Anda di halaman 1dari 48

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air adalah salah satu unsur yang sangat penting dalam kehidupan salah satunya

sektor pertanian,sektor pertanian ini merupakan penyanggah perekonomian karena

telah terbukti kebijakan pembangunan ekonomi yang tidak berbasis pada sumber daya

pertanian. Berdasarkan hal tersebut ketersedian air di areal pertanian menjadi salah

satu jaminan ketersediaan pangan . Oleh Sebab itu kebanyakan jaringan irigasi usaha

pemberian airnya belum cukup untuk memenuhi areal persawahan, maka usaha

peningkatan jaringan irigasi sangat di butuhkan.

Irigasi atau pengairan merupakan hal penting dalam pertanian, tanpa adanya

pengairan yang baik maka tanaman padi tdak bisa tumbuh dengan maksimal, hal

tersebut juga akan sangat berpengaruh hasil panen nantinya. Dengan irigasi yang

sesuai dan memenuhi kebutuhan air yang di butuhkan oleh tanaman padi.Melihat

pentingnya fungsi irigasi tersebut maka sangat perlu di adakan perencanaan irigasi

untuk memenuhi kebutuhan petani. sehubung dengan permasalahan di atas penelitian

ini bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan produksi hasil pertanian

dengan menyediakan sarana penunjang agar dapt memberikan pengairan yang cukup

dan merata.

Saluran yang membawah air dari saluran primer ke saluran petak-petak tersier yang

di layani oleh saluran sekunder sehingga saluran irigasi satu dengan yang lainnya

saling berpengaruh antara saluran primer sampai saluran tersier. Dengan demikian

saluran irigasi harus di jaga kondisi dan fungsinya agar memberikan berbagai

manfaat dan tidak berdampak negatif terhadap lingkungan. Tipe saluran yang di

1
rencanakan adalah saluran sekunder. Pengembangan dan pengolahan sistem irigasi

merupakan salah satu komponen pendukung keberhasilan irigasi merupakan usaha

penyediaan dan pengaturan air untuk menunjang pertanian.

Khususnya Di Kabupaten Konawe terdapat banyak irigasi, baik irigasi teknis, semi

teknis dan sederhana. Oleh sebeb itu kebanyakan jaringan irigasi pemberian airnya

belum cukup untukmemenuhi areal persawahan. Adapun daerah irigasi Pada Ruas

BP.1-BP.2 yang terletak diKelurahan Puosu, memiliki areal pertanian dengan luas

areal 222 ha.

Lahan pertanian di kelurahan puosu, kec. Unaaha, kabupaten konawe, mempunyai

area persaawahan yang memanfaatkan jaringan irigasi air permukaan menggunakan

air dari bendung wawotobi. Pada musim kemarau kebutuhan air di sawah di kelurahan

puosu belum dapat terpenuhi. Sehingga mempengaruhi hasil produksi petani. Hal

tersebut demikian terjadi di karenakan pengelola air irigasi masi kurang merata, agar

jaringan tersebut dapat digunakan sesuai dengan fungsinya, maka di perlukan adanya

perecanaan saluran irigasi yang efektif dan efisien. Pengelola jarigan irigasi akan

mempengaruhi sistem pemberian air pada petak-petak sawah.

Dari contoh kasus penelitian terdahulu tentang perencanaan saluran irigasi

sekunder yang telah di laukan oleh banyak peneliti sebelumnya antara lain sebagai

berikut; M. Azmi Saputra, Masril, Ana susanti yusman (2022), Aidil Azizan Aziz

(2021), Nora Lizhar Fitri (2021), Harianto (2022), Dan Fikram Fiki Attamimi, C.G.

buyang, A. Kalalimbong, (2021). Bahwa penelitian mereka tentang perencanaan

saluran irigasi sekunder menggunakan beberapa metode yaitu, metode gumbel dan

metode haspers.

2
Berdasarkan dari uraian peneliti terdahulu penulis tertarik untuk memilih metode

gumble dan metode haspers untuk mendapatkan hasil perhitungan dimensi saluran di

Kelurahan Puosu.

Dari latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk mengangkat judul

“PERENCANAAN SALURAN IRIGASI SEKUNDER DI KELURAHAN PUOSU,

KECAMATAN UNAAHA, KABUPATEN KONAWE”.

1.2. Rumusan Masalah

Permasalahan yang akan di bahas adalah sebagai berikut :

a. Berapa besar kebutuhan air persawahan pada ruas BP.1-BP.2 Di Kelurahan

Pusosu?

b. Berapa besar debit diSaluran Sekunder Pada Ruas BP.1-BP.2 Di Kelurahan Puosu?

c. Berapa dimensi saluran sekunder pada ruas BP.1-BP.2 Di Kelurahan Puosu?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun Tujuan dari perencanaa ini yaitu sebagai berikut :

1. Mengetahui Berapa besar kebutuhan air persawahan pada ruas BP.1-BP.2

Di Kelurahan Pusosu.

2. Mengetahui Berapa besar debit diSaluran Sekunder Pada Ruas BP.1-BP.2

Di Kelurahan Puosu.

3. Mengetahui Berapa dimensi saluran sekunder pada ruas BP.1-BP.2 Di

Kelurahan Puosu.

1.4 Batasan masalah

Masalah yang akan di bahas di skripsi ini yaitu tentang perencanaan saluran

sekunder irigasi Kelurahan Puosu Kecamatan Unaaha Kabupaten Konawe dengan

3
luasareal222 ha maka Penulis memaparkan perhitungan dari analisa prencanaan

jaringan irirgasi saluran sekunder yang di bahas. Adapun penulisan analisa adalah :

a. Perhitungan curah hujan

b. Perhitungan debit

c. Perencanaan pembangunan saluran irigasi berbentuk trapesium

d. Perhitungan dimensi saluran sekunder

1.5. Sistematika Penelitian

Sistematika penulisan laporan skripsi ini disusun dalam beberapa bab, adapun

pembagian kerangka penulisannya di uraikan sebagai berikut :

Bab I PENDAHULUAN

bab ini membahas secara singkat mengenai latar belakang,rumusan

masalah,batasan masalah,tujuan penelitian,dan sistematika penulisan.

Bab II LANDASAN TEORI

Bab ini membahas dasar-dasar dan pengertian tentang jaringan irigasi.

Bab III METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini membahas secara singkat mengenai waktu dan lokasi

proyek,kondisi tanah, pertanian,sesial ekonomi dan metode pengumpulan

data.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Irigasi

Irigasi adalah usaha penyedian, pengatur, dan pengembangan air irigasi untuk

menunjang pertanian. Selain itu Irigasi juga suatu usaha yang di lakukan untuk

mendatangkan air dari sumbernya guna keperluan kebutuhapertanian salah satunya

persawan.

Maksud irigasi, yaitu untuk mencukupi kebutuhan air di musim kemarau bagi

keperluan pertanian, seperti membasahi tanah, mengatur suhu tanah, menghindarkan

gangguan hamadalam tanah dan sebagainya.

