Oleh:
ANDHIKA WICAKSONO SASONGKO
15817020
2019
DAFTAR ISI
i
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 : Peta Sub DAS Citarum .......................................................................................................... 7
Gambar 2. 2 : Peta Sub DAS Cimeta ............................................................................................................ 8
Gambar 2. 3 : Peta Geologi Sub DAS Cimeta ............................................................................................... 9
Gambar 2. 4 : Lokasi Stasiun Hujan ........................................................................................................... 10
Gambar 2. 5 : Kurva Tampungan .............................................................................................................. 12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Judul
Rencana Judul dari Tugas Akhir ini adalah ”Perencanaan Bangunan Pengendali Sedimen di
Sungai Cimeta Sebagai Upaya Mempertahankan Usia Guna Waduk Cirata”
Waduk Cirata berada di Provinsi Jawa Barat, Indonesia dan berada pada 3 lintasan wilayah
Kabupaten Bandung, Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Cianjur. Waduk ini merupakan salah
satu waduk cascade yang membendung sungai citarum bersama Waduk Jatiluhur dan Waduk
Saguling dan sudah beroperasi semenjak tahun 1987. Dengan kapasitas tamping sebesar 1.432 juta
m3 pada tahun 2017. Waduk ini berfungsi sebagai pensuplai kebutuhan air baku bagi masyarakat,
pemasok air irigasi, pencegah banjir dan mampu membangkitkan energi listrik sebesar 1.008 MW.
Waduk Cirata di Kelola oleh PT PJB BPWC (Pembangkit Jawa Bali – Badan Pengelola Waduk
Cirata). Terdapat 6 sungai utama yang mengalir menuju Waduk Cirata yaitu Sungai Cikundul,
Sungai Cibalagung, Sungai Cisokan, Sungai Cilaku, Sungai Cimeta, dan Sungai Citarum.
Berdasarkan studi yang dilakukan PT PJB BPWC, Sungai Cisokan dan Sungai Cimeta
menghasilkan sedimen terbesar yang masuk ke Waduk Cirata.
Masalah utama yang sedang dihadapi pengelola waduk dalam pengoperasian waduk adalah
bagaimana agar usia guna waduk sesaui dengan usia yang telah direncanakan. Laju sedimentasi
yang tinggilah yang menyebabkan berkurangnya usia guna waduk. Berdasarkan studi yang
dilakukan PT PJB BPWC selaku pengelola waduk cirata, laju sedimen di Waduk Cirata meningkat
dari yang direncanakan sebesar 2.2 juta m3/tahun menjadi 8.4 juta m3/tahun pada tahun 2017.
1
Kenaikan laju sedimentasi ini akan berpotensi menurunkan usia guna waduk dan akan
menyebabkan berkurangnya volume efektif waduk.
Tingginya laju erosi merupakan salah satu penyebab terjadinya peningkatan laju
sedimentasi. Peningkatan laju erosi ini disebabkan oleh perubahan tata guna lahan yang terjadi di
daerah tangkapan air (DTA) dari sungai bagian hulu waduk. Jika masalah ini tidak ditangani
dengan segera maka akan menimbulkan potensi peningkatan laju sedimentasi di Waduk Cirata dan
akhirnya akan mematikan fungsi dari Waduk Cirata.
Oleh karea itu perlu ada usaha struktural untuk mengurangi laju sedimen yang masuk ke
Waduk Cirata untuk mengembalikan usia guna waduk. Salah satu upaya untuk mengurangi laju
sedimentasi yang masuk ke Waduk Cirata adalah dengan membangun bangunan pengendali
sedimen yaitu check dam di salah satu sungai yang masuk ke Waduk Cirata. Dengan dibangunya
checkdam memungkinkan mengendapkan sedimen pada hulu daerah tangkapan air dan
mengontrol sedimentasi yang masuk ke Waduk Cirata.
