Anda di halaman 1dari 32

TUGAS BESAR

SI–3131 IRIGASI DAN DRAINASE


Diajukan untuk memenuhi syarat kelulusan mata kuliah SI–3131 Irigasi
dan Drainase

Dosen:
Dr. Ir. Yadi Suryadi, M.T.
Asrini Chrysanti, S.T., M.T.
Asisten:
Reza Fakhrozi 15017069
Rifqi Sulistio 15017080

Disusun Oleh:
Azzam Zaki Nahdi 15018023

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2020
SI3131 Irigasi dan Drainase Azzam Zaki Nahdi - 15018023

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS BESAR

SI–3131 IRIGASI DAN DRAINASE


SEMESTER 1 TAHUN 2020/2021
Diajukan untuk memenuhi syarat kelulusan mata kuliah SI–3131 Irigasi
dan Drainase
Disusun Oleh:
Azzam Zaki Nahdi 15018023
Telah Disetujui dan Disahkan oleh:

Asisten Asisten

Reza Fakhrozi Rifqi Sulistio

15017069 15017080

Mengetahui
Dosen Dosen

Dr. Ir. Yadi Suryadi, M.T. Asrini Chrysanti, S.T., M.T.

NOPEG 111000078 NIP 0007109401

i
SI3131 Irigasi dan Drainase Azzam Zaki Nahdi - 15018023

1 BAB I
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Indonesai merupakan salah satu negara yang dikaruniai Allah
subhanahu wata’ala dengan berbagai kenikmatan. Salah satunya adalah letak
Indonesia yang berada tepat pada garis khatulistiwa. Posisi ini menjadikan
Indonesia negara yang hanya memiliki dua musim yaitu musim hujan dan
musim kemarau. Selain itu Indonesia merupakan negara kepulauan yang
terbentuk dari benturan lempeng tektonik. Hal ini menjadikan Indonesia negara
dengan jumlah aktivitas gunung berapi yang tinggi. Hal tersebut memberikan
dampak pada tingkat kesuburan yang tinggi pada tanah. Dengan kedua karunia
tersebut, bersamaan dengan berbagai karunia lainnya, hasil tumbuh-tumbuhan
di Indonesia sangat melimpah dengan kualitas yang baik bersamaan dengan
banyaknya varian dapat ditemukan di bumi Indonesia.
Alhasil, banyak dari rakyat Indonesia memanfaatkan keuntungan ini
dengan menjadikan kegiatan bercocok tanam sebagai sumber penghasilan
utama. Selain itu, mayoritas warga menjadikan hasil tumbuhan, sayuran,
buahan, dan biji-bijian. sebagai makanan pokok mereka. Alhasil, kegiatan
bercocok tanam dan bersawah sangatlah penting dalam kesetabilan kehidupan
masyarakaat Indonesia. Oleh karena itu kegiatan bersawah merupakan sisi
penting dalam menjaga kesetabilan pangan di Indonesia.
Dalam kegitan persawahan, menjaga dan mengatur ketersediaan air untuk
tanaman merupakan hal yang krusial. Oleh karena itu sistem irigasi yang
optimal merupakan hal yang sangat penting dalam praktek persawahan.
Keberadaan sistem irigasi yang handal merupakan sebuah syarat mutlak bagi
terselenggaranya sistem pangan nasional yang kuat.
Sistem irigasi sangat berpengaruh pada keberlangsungan kegiatan
bersawah. Proses perancangan sistem irigasi perlu melewati berbagai langkah
studi, pengukuran, dan perhitungan. Langkah-langkah tersebut berpengaruh
terhadap pengambilan keputusan dalam pembanguna pembangunan sistem

1
SI3131 Irigasi dan Drainase Azzam Zaki Nahdi - 15018023

irigasi. Oleh karena itu, Ilmu perancangan sistem irigasi sangat diperlukan
dalam rangka menjaga mengadakan sistem irigasi yang handal, karena hal
tersebut berpengaruh terhadap kesetabilan pangan di Indonesia.
1.2 Tujuan
1. Menghitung luas maksimum petak sawah yang dapat dialiri sungai
2. Merencanakan sistem irigasi yang optimal
3. Menentukan dimensi saluran suplai pada sistem irigasi
4. Menentukan tinggi muka air pada saluran
5. Menentukan dimensi saluran pembuang pada sistem drainase
1.3 Ruang Lingkup
1.1.1. Perencanaan petak daerah irigasi
1.1.2. Perencanaan saluran irigasi
1.1.3. Perencanaan bangunan air untuk irigasi
1.1.4. Perhitungan kebutuhan air daerah irigasi
1.1.5. Perhitungan dimensi saluran dan tinggi muka air dalam saluran
1.1.6. Layout bangunan air pada saluran
SI3131 Irigasi dan Drainase Azzam Zaki Nahdi - 15018023

1.4 Metodologi

Gambar 1.1 Metodologi Perancangan Sistem Irigasi


Dalam perancangan sistem irigasi, ada beberapa hal yang perlu
dipersiapkan, yaitu data curah hujan stasiun, evapotranspirasi potensial,
koefisien tanaman (WLR), dan peta topografi,. Data curah hujan dibutuhkan
dalam perhitungan dan pengolahan data curah hujan rata-rata. Peta topografi
digunakan sebagai acuan dalam perencanaan skema petak , saluran irigasi, dan
bangunan air yang merupakan langkah-langkah utama dalam perancangan
petak ikhtisar. Penentuan rancangan petak ikhtisar harus memenuhi syarat
tertentu, yaitu tidak melebihi luas sawah maksimum.
SI3131 Irigasi dan Drainase Azzam Zaki Nahdi - 15018023

