Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Air merupakan sumber daya alam yang terbaharui melalui daur hidrologi. Namun
keberadaan air sangat bervariasi tergantung lokasi dan musim. Ketersediaan air di daerah
tropis (dekat dengan katulistiwa) sangat besar dibandingkan dengan daerah lain misalnya
daerah gurun atau padang pasir. Ketersediaan air pada saat musim basah (Oktober s/d
April) lebih besar dibandingkan pada saat musim kering (April s/d Oktober), dikarenakan
pada musim kering ketersediaan airnya sudah mulai berkurang.

Analisis kebutuhan air irigasi merupakan salah satu tahap penting yang diperlukan dalam
perencanaan dan pengelolaan sistern irigasi. Kebutuhan air tanaman didefinisikan sebagai
jumlah air yang dibutuhkan oleh tanaman pada suatu periode untuk dapat tumbuh dan
produksi secara normal. Kebutuhan air nyata untuk areal usaha pertanian meliputi
evapotranspirasi (ET), sejumlah air yang dibutuhkan untuk pengoperasian secara khusus
seperti penyiapan lahan dan penggantian air, serta kehilangan selama pemakaian.

Irigasi didefinisikan sebagai suatu cara pemberian air, baik secara alamiah ataupun buatan
kepada tanah dengan tujuan untuk memberi kelembapan yang berguna bagi pertumbuhan
tanaman.

Secara alamiah air disuplai kepada tanaman melalui air hujan. Cara alamiah lainnya,
adalah melalui genangan air akibat banjir dari sungai, yang akan menggenangi suatu
daerah selama musim hujan, sehingga tanah yang ada dapat siap ditanami pada musim
kemarau. Sedangkan ketika penggunaan air ini mengikutkan pekerjaan rekayasa teknik
dalam skala yang cukup besar, maka hal tersebut disebut irigasi buatan (Artificial
Irrigation). Irigasi buatan secara umum dapat dibagi dalam 2 (dua) bagian, yaitu :

 Irigasi Pompa (Lift Irrigation), dimana air diangkat dari sumber air yang rendah ke
tempat yang lebih tinggi, baik secara mekanis maupun manual.
 Irigasi Aliran (Flow Irrigation), dimana air dialirkan ke lahan pertanian secara
gravitasi dari sumber pengambilan air.

1
B. Tujuan dan Manfaat Irigasi
a. Tujuan

Sesuai dengan definisi irigasinya, maka tujuan irigasi pada suatu daerah adalah upaya
rekayasa teknis untuk penyediaaan dan pengaturan air dalam menunjang proses
produksi pertanian, dari sumber air ke daerah yang memerlukan serta
mendistribusikan secara teknis dan sistematis.

b. Manfaat

Adapun manfaat dari suatu sistem irigasi, adalah :

1. Untuk membasahi tanah, yaitu pembasahan tanah pada daerah yang curah
hujannya kurang atau tidak menentu.
2. Untuk mengatur pembasahan tanah, agar daerah pertanian dapat diairi sepanjang
waktu pada saat dibutuhkan, baik pada musim kemarau maupun musim
penghujan.
3. Untuk menyuburkan tanah, dengan mengalirkan air yang mengandung lumpur dan
zat-zat hara penyubur tanaman pada daerah pertanian tersebut, sehingga tanah
menjadi subur.
4. Untuk kolmatase, yaitu meninggikan tanah yang rendah / rawa dengan
pengendapan lumpur yang dikandung oleh air irigasi.
5. Untuk pengelontoran air , yaitu dengan mengunakan air irigasi, maka kotoran /
pencemaran / limbah / sampah yang terkandung di permukaan tanah dapat
digelontor ketempat yang telah disediakan (saluran drainase) untuk diproses
penjernihan secara teknis atau alamiah.
6. Pada daerah dingin, dengan mengalirkan air yang suhunya lebih tinggi dari pada
tanah, sehingga dimungkinkan untuk mengadakan proses pertanian pada musim
tersebut.

2
BAB II
JENIS IRIGASI DAN FUNGSINYA

Irigasi merupakan salah satu faktor yang amat menentukan suksesnya pertanian sebab tanpa
pengairan yang cukup, sebagian besar tanaman yang menjadi komoditas pertanian tidak akan
tumbuh subur dan siap dipanen. Irigasi merupakan cara maupun usaha yang dilakukan oleh
manusia untuk memberikan aliran air kelahan pertanian. Fungsi utama irigasi dalam bidang
pertanian ini adalah untuk mengairi lahan-lahan pertanian, seperti sawah agar mendapat
pasokan air. Jadi dengan adanya irigasi ini, maka kebutuhan air untuk pertanian akan
tercukupi. Jika lahan pertanian kekurangan air , maka untuk melakukan budidaya pertanian
akan terhambat dan mengalami kendala. Ujung-ujungnya hasil panen pertanian kita akan
gagal.

