Dosen :
Dr. Ir. Yadi Suryadi, M.T
Dr. Ana Nurganah Chaidar,ST., MT
Asisten :
Jovian Javas 15816002
Vanessa Lie 15816018
Bernardus Sena Pasereng 15816022
Ronald Hidayat 15816036
Disusun oleh :
Imam Fahrul Islam 15817005
Disusun oleh :
Imam Fahrul Islam 15817005
Disetujui oleh :
Asisten Asisten Asisten Asisten
Disahkan oleh :
Dosen Dosen
Dr. Ir. Yadi Suryadi, M.T Ir. Ana Nurganah C.H., M.T.
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis sampaikan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena
berkat Rahmat dan Ridha-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah tugas irigasi.
Penyusunan laporan ini merupakan syarat kelulusan mata kuliah irigasi tingkat
sarjana di Teknik dan Pengelolaan Sumber Daya Air, Fakultas Teknik Sipil dan
Lingkungan, Institut Teknologi Bandung.
Proses Penyusunan laporan ini tidak terlepas dari berbagai kendala. Oleh
karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak senatiasa
membantu dalam penyusunan laporan ini baik dalam bentuk pikiran, ide, maupun
kritikan. Untuk itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Orang tua yang selalu mendoakan serta memberikan dukungannya dalam
proses penyelesaian tugas ini
2. Dr. Ir. Yadi Suryadi, M.T. dan Ir. Ana Nurganah C.H., M.T. selaku dosen
mata kuliah SA-3102 Sistem dan Rekayasa Irigasi atas bimbingan dan
arahan dalam proses penyusunan makalah ini
3. Seluruh asisten terutama kak Ronald Hidayat, teman teman prodi Teknik
dan Pengelolaan Sumber Daya Air khususnya orang – orang yang ada di
janati park j-21 yang selalu mendukung dari segi moral maupun moril
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan baik isi
maupun susunannya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat tidak hanya bagi
penulis juga bagi para pembaca.
Langkah Pengerjaan :
1. Menentukan titik bendung pada Kali Cacaban
2. Membuat DAS yang outlet nya itu titik bendung yang sudah kita plotting,
dan stasiun disekitar Kali Cacaban
3. Menghitung curah hujan rencana dengan probabilitas 80% dan 50%, juga
menghitung debit andalan dengan probabilitas 80% dan 50%.
4. Merencanakan daerah yang akan dialiri air di peta yang diberikan (Kali
Cacaban)
5. Menyusun jaringan irigasi beserta petaknya
6. Menghitung dan mengolah data yang diperoleh dari studi literature
Adapun hasil akhir tugas ini adalah perencanaan jaringan irigasi pada derah
Kali Cacaban, Tegal, Jawa Tengah yang meliputi kebutuhan air, deimensi
saluran, dan tinggi muka air saluran.
1.5 Sistematika Penulisan
Berikut merupakan sistematika penulisan dari laporan tugas besar mata
kuliah Perencanaan Sistem dan Rekayasa Irigasi :
▪ BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang yang melatar belakangi penulis untuk
membuat tulisan ini, maksud dan tujuan penulisan, ruang lingkup,
metodologi penyusunan tugas dan sistematika penulisan.
▪ BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisikan teori – teori yang menunjang penulisan dari tugas
besar ini seperti, pengertian dari irigasi, manfaat irigasi, teori perencanaan
petak, saluran dan bangunan air, teori perhitungan ketersediaan air, teori
perhitungan kebutuhan air, teori keseimbangan air, dan sistem tata nama.
▪ BAB III KONDISI DAS KALI CACABAN
Bab ini berisikan kondisi lokasi DAS Kali Cacaban berupa luas
DAS, data curah hujan, dan data klimatologi yang menunjang segala hal
untuk perencanaan sistem dan rekayasa irigasi di daerah tersebut.
▪ BAB IV SISTEM IRIGASI DAS KALI CACABAN
Bab ini memuat perencanaan petak dan saluran irigasi, perhitungan
kebutuhan dan ketersediaan air pada Kali Cacaban, dan evaluasi
keseimbangna air.
▪ BAB V PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN DIMENSI SALURAN
Bab ini berisikan tata cara yang dilakukan untuk merencanakan dan
menghitung dimensi saluran dan tinggi muka air untuk desain dari irigasi
yang akan dialirakan ke petak sawah.
▪ BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini memuat simpulan akhir dan saran dari penulis.
