Anda di halaman 1dari 22

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG IRIGASI

A. Irigasi

Indonesia adalah negara dengan iklim tropis yang memiliki dua

musim yaitu musim kemarau dan penghujan. Pada musim kemarau jumlah air

yang ada tentu tidak sebanyak seperti pada musim penghujan. Pada musim

kemarau inilah para lahan pertanian memerlukan air untuk tanaman, maka

petani berusaha untuk mendapatkan air dengan cara membangun saluran-

saluran air yang dapat mengairi lahan pertanian. Inilah yang dimaksud dengan

usaha untuk mendapatkan air.

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang Nomor 3

Tahun 2008 Tentang Irigasai, yang dimaksud irigasi adalah usaha

penyediaan, pengaturan dan pembuangan air untuk menunjang pertanian yang

jenisnya meliputi irigasi permukaan, irigasi rawa, irigasi air bawah tanah,

irigasi pompa dan irigasi tambak. Penyediaan air untuk memenuhi kebutuhan

pokok sehari-hari dan irigasi bagi pertanian rakyat dalam sistem irigasi yang

sudah ada merupakan prioritas utama penyediaan sumber daya air di atas

semua kebutuhan.

Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang Nomor 3 Tahun 2008

Tentang Irigasi menerangkan pengertian irigasi yang terdapat pada Pasal 1

angka 16 sebagai berikut.

Irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan dan pembuangan air


irigasi untuk menunjang pertanian, yang jenisnya meliputi irigasi
permukaan, irigasi rawa, irigasi air bawah tanah, irigasi pompa dan
irigasi tambak.

28
29

Pasal di atas menerangkan bahwa irigasi adalah usaha penyediaan,

pengaturan serta pembangunan air untuk menunjang pertanian yang dikelola

oleh masyarakat daerah tersebut, irigasi juga menurut Pasal di atas dijelaskan

terdapat beberapa jenis antara lain: irigasi permukaan, irigasi rawa, irigasi air

bawah tanah, irigasi pompa dan irigasi tambak. Bentuk-bentuk irigasi tersebut

memiliki beberapa fungsi yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan yang

akan digunkaan untuk daerah yang membutuhkan irigasi tersebut.

Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang Nomor 3 Tahun 2008

Tentang Irigasi pada Bab II menerangkan tentang asas, tujuan dan fungsi

irigasi sebagai berikut.

Pasal 2
Irigasi diselenggarakan berdasarkan asas keadilan, keseimbangan
sosial, ekonomi, teknis, efisiensi, efektivitas, berkelanjutan,
kemandirian, transparansi dan akuntabilitas publik.

Pasal 2 di atas menerangkan tentang asas yang harus ada dalam sistem

irigasi, bahwa irigasi harus bersifat adil, seimbang bagi masyarakat, efisien

dalam menggunakannya, efektiv bagi sistem pertanian yang terdapat pada

masyarakat, berkelanjutan yang artinya bahwa sistem irigasi harus berlanjut

tidak terdapat batasan waktu dalam mempergunakan sistem irigasi tersebut,

kemandirian bahwa sistem irigasi haruslah bersifat mandiri, serta

akuntabilitas publik yang berarti bahwa sistem irigasi haruslah bermanfaat

bagi masyarakat publik.

Pasal 3
Irigasi diselenggarakan dengan tujuan untuk mewujudkan
kemanfaatan air yang sebesar-besarnya bagi kemakmuran masyarakat
pemakai air secara menyeluruh, terpadu dan berwawasan lingkungan.
30

Pasal 3 di atas menerangkan terkait tujuan irigasi bahwa sistem irigasi

haruslah memiliki tujuan untuk mewujudkan kemanfaatan air yang sebesar-

besarnya bagi kemakmuran masyarakat khususnya dalam bidang pertanian

secara menyuluruh bukan hanya sebagaian masyarakat yang dapat menikmati

sistem irigasi yang telah dibangun tersebut.

Pasal 4
Irigasi berfungsi mendukung produktivitas usaha tani guna
meningkatkan produksi pertanian dalam rangka ketahanan pangan dan
kesejahteraan masyarakat, khususnya petani.

Pasal 4 di atas menerangkan terkait fungsi irigasi yaitu irigasi harus

mendukung produktivitas pertanian untuk meningkatkan hasil pertanian yang

telah dilakukan oleh masyarakat sekitar dalam rangka ketahanan pangan dna

kesejahteraan masyarakat. Apabila sistem irigasi tidak berfungsi dengan

semestinya maka produksi pertanian akan terhambat serta akan

mempengaruhi kesejahteraan masyarakat khususnya para petani karena hasil

panen yang mereka lakukan akan berakibat kegagalan dalam sistem

pertanian.

