannya yaitu : quarry PT. Lancar Sejati memiliki kadar air sebanyak 1,59%, quarry Kanar sebanyak 2,12% dan
quarry Perung sebanyak 0,35%.4). Pengujian berat isi agregat kasar quarry PT. Lancar Sejati terdapat 2,45 gr/cm3, quarry Kanar
sebanyak 1,57 gr/cm3 dan quarry Perung sebanyak 1,60 gr/cm3. 5). Pengujian berat jenis dan penyerapan agregat kasar quarry PT.
Lancar Sejati memiliki berat jenis dan penyerapan yang memenuhi syarat, agregat kasar quarry PT. Lancar Sejati memiliki
penyerapan 2,79%. Sedangkan penyerapan pada quarry Kanar sebesar 5,82% dan quarry Perung memiliki daya serap 3,92%.

Kata Kunci : Kualitas Agregat Kasar dan Quarry yang Berbeda.


PENDAHULUAN
Agregat merupakan butir‐butir batu pecah, kerikil dan pasir, baik yang berasal dari alam maupun buatan yang berbentuk
mineral padat berupa ukuran besar maupun kecil (Sukirman, 2003).
Perbedaan karakteristik bagian luar agregat, terutama bentuk partikel dan tekstur permukaan memegang peranan penting
terhadap sifat beton segar dan yang sudah mengeras . Kualitas mutu beton yang tinggi salah satunya dipengaruhi oleh kualitas
agregat khususnya agregat kasar (krikil atau batu pecah). Agregat kasar untuk beton berupa kerikil atau berupa batu pecah yang
diperoleh dari pemecahan batu. Kualitas agregat akan berbeda tergantung proses dimana terbentuknya agregat tersebut.
171
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Agregat yang dijadikan sebagai objek penelitian yaitu agregat kasar untuk penggunaan pada beton, yang berasal dari alam,
yaitu agregat yang menggunakan bahan baku langsung dari batu alam berupa kerikil atau penghancurannya yang dihasilkan dari
industri-industri pemecah batu yang menggunakan mesin (Crusher). Baik industri yang berskala besar atau berskala kecil. Agregat
dengan mutu kurang baik yang dihasilkan suatu industri pemecah batu dapat mengakibatkan kesulitan dalam perencanaan dan
pengendalian mutu campuran beton. Oleh karena itu sebagai kontrol kualitas bahan sebelum digunakan sebagai campuran dalam
pembuatan beton perlu dilakukannya penelitian mengenai agregat untuk meningkatkan kualitas bahan bangunan dengan judul uji
kualitas agregat kasar dari tiga quarry sebagai bahan bangunan di Kabupaten Sumbawa.
Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui perbedaan kualitas agregat kasar dari quarry PT. Lancar Sejati, Perung dan
Kanar dan Untuk mengetahui penyebab terjadinya perbedaan kualitas pada masing-masing agregat kasar dari tiga quarry yang
berbeda.
172
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium PT. Lancar Sejati yang bertempat di Desa
Jompong Kecamatan Pelampang pada bulan Nopember 2013.
Bahan. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah agregat kasar yang menjadi objek penelitian, air yang digunakan
untuk kegiatan pencucian agregat dan spritus untuk membakar agregat dalam proses pengeringan.
Alat. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari Laboratorium PT. Lancar Sejati, yang terdiri dari : 1)
Timbangan, 2) Wadah untuk menimbang, 3) Saringan atau ayakan, 4) Wadah slinder (Bricket), 5) Batang penumbuk, 6) Kain
penyap, dan 7) Botol plastik.
Metode Penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalam metode eksperintal dengan percobaan di
lapangan. Menurut Susilowati dan Endar (2005), bahwa penelitian eksperimental yaitu suatu usaha terencana untuk
mengungkapkan fakta-fakta baru atau menguatkan teori dan bahkan membantah hasil-hasil penelitian yang telah ada.
Pengumpulan Data. Penelitan ini dilakukan dalam beberapa tahapan metode penelitian yang dimulai dari tahap persiapan,
pengujian agregat kasar, analisa data sampai dengan penarikan kesimpulan dan saran.
Tahap Persiapan. Sebelum kegiatan pelaksanaan dilakukan, terlebih dahulu dilakukan kegiatan survei lokasi yang dijadikan
sebagai lokasi penelitian, dan survei lokasi ke tiga tempat pengambilan sampel serta mempersiapkan alat dan bahan yang akan
digunakan selama penelitian.
Pengujian Agregat Kasar
Pengujian agregat kasar dilakukan dalam beberapa tahap uji yang meliputi :
173
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

a. Pengujian besar butiran (gradasi)


Uji besar butiran (gradasi) agregat kasar dilakukan dengan menggunakan ayakan atau saringan. Adapun cara melakukan
kegiatan uji yaitu sebagai berikut :
1) Menimbang berat benda uji atau agregat kasar
2) Menyaring benda uji lewat susunan saringan dengan ukuran saringan paling besar diletakkan di atas. Kemudian saringan
diguncang.
3) Dibiarkan selama 5 menit untuk memberi kesempataan debu-debu mengendap.
4) Menghitung berat agregat kasar yang bertahan pada masing-masing saringan.
5) Membersihkan semua saringan yang telah digunakan segera setelah selesai percobaan, dengan menggunakan kuas.
b. Pengujian Kadar Lumpur
Tahap-tahap pengujian kadar lumpur yaitu :
1) Menyiapkan agregat kasar yang telah kering dalam 3 buah wadah.
2) Menimbang masing- masing wadah beserta isinya.
3) Mencuci agregat tersebut, kemudian mendiamkannya selama 5 menit lalu dibuang air cuciannya. Pembersihan diulang
sampai air rendaman kelihatan bening.
4) Mengeringkan agregat kasar yang telah direndam dengan cara membakar agregat.
5) Menimbang agregat kasar yang telah di bakar.
c. Pengujian Kadar Air
174
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Langkah-langkah pengujian kadar air agregat kasar yaitu:


1) Menimbang wadah (W1)
2) Memasukkan agregat kasar atau benda uji ke dalam wadah dan menimbang beratnya (W 2)
3) Menghitung berat agregat kasar (tanpa wadah) (W3=W2-W1).
4) Mengeringkan benda uji dengan cara membakarnya.
5) Menimbang wadah dan banda uji kering (W4).
6) Menghitung berat benda uji kering (W5=W4-W1).
Adapun rumus perhitungan kadar air agregat adalah :
W3-W5
Kadar air agregat(%) 100%
W5
Dimana :
W3 : berat benda uji semula (gram)
W5 : berat benda uji kering (gram)
d. Pengujian Berat Isi
Prosedur pengujian berat isi agregat kasar yaitu :
1) Memasukkan agregat kasar kedalam wadah yang berbentuk silinder secara bertahap sebanyak 2 lapisan, setiap lapisan
diketuk-ketuk sebanyak 25 kali.
2) Meratakan dengan sekop kecil sampai wadah ukur yang berbentuk selinder penuh.
175
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

3) Menuangkan agregat kasar yang ada di dalam wadah silinder ke dalam wadah kemudian menimbangnya.
4) Mencatat hasil timbangan, kemudian membaginya dengan volume wadah ukur silinder, maka akan diperoleh berat isi.
e. Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan
Langkah-langkah pengujian berat jenis dan penyerapan air agregat kasar adalah sebagai berikut:
1) Mencuci benda uji untuk menghilangkan debu atau bahan lain yang melekat pada permukaan agregat.
2) Mengerigkan benda uji dengan cara membakarnya.
3) Mendinginkan benda uji, pada suhu kamar selama 1-3 jam, kemudian menimbang beratnya (BK).
4) Merendam benda uji dalam air selama 24 jam.
5) Mengeluarkan benda uji dari air, kemudian dilap dengan kain penyerap sampai selaput air pada permukaan hilang, untuk
butiran yang besar penngeringan harus satu persatu (SSD).
6) Menimbang berat benda uji dalam keadaan kering permukaan jenuh air (BJ).
7) Meletakkan benda uji di dalam keranjang dan goncangkan batunya untuk mengeluarkan udara yang tersekap dan tentukan
beratnya di air (Ba).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Grafik Berat Tertahan Pengujian Besar Butiran (Gradasi). Analisa saringan


2500
adalah suatu kegiatan untuk menentukan pembagian
Be rat A gre gat Kasar (gr)

2000 1149.7
ukuran dan jumlah butir agregat. Hasil pengujian besar
Quarry Perung
1500
272.9
Quarry Kanar
451.8 263.3
1000 370.9
708.1 Quarry PT. Lancar
137.8 Sejati
500409 395.8

0
1 ; 1/2
Nomor Saringan
176
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

butiran (gradasi) disajikan pada Gambar 1 dan Gambar 2.


Gambar 1. Berat Tertahan

Grafik Porsen Tertahan


140 61.33
120

Porse n Te rtahan (%)


100 Quarry Perung
14.56
80 29.56
24.1 Quarry Kanar
41.64
60
15.47 43.48 Quarry PT. Lancar Sejati
40
25.11 24.31
20

0
1 ; 1/2
Nomor Saringan

Gambar 2. Porsen Tertahan

Pengujian Kadar Lumpur. Hasil pengujian kadar lumpur agregat kasar disajikan pada Gambar 3.
177
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Grafik Pengujian Kadar Lumpur


3.500%
3.110% 3.100% 3.100% 3.103%
3.000%

Porsentase Kadar Lumpur


2.500% Quaryy PT. Lancar
Sejati
2.000%
1.530% 1.520% Quarry Kanar
1.500% 1.350%
1.000% Quarry Perung
1.000%
.900% .910% .910% .907%
.500%

.000%
-PI - P II - P III Rata-Rata
Percobaan

Gambar 3. Pengujian Kadar Lumpur

Berdasarkan SK SNI S -04-1989-F dalam Riyadi, (2005) hasil pengujian kadar lumpur agregat kasar dari quarry PT. Lancar
Sejati yang dilakukan pada tiap-tiap percobaan memenuhi persyaratan. Sedangkan hasil pengujian kadar lumpur agregat kasar dari
quarry Kanar dan quarry Perung, pada semua percobaan menunjukkan hasil yang tidak memenuhi syarat. Dimana syarat untuk
kadar lumpur agregat kasar yaitu <1%.

Pengujian Kadar Air. Kadar air merupakan banyaknya air yang terkandung dalam agregat, atau dengan katalain kadar air
adalah nilai banding antara berat air yang terkandung dalam agregat dengan agregat dalam keadaan kering. Hasil pengujian kadar
air agregat kasar disajikan pada Gambar 4.
178
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Grafik Pengujian Kadar Air


2.500%
2.120%

Po rsen tase K a d ar Air


2.000%
1.590%
1.500% Kadar Air

1.000%

.500% .350%

.000%
Quarry PT. Lancar Sejati Quarry Kanar Quarry Perung
Lokasi Pengambilan Sampel

Gambar 4. Pengujian Kadar Air


Berdasarkan ASTM C-556 dalam Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah (2004), hasil pengujian kadar air agregat
kasar dari ketiga quarry memenuhi persyaratan. Dimana syarat untuk kadar air agregat kasar yaitu 0-3%.

Pengujian Berat Isi. Berat isi agregat kasar adalah berat suatu volume dalam keadaan utuh, dinyatakan dalam gram/cm 3.
Langkah penguijian berat isi adalah dengan mengisi tabung dengan agregat kasar, kemudian menumbuk agregat kasar dengan
tongkat baja. Berat isi diperoleh dengan membagi berat agregat kasar dengan volume tabung. Hasil pengujian berat isi agregat
kasar dari ketiga tempat (quarry) yang berbeda disajikan pada Gambar 5.
Grafik Pengujian Berat Isi
3
N ilai B e r at Isi (g r / cm ³)

2.45
2.5

2
Berat
1.6 Isi
1.57
1.5

1 Gambar 5. Pengujian Berat Isi


0.5

0
Quarry PT. Lancar Sejati Quarry Kanar Quarry Perung
Lokasi Pengambilan Sampel
179
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Hasil pengujian berat jenis dan penyerapan disajikan pada Gambar 6.

Grafik Pengujian Berat Jinis & Penyerapan


14.000 gr
3.920 gr
12.000 gr
Quarry
10.000 gr Perunggr
5.820
2.710 gr

Berat Jenis
2.550 gr
8.0002.450
gr gr

6.0002.380
gr gr 2.510 gr 2.760 gr Quarry
Kanar
4.000 gr 2.790 gr
2.520 gr 2.590 gr 2.700 gr
2.000 gr Quarry PT.
Lancar Sejati
.000 gr
-Berat jenis bulk -Berat jenis SSD -Berat jenis semu Penyerapan
Kriteria Uji

Gambar 6. Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan

Berdasarkan SNI 1969-1989-F dalam Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah (2004), hasil pengujian berat jenis
dan penyerapan pada Gambar 6 menunjukkan bahwa quarry PT. Lancar Sejati memiki berat jenis dan penyerapan yang
memenuhi syarat, agregat kasar quarry PT. Lancar Sejati memiliki penyerapan 2,79%. Sedangkan penyerapan pada quarry
Kanar memiliki penyerapan 5,82% dan quarry Perung memiliki penyerapan 3,92%, dengan demikian dapat dikatakan quarry
Kanar dan quarry Perung tidak memenuhi syarat. Dimana syarat untuk penyerapan agregat kasar yaitu <3%.