Luas maksimum sawah dapat ditentukan dengan beberapa langkah


perhitungan. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah perhitungan dan
pengolahan data curah hujan, berdasarkan data yang sudah disiapkan. Langkah
berikutnya adalah menentukan curah hujan andalan 80% dan 50 % . Langkah
tersebut dilakukan untuk menentukan curah hujan andalan.
Data curah hujan andalan merupakan acuan dalam perhitungan curah
hujan efektif tanaman padi & palawija dan pendesainan saluran pembuangan.
Kemudian, kebutuhan air selama penyiraman lahan perlu ditentukan
berdasarkan perhitungan curah hujan efektif kedua tanaman di atas bersamaan
dengan data evapotranspirasi potensial. Langkah berikutnya perhitungan
kebutuhan air DAS berdasarkan perhitungan kebutuhan air sebelumnya, data
koefisien tanaman (WLR), dan data curah hujan efektif.
Setelah melakukan beberapa rangkaian perhitungan di atas, luas sawah
maksimum dapat ditentukan berdasarkan data curah hujan efektif dan
kebutuhan air DAS. Data luas sawah maksimum merupakan acuan dalam
menentukan rancangan petak ikhtiar. Jika petak ikhtiar tidak melebihi batas
luas sawah maksimum, maka pendesainan saluran suplai dan saluran
pembuangan dapat dimulai.
Pendesainan saluran suplai mengacu pada hasil perancangan petak ikhtiar
dan data kebutuhan air saluran suplai. Sementara itu, Pendesainan saluran
pembuangan harus didasari bukan hanya rancangan petak ikhtiar, melainkan
juga data curah hujan andalan yang sudah ditentukan di awal.
Data yang didapat dari pendesainan saluran suplai dan saluran
pembuangan adalah dimensi & TMA dari saluran suplai dan dimensi saluran
pembuangan. Kedua data tersebut merupakan acuan dalam perancangan sistem
irigasi.
1.5 Sistematika Penulisan
Laporan pengerjaan sistem irigasi ini terbagi menjadi ...... bab, yaitu:
1. BABI Pendahuluan
Pada bab ini, penulis membahas latar belakang pengerjaan sistem
irigasi, tujuan-tujuan yang merupakan berbagai data dan rancangan
yang dibutuhkan dari berbagai langkah-langkah perhitungan dan
SI3131 Irigasi dan Drainase Azzam Zaki Nahdi - 15018023

pendesainan dalam pengerjaan sistem irigasi, ruang lingkup


pengerjaan sistem irigasi, metodologi atau langkah-langkah
pengerjaan sistem irigasi, dan sistematika penulisan laporan ini
2. BAB II Tinjauan pustaka
3. BAB III Kondisi DAS K. Kuto Karanganom
SI3131 Irigasi dan Drainase Azzam Zaki Nahdi - 15018023

2 BAB II
Tinjauan Pustaka

2.1 Sistem Irigasi


Sistem Irigasi merupakan upaya yang dilakukan oleh manusia untuk
memperoleh air dengan menggunakan bangunan dan saluran buatan untuk
mengairi lahan pertaniannya. Upaya ini meliputi prasarana irigasi, air
irigasi, manajemen irigasi, kelembagaan pengelolaan irigasi dan sumber
daya manusia. Terkait prasarana irigasi, dibutuhkan suatu perencanaan yang
baik, agar sistem irigasi yang dibangun merupakan irigasi yang efektif,
efisien dan berkelanjutan, sesuai fungsinya mendukung produktivitas usaha
tani.
Definisi menurut Peraturan Pemerintah No.20/2006 pasal (1), butir 3 :
Irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan, dan pembuangan air irigasi
untuk menunjang pertanian yang jenisnya meliputi :
- irigasi permukaan
- irigasi rawa
- irigasi air bawah tanah
- irigasi pompa
- irigasi tambak.
2.2 Teori Perencanaan
2.2.1 Petak
Petak, atau dalam ilmu irigasi sering disebut sebagai peta ikhtisar,
adalah cara penggambaran berbagai macam bagian dari suatu jaringan
irigasi yang saling berhubungan. Peta ikhtisar tersebut dapat dilihat pada
peta tata letak.
Peta ikhtisar irigasi tersebut memperlihatkan :
- Bangunan-bangunan utama

- Jaringan dan trase saluran irigasi

- Jaringan dan trase saluran pembuang

- Petak-petak primer, sekunder dan tersier

- Lokasi bangunan
SI3131 Irigasi dan Drainase Azzam Zaki Nahdi - 15018023

- Batas-batas daerah irigasi

- Jaringan dan trase jalan

- Daerah-daerah yang tidak diairi (misal desa-desa)

- Daerah-daerah yang tidak dapat diairi (tanah jelek, terlalu tinggi


dsb).

Peta ikhtisar umum dibuat berdasarkan peta topografi yang dilengkapi


dengan garis-garis kontur dengan skala 1:25.000. Peta ikhtisar detail yang biasa
disebut peta petak, dipakai untuk perencanaan dibuat dengan skala 1:5.000, dan
untuk petak tersier 1:5.000 atau 1:2.000.
a. Petak Tersier
Perencanaan dasar yang berkenaan dengan unit tanah adalah
petak tersier. Petak ini menerima air irigasi yang dialirkan dan
diukur pada bangunan sadap (off take) tersier yang menjadi
tanggung jawab Dinas Pengairan. Bangunan sadap tersier
mengalirkan airnya ke saluran tersier.
Di petak tersier pembagian air, operasi dan pemeliharaan
menjadi tanggung jawab para petani yang bersangkutan, dibawah
bimbingan pemerintah. Ini juga menentukan ukuran petak tersier.
Petak yang kelewat besar akan mengakibatkan pembagian air
menjadi tidak efisien. Faktor-faktor penting lainnya adalah jumlah
petani dalam satu petak, jenis tanaman dan topografi. Di daerah-
daerah yang ditanami padi luas petak tersier idealnya maksimum
50 ha, tapi dalam keadaan tertentu dapat ditolelir sampai seluas 75
ha, disesuaikan dengan kondisi topografi dan kemudahan
eksploitasi dengan tujuan agar pelaksanaan Operasi dan
Pemeliharaan lebih mudah. Petak tersier harus mempunyai batas-
batas yang jelas seperti misalnya parit, jalan, batas desa dan batas
perubahan bentuk medan (terrain fault).
Petak tersier dibagi menjadi petak-petak kuarter, masing-masing
seluas kurang lebih 8-15 ha.
SI3131 Irigasi dan Drainase Azzam Zaki Nahdi - 15018023