1. Air Irigasi

Air yang diserap oleh perakaran tanaman akan digunakan sebagai

bahan untuk proses fotosintesis dan akan menguap melalui proses

pernafasan tumbuhan yang disebut dengan transpirasi. Air yang ada pada

permukaan tanah akan terkena sinar matahari dan akan menguap atau yang

biasa disebut dengan evaporasi. Apabila kedua proses diatas terjadi secara

bersamaan maka prosesnya disebut dengan evapotranspirasi.


31

Sedangkan pada musim penghujan air melimpah bahkan sampai

membanjiri kota-kota, begitu pula dengan lahan pertanian. Lahan pertanian

yang kelebihan air tentu tidak baik bagi tanaman. Tanaman tidak akan

dapat tumbuh dengan maksimal untuk itu diperlukan upaya untuk

mengurangij umlah air yang ada pada lahan pertanian, agar tanaman dapat

tumbuh dengan maksimal.

Cara pemakaian air tergantung dari keadaan irigasi, tanah, tanaman

yang diairi dan sebagainya. Cara pemakaian air dapat dibedakan menjadi

yaitu merendam tanah, merembeskan air, pengaliran dan pengeringan,

pembahasan dalam tanah, menyiram dan menyemprot. Merendam tanah

dengan pembaruan air lazim digunakan dalam penanaman padi, dalam

penentuan kebutuhan air untuk tanaman terdapat berbagai cara yaitu:1

a. Menurut tingginya air yang dibutuhkan guna sebidang tanah yang

ditanam. Atau banyak air sama dengan tingginya air yang

dibutuhkan dikalikan luas tanah.

b. Banyaknya air yang dibutuhkan pada kesatuan luas untuk sekali

penyerapan atau untuk selama pertumbuhannya.

c. Kesatuan pengaliran air yaitu isi dalam kesatuan waktu

pengalirannya untuk kesatuan luas. (liter/detik/hektar).

d. Menentukan luas tanaman yang dapat diairi oleh pengaliran air

yang banyaknya tertentu.

2. Jenis-Jenis Sistem Irigasi


1
Erman Mawardi, “Desain Hidraulik - Bangunan Irigasi”, Alfabeta, Bandung, 2007, hlm. 7.
32

Pemilihan sistem irigasi untuk suatu daerah tergantung dari

keadaan topografi, biaya, dan teknologi yang tersedia. Berikut ini akan

dibahas empat jenis sistem irigasi.2

a. Irigasi Gravitasi (Open Gravitation Irrigation)

Sistem irigasi ini memanfaatkan gaya gravitasi bumi untuk

pengaliran airnya. Dengan prinsip air mengalir dari tempat yang

tinggi menuju tempat yang rendah karena ada gravitasi. Jenis

irigasi yang menggunakan sistem irgiasi seperti ini adalah:

1) Irigasi genangan liar

Irigasi mengalirkan air ke permukaan sawah melalui

bangunan pengatur meliputi:

a) Irigasi Tanah Lebak

Pada Irigasi Tanah Lebak (Lebak tanah yang

lebih rendah di sepanjang sungai) pada saat air besar

(sehabis hujan),air akan melimpah ke sisi sungai. Pada

saat air surut maka ada sedikit sisa air yang tertinggal

b) Irigasi Banjir

Prinsip irigasi banjir ini hampir sama dengan

irigasi tanah lebak, yang membedakan pada irigasi

banjir dataran di sisi sungai bukan dataran lebak

sehingga diperlukan pintu air. Pinti air dibuka sewaktu

sungai mulai banjir agar air dapat mengairi dataran sisi

2
Ibid, hlm 12
33

sungai. Bila air mulai surut maka pintu air ditutup agar

air tidak kembali ke sungai.

2) Irigasi Genangan Dari Saluran

Sistem pemberian air dan pembuangan dapat

dikendalikan seluruhnya meliputi:

a) Irigasi Genangan

Digunakan untuk tanaman yang memerlukan

banyak air (misalnya padi). Sistem ini murah dalam

penyelengaraan akan tetapi air yang digunakan

cenderung banyak dan boros, karena lahan harus tetap

basah.

b) Irigasi Petak Jalur (border strip irrigation)

Jenis irigasi ini sangat baik untuk tembakau,

jagung, dan tanaman yang sejenisnya. Dalam jenis

irigasi ini diusahakan agar lahan tidak terlalu landai

agar air tidak terlalu cepat turun.

c) Irigasi Petak (basin irrigation)

Jenis irigasi ini dipergunakan untuk perkebunan.