KESIMPULAN
180
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:


1. Terdapat perbedaan kualitas agregat kasar pada setiap pengujian dari ketiga tempat (quarry) yang dijadikan
sampel, yaitu quarry PT. Lancar Sejati, quarry Kanar dan quarry Perung. 1). Pengujian besar butiran agregat kasar dari quarry
PT. Lancar Sejati memiliki porsen tertahan untuk bukaan saringan 1” sebanyak 25,11%, saringan 3/4’’ sebanyak 43,48% dan
saringan 1/2” sebanyak 24,31%. Quarry Kanar memiliki porsen tertahan untuk bukaan saringan 1” sebanyak 15,47%, saringan
3/4’’ sebanyak 29,56% dan saringan 1/2” sebanyak 41,64%. Sedangkan quarry Perung memiliki porsen tertahan untuk bukaan
saringan 1” sebanyak 24,10%, saringan 3/4’’ sebanyak 14,56% dan saringan 1/2” sebanyak 61,33%. Dapat dikatakan bahwa
besar butiran (gradasi) agregat kasar dari ketiga quarry menunjukkan gradasi yang baik. 2). Pengujian kadar lumpur agregat
kasar dari quarry PT. Lancar Sejati memiliki kadar lumpur rata-rata 0,91% dapat dikatakan memiliki kualitas yang paling baik
dari quarry Kanar yang memiliki kadar lumpur rata-rata 3,10% dan quarry Perung yang memiliki kadar lumpur rata-rata 1,35%.
Dimana syarat untuk kadar lumpur agregat kasar yaitu <1%. 3). Pengujian kadar air dari ketiga quarry dapat dikatakan
memenuhi standar. Dimana syarat untuk kadar air agregat kasar yaitu 0-3%. Adapun perinciannya yaitu : quarry PT. Lancar
Sejati memiliki kadar air sebanyak 1,59%, quarry Kanar sebanyak 2,12% dan quarry Perung sebanyak 0,35%. 4). Pengujian berat
isi agregat kasar quarry PT. Lancar Sejati terdapat 2,45 gr/cm 3, quarry Kanar sebanyak 1,57 gr/cm 3 dan quarry Perung sebanyak
1,60 gr/cm3. Dapat dikatakan bahwa quarry PT. Lancar Sejati memiliki berat isi tertinggi sedangkan quarry Kanar memiliki berat
isi terendah. 5). Pengujian berat jenis dan penyerapan agregat kasar quarry PT. Lancar Sejati memiliki berat jenis dan
penyerapan yang memenuhi syarat, agregat kasar quarry PT. Lancar Sejati memiliki penyerapan 2,79%. Sedangkan penyerapan
181
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

pada quarry Kanar sebesar 5,82% dan quarry Perung memiliki daya serap 3,92%, dengan demikian dapat dikatakan quarry
Kanar dan quarry Perung tidak memenuhi syarat. Dimana syarat untuk penyerapan agregat kasar yaitu <3%.
2. Kualitas agregat kasar hasil dari quarry PT. Lancar Sejati secara umum dari semua kegiatan uji memiliki
kualitas agregat kasar yang baik, sedangkan agregat kasar hasil dari quarry Kanar dan quarry Perung menunjukkan hasil yang
tidak memenuhi standar yang telah ditetapkan, bukan berarti agregat kasar dari quarry Kanar dan quarry Perung tidak layak
digunakan akan tetapi perlu adanya perlakukan khusus dalam penggunaannya. Namun untuk pengujian kadar air agregat kasar
dari ketiga quarry menunjukkan hasil yang memenuhi standar. Terjadinya perbedaan kualitas agregat kasar dari ketiga quarry
yaitu disebabkan karena adanya perbedaan tekstur permukaan dan bentuk partikel agregat.

SARAN
Berdasarkan hasil penelitian saran yang dapat diberikan dari penelitian ini yaitu :
1. Dalam perencanaan pembuatan beton, jika menggunakan agregat kasar hasil dari quarry PT. Lancar Sejati tidak perlu dicuci
karena porsentase kandungan lumpur rata-rata dari quarry PT. Lancar Sejati memenuhi syarat yang telah ditetapkan,
sedangkan agregat kasar hasil dari quarry Kanar dan quarry Perung sebelum digunakan perlu dicuci terlebih dahulu karena
kadar lumpur rata-rata dari kedua quarry tersebut melebihi standar porsentase kadar lumpur yang telah ditetapkan. Dimana
syarat untuk kadar lumpur agregat kasar yaitu <1%.
2. Daya serap air agregat kasar hasil dari quarry PT. Lancar Sejati menunjukkan porsentase hasil uji yang memenuhi standar,
sedangkan daya serap air agregat kasar hasil dari quarry Kanar dan quarry Perung menunjukkan porsentase hasil uji yang
182
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

melebihi standar sehingga penggunaan pada campuran beton perlu disesuaikan dengan jumlah air yang akan digunakan pada
campuran beton sehingga campuran beton tidak kekurangan air. Dimana syarat untuk penyerapan agregat kasar yaitu <3%.
3. Dianggap perlu untuk melakukan kegiatan penelitian lanjutan serta menambah kriteria pengujian agregat kasar lainnya sebagai
bahan pembanding hasil penelitian.

DAFTAR PUSTAKA
Riyadi, M., 2005, Teknologi Bahan I. Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Jakarta.
Sukirman, S., 2003. Perkerasan Lentur Jalan Raya. Nova Bandung.
Toruan, A.L., 2013. Pengaruh Porositas Agregat Terhadap Berat Jenis Maksimum Campuran. Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik,
Universitas Sam Ratulangi.
Wahyudi, 2005. Perubahan Gradasi Akibat Pemadatan Ditinjau Terhadap Kekerasan Agregat Bergradasi Seragam. Fakultas Teknik
Universitas Syiah Kuala, Darussalam Banda Aceh.

ANALISIS KELAYAKAN DIMENSI DERMAGA


PELABUHAN BADAS KABUPATEN SUMBAWA
Oleh: Arga Satya Nugraha
183
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

ABSTRAK

Pelabuhan Badas merupakan salah satu pelabuhan Barang yang ada di Kabupaten Sumbawa. Pelabuhan tersebut terletak
pada posisi 08o-27’-47” LS dan 117o-22’-34” BT dengan luas lingkungan kerja perairan yaitu 7.560.000 m 2 dan daratan seluas
455.440 m2 dan merupakan pelabuhan yang diusahakan (PP No.58 thn 1991 tgl 19 Oktober 1991), di kelola oleh PT (Persero)
Pelabuhan Indonesia III, kantor cabang berada di Jl. Pelabuhan Badas No. 11 Sumbawa Besar 84351. Pelabuhan Badas memiliki dua
dermaga yaitu dermaga Nusantara dan dermaga PELRA (Pelayaran Rakyat).
Dari hasil penelitian ini, berdasarkan perhitungan kapal dengan antrian terbanyak yaitu 2 kapal pada dermaga. Panjang
dermaga yang dibutukan untuk 4 kapal yang akan bersandar yaitu sepanjang 635 m, maka 635 m > 154 m (panjang dermaga yang
dibutuhkan lebih besar dari Existing yang ada), sehingga ukuran dimensi dermaga Nusantara tidak layak atau tidak dapat melayani
4 kapal sekaligus dalam satu hari. Dan dari hasil perhitungan antrian kapal yang berdasarkan lama bertambat dengan ukuran
terbesar yaitu yang memiliki panjang 110 m. Dimensi dermaga yang dibutuhkan untuk 4 kapal yang akan bersandar yaitu
sepanjang 791 m, maka 791 m > 154 m (panjang dermaga yang dibutuhkan lebih besar dari Existing yang ada), sehingga ukuran
dimensi dermaga Nusantara tidak layak atau tidak dapat melayani kapal secara bersamaan dengan ukuran yang lainnya.
Hasil perhitungan BOR (Berth Occupancy Ratio) pada dermaga Nusantara pada tahun 2008 tingkat pemakaian dermaga
Nusantara sebesar 58%, tahun 2009 sebesar 62%, tahun 2010 sebesar 67%, tahun 2011 sebesar 70% dan pada tahun 2012 sebesar
79%. Tingkat pemakain dermaga tersebut telah melibihi nilai BOR (Berth Occupancy Ratio) seperti yang disyaratkan UNCTAD
(United Nation Conference on Trade and Develoment) untuk satu tambatan yaitu sebesar 40%.
Dari hasil prediksi arus kapal yang menggunakan analisis regresi, maka didapatkan hasil perkiraan kunjungan kapal 5 tahun
yang akan datang yaitu pada tahun 2017 sebanyak 596 unit kapal dengan nilai BOR mencapai 101%.

Kata kunci: Pelabuhan Badas, Dimensi dermaga, BOR (Berth Occupancy Ratio).
184
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

PENDAHULUAN
Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai lebih dari 13.000 pulau dan wilayah pantai sepanjang 80.000 km
(Triatmodjo,2010) atau dua kali keliling khatulistiwa. Kegiatan pelayaran sangat diperlukan untuk menghubungkan antar pulau,
pemberdayaan sumber daya kelautan, penjagaan wilayah laut, penelitian kelautan dan sebagainya. Sehubungan dengan kegiatan
pelayaran dan pelabuhan, maka di dalam skripsi ini akan di bahas mengenai pelabuhan Badas, yaitu pelabuhan barang yang terletak
di kabupaten Sumbawa.
Sumbawa merupakan salah satu dari sepuluh kabupaten/kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat, dengan luas wilayah
keseluruhan mencapai 10.475,7 km2, yang terdiri dari daratan seluas 6.643,98 km 2, lautan seluas 3.831,72 km2 dan panjang pantai ±
982 km. Sebagai daerah kepulauan, kegiatan pelayaran sangat diperlukan untuk menghubungkan antar pulau, penjagaan wilayah
laut, penelitian kelautan, dan sebagainya. Sehubungan dengan kegiatan pelayaran maka peranan pelabuhan sebagai prasarana
pelayaran sangat penting bagi kehidupan sosial, ekonomi, pemerintahan, pertahanan/keamanan, dan sebagainya. Dengan
berkembangnya kehidupan sosial dan ekonomi penduduk suatu daerah atau negara maka kebutuhan akan sandang, pangan dan
fasilitas hidup lainnya meningkat. Hasil produksi suatu daerah baik yang berupa hasil bumi maupun hasil industri semakin banyak,
sehingga diperlukan pemindahan atau pemasaran barang ke daerah lain. Dengan demikian diperlukan sarana dan prasarana
pengangkutan yang lebih memadai.
Salah satu sarana transportasi yang digunakan adalah kapal karena mempunyai peran sangat penting dalam sistem
angkutan laut, hampir semua barang impor, ekspor dan muatan dalam jumlah sangat besar diangkut dengan kapal laut, walaupun
diantara tempat-tempat di mana pengangkutan dilakukan terdapat fasilitas angkutan lain yang berupa angkutan darat dan udara.
185
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Hal ini mengingat kapal mempunyai kapasitas yang jauh lebih besar daripada sarana angkutan lainnya. Sebagai contoh
pengangkutan minyak yang yang mencapai puluhan bahkan ratusan ribu ton, apabila harus diangkut dengan truk tangki diperlukan
ribuan kendaraan. Dengan demikian untuk muatan dalam jumlah besar angkutan dengan kapal akan memerlukan waktu lebih
singkat, tenaga kerja lebih sedikit, dan biaya lebih murah. Selain itu untuk angkutan barang antar pulau atau negara, kapal
merupakan sarana satu-satunya sarana yang paling sesuai, untuk mendukung sarana angkutan laut tersebut diperlukan prasarana
berupa pelabuhan yang layak sesuai syarat aspek teknis pelabuhan.
Berkaitan dengan peranan pelabuhan laut maka pelabuhan Badas yang terletak di Kabupaten Sumbawa Besar merupakan
salah satu pelabuhan yang berfungsi sebagai gerbang (Gate way) transportasi laut dan memiliki peran strategis sesuai dengan
fungsinya yaitu sebagai pelabuhan barang dan tergolong dalam kegiatan pelayaran niaga yang dimana pelabuhan tersebut hanya
melakukan aktifitas bongkar muat barang. Seiring dengan perkembangan pembangunan dan perdagangan daerah Kabupaten
Sumbawa permintaan bahan-bahan pokok mengalami peningkatan dan berdampak juga pada kenaikan jumlah kunjungan kapal
yang sering mengakibatkan antrian. Hal tersebut juga diakibatkan oleh keterbatasan kapasitas dermaga yang dimiliki oleh
pelabuhan Badas sehingga terjadi kendala pada angkutan laut yang kurang cepat dalam melakukan bongkar muat barang.
Berdasarkan permasalahan tersebut, penulis merasa perlu melakukan penelitian tentang “Analisis Kelayakan Dimensi Dermga
Pelabuhan Badas Kabupaten Sumbawa”.

METODOLOGI PENELITIAN
186
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Umum . Metode penelitian adalah penyelidikan suatu masalah secara sistematis, kritis, ilmiah, dan lebih formal dan
umumnya bertujuan untuk menemukan, mengembangkan, atau menguji kebenaran suatu pengetahuan yang memiliki kemampuan
deskripsi dan/atau prediksi (Suhardjono, 1993).

Lokasi Studi. Adapun lokasi penelitian Analisa Kelayakan Ukuran Panjang Dermaga Pelabuhan Badas dilakukan di Pelabuhan
Badas Kab. Sumbawa. Secara geografis terletak pada 08 o-27’-47” LS dan 117o-22’-34” BT. Pelabuhan Badas memiliki luas lingkungan
kerja perairan (Ha) yaitu 756 Ha dan daratan seluas 45.5544 Ha. Pelabuhan Badas ini merupakan pelabuhan yang diusahakan (PP
58th 1991 tgl 19 Oktober 1991).