Irigasi berfungsi mendukung produtivitas usana tani guna meningkatkan produksi

pertanian dalam rangka ketahanan pangan nasional dan kesejahteraan

masyrakat,khususnya petani, yang di wujudkan melalui keberlanjutan sistem irigasi.

Tersedianya air irigasi memberikan manfaat dan kegunaan lain,seperti :

a. Mempermudah pengolahan lahana pertanian

b. Memberantas tumbuhan pengganggu

c. Mengatur suhu tanah dan tanaman

d. Memperbaiki kesuburan tanah

e. Membantu proses penyuburan tanah

Dalam pemenuhan kebutuhan air irigasi perlu di usahakan secara

menyeluruhdan merata, khususnya apa bila ketersediaan air terbatas. Pada musim

kemarau misalnya banyak areal pertanian yang tidak di tanami kerena air ini di

butuhkan tidak mencukupi.

5
Dalam memenuhi kebutuhan air irigasi harus menerapkan segmen yang di

dukung oleh teknologi dan perangkat hukum yang baik.yang pemanfaatan sumber

daya air distur sedemian rupa agar dengan keperluan tanaman. Air irigasi yang

masuk ke lahan pertanian dapat di ketahui dari debit air yang mengalir.debit aliran

adalah jumlah air yang mengalir dalam satuan volume per waktu. Debit adalah satuan

besaran air yang keluar dari Daerah Alirah Sungai (DAS).

2.1.1 Jenis-Jenis Irigasi

Seperti yang telah di jelaskan di atas,irigasi merupakan suatu tindakan

memindahkan air dari sumbernya ke lahan-lahan pertanian.adapun

pemberiannya dapat dilakukan dengan bantuan pompa air atau secera

gravitasi.umumnya jenis-jenis irigasi adalah sebagai berikut:

a) Irigasi gravitasi (gravitational irrigation)

Irigasi gravitasi yang memanfaatkan gaya tarik gravitasi untuk

mengalirkan air dari sumber keempat yang membutuhkan, pada umumnya

irigasi ini dapat di gunakan pada masyarakat meliputih irigasi genangan

air,irigasi genangan dari saluran.

Gambar 2.1 Irigasi Gravitasi

Sumber:(google 2023)

6
b.) Irigasi bawah tanah (sub surface irrigation)

irigasi bawah tanah adalah irigasi yang memberikan air di bawah

permukaan tanah di lakukan menggunakan pipa yang di benamkan kedalam

tanah dan penyuplaian air langsung ke daerah akar tanaman yang

membutuhkan,melalui aliran air tanah.

Gambar 2.2 Irigasi bawah tanah

Sumber: (google 2023)

c.) Irigasi Siraman (sprinkler irrigation)

Pemberian air dengan vara menyiram atau dengan meniru hujan

(springkling), di mana pada praktiknya penyiraman ini di lakukan dengan cara

pengaliran air lewat pipa.

Gambar 2.3 Irigasi siraman


Sumber:( google 2023)

7
2.1.2 Jaringan Irigasi

Jaringan irigasi adalah suatu kesatuan saluran dan bangunan yang di perlukan

untuk pengaturan air irigasi,mulai dari penyediaan,pengambilan pembagian

pemberian dan penggunaannya.jaringan utama meliputi bangunan,saluran primer dan

saluran sekunder.sedangkan jaringan tersier terdiri dari bangunan dansaluran yang

berada dalam petak. Yang di maksud dengan jaringan irigasi adalah

saluran,bangunan,dan bangunan pelengkapnya yang merupakan satu kesatuan yang

di perlukan untuk penyediaan,pembagian,pemberian,penggunaan,dan pembuangan

air irigasi.

Berdasarkan cara pengaturan,pengukuran,pengukuran aliran air,irigasi dapat

di bedakan menjadi tiga tingkatan,yaitu :

a.) Jaringan Irigasi Sederhana

Pembagian air pada jaringan irigasi sederhana tidak di ukur atau di

atur,air yang lebih akan mengalir ke saluran pembuang.pera petani memakai

air tersebut tergabung dalam satu kelompok jaringan irigasi yang

sama,persedian air biasanya berlimpah dengan kemiringan terkisar antara

sedang sampai curam. Oleh karena itu tidak di perlukan teknik yang sulit

untuk sistem pembagian airnya.

b.) Jaringan Irigasi Semi Teknis

Jaringan irigasi semi teknis bendungnya terletak di sungai lenhkap

dengan bangunan pengambilan dan bangunan pengukur di bagian

hilirnya.sistem pembagian airnya biasanya serupa dengan jaringan

sederhana.pembagian di pakai untuk melayani atau mengairi daerah yang lebih

8
luas dari daerah layanan pada jaringan sederhana. Oleh karena itu,biayanya di

tanggung oleh lebih banyak daerah layanan.

c.) Jaringan Irigsi Teknik

Salah satu prinsip dalam perencanaan jaringan irigasi teknis adalah

pemisahan antara jaringan irigasi dan jaringan pembuang.hal ini berarti bahwa

baik saluran irigasi mauoun pembuang tetap bekerja sesuai dengan fungsinya

masing-masing,yaitu dari pangkal hingga ujung.saluran irigasi mengalirkan air

lebih dari sawah-sawah. Pembagian air irigasi,dan pembuangan air lebih secara

efisien.jika peta tersier hanya memperoleh air pada satu tempat saja dari jaringan

utama.

2.1.3 Petak Irigasi

Petak irigasi di bagi menjadi tiga yaitu ;petak tersier,petak sekunder,petak

primer.

a.) Petak tersier

Petak tersier adalah petak yang menerima air irigasi yang dialirkan dan diukur

pada bangunan sadap tersier.

Secara umum petak tersier yang baik sebagai berikut:

a. Mempunyai luas antara 50– 100 Ha, agar pengawasan dan pembagian

air merata.

b. Mempunyai batas yang jelas (parit, jalan batas desa).

c. Jika topografi memungkinkan, petak tersier berbentuk bujur sangkar

atau empat persegi panjang, untuk mempermudah tata letak bangunan

dan efisiensi air baik.

9
d. Harus terletak langsung berbatasan dengan saluran sekunder.

e. Panjang saluran tersier sebaiknya tidak lebih dari 1,5 km, saluran

kuarter tidak lebih dari 500 m.

f. Tiap petak tersier sedapat mungkin dapat dibagi menjadi petak kuarter

dengan ukuran 8– 15 Ha.

b.) Petak sekunder

Petak ekunder terdiri dari beberapa petak tersier yang semuanya di layani

oleh satu saluran sekunder.biasanya peta sekunder air dari bangunan bagi yang

terletak di saluran primer atau sekunder.luas petak sekunder bisa berbeda-beda

tergantung pada situasi daerah.

c.) Petak primer

petak primer terdiri dari beberapa petak sekunder yang mengambil air

langsung dari saluran primer.petak primer di layani oleh satu saluran primer

yang mengambil airnya langsung dari sumber air,biasanya sungai.proyrk-proyek

irigasi tertentu mempunyai dua saluran primer.daerah irigasi sepanjang saluran

primer sering tidak dapat melayani dengan mudah dengan cara menyadap air

dari saluran sekunder.