Sungai Cimeta merupakan salah satu sungai penyumbang sedimen terbesar selain sungai
Cisokan. Apabila permasalahan sedimen ini tidak ditangani dengan segera, maka kapasitas
tampung waduk akan terus berkurang setiap tahunnya yang tentu saja berpengaruh terhadap suplai
energi listrik bagi penduduk di area Jawa Barat. Oleh karea itu diperlukan perencanaan bangunan
pengendali sedimen berupa check dam yang direncanakan di Sungai Cimeta sebagai upaya
pengendalian sedimen.
2. Bagaimana desain bangunan pengendali sedimen yang di terapkan untuk menahan laju
sedimentasi yang masuk ke Waduk Cirata di Sub DAS Cimeta?
3. Bagaimana rencana operasi dan pemeliharaan bangunan pengendali sedimen yang telah
dibangun?
4. Berapa rencana anggaran biaya (RAB) dari pembangunan bangunan pengendali sedimen
yang diterapkan?
2
1.4 Maksud Dan Tujuan
Maksud dari penulisan Tugas Akhir ini adalah untuk untuk melakukan perencanaan bangunan
pengendali sedimen untuk mengurangi laju sedimentasi di Waduk Cirata untuk mempertahankan
usia guna waduk.
1. Menghitung laju sedimen yang masuk ke waduk cirata dari Sungai Cimeta?
Mengumpulkan data primer dan sekunder berupa data topografi, data curah hujan, data
debit, data geometri sungai, peta geologi sungai, dan sedimentasi.
3
8. Melakukan kalibrasi debit dengan debit hasil pengukuran.
Melakukan analisa laju sedimen yang masuk ke waduk cirata dari Sungai Cimeta
Perencanaan yang dilakukan meliputi perencanaan dimensi dari tubuh bendung, peluap,
mercu peluap, sayap, kolam olak, sub bendung dan bangunan pelengkap berdasarkan SNI
2851:2015 mengenai Desain Bangunan Penahan Sedimen
Menyelidiki nilai safety factor dari bangunan pengendali sedimen berdasarkan gaya gaya
yang bekerja pada bangunan dan pengaruhnya terhadap stabilitas bangunan.
Penyusunan Rancangan Anggaran Biaya (RAB) dari tiap pekerjaan bangunan pengendali
sedimen untuk bangunan utama dan bangunan pelengkap.
Bab I Pendahuluan
Berisi latar belakang, rumusan masalah, maksud dan tujuan, ruang lingkup, dan sistematika
penulisan.
4
Berisi pustaka yang menjadi referensi dalam pembuatan Tugas Akhir ini. Pada Bab ini juga
menjelaskan tentang teori dasar yang spesifik digunakan dalam Tugas Akhir ini.
Berisi tentang tahapan-tahapan dan metode yang akan digunakan dalam Tugas Akhir ini.
Tahapan-tahapan dijelaskan dari awal sampai menjawab semua kebutuhan maksud dan tujuan
dari Tugas Akhir ini.
Berisi tentang lokasi yang akan ditinjau, kondisi geologi, hidrologi, dan sedimentasi
Berisi hasil kajian dan evaluasi hasil kajian yang dilakukan berdasarkan konsep-konsep dasar
yang digunakan dalam tinjauan pustaka dan mengacu pada hasil rumusan masalah, maksud dan
tujuan, dan ruang lingkup.
Berisi hasil kajian mengenai analisa laju sedimentasi berdasarkan erosi lahan dari Sub DAS
Cimeta yang mangaliri Waduk Cirata untuk mengetahui laju erosi dari Sub DAS Cimeta.
Berisi tentang proses perencanaan dan perancangan bangunan pengendali sedimen yang akan
menjadi solusi untuk mengurangi laju sedimen yang masuk ke waduk cirata.
Berisi rencana besarnya anggaran biaya yang diperlukan untuk membangun solusi teknis dan
menganalisa kelayakan bangunan dari segi ekonomi.