3) Irigasi Alur dan Gelombang

Irigasi mengalirkan air melalui alur-alur yang ada di

sisi deretan tanaman. Banyaknya alur akan sangat bergantung

pada macam tanah, kemiringan, dan jenis tanaman.


34

Kecepatan pengaliran tidak boleh terlalu besar, karena

apabila terlalu besar akan terjadi pengerusan.

b. Irigasi Siraman (Close Gravitation Irrigation)

Pada sistem irigasi ini air dialirkan melalui jaringan pipa dan

disemprotkan ke permukaan tanah dengan kekuatan mesin pompa

air. Sistem ini biasanya digunakan apabila topografi daerah irigasi

tidak memungkinkan untuk penggunaan irigasi gravitasi. Ada dua

macam sistem irigasi saluran:

1) Pipa Tetap

Sistem ini membutuhkan banyak instalasi pipa. Oleh

karena itu penggunaan sistem seperti ini akan lebih mahal,

tetapi lebih awet

2) Pipa Bergerak

Sistem ini membutuhkan sedikit instalasi pipa, namun

biasanya pipa yang digunakan cepat rusak.Keuntungan

dengan menggunakan sistem irigasi ini adalah tanah dengan

topografi tidak teratur dapat dialiri serta erosi dapat

dihindari,kehilangan air sedikit, serta suhu udara dapat diatur.

Kerugian dengan menggunakan sistem ini adalah modal yang

diperlukan cukup besar, pemberian air dipengaruhi angina,

serta pekerjaan tanah dilakukan dalam keadaan tanah basah.


35

c. Irigasi Bawah Permukaan (Sub-surface Irrigation)

Pada sistem ini air dialirakan dibawah permukaan melalui

saluran-saluran yang ada di sisi-sisi petak sawah. Adanya air ini

mengakibatkan muka air tanah pada petak sawah naik. Kemudian

air tanah akan mencapai daerah penakaran secara kapiler sehingga

kebutuhan air akan dapat terpenuhi.

d. Irigasi Tetesan (Trickle Irrigation)

Air dialirkan melalui jaringan pipa dan diteteskan tepat di

daerah penakaran tanaman dengan menggunakan mesin pompoa

sebagai tenaga penggerak. Perbedaan jenis sistem irigasi ini dengan

sistem irigasi siraman adalah pipa tersier jalurnya melalui pohon,

tekanan yang dibutuhkan kecil (1 atm). Sistem irigasi tetesan ini

memiliki keuntungan antara lain:3

1) Tidak ada kehilangan air,karena air langsung menetes dari

pohon;

2) Air dapat dicampur dengan pupuk;

3) Pestisida tidak tercuci;

4) Dapat digunakan di daerah yang miring.

B. Jaringan irigasi

Jaringan irigasi adalah kesatuan dari saluran dan bangunan yang

diperlukan untuk pengaturan air irigasi mulai dari penyediaan, pengambilan,


3
Jeisenpailalah. “Teori Dasar Irigasi”, Sumber:
https://jeisenpailalah.wordpress.com/2010/12/20/ teori-dasar-irigasi/ (Diakses pada 2 November
2018, pukul 22.00 WIB)
36

pembagian, pemberian, dan penggunaan. Berdasarkan pada Peraturan

Pemerintah Nomor 25 tahun 2001 tentang irigasi, yang dimaksud dengan

jaringan irigasi adalah saluran, bangunan, dan bangunan pelengkap yang

merupakan satu kesatuan dan diperlukan untuk pengaturan air irigasi mulai

dari penyedian, pengambilan, pembagian, pemberian, penggunaan, dan

pembuangannya. Jaringan irigasi ada 2 macam yaitu:

1. Jaringan irigasi utama adalah jaringan irigasi yang berada dalam satu

sistem irigasi, mulai dari bangunan utama, saluran induk/primer,

saluran sekulder, dan bangunan sadap serta bangunan pelengkapnya.

2. Jaringan irigasi tersier adalah jaringan irigasi yang berfungsi sebagai

prasarana pelayanan air di dalam petak tersier yang terdiri dari saluran

pembawa yang disebut saluran tersier, saluran pembagi yang disebut

saluran kuarter dan saluran pembuang serta saluran pelengkapnya,

termasuk jaringan irigasi pompa yang luas areal pelayanannya

disamakan dengan areal tersier.

Berdasarkan pemeliharaan pada jaringan irigasi dapat dibedakan

dalam 4 (empat) macam pemeliharaan, yaitu :

1. Pemeliharaan rutin: Pemeliharan ringan pada bangunan dan saluran

irigasi yang dapat dilakukan sementara selama eksploitasi tetap

berlangsung, dimana pemeliharaan hanya bagian bangunan/saluran

yang ada dipermukaan saja.