2.1.4 Bangunan Irigasi

Bangunan irigasi dalam garingan irigasi teknis mulai dari awal sampai akhir di

bagi menjadi dua kelompok yaitu (mawardi erman 2007:10) :

1. Bangunan untuk pengambilan atau penyadapan,pengukuran,dan pembagi

air.

10
2. Bangunan pelengkap untuk mengatasi halangan atau rintangan sepanjang

saluran dan bangunan lain

Bangunan yang termasuk dalam kelompok pertama (1) antara lain yaitu :

1. Bangunan penyadap/pengambilan pada saluran induk yang

mempergunakan atau tidak bangunan bendung dan jika tidak

mempergunakan pembendunngan maka dapat di bangun bangunan

pengambilan bebas.

2. Bangunan penyadap yaitu bangunanuntuk keperluan penyadapan air dari

saluran primer ke saluran sekunder.

3. Bangunan pembagi untuk membagi air dari satu saluran ke saluran yang

lebih kecil.

4. Bangunan pengukur yaitu bangunan untuk mengukur banyak debit/air

yang melalui saluran sekunder tersebut.

Bangunan yang termasuk kelompok dua (2) antara lain yaitu:

1. Bangunan pembilas untuk membilas endapan angkutan sedimen di

kantong sedimen /saluran induk.

2. Bangunan peluah atau pelimpah samping yaitu untuk melimpahkan debit

air yang berlebihan keluar saluran.

3. Bangunan persilangan antara saluran dengan jalan,selokan,bukit,dan lain

sebagainya.

4. Bangunan untuk menguraicangkringsaringan dasar saluran yaitu

bangunan terjun dan dot miring.

11
2.1.5 Saluran irigasi

1. Jaringan saluran irigasi utama

Saluran primer pembawah air dari jaringan utama ke saluran

sekunder dan ke petak-petak tersier yang diairi. Batas ujung saluran primer

adalah pada bangunan bagi yang terakhir.saluran sekunder pembawah air

saluran primer ke petak-petak tersier yang di layanai oleh saluran sekunder

tersebut. Batas saluran sekunder adalah pada bangunan sadap terakhir.

2. Jaringan saluran irigasi tersier

Saluran irigasi tersier pembawah air dari bangunan sadap tersier di

jaringan utama ke daalm petak tersier lalu di saluran kuarter . batas ujung

saluran ini adalh petak bagi kuarter yang terakhir, saluran kuarter

pembawah air dari box kuarter melalui bangunan sadap tersier.

3. Jaringan saluran pembuang tersier

Saluran pembuang tersier terletak di antara petak-petak tersier yang

termasuk dalam unit irigasi sekunder yang sama dan penampang air baik

dari pembuangan kuarter maupun sawah-sawah, air tersebut di buang ke

dalam jaringan pembuang sekunder. Saluran pembuang sekunder

menerima buangan air dari saluran pembuang kuarter yang menampung

air langsung dari sawah.

4. Dimensi saluran

Perencanaan dimensi saluran dilakukan dengan menganggap bahwa

aliran tetap untuk itu di tetapkan rumus Stricler (KP-03) :

2 1
V = K x R x l .................................................... (2.1)
3 2

A
R = .................................................................... (2.2)
P
12
A = (b + mh) h....................................................... (2.3)

P = b + (2h.m2 + 1)................................................ (2.4)

Q = V x A (m2)...................................................... (2.5)

B : n x h (m)........................................................... (2.6)

Dimana :

V = kecepatan aliran (m/detik)

R = jari-jari hidrolis (m)

Q = debit saluran (m2/detik)

A = potongan melintang aliran (m2)

P = keliling basah (m)

b = lebar dasar

h = tinggi air

I = kemiringan saluran (m)

K = koefisien kekasaran stricler (m1/3/detik)

5. Debit saluran

Debit rencana sebuah salurandi hitung dengan rumus :

A x NFR
Q= .......................................................... (2.7)
e

Dimana :

Q : Debit Rencana(m3/dt)

NFR : Kebutuhan Air sawah (m3/dtk.ha)

A : luas daerah irigasi (ha)

e : efisiensi rigasi, 0.8 untuk saluran tersier dan 0,9 untuk saluran

primer dan sekunder .

13
2.2. Analisa hidrologi

2.2.1 Pengertian hidrologi

Hidrologi adalah ilmu yang mempelajari tentang terjadinya pergerakan

dan distribusiar di bumi,baik di atas maupun di bawah permukaan bumi,trntang

sifat fisik dan sifat kimia air serta reaksinya terhadap lingkungan dan

hubungannya dengan kehidupan .secara umum hidrologi dapat di katakan ilmu

yang menyangkut masalah kuantitas air.

Penggunaan metode dan parameter yang di gunakan dalam analisis

hidrologi di sesuaikan dengan kondisi areal penelitian dan ketersediaan

data.analisis hidrologi yang di lakukan sehubungan dengan perencanaan

jaringan irigasi adalah meliputih :

2.2.2 Siklus Hidrologi

Secara keseluruhan jumlah air yang ada di planet bumi relatif tetap dari

masa ke masa. Air di bumi mengalami suatu siklus melalui serangkaian

peristiwa yang berlangsung terus-menerus di mana kita tidak tau kapan dari

mana berawalnya dan kapan pula akan berakhir.serangkaian peristiwa tersebut

di namakan siklus hidrologi (hydrologic cycle).

14
Gambar 2.4 siklus hidrologi

Sumber : (google 2023)

Air menguap dari permukaan samudra akibat energi panas matahari.laju

dan jumlah penguapan bervariasi,terbesar terjadi di dekat aquator di mana

radiadi matahari lebih kuat.uap air adalah murni,karena pada waktu di bawah

naik ke atmosfir kandungan garam di tinggalkan. Uap air yang di hasilkan di

bawah udara yang bergerak.dalam kondisi yang memungkinkan. Uap tersebut

mengalamai kondensasi dan tebnetuk butir-butir air yang akan jatuh kembali

sebagai prespitasi berupa hujan atau salju. Presipitasi ada yang jatuh di

samudra,di darat dan di sebagian langsung menguap kembali sebelum mencapai

ke permukaan bumi.

Presipitasi yang jatuh di permukaan bumi menyebar ke berbagai arah

dengan beberapa cara sebagian akan bertahan sementar di permukaan bumi

sebagai es dan salju,atau genangan air,yang di kenal dengan simpanan depresi.

Sebagai air hujan atau lelehan salju akan mengalir ke saluran atau sungai. Hal ii

di sebut aliran/limpasan permukaan .jika permukaan tanah porous, maka

sebagian air akan meresap kedalam tanah melalui peristiwa yang disebut

15
infiltrasi. Sebagian akan kembali ke atmosfer melalui penguapan dan transpirasi

oleh tanaman ( evapotranspirasi ).