Sebelum perkembangan teknologi pertanian ini maju, pada saat itu untuk mengairi lahan
pertanian, petani akan mengangkut air dari sumber air yang terdekat seperti sungai, kolam
dan sebagainya dengan menggunakan ember. Dengan metode tersebut tentu sangat
melelahkan dan juga waktu yang dibutuhkan sangat lama. Sistem pengairan model seperti itu
bisa dikatakan sebagai sistem menyiram. Jadi tingkat efektivitas yang digunakan sangat
kurang karena membutuhkan banyak tenaga dan waktu. Melihat kondisi seperti itu, akhirnya
sekarang pemerintah berusaha untuk melakukan perubahan dalam sistem pengairan ini, yakni
membuat irigasi yang lebih sempurna. Untuk jenis dan macam-macam irigasi ini bisa anda
baca dibawah ini penjelasannya. Irigasi memegang peran sangat penting sebab tanaman yang
membutuhkan pengairan cukup tidak hanya membutuhkan supply air pada awal penanaman
atau masa-masa tertentu saja, akan tetapi pada seluruh periode.

Beragamnya sistem irigasi yang dimiliki petani Indonesia merupakan suatu keniscayaan
mengingat sejarah panjang irigasi serta beragamnya model tanah yang menjadi lahan
pertanian. Berikut jenis – jenis irigasi beserta fungsinya.

1. Irigasi Permukaan

Irigasi macam ini umumnya dianggap sebagai irigasi paling kuno di Indonesia. Tekniknya
adalah dengan mengambil air dari sumbernya, biasanya sungai, menggunakan bangunan
berupa bendungan atau pengambilan bebas. Air kemudian disalurkan ke lahan pertanian
menggunakan pipa atau selang memanfaatkan daya gravitasi, sehingga tanah yang lebih

3
tinggi akan terlebih dahulu mendapat asupan air. Penyaluran air yang demikian terjadi
secara teratur dalam ‘jadwal’ dan volume yang telah ditentukan.

Jenis irigasi ini menyebarkan air ke permukaan tanah hingga meresap ke bagian pori-pori
tanah sehingga kebutuhan nutrisi tumbuhan dapat tercukupi. Dalam praktinya ia
menggunakan susunan jaringan sehingga ada jaringan primer, sekunder dan tersier.
Saluran primer adalah saluran yang pertama kali mendapatkan air, biasanya terletak di
daratah yang lebih tinggi kemudian dialirkan ke saluran-saluran sekunder yang nantinya
akan meneruskan aliran air ke saluran tersier.

Adapun jenis tumbuhan yang menggunakan sistem ini di antarnya adalah palawija karena
memang membutuhkan asupan air yang banyak. Sementara itu, keuntungan
menggunakan irigasi jenis ini adalah, selain investasi dan modal yang relatif kecil adalah
kesesuaian untuk diterapkan untuk semua jenis lahan, meresapnya air hingga ke tanah
bagian bawah sehingga bisa digunakan dengan baik dan efektif serta efisensi pemakaian
air yang tergolong tinggi.

2. Irigasi Bawah Permukaan

Seperti namanya, jenis irigasi ini menerapkan sistem pengairan bawah pada lapisan
tanah untuk meresapkan air ke dalam tanah di bawah daerah akar menggunakan pipa
bawah tanah atau saluran terbuka. Digerakkan oleh gaya kapiler, lengas tanah berpindah
menuju daerah akar sehingga dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Dengan demikian, irigasi
jenis ini menyasar bagian akar dengan memberinya asupan nutrisi sehingga dapat
disalurkan ke bagian lain tumbuhan dan dapat memaksimalkan fungsi akar menopang
tumbuhan.

3. Irigasi dengan Pancaran

Dibanding dua irigasi sebelumnya, irigasi ini terbilang lebih modern karena memang baru
dikembangkan belakangan. Caranya adalah dengan menyalurkan air dari sumbernya ke
daerah sasaran menggunakan pipa. Di lahan yang menjadi sasaran, ujung pipa disumbat
menggunakan tekanan khusus dari alat pencurah sehingga muncul pancaran air layaknya
hujan yang pertama kali membasahi bagian atas tumbuhan kemudian bagian bawah dan
barulah bagian di dalam tanah.