Apabila keadaan topografi memungkinkan, bentuk petak


tersier sebaiknya bujur sangkar atau segi empat untuk
mempermudah pengaturan tata letak dan memungkinkan
pembagian air secara efisien.
Petak tersier harus terletak langsung berbatasan dengan saluran
sekunder atau saluran primer. Perkecualian: jika petak-petak tersier
tidak secara langsung terletak di sepanjang jaringan saluran irigasi
utama yang dengan demikian, memerlukan saluran tersier yang
membatasi petak-petak tersier lainnya, hal ini harus dihindari.
Panjang saluran tersier sebaiknya kurang dari 1.500 m, tetapi
dalam kenyataan kadang-kadang panjang saluran ini mencapai
2.500 m. Panjang saluran kuarter lebih baik dibawah 500 m, tetapi
prakteknya kadang-kadang sampai 800 m.
b. Petak Sekunder
Petak sekunder terdiri dari beberapa petak tersier yang
kesemuanya dilayani oleh satu saluran sekunder. Biasanya petak
sekunder menerima air dari bangunan bagi yang terletak di saluran
primer atau sekunder.
Batas-batas petak sekunder pada umumnya berupa tanda-
tanda topografi yang jelas, seperti misalnya saluran pembuang.
Luas petak sekunder bisa berbeda-beda, tergantung pada situasi
daerah.
Saluran sekunder sering terletak di punggung medan
mengairi kedua sisi saluran hingga saluran pembuang yang
membatasinya. Saluran sekunder boleh juga direncana sebagai
saluran garis tinggi yang mengairi lereng-lereng medan yang lebih
rendah saja.
c. Pertak Primer
Petak primer terdiri dari beberapa petak sekunder, yang
mengambil air langsung dari saluran primer. Petak primer dilayani
oleh satu saluran primer yang mengambil airnya langsung dari
SI3131 Irigasi dan Drainase Azzam Zaki Nahdi - 15018023

sumber air, biasanya sungai. Proyek-proyek irigasi tertentu


mempunyai dua saluran primer. Ini menghasilkan dua petak primer.
Daerah di sepanjang saluran primer sering tidak dapat
dilayani dengan mudah dengan cara menyadap air dari saluran
sekunder. Apabila saluran primer melewati sepanjang garis tinggi,
daerah saluran primer yang berdekatan harus dilayani langsung dari
saluran primer.
2.2.2 Saluran
• Saluran Irigasi
o Jaringan Irigasi Utama
- Saluran primer membawa air dari bendung ke saluran
sekunder dan ke petak-petak tersier yang diairi. Batas ujung
saluran primer adalah pada bangunan bagi yang terakhir, lihat
juga Gambarr 2.1.
- Saluran sekunder membawa air dari saluran primer ke petak-
petak tersier yang dilayani oleh saluran sekunder tersebut.
Batas ujung saluran ini adalah pada bangunan sadap terakhir.
- Saluran pembawa membawa air irigasi dari sumber air lain
(bukan sumber yang memberi air pada bangunan utama
proyek) ke jaringan irigasi primer.
- Saluran muka tersier membawa air dari bangunan sadap tersier
ke petak tersier yang terletak di seberang petak tersier lainnya.
Saluran ini termasuk dalam wewenang Dinas Irigasi dan oleh
sebab itu pemeliharaannya menjadi tanggung jawabnya.
o Jaringan Saluran Irigasi Tersier
- Saluran tersier membawa air dari bangunan sadap tersier di
jaringan utama ke dalam petak tersier lalu ke saluran kuarter.
Batas ujung saluran ini adalah boks bagi kuarter yang
terakhir.
- Saluran kuarter membawa air dari boks bagi kuarter melalui
bangunan sadap tersier atau parit sawah ke sawah-sawah.
SI3131 Irigasi dan Drainase Azzam Zaki Nahdi - 15018023

- Perlu dilengkapi jalan petani ditingkat jaringan tersier dan


kuarter sepanjang itu memang diperlukan oleh petani
setempat dan dengan persetujuan petani setempat pula,
karena banyak ditemukan di lapangan jalan petani yang rusak
sehingga akses petani dari dan ke sawah menjadi terhambat,
terutama untuk petak sawah yang paling ujung.
- Pembangunan sanggar tani sebagai sarana untuk diskusi antar
petani sehingga partisipasi petani lebih meningkat, dan
pembangunannya disesuaikan dengankebutuhan dan kondisi
petani setempat serta diharapkan letaknya dapat mewakili
wilayah P3A atau GP3A setempat.
o Garis Sempadan Saluran
Dalam rangka pengamanan saluran dan bangunan maka
perlu ditetapkan garis sempadan saluran dan bangunan
irigasi yang jauhnya ditentukan dalam peraturan
perundangan sempadan saluran.

Gambar 2.1 Jaringan Irigasi Utam

• Saluran Pembuang
o Jaringan Saluran Pembuang Tersier
- Saluran pembuang kuarter terletak didalam satu petak tersier,
menampung air langsung dari sawah dan membuang air
tersebut kedalam saluran pembuang tersier.
SI3131 Irigasi dan Drainase Azzam Zaki Nahdi - 15018023

- Saluran pembuang tersier terletak di dan antara petak-petak


tersier yang termasuk dalam unit irigasi sekunder yang sama
dan menampung air, baik dari pembuang kuarter maupun dari
sawah-sawah. Air tersebut dibuang ke dalam jaringan
pembuang sekunder.
o Jaringan Saluran Pembuang Utama
- Saluran pembuang sekunder menampung air dari jaringan
pembuang tersier dan membuang air tersebut ke pembuang
primer atau langsung ke jaringan pembuang alamiah dan ke
luar daerah irigasi.
- Saluran pembuang primer mengalirkan air lebih dari saluran
pembuang sekunder ke luar daerah irigasi. Pembuang primer
sering berupa saluran pembuang alamiah yang mengalirkan
kelebihan air tersebut ke sungai, anak sungai atau ke laut.
2.2.3 Bangunan Air
Bangunan air yang akan dibahas pada subbab ini hanya berfokus
pada bangunan utama.
Bangunan utama (head works) dapat didefinisikan sebagai
kompleks bangunan yang direncanakan di dan sepanjang sungai atau
aliran air untuk membelokkan air ke dalam jaringan saluran agar dapat
dipakai untuk keperluan irigasi. Bangunan utama bisa mengurangi
kandungan sedimen yang berlebihan, serta mengukur banyaknya air
yang masuk.
Bangunan utama terdiri dari bendung dengan peredam energi, satu
atau dua pengambilan utama pintu bilas kolam olak dan (jika diperlukan)
kantong lumpur, tanggul banjir pekerjaan sungai dan bangunan-
bangunan pelengkap.
Bangunan utama dapat diklasifikasi ke dalam sejumlah kategori,
bergantung kepada perencanaannya. Berikut ini akan dijelaskan
beberapa kategori.
d. Bendung, Bendung Gerak
SI3131 Irigasi dan Drainase Azzam Zaki Nahdi - 15018023