Di bawah permukaan tanah, pori-pori tanah berisi air dan udara.daera di

kenal sebagai zona kapiler (vadoze zone), atau zona aerasi. Air yang tersimpan

di zona ini tersebut kelengasan tanah atau air kapiler. Pada kondisi tertentu air

dapat mengalir secara lateral pada zona kapiler,proses ini di sebut interflow. Uap

air dalam zona kapilet dapat juga kembali ke ermukaan tanah,kemudian

menguap.

Kelebihan kelangasan tanah akan di tarik masuk oleh gravitasi dan

proses ini di sebut drainase gravitasi.pada kedalaman tertentu`,pori-pori tanah

atau batuan akan jenuh air. Batas zona jenuh air di sebut muka air tanah (water

table). Air juga tersimpan dalam zona jenuh air disebut muka tanah .air tanah ini

bergerak sebagai aliran air tanah melalui batuan atau lapisan tanah sampai

akhirnya keluar kepermukaan sebagai sumber air ( spring)atau

sebagian rembesan ke danau,waduk,sungai atau laut.

Air mengalir dalam saluran atau sungai dapat berasal dari aliran

permukaan atau dari air tanah yang merembes di dasar sungai. Kontribusi air

tanah pada aliran sungai disebut debit (runoff). Air yang tersimpan

dibawaduk,danau dan sungai di sebut air permukaan (suripin,2004).

2.3. Perhitungan Curah Hujan

2.3.1. Curah hujan kawasan

untuk merencanakan bangunan air memerlukan data curah hujan yang lengkap

selama kurun waktu perhitungan, kendala yang sering di hadapi curah hujan yang tidak

lengkap untuk itu di perlukan suatu rekayasa hidrologi yang memungkinkan dengan

16
menggunakan berbagai macam pendekatan dan rumus-rumus yang sesuai dengan

kondisi daerahnya (Ana Susanti Yusman ,2018)

Pada perencanaan jaringan jarigasi Kelurahan Puosu ini,perencanaan menggunakan

metode:

1) metode rata-rata aljabar

curah hujan di dapatkan dengan mengambil rata-rata hitung (arithematic mean)

dari penakaran hujan areal tersebut.

Cara ini di guanakan apabila :

a) daerah tersebut berada pada daerah yang datar

b) menempatkan alat untuk tersebar merata

c) variasi curah hujan sedikit dari harga tengahnya

Rumus:

R = 1/n (R1 + R2 +....+Rn)

Dimana :

R : curah hujan maksimum rata-rata (mm)

n : jumlah stasiun pengamatan

R 1 : urah hujan pada stasiun pengamatan satu (mm)

R 2 : curah hujan pada stasiun pengamatan dua (mm)

Rn : curah hujan pada stasiun pengamatan n (mm)

2) metode poligon thieese

metode ini di kenal juga sebagai metode rata-rata timbang (weigted

mean).cara ini memberikan proporsi luasan daerah pengaruh pos penakarhujan

17
untuk mengakomodasi ketidakseragaman jarak. daerah pengahurh di bentuk

dengan menggambarkan garis-garissumbuh tegak lurus terhadap garis

penghubung antara dua pos penakar terdekat. Diasumsikan bahwa variasi

hujan antara pos satu dengan yang lainnya adalah linear dan bahwa sembrang

pos dianggap dapat mewakili kawasan terdekat.

Menurut soewarnocara ini di dasarkan atas rata-ratatimbang, di mana masing-

masing stasiun mempunyai daerah pengaruh yang bentuk dengan garis-garis

sumbu tegak terhadap garis penghubung atara dua stasiun dengan

planimetermaka dapat di hitung luas daerah tiap stasiun. Sebagai kontrol maka

jumlah luas total harus sma dengan luas yang telah di ketahui terlebih dahulu,

masing-masing luas lalu di ambil prosentasenya dengan jumlah total =100%.

Kemudian harga ini di kalikan dengan curah hujan daerah stasiun yang

bersangkutan dan setelah dijumlah hasilnya merupkan curah hujan yang di

cari.

Rumus :

A 1 . R1 + A2 . R 2+ ....+ A n . Rn
R= ...................................... (2.8)
A1 + A2 +.. ..+ A n

Dimana :

R : curah hujan maksimum rata-rata (mm)

R 1 , R 2..... Rn : curah hujan pada stasiun 1,2......,6 (mm)

A 1 , A 2 ,....An : luas daerah pada poligon 1,2.......6 (km2)

18
Gambar 2.5 Metode Poligon Thieesen

Sumber : (soewarno 1995)

3) metode isohyet

Metode ini merupan metode yang paling akurat untuk menentukan

hujan rata-rata, namun di perlukan keahlian dan pengalaman. Cara ini

memperhitungkan secara aktual pengaruh tiap-tiap pos penakar

hujan.dengan kata lain,asumsi metode thieese yang membabi buta yang

menganggap bahwa tiap-tiap pos penakar mencatat kedalaman yang sama

untuk daerah sekitarnya dapat di koresi.metode isohyet terdiri dari beberapa

langkah adalah sebagai berikut:

 Plot data kedalaman air hujan untuk tiap pos penakar hujan pada peta.

 Gambar kontur kedalaman air hujan dengan menghubungkan titik-

titik yang mempunyai kedalaman air yang sama.interval isohyet yang

umum di pakai dalam 10mm

 Hutung luas area antara dua garis isohyet dengan menggunakan

plainmeter, kalikan masing-masing luas areal dengan rata-rata hujan

antara dua isohyet yang berdekatan.

19
Rn + R n−1
+¿… ..+ AN
R = R 1+ R 2 R 3+ R 4 2 ............(2.9)
A1+ A2 ¿
2 2 A 1 + A 2 + ¿… ..+ A n ¿

Gambar 2.6. metode isohyet


Sumber : (soewarno 1995)

2.3.2. Metode gumble

data curah hujan yang di gunakan untuk perhitungan curah hujan rencana

dengan metode gumbel yaitu data curah hujan rata-rata, dengan langkah -langkah

sebagai berikut :

Rumus :

 Curah hujan rata-rata

X=
∑ xi
n

 Standar devisiasi (Sx)

Sx = √ ∑ ¿ ¿ ¿ ¿

 Curah hujan rencana dengan periode ulang T tahun ( X T )

20
Sx
ST = X + (Y T - Y n ) ................................................(2.10)
Sn

Dimana :

X T = curah hujan dengan kala ulang T tahun (mm)

X i = curah hujan maksimum rata-rata (mm)

X = curah hujan rata-rata (mm)

Y t = reduced variate

Yn = mean reduce variate

Sn = simpangan baku reduce variate

Sx =standar deviasi

Tabel 2.1 return periode (T dan Yt)

Retunrn period (years ) ( T) Reducated variated (Yt)

2 0,3665

3 0,5612

5 1,4999

10 2,2502

20 2,9702

25 3,1985

50 3,9019

100 4,6001

2000 5,2958

Sumber : Ir.joesron loebis M.Eng (1987)

21
2.3.3. Metode haspers

Rumus :

Qt= α . β . q . A ..................................................................(2.11)

Dimana :

Q = debit banjir rencana

A = koefisien pengaliran

β = koef reduksi

A = luas DAS (km2)

2.3.4. Curah Hujan Efektif

Curah hujan efektif untuk kebutuhan air irigasi adalah curah hujan yang

jatuh yang dapat di gunakan akar-akar tanaman selama tumbuh,atau dengan kata

lain curah hujan yang dapat di gunakan tanaman selama tumbuh untuk memnuhi

kebutuhan evapotranspirasi.curah hujan efektif tidak sama R80,tetapi besarnya

tergantung intenstas hujan. Kebutuhan konsuntif tanaman ( crop consumtive use)

dan kapasitas daya tampung ( storage capacity) dari pada tanah sat hujan.