5
Berisi rencana operasi dan pemeliharaan dari desain bangunan pengendali sedimen yang
dibangun.
Bab IX Penutup
Berisi tentang kesimpulan dan saran dari proses pengerjaan tugas akhir.
6
BAB II
DESKRIPSI LOKASI STUDI
2.1 UMUM
Waduk Cirata terletakpada tiga wilayah kabupaten yaitu kabupaten Bandung, Kabupaten
Cianjur dan Kabupaten Purwakarta tepat nya terletak pada 6°41'13,63"LS - 6°49'2,09"LS dan
107°14'59,72"BT - 107°22'1,82"BT. Luas permukaan waduk seluas 6320 Ha dan pada elevasi
maksumum berada pada +223 m diatas permukaan laut. Waduk Cirata merupakan salah satu
Sungai
bagian dari 3 (tiga) waduk besar kaskade citarum yaitu Waduk Saguling dibagian hulu dan Waduk
Cikundul
Juanda di bagian hilirnya. Sejak mulai dioperasikan tahun 1988 untuk pembangkiatan enerji listrik,
dengan kapasitas daya terpasang 1008 MW dan kemampuan produksi rata rata tahunan sebesar
1426 GWh. Waduk Cirata dengan PLTA nya sebagai unit pembangkit yang berperanan dalam
penyediaan enerji listrik melalui sistim interkoneksi Jawa Bali –Madura.
Luas DTA dari Waduk Cirata adalah seluas 4150.76 km2. Daerah ini mencakup daerah
genangan saguling dan juga daerah tangkapan air waduk saguling. Daerah tangkapan air waduk
cirata dialiri oleh 4 sungai utama yaitu Sungai Cimeta, Sungai Cikundul, Sungai Cisokan dan
Sungai Cibalagung. Berikut adalah luas Sub DAS dari 4 sungai yang mengaliri waduk cirata.
7
Sub DAS Cimeta terletak di Kabupaten Bandung Barat dan merupakan salah satu Sub
DAS yang mengaliri Waduk Cirata. Luas DAS Cimeta sekitar 168.74 km2 dengan panjang
sungai sepanjang 40.8 km.
8
2.2 Kondisi Geologi
Secara umum jenis batuan pada daerah penelitian berupa gunungapi tua yang terdiri dari
susunan gunung api tua yang terdiri atas batuan breksi, lahar dan lava. Breksi gunungapi, breksi
aliran, endaapan lahar, dan lava menunjukkan kekar lempeng dan tiang. Susunan batuan gunung
api tua antara lain adalah andesit dan basal. Satuan batuan ini mendominasi daerah penelitian Sifat
batuan ini adalah lapuk sedang dan berupa batupasir.
Selain itu juga terdapat Allufial yang terdiri dari lempung, lanau, pasir dan kerikil. Jenis
batuan ini terutama terdapat pada endapan Sungai Cimeta. Terdapat juga susunan Andesit-basalt,
kedua batuan ini mempunyai tekstur (ukuran mineral) yang sama yaitu halus. Andesit mempunyai
warna lebih cerah dan tidak dapat dipisahkan satuannya (PT PJB BPWC, 2017)
9
2.3. Kondisi Hidrologi
Pada Sub DAS Cimeta terdapat 4 stasiun hujan yang terdekat dan berada di sekitar Sub DAS
Cimeta. Stasiun tersebut adalah Stasiun Cimeta, Stasiun Jangari, Stasiun Cirata dan Stasiun
Cipeusing. Namun jika diproyeksikan dengan Polygon Thiessen, hanya Stasiun Cimeta dan
Stasiun Cipeusing yang mempunyai luas pengaruh pada Sub DAS Cimeta. Berikut adalah curah
hujan maksimal tahunan Stasiun Cimeta dan Stasiun Cipeusing.