37

2. Pemeliharaan berkala: Pemeliharaan yang dilakukan pada bagian

bangunan dan saluran dibawah permukaan air, pada waktu

melaksanakan pekerjaan ini saluran dikeringkan terlebih dahulu.

3. Pemeliharaan pencegahan: Pemeliharaan pencegahan ini adalah usaha

untuk mencegah terjadinya kerusakan pada jaringan irigasi akibat

gangguan manusia yang tidak bertanggung jawab atau akibat

gangguan binatang.

4. Pemeliharaan darurat: Pekerjaan yang dilakuan untuk memperbaiki

akibat kerusakan yang tidak terduga sebelumnya, misalnya karena

banjir atau gempa bumi.

C. Bangunan Irigasi

Bangunan irigasi dalam jaringan irigasi teknis mulai dari awal sampai

akhir dapat menjadi dua kelompok yaitu:4

1. Bangunan untuk pengambilan atau penyadapan, pengukuran, dan

pembagian air;

2. Bangunan pelengkap untuk mengatasi halangan atau rintangan

sepanjang saluran dan bangunan lain.

Bangunan yang termasuk dalam kelompok pertama antara lain yaitu:

1. Bangunan penyadap/pengambilan pada saluran induk yang

mempergunakan atau tidak bangunan bendung. Jika dipergunakan

pembendungan maka dibangun bangunan bendung dan jika tidak

4
Mawardi, Erman, Desain Hidrolik Bangunan Irigasi, Jakarta, Alfabeta, 2007, hlm. 10
38

mempergunakan pembendungan maka dapat dibangun bangunan

pengambilan bebas.

2. Bangunan penyadap yaitu bangunan untuk keperluan penyadapan air

dari saluran primer ke saluran sekunder.

3. Bangunan pembagi untuk membagi air dari satu saluran ke saluran

yang lebih kecil.

4. Bangunan pengukur yaitu bangunan untuk mengukur banyak debit/air

yang melalui saluran tersebut.

Bangunan yang termasuk dalam kelompok kedua antara lain yaitu:

1. Bangunan pembilas untuk membilas endapan angkutan sedimen di

kantong sedimen/saluran induk.

2. Bangunan peluah atau pelimpah samping yaitu untuk melimpahkan

debit air yang berlebihan keluar saluran.

3. Bangunan persilangan antara saluran dengan jalan, selokan, bukit dan

sebagainya.

4. Bangunan untuk mengurai kemiringan dasar saluran yaitu bangunan

terjun dan got miring.

D. Efisiensi Irigasi

Menurut Sudjarwadi efisiensi irigasi adalah pemanfaatan air untuk

tanaman, yang diambil dari sumber air atau sungai yang dialirkan ke areal

irigasi melalui bendung. Secara kuantitatif efesiensi irigasi suatu jaringan

irigasi sangat diketahui merupakan parameter yang susah diukur. Akan tetapi
39

sangat penting dan diasumsikan untuk menambah keperluan air irigasi di

bendung. Kehilangan air irigasi pada tanaman padi berhubungan dengan:5

1. kehilangan air di saluran primer, sekunder dan tersier melalui

rembesaan, evavorasi, dan pengambilan air tanpa izin;

2. kehilangan akibat pengoperasian termasuk pengambilan air yang

berlebihan.

Efisiensi pemakaian air adalah perbandingan antara jumlah air

sebenarnya yang dibutuhkan tanaman untuk evapotranspirasi dengan jumlah

air sampai pada sesuatu intlet jalur. Untuk mendapatkan gambaran efesiensi

irigasai secara menyeluruh diperlukan gambaran secara menyeluruh dari

gabungan saluran irigasi dan drainase mulai dari bendung: saluran irigasi

primer, sekunder, tersier dan kuarter; petak tersier dan jaringan

irigasi/drainase dalam petak tersier. Pada pemberian air terhadap efesiensi

saluran irigasi nampaknya mempunyai dampak yaitu berdasarkan terhadap

luas areal daerah irigasi, metode pemberian air secara rutinitas atau kontinyu

dan luasan dalm unit rotasi.

E. Kewenangan Pemerintah Dalam Pengelolaan Saluran Irigasi

Peneliti dalam hal ini akan membahas terkait kewenangan yang harus

dilakukan oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang dalam hal

pengelolaan saluran irigasi yang terdapat pada sektor pertanian agar dapat

5
Sudjarwadi, Dasar-Dasar Teknik Irigasi, Fakultas Teknik Universitas, Gajahmada,
Yogyakarta, 1987, hlm. 39.
40

mencukupi kebutuhan pangan khususnya beras dikarenakan pemerintah

memiliki asas legalitas dalam mengelola saluran irigasi pada sektor pertanian.