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian Pelabuhan Badas (Google earth, 2013)


187
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Deskripsi Wilayah Studi. Adapun tata letak sarana yang terdapat pada pelabuhan Badas Kabupaten Sumbawa dapat dilihat
pada gambar berikut ini:

3
8 1
1 0c 2
4
5 9

10 b 6 7
10a

12
11

Gambar 2. Layout Pelabuhan Badas (Google earth, 2013)

Keterangan:
1. Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Sumbawa Besar
2. PT (Persero) Pelabuhan Indonesia-III
3. Kantor Administrator Pelabuhan Badas
4. Kantin
188
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

5. Gudang
6. Gudang
7. Terminal Penumpang
8. Mushallah
9. PT. Wana Indah Asri
10. a,b,c Lapangan Penumpukan
11. Dermaga Nusantara
12. Dermaga PELRA

Gambar 3. Dermaga Nusantara (Dokumentasi, 29-10-2013)

Proses Pengumpulan Data. Langkah-langkah yang dilakukan dalam proses pengumpulan data adalah sebagai berikut:
a. Mengumpulkan data-data yang dibutuhkan dalam penelitian yang terdiri dari, panjang dermaga saat ini, karakteristik kapal yang
189
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

beroperasi dan fasilitas bongkar muat barang yang terdapat pada dermaga.
b. Mengumpulkan data-data sekunder dan primer dari Kantor Administrator pelabuhan Badas dan PT (Persero) Pelabuhan
Indonesia-III dan observasi di lapangan.
Data Sekunder dan Primer. Adapun data-data sekunder dan primer yang diperlukan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Data Sekunder:
- Data kunjungan kapal dalam 3 tahun terakhir
- Kinerja operasional pelabuhan
- Komodity utama pelabuhan Badas
2. Data Primer:
- Ukuran dimensi dermaga
- Tipe dermaga
- Klasifikasi dermaga

Kriteria Dermaga Yang Layak Di Gunakan. Dalam penelitian ini acuan yang digunakan untuk mengukur layak tidaknya
dermaga Nusantara untuk disandar yaitu dengan menggunakan:
1. Menentukan Dimensi dermaga
Apabila dermaga tersebut layak disandar maka:
190
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Lp = n . Loa + (n – 1) . 15 + 50
= Loa + 15 + 50
= Lp hitungan < Existing yang ada
Apabila dermaga tersebut tidak layak disandar maka:
Lp = n . Loa + (n – 1) . 15 + 50
= Loa + 15 + 50
= Lp hitungan > Existing yang ada
Dimana:
Lp = panjang dermaga.
n = jumlah kapal yang di sandar perbulan.
Loa = panjang kapal rata-rata perbulan yang di sandar.
15 = ketetapan (jarak antara buritan ke haluan dari satu kapal ke kapal lain).
50 = ketetapan (jarak dari kedua ujung dermaga ke buritan dan haluan kapal).
2. Menggunakan metode BOR (Berth Occupancy Ratio)
Karena dalam penelitian di fokuskan pada satu dermaga apabila dermaga tersebut layak disandar maka BOR < 40%, dan jika
tidak maka BOR > 40%. Nilai BOR yang disaran oleh UNCTAD (United Nation Conference on Trade and Develoment).
Tabel 1. Nilai BOR
Jumlah Dermaga Nilai BOR (%)
191
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

1 40
2 50
3 55
4 60
5 65
6-10 70
Sumber: Triatmodjo, 2010

Analisa Data. Dari hasil pengolahan data Sekunder diperoleh data panjang dermaga yang digunakan untuk mengetahui
dimensi dermaga yang kemudian dihubungkan dengan karakteristik kapal yang bertambat pada dermaga pelabuhan Badas. Setelah
itu dari hasil data kunjungan kapal pertahun, kinerja operasional pelabuhan dan jumalh tambatan yang digunakan, akan di hitung
persentase tingkat pemakaian dermaga dengan menggunakan Metode BOR (Berth Occupation Ratio) atau tingkat pemakaian
tambatan yaitu untuk mengetahui persentase tingkat pemakaian dermaga dengan satuan waktu tertentu sehingga memberikan
gambaran tinggi rendahnya tingkat pemakaian dermaga. Kemudian menghitung jumlah kunjungan kapal yang masuk, muatan
kapal, rata-rata panjang dan muatan kapal yang beropersi pada pelabuhan Badas, sehingga akan diperoleh kesimpulan dari hasil
pengolahan data tersebut.
Menentukan Dimensi Dermaga.
Panjang dermaga:
Lp = n Loa + (n – 1) . 15 + 50
Dimana:
192
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Lp = panjang kapal.
n = jumlah kapal yang di tambat.
Loa = panjang kapal yang di tambat.
15 = ketetapan (jarak antara buritan ke haluan dari satu kapal ke apal lain).
50 = ketetapan (jarak dari kedua ujung dermaga ke buritan dan haluan kapal).
Metode Berth Occupancy Ratio (BOR). Nilai BOR secara umum dapat dihitung dengan persamaan berikut (Triatmodjo,
2010):
Vs . St
BOR= x 100 %
Waktu efektif . n
Keterangan:
BOR = Berth Occupancy Ratio
Vs = Jumlah kapal yang dilayani (unit/tahun)
St = Service time (jam/perhari)
Waktu Efektif = Jumlah hari aktif dalam satu tahun
n = Jumlah tambatan

HASIL DAN PEMBAHASAN


Dermaga Nusantara. Dermaga pada lokasi penelitian yaitu dermaga Nusantara yang melayani kegiatan kapal bongkar muat
barang dan kegiatan ekspor impor barang.
193
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Kondisi Dermaga Nusantara. Dermaga Nusantara pelabuhan Badas memiliki panjang 154 m, lebar 10 m dengan kapasitas 2
T/m. Dermaga ini melayani kapal yang melakukan kegiatan ekspor impor barang curah.

Kapal
Tabel 2. Data kunjungan kapal dalam lima tahun terakhir
Tahun Jumlah kunjungan kapal Jumlah bongkar muat
2008 346 236.367 GT
2009 368 278.223 GT
2010 395 355.056 GT
2011 413 368.565 GT
2012 462 471.513 GT
Sumber: Kantor Administrator Pelabuhan Badas
Dari data kunjungan kunjungan kapal diatas, yang mengalami peningkatan tertinggi yaitu pada tahun 2012 dengan jumlah
kapal mencapai 462 kapal dan jumlah bongkar muat 471.517 GT. Karena peningkatan terjadi pada tahun 2012 maka data yang
diolah untuk mendapatkan dimensi dermaga yang dibutuhkan adalah data kunjungan kapal tahun 2012.

Perhitungan Dimensi Dermaga


1. Kapal dengan dua antrian pada dermaga
Tgl Tgl Lama Loa
Nama Kapal Ket
Tiba Tolak Bertambat (m)
KMN. LESTARI 03 02-04-2012 02-04-2012 12 jam 25
KLM. ULIN UTAMA 02-04-2012 02-04-2012 12 jam 22
194
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

KLM. HERO JAYA 02-04-2012 03-04-2012 1 hari Antrian 48


KLM. PURNAMA INDAH 02-04-2012 03-04-2012 1 hari Antrian 40
Sumber: Kantor Administrator Pelabuhan Badas
 Perhitungan kebutuhan dimensi panjang dermaga yang dibutuhkan:
Diketahui:
Lp dilapangan = 154 m
n = 4 kapal
Loa = 25 + 22 + 48 + 40
= 135 m
Perhitungan:
Lp = n . Loa + (n – 1) . 15 + 50
Lp = 4 . 135 + (4 – 1) . 15 + 50
Lp = 540 + 45 + 50
Lp = 635 m
Panjang dermaga yang dibutukan untuk 4 kapal yang akan bersandar yaitu sepanjang 635 m, maka 635 m > 154 m (panjang
dermaga yang dibutuhkan lebih besar dari existing dermaga yang ada), sehingga ukuran dimensi dermaga Nusantara tidak layak
atau tidak dapat melayani 4 kapal sekaligus dalam satu hari.

2. Kapal dengan antrian yang berdasarkan lama bertambat dengan ukuran terbesar.
195
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Tabel 3. Antrian kapal dengan ukuran terbesar.


Tgl Tgl Lama Loa
Nama Kapal Ket
Tiba Tolak Tambat (m)
KLM. MALIK JAYA 15-05-2012 17-05-2012 2 hari 22
KM. MAKMUR 15-05-2012 17-05-2012 2 hari 20
MADANI 15-05-2012 18-05-2012 3 hari Antrian 22
KLM. KARTIKA EXPRESS 15-05-2012 19-05-2012 4 hari Antrian 110
MV. AMTRHA VII
Sumber: Kantor Administrator Pelabuhan Badas
 Perhitungan kebutuhan dimensi panjang dermaga yang dibutuhkan:
Diketahui:
Lp dilapangan = 154 m
n = 4 kapal
Loa = 22 + 20 + 22 + 110
= 174 m
Perhitungan:
Lp = n . Loa + (n – 1) . 15 + 50
Lp = 4 . 174 + (4 – 1) . 15 + 50
196
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Lp = 696 + 45 + 50
Lp = 791 m
Panjang dermaga yang dibutukan untuk 4 kapal yang akan bersandar yaitu sepanjang 791 m, maka 791 m > 154 m (panjang
dermaga yang dibutuhkan lebih besar dari existing dermaga yang ada), sehingga ukuran dimensi dermaga Nusantara tidak layak
atau tidak dapat melayani kapal secara bersamaan dengan ukuran yang lainnya.

Simulasi Perhitungan Berth Occupancy Ratio (BOR)


Nilai BOR secara umum dapat dihitung dengan persamaan berikut (Triatmodjo, 2010):
Vs . St
BOR = x 100%
Waktu efektif . n
Keterangan:
BOR = Berth Occupancy Ratio
Vs = Jumlah kapal yang dilayani (unit/tahun)
St = Service time (jam/perhari)
Waktu Efektif = Jumlah hari aktif dalam satu tahun
n = Jumlah dermaga

1. Nilai BOR tahun 2008


Diketahui:
Vs = 346 kapal
St = 6 jam
197
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Waktu efektif = 354


n =1
Analisa perhitungan:
Vs . St
BOR = x 100%
Waktu efektif . n
346 . 6
BOR = x 100%
354 . 1
= 58%
2. Nilai BOR tahun 2009
Diketahui:
Vs = 368 kapal
St = 6 jam
Waktu efektif = 354
n =1
Analisa perhitungan:
Vs . St
BOR = x 100%
Waktu efektif . n
368 . 6
BOR = x 100%
354 . 1
198
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

= 62%

3. Nilai BOR tahun 2010


Diketahui:
Vs = 395 kapal
St = 6 jam
Waktu efektif = 354
n =1
Analisa perhitungan:
Vs . St
BOR = x 100%
Waktu efektif . n
395 . 6
BOR = x 100%
354 . 1
= 67%
4. Nilai BOR tahun 2011
Diketahui:
Vs = 413 kapal
St = 6 jam
Waktu efektif = 354
199
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

n = 1 dermaga
Analisa perhitungan:
Vs . St
BOR = x 100%
Waktu efektif . n
413 . 6
BOR = x 100%
354 . 1
= 70%
5. Nilai BOR tahun 2012
Diketahui:
Vs = 465 kapal
St = 6 jam
Waktu efektif = 354
n = 1 dermaga

Analisa perhitungan:
Vs . St
BOR = x 100%
Waktu efektif . n
465 . 6
BOR = x 100%
354 . 1
200
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

= 79%
Prediksi Arus Kapal. Perkiraan dilakukan dengan menggunakan analisis regresi yaitu untuk melihat pengaruh suatu variabel
terhadap variabel lainnya yang nantinya akan digunakan untuk memprediksi suatu peningkatan arus kapal, yang dalam hal ini
menggunakan software Exel (Triatmodjo, 2010).
Persamaan arus kapal (Triatmodjo, 2010):
y1 = 320,6 x0,269
Keterangan:
y1 = arus kapal pada suatu tahun yang diperkirakan
x = tahun ke 1, 2, 3,... dihitung sejak tahun 2008 (tahun 2008 adalah tahun ke 1).
Pertumbuhan arus kapal/tahun dan BOR dalam 5 tahun terakhir.
Tahun Arus kapal BOR
Tahun
ke Unit (%)
2008 1 346 58%
2009 2 368 62%
2010 3 395 67%
2011 4 413 70%
2012 5 462 78%
500
Sumber: Kantor Administrator Pelabuhan Badas dan
450

400 hasil olah data


350

300

250
462
200 395 413
346 368
150

100

50

0
2008 2009 2010 2011 2012
201
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Gambar 4. Arus kunjungan kapal dalam 5 tahun terakhir

Analisis Regresi
500
450
f(x) = 320.67 exp( 0.07 x )
400 R² = 0.98

350
300
250
200
150
100
50
0
1 2 3 4 5

Gambar 5. Hasil prediksi arus kapal dengan menggunakan analisis regresi.