BAB II
TIJAUAN PUSTAKA
2.1 Hidrologi
2.1.1 Daerah Aliran Sungai
Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah daerah yang dibatasi oleh
punggung – punggung gunung atau penggunungan dimana air hujan
yang jatuh di daerah tersebut akan mengalir menuju sungai utama pada
suatu titik atau stasiun yang ditinjau. DAS di kalsifikasikan menjadi
daerah hulu, tengah dan hilir. DAS bagian hulu mempunyai fungsi
konservasi untuk perlindungan fungsi tata air, bagian hulu ini harus
dijaga kondisi lingkungannya agar tidak terdegradasi. Indikasinya
adalah dengan dilihat luas tutupan lahan, kualitas air, kemampuan
menyimpan air, dan curah hujan. Perlindungan pada DAS bagian hulu
sangatlah penting karena DAS bagian tengah dan hilir mempunyai
keterkaitan biofisik melalui daur hidrologi yang terjadi. Oleh karena itu,
jika bagian hulu sudah rusak maka hal ini akan terintegrasikan ke
seluruh bagian DAS. Bagian selanjutnya adalah bagian tengah, fungsi
dari DAS bagian tengah ini adalah fungsi pemanfaatan air sungai yang
berguna untuk kepentingan sosial dan ekonomi. Hal ini dapat
diindikasikan dari kuantitas air, kemampuan menyalurkan air, dan
ketinggian muka air tanah serta terkait pada prasarana pengairan seperti
sungai, waduk, dan danau. Berikutnya adalah DAS bagian hilir, bagaian
hilir mempunyai fungsi yang sama seperti DAS bagian tengah namun
bagian hilir mempunya ciri lain yaitu dari segi kebutuhan pertanian, air
bersih dan pengelolaan air limbah.
2.1.2 Curah Hujan Wilayah
Stasiun hujan hanya memberikan kedalaman hujan di titik dimana
stasiun tersebut berada; sehingga hujan pada luasan lainnya harus
diperkirakan dari titik pengukuran tersebut. Apabila suatu daerah
memiliki lebih dari satu stasiun maka akan di dapat perbedaan
pengukuran dari masing – masing stasiun. Dalam anlisis hidrologi
dibutuhkan hujan rerata pada suatu daerah tersebut, yang dapat
dilakukan untuk menghitung itu semua adalah dengan tiga metode
berikut yaitu metode aritmatik, metode polygon thiessen, dan metode
isohiyet.
1. Metode Aritmatik
Metode ini paling sederhana, pengukuran yang dilakukan di
beberapa stasiun dalam waktu yang bersamaan dijumlahkan dan
kemudian dibagi jumlah stasiun. Stasiun hujan yang digunakan
dalam hitungan adalah yang berada dalam DAS, tetapi stasiun di luar
DAS tangkapan yang masih berdekatan juga bisa diperhitungkan.
Metode rata-rata aljabar memberikan hasil yang baik apabila :
• Stasiun hujan tersebar secara merata di DAS.
• Distribusi hujan relatif merata pada seluruh DAS.
(Triatmojo, 2008)
Dimana :
Hi = hujan pada masing – masing stasiun 1, 2,.., n dalam area
yang di tijau
N = jumlah stasiun pengamat
Rh = rata – rata hujan
3. Meode isohiyet
Isohyet adalah garis yang menghubungkan titik-titik dengan
kedalaman hujan yang sama. Pada metode Isohyet, dianggap bahwa
hujan pada suatu daerah di antara dua garis Isohyet adalah merata
dan sama dengan nilai rata-rata dari kedua garis Isohyet tersebut.
Metode Isohyet merupakan cara paling teliti untuk menghitung
kedalaman hujan rata-rata di suatu daerah, pada metode ini stasiun
hujan harus banyak dan tersebar merata, metode Isohyet
membutuhkan pekerjaan dan perhatian yang lebih banyak dibanding
dua metode lainnya. (Triatmodjo, 2008)
Dalam perhitungan tugas besar ini stasiun hujan yang di tinjau
adalah 3 stasiun tedekat dengan sungai dan metode yang digunakan
hanya metode aritmatik dan metode polygon thiessen.
2.2 Sistem Irigasi
Irigasi berasal dari irriagtie dalam bahasa belanda atau irrigation berasal
dalam bahasa inggris. Irigasi merupakan usaha pemenuhan kebutuhan air guna
keperluaan pertanian/perkebunan sesuai dengan kebutuhan tanaman.
Pemenuhan kebutuhan air tersebut memiliki cara yang berbeda – beda antara
lain :
1. Irigasi Gravitasi
Irigasi gravitasi adalah irigasi yang memanfaatkan gaya tarik
gravitasi untuk mengalirkan air dari sumber ketempat yang membutuhkan.
2. Irigasi bawah tanah
Irigasi bawah tanah adalah irigasi yang men-suply air langsung ke
daerah akar tanaman yang membutuhkannya melalui aliran air tanah.
Dengan demikian tanaman diberi air tidak lewat permukaan, tetapi dari
bawah permukaan dengan mengatur muka air tanah.
3. Irigasi siraman
Pemberian air dengan cara menyiram atau dengan meniru hujan
(sprinkling), dimana pada praktiknya penyiraman ini dilakukan dengan cara
pengaliran air lewat pipa dengan tekanan tertentu (4 – 6 atm), sehingga
dapat membasahi areal yang cukup luas.
4. Irigasi tetesan
Irigasi ini prinsipnya mirip dengan irigasi siraman, hanya pipa
tersiernya dibuat melalui jalur pohon dan tekanannya lebih kecil karena
hanya untuk menetes saja.