Rumus :

Re (padi) = 70% x R80...............................................(2.12)

Dimana :

Re = hujan efektif (mm)

R80 = hujan denga kemungkinan 80% dipenuhi/dilampaui (mm)

R80% = (n/5)+1............................................................(2.13)

22
Dimana :

n = jumlah tahun /periode

Untuk penentuannya digunakan metode harza dengan persamaan sebagai


berikut :

Rumus :

M = 𝑛5+1

Dimana :

M = Urutan CH effektif yang terendah

n = jumlah tahun pengamatan

2.4 Debit Andalan

Debit andalan yaitu debit minimum pada sungai yang mungkin dapat

terpenuhi sebesar 80% sehingga memungkinkan debit sungai lebih rendah melebihi

debit andalan yang mencapai 20% untuk mendapatkan debit andalan sungai,maka

nilai ang di analisis adlah metode mock, dari pengamatan terbesar hingga

terkecil.kemudian di hitung tingakat keandalan debit tersebut dapat terjadi,

berdasarkan probabilitas menggunakan rumus weibull (soemarto, 1995).

Rumus :

m
P= x 100%...................................................................(2.13)
n+1

Dimana :

P : probabilitas terjadinya kumpulan nilai yang di harapkan selama periode

pengamatan (%)

m = nomor urutan kejadian sesuai urutan variasi dari besar ke kecil

n = jumlah data

23
2.5 Klimatologi

2.5.1. pengertian klimatologi

Klimatologi adalh ilmu pengetahuan yang mengkaji tentang gejala-gejala cuaca

tetapi sifat-sifat gejala tersebut mempunyai sift umum dalam jangka waktu dan daeah

yang luas di atmosfer permukaan bumi. Klimatologi dapat di bagi menjadi tiga bagian

yaitu :

a. klimatologi fisis,

kllimatologi fisis mempeljari sebab terjadinya ragam pertukaran panas,air, udara

terhadap waktu dan tempat.

b. klimatologi kedaerahan,klimatologi kedaearahan bertujuan memberikan

gambaran iklim dinia yang meliputih sifat dan jenis iklim.

c. klimatologi terapan.

Klimatologi terapan mencari hubungan klimatologi dengan ilmu lain.

Unsur-unsur klimatologi dan cuaca seperti suhu dan kelembapan udara,curah hujan

intensitas penyinaran marahari kecepatan dan arah angin serta unsur lainnya

merupakan faktor yang sangat penting dalam usaha pertanian.

2.5.2. Evapotranspirasi Potensial

Evaporasi secara sederhana adalah proses evaporasi dan transpirasi yang

terjadi secara bersaman. Evapotranspirasi menjadi unsur yang sangat penting dalam

siklus hidrologi, karena evapotranspirasi bernilai sama dengan kebutuhan air

konsumtif yang di definisikan sebagai penguapan total dari lahan dan air yang di

perlukan tanaman ( triadmodjo,2008) :

Rumus :

24
EP = H + S. PK – P

Dimana :

EP = evapotranspirasi(potensial)

H = curah hujan

S = air siraman

Pk = air perkolasi

P = jumlah air untukkejenuhan tanah

Dalam prakteknya P diisi = 0, karenanya nilai EP yang diperoleh merupan nilai

evapotranspirasi potensial (Etp). Jika nilai P di isi dengan nilai tertentu maka EP yang

dihasilkan menjadi nilai evaporasi aktual (ETa)

Faktor yang paling penting dalam menentukan kebutuhan air adalah vaktor

evapotranspirasi kerena apabila kebutuhan air untuk yang lebih besar dapat di hitung.

Proses evapotranspirasi sangat mempengaruhi terhadap debit sungai, ketersediaan

sebuah waduk dan alin-lain. Laju evapotranspirasi di pengaruhi oleh faktor iklim

diantaranya :

1. suhu

2. kelembapan udara

3. kecepatan angin

4. radiasi sinar matahari

2.6 pola tanam

pola tanam adalah bentuk-bentuk jadwal tanam secara umum yang

menyatakan akapan mulainya proses penanaman.dari alternatif yang ada perlu di

pertimbangkan sehingga dapat menghasilkan tanaman yang baik dalam pelasanaan

nya. Adapun aspek yang perlu di perhatikan yaitu sbagai berikut :

25
a. curah hujan efektif rata-rata

b. kebutuhan air irigasi

c. perkolasi tanah di daerah tersebut

d. koefisien tanaman

rencana tata tanam pada suatu daerah irigasi erat kaintannya dengan

ketersediaan air pada saat itu yang minimal mencukupi untuk pengolahan tanaman.

2.6.1 Kebutuhan air irigasi

Kebutuhan air di sawah untuk tanaman padi dapat di tentukan oleh faktor-

faktor sebagai berikut ( mawardi erman 2007: 103) :

a. Cara penyiapan lahan

b. Kebutuhan air untuk tanaman

c. Perkolasi dan rembesan

d. Pergantian lapisan air

e. Curah hujan efektif

Kebutuhan air irigasi merupakan banyaknya banyaknya air yang tersedia

dan di butuhkan untuk mengelola suatu daerah irigasi, untuk mengairi areal

persawahan. Banyaknya air yang di perlukan untuk sistem jaringan irigasi juga

di tentukan oleh berbagai faktor di antaranya pola tanam dan jenis tanaman.

Untuk menetukan besarnya air yang di butuhkan untuk keperluan

irigasi/keperluan air di sawah (NFR), terlebih dahulu di hitung besarnya

kebutuhan air untuk penyiapan lahan (PWR),penggunaan konsumtif (ETc),

perkolasi dan rembesan (p) dan penggantian lapisan air (WLR).

Kebutuhan air irigasi di sawah (NFR) juga di pengaruhi oleh faktor-faktor

lain seperti curah hujan efektif (Re). Kebutuhan pengambilan air irigasi (DR)

26
dan juga faktor efisiensi irigasi secara keseluruhan (n) perkiraan kebutuhan air

irigasi adalah sebagai berikut :

Rumus :

Etc+ IR + P+WLR−ℜ
NFR = X A ...................................(2.14)
IE

Dimana :

NFR : kebutuhan air di swah ( liter/dtk/ha)

Etc : penggunaan konsumtif (mm/hari)

IR : kebutuhan air irigasi di tingkat persawahan (mm/hari)

WLR : penggantian lapisan air (mm/hari)

P : perkolasi (mm/hari)

Re : curah hujan efektif

IE : efisiensi irigasi (%)

A : luas real irigasi (ha)

Besarnya kebutuhan air di sawah bervariasi menurut tahap pertumbuhan

tanaman yang bergantung pada cara pengelolaan lahan.besarnya kebutuhan air

di sawah di nyatakan dalam mm/hari.