Asas legalitas adalah salah satu asas yang sangat mendasar dalam

hukum Indonesia. Asas legalitas merupakan salah satu prinsip utama yang

menjadi dasar dalam penyelenggaraan pemerintahan dan kenegaraan yang

berbasis hukum. Asas legalitas menjadi dasar legitimasi tindakan pemerintah

dan jaminan perlindungan dari hak-hak rakyat.6

Menurut Sjahran Basah asas legalitas berarti upaya mewujudkan

integral secara harmonis antara paham kedaulatan hukum dan paham

kedaulatan rakyat yang berdasarkan prinsip monodualistis selaku pilar-pilar

yang sifat hakikatnya konsitutif.7

Penerapan asas legalitas, menurut Indroharto akan menunjang

berlakunya kepastian hukum dan kesamaan perlakuan. 8 Kesamaan perlakuan

terjadi karena setiap orang yang berada dalam situasi seperti ditentukan

dalam undang-undang itu berhak dan berkewajiban untuk berbuat seperti apa

yang ditentukan dalam undang-undang tersebut.

Penyelenggaraan pemerintahan yang didasarkan pada asas

legalitas, yang berarti didasarkan kepada undang-undang, dalam praktiknya

tidak memadai apalagi ditengah masyarakat yang memiliki dinamika yang

tinggi. Hal ini dikarenakan hukum tertulis memiliki kelemahan. Kelemahan

ini menurut Bagir Manan bahwa semua aspek kehidupan yang ada didalam

6
Juniarso Ridwan dan achmad Sodik Sudrajat, Hukum Administrasi Negara dan Kebijakan
Layanan Publik, Bandung, Nuansa Cendekia, 2017, hlm. 133.
7
Ni’matul Huda, Dinamika Ketatanegaraan Indonesia Dalam Putusan Mahkamah Konstitusi,
Yogyakarta, FH UII, 2011, hlm, 16.
8
Ibid., hlm. 133.
41

masyarakat tidak mungkin dijelmakan menjadi peraturan perundang-

undangan, kemudian peraturan perundang-undangan biasanya bersifat statis

dan tidak dinamis seperti perkembangan masyarakat.9 Oleh karena itu, dalam

penyelenggaraan kenegaran dan pemerintahan dalam suatu negara hukum

diperlukan persyaratan lain agar kehidupan kenegaraan, pemerintahan dan

kemasyarakat berjalan dengan baik dan bertumpu pada keadilan. Prajudi

Atmosudirdjo menyebutkan beberapa persyaratan yang harus dipenuhi dalam

penyelenggaraan pemerintahan, yaitu:10

a) Efektivitas, artinya kegiatannya harus mengenai sasaran yang telah

ditetapkan.

b) Legitimitas, artinya kegiatan administrasi negara jangan sampai

menimbulkan heboh oleh karena tidak dapat diterima oleh

masyarakat setempat atau lingkungan yang bersangkutan.

c) Yuriditas, syarat yang menyatakan bahwa perbuatan atau

keputusan administrasi negara yang tidak boleh dilakukan tanpa

dasar undang-undang dalam arti luas, bila sesuatu dijalankan

dengan dalil keadaan darurat maka kedaruratan tersebut harus

dibuktikan kemudian.

d) Moralitas, salah satu syarat yang paling diperhatikan oleh

masyarakat, moral dan etnik umum maupun kedinasan wajib

dijunjung tinggi.

9
Ibid., hlm. 134.
10
Ibid., hlm. 135.
42

e) Efisiensi wajib dikejar seoptimal mungkin, kehematan biaya dan

produktivitas wajib diusahakan setinggi-tingginya.

f) Teknik dan teknologi yang setinggi-tingginya wajib dipakai untuk

mengembangkan atau mempertahankan mutu prestasi yang sebaik-

baiknya.