10
Tabel 2. 2 : Curah Hujan Maksimum
Terdapat juga satu pos penduga tinggi muka air atau AWLR yang terletan di Sub DAS
Cimeta. Pos duga air tersebut mencatat debit harian yang mengalir di Sungai Cimeta. Nilai debit
yang didapat dari pos duga air akan digunakan sebagai bahan kalibrasi debit pada penentuan
debit banjir rencana perencanaan bangunan pengendali sedimen.
Hasil uji analisa butir (Grain size analysis) terhadap 27 buah contoh lumpur Waduk Cirata
tidak menunjukkan adanya korelasi antara material pasir (sand), lanau (silt) dan lempung (clay)
dari masing-masing contoh lumpur dan lokasi sampel. Persentase rata-rata material Sand = 27%,
Silt = 26% dan Clay = 47%
11
Gambar 2. 5 : Kurva Tampungan
Hasil pengukuran batimetri Waduk Cirata tahun 2017 diketahui sebagai berikut. Kapasitas
tampung dead storage pada elevasi +180 = 288 Juta m3. Sedimen rata-rata yang diendapkan selama
31 tahun= 42,3 Juta m3 .Sedimen rate rata-rata = 42,3 juta m3 dalam 31 tahun = 1,37 Juta m3
/tahun, maka sisa umur layan Waduk Cirata diperkirakan sekitar 210 tahun. (PT PJB BPWC)
12
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Sedimentasi
Sedimentasi merupakan suatu proses pengendapan material hasil erosi yang masuk ke
aliran sungai sehingga membentuk dataran aluvial. Proses ini tergolong mengganggu aliran sungai,
karena dengan adanya pengendapan pada aliran (badan) sungai dapat menyebabkan berkurangnya
tampungan volume air yang melewati sungai tersebut. Sehingga bisa jadi air sungai meluber ke
sekitar badan sungai. Pengendapan sedimen di waduk-waduk akan mengurangi volume efektifnya
(Sumarto, 1995)
Endapan sedimen tersebut apabila semakin lama semakin terakumulasi jumlahnya, maka
akan menimbulkan pendangkalan pada waduk dan muara sungai yang selanjutnya akan berakibat
terhadap berkurangnya umur rencana waduk. Banyaknya angkutan bahan endapan tergantung dari
besarnya erosi tanah yang terjadi. Semakin banyak jumlah bahan sedimen yang terangkut
menunjukkan makin besar tingkat erosi tanah yang terjadi dalam daerah aliran sungai yang
bersangkutan.
Sedimen yang terbawa hanyut oleh aliran air terdiri dari dua muatan yaitu berupa muatan
dasar (bed load) maupun muatan melayang (suspended load). Muatan dasar yaitu berupa material
yang bergerak dalam aliran sungai dengan cara bergulir, meluncur, dan 3 meloncat di atas
permukaan dasar sungai. Sedangkan muatan melayang yaitu butiran-butiran halus yang ukurannya
lebih kecil yang senantiasa melayang di dalam air (Suryono & Tominaga, 1985).
Menghitung umur layan waduk secara tidak langsung dapat dilakukan secara empiris, yaitu
melalui pendekatan berat spesifik dan analisa butir dari contoh lumpur. Perhitungan umur waduk
13
dengan metode ini bisa digunakan dengan asumsi bahwa umur waduk akan habis saat dead
storage telah terisi penuh.