4
Selain untuk mengalirkan air, irigasi dengan pancaran juga digunakan untuk
menyebarkan pupuk karena dianggap lebih praktis, efektif dan cepat. Ia juga dipakai
untuk mengurangi erosi angin dan mencegah pembekuan. Umumnya, jenis irigasi yang
satu ini cocok dipakai untuk daerah yang memiliki tanah dangkal dengan topografi yang
kurang atau tidak teratur. Daerah lain yang sangat cocok menggunakan jenis irigasi ini
adalah wilayah berlereng karena dapat mengatasi masalah erosi sehingga kesuburan tanah
tidak akan terkurangi. Sedikitnya, ada dua macam irigasi jenis ini, yakni jenis dengan alat
pencurah yang tetap dan alat pencurah yang bisa dipindah-pindah. Sementara itu
berdasarkan luas dan kapastias lahan yang dialiri serta keadaan topografi, jenis ini
memiliki tiga macam, yakni farm system, incomplete farm system dan field system. Meski
memiliki fungsi lain di luar irigasi, teknik semacam ini membutuhkan modal dan
investasi yang cukup tinggi sehingga masih menjadi barang mahal bagi banyak orang.

4. Irigasi Pompa Air

Irigasi ini menggunakan tenaga mesin untuk mengalirkan berbagai jenis jenis air dari
sumber air, biasanya sumur, ke lahan pertanian menggunakan pipa atau saluran. Jika
sumber air yang digunakan dalam jenis ini bisa diandalkan, artinya tidak surut pada
musim kemarau, maka kebutuhan air pada musim kemarau bisa di-backup dengan jenis
irigasi ini.

5. Irigasi Lokal

Irigasi lokal melakukan kerja distribusi air menggunakan pipanisasi atau pipa yang
dipasang di suatu area tertentu sehingga air hanya akan mengalir di area tersebut saja.
Seperti halnya jenis irigasi permukaan, irigasi lokal menggunakan prinsip gravitasi
sehingga lahan yang lebih tinggi terlebih dahulu mendapat air.

6. Irigasi dengan Ember atau Timba

Irigasi jenis ini dilakukan dengan tenaga manusia, yakni para petani yang mengairi
lahannya dengan menggunakan ember atau timba. Mereka mengangkut air dari sumber
air dengan ember atau timba kemudian menyiramnya secara manual pada lahan pertanian
yang mereka tanami. Seperti yang bisa dibayangkan, jenis ini kurang efektif karena
memakan banyak tenaga serta menghabiskan waktu yang lama. Namun demikian, jenis
yang demikian masih menjadi pilihan sebagian petani utamanya petani di pedesaan yang
tidak memiliki cukup modal untuk membeli pompa air atau alat irigasi yang lebih efektif.

5
7. Irigasi Tetes

Jenis irigasi tetes menjalankan tugas distribusi air ke lahan pertanian menggunakan selang
atau pipa yang berlubang dan diatur dengan tekanan tertentu. Dengan pengaturan yang
demikian, air akan muncul dari pipa berbentuk tetesan dan langsung pada bagian akar
tanaman. Teknik yang demikian dimaksudkan agar air langsung menuju ke akar sehingga
tidak perlu membasahi lahan dan mencegah terbuangnya air karena penguapan yang
berlebih. Kelebihan irigasi jenis ini di antaranya adalah efisiensi dan penghematan air,
menghindari akibat penguapan dan inflitrasi serta sangat cocok untuk tanaman di masa-
masa awal pertumbuhannya karena dapat memaksimalkan fungsi hara bagi tanaman.
Selain itu, jenis ini juga mempercepat proses penyesuaian bibit dengan tanah sehingga
dapat menyuburkan tanaman dan menunjang keberhasilan proses penanamannya.

Beberapa jenis irigasi yang disebutkan di atas cukup menunjukkan bahwa perbedaan
lahan, jenis tanaman juga ketersediaan modal sangat menentukan jenis irigasi apa yang
akan dipilih para petani untuk mengairi lahannya. Namun demikian, pada juga sebagian
petani yang diuntungkan dengan letak lahan pertanian yang ia miliki. Ini terjadi misalnya
jika sawah yang dimiliki dekat dengan bendungan air sehingga pemilik tanah sekitar tidak
perlu kewalahan dan kebingungan menciptakan sistem irigasi untuk mengairi lahannya.
Tak heran, sawah-sawah di dekat bendungan atau sumber air biasanya tetap ditanami
dalam musim apapun dan menghasilkan tanaman yang baik dan subur karena persediaan
air tidak perlu dikhawatirkan. Ini pula yang menjadi alasan mengapa lahan-lahan
pertanian di sekitar bendungan atau sumber air dijual dengan harga yang cukup tinggi.