Bendung (weir) atau bendung gerak (barrage) dipakai untuk


meninggikan muka air di sungai sampai pada ketinggian yang
diperlukan agar air dapat dialirkan ke saluran irigasi dan petak
tersier. Ketinggian itu akan menentukan luas daerah yang diairi
(command area). Bendung gerak adalah bangunan yang dilengkapi
dengan pintu yang dapat dibuka untuk mengalirkan air pada waktu
terjadi banjir besar dan ditutup apabila aliran kecil. Di Indonesia,
bendung adalah bangunan yang paling umum dipakai untuk
membelokkan air sungai untuk keperluan irigasi.
e. Bendung Karet
Bendung karet memiliki dua bagian pokok yaitu tubuh
bendung yang terbuat dari karet dan pondasi beton berbentuk plat
beton sebagai dudukan tabung karet serta dilengkapi satu ruang
kontrol dengan beberapa perlengkapan (mesin) untuk mengontrol
mengembang dan mengempisnya tabung karet. Bendung
berfungsi meninggikan muka air dengan cara mengembangkan
tubuh bendung dan menurunkan muka air dengan cara
mengempiskan tubuh bendung yang terbuat dari tabung karet
dapat diisi dengan udara atau air. Proses pengisian udara atau air
dari pompa udara atau air dilengkapi dengan instrument
pengontrol udara atau air (manometer).
f. Pengambilan Bebas
Pengambilan bebas adalah bangunan yang dibuat di tepi
sungai yang mengalirkan air sungai ke dalam jaringan irigasi,
tanpa mengatur tinggi muka air di sungai. Dalam keadaan
demikian, jelas bahwa muka air di sungai harus lebih tinggi dari
daerah yang diairi dan jumah air yang dibelokkan harus dapat
dijamin cukup.
g. Pengambilan dari Waduk (Reservoir)
Waduk (reservoir) digunakan untuk menampung air irigasi
pada waktu terjadi surplus air di sungai agar dapat dipakai
SI3131 Irigasi dan Drainase Azzam Zaki Nahdi - 15018023

sewaktu-waktu terjadi kekurangan air. Jadi, fungsi utama waduk


adalah untuk mengatur aliran sungai.
Waduk yang berukuran besar sering mempunyai banyak
fungsi seperti untuk keperluan irigasi, tenaga air pembangkit
listrik, pengendali banjir, perikanan dsb. Waduk yang berukuran
lebih kecil dipakai untuk keperluan irigasi saja.
h. Stasiun Pompa
Irigasi dengan pompa bisa dipertimbangkan apabila
pengambilan secara gravitasi ternyata tidak layak dilihat dari segi
teknis maupun ekonomis. Pada mulanya irigasi pompa hanya
memerlukan modal kecil, tetapi biaya eksploitasinya mahal.
2.3 Teori Ketersediaan Air
Debit andalan didefinisikan sebagai debit minimum rata-rata mingguan
atau tengah-bulanan. Debit minimum rata-rata mingguan atau tengah-bulanan
ini didasarkan pada debit mingguan atau tengah bulanan rata-rata untuk
kemungkinan tidak terpenuhi 20%. Debit andalan yang dihitung dengan cara
ini tidak sepenuhnya dapat dipakai untuk irigasi karena aliran sungai yang
dielakkan mungkin bervariasi sekitar harga rata-rata mingguan atau tengah-
bulanan; dengan debit puncak kecil mengalir diatas bendung. Sebagai harga
praktis dapat diandaikan kehilangan 10%. Hasil analisis variasi dalam jangka
waktu mingguan atau tengah bulanan dan pengaruhnya terhadap pengambilan
yang direncanakan akan memberikan angka yang lebih tepat.
Untuk proyek-proyek irigasi yang besar dimana selalu tersedia data-data
debit harian, harus dipertimbangkan studi simulasi.
Pengamatan di bagian hilir dapat lebih membantu memastikan debit
minimum hilir yang harus dijaga. Para pengguna air irigasi di daerah hilir harus
sudah diketahui pada tahap studi. Hal ini akan dicek lagi pada tahap
perencanaan. Kebutuhan mereka akan air irigasi akan disesuaikan dengan
perhitungandebit dan waktu. Juga di daerah irigasi air mungkin saja dipakai
untuk keperluan selain irigasi.
SI3131 Irigasi dan Drainase Azzam Zaki Nahdi - 15018023

2.4 Kebutuhan Air


Kebutuhan Air tanaman didefinisikan sebagai jumlah air yang dibutuhkan
oleh tanaman pada uatu periode untuk dapat tumbuh dan produksi secara
normal.
Jumlah air yang diperukan untuk memenuhi kehilangan air melalui
evapotranspirasi tanaman yang sehat, tumbuh pada sebidan lahan yang luas
dengan kondisi tanah yang tidak mempunyai kendala (kendala lengas tanah
dan kesuburan tanah) dan mencapai potensi produksi penuh pada kondisi
lingkungan tumbuh tertentu.
Kebutuhan air nyata untuk areal usaha pertanian meliputi:
Evapotranspirasi (ET), sejumlah air yang dibutuhkan untuk pengoperasian
secara khusus seperti penyaiapan lahan penggantian air, serta kehilangan
salama pemakaian. Persamaan berikut mnjelaskan teori kebutuhan air secara
lebih sederhana:
𝐾𝐴𝐼 = 𝐸𝑇 + 𝐾𝐴 + 𝐾𝐾
Keterangan:
KAI: Kebutuhan Air Irigasi
ET: Ecapotranspirasi
KA: Kehilangan air
KK: Kebutuhan Khusus
Kebutuhan air irigasi (NFR) didekati dengan metode Water Balance
dengan parameter:
Kebutuhan air untuk tanaman (ETc)
Kebutuhan air akibat perkolasi dan rembesan (P)
Kebutuhan air untuk pergantian lapisan air (WLR)
Kebutuhan air untuk penyiapan lahan (PL)
Curah hujan efektif (Ref)
Kebutuhan bersih air bersih di sawah untuk padi dapat dijabarkan
dengan persamaan berikut:
𝑁𝐹𝑅 = 𝐸𝑇𝑐 + 𝑃 − 𝑅𝑒 + 𝑊𝐿𝑅
Keterangan variable-variabel persamaan sudah dijelaskan di atas.
Ada berbagai unsur yang akan dibicarakan secara singkat dibawah ini:
SI3131 Irigasi dan Drainase Azzam Zaki Nahdi - 15018023