𝑉
𝑇=
𝑉𝑠 ∙ 𝐸
dimana:
T = Usia guna waduk (tahun)
V = Volume tampungan mati (m3)
Vs = Volume sedimen rata-rata yang masuk ke waduk (m3/tahun) = Ws/ γd
Ws = Berat sedimen rata-rata yang masuk ke waduk (ton/tahun)
γd = Berat isi kering endapan sedimen
E = Trap Efficiency (%)
Untuk mencari trap efficiency dapat dilakukan dengan beberapa metode, untuk Tugas Akhir ini
digunakan Metode Brune. Metode untuk perhitungan trap efficiency menggunakan Metode
Brune dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan nomogram dan numeris. Pada Tugas Akhir
ini akan digunakan perhitungan trap efficiency secara numeris dengan persamaan: (Brune,1993)
𝑛
1
𝑌 = 100 (1 − )
1 + 𝑎𝑋
dengan:
Y = trap efficiency dalam %
X = ratio antara volume waduk dengan inflow yang masuk ke waduk (C/I)
14
a dan n = konstanta. Jika menggunakan kurva trap efisiensi rata-rata maka nilai a = 100 dan n = 1,5
Bangunan air di sungai yang berfungsi sebagai penahan sedimen, tipe gravitasi atau tipe
lainnya, yang dapat mengendalikan kecepatan, debit dan arah aliran sedimen, menampung
sedimen baik secara tetap maupun sementara dan terdiri dari tubuh bendung termasuk fondasi,
peluap yang dapat dilimpasi sedimen, sayap dan bangunan pelengkap yang mercunya dilimpasi
aliran air. (SNI 2851:2015)
a. Lokasi bangunan penahan sedimen ditetapkan pada ruas sungai yang lurus dan pada
kondisi geologi yang baik.
b.Apabila lokasi bangunan penahan sedimen pada tikungan sungai, harus dilakukan
tinjauan hidraulik terhadap kemungkinan limpasan dan gerusan pada tebing luar tikungan
baik di hulu maupun di hilir bangunan.
c. Letak bangunan penahan sedimen ditentukan pada daerah dengan volume tampung besar
yang daerah genangannya tidak terdapat perkampungan dan lahan pertanian.
e. Sumbu bangunan penahan sedimen harus tegak lurus arah aliran di bagian hilirnya.
15
3.4.2 Komponen Bangunan
a. Pelimpah
Pelimpah pada bangunan pengendali sedimen berfungsi untuk melewatkan debit desain
yang terjadi pada alur sungai. Posisi dari pelimpah harus mempertimbangkan arah alur sungai,
karena aliran debris cenderung tidak megikuti alur sungai. Oleh karena itu pelimpah harus
mengarahkan arah aliran mengikuti alur sungai.
b. Sayap
Tembok sayap berfungsi sebagai pengarah arus, pencegah aliran samping dan sebagai
penahan tanah atau pengaman terhadap longsoran tebing. Selain itu sayap juga berfungsi untuk
menahan endapan sedimen di sekitar tebing sungai agar nanti akan terangkut oleh aliran debris.
Sayap dari bangunan harus kuat menahan benturan batu batu dalam aliran.
c. Tembok Tepi
16
Tembok tepi berfungsi sebagai penahan tanah, pencegah rembesan ke samping, pengarah
arus atau aliran sungai pada kolam olak. Tembok tepi (side wall) yang harus didesain cukup kuat
terhadap gaya gaya akibat tekanan tanah di belakang tembok tepi. Lebar dari tembok tepi harus
lebih lebar dari pelimpah, agar dinding dari tembok tepi tidak tertimpa aliran debris pada saat
terjadi banjir besar.
d. Lubang Drainase
Fungsi dari lubang drainase adalah untuk meloloskan air agar tidak ikut tertahan oleh
tubuh bendung. Selain itu juga untuk memenuhi kebutuhan air di hilir main dam maka dibuat
lubang drainase pada main dam.
e. Kolam Olak
Kolam olak berfungsi untuk menjaga keamanan tubuh bangunan penahan sedimen
terhadap gerusan yang diakibatkan oleh terjunan dan benturan. Lantai dari kolam olak harus
cukup kuat untuk menahan benturan batu batu yang jatuh dari pelimpah.