Indroharto mengemukakan, bahwa wewenang diperoleh secara

atribusi, delegasi dan mandate, yang masing-masing dijelaskan sebagai

berikut: wewenang yang diperoleh secara atribusi, yaitu pemberian

wewenang pemerintahan yang baru oleh suatu ketentuan dalam peraturan

perundang-undangan. Jadi, disini dilahirkan/diciptakan suatu wewenang

pemerintah yang baru. Pada delegasi terjadilah pelimpahan suatu wewenang

yang telah ada oleh Badan atau Jabatan TUN yang telah memperoleh suatu

wewenang pemerintahan secara atributif kepada Badan atau Jabatan TUN

lainnya. Jadi suatu delegasi selalu didahului oleh adanya atribusi

wewenang.11 Indrohartono berpendapat bahwa dapat diketahui bahwa

pelimpahan wewenang secara artibusi merupakan wewenang baru yang

berasal dari peraturan perundang-undangan secara langsung dan dapat

diberikan legislator yang berkedudukan sebagai original legislator dan/atau

delegated legislator melalui pasal dalam peraturan perundang-undangan yang

dibuat.12

Menurut Bagir Manan, wewenang dalam bahasa hukum tidak sama

dengan kekuasaan (macht). Kekuasaan hanya menggambarkan hak untuk


11
Indroharto, Usaha Memahami Undang-Undang tentang Peradilan Tata Usaha Negara,
Pustaka Harapan, Jakarta, 1993, hlm, 68.
12
Ridwan HR, Op.Cit, hlm 59.
43

berbuat atau tidak berbuat. Wewenang berarti hak dan kewajiban (rechten en

plichten). Hak berisi kebebasan untuk melakukan atau tidak melakukan

tindakan tertentu atau menuntut pihak lain untuk melakukan tindakan

tertentu. Kewajiban memuat keharusan untuk melakukan atau tidak

melakukan tindakan tertentu dalam Hukum Administrasi Negara wewenang

pemerintah yang bersumber dari peraturan perundang-undangan diperoleh

melalui cara-cara yaitu atribusi, delegasi, dan mandat.13

Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang adalah dinas yang

memiliki wewenang dalam melakukan pengelolaan dalam bidang irgasi hal

ini diperkuat dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang Nomor

3 Tahun 2008 Tentang Irigasi yang terdapat pada Pasal 1 angka 8 sebagai

berikut. “Dinas adalah Dinas Teknis di lingkungan Pemerintah Kabupaten

Pandeglang yang tugas pokok dan fungsinya membidangi irigasi”. Dapat

dilihat secara jelas bahwa Pasal ini menegaskan bahwa dinas yang berwenang

adalah dinas yang membidangi urusan irigasi dan dapat diketahui bahwa

dinas yang berwenang adalah dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang

dikarenakan dinas tersebut bertugas untuk mensejahterakan masyarakat

dalam tugas dan fungsinya tersebut.

Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang Nomor 3 Tahun 2008

Tentang Irigasi pada Bab V menerangkan tentang Wewenang dan Tanggung

Jawab yang terdapat pada Pasal 21 seabagai berikut.

13
Bagir Manan, Wewenang Provinsi, Kabupaten, dan Kota dalam Rangka Otonomi Daerah,
Fakultas Hukum Universitas Padjajaran, Bandung, 2000, hlm 1-2.
44

Pasal 21
(1) Wewenang dan tanggung jawab pemerintah kabupaten dalam
urusan pemerintahan bidang pengembangan dan pengelolaan
sistem irigasi meliputi:
a. Menetapkan kebijakan kabupaten dalam pengembangan dan
pengelolaan sistem irigasi berdasarkan kebijakan
pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi nasional dan
provinsi dengan memperhatikan kepentingan kabupaten
sekitarnya;
b. Melaksanakan pengembangan sistem irigasi primer dan
sekunder penggunaan dan penguasaan air tanah di wilayah
kabupaten/kota yang bersangkutan untuk keperluan daerah
irigasi dalam satu kabupaten;
c. Melaksanakan pengelolaan sistem irigasi primer dan sekunder
pada daerah irigasi dalam satu kabupaten/kota yang luasnya
kurang dari 1.000 ha;
d. Memberi ijin penggunaan dan penguasaan air tanah di wilayah
kabupaten yang bersangkutan untuk keperluan irigasi;
e. Menjaga efektivitas, efisiensi dan ketertiban pelaksanaan
sistem irigasi primer dan sekunder pada daerah irigasi yang
utuh dalam satu kabupaten;
f. Menjaga efektivitas, efisiensi dan ketertiban pelaksanaan
sistem irigasi primer dan sekunder pada daerah irigasi dalam
satu kabupaten yang luasnya kurang dari 1.000 ha;
g. Memfasilitasi penyelesaian sengketa antar daerah irigasi yang
berada dalam satu kabupaten yang dengan pengembangan dan
pengelolaan sistem irigasi;
h. Memberikan bantuan kepada masyarakat petani dalam
pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi yang menjadi
tanggung jawab masyarakat petani atas permintaannya
berdasarkan prinsip kemandirian;
i. Membentuk komisi irigasi kabupaten;
j. Melaksanakan pemberdayaan perkumpulan petani pemakai air;
dan
k. Memberikan ijin pembangunan, pemanfaatan, pengubahan
dan/atau pembongkaran bangunan dan/atau saluran irigasi
primer dan sekunder dalam satu kabupaten.
(2)Wewenang dan tanggung jawab pemerintah desa meliputi :
a. Melaksanakan peningkatan dan pengelolaan sistem irigasi
yang dibangun pemerintah desa;
b. Menjaga efektivitas, efisiensi dan ketertiban pelaksanaan
peningkatan sistem irigasi yang dibangun oleh pemerintah
desa; dan
c. Menjaga efektivitas, efisiensi dan ketertiban pelaksanaan
pengelolaan sistem irigasi yang dibangun oleh pemerintah
desa.
45