a. Penyiapan lahan
Untuk petak tersier, jangka waktu yang dianjurkan untuk
penyiapan lahan adalah 1,5 bulan. Bila penyiapan lahan terutama
dilakukan dengan peralatan mesin, jangka waktu satu bulan dapat
dipertimbangkan.
Kebutuhan air untuk pengolahan lahan sawah (puddling) bisa
diambil 200 mm. Ini meliputi penjenuhan (presaturation) dan
penggenangan sawah; pada awal transplantasi akan ditambahkan
lapisan air 50 mm lagi.
Angka 200 mm diatas mengandaikan bahwa tanah itu
"bertekstur berat, cocok digenangi dan bahwa lahan itu belum berair
(tidak ditanami) selama lebih dari 2,5 bulan. Jika tanah itu dibiarkan
berair lebih lama lagi, ambillah 250 mm sebagai kebutuhan air untuk
penyiapan lahan. Kebutuhan air untuk penyiapan lahan termasuk
kebutuhan air untuk persemaian.
b. Penggunaan knsumtif
Penggunaan konsumtif adalah jumlah total air yang
dikonsumsi tanaman untuk penguapan (evapotranspirasi),
transpirasi dan aktivitas metabolism, terkadang juga disebut sebagai
evapotranspirasi tanaman.
Penggunaan konsumtif adalah jumlah air yang dipakai oleh
tanaman untuk proses fotosintesis dari tanaman tersebut.
Penggunaan konsumtif dihitung dengan rumus berikut:
𝐸𝑇𝑐 = 𝐾𝑐 × 𝐸𝑇
Keterangan:
Kc = Koefisien tanaman
ETo= Evapotranspirasi potensial (Penmann modifikasi)
(mm/hari)
c. Perkolasi dan rembesan
Laju perkolasi sangat tergantung pada sifat-sifat tanah. Data-
data mengenai perkolasi akan diperoleh dari penelitian kemampuan
SI3131 Irigasi dan Drainase Azzam Zaki Nahdi - 15018023

tanah. Tes kelulusan tanah akan merupakan bagian dari penyelidikan


ini.
Apabila padi sudah ditanam di daerah proyek, maka pengukuran
laju perkolasi dapat dilakukan langsung di sawah. Laju perkolasi
normal pada tanah lempung sesudah dilakukan penggenangan berkisar
antara 1 mm/hr sampai 3 mm/hr. Di daerah-daerah miring perembesan
dari sawah ke sawah dapat mengakibatkan banyak kehilangan air. Di
daerah-daerah dengan kemiringan diatas 5%, paling tidak akan terjadi
kehilangan 5 mm/hari akibat perkolasi dan rembesan.
d. Pergantian lapisan air
Penggantian lapisan air dilakukan setelah pemupukan. Penggantian
lapisan air dilakukan menurut kebutuhan. Jika tidak ada penjadwalan
semacam itu, lakukan penggantian sebanyak 2 kali, masing*masing 50
mm (atau 3,3 mm/hari selama 1/2 bulan) selama sebulan dan dua bulan
setelah transplantasi.
e. Curah hujan efektif
Untuk irigasi tanaman padi, curah hujan efektif tengah-bulanan
diambil 70% dari curah hujan rata-rata mingguan atau tengah-
bulanan dengan kemungkinan tidak terpenuhi 20%.
Untuk proyek-proyek irigasi besar dimana tersedia data-data
curah hujan harian, hendaknya dipertimbangkan studi simulasi. Hal
ini akan mengarah pada diperolehnya kriteria yang lebih mendetail.
Debit rencana sebuah saluran dihitung dengan rumus umum berikut:
𝑁𝐹𝑅 × 𝐴
𝑄𝑡 =
𝑒𝑡
Keterangan:
Qt = debit rencana, lt/dt
NFR = kebutuhan bersih air di sawah, lt/dt.ha
A = luas daerah yang diairi, ha
et = efisiensi irigasi di petak tersier.
Kebutuhan air di sawah untuk padi ditentukan oleh faktor -faktor
berikut:
1. Cara penyiapan lahan
SI3131 Irigasi dan Drainase Azzam Zaki Nahdi - 15018023

2. Kebutuhan air untuk tanaman


3. Perkolasi dan rembesan
4. Pergantian lapisan air
5. Curah hujan efektif.
Kebutuhan total air di sawah (GFR) mencakup faktor 1 sampai 4.
Kebutuhan bersih air di sawah (NFR) juga termasuk curah hujan efektif.
Besarnya kebutuhan air di sawah untuk tanaman ladang dihitung seperti pada
perhitungan kebutuhan air untuk padi.Ada berbagai harga yang dapat
diterapkan untuk kelima faktor diatas.
Akibat operasi, evaporasi dan perembesan, sebagian dari air yang
dibagikan akan hilang sebelum mencapai tanaman padi. Kehilangan air akibat
evaporasi dan perembesan kecil saja dibanding kehilangan akibat operasi.
Hanya tanah-tanah yang lulus air saja yang akan memerlukan perhitungan
tersendiri. Untuk tujuan-tujuan perencanaan, kehilangan air di jaringan irigasi
tersier dianggap 15 - 22,5% antara bangunan sadap tersier dari sawah (atau et
= 0,775 -0,85).
Kehilangan yang sebenarnya didalam jaringan bisa jauh lebih tinggi,
khususnya pada waktu-waktu kebutuhan air rendah.Walaupun demikian, tidak
disarankan untuk merencanakan jaringan saluran dengan efisiensi yang rendah
itu. Setelah beberapa tahun diharapkan efisiensi akan dapat dicapai dengan cara
memperbaiki cara operasi.
Untuk daerah- daerah dimana sawah akan dikembangkan, tidak diberikan
kapasitas tambahan untuk mengalirkan kebutuhan air irigasi yang lebih tinggi.
Air tambahan yang diperlukan untuk pengembangan sawah akan diatasi
dengan cara mengembangkan sawah secara bertahap.
2.5 Keseimbangan Air
Neraca air (water balance) merupakan neraca masukan dan keluaran air di
suatu tempat pada periode tertentu, sehingga dapat diketahui jumlah air
tersebut kelebihan (surplus) ataupun kekurangan (defisit). Pada perencanaan
hidrologi, perhitungan neraca air dapat membantu menerangkan aliran air yang
masuk dan keluar pada suatu sistem.
SI3131 Irigasi dan Drainase Azzam Zaki Nahdi - 15018023