Berdasarkan cara pengaturan, pengukuran aliran air, dan kelengkapan
fasilitas, jaringan irigasi dapat dibedakan dalam tiga tingkatan, yaitu :
1. Jaringan irigasi sederhana
Pada jaringan irigasi sederhanan pemabagian air tidak diukur atau
diatur, air lebih mengalir ke saluran pembuangan. Para petani pemakai air
itu tergabung dalam satu kelompok jaringan irigasi yang sama, sehingga
tidak memerlukan keterlibatan pemerintah didalam organisasi jaringan
irigasi semacam ini. Persediaan air biasanya berlimpah dengan kemiringan
berkisar antara sedang sampai curam. Oleh karena itu hampir-hampir tidak
diperlukan teknik yang sulit untuk sistem pembagian airnya. Namun,
jaringan irigasi sederhana ini memiliki kelemahan – kelemahan serius.
Pertama, ada pemborosan air dan karena pada umumnya jaringan ini terletak
di daerah yang tinggi, air yang terbuang itu tidak
selalu dapat mencapai daerah rendah yang lebih subur. Kedua, terdapat
banyak penyadapan yang memerlukan lebih banyak biaya lagi dari
penduduk karena setiap desa membuat jaringan dan pengambilan sendiri-
sendiri. Karena bangunan pengelaknya bukan bangunan tetap/permanen,
maka umurnya mungkin pendek.
900
0.408𝛥𝑅𝑛 + 𝛾 𝑈2 (𝑒𝑠 − 𝑒𝑎)
(𝑇 + 273)
ET0 =
𝛥 + 𝛾(1 + 0.34𝑈2)
Dengan pengertian:
ET0 : evapotranspirasi tanaman acuan, (mm/hari).
Rn : radiasi matahari netto diatas permukaan tanaman, (MJ/m2/hari).
T : suhu udara rata-rata, (o C).
U2 : kecepatan angina pada ketinggian 2 m dari atas permukaan tanah
(m/s)
es : tekanan uap air jenuh, (KPa)
ea : tekanan uap air actual, (KPa)
Δ : kemiringan kurva tekanan uap air terhadap suhu, (KPa/ o C)
γ : konstanta psikrometrik, (KPa/ o C)
2.5.2 Curah hujan efektif
Untuk irigasi tanaman padi, curah hujan efektif tengah bulanan
diambil 80% dari curah hujan rata-rata tengah bulanan dengan
kemungkinan tak terpenuhi 20%. Curah hujan efektif ini didapat dari
analisis data curah hujan. Analisis data curah hujan dilakukan dengan
maksud untuk menentukan:
a. Curah hujan efektif, dimana diperlukan dalam menghitung
kebutuhan irigasi. Curah hujan efektif atau andalan adalah bagian dari
keseluruhan curah hujan yang secara efektif tersedia untuk kebutuhan
air tanaman.
b. Curah hujan lebih ( excess rainfall ) dipakai untuk menghitung
kebutuhan pembuangan / drainase dan debit banjir.
Jadi yang dimaksud Re = Rh adalah curah hujan efektif yang
harganya adalah 0.7*R80. Sedangkan R80 adalah curah hujan dengan
kemungkinan 80% terjadi. Cara mencari R80 adalah sebagai berikut :
1) Mengumpulkan data curah hujan bulanan selama kurun waktu “n”
tahun dari beberapa stasiun curah hujan yang terdekat dengan daerah
rencana pengembangan irigasi. Minimal diperlukan 3 stasiun curah
hujan.
2) Rata-rata data curah hujan dari beberapa stasiun yang diperoleh.
3) Mengurutkan (sorting) data curah hujan per bulan tersebut dari yang
terkecil hingga terbesar.
4) Mencari R80 dengan acuan R80 adalah data yang ke “M”
5) Dimana 𝑀 = (0,2 × 𝑁)+1
6) N : jumalah data curah hujan yang digunakan perbulan Menghitung
Re dimana Re = 0.7 * R80
2.5.3 Pola Tanam
Pola tanam seperti yang diusulkan dalam tahap studi akan ditinjau
dengan memperhatikan kemampuan tanah menurut hasil-hasil survey.
Perencanaan pola tanam ini sangat perlu memperhatikan curah hujan
yang terjadi. Baik curah hujan maksimum ataupun minimum. Dari
analisa tersebut, pola tanam dapat ditentukan dengan
mempertimbangkan kelebihan dan kelemahannya
2.5.4 Koefisien Tanaman
Koefisien tanaman diberikan untuk menghubungkan
evapotranspirasi (ETo) dengan evapotranspirasi tanaman acuan
(Etanaman) dan dipakai dalam rumus penman. Koefisien yang dipakai
harus didasarkan pada pengalaman yang terus-menerus dari proyek
irigasi di daerah tersebut. Harga-harga koefisien tanaman padi dan
kedelai diberikan pada tabel sebagai berikut :
Tabel 1 Koefisien Tanaman
Gambar 4 DAS Kali Cacaban dengan outlet titik bendung (Sumber : Arcgis Pribadi)