6
BAB III
SISTEM IRIGASI PADA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

Air diperlukan oleh tanaman kelapa sawit sebagai sumber bahan fotosintesis. Oleh akar, air
diangkut ke daun untuk dimasak. Kebutuhan air pada kelapa sawit ini sudah dimulai sejak
proses pengecambahan, pembibitan, penanaman, sampai dengan pemanenan.

Terdapat tiga macam sistem drainase yang biasa digunakan di kebun kelapa sawit, antara
lain:

a. Sistem Manual

Metode pertama adalah sistem drainase secara manual. Prinsip kerjanya yaitu air dihisap
dari sumber menggunakan mesin khusus lalu dialirkan melalui pipa menuju kebun kelapa
sawit. Nantinya ada pekerja yang akan menyiramkan selang air ini ke tanaman-tanaman
sawit secara menyeluruh.

b. Sistem Sprinkler

Suatu alat yang mampu menyemprotkan air dalam jumlah dan radius penyiraman pada
tekanan tertentu, dimana sprinkler ini bisa berupa sprinkler yang berputar, tetap, nozzle,
maupun pipa yang berputar. Untuk menjamin keseragaman penyiraman air maka jarak
antar sprinkler dan pipa lateral harus overlap pada diameter penyiramannya, hal ini untuk
menanggulangi pengaruh angin.

Ada berbagai macam tipe sprinkler berdasarkan tekanan kerjanya, yaitu :

 Berdasarkan tekanan kerjanya sprinkler dapat dibedakan atas sprinkler tekanan


rendah, tekanan sedang dan sprinkler tekanan tinggi. Tinggi rendahnya tekanan/
pressure akan mempengaruhi jauh dekatnya radius atau pancaran airnya.
 Untuk penyiraman di pembibitan kelapa sawit ini kita menggunakan tipe sprinkler
dengan tekanan kerja sedang, yakni Plastic impact sprinkler 3/4” male (5035) double
nozzle, dengan kapasitas 1650 L/jam pada tekanan 3 kg/cm 2, dengan radius 14 meter
dengan jarak antar sprinkler 15meter. Untuk mengatasi tinggi bibit tanaman maka
dibuat riser dengan tinggi 1.3 meter  sebagai tiang sprinkler diatas lateral dan untuk
menahan getaran pada saat sprinkler beroperasi di pasang kayu sebagai penahannya.

7
Keunggulan dari tipe sprinkler ini antara lain :

 Perawatan yang relatif mudah, karena diameter nozzle yang agak besar jarang terjadi
penyumbatan nozzle, dan mudah dibersihkan dengan melepas dan memasangnya
kembali.
 Merupakan overhead sprinkler, sehingga apabila terjadi keterlambatan land clearing
sprinkler masih bisa mengcover.
 Dengan radius penyiraman yang cukup jauh (14 mtr), maka populasi sprinkler per
hektar hanya 35 sprinkler, sehingga pipa lateral lebih sedikit.
 Penyiraman dapat dilakukan 3 ha sekaligus.

Gambar 3.1 Irigasi Sistem Sprinkle

c. Sistem Otomatis

Pada dasarnya, sistem drainase otomatis mirip sekali dengan sistem kedua. Perbedaannya
hanya terletak pada campur tangan manusia, di mana sistem otomatis berjalan sesuai
rekayasa penyiraman air yang sudah dirancang sebelumnya. Walaupun biaya instalasinya
cukup mahal, tetapi sistem ini akan mempermudah pekerja dalam merawat kelapa-kelapa
sawit yang dibudidayakan. Sehingga para pekerja bisa lebih berfokus untuk mengerjakan
bentuk perawatan kelapa sawit yang lain.

8
BAB IV
PENUTUP

Air diperlukan oleh tanaman kelapa sawit sebagai sumber bahan fotosintesis. Oleh akar, air
diangkut ke daun untuk diproses ke tahap selanjutnya. Kebutuhan air pada kelapa sawit ini
sudah dimulai sejak proses pengecambahan, pembibitan, penanaman, sampai dengan
pemanenan. Oleh karena itu agar tanaman sawit dapat tumbuh dengan maksimal sistem
irigasi yang akan digunakan untuk penyiraman tentu perlu diperhatikan karena merupakan
salah satu faktor penentu berhasilnya perkebunan kelapa sawit.

Anda mungkin juga menyukai