Tabel 2.2 kebutuhan air untuk padi menurut Nodeco/Prosida

Periode 15 Hari Ke Nadeco / Prosida

Varietas unggul
Varietas biasa (ltr/dtk/ha)
(ltr/dtk/haaaa

1 1.20 1,20

2 1,20 1,27

3 1,32 1,33

27
4 1,40 1,30

5 1,35 1,15

6 1,25 0

7 1,12 -

8 0 -

Sumber : (Dirjen Pengairan,Bina Program SPA 010 1985)

2.6.2. Penyiapan Lahan

Analisis kebutuhan air selama pengolahan lahan dapat menggunakan

metode seperti di usulkan oleh Van De Goor Dan Ziljtra(Standar Perencanaan KP,

01,2010)bagai berikut :

Rumus :

ek
IR = M ...................................................(2.15)
ek−1

Dimana :

IR = kebutuhan air di ringkat persawahan (mm/hari)

M = kebutuhan air untuk mengganti kehilangan air evaporasi dan perkolasi

yang sudah di jenuhkan (mm/hari)

M = Eo + P..........................................................(2.16)

Dimana :

Eo : evaporasi air terbuka (mm/hari)

P : perkolasi (mm/hari)
28
K = M (T/S)............................................................ (2.17)

Dimana :

T : jangka waktu penyiapan lahan

S : kebutuhan air untuk penjenuhan (mm)

e : koefisien

2.6.3. Kebutuhan air konsumtif (Etc)

Kebutuhan air untuk tanaman di lahan di artikan sebagai kebutuhan air

konsumtif dengan memasukan faktor korfisien tanaman

Persamaan yang di gunakan adalah sebagai berikut :

Etc = Eto x Kc................................................................(2.18)

Dimana :

Etc : kebutuhan air konsumtif (mm/hari)

Eto : evapotranspirasi ( mm/hari)

Kc : koefisien tanaman

2.6.4 Kebutuhan bersih air di sawah (NFR)

Jumlah kebutuhan air untuk irigasi pada umumnya di pengaruhi oleh

beberapa faktor,yaitu curah hujan,evavotranspirasi tanaman,jenis dan umur

tanaman,sistem pemberian air dan sistem irigasi yang di gunakan untuk di nyatakan

dalam Ltr/det/Ha.

Kebutuhan air di sawah ditentukan oleh beberapa faktor yaitu kebutuhan air

untuk penyiapan lahan,penggunaan air tanaman,perkolasi,pengantrian lapisan air dan

curah hujan efektif.

29
Menurut hansen dan israelsen (1986) jumlah kebutuhan air terbagi dalam tiga

bagian yaitu :

 Kebutuhan air tanaman (Crop Water Requirment)

 Kebutuhan air untuk suatu lahan usaha tani (Farm Requirment)

 Kebutuhan air untuk suatu daerah irigasi (Irrigation Water Requirtment)

Perkiraan kebutuhan air irigasi sesuai dengan prosedur perencanaan saluran

jaringan irigasi (Anonim, 1986 Dalam Supriantno,M,2003),Adalah :

1) Kebutuhan bersih air di sawah untuk padi (Net Field Requiurement) (NFR)

NFR = Etc + p – Re + WLR............................................ (2.19)

Diman :

NFR : kebutuhan bersih air disawah (mm/hari)

Etc : evaporasi tanaman (mm/hari)

P : perkolasi (mm/hari)

WLR : penggantian lapisan air (mm/hari)

Re : curah hujan efektif (mm/hari)

2) Kebutuhan air irigasi untuk padi

NFR
IR = ...................................................................... (2.20)
E

Dimana :

IR : kebutuha air irigasi

E : efisiensi irigasi secara keseluruhan

3) Kebutuhan air untuk palawija

30
SWR – (Etc – Re ) e...................................................... (2.21)

Dimana

NFR = kebutuhan bersih air sawah (1/det/ha)

LP = kebutuhan air selama pengolahan lahan (mm/hari)

Etc = evavotranspirasi tanaman (mm/hari)

E = efiensi irigasi secara keseluruhan

Re = curah hujan efektif (mm/hari)

P = perkolasi (mm/hari)

WLR = penggunaan lapisan air (mm/hati) untuk penggenangan.

2.6.5 Kebutuhan Total Air Di Sawah

Kebutuhan total air di awah adalah air yang di perlukan dari mulai

penyiapan lahan, pengolahan lahan, sehingga siap untuk di tanami, sampai pada

maa panen. Dengan kata lain, air yang di perlukan dari awal sampai selesainya

penanaman. Kebutuahan total air di sawah dapat di hitung dengan rumus :

GFR = Etc + p + WLR.....................................................(2.22)

Dimana :

GFR : kebutuhan total air di sawah (mm/hari.ha)

Etc : avapotranspirasi tetapan (mm/hari)

WLR : penggantian lapisan air (mm/hari)

P : perkolasi

31
2.7 Perkolasi Dan Rembesan

Perkolasi adalajh gerakan air ke bawah dari zona tidak jenuh,yang tertekan di

antara permukaan tanah sampai ke permukaan air tanah (zona jenuh). Daya

perkolasi (P) adalah laju perkolasi maksimum yang di mungkinkan,yang besarnya

di pengaruhi oleh kondisi tanah dalam zona tidak jenuh yang terletak di antara

permukaan tanah dengan permukaan air

Pada tanah-tanah lempung berat dengan karakteristik pengolahan yang baik, laju

perkolasi dapat mencapai 1-3 mm/hari. Pada tanah yang lebih ringan laju perkolasi

bisa lebih tinggi.

2.8 Analisa saluran

1.8.1 Bentuk-Bentuk Saluran

Bentuk-bentuk saluran untuk drainase tidak terlampau jauh berbeda dengan saluran

air irigasi padaumumnya.

Dalam perencanaan dimensi saluran dimensi saluran harus di usahakan dapat

memperoleh tumpang yang ekonomis, sebainya dimensi saluran tumpang yang

ekonomis. Dimensi saluran yang terlalu besar berarti tidak ekonomis.sebaliknya

demensi saluranyang terlalu keci,tingkat kerugian akan besar.