Berdasarkan hitungan persamaan yang terdapat pada Gambar di atas dapat diperkirakan arus kapal untuk 5 tahun kedepan.
202
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Tabel 4. Hasil analisa prediksi arus kapal, pertumbuhan arus kapal/tahun dan BOR dengan menggunakan analisis regresi.
Tahun Arus kapal BOR
Tahun
ke Unit (%)
2013 6 519 88%
2014 7 541 92%
2015 8 561 95%
2016 9 579 98%
2017 10 596 101%

620

600

580

560

540 596
579
520 561
541
500 519

480
2013 2014 2015 2016 2017

Gambar 6. Hasil prediksi arus kapal dengan


menggunakan analisis regresi.
203
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

620
f(x) = 506.12 exp( 0.03 x )
600 R² = 0.99

580

560

540

520

500

480 Regresi arus kapal


460
6 7 8 9 10

Gambar 7. Hasil analisa prediksi arus kapal,


dan BOR

Tabel 5. Arus Kapal (BOR)


Tahun Arus kapal BOR
Tahun
ke Unit (%)
2008 1 346 58%
2009 2 368 62%
2010 3 395 67%
2011 4 413 70%
2012 5 462 78%
2013 6 519 88%
2014 7 541 92%
204
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

2015 8 561 95%


2016 9 579 98%
2017 10 596 101%

Sumber: Olahan Data

KESIMPULAN
Setelah melakukan pengolahan data dari dermaga Nusantara pelabuhan Badas, hasil survey dari dari data sekunder dan
primer yang diperoleh, maka diambil beberapa kesimpulan:
1. Dari hasil perhitungan kapal dengan antrian terbanyak yaitu 2 kapal pada dermaga. Panjang dermaga yang dibutukan untuk 4
kapal yang akan bersandar yaitu sepanjang 635 m, maka 635 m > 154 m (panjang dermaga yang dibutuhkan lebih besar dari
panjang dermaga di lapangan), sehingga ukuran dimensi dermaga Nusantara tidak layak atau tidak dapat melayani 4 kapal
sekaligus dalam satu hari.
Dari hasil perhitungan antrian kapal ukuran terbesar yaitu kapal yang memiliki panjang 110 m. Dimensi dermaga yang
dibutukan untuk 4 kapal yang akan bersandar yaitu sepanjang 791 m, maka 791 m > 154 m (panjang dermaga yang dibutuhkan
lebih besar dari panjang dermaga di lapangan), sehingga ukuran dimensi dermaga Nusantara tidak layak atau tidak dapat
melayani kapal secara bersamaan dengan ukuran yang lainnya.
2. Dari hasil perhitungan BOR tahun 2008, yaitu dengan jumlah kapal 346, nilai BOR mencapai 58%, hasil perhitungan BOR tahun
2009, yaitu dengan jumlah kapal 368 , nilai BOR mencapai 62%, hasil perhitungan BOR tahun 2010, yaitu dengan jumlah kapal
205
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

395, nilai BOR mencapai 67%, hasil perhitungan BOR tahun 2011, yaitu dengan jumlah kapal 413, nilai BOR mencapai 70%, dan
dari hasil perhitungan BOR tahun 2012, yaitu dengan jumlah kapal 465, nilai BOR mencapai 79%. Nilai BOR dari tahun 2008
hingga 2012 telah melibihi kapasitas dermaga seperti yang disarankan oleh UNCTAD nilai BOR untuk 1 tambatan tidak boleh
melebihi 40%. Sehingga dermaga Nusantara tidak layak menampung jumlah kapal yang melakukan sandar di dermaga
Nusantara.
3. Dari hasil prediksi arus kapal yang menggunakan analisis regresi, maka didapatkan hasil perkiraan kunjungan kapal 5 tahun yang
akan datang yaitu pada tahun 2017 sebanyak 596 unit kapal dengan nilai BOR mencapai 101%.

SARAN
1. Perlu adanya penambahan panjang dermaga yang semula hanya dapat melayani dua kapal menjadi empat kapal dalam waktu
yang bersamaan, agar dapat mengatasi antrian yang terjadi pada pelabuhan Badas dan peningkatan kapal yang akan terjadi
pada tahun berikutnya.
2. Perlu adanya alat mekanis bongkar muat yaitu crane agar proses bongkar muat barang dapat berjalan dengan cepat.
3. Perlu diperhatikan kepada pemerintah Kabupaten Sumbawa agar dapat memperhatikan pelabuhan Badas untuk perkembangan
yang akan datang karena melihat peran pelabuhan Badas sebagai satu-satunya pelabuhan barang yang terdapat pada
Kabupaten Sumbawa, karena sesuai dengan salah-satu peran pelabuhan sebagai perputaran roda ekonomi suatu daerah
maupun negara.
4. Perlu diperhatikan kepada Departemen Perhubungan Laut, Kantor Otoritas Pelabuhan Badas dan PT (Persero) Pelabuhan
206
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Indonesia-III mengenai sarana dan prasarana yang ada pada pelabuhan Badas agar mendapat perhatian lebih seperti, lapangan
penumpukan agar lebih diatur lagi sehingga diwaktu penumpukan barang berjalan dengan baik dan teratur dan plat lantai
(Apron) dermaga perlu adanya perbaikan agar aktifitas di dermaga dapat berjalan dengan baik dan sarana jalan di kawasan
pelabuhan Badas perlu adanya perbaikan.
5. Diperlukan studi penelitan lebih lanjut untuk mendapatkan Analisa kelayakan pengembangan dermaga di pelabuhan Badas yang
lebih baik dan maju.

DAFTAR PUSTAKA
Abdulmutalip Danuningrat, Pelabuhan bagian I dan II, Penerbit Seksi Publikasi Teknik Departemen Teknik Sipil ITB, Bandung, 1977.
Suhardjono, Pengantar Penelitian Ilmiah, Penerbit UPT Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Malang, 1993.
Triatmodjo Bambang, Perencanaan Pelabuhan, Penerbit Beta Offset, Yogyakarta, 2010.

PERBANDINGAN ESTIMASI ANGGARAN BIAYA ANTARA


207
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

METODE BOW, SNI DAN KOMBINASI


Oleh : Jamaluddin

ABSTRAK

Analisa biaya konstruksi adalah suatu cara perhitungan harga satuan pekerjaan konstruksi, yang dijabarkan dalam
perkalian indeks bahan bangunan dan upah kerja dengan harga bahan bangunan dan standar pengupahan kerja, untuk
menyelesaikan per-aitem pekerjaan konstruksi. Analisa biaya konstruksi yang selama ini digunakan adalah Analisa BOW
(Burgerlijke Open bare Warken) yang ditetapkan pada tanggal 28 Februari 1921 pada zaman pemerintahan Belanda. Analisa BOW
ini hanya dapat dipergunakan padapekerjaan yang memakai peralatan konvemsial saja, sedangkan bagi pekerjaan yang
menggunakan peralatan modern Analsa BOW tidak dapat dipergunakan lagi. Kemudian pada tahun 1991-1992 produk Analisa
Biaya Konstruksi yang telah dukukuhkan sebagai badan Standa Nasional Indonesia (SNI) namun hanya untuk pekerjaan padat karya
saja. Pada tahun 2002 SNI dikaji kembali dan disempurnakan dengan sasaran yang lebih luas yaitu bangunan gedung dan
perumahan, dan peneliti mencoba mengkombinasikan kedua analisa yang dimana nilai koefisien/kuantitas yang digunakan adalah
nilai koefisien/kuantitas dari Analisa BOW dan untuk harga satuan yang digunakan adalah harga satuan dari Analisa SNI.
Dari hasil penelitian yang dilakukan pada pekerjaan galian tanah, urugan kembali, urugan pasir, pasangan batu kosong dan
pasangan pondasi menunjukkan bahwa hasil dari perhitungan harga satuan pekerjaan antara Metode BOW, SNI dan Kombinasi
memiliki perbedaan masing jumlah harga satun pekerjaan yang berfariasi jumlahnya. Perbedaan jumlah harga satuan pekrjaan
antara Analisa BOW dan SNI pada semua item pekerjaan pada pekerjaan pondasi dipengaruhi oleh harga satuan yang digunakan
pada analisa BOW, Analisa BOW memiliki jumlah harga satuan yang nominalnya lebih kecil bila dibandingkan dengan harga satuan
pada Analisa SNI. Untuk nilai Koefisien Analisa pada BOW masih dipergunakan sebagai bahan pembelajaran kedepannya.
Perbedaan jumlah harga satuan pekerjaan antara Analisa SNI dan Kombinasi terlihat pada jumlah harga satuan pekerjaan
pada pekerjaan urugan kembali, pasangan batu kosong dan pasangan pondasi. Selain memiliki perbedaan jumlah harga satuan
208
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

pekerjaan Analisa SNI dan Kombinasi juga memiliki persamaan jumlah harga satuan pekerjaan yaitu pada pekerjaan galian tanah
dan urugan pasir.

Kata Kunci : Metode BOW, SNI, Dan Kombinasi.

PENDAHULUAN

Dalam sebuah proyek konstruksi terdapat berbagai tahapan pengerjaan yang berkaitan dengan manajemen konstruksi.
Perkiraan biaya memegang peranan penting dalam penyelenggaraan proyek. Pada tahap pertama dipergunakan untuk mengetahui
berapa besarnya biaya yang diperlukan untuk membangun proyek atau investasi, selanjutnya memiliki fungsi dengan spektrum
yang amat luas yaitu merencanakan dan mengendalikan sumber daya seperti material, tenaga kerja, dan waktu. Untuk
meningkatkan efisiensi dan efektifitas kegiatan pembangunan gedung dan bangunan dibidang konstruksi, diperlukan suatu sarana
dasar perhitungan harga satuan yaitu Analisa Biaya Konstruksi (ABK).
Analisa biaya konstruksi yang selama ini digunakan adalah Analisa BOW (burgerlijke open bare warken) yang kemudian
diganti dengan Analisa SNI, dan peneliti mencoba mengkombinasikan kedua analisa tersebut sebagai bahan acuan kedepannya.
Analisa BOW adalah suatu ketentuan yang ditetapkan pada tanggal 28 Februari 1921 pada zaman pemerintahan Belanda. Analisa
BOW merupakan suatu rumusan penentuan harga satuan item jenis pekerjaan. Satuannnya ialah Rp. …/m 3, Rp. …/m2, Rp. …/m1.
Ada beberapa analisa BOW yang tidak relevan lagi dengan kebutuhan pembangunan, baik bahan maupun upah tenaga kerja.
Namun demikian Analisa BOW masih dapat dipergunakan sebagai pedoman dalam menyusun anggaran biaya banguanan. Maka
pada tahun 1991-1992 produk analisa biaya konstruksi yang telah dikukuhkan sebagai Standar Nasional Indonesia (SNI) oleh Badan
Standarisasi Nasional (BSN), Analisa metode SNI yaitu perhitungan harga satuan pekerjaan yang berlaku untuk seluruh Indonesia,
209
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

berdasarkan harga satuan bahan, harga satuan upah tenaga kerja, dan harga satuan alat. Pelaksanaan pembangunan yang
dimaksud adalah pihak-pihak yang terkait dalam pembangunan gedung dan perumahan yaitu para perencana, konsultan,
kontraktor maupun perseorangan dalam memperkirakan biaya pembangunan. Kedua Analisa tersebut memiliki persamaan dan
perbedaan pada nilai indeks/koefisien, maka peneliti mencoba mengkombinasikan kedua analisa tersebut. Kombinasi merupakan
gabungan antara Analisa BOW dan Analisa SNI, dimana Kombinasi ini menggunakan nilai indeks/koefisien dari analisa BOW dan
harga satuan yang digunakan adalah harga satuan dari Analisa SNI.

METODE PENELITIAN
Subjek Penelitian. Subjek penelitian ini adalah proyek pembangunan Ruko lantai satu Jalan A. Yani
Kec.Sumbawa.Kab.Sumbawa.

Objek Penelitian. Objek penelitian ini adalah menganalisa harga dengan menggunakan metode BOW, SNI, dan Kombinasi

Data Yang Diperlukan. Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah:
1) Gambar rencana arsitek dan struktur (gambar bestek),
2) Peraturan dan syarat-syarat yang berlaku (RKS)
3) Daftar harga satuan bahan yang digunakan didaerah setempat,
4) Daftar harga satuan upah untuk daerah setempat,
5) Rencana Anggaran Biaya penawaran proyek pembangunan Ruko lantai satu Jalan A. yani kec. Sumbawa Kab. Sumbawa
210
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

6) Daftar pedoman analisa BOW dan SNI.

Cara Pengumpulan Data. Cara pengumpulan data penelitian berdasarkan gambar rencana, peraturan dan syarat-syarat
yang berlaku (RKS), dan RAB dari proyek.

Pengelolaan Data Pengelolaan data melewati tahapan-tahapan sebagai berikut:


1) Studi pustaka dari berbagai buku-buku literature.
2) Merangkum teori yang saling berhubungan antara manajemen konstruksi dan hal-hal terkait.
3) Mengumpulkan data dan penjelasan yang didapat dari konsultan perencana proyek pembangunan Ruko lantai satu Jalan A. yani
kec. Sumbawa Kab.Sumbawa.
4) Mengumpulkan data yang didapat dari buku pedoman analisa.
5) Menghitung harga satuan bahan, upah dan pekerja menggunakan rumus sebagai berikut:

∑tenaga kerja = Volume pekerjaan x Koefisien anaisa tenaga kerja

6) Menghitung harga satuan pekerja tiap jenis pekerjaan yang diteliti menggunakan rumus sebagai berikut:

RAB = ∑ (Volume) x Harga satuan


pekerjaan
7) Mendapatkan perbandingan harga satuan pekerjaan tiap jenis pekerjaan yang diteliti.
211
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

PEMBAHASAN
Hasil Penelitian. Pada bab ini akan dibahas harga satuan bahan, upah dan pekerjaan galian tanah, urugan tanah, urugan pasir,
pasangan batu kosong dan pondasi batu kali.
a. Pekerjaan Galian Dan Urugan
1) Galian Tanah Untuk Pondasi Menerus
 Panjang galian pondasi menerus (P) = 77,12 m
 Tinggi galian (h) = 0,80 m
 Lebar galian (l)= 1,20 m
 Luas penampang = 0,80 x 1,20 = 0,96 m2
 Volume = 0,96 x 77,12 = 74,04 m3
2) Galian Tanah Untuk Pondasi Tapak
 Jumlah pondasi tapak = 12 buah
 Tinggi (h) = 1,80 m
 Lebar atas (a) = 1,20 m
 Lebar bawah (b) =1,2 m
 Volume = 1,80 x 1,20 x 1.2 = 2,59 x 12 = 31,10 m 3
Jadi jumlah seluruh galian = 74,04 + 31,10 = 105,14 m3
3) Urugan Tanah Kembali
212
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