(3)Hak dan tanggung jawab masyarakat petani dalam pengembangan


dan pengelolaan sistem irigasi meliputi :
a. Melaksanakan pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi
petak tersier;
b. Menjaga efektivitas, efisiensi dan ketertiban pelaksanaan
pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi tersier yang
menjadi tanggung jawabnya; dan
c. Memberikan persetujuan pembangunan, pemanfaatan,
pengubahan dan/atau pembongkaran pembangunan dan/atau
saluran irigasi pada jaringan irigasi tersier berdasarkan
pendekatan partisipatif.

Pasal 21 di atas khususnya pada ayat (1) merenangkan terkait

wewenang pemerintah kabupaten dalam menangani urusan pengembangan

dan pengelolaan saluran irigasi bahwa pemerintah kabupaten berwenang

menetapkan kebijkan dalam melakukan pengelolaan dalam bidang irigasi,

melaksanakan pengembangan saluran irigasi, melaksanakan saluran irigasi

primer maupun sekunder pada satu kabupaten/kota yang luasnya kurang dari

1.000 ha, memberikan izin serta penguasaaan saluran irigasi untuk hal

keperluan irigasi, menjaga efektivitas, efisiensi dan ketertiban pelaksanaan

sistem irigasi primer dan sekunder, memberikan fasilitas apabila terdapat

sengketa irigasi, serta memberikan bantuan kepada petani dalam

pengembangan dan pembangunan saluran irigasi.

F. Prinsip Dasar Pemerintah Dalam Pengelolaan Saluran Irigas

Pemerintah daerah dalam melakukan tindakan-tindakannya harus

berdasarkan pada prinsip dasar yang dimilikinya. Berdasarkan dengan konsep

negara Indonesia pada saat ini yaitu Negara Kesejahteraan (Welfare State).

Konsep negara kesejahteraan yaitu memiliki tugas untuk menyelenggarakan


46

kesejahteraan umum dan pelayanan kepentingan. Pada Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang telah dijabarkan

mengenai fungsi negara kesejahteraan yang dianut oleh Indonesia, yaitu:14

a) Fungsi pertama adalah tugas keamanan, pertahanan dan ketertiban


b) Fungsi kedua adalah tugas kesejahteraan
c) Fungsi ketiga adalah tugas pendidikan
d) Fungsi keempat adalah tugas untuk mewujudkan ketertiban serta
kesejahteraan dunia

Adanya konsep negara kesejahteraan tersebut maka pemerintah tidak

akan dapat melakukan tindakan sesuai dengan keinginannya. Pemerintah

harus memikirkan terlebih dahulu setiap tindakan yang akan dilakukan agar

sesuai dengan konsep negara kesejahteraan yang dianut oleh Indonesia. Hal

ini berbeda seperti konsep yang dianut oleh Indonesia pada zaman dulu,

konsep yang dianut pada zaman dulu adalah konsep negara penjaga malam

yaitu negara hanya menjaga ketertiban semata, tidak ikut andil dalam

perekonomian rakyatnya. Pemerintah harus mengetahui bahwa prinsip dasar

atau asas berasal dari konsep dasar negara Indonesia yaitu Negara

Kesejahateraan yang telah dijabarkan dalam Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945.

Prinsip dasar tersebut merupakan salah satu bentuk komitmen bagi

pemerintah daerah untuk menjalankan tugasnya sebagai pelayan bagi

masyarakat. Selain prinsip dasar yang telah disebutkan didalam Undang-

14
Angger Sigit Pramukti dan Meylani Chahyaningsih, Pengawasan Hukum Terhadap
Aparatur Negara, Pustaka Yustisa, Bandung, 2016, hlm. 6.
47

Undang terdapat juga prinsip dasar dalam penyelenggaraan pemerintah

daerah agar mencapati asas pemerintahan yang baik yaitu:15

1. Asas Desentralisasi

Menurut Joeniarto desentralisasi adalah memberikan wewenang

dari pemerintah negara kepada pemerintah lokal untuk mengatur dan

mengurus urusan tertentu sebagai urusan rumah tangganya sendiri.