Pada perhitungan neraca air, sebenarnya terdapat parameter-parameter


yang sulit diukur di lapangan terutama yang berhubungan dengan parameter
pada air tanah, tetapi dalam perumusannya sering dilakukan penyederhanaan
sesuai dengan kondisi lapangan setempat. Perhitungan neraca air sering
dilakukan untuk tujuan:
1. Menghitung persediaan air pada permukaan tanah dan sub-permukaan
tanah.
2. Menaksir pola penggunaan air yang tersedia.
3. Membantu untuk menseimbangkan jumlah air yang lebih dan
kekurangan air.
4. Sebagai dasar pada perhitungan perencanaan optimasi pada
manajemen sumberdaya air.
Perhitungan neraca air ditulis dengan maksud untuk menjelaskan
dasar-dasar perhitungan neraca air yang biasanya digunakan pada
perhitungan sumberdaya air yaitu neraca air untuk daerah aliran sungai,
air tanah, irigasi, dan waduk.
Perhitungan neraca air untuk irigasi dapat dijabarkan dengan
persamaan berikut:
𝑅𝑁 + 𝐼𝑅 + 𝐺𝐼 = 𝐷𝑅 + 𝐺𝑂 + 𝐸𝑇 + 𝐷𝑊𝐷 + 𝑃
Keterangan:
RN: hujan
IR: inflow air permukaan (irigasi)
GI: lateral inflow air tanah dangkal
DR: outflow air permukaan (drainase)
GO: lateral outflow air tanah dangkal
ET: evapotranspirasi
DWD: perubahan simpanan (storage)
P: perkolasi

2.6 Standar Tata Nama


Nama-nama yang diberikan untuk saluran-saluran irigasi dan pembuang,
bangunan-bangunan dan daerah irigasi harus jelas dan logis. Nama yang
SI3131 Irigasi dan Drainase Azzam Zaki Nahdi - 15018023

diberikan harus pendek dan tidak mempunyai tafsiran ganda (ambigu). Nama-
nama harus dipilih dan dibuat sedemikian sehingga jika dibuat bangunan baru
kita tidak perlu mengubah semua nama yang sudah ada.
2.6.1 Daerah Irigasi
Daerah irigasi dapat diberi nama sesuai dengan nama daerah setempat,
atau desa penting di daerah itu, yang biasanya terletak dekat dengan jaringan
bangunan utama atau sungai yang airnya diambil untuk keperluan irigasi.
Contohnya adalah Daerah Irigasi Jatiluhur atau Daerah Irigasi Cikoncang.
Apabila ada dua pengambilan atau lebih, maka daerah irigasi tersebut
sebaiknya diberi nama sesuai dengan desa-desa terkenal di daerah-daerah
layanan setempat.
Untuk pemberian nama-nama bangunan utama berlaku peraturan yang
sama seperti untuk daerah irigasi, misalnya bendung Elak Cikoncang melayani
Daerah Irigasi Cikoncang.
2.6.2 Jaringan Irigasi Primer
Saluran irigasi primer sebaiknya diberi nama sesuai dengan daerah
irigasi yang dilayani, contoh: Saluran Primer Makawa.
Saluran sekunder sering diberi nama sesuai dengan nama desa yang
terletak di petak sekunder. Petak sekunder akan diberi nama sesuai dengan
nama saluran sekundernya. Sebagai contoh saluran sekunder Sambak
mengambil nama desa Sambak yang terletak di petak sekunder Sambak.
SI3131 Irigasi dan Drainase Azzam Zaki Nahdi - 15018023

Gambar 2.2Standar Tata Nama Sistim Irigasi


SI3131 Irigasi dan Drainase Azzam Zaki Nahdi - 15018023

Gambar 2.3 Standar Tata Nama Bangunan-Bangunan

Saluran dibagi menjadi ruas-ruas yang berkapasitas sama. Misalnya,


RS 2 adalah Ruas saluran sekunder Sambak (S) antara bangunan sadap
BS 1 dan BS 2.
Bangunan pengelak atau bagi adalah bangunan terakhir di suatu ruas.
Bangunan itu diberi nama sesuai dengan ruas hulu tetapi huruf R (Ruas)
diubah menjadi B (Bangunan). Misalnya BS 2 adalah bangunan pengelak
di ujung ruas RS 2.
Bangunan-bangunan yang ada di antara bangunan-bangunan bagi
sadap (gorong-gorong, jembatan, talang bangunan terjun, dan sebagainya)
diberi nama sesuai dengan nama ruas dimana bangunan tersebut terletak
juga mulai dengan huruf B (Bangunan) lalu diikuti dengan huruf kecil
sedemikian sehingga bangunan yang terletak di ujung hilir mulai dengan
"a" dan bangunan-bangunan yang berada lebih jauh di hilir memakai hurut
b, c, dan seterusnya. Sebagai contoh BS2b adalah bangunan kedua pada
SI3131 Irigasi dan Drainase Azzam Zaki Nahdi - 15018023

ruas RS2 di saluran Sambak terletak antara bangunan-bangunan bagi BS 1


dan BS 2.
2.6.3 Jaringan Irigasi Tersier
Petak tersier diberi nama seperti bangunan sadap tersier dari jaringan
utama. Misalnya petak tersier S1 kiri mendapat air dari pintu kiri bangunan
bagi BS 1 yang terletak di saluran Sambak.
1. Ruas-ruas saluran tersier diberi nama sesuai dengan nama boks yang
terletak di antara kedua boks. misalnya (T1 - T2), (T3 - K1), (lihat Gambar
2.2).
2. Boks Tersier diberi kode T, diikuti dengan nomor urut menurut arah jarum
jam, mulai dari boks pertama di hilir bangunan sadap tersier: T1, T2 dan
sebagainya.
3. Petak kuarter diberi nama sesuai dengan petak rotasi, diikuti dengan
nomor urut menurut arah jarum jam. Petak rotasi diberi kode A, B, C dan
seterusnya menurut arah jarum jam.
4. Boks kuarter diberi kode K, diikuti dengan nomor urut menurut arah jarum
jam, mulai dari boks kuarter pertama di hilir boks tersier dengan nomor
urut tertinggi: K1, K2 dan seterusnya.