Bentuk-benuk saluran drainase terdiri dari :

1. Bentuk trapesium

2. Bentuk empat persegi panjang

3. Bentuk lingkaran,parabol dan bult telor

4. Bentuk tersusun.

2.8.2. Menentukan Dimensi Saluran

32
Setelah debit air masing-masing diketahui maka dapat dihitung dimensi saluran.

Pada umumnya jaringan irigasi menggunakan saluran berbentuk trapesium. Adapun

langkah-langkah menentukan dimensi saluran kemiringan saluran yaitu :

GAMBAR desain saluran

H h

Gambar 2.7 saluran sekunder

Sumber : (autocad2023)

Tabel 2.3. Leber Minimum Tanggul

Debit Rencana M3/dtk Tampa Jalan Inspeksi (M) Dengan Jalan Inspeksi

33
(M)

Q£1 1 3

1<Q<5 1,5 5

5 < Q £ 10 2 5

10 < Q £ 15 3,5 5

Q > 15 3,5
͌ 5
Sumber : (kriteria perencanaan- 03,2010)

Tabel 2.4 Tipe Jagaan Berdasarkan Jenis Saluran Dan Debit Air Yang Mengalir

Lebar Tanggul
Debit Air
Jenis Saluran B:H Jagaan (m) Tanpa Jalan Dengan Jalan
3
(M /Dtk
Inspeksi Inspeksi

Tersier < 0,5 1 0,3 0,75 -

Sekunder < 0,5 1-2 0,4 1,0 3.0

Saluran Utama 0,5- 1 2.0-2.5 0,5 1,0-2,0 3.0-5.50

Dan Sekunder 1-2 2,5-3,0 0,6 1,5-2,0 5.50

2-3 3,0-3,5 0,6 1,5-2,0 5,50

3-4 3,5-4,0 0,6 1,5-2,0 5,50

4-5 4,0-4,5 0,6 1,5-2,0 5,50

5-10 4,5-5,0 0,6 2,0 5,50

10-25 60-7,0 0.75-1,0 2,0 5,50

Sumber : (kriteria perencanaan-03,2010)

2.9 PENELITIAN TERDAHULU

Tabel 2.6. Penelitian Terdahulu

34
No Nama Peneliti Judul Metode Kesimpulan

1 HARIANTO Perencanaan Gumbel Dari hasil uraian sebelumnya


saluran irigasi dan haspers dapat di simpulkan bahwa, pada
(2022)
sekunder D.I perencanaan saluran irigasi
kauman sekunder mesti di lakukan
kecamatan rao analisa desain yang meliputih
selatan analisis curah hujan,perhitungan
kabupaten debit, dan dimensi saluran.
pasaman Sehingga sistem irigasi tersebut
dapat di artikan sebagai usaha
penyediaan pemberian air yang
maksimal. Debit andalan
saluran yang direncanakan
sebesar 3,24 m3.dtk,dan debit
maksimal sebesar 2,44,dimensi
atas 0.8,lebar bawah 0.6,san
tinggi 0,8 sudah dapat
menampung air ketika curah
hujan tinggi. dalam perencanaan
didapat dimensi saluran melalui
proses curah hujan dengan
menggunakan metode haspers
dan gumbel.
2 Nora Lizhar Perencanaan Gumbel Tujuan utama dari perencanaan
saluran sekuder dan haspers jaringan irigasi batang
Fitri ( 2021)
irigasi batang tingkarang ini adalah untuk
tingkarang mempertahankan swasembada
kecamatan rao pangan, dengan luas areal
kabupaten sawah 375 ha. Dari luas area
pasman sawah tersebut diharapkan
panen sebesar 6 ton/ha setiap
kali panen. Dengan melakukan
perbaikan jaringan serta

35
pemberian air yang cukup
sesuai dengan kebutuhan,dalam
perencanaan di dapat dimensi
saluran melalui proses curah
hujan dengan menggunakan
metode harpes dan metode
gumbel. Dari perhitungan dari
analisa gumbel 3395 mm dan
hasildari perhitungan analisis
haspers 55,74 m/dtk. Hasil
besar debit yang di rencanakan
sebesar 57,28 m/dtk.
3 M.Azmi Perencanaan Gumbel daerah jorong lundar yang
Saluran Irigasi
Saputra1, dan hasper memiliki areal persawahan
Sekunder D.I
Masril2, Ana seluas ±150 ha.Namun saluran
Batang
Susanti Tambangan irigasi masih tidak lancar serta
Jorong Lundar
Yusman3(2022) masih banyak sawah-sawah
Nagari Panti
yang tidak teraliri oleh
Timur Kec.Panti
Kab.Pasaman air.Berbagai usaha telah

dilakukan untuk meningkatkan

hasil produksi bahan pangan,

namun masihBanyak

masyarakat yang tidak bisa

bertanam padi.

PengolahanDatanya

menggunakan metode harsper

dan metode gumbel.

Berdasarkan perhitungan

36
dimensiPerencanaan

salurandengan luas penampang

1,7 m² dan debit saluran ketika

air banjir adalah 2,87 m³/Dt,

maka didapatkan hasil

perencanaan saluran irigasi

sekunder dimana q 5,65 m3/dt

mampu Menampung debit air

tertinggi dengan qmax 2,87

m3/dt. Hasil perhitungan

menggunakan metodeGumbel

untuk r 5 th adalah 130 mm,

hasil perhitungan dengan

menggunakan harspers 2,87

m3/dt.

4. Fikram Fiki Perencanaan Metode


Daerah Irigasi Samal Kiri
saluran irigasi probabilitas
Attamimi, C.G.
samal kiri di gumble Kabupaten Maluku Tengah
Buyang, A.
kabupaten
adalah salah satu jaringan
Kalalimbong maluku tengah
irigasi yang berlokasi di Desa
(2021)
Kobisadar. Pada musim

kemarau kebutuhan air di sawah

Desa Kobisadar belum dapat

terpenuhi, sehingga

mempengaruhi hasil produksi

37
petani. Hal demikian terjadi

dikarenakan pengelola air

irigasi dan manajemen

distribusinya masih kurang

merata. Penelitian ini bertujuan

untuk merencanakan saluran

irigasi yang efektif dan efisien.

Berdasarkan hasil analisa

alternatif yang telah di hitung

pada 284 ha petak sawah, yang

terdiri dari 5 petak sawah

memiliki kebutuhan air pada

sumbernya dalam perencanaan

ini adalah 0,33980 lt/dtk/ha

dengan jenis tanaman Padi.

Jaringan irigasi Desa Kobisadar

ini terdiri dari 5 saluran tersier,

5 saluran sekunder, dengan Q

minimum = 0,05025 m3/dtk

pada KSB.2Kn dan Q terbesar =

0,28835 m3/dtk pada KSB.1Kn.

Dimensi saluran irigasi untuk

debit terbesar pada saluran

tersier b=0,4 m dan h=0,4 m

sedangkan saluran sekunder b =

38
0,9 m dan h= 0,6 m.

5 Aidil Azizan Perencanaan Metode Daerah Irigasi Panti Rao


saluran sekunder gumbel,
Aziz (2021) mengairi areal persawahan
irigasi batang metode
seluas 8.300 Ha. Pada
tombongan 1 ke haspers dan
batang metode Perencanaan Jaringan Irigasi
tombongan 2 analisis
mesti dilakukan analisa
D.I Panti Rao rasional
disainyang meliputi analisa
Kabupatrn
Pasaman curah hujan, perhitungan

debit,dan dimensi saluran.

Sehinggasistem irigasi tersebut

dapat diartikan sebagai usaha

penyedian pemberian air

yangoptimal dan efisien guna

untuk mendapatkan hasil

produksi tanaman yang

maksimal.Tujuan utama dari

Perencanaan Jaringan Irigasi

Panti Rao ini adalah

untukmempertahankan

swasembada pangan, dengan

luas area sawah 8.300 Ha.