Menurut Amrah Muslimin desentralisasi adalah pelimpahan

wewenang pada badan-badan dan golongan-golongan dalam

masyarakat dalam daerah tertentu untuk mengurus rumah tangganya

sendiri.

Penilaian terhadapa desentralisasi memperlihatkan catatan-

catatan keberhasilan, namun pemerintah masih berhati-hati dalam

bergerak ke arah desentralisasi yang lebih luas atau ke arah

pendelegasian pelaksanaan pembangunan. Desentralisasi muncul jika

kewenangan yang mengatur dan mengurus penyelenggaraan

pemerintah tidak semata-mata dilakukan oleh pemerintahan pusat,

melainkan juga oleh kesatuan pemerintah yang lebih rendah yang

mandiri, bersifat otonomi.16 Jadi desentralisasi bukan pemencaran

kewenangan, tetapi juga pembagian kekuasaan untuk mengatur dan

mengurus penyelenggaraan negara antara pemerintah pusat dan

satuan-satuan pemerintah ditingkat yang lebih rendah. Esensi dari

15
Nomensen Sinamo, Hukum Pemerintahan Daerah, Jakarta, Pustaka Mandiri, 2010, hlm.
80-101.
16
Juniarso Ridwan & Achmad Sodik Sudrajat, Hukum Administrasi Negara Dan Kebijakan
Layanan Publik, Bandung, Nuansa Cendikia, 2017, hlm. 124.
48

prinsip desentralisasi adalah merupakan cara yang berkaitan dengan

prinsip penyelenggaraan pemerintahan negara kesatuan.

2. Asas Dekonsentrasi

Menurut Amrah Muslimin, dekonsentrasi diartikan sebagai

pelimpahan sebagaian wewenang dari kewenangan pemerintah pusat

pada alat-alat pemerintahan pusat yang ada di daerah. Menurut Djoko

Prakorso, dekonsentrasi adalah pelimpahan urusan pemerintahan

kepada pejabat daerah, tetapi tetap menjaid tanggung jawab

pemerintah pusat, baik perencanaan, pelaksanaan maupun

pembiayaan.17

Kewenangan pemerintah pusat di daerah provinsi dalam rangka

pelaksanaan dekonsentrasi dilimpahkan kepada gubernur sebagai

wakil pemerintah pusat. Kewenangan tersebut dilaksanakan oleh dinas

provinsi sebagai perangkat provinsi. Penyelenggaraan dekonsentrasi

itu dibiayai atas beban pengeluran pembangunan Anggaran

Pendapatan Belanja Negara (APBN). Pencatatannya dilakukan di

Anggaran Pendapatan Belanja Daerah, dan gubernur melaporkan atau

memberitahukan kepada DPRD tentang kegiatan dekonsentrasi.18

3. Asas Tugas Pembantuan

Menurut Joeniarto disamping pemerintah lokal yang berhak

mengurus dan mengatur rumah tangga sendiri, kepadanya dapat pula

diberi tugas–tugas pembantuan.19 Tugas pembantuan adalah tugas ikut


17
Ibid., hlm. 125.
18
Ibid., hlm. 126.
19
Nomensen Sinamo, Op.Cit., hlm. 93.
49

melaksanakan urusan-urusan pemerintah pusat atau pemerintah lokal

yang berhak mengatur dan mengurus rumah tangga tingkat atasnya.

Perbedaan antara tugas pembantuan dan tugas rumah tangga sendiri

adalah urusannya bukan menjadi urusan rumah tangga sendiri, tetapi

urusannya merupakan urusan pemerintah pusat atau pemerintah

atasannya.20

Beberapa prinsip dasar penyelenggaraan pemerintah daerah

diatas merupakan acuan bagi pemerintah daerah untuk memberikan

pelayanan kepada masyarakat. Prinsip dasar juga terdapat dalam

Undang-Undang Pemerintah Daerah yang merupakan penjelasan lebih

spesifik mengenai apa yang harus dilakukan oleh pemerintah daerah,

dengan adanya prinsip dasar ini diharapkan tujuan dari negara dapat

tercapai dan masyarakat dapat memperoleh haknya setelah melakukan

kewajiban serta pemerintah menjalankan asas utama yaitu asas

pemerintahan yang baik.

20
Ibid., hlm. 94.

Anda mungkin juga menyukai