Gambar 2.4 Sistem Tata Nama Petak Rotasi dan Kuarter

5. Saluran irigasi kuarter diberi nama sesuai dengan petak kuarter yang
dilayani tetapi dengan huruf kecil, misalnya a1, a2 dan seterusnya.
6. Saluran pembuang kuarter diberi nama sesuai dengan petak kuarter yang
dibuang airnya, menggunakan huruf kecil diawali dengan dk, misalnya
dka1, dka2 dan seterusnya.
SI3131 Irigasi dan Drainase Azzam Zaki Nahdi - 15018023

7. Saluran pembuang tersier, diberi kode dt1, dt2 juga menurut arah jarum
jam.
2.6.4 Jaringan Pembuang
Setiap pembangunan jaringan irigasi dilengkapi dengan pembangunan
jaringan drainase yang merupakan satu kesatuan dengan jaringan irigasi yang
bersangkutan (PP 20 pasal 46 ayat 1)
Pada umumnya pembuang primer berupa sungai-sungai alamiah, yang
kesemuanya akan diberi nama. Apabila ada saluran-saluran pembuang primer
baru yang akan dibuat, maka saluran-saluran itu harus diberi nama tersendiri.
Jika saluran pembuang dibagi menjadi ruas-ruas, maka masing-masing ruas
akan diberi nama, mulai dari ujung hilir.
Pembuang sekunder pada umumnya berupa sungai atau anak sungai yang
lebih kecil. Beberapa di antaranya sudah mempunyai nama yang tetap bisa
dipakai, jika tidak sungai/anak sungai tersebut akan ditunjukkan dengan
sebuah huruf bersama-sama dengan nomor seri. Nama-nama ini akan diawali
dengan huruf d (d = drainase).
Pembuang tersier adalah pembuang kategori terkecil dan akan dibagi-bagi
menjadi ruas-ruas dengan debit seragam, masing-masing diberi nomor.
Masing-masing petak tersier akan mempunyai nomor seri sendiri-sendiri.
Berikut contoh sistem tatanama jaringan pembuanagn.

Gambar 2.5 Sistem Tata Nama Jaringan Pembuangan


SI3131 Irigasi dan Drainase Azzam Zaki Nahdi - 15018023

3 BAB III
Kondisi DAS K. Kuto Karanganom

3.1 Lokasi DAS


DAS K. Kuto karanganom terletak di Kab. Kendal, Jawa tengah, dengan
koordinat stasiun debit 06°57'50" LS 110°02'59" BT. Penjelasan lebih lanjut
dari lokasi DAS tertera pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1 Data DAS

3.2 Luas DAS


Data luas DAS sudah tercantum dalam data yang disediakan BMKG
sebagaimana tertera dalam Gambar 3.1, yaitu 320.80 km2. Namun, luas
DAS dikalkulasi ulang dengan aplikasi Auto CAD. Luas yang didapat dari
kalkulasi ulang tersebut adalah 318.2852545295 km2, dengan galat 0.0784
%. Berikut gambar DAS K.Kuto – Karanganom. Berikut gambar DAS
K.Kuto- Karanganom

Gambar 3.2 Gambar DAS K. Kuto Karanganom


3.3 Stasiun Pengukuran Curah Hujan DAS
Dalam menentukan curah hujan rata-rata bulanan untuk DAS K.kuto,
akan digunakan data dari tiga stasiun hujan, yaitu stasiun Kali gading,
Juwero, dan Patean Curug atau Kendal Curug. Berikut adalah masing-
SI3131 Irigasi dan Drainase Azzam Zaki Nahdi - 15018023

masing luas thiesen ( Luas daerah pengaruh )beserta persentase luas DAS
untuk masing-masing thiessn.

Tabel 3.1 Luas Daerah Pengaruh Stasiun (Polygon Thiesen)

Persentase Nama Stasiun Luas Daerah DAS


0% Kali gading / Boja 0 km^2
90.13% juwero 287.4177339 km^2
9.87% Patean Curug 31.46250115 km^2
Total 318.8802351 km^2

Gambar 3.3 Poligon Thiesen DAS K. Kuto- Karanganom

3.4 Data Pengukuran Hidrometeorologi DAS K.Kuto Karanganom


Dalam pengejaan sistem irigasi ini, data yang pengukuran
hidrometeorologi yang dibutuhkan berupa temperatur , kelembaban
relatif, kecepatan angin, lama penyinaran matahari bersumber dari situs
BMKG. Namun karena BMKG tidak menyediakan data untuk lokasi
studi, maka akan digunakan data dari lokasi terdekat. Lokasi terdekat
yang didapatkan adalah data dari pengukuran BMKG yang dilakukan di
Semarang. Berikut adalah data stasiun pengukurannya.
SI3131 Irigasi dan Drainase Azzam Zaki Nahdi - 15018023

ID WMO : 96839
Nama Stasiun : Stasiun Meteorologi Ahmad Yani
Lintang : -6.97683
Bujur : 110.37780
Elevasi : 5
laporan_iklim_harian_Lokasi di Semarang (2009-2018)

Berikut adalah data klimatologi yang didapat dari stasiun


Meteorologi Ahmad Yani.
Tabel 3.3 Data Pengukuran Temperatur Stasiun Meteorologi Ahmad Yani.
Temperatur rata-rata (°C)
Tahun jaN fab mar apr may jun jul agu sep okt nov des
2009 27.2032 27.8964 28.0258 28.2833 28.6806 28.3033 27.9 28.1581 27.8633 28.1806 28.1367 27.3
2010 27.2032 27.8964 28.0258 28.2833 28.6806 28.3033 27.9 28.1581 27.8633 28.1806 28.1367 27.3
2011 26.7871 27.1893 27.0806 27.4433 27.8548 27.78 27.6677 27.5613 28.28 29.0613 28.2067 27.8806
2012 26.9581 27.3321 27.5161 28.5767 28.64 27.8333 27.2742 27.271 28.3267 29.3161 28.9133 27.771
2013 27.3226 27.675 28.0839 28.52 28.5484 28.5667 27.4677 27.8129 28.42 27.8129 28.42 27.8097
2014 26.2065 27.0321 27.8774 29.22 29.4323 28.94 28.0774 27.9452 28.83 29.9484 29.0367 28.0742
2015 27.5032 27.6536 28.0387 28.1033 28.9161 28.34 28.2419 28.0903 29.1 30.2355 29.9 28.1839
2016 28.7613 27.8429 28.8194 29.15 29.26 28.7233 28.7323 28.5935 28.5333 28.471 28.3167 27.8226
2017 27.4032 27.3 27.7839 28.0767 28.6935 28.2867 28.1097 28.3548 28.87 28.9645 27.5967 27.6323
2018 27.4194 26.8036 27.529 28.8433 29.0871 28.32 27.471 27.7 28.7667 29.3935 28.7367 27.9097
rata-rata 27.2768 27.4621 27.8781 28.45 28.7794 28.3397 27.8842 27.9645 28.4853 28.9565 28.54 27.7684

Tabel 3.2 Data Kecepatan Angin Rata-rata Stasiun Meteorologi Ahmad Yani.