 Volume galian tanah = 105,14 m3


 Urugan kembali = ¼ galian
 Volume = ¼ x 99,96 = 26,28 m3
4) Urugan Pasir
 Panjang urugan = panjang galian = 77,12 m
 Tinggi (h) = 0,5 m
 Lebar (l) = 1,20 m
 Luas penampang = 0,5 x 1,20 = 0,6 m2
 Volume = 0,6 x 77,12 = 46,27 m3

b) Pekerjaan Pasangan
1) Pasangan Batu Kosong
 Panjang pasangan batu kosong = Urugan pasir = Galian tanah = 77,12 m
 Tinggi (h) = 0,20 m
 Lebar (l) = 1,20 m
 Luas penampang = 0,20 x 1,20 = 0,24 m2
 Volume = 0,24 x 77,12 = 18,50 m3
2) Pasangan Pondasi Batu Kali 1 Pc : 5 Ps
213
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

 Panjang pondasi = 77,12 m


 Tinggi (h) = 0,62 m
 Lebar atas pondasi (a) = 0,30 m
 Lebar bawah pondasi (b) = 1,00 m
 Luas penampang = 0,65 x 0,62 = 0,403 m2
 Volume = 0,403 x 77,12 = 34,08 m3

Volume pondasi menerus setelah dikurang volume 6 buah pondasi tapak :


= luas pondasi menerus – luas pondasi tapak
= 34,08 – 1,18
= 32,90 m3

3) Pondasi Tapak
 Bidang 1
 Banyak = 12 buah
 Tinggi (h) = 1,52 m
 Lebar atas (a) = 0,30 m
 Lebar bawah (b) = 0,30 m
 Volume = 1,52 x 0,30 x 0,30 = 0,14 x 12 = 1,68 m3
214
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

 Bidang 2
 Banyak = 12 buah
 Tinggi (h) = 0,25 m
 Lebar atas (a) = 0,30 m
 Lebar bawah (b)= 1,20 m
 Volume = 0,25 x 1,20 x 0,30 = 0,09 x 12 = 1,08 m 3
 Bidang 3
 Banyak = 12 buah
 Tinggi (h) = 0,25 m
 Lebar atas (a) = 1,20 m
 Lebar bawah (b)= 1,20 m
 Volume = 0,25 x 1,20 x 1,20 = 0,36 x 12 = 4,32 m 3

v = bidang 1 + bidang 2 + bidang 3


= 1,68 + 1,08 + 4,32

= 7,08 m3

c) Perhtungan Jumlah Harga Satuan Pekerjaan


215
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Dengan menggunakan rumus ∑tenaga kerja = Volume pekerjaan x Koefisien anaisa tenaga kerja maka akan didapat jumlah
volume harga pekerjaan pada tiap item pekerjaan, dan dengan menggunakan rumus :
RAB = ∑ (Volume) x Harga satuan pekerjaan.
Contoh: ∑tenaga kerja = 74,04 m3 x 0,75 = 55,53 m3
RAB = 55,53 x 40,233 = Rp2234,13849

d) Persentase perbandingan jumlah harga satuan pekerjaan Antara Analisa BOW, SNI dan Kombinasi
Untuk mendapat jumlah persentase harga satuan pekerjaan maka dapat dihitung menggunakan rumus:

jumlahharga tertinggi− jumlah harga terendah


x 100
jumlah harga tertinggi
3.172.537,22−195.937,50
contoh: x100 = 93,82 %
3.172 .573,22

Pembahasan. Dari hasil perhitungan yang dilakukan maka dapat dibuat suatu grafik perbandingan jumlah harga satuan
pekerjaan upah (upah pekerja, mandor, kepala tukang, dan tukang batu) dan jumlah harga satuan bahan (tanah, pasir, batu, dan
semen) per-item pekerjaan.
a) Perbandingan jumlah harga satuan pekerjaan
1) Perbandingan jumlah harga satuan pekerjaan antara Metode BOW, SNI dan Kombinasi pekerjaan galian tanah
216
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Biaya (Rp)
3,500,000
3,172,573 3,172,573

3,000,000

2,500,000

Pekerja
2,000,000
Mandor
Linear (Mandor)
1,500,000

1,000,000

500,000
195,938 167,698 167,698
9,144
000
BOW SNI KOMBINASI

2) Perbandingan jumlah harga satuan pekerjaan antara Analisa BOW, SNI dan Kombinasi pekerjaan urugan kembali
Biaya (Rp)
900,000
792,992
800,000

700,000

600,000

500,000 Pekerja
Mandor
400,000

300,000 264,331

200,000

100,000
49,275 41,917
2,300 13,413
000
BOW SNI KOMBINASI

3) Perbandingan jumlah harga satuan pekerjaan antara Analisa BOW, SNI dan Kombinasi peerjaan urugan pasir
a. Perbandingan harga satuan perkerjaan (upah pekerja)
217
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Biaya (Rp)
600,000 558,474 558,474

500,000

400,000
Pekerja
300,000 Mandor

200,000

100,000
34,703 29,520 29,520
1,619
000
BOW SNI KOMBINASI

b. Perbandingan jumlah harga satuan pekerjaan untuk bahan pasir


Biaya (Rp)
6,000,000

5,000,000 4,830,588 4,830,588

4,000,000

Bahan (pasir)
3,000,000

2,000,000

1,000,000

222,096
000
BOW SNI KOMBINASI

4) Perbandingan jumlah harga satuan pekerjaan antara Analisa BOW, SNI dan Kombinasi peerjaan pasangan batu kosong
a. Perbandngan harga satuan perkerjaan (upah pekerja)
218
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Biaya (Rp)
1,200,000
1,116,466
1,000,000

800,000
Pekerja
600,000 Mandor
580,562

400,000

200,000
69,375 88,523
46,032
4,856
000
BOW SNI KOMBINASI

b. Perbandngan harga satuan perkerjaan (bahan(batu dan pasir))


Biaya (Rp)
2,500,000
2,220,000
2,035,000
2,000,000

1,500,000 Batu
pasir

1,000,000
695,304 804,750

500,000

122,100
000 37,000
BOW SNI KOMBINASI

5) Perbandingan jumlah harga satuan pekerjaan antara Analisa BOW, SNI dan Kombinasi peerjaan pasangan pondasi
a. Perbandngan harga satuan perkerjaan (upah pekerja)
219
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Biaya (Rp)
6,000,000

5,000,000 4,765,197

4,000,000
Pekerja
Mandor
3,000,000 Kep. Tukang
T. batu
1,985,499 2,100,336
2,000,000
1,312,710

1,000,000
296,100 377,824
138,150 157,427
143,115 228,984
20,727
15,792
000
BOW SNI KOMBINASI

b. Perbandngan harga satuan perkerjaan (bahan(batu,pasir dan Pc))

Biaya (Rp)
7,000,000

6,000,000 5,816,720

5,000,000

3,948,000 3,948,000 Batu


4,000,000
Semen
Pasir
3,000,000

2,000,000 1,700,272 1,631,511

1,000,000
602,786
236,880
103,043
000 174,138
BOW SNI KOMBINASI
220
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

b) Persentase perbandingan jumlah harga satuan pekerjaan antara metode BOW dan SNI
Dari hasil perhitungan persentase perbandingan jumlah harga satuan pekerjaan antara Analisa BOW dan SNI, maka dapat
dibuat suatu grafik perbadingan.
1) Persentase perbandingan jumlah harga satuan pekerjaan antara Analisa BOW dan SNI pada pekerjaan galian tanah

Porsentase %
94.800%

94.600% 94.550%

94.400%

94.200% Pekerja
Mandor
94.000%
93.820%
93.800%

93.600%

93.400%
BOW dan SNI

2) Persentase perbandingan jumlah harga satuan pekerjaan antara Analisa BOW dan SNI pada pekerjaan urgan kembali.
221
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Porsentase %
83.000% 82.860%

82.500%

82.000% Pekerja
Mandor

81.500% 81.360%

81.000%

80.500%
BOW dan SNI

3) Persentase perbandingan jumlah harga satuan pekerjaan antara Analisa BOW dan SNI pada pekerjaan urgan pasir
a. Persentase Perbandngan harga satuan perkerjaan (upah pekerja)
Porsentase %
94.600%
94.510%

94.400%

94.200%
Pekerja
94.000% Mandor

93.790%
93.800%

93.600%

93.400%
BOW dan SNI

b. Persentase Perbandngan harga satuan perkerjaan (bahan (pasir))


222
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Porsentase %
100.000% 94.990%
90.000%

80.000%

70.000%

60.000%
Pasir
50.000%

40.000%

30.000%

20.000%

10.000%

.000%
BOW dan SNI

4) Persentase perbandingan jumlah harga satuan pekerjaan antara Analisa BOW dan SNI pada pekerjaan Pas. Batu kosong

a. Persentase Perbandngan harga satuan perkerjaan (upah pekerja)


persentase %
90.000%

89.500% 89.450%

89.000%
Pekerja
88.500% Mandor

88.050%
88.000%

87.500%

87.000%
BOW dan SNI
223
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

b. Persentase Perbandngan harga satuan perkerjaan (bahan(pasir dan batu))

persentase %
94.700%
94.680%

94.650%

94.600%

Batu
94.550% Pasir

94.500%
94.500%

94.450%

94.400%
BOW dan SNI

5) Persentase perbandingan jumlah harga satuan pekerjaan antara Analisa BOW dan SNI pada pekerjaan Pas. Pondasi
a. Persentase Perbandngan harga satuan perkerjaan (upah pekerja)
Porsentase %
120.000%

98.790%
100.000%
85.080% 86.830%
80.000%
Pekerja
Mandor
60.000% Kep. Tuang
T. batu

40.000%

20.000%

3.470%
.000%
BOW dan SNI

b. Persentase Perbandngan harga satuan perkerjaan (bahan (batu, pasir dan semen))
224
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Porsentase %
250%

2
200%

150% Batu
Semen (PC)
Pasir
100% 94% 090%

50%

0%
BOW dan SNI

c. Persentase perbandingan jumlah harga satuan pekerjaan antara metode SNI dan Kombinasi
a) Persentase perbandingan jumlah harga satuan pekerjaan antara Analisa SNI dan Kombinasi pada pekerjaan galian tanah
Porsentase %
100%

90%

80%

70%

60% Pekerja
50% Mandor

40%

30%

20%

10%

0%
SNI dan KOMBINASI

b) Persentase perbandingan jumlah harga satuan pekerjaan antara Analisa SNI dan Kombinasi pada pekerjaan urugan kembali
225
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Porsentase %
68.500%

68%
68.000%

67.500%
Pekerja
Mandor
67.000%
66.670%

66.500%

66.000%
SNI dan KOMBINASI

c) Persentase perbandingan jumlah harga satuan pekerjaan antara Analisa SNI dan Kombinasi pada pekerjaan urugan pasir

1. Persentase Perbandngan harga satuan perkerjaan (upah pekerja)

100%

90%

80%

70%

60%

50% Pekerja
Mandor
40%

30%

20%

10%

0%
SNI dan KOMBINASI

2. Persentase Perbandngan harga satuan perkerjaan (bahan(pasir))


226
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Porsentase %
100%
90%
80%
70%
60%
Pasir
50%
40%
30%
20%
10%
0%
SNI dan KOMBINASI

d) Persentase perbandingan jumlah harga satuan pekerjaan antara Analisa SNI dan Kombinasi pada pekerjaan Pas. Batu
kosong
1. Persentase Perbandngan harga satuan perkerjaan (upah pekerja)

Porsentase %
60.000%

50.000% 48.000% 48.000%

40.000%
Pekerja
30.000% Mandor

20.000%

10.000%

.000%
SNI dan KOMBINASI
227
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

2. Persentase Perbandngan harga satuan perkerjaan (bahan (batu dan pasir))


Porsentase %
16.000%

14.000% 13.600%

12.000%

10.000%
8.330% Batu
8.000% Pasir

6.000%

4.000%

2.000%

.000%
SNI dan KOMBINASI

e) Persentase perbandingan jumlah harga satuan pekerjaan antara Analisa SNI dan Kombinasi pada pekerjaan Pas. Pondasi
1. Persentase Perbandngan harga satuan perkerjaan (upah pekerja)
Porsentase %
100.000%
93.190%
90.000%
82.560%
80.000%

70.000%
58.330% 58.330% Pekerja
60.000% Mandor
50.000% Kep. Tukang
t. batu
40.000%

30.000%

20.000%

10.000%

.000%
SNI dan KOMBINASI
228
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