Denganmelakukan perbaikan

jaringan serta pemberian air

yang cukup sesuai dengan

39
kebutuhan.Dalam perencanaan

didapat dimensi saluran melalui

proses curah hujan

denganmenggunakan metode

harpes dan metode gumbel.

Untukmendapatkan perhitungan

debit yang baik diperlukan data

pencatatan debit sungai

jangkawaktu yang panjang,

Hasil perhitungan dari analisa

Gumbel 3055 mm danhasil

perhitungan analisis Rasional

70,05 m3/detik. Hasil besar

debit yang direncanakansebesar

81,10 m3/detik. Untuk

perencanaan saluran sekunder

irigasi Batang Tombongan 1Ke

Batang Tombongan 2 D.I Panti

Rao Kabupaten Pasaman

direncanakan dapatmenampung

air ketikadebit maksimum.

BAB III

METODE PERENCANAAN

40
3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian

3.1.1. Waktu penelitian

Agar kegiatan penulis tertera dan jelas, maka penulis membuat jadwal kegiantan

sebagai pedoman kerja penulis, penelitian sebagai mana terlihat dalam schedule berikut

ini akan dilaksaakan kurang lebih 4 (enam) bulan terhitung mulai bulan juni-september

2023.

Tabel 3.1. Rencana Kegiatan Penelitian

Juni Juli Agustus September


NO Uraian Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Obserpasi/Tinjauan Lapangan

2 Pengajuan Judul

3 Asistensi

4 Seminar

Perencanaan/Pungumpulan Dan
5
Pengolahan Data

6 Seminar

7 Ujian Tutup

Sumber :(penulis 2023)

3.1.2. Lokasi Penelitian

41
Penelitian ini mengambil lokasi penelitian pada saluran irigasi sekunder

sepanjang 672.80 m dan terletak Di Kelurahan Puosu, Kecamatan Unaaha, Kabupaten

Konawe, Sulawesi Tenggara. Saluran sekunder ini mempunyai luas area irigasi seluas

222 ha.

Lokasi penelitian ini berada di Provinsi Sulawesi Tenggara

- Saluran : Saluran Sekunder

- Tempat : Kel. Puosu, Kec.Unaaha, Kab.Konawe

Gambar 3.1 lokasi rencana


Sumber : (google maps 2023)

3.2. Jenis Data Dan Sumber Data

Untuk memperoleh hasil yang maksimal pada Daerah Irigasi Puosu di

perlukan data-data yang menunjangnya. Adapun data-data tersebut adalah :

1. Data primer

42
Data primer adalah data yang di peroleh dengan cara pengamatan dan

pengukuran secara langsung di lokasi penelitian.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang memperoleh dari instansi-instansi terkait, laporan,

jurnal, buku, atau sumber lain yang relevan dalam permasalahan dan penyelesaian

pengembangan jaringan irigasi.

Data sekunder yang di gunakan dalam penelitian ini antara lain :

1. data curah hujan

2. data kebutuhan air yang akan di salurkan

3. data debit air irigasi di puosu

4. data topografi

3.3. Metode Analisis Data

Analisis data yang di lakukan yaitu melakukan proses perencanaan saluran irigasi

pada kelurahan puosu dari BP.1-BP.2 dengan proses analisa sebagai berikut :

3.3.1. Perhitungan kebutuhan air irigasi

Langkah pertama untuk menganilisis kebutuhan air adalah dengan

mengumpulkan data-data klimatologi yang berasal dari stasiun klimatologi

yang berbeda di sekitaran wilayah pertanian yang akan di analisis. Dengan

data-data tersebut selanjutnya terlebih dahulu di hitung besarnya kebutuhan

air untuk penyiapan lahan (PWR), penggunaan konsumtif (ETc), perkolasi

dan rembesan (p) dan penggantian lapisan air (WLR). Kebutuhan air

irigasi di sawah (NFR) juga di pengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti

curah hujan efektif (Re). Setelah itu dengan menggunakan rumus mencari

43
kebutuhan air irigasi akan didapat kebutuhan air di lahan, dengan di tambah

efisiensi saluran maka kebutuhan air di tentukan adalah sebagai berikut :

- Perhitungan curah hujan efektif :

Re (padi) = 70% x R80

Dimana :

Re = hujan efektif (mm)

R80 = hujan denga kemungkinan 80% dipenuhi/dilampaui (mm)

R80% = (n/5)+1

Dimana :

n = jumlah tahun /periode

- perhitungan kebutuhan air ( NFR)

Perkiraan kebutuhan air irigasi sesuai dengan prosedur

perencanaan saluran jaringan irigasi (Anonim,1986 Dalam

Supriantno, M, 2003), Adalah :

1. Kebutuhan bersih air di sawah untuk padi adalah :

NFR = Etc + p – Re + WLR

Diman :

NFR : kebutuhan bersih air disawah (mm/hari)

Etc : evaporasi tanaman (mm/hari)

P : perkolasi (mm/hari)

WLR : penggantian lapisan air (mm/hari)

Re : curah hujan efektif (mm/hari)

2. Kebutuhan air irigasi untuk padi adalah :

NFR
IR =
E

44
Dimana :

IR : kebutuha air irigasi

E : efisiensi irigasi secara keseluruhan

3. Kebutuhan air untuk palawija

IR= (Etc – Re ) /e

3.3.2. Perhitungan debit saluran

Debit rencana sebuah saluran di hitung dengan rumus :

A x NFR
Q=
e

Dimana :

Q : Debit Rencana(m3/dt)

NFR : Kebutuhan Air sawah (m3/dtk.ha)

A : luas daerah irigasi (ha)

e : efisiensi rigasi, 0.8 untuk saluran tersier dan 0,9 untuk saluran

primer dan sekunder .

3.3.3. Perhitungan Dimensi Saluran

Perhitungan dimensi saluran rumus manning :

2 1
- V=KxR xl
3 2

A
- R =
P

- A = (b + mh) h

- P = b + (2h.m2 + 1)

- Q = V x A (m2)

- B : n x h (m)

45
Dimana :

V = kecepatan aliran (m/detik)

R = jari-jari hidrolis (m)

Q = debit saluran (m2/detik)

A = potongan melintang aliran (m2)

P = keliling basah (m)

b = lebar dasar

h = tinggi air

I = kemiringan saluran (m)

K = koefisien kekasaran stricler (m1/3/detik)

46
3.4. Bagan Alir Penelitian

BAGAN ALIR PENELITIAN

Mulai

Survei Pendahuluan

Studi Literatur

Pengambilan

1. Data primer 2. Data Sekunder

- Data curah hujan


- Data luas area
- Data kebutuhan air
persawahan yang akan di salurkan
- Data perencanaan - Data debit

Pengolahan data

1. Metode 2. Metode
gumbel haspers

Hasil penelitian

Kesimpulan dan saran

selesai

47
Gambar 3.2. bagan alir penelitian
Sumber : (penulis 2023)

48

Anda mungkin juga menyukai