Kecepatan angin rata-rata (m/s)


Tahun jaN fab mar apr may jun jul agu sep okt nov des
2009 2.74194 2.35714 2.19355 1.96667 2.6129 2.66667 2.74194 2.64516 2.53333 2.45161 2.03333 2.48387
2010 2.74194 2.35714 2.19355 1.96667 2.6129 2.66667 2.74194 2.64516 2.53333 2.45161 2.03333 2.48387
2011 3.3871 3.28571 2.29032 2.13333 2.3871 3.1 3.19355 3.09677 2.83333 2.93548 2.23333 2.35484
2012 2.96774 2.25 2.80645 2.8 2.83333 2.83333 2.6129 2.90323 3 5.03226 2.53333 2.32258
2013 3.19355 2.67857 2.41935 2.43333 2.41935 2.4 2.6129 2.90323 2.63333 2.90323 2.63333 2.19355
2014 3 3 2.64516 2.16667 2.87097 2.93333 2.93548 3.19355 3.06667 3.09677 2.46667 2.67742
2015 2.90323 2.85714 2.87097 2.3 3 2.6 3.51613 3.3871 3.2 3.35484 2.6 2.70968
2016 2.41935 2.28571 2.29032 2.5 2.6 2.3 2.80645 2.80645 2.43333 2.29032 2.36667 2.3871
2017 2.48387 2.85714 2.45161 2.3 2.54839 2.76667 2.64516 2.90323 2.9 2.41935 2.03333 2.45161
2018 2.87097 2.75 2.25806 2.6 2.90323 2.5 2.51613 2.64516 2.83333 2.87097 2.3 2.19355
rata-rata 2.87097 2.66786 2.44194 2.31667 2.67882 2.67667 2.83226 2.9129 2.79667 2.98065 2.32333 2.42581
(knot)
rata-rata 1.47695 1.37246 1.25624 1.1918 1.3781 1.377 1.45704 1.49853 1.43873 1.53338 1.19522 1.24794
(m/s) 1 not = 0.51444 m/s

Tabel 3.4 Data Lamanya Penyinaran Matahari Stasiun Meteorologi Ahmad Yani.

Lamanya penyinaran matahari (jam)


Tahun jaN fab mar apr may jun jul agu sep okt nov des
2009 4.61935 5.70714 5.90968 6.02667 5.91935 5.77667 5.67097 6.32258 6.21 6.11613 5.34667 4.45161
2010 4.61935 5.70714 5.90968 6.02667 5.91935 5.77667 5.67097 6.32258 6.21 6.11613 5.34667 4.45161
2011 3.7871 4.32857 4.66774 5.43 6.30323 7.15 7.66452 7.99355 7.40667 7.38065 5.75667 5.22258
2012 4.11935 5.675 4.92581 6.84333 6.98333 7.10333 7.60968 7.89677 7.86667 7.41935 6.85333 5.06774
2013 4.96452 5.08571 6.09032 6.05 6.52581 6.54 6.34516 7.57419 7.87667 7.57419 7.87667 4.33871
2014 2.52903 4.28214 5.80323 6.76 7.20323 6.56667 6.54194 7.13548 7.98333 7.61935 7.20667 7.45806
2015 5.08065 5.29286 5.89032 7.11 9.36129 8.56333 9.64839 9.67742 10.2067 9.91935 8.84333 4.29355
2016 6.58065 4.47143 6.30968 6.36 6.68333 6.69333 8.42903 8.43226 8.29 4.89355 5.44667 4.00323
2017 4.13226 4.69286 6.03548 6.18 7.69677 7.54667 7.58387 8.92258 8.06667 8.25484 4.62333 4.57097
2018 3.65806 4.75357 5.49032 7.72667 8.6871 8.55667 9.60968 9.90645 8.52333 9.50323 7.09667 4.73871
rata-rata 4.40903 4.99964 5.70323 6.45133 7.12828 7.02733 7.47742 8.01839 7.864 7.47968 6.43967 4.85968
SI3131 Irigasi dan Drainase Azzam Zaki Nahdi - 15018023

Tabel 3.5 Data Kelembaban Rata-rata (%) Stasiun Meteorologi Ahmad Yani.
Kelembapan rata-rata (%)
Tahun jaN fab mar apr may jun jul agu sep okt nov des
2009 80.129 79.6429 78.3226 78.6667 76.6774 75 74.129 73.0645 75.9667 72.6774 76.2 78.9032
2010 80.129 79.6429 78.3226 78.6667 76.6774 75 74.129 73.0645 75.9667 72.6774 76.2 78.9032
2011 80.4194 79.4643 79.2258 78.3 74.4839 66.4333 66.2903 63.0645 63.1333 63.2903 74.5333 77.3871
2012 80.3871 78.8571 77.8387 76.2333 76.0333 72.6333 66.4839 63.3548 62.4667 64.2903 71.3667 78
2013 79.2903 77.9643 76.3226 75 73.8387 73.7333 70.8065 63.871 62.5667 63.871 62.5667 79.6129
2014 85.0323 81.1786 78.8387 75 72.3226 72.4667 71.3226 69.5484 57.9333 59.1935 59 68.8387
2015 79.5806 78.5 77.5484 78.8 70.7419 68.5333 65.4516 65.6452 57 55.0968 68.4333 77.9677
2016 77 82 77.9032 77.0333 75.8333 74.8667 72.2903 68.3871 75.3667 76.6774 78.8667 81.9032
2017 82.0645 82.5714 80.4516 79.5 74.129 75.1333 69.9032 65.1935 66.2667 73.9677 80.4667 80.2581
2018 80.7742 83.4643 80.5484 75.6 70.5806 71 67.0323 63.3226 62.9 67.2258 75.8667 80.8065
rata-rata 80.4806 80.3286 78.5323 77.28 74.1318 72.48 69.7839 66.8516 65.9567 66.8968 72.35 78.2581
SI3131 Irigasi dan Drainase Azzam Zaki Nahdi - 15018023

4 BAB IV
dsfsfsdf

Dsafsfasd
Fsda
Fds
Fd
Sf
Dsaf
Sd
Fas
Dfa
Fa
Sdf
Sdf
A
Fa
Sfdsa
F
Dsf
Af
As
Fasd
Fasd
F
Sdf
Asd
Fas
Fa
Sdfa
Sfa
SI3131 Irigasi dan Drainase Azzam Zaki Nahdi - 15018023

5 BAB V
dsfasdfaf

Dsafsfasd
Fsda
Fds
Fd
Sf
Dsaf
Sd
Fas
Dfa
Fa
Sdf
Sdf
A
Fa
Sfdsa
F
Dsf
Af
As
Fasd
Fasd
F
Sdf
Asd
Fas
Fa
Sdfa
Sfa
SI3131 Irigasi dan Drainase Azzam Zaki Nahdi - 15018023

Anda mungkin juga menyukai