f. Sub Bendung
Agar material dasar sungai terutama batuan tidak ikut terangkut dalam aliran maka dibuat sub
bendung untuk menahan batuan tersebut. Adanya sub bendung juga berfungsi untuk mencegah
terjadinya gerusan pada hilir bangunan. Jika di bagian hilir sub bendung masih terjadi gerusan
maka dibuat lagi sub bendung kedua pada hilir sub bendung pertama.
j. Gaya angkat
17
k. Gempa bumi
Berdasarkan SNI 2851:2015 Untuk merencanakan konstruksi check dam terdapat beberapa gaya
yang harus diperhitungkan, akan tetapi gaya tersebut ditinjau menurut dua faktor, yaitu:
Dalam mendesain dam, dibutuhkan perhitungan untuk menguji kestabilan bangunan agar
dapat meminimalisir kemungkinan kegagalan bangunan. Akibat dari gaya gaya yang bekerja
pada bangunan maka bangunan harus aman terhadap :
a. Stabilitas Guling
Agar bangunan stabil terhadap guling maka perbandingan antara resultan momen
tahan dan resultan dari momen gaya yang bekerja melebihi 1,5. Untuk menentukan
stabilitas terhadap guling maka dicari dengan persamaan sebagai berikut :
𝑀𝑡
𝑆𝑓 = > 1.5
𝑀𝑔
Mt = momen tahan
Mg = momen guling
b. Stabilitas Geser
𝑠𝑖𝑔𝑚𝑎 𝑉
𝑆𝑓 = > 1.5
𝑆𝑖𝑚𝑎 𝐻
18
c. Keamanan terhadap daya dukung.
PV e
σ1,2 = ( ) (1 ± 6. )
𝐷 𝐷
19
BAB IV
METODOLOGI
Proses pengerjaan tugas akhir ini akan mengikuti alur dari metodologi yang penulis sudah buat
untuk mempermudah pengerjaan tugas akhir.
20
21
Ajuan metode metode yang akan digunakan dalam pengerjaan tugas akhir ini adalah sebagai
berikut :
1. Studi Literatur
Dalam pembuatan tugas akhir ini, penulis membaca beberapa studi literatur yang
berkaitan dengan bangunan pengendali sedimen. Dalam proses studi literatur ini penulis
mencari berbagai bahan bacaan seperti artikel, jurnal, kriteria perencanaan, standar
perencanaan, yang akan dijadikan acuan dan dasar perencanaan dan analisa.
2. Pengumpulan Data
Data data yang dikumpulkan merupakan data sekunder yang diperoleh dari PT PJB
BPWC selaku pengelola waduk cirata. Namun beberapa data didapatkan dari sumber open
source seperti data tutupan lahan dan data DEM yang diperoleh dari DEMNAS. Untuk
detail data yang sudah diperoleh akan disajikan dalam bentuk tabel seperti berikut :
3. Analisis Hidrologi
Analisa hidrologi dilakukan untuk mendapatkan debit banjir rencana yang
diperlukan untuk perencanaan bangunan pengendali sedimen. Analisa hidrologi dilakukan
berdasarkan SNI 2415:2016 mengenai penentuan debit banjir rencana.
4. Analisa Hidraulika
Proses ini merupakan proses analisa hidraulika untuk mengetahui kondisi sungai
eksisting, kapasitas sungai, jenis aliran di sungai dan analisis-analisis hidraulika yang
diperlukan untuk mendapatkan dimensi bangunan pengendali sedimen yang sesuai dengan
SNI 2851-2015 tentang desain bangunan penahan sedimen.
22
5. Analisa Stabilitas
Analisa stabilitas diperlukan untuk mengetahui safety factor dari bangunan yang
dibangun.Proses analisa stabilitas dari bangunan pengendali sedimen akan dilakukan
berdasarkan SNI 2851-2015. Dilakukan juga penyelidikan pada kemungkinan terjadinya
rembesan yang menyebabkan erosi buluh.