2. Persentase Perbandngan harga satuan perkerjaan (bahan (batu, pasir dan semen))
Porsentase %
120.000%

100.000% 97.000%

80.000%
Batu
semen (PC)
60.000% Pasir

40.000%

20.000%
4.040%
.000%
SNI dan KOMBINASI

KESIMPULAN
Setelah melakukan analisa data dan melakukan perbandingan antara metode BOW, SNI , dan Kombinasi pada proyek
pembangunan Ruko lantai satu Jalan A. Yani Kec.Sumbawa.Kab.Sumbawa, maka dapat diambil kesimpulan:
Perbedaan jumlah harga satuan pekerjaan pada pekerjaan galian tanah, urugan kembali, urugan pasir, pasangan batu kosong dan
pasangan pondasi adalah Perbedaan jumlah harga satuan pekrjaan antara Analisa BOW dan SNI pada semua item pekerjaan pada
pekerjaan pondasi dipengaruhi oleh harga satuan yang digunakan pada analisa BOW memiliki jumlah harga satuan yang
nominalnya lebih sedikit bila dibandingkan dengan harga satuan pada Analisa SNI. Perbedaan jumlah harga satuan pekerjaan antara
229
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Analisa SNI dan Kombinasi terlihat pada jumlah harga satuan pada pekerjaan urugan kembali, pasangan batu kosong dan pasangan
pondasi. Maka disimpulkan :
1) Ada perbedaan jumlah harga satuan antara Analisa BOW, SNI dan Kombinasi
2) Perbandingan jumlah harga satuan pekerjaan antara analisa BOW, SNI, dan Kombinasi BOW dan SNI pada pekejaan galian tanah,
urugan kembali, urugan pasir, pasangan batu kosong dan pasangan pondasi batu kali adalah:
 BOW =harga satuan pekerjaan (upah pekerja =Rp195.937,50, dan upah mandor =Rp9.143,75), SNI =harga satuan pekerjaan
(upah pekerja =Rp3.172.573,22, dan upah mandor =167.698,30) , dan Kombinasi =harga satuan pekerjaan (upah pekerja
=Rp3.172.573,22, dan upah mandor =Rp167.698,30).
 BOW =harga satuan pekerjaan (upah pekerja =Rp49.275,00, dan upah mandor =Rp2.299,50), SNI =harga satuan pekerjaan
(upah pekerja =Rp264.330,81, dan upah mandor =13.413,31) , dan Kombinasi =harga satuan pekerjaan (upah pekerja
=Rp792.992,43, dan upah mandor =Rp41.916,60).
 BOW =harga satuan pekerjaan (upah pekerja =Rp34.702,50, upah mandor =Rp1.619,45, dan bahan (pasir) =Rp222.096,00),
SNI =harga satuan pekerjaan (upah pekerja =Rp558.474,27, upah mandor =Rp29.520,26, dan bahan (pasir) =Rp4.830.558,53) ,
dan Kombinasi =harga satuan pekerjaan (upah pekerja =Rp558.474,27, upah mandor =Rp29.520,26, dan bahan (pasir) =
Rp4.830.558,53).
 BOW =harga sauan pekerjaan (upah pekerja =Rp69.375,00, upah mandor =Rp4.856,25, dan bahan (batu kali =Rp122.100,00,
pasir =Rp37.000,00)), SNI =harga satuan pekerjaan (upah pekerja =Rp580.562,19, upah mandor =Rp46.031,70, dan bahan
230
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

(batu kali =Rp2.220.000,00, pasir =Rp695.304,00)) dan Kombinasi =harga satuan pekerjaan (upah pekerja =Rp1.116.465,75,
upah mandor =Rp88.522,50, dan bahan (batu kali =Rp2.035.000,00, pasir =Rp804.750,00)).
 BOW =harga satuan pekerjaan (upah pekerja =Rp296.100,00, upah mandor =Rp20.727,00, upah kepala tukang =Rp15.792,00,
upah tukang batu =Rp138.150,00,dan bahan (batu kali =Rp236.880,00, semen (PC) =Rp602.785,56, pasir =Rp103.042,80)).

SARAN
1. Analisa harga satuan SNI perlu ditinjau lagi demi mendukung pembangunan yang akan dilakukan selanjutnya, karena bila ditinjau
lagi dari Analisa Kombinasi (BOW dan SNI) masih ada harga satuan pekerjaan yang masih memiliki jumlah harga satuan
pekerjaan yang sedikit bila dibandingkan dengan Analisa SNI.

2. Nilai koefisien/kuantitas pada Analisa SNI harus lebih diperhatikan lagi meski harga setiap bahan dan upah terus meningkat,
mengingat hasil dari Analisa Kombinasi (BOW dan SNI) masih ada nilai koefisien dari Analisa BOW yang jika digunakan pada masa
sekarang masih lebih efisien.

DAFTAR PUSTAKA
Ibrahim Bachtiar, 2003, Rencana Dan Estimate Real Of Cost, Penerbit Bumi Aksaara. Jakarta.
231
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Khalid Muhammad HM,2008, Studi analisa harga satuan pekerjaan pada konstruksi gedung dengan metode BOW, SNI, dan
LAPANGAN, Penerbit Seksi Publikasi Teknik Departemen Teknik Sipil UI. Indonesi.
Soeharto Imam, 1995, Manajemen proyek dari konseptual sampai operasional, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Susanta Gatut, 2008, Cara cepat menghitung biaya membangun rumah, Penerbit Griya Kreasi, Bandung.
Yuwono Imam, 1995, Pondasi sederhana untuk rumah tinggal, Penerbit Balai Pustaka, Jakarta.
232
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

ANALISIS FAKTOR – FAKTOR KERUSAKAN JALAN DIATAS


TANAH EKSPANSIF
(Studi Kasus : Jalan Lintas Sumbawa – Bima, PAL IV – KM 12 di Kabupaten Sumbawa Besar)
Oleh: Andi Supandi

ABSTRAK

Tanah ekspansif merupakan bahaya utama dibidang geoteknik yang dapat menimbulkan kerusakan parah terhadap kinerja
dan umur layan infrastruktur. Masalah utama yang ditimbulkan tanah ekspansif adalah : perubahan volume karena mengembang
dan menyusutnya tanah, yang dapat mengakibatkan penurunan tidak seragam penurunan daya dukung. Faktor – faktor penyebab
kerusakan jalan pada ruas jalan pal IV – Km 12 di Kabupaten Sumbawa Besar disebabkan tanah dasar disebabkan oleh kondisi
tanah dasar mengalami pengembangan ketika kadar airnya bertambah dan mengalami penyusutan disebabkan kadar airnya
berkurang.
Sifat – sifat fisik tanah ekspansif pada ruas jalan pal IV – Km 12 di Kabupaten Sumbawa Besar Pemadatan dengan metode Standard
Proctor lebih tepat untuk pemadatan tanah lempung karena akan menghasilkan nilai CBR Soaked yang lebih besar dibandingkan dengan
metode Modified Proctor untuk satu komposisi campuran yang sama. Hasil analisis pengembangan menunjukan hasil yaitu dengan adanya
233
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

campuran pasir maka pengembangan akan menurun, namun dalam kenyataannya pengembangan justru naik dari semula 13,5% menjadi
17,40%. Hasil ini mengindikasikan adanya gejala over compacted, sehingga perlu dicoba dengan menurunkan daya pemadatan dari Modified
Proctor menjadi Standard Proctor.

Kata kunci: CBR Soaked, Modied froktor, Standar Froctor.

PENDAHULUAN
Jalan lintas Sumbawa – Bima, pal IV - km 12 di Kabupaten Sumbawa Besar merupakan jalur transportasi lintas tengah yang
menghubung Kabupaten Bima dan Kabupaten Sumbawa Besar sehingga mengakibatkan tingkat akses dan mobilitas yang cukup
tinggi. Hal ini memberikan keuntungan yang besar bagi Kabupaten Bima dan Kabupaten Sumbawa Besar sebagai modal dasar
pengembangan wilayahnya sehingga perlu didukung dengan ketersediaan sarana dan prasarana transportasi yang baik, agar dapat
memperlancar perkembangan wilayah khususnya perkembangan perekonomian ada di Kec.moyo hilir. Salah satu jalur transportasi
lintas tengah yang berada di antara Ruas jalan ini sering mengalami kerusakan struktural jalan cukup parah yang dicurigai karena
sifat ekspansif tanah lempung dari lapisan tanah dasar.
Tanah ekspansif merupakan bahaya utama dibidang geoteknik yang dapat menimbulkan kerusakan parah terhadap kinerja
dan umur layan infrastruktur. Masalah utama yang ditimbulkan tanah ekspansif adalah : perubahan volume karena mengembang
dan menyusutnya tanah, yang dapat mengakibatkan penurunan tidak seragam penurunan daya dukung tanah; rawan terhadap
erosi sangat tinggi ketika dilakukan penggalian dan kondisi pengerjaan yang sulit. Banyak kasus kerusakan perkerasan jalan terjadi
pada jalan yang melewati daerah yang memiliki tanah ekspansif seperti kejadian ini dicurigai karena perilaku tanah ekspansif yang
234
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

berada di bawah perkerasan jalan mempunyai sifat mengembang dan menyusut yang besar. Sifat kembang - susut ini merupakan
faktor penyebab yang dominan terhadap kejadian kerusakan perkerasan jalan karena dapat mendorong perkerasan jalan ke arah
vertikal dan dapat menarik secara lateral. Masalah kembang - susut ini terjadi pada tanah kelempungan dengan perubahan kadar
air yang tinggi, sehingga fleksibilitas perkerasan tidak mampu mengikuti perubahan sifat tanah ekspansif, maka kerusakanpun tak
dapat dihindari. Tanah dasar (Subgrade) yang ekspansif menimbulkan banyak masalah kerusakan pada perkerasan jalan raya,
sehingga perkerasan yang terletak pada tanah dasar ekspansif ini sering membutuhkan biaya pemeliharaan dan rehabilitasi yang
besar sebelum perkerasan mencapai umur layannya.
Dari uraian latar belakang diatats maka peneliti mengajukan judul tentang “Analisis Faktor – Faktor Kerusakan Jalan di Atas
Tanah Ekspansif (Studi Kasus : Jalan Lintas Sumbawa – Bima, PAL IV – KM 12 Di Kabupaten Sumbawa Besar) ”.

METODOLOGI PENELITIAN
Lokasi Penelitian. Lokasi penelitian yang dijadikan objek penelitian ini adalah ruas jalan PAL IV – KM 12 Kabupaten
Sumbawa Besar dengan lebar jalan 7 m yang terletak di antara Kabupaten Sumbawa Besar. Lokasi ruas jalan yang ditinjau
ditunjukkan dalam Gambar 1.1 Peta Lokasi Penelitian.
Pengambilan Contoh Uji. Contoh tanah ekspansif diambil dari satu lokasi di tepi Jalan lintas Sumbawa – Bima, pal IV - km 12
di Kabupaten Sumbawa Besar pada Km Smg. 15+000. pada kedalaman 0,50 – 1,00 meter dengan cara mencangkul ( Disturbed
Sample) sebanyak 750 kg. Pada saat penggalian contoh, diamati secara visual dan dicatat jenis tanah, warna tanah, dan tinggi muka
air tanah bila pada kedalaman galian sudah terlihat. Contoh tanah kemudian dijemur sampai kering udara, gumpalan-gumpalan
235
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

tanah dipecah dengan palu karet kemudian disaring dengan saringan no. 4. Contoh yang dipergunakan adalah yang lolos saringan
no.4, dimaksudkan agar pengujian dibebaskan dari gumpalan tanah yang lebih besar saringan no.4.
Pengujian contoh tanah. Contoh tanah yang telah di proses dilakukan pengujian sebagai berikut :
1) Sifat – sifat fisik meliputi ; analisa distribusi butir, plastic limit, liquit limit, spesipic gravity.
2) Sifat – sipat teknis, yaitu ; pemadatan dengan metode modified proctor sehngga diperoleh harga Optimum Moisture Content
(OMC) dan kepadatan kering maksimum.
Test California Bearing Ratio (CBR), swelling, dan Unconfined Compressive Strength (UCS) dilakukan pad kodisi kadar air optimum
(OMC).
Pengujian Sifat – Sifat Fisik. Untuk mengetahui sifat – sfat fisik dan pemadatan akibat adanya campuran pasir pada tanah
lempung, maka pada campuran dilakukan pengujian sifat –sifat fisik Pengujian California Bearing Ratio (CBR), Swelling, dan
Unconfined Compressive Strength (UCS) tanah yang didapatkan dengan metode Mdified proctor.
PEMBAHASAN DAN HASIL
Sample tanah yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah yang diambil ditepi Jalan lintas Sumbawa – Bima, pal IV - km
12 di Kabupaten Sumbawa Besar. Hasil penelitian secara detail dapat dilihat pada tabel dibawah dan uraian secara garis besar
adalah sebagai berikut :
Tanah. Hasil penelitian laboratorium mengenai karakteristik tanah asli seperti pada tabel berikut. hasil pengujian analisa
saringan tanah asli diketahui berat material : 50 gr
236
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Jumlah Persentase Persentase lewat


Berat
Saringan berat terhadap seluruh
tertahan
tertahan Tertahan Lewat contoh

10 100.00 100.00

20 0.92 0.92 1.84 98.16 98.16

40 0.54 1.46 2.92 97.08 97.08

80 0.49 1.95 3.90 96.10 96.10

100 0.23 2.18 4.36 95.64 95.64

200 0.42 2.60 5.20 94.80 94.80

Adapun cara atau rumus untuk menghitung jumlah persen tertahan dan jumlah persen terlewati adalah sebagai beikut :
 Jumlah tertahan x 100 = Persentase tertahan
Berat material
 100 – jumlah persen tertahan = Persentase lewat
237
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

a) Pehitungan jumlah persen tetahan :

No saringan Tertahan Persentase tertahan


0.92 x
20 . 100 1.84
50
1.46 x
b) Perhitungan jumlah persen terlewati :
40 . 100 2.92
238
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

No saringan Tertahan Persentase lewat


20 . 100 - 1.84 98.16

40 . 100 - 2.92 97.08


Hasil pengujian analisa saringan tanah campuran :

Sumber : Analisa lapangan


239
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

a) Perhitungan jumlah tertahan tanah asli

No saringn Tertahan Persentase tertahan


0.92 x
20 . 100 1.84
50
1.46 x
40 . 100 2.92
b) Perhitungan persen lolos saringan tanah asli
240
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

No saringn Tertahan Persentase lewat


4 100 - 0.00 100.00

10 100 - 0.00 100.00


Pengujian sifat mekanik campuran tanah dengan bahan stabilisasi. Pengujian dari sifat mekanik tanah meliputi pengujian
pemadatan CBR, Swelling, dan UCS (Unconfined Comprensive Stregth) seperti pada tabel berikut :
Hasil pengujian kepadatan CBR, swelling, dan UCS test tanah asli dengan persentase tanah campuran bahan.
241
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Sumber : analisa lapangan


Adapun rumus yang digunakan antara lain adalah :
1) Berat air x 100 = % kadar Air
Berat tanah kering
242
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

