KELOMPOK 3 – P1
Selesai
Berdasarkan Tabel 1 tersebut, dapat telihat nilai evapotranspirasi tertinggi terjadi pada bulan
Juli sebesar 5,10 mm/hari, nilai terkecil terjadi pada bulan Januari sebesar 3,09 mm/hari, dan nilai
evapotranspirasi rata-rata sebesar 4.04 mm/hari. Berdasarkan Tabel 1 juga dapat terlihat bahwa
parameter yang paling berpengaruh terhadap nilai ETo adalah radiasi, kelembapan, dan suhu.
Penggolongan jadwal tanam selanjutnya dibuat untuk menentukan pola tanam seperti apa yang
paling efektif. Penelitian kali ini terdapat 4 golongan agar dapat membandingkan masing-masing
golongan untuk mencari yang paling efektif. Komoditas yang digunakan kali ini ialah tanaman
padi, tebu, dan palawija. Padi memiliki 3 kali musim tanam, tebu 1 kali musim tanam, dan palawija
yang kami gunakan ialah kentang dengan 1 kali musim tanam. Jadwal tanam yang kami asumsikan
berdasarkaan kebiasaan masyarakat dalam menanam masing-masing komoditas yang dapat dilihat
pada lampiran 1.
Tanaman yang telah dibuat jadwal tanamnya pada empat golongan masa tanam kemudian
dianalisis menggunakan software cropwat agar diperoleh nilai KC yang kemudian mendapatkan
nilai ETc dari masing-masing yang dapat dilihat pada Lampiran 2. Berdasarkan tabel tersebut
dapat terlihat bahwa dari keempat golongan pola tanam, Nilai rata-rata ETc terkecil terdapat pada
golongan 4 dengan nilai sebesar 4,17 mm/hari. Sehingga dari keempat golongan tersebut, pola
tanam golongan 4 merupakan pola tanam paling efektif karena memiliki nilai ETc paling kecil,
sehingga kebutuhan air tanaman juga paling kecil sesuai kebutuhan tanaman.
Simpulan
Parameter yang paling berpengaruh terhadap nilai evapotranspirasi acuan (ETo) adalah radiasi,
kelembapan, dan suhu. Pola tanam golongan 4 merupakan pola tanam paling efektif karena
memiliki nilai ETc paling kecil, sehingga kebutuhan air tanaman yang diperlukan juga paling kecil
sesuai kebutuhan tanaman. Pola tanam golongan 4 ini dapat digunakan untuk jadwal tanam di
daerah jaringan irigasi agar beban kebutuhan air jaringan irigasi dapat efektif.
Daftar Pustaka
Jalil A. 2021. Pendugaan kebutuhan air tanaman terhadap tiga rotasi penanaman padi, jagung
dan kedelai dengan istirahat satu minggu di antara tanam dengan aplikasi cropwat.
Jurnal Penelitian Ipteks. 6(1): 6-15
Kurnia U. 2004. Prospek pengairan pertanian tanaman semusim lahan kering. balai penelitian
tanah. Jurnal Litbang Pertanian. 23(4): 130-138.
Miranda, FR, Gondim RS,Costa CAG. 2006. Evapotranspiration and crop coefficients for
tabasco pepper (Capsicum frutescens L.). Agricultural Water Management. 82:237-246.
Hariyanti KS, Tanie J, Yonny K, Rahmat H., Aris P. 2019. Penentuan waktu tanam dan
kebutuhan air tanaman padi, jagung, kedelai dan bawang merah di provinsi jawab dan
nusa tenggara timur. Jurnal Tanah dan Iklim. 43(1): 83-92.
Udiana IM, Bunganaen W, Rizky APP. 2014. Perencanaan sistem irigasi tetes (Drip
Irrigation) di desa besmarak kabupaten kupang. Jurnal Teknik Sipil. 3(1): 30-41.
Rizal F, Alfiansyah, Rizalihadi M. 2014. Analisis perbandingan kebutuhan air irigasi tanaman padi
metode konvensional dengan metode SRI organik. Jurnal Teknik Sipil. 3(4): 67-76.
Sajiwo I, Sumono, Harahap LA. 2017. Penentuan nilai evapotranspirasi dan koefisien tanaman
beberapa varietas unggul di rumah kaca fakultas pertanian universitas sumatera utara.
Jurnal Rekayasa Pangan dan Pertanian. 5(2):370-374.
Sosrodarsono S, Takeda K. 2006. Hidrologi untuk Pengairan Cetakan ke-X. Jakarta (ID): Pradnya
Paramita.
Berengena, J and P. Gavilan, 2005. Reference evapotranspiration estimation in a highly
advective semiarid environment. Journal of Irrigation and Darinage Engineering.
131(2):147 – 163.
Usman. 2004. Analisis Kepekaan beberapa metode pendugaan evapotranspirasi potensial
terhadap perubahan iklim. Jurnal Natur Indonesia. 6(2): 91-98.
LAMPIRAN
Lampiran 1 Pola tanam golongan 1-4
Tabel 1 Asumsi Pola Tanam Daerah Irigasi Bondoyudo
Lampiran 2 Hasil perhitungan cropwat nilai Kc dan ETc