6. Analisa Sedimentasi
Analisa sedimentasi dilakukan untuk mencari laju sedimentasi di sungai yang
masuk ke Waduk Cirata dari Sub DAS Cimeta. Analisa laju sedimentasi dilakukan dengan
metode USLE (Universal Soil Loss Equation). Pada analisa ini juga akan menghitung
berapa persen laju sedimentasi pertahun yang dapat direduksi oleh bangunan pengendali
sedimen yang telah direncanakan. Hasil analisa sedimentasi perlu di kalibrasi dengan
kondisi sedimentasi eksisting di Sungai Cimeta.
7. Perencanaan Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pengendali Sedimen
Pada tahap ini direncanakan operasi dan pemeliharaan bangunan pengendali
sedimen agar bangunan dapat bertahan sesuai usia gunanya dan fungsinya dapat bekerja
dengan baik.
Perolehan Data
Jadwal Pelaksanaan
Sebagai penunjang keberjalanan tugas akhir saya merencanakan jadwal pelaksanaan pengerjaan
tugas akhir saya sebagai berikut :
23
BAB V
ANALISIS HIDROLOGI
Selain penenttuan luas DAS ditentukan juga panjang sungai dan panjang sungai ke titik
pusat dengan perangkat lunak GIS. Diperoleh luas Sub DAS Cimeta adalah 168.74 km2 dengan
panjang sungai utama sepanjang 31.84 km. Diperoleh juga panjang sungai ke titik pusat atau Lc
(Length of Centroid) adalah 14.31 km.
Selain dilakukanya delineasi DAS, perlu juga dilakukan analisa tutupan lahan pada Sub
DAS Cimeta untuk mengetahui nilai CN (Curve Number) dari tiap tiap tutupan lahan. Analisa
tutupan lahan dilakukan dengan perangkat lunak GIS dan data diperoleh dari Badan Indonesia
Geospasial. Berikut adalah hasil analisa tutupan lahan beserta luasanya.
24
Tata Guna Luas
No Lahan (km2)
1 Hutan Sekunder 8.25
2 Perkebunan 18.22
Kebun
3 Campuran 114.12
4 Tegalan/Ladang 4.39
5 Sawah 13.64
6 Tanah Terbuka 3.32
8 Permukiman 6.52
Berdasarkan hasil analisa tutupan lahan, daerah Sub DAS Cimeta di dominasi oleh kebun
campuran dan juga sawah. Terdapat juga hutan sekunder yang berada pada bagian hulu dan pada
bagian hulir di dominasi oleh perkebunan. Selanjutnya untuk mendapat nilai CN dari Sub DAS
25
Cimeta diperlukan juga peta tipe tanah Sub DAS Cimeta yang di ambil dari Hydrologic Soil
Grop.
26
DAFTAR PUSTAKA
Desain Bangunan Penahan Sedimen. (2015). Jakarta: Badan Standar Nasional.
Tata Cara Perhitungan Debit Banjir Rencana. (2016). Jakarta: Badan Standardisasi Nasional.
Soehaimi, Asdani. "PATAHAN AKTIF DAN KEGEMPAAN DAERAH PLTA CIRATA-SAGULING
DAN SEKITARNYA." Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral 20.6 (2010): 335-341.
Komarawidjaja, Wage. "Status kualitas air Waduk Cirata dan dampaknya terhadap pertumbuhan ikan
budidaya." Jurnal Teknologi Lingkungan 6.1 (2005).
Tatipata, Welstien Herma, et al. "Analisis Volume Sedimen yang Mengendap Setelah T-Tahun Waduk
Beroperasi (Studi Kasus: Waduk Cirata)." Jurnal Teknik Sipil ITB 22.3 (2015)
Soemarto, C. D. (1999). Hidrologi Teknik, Erlangga. Jakarta.
Brune, G.N. 1953. Trap Efficiency for Reservoir. Transaction of the American, Geophysical Union, 1953, Volume
34 (3).
27