No percobaan Tanah Asli


A. Berat Cawan 31,4
B. Berat tanah basah + cawan 36,90
C. Berat tanah kering + cawan 35,8
D. Berat air (B -C) 1,1
E. Berat tanah kering (C -A) 4,4
F. Kadar Air Optimum (OMC) (D/E )x 100) 25,5

G. Kepadatan kering (B/F) 1,45


I. CBR Unsoaked (D + B) 38,00
J. CBR soaked (I -J)/F) 1,43

a) Hatga CBR unsoaked naik dengan pertambahan campuran pasir yaitu dari semula 31,50% menjadi 49,50% pada prosentase
campuran pasir 50%. Dan harga CBR soaked juga mengalami penaikan dari 1,30% menjadi 2,50% pada pesentase
campuran.
b) Swelling potential bertambah terus dengan naiknya persentase pasir dan naiknya kepadatan kering dari dari semula
12,50% menjadi 17,50%.
c) Harga UCS juga mengalami kenaikan baik pada kondisi soaked maupun unsoaked dengan persentasi kenaikan yang
sebanding.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis didapatkan disimpulkan :
243
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

1. Faktor – faktor penyebab kerusakan jalan pada ruas jalan pal IV – Km 12 di Kabupaten Sumbawa Besar disebabkan tanah dasar
disebabkan oleh kondisi tanah dasar mengalami pengembangan ketika kadar airnya bertambah dan mengalami penyusutan
disebabkan kadar airnya berkurang.
2. Sifat – sifat fisik tanah ekspansif pada ruas jalan pal IV – Km 12 di Kabupaten Sumbawa Besar :
a. Pemadatan dengan metode Standard Proctor lebih tepat untuk pemadatan tanah lempung karena akan menghasilkan nilai CBR
Soaked yang lebih besar dibandingkan dengan metode Modified Proctor untuk satu komposisi campuran yang sama.
b. Hasil analisis pengembangan menunjukan hasil yaitu dengan adanya campuran pasir maka pengembangan akan menurun, namun
dalam kenyataannya pengembangan justru naik dari semula 13,5% menjadi 17,40%. Hasil ini mengindikasikan adanya gejala over
compacted, sehingga perlu dicoba dengan menurunkan daya pemadatan dari Modified Proctor menjadi Standard Proctor.

SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka perlu kiranya peneliti memberikan saran sebagai bahan masukan
kapada peneliti – peneliti selanjutnya sebagai berikut :
1) Untuk tanah ekspansif, pemadatan dengan metode standar proctor lebih dianjurkan dibandingkan dengan metode modified
proctor, hal ini untuk mencegah terjadinya over compacted.
2) Dengan komposisi 50%, pasir dan metode pemadatan Standard Proctor dapat menghasilkan nilai CBR yang memenuhi syarat
sebagai Subgrade jalan dan dengan pengembangan yang kecil.
244
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

DATAR PUSTAKA
ASTM (1992), ASTM Standards on Soil Stabilization with Admixture, American Society Testing and Materials, Second Edition.
Bowles, J.E. (1979), Physical and Geotechnical Properties of Soils, McGrawhill Book Company, New York.
Hermin Tjahyati, Ir. MSc ( 1994 ), Pengaruh Kadar Air pada Kestabilan Tanah, Konferensi Tahunan Teknik Jalan Ke 2, Himpunan
Pengembangan Jalan Indonesia, Jakarta, Indonesia.
Kerbs, R.D., and Walker, R.D. ( 1971 ), Highway Materials, Mc Grawhill Book Company, New York.
Pedoman Teknis Clean Set( 1994 ), Teknologi Stabilisasi Tanah Lunak, PT. Utraindah Tricahaya, Jakarta, Indonesia.
Tahunan Teknik Jalan Ke - 2, Himpunan Pengembangan Jalan Indonesia, Jakarta, Indonesia.
245
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

PENGARUH PENGHALUSAN INTAKE MANIFOLD TERHADAP PERFORMANCE MOTOR BENSIN 4 TAK 1 SELINDER
SUPRA X 125 TAHUN 2006
Oleh : Komang Metty Trisna Negara, As’arif, Sukmawan

ABSTRAK

Lubang intake manifold dan karburator didalam motor bensin berfungsi sebagai penyiapan campuran bahan bakar dan
udara sebelum masuk ruang bakar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana Pengaruh Penghalusan Lubang Intake
Manifold Terhadap Performance Motor Bensin 4 Tak 1 Selinder Supra X 125 Tahun 2006. Penghalusan lubang intake manifold
diharapkan dapat memperbaiki dan penambahan volume campuran bahan bakar dan udara yang masuk ke dalam ruang bakar
sehingga dapat meningkatkan daya dan torsi serta konsumsi bahan bakar (FC) pada motor bensin 4 tak 1 selinder.
Dari Hasil penelitian penggunaan intake manifold standart pada putaran 1500 rpm, jumlah konsumsi bahan bakarnya 1,53
ml, pada putaran 2000 dan 2500 rpm sebesar 1,83 ml. Sedangkan penggunaan intake manifold yang telah dihaluskan 0,5 mm
sebesar 2,16 ml pada putaran 1500 rpm, 2,5 ml pada putaran 2000 rpm dan 4 ml pada putaran 2500 rpm. Untuk penghalusan
intake manifold 1 mm besar konsumsi bahan bakarnya 3 ml pada putaran 1500 dan 2000 rpm, 3,67 ml pada putaran 2500 rpm.
Dan penggunaan penghalusan intake manifold 1,5 mm sebesar 2,83 ml pada putaran 1500 rpm, 3,1 ml pada putaran 2000 rpm
dan 4 ml pada putaran 2500 rpm. Dari penelitian yang terbaik adalah penggunaan intake manifold yang standard karena untuk
menghasilkan daya mesin yang sama dibutuhkan konsumsi bahan bakar paling rendah dibandingkan dengan yang lainnya yaitu
lubang intake manifold dengan penghalusan 0,5 mm, 1 mm dan 1,5 mm.

Kata Kunci: Penghalusan Lubang Intake manifold.


246
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

PENDAHULUAN
Berbagai modifikasi dilakukan orang khususnya dibengkel untuk meningkatkan performance motor bakar bensin. Modifikasi
tersebut antara lain adalah mengurangi berat, mengurangi ketinggian silinder head dan menghaluskan lubang intake manifold.
Dengan mengurangi berat, maka putaran motor akan lebih cepat dengan demikian dihasilkan peningkatan. Sedangkan dengan
mengurangi ketinggian silinder head akan didapat rasio kompresi yang lebih besar yang tentunya menghasilkan peningkatan daya
motor bakar.
Dengan menghaluskan permukaan dalam, maka aliran campuran udara dan bahan bakar mengalami aliran lebih kecil akan
membuat aliran masuk ruang bakar pada tekanan lebih tinggi dibandingkan dengan yang dialami aliran lebih besar. Campuran
udara dan bahan bakar yang masuk pada tekanan lebih tinggi akan menghasilkan daya yang lebih besar saat langkah kerja.(Heisler,
H., 1995).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauhmana Pengaruh Penghalusan Lubang Intake Manifold Terhadap
Performance Motor Bensin 4 Tak 1Selinder Supra X 125 Tahun 2006. Sehingga harapannya dapat memberikan informasi mengenai
pengaruh penghalusan lubang intake manifold terhadap performance motor bensin 4 tak 1 selinder.
Sukses pertama kali manusia mengubah energi panas menjadi energi mekanis dilakukan oleh James Watt 200 tahun yang
lalu dengan mesin uapnya. Pada tahun 1986 Nicholas August Otto mulai dengan motor pembakarannya yang di kenal sampai
sekarang. Motor pembakaran ini kemudian berkembang dan diadakan perbaikan sehingga bentuknya menjadi lebih kecil
sedangkan tenaganya menjadi besar. Siklus kerja motor bensin empat langkah adalah:
a. Langkah Penghisapan
247
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Katup masuk terbuka dan torak bergerak dari titik mati atas (TMA) menuju ketitik mati bawah (TMB) maka campuran udara
dan bahan bakar mengalir masuk kedalam silinder.

Gambar 1. Proses Langkah Pengisapan


(Arismunandar, W., 1988).

b. Langkah Kompresi
Katup masuk tertutup dan torak bergerak menekan campuran udara dan bahan bakar yang menimbulkan tekanan, sewaktu
torak mendekat pada (TMA), ditimbulkan percikan api listrik yang dihasilkan oleh busi dengan dua ujung elektrodanya. Percikan api
listrik ini membakar campuran bahan bakar dan udara sehingga mulai terjadi pembakaran.
248
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Gambar 2. proses Langkah Kompresi


(Arismunandar, W., 1988).

c. Langkah Ekspansi / Kerja


Campuran udara dan bahan bakar yang terbakar menimbulkan tekanan, dan tekanan ini yang mendorong torak bergerak
kebawah.Gaya gerak yang ditimbulkan oleh torak diteruskan keporos engkol melalui lengan torak.

Gambar 3. proses Langkah Ekspansi/Kerja


(Arismunandar, W., 1988).
249
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

d. Langkah Pembuangan
Katup buang terbuka, gas sisa pembakaran ditekan keluar oleh torak yang bergerak keatas dan selanjutnya dimulai lagi
langkah pemasukan untuk siklus berikutnya.

Gambar 4. Proses Langkah Buang


(Arismunandar, W., 1988).
250
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Gambar 5. Diagram siklus volume konstan


(Arismunandar, W., 1988).

Keterangan:
P = Tekanan fluida kerja (kg/cm2)
V = Volume spesifik (m3/kg)
qm = Jumlah kalor yang dimasukkan (kcal/Kg)
qK = Jumlah kalor yang dikeluarkan (kcal/kg)
VL = Volume langkah torak (m3, cm3)
VS = Volume sisa (m3, cm3)
TMA = Titik mati atas
TMB = Titik mati bawah

Keterangan mengenai proses siklusnya adalah:


1. Fluida kerja dianggap sebagai gas ideal dengan kalor spesifik yang konstan.
251
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

2. Langkah Isap (0-1) merupakan proses tekanan konstan atau isobarik


3. Langkah kompresi (1-2) merupakan proses isentropik.
4. Proses pembakaran volume konstan (2-3) dianggap sebagai proses pemasukan kalor volume konstan.
5. Langkah kerja (3-4) merupakan proses isentropik
6. Proses pembuangan (4-1) dianggap sebagai proses pengeluaran kalor pada volume konstan.
7. Langkah buang (1-0) merupakan proses tekanan konstan.
8. Siklus dianggap tertutup, artinya siklusini berlangsung dengan fluida kerja yang sama atau gas yang berada di dalam silinder
pada titik 1 dapat dikeluarkan dari dalam silinder pada waktu langkah buang, tetapi pada langkah isap berikutnya akan
dimasukkan sejumlah fluida kerja yang sama.(Arismunandar, W., 1977).

Daya. Secara umum daya akan meningkat seiring dengan meningkatnya putaran motor, sampai pada berhentinya kenaikan
putaran akibat terbatasnya kemampuan penyuplai campuran udara-bahan bakar (carburator atau injector).
Pada putaran 2000 sampai 2500 rpm terlihat perbedaan daya yang dihasilkan cukup besar.
Daya
T x2 x π xn
N= ( HP) ……………………………………………………………………………..……………. 1
75 x 60
Dimana:
N = Daya (kg.m/s).
T = Torsi (N).
252
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

n = putaran mesin (Rpm).


Torsi. Pada semua putaran motor dapat dilihat ada kenaikan torsi meskipun relatif kecil pada penggunaan lubang intake
manifold yang dihaluskan. Hal ini menunjukkan bahwa penghalusan dapat menaikkan torsi yang dihasilkan motor. Rumus torsi
sebagai berikut:
T = P. R …………………………………………………………………………………………..……….……….. 2
Dimana :
T = Torsi(kg.m).
P = Beban(kg).
R = Panjanglengan(m).

METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini dilakukan eksperimental dengan penghalusan lubang intake manifold standard. Setiap penghalusan
lubang intake manifold di uji dengan kondisi putaran mesin 1500, 2000, 2500, rpm dengan kecepatan (speed 4). Dari hasil
penelitian tersebut terlihat bahwa aliran yang terbentuk pada lubang intake manifold mempengaruhi nilai Torsi, Daya dan
komsumsi bahan bakar(FC).
Metodelogi penelitian yang digunakan variabel-variabel sebagai berikut :
253
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

1. Metode eksperimental yaitu metode yang dilakukan dengan cara menghaluskan lubang intake manifold yang standar dan
modefikasi untuk diperlukan memperoleh data-data yang diinginkan.
2. Studi literature (library research) yaitu metode yang dalam penelitian dilakukan pada pengujian yang dihasilkan tiap variasi
lubang intake manifold.

Variabel penelitian. Variabel penelitian adalah sebagai obyek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu
penelitian lubang intake manifold terhadap motor bebek 4 tak 1 selinder supra X 125 tahun 2006.

Variabel terikat. Variabel terikat adalah sejumlah gejala yang memiliki aspek atau unsur yang didalamnya berfungsi
menerima atau menyesuaikan diri dengan kondisi lubang intakemanifold, yang disebut sebagai variabel terikat.

Variabel bebas. Variabel bebas adalah sejumlah gejala yang memiliki berbagai aspek atau unsur yang berfungsi
mempengaruhi atau menentukan munculnya variabel lain yang disebut dengan variabel bebas yaitu :
1. Besar penghalusan lubang intake manifold diameter 0,5 mm; 1 mm; 1,5 mm.
2. Putaran mesin 1500, 2000, 2500 rpm.
3. Beban pengeraman 5 kg dengan menggunakan pengukuran neraca pegas.

Prosedur Penelitian
Persiapan:
a. Penghalusan lubang intake manifold.
254
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

b. Menyediakan alat dan bahan.

Pengujian :
a. Memanaskan mesin sampai mencapai suhu kerja selama± 5 menit.
b. Melakukan pengujian tanpa melakukan penghalusan lubang intake manifold pada setiap variasi putaran.
c. Melakukan pengujiandengan menggunakan lubang intake manifold yang telah dihaluskan sebesar 0,5, 1 dan 1,5 mm. pada
variasi putaran mesin sebesar1500, 2000, 2500 rpm dan beban pengereman sebesar 5kg dengan menggunakan pengukuran
neraca pegas, Mencatat hasil pengujian berupa konsumsi bahan bakar selama dalam 1 menit.
d. Menghitung seberapa besar daya efektif, dan torsi yang dihasilkan pada saat pengujian.
e. Setiap pengujian dilakukan penghalusan lubang intake manifold sebanyak tiga kali.

Bahan Penelitian
a. Sepeda Motor Supra X 125 Tahun 2006.
b. Intake Manifold
c. Bensin

Alat Penelitian
a. Gelas Ukur
255
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

b. Neraca Pegas
c. Stopwatch
d. Amplas
e. Grinda Bor.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Akan disajikan hasil perhitungan yang telah didapatkan pada saat penelitian untuk mengetahui pengaruh penghalusan
lubang intake manifold terhadap unjuk kerja motor bensin 4 tak 1 silinder Supra X 125 Tahun 2006 dan hasil perhitungan tersebut
akan dibahas dalam bentuk tabel dan grafik.

Data Hasil Perhitungan


Hasil Perhitungan Kondisi Standar
a. Perhitungan torsi dan daya pada kondisi intek manifold standar dengan beban pengereman 5 kg, speed 4 dan putaran mesin
1500 rpm.
1. Hasil Perhitungan Torsi ( T )

P = Beban Pengereman 5 Kg
R = Panjang Lengan = 65 mm =0,65 m
T=PxR
256
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

= 5 Kg x 0,65 mm
= 3,25 kg.m
2. Hasil perhitungan daya (HP)
T x2 x π xn
N=
75 x 60
3,25 x 2 x 3,14 x 1500
=
75.60
20,41 x 1500
=
75 x 60
30619
=
4500
= 6,8 HP
b. Perhitungan torsi dan daya pada kondisi intekmanifold standart dengan beban pengereman 5 kg, speed 4 dan putaran mesin
2000 rpm.
1. Hasil Perhitungan Torsi ( T )
P = Beban Pengereman 5 Kg
R = Panjang Lengan = 65 mm = 0,65 m
T=PxR
= 5 Kg x0,65m
257
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

= 3,25kg.m
2. Hasil perhitungan daya (HP)
T x2 x π xn
N=
75 x 60
3,25 x 2 x 3,14 x 2000
=
75.60
20,41 x 2000
=
75 x 60
40280
=
4500
= 8,9 HP
Perhitungan torsi dan daya pada kondisi intekmanifold standart dengan beban pengereman 5 kg, speed 4 dan putaran mesin 2500
rpm.
1. Hasil Perhitungan Torsi ( T )
P = Beban Pengereman 5 Kg
R = Panjang Lengan = 65 mm = 0,65 m
T=PxR
= 5 Kg x 0,65 m
= 3,25 kg.m
258
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

2. Hasil perhitungan daya (HP)


T x2 x π xn
N=
75 x 60
3,25 x 2 x 3,14 x 2500
=
75.60
20,41 x 2500
=
75 x 60
51025
=
4500
= 11,3 HP
Hasil perhitungan selanjutnya disajikan dalam bentuk table di bawah ini.

Table 1. Hasil perhitungan data pada intake manifold 21 mm, 0,5 mm, 1 mm, 1,5mm dengan beban pengereman 5 kg.

Day Torsi FC (ml)


Putaran
Pengulangan a (Kg.m
mesin
(HP) ) Sebelum Sesudah Konsumsi
1500 1 6,8 3,25 250 248,2 1,8
2 6,8 3,25 250 248,2 1,8
3 6,8 3,25 250 249 1
rata-rata 6,8 3,25 250 248,4666667 1,5333333
2000 1 8,9 3,25 250 247,5 2,5
2 8,9 3,25 250 248 2
259
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

3 8,9 3,25 250 249 1


rata-rata 8,9 3,25 250 248,1666667 1,8333333
2500 1 11,3 3,25 250 248 2
2 11,3 3,25 250 248 2
3 11,3 3,25 250 248,5 1,5
Rata-rata 11,3 3,25 250 248,1666667 1,8333333

Hubungan Antara FC (ml)Dan Daya Mesin (HP)


Berikut adalah grafik hubungan antara FC dan Daya mesin yang dihasilkan, baik pada pengujian standart dan penghalusan
intake manifold 0,5; 1; 1,5 mm. Semakin besar konsumsi bahan bakar maka daya mesin akan semakin besar.
260
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Grafik hubungan antara FC dan Daya Mesin


4.5
4

Konsumsi Bahan Bakar (ml) (FC)


3.5
3
Standart
2.5 Peng. 0,5 mm
2 peng. 1mm
peng. 1,5 mm
1.5
1
0.5
0
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
Daya Mesin (HP)

Gambar 6. Grafik hubungan antara FC (ml) dan Daya mesin (HP)


261
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Dari grafik gambar 6 di atas terlihat bahwa semakin tinggi konsumsi bahan bakar maka dayanya semakin besar. Pada
penggunan intake manifold standart dapat dilihat peningkatan konsumsi bahan bakar sebesar 1,53 ml pada putaran 1500 Rpm
dengan besar daya yang dihasilkan yaitu 6,8 HP. Sedangkan pada putaran 2000 dan 2500 Rpm konsumsi bahan bakar cendrung
konstan (tetap) sebesar 1,83 ml tetapi daya yang dihasilkan tetap mengalami peningkatan sebesar 8,9 HP menjadi 11,3 HP.
Peningkatan juga di alami pada penggunaan intake manifold yang telah dihaluskan sebesar 0,5 mm yaitu besar konsumsi bahan
bakar pada putaran 1500 Rpm sebesar 2,16 ml dengan daya yang dihasilkan 6,8 HP, putaran 2000 Rpm sebesar 2,5 ml dengan daya
mesin yang dihasilkan 8,9 HP dan putaran 2500 sebesar 2 ml dengan besaran daya 11,3 HP.
Berbeda dengan penggunaan intake manifold dengan penghalusan 1 mm, terlihat bahwa konsumsi bahan bakar cendrung
konstan pada putaran 1500 dan 2000 Rpm sebesar 3 ml dengan peningkatan daya sebesar 6,8 dan 8,9 HP, dan terjadi peningkatan
konsumsi bahan bakar sebesar 3,67 ml dengan besaran daya 11,3 HP pada putaran 2500 Rpm.Untuk penggunaan penghalusan
intake manifold 1,5 ml terjadi peningkatan konsumsi bahan bakar dan daya yang dihasilkan sebesar 2,83 ml pada putaran 1500
Rpm dengan daya 6,8 HP, 3,1 ml pada putaran 2000 Rpm dengan daya 8,9 HP dan 2 ml pada putaran 2500 Rpm dengan daya 11,3
HP.

Hubungan Antara FC (ml) Dan Torsi (Kg.mm)


262
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Grafik Hubungan Antara FC dan Torsi


4.5
4

Fuel Consumstion (FC)


3.5
3
2.5 Standart
Peng. 0,5 mm
2 peng. 1mm
1.5 peng. 1,5 mm

1
0.5
0
3 3.5 4 4.5 5 5.5 6 6.5

Torsi Mesin

Gambar 7. Grafik Hubungan Antara FC (ml)Dan Torsi (Kg.mm)

Dari grafik pada gambar 7 diatas dapat dilihat bahwa untuk bahan bakar nilai fuel consumstion akan meningkat seiring
dengan bertambahnya torsi mesin. Pada kenyataanya semakin tinggi fuel consumstion(FC), torsi mesin yang dihasilkan cendrung
tetap (konstan) hal ini disebabkan karna pada saat pengujian tidak dilakukan variasi beban pengereman 5 kg.m Beban pengereman
yang digunakan 5 kg dengan besar torsi yang dihasilkan sebesar 3,25 kg.m. Besar torsi yang dihasilkan pada putaran mesin 1500
sama dengan besar torsi pada putaran 2000 dan 2500 rpm. Sedangkan konsumsi bahan bakar dengan besaran torsi mesin yang
dihasilkan dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan pada keadaan standart sebesar 1,53 ml pada putaran 1500 dan 2000 Rpm, dan
263
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

1,83 ml pada putaran 2500 Rpm, sedangkan penggunaan intake manifold yang dihaluskan 0,5 mm terjadi peningkatan konsumsi
bahan bakar yaitu 2,16 ml pada putaran 1500 Rpm, 2,5 ml pada putaran 2000 Rpm dan 4 ml pada putaran 2500 Rpm. Penggunaan
intek manifold dengan penghalusan 1 mm terlihat bahwa konsumsi bahan bakarnya pada putaran 1500 dan 2000 Rpm sebesar 3 ml
dan 3,67 ml untuk putaran mesin 2500 rpm. Sedangkan untuk penghalusan 1,5 mm pada putaran 1500 Rpm sebesar 1,83 ml,
putaran 2000 rpm sebesar 3,2 mldan putaran 2500 Rpm sebesar 4 ml.

Hubungan Antara Fc (ml) Dan Putaran Mesin (Rpm)

Grafik Hubungan Antara FC dan Putaran Mesin


3000

2500
Putaran Mesin (Rpm)

2000
Standart
1500 Penghalusan 0,5 mm
peng. 1mm
1000 peng. 1,5 mm

500

0
1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5

Konsumsi Bahan Bakar FC (ml)

Gambar 8. Grafik Hubungan Antara FC(ml) dan Putaran Mesin (Rpm)


264
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa peningkatan putaran mesin dengan penggunaan intake manifold dengan beda
perlakuan mempunyai pengaruh terhadap konsumsi bahan bakar, ini diketahui bahwa semakin tinggi putaran mesin maka semakin
besar bahan bakar yang dikonsumsi, begitu juga pada penggunaan lubang intake manifold yang standart dan lubang intake
manifold yang dihaluskan. Padaputaran mesin 1500 rpm penggunaan intake manifold standartjumlah konsumsi bahan bakarnya
1,53 ml, putaran 2000 Rpm dan 2500 Rpm sebesar 1,83 ml.

Proses Penelitian
Adapun proses penelitian ini adalah sebagai berikut:
265
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Gambar 9. Lubang Intake Manifold Standart.

a. Persiapan alat dan bahan. b. Proses pengukuran torsi

Gambar 10. Alat dan bahan penelitian. Gambar 11. proses pengukuran torsi.
266
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

c. Penentuan beban 5 kg d. Proses penentuan 1500 Rpm

Gambar 12.Posisi beban pengereman 5kg. Gambar 13.Proses Kecepatan 1500Rpm.

e. Proses penentuan 2000 Rpm f. Proses penentuan 2500 Rpm


267
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Gambar 14.Proses Kecepatan 2000Rpm. Gambar 15.Proses Kecepatan 2500Rpm.

g. Proses pengukuran lengan torsi h. Proses penentuan beban pengereman 5kg

Gambar 16. Ukur Panjang Lengan Torsi. Gambar 17. Proses Penentuan Beban Pengereman 5 Kg.

Proses pengukuran lubang intake manifold 21 mm, 0,5 mm, 1 mm, 1,5 mm.
268
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

Gambar 18. Pengukuran Lubang Intake Manifold

KESIMPULAN
Dari pembahasan yang telah dipaparkan, maka dapat ditarik suatu kesimpulan sebagai berikut:
1. Torsi pada penggunaan intake manifold standart dan penggunaan penghalusan intake manifold yang telah dihaluskan sebesar
0,5, 1, 1,5 ml sebesar 3,25 Kg.m.
2. Daya mesin yang dihasilkan pada penggunaan intake manifold standar dan intake manifold yang telah dihaluskan sebesar 0,5,
1 dan 1,5 mm sebesar 6,8 HP pada putaran 1500 rpm, 8,9 HP pada putaran 2000 rpm dan 11,3 HP pada putaran 2500 Rpm
3. Dari penelitian yang terbaik adalah penggunaan intake manifold yang standar karena untuk menghasilkan daya mesin yang
sama dibutuhkan konsumsi bahan bakar paling rendah dibandingkan dengan yang lainnya yaitu lubang intake manifold dengan
penghalusan 0,5 mm 1 mm dan 1,5 mm.

SARAN
Untuk lebih menyempurnakan dan mendukung hasil penelitian ini diharapkan untuk peneliti selanjutnya dapat memvariasikan
besar beban pengereman 5 kg yang digunakan.
269
Jurnal SAINTEK UNSA, Volume 1, Nomor 1, November 2016

DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2001, “Potrfolio Bahan Bakar Cair”, Fakultas Teknik Universitas Indonesia, Depok. Ranto. 1988. “Penggerak Mula Motor
Bakar Torak”. Bandung: ITB.
Arends, dan Berenschot. H. 1980, “Motor Bensin.” BPM Jakarta: Erlangga.
Arismunandar W., 1992, “Motor Bakar", ITB Press, Bandung.
Arismunandar, W., 2007, “Kajian Dampak Penggunaan LPG Sebagai Bahan Bakar Alternatif Terhadap Mesin Kendaraan Bermotor
Dan Lingkungan”, Edisi 4, Jakarta, Departemen Perhubungan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat.
Heinz H., 1995, “Advanced Engine Technology”. London: Edward Arnold Ltd.
Indrawati, S., 2005, “Pengaruh penambahan kawat kasa pada intake manifold dan variasi penambahan naphthalene dalam
premium terhadap emisi gas karbon monoksida CO sepeda motor Suzuki shogun 2002”.

Anda mungkin juga menyukai