PROPOSAL TESIS
Oleh :
DHANANG SAMATHA PUTRA
NIM : 21010118410033
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2018
ABSTRAK
Oleh :
Dhanang Samatha Putra
NIM : 21010118410033
(Program Studi Magister Rekayasa Bendungan)
i
DAFTAR ISI
ABSTRAK .............................................................................................................................................. i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ................................................................................................................................ iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................................ iv
BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang....................................................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ............................................................................................................... 4
1.3 Tujuan .................................................................................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................................................. 4
1.5 Batasan Masalah .................................................................................................................... 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................................ 6
2.1 Studi Terdahulu ..................................................................................................................... 6
2.2 Pengertian Waduk ................................................................................................................. 7
2.3 Sedimentasi Waduk ............................................................................................................... 8
2.4 Waduk Penampung Sedimen ............................................................................................... 12
2.5 Umur teknis waduk .............................................................................................................. 15
2.6 Efektivitas Waduk Penampung Sedimen............................................................................. 16
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ............................................................................................ 17
3.1 Lokasi Penelitian ................................................................................................................. 17
3.2 Kerangka Alur Pikir............................................................................................................. 18
3.3 Metode Pengumpulan Data ................................................................................................. 19
3.4 Metode Analisis Data .......................................................................................................... 19
3.5 Diagram alir penelitian ........................................................................................................ 21
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 22
ii
DAFTAR TABEL
iii
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Halaman
1.1 Proyeksi Penurunan Kapasitas Waduk Serbaguna Wonogiri ................................................. 3
2.1 Layout Waduk Penampung Sedimen .................................................................................... 13
3.1 Lokasi Waduk Serbaguna Wonogiri ..................................................................................... 17
3.2 Diagram alir penelitian ......................................................................................................... 21
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Waduk serbaguna Wonogiri merupakan salah satu waduk terbesar yang ada di Sungai
Bengawan Solo. Waduk serbaguna Wonogiri selesai dibangun pada tahun 1982
menggunakan dana bantuan dari Overseas Economic Cooperation Fund (OECF) and The
Japan Bank for International Cooperation (JBIC) dan merupakan prioritas utama dari
master plan Proyek Wilayah Sungai Bengawan Solo tahun 1974. Waduk Serbaguna
Wonogiri memiliki tampungan efektif sebesar 440 juta m3 yang berfungsi untuk mereduksi
banjir di hilir sebesar 3600 m3/det, memenuhi kebutuhan pengembangan daerah irigasi
sebesar 30.000 Ha, suplay air baku sebesar 600 l/dt, PLTA 12,40 MW dan pariwisata, selain
itu Waduk Serbaguna Wonogiri memberikan kontribusi besar terhadap kesejahteraan sosial
bagi penduduk yang tinggal di wilayah DAS Bengawan Solo (JICA, 2007).
Suplay air Waduk Serbaguna Wonogiri berasal dari Sungai Keduang, Sungai
Tirtomoyo, Sungai Temon, Sungai Solo Hulu, dan Sungai Alang, dimana produksi sedimen
terbesar pada Waduk Wonogiri didominasi oleh suplay dari sub DAS Keduang, yang
merupakan DTA dominan Waduk Wonogiri. Besarnya laju sedimen dari sungai-sungai
tersebut mengakibatkan Waduk Serbaguna Wonogiri mengalami gangguan endapan
sedimen di bangunan pengambilan (intake) yang berfungsi untuk mensuplay air irigasi dan
pembangkit listrik.
Permasalahan sedimentasi terjadi hampir disetiap waduk yang beroperasi. Dari studi
tentang sedimentasi waduk, 70 persen waduk memiliki masalah endapan sedimen, sehingga
umur operasional waduk akan berakhir sebelum umur rencana tercapai (Asrib, 2012).
Tingginya sedimentasi waduk disebabkan oleh tingkat erosi yang tinggi di DAS nya. Hal ini
disebabkan karena adanya perubahan tata guna lahan dan kepadatan penduduk. Kondisi
akibat sedimentasi yang terjadi pada Waduk Serbaguna Wonogiri dapat ditampilkan dalam
Tabel 1.1.
1
Tabel 1.1 Perubahan Kapasitas dan Endapan Sedimen di Waduk Serbaguna Wonogiri
Endapan Sedimen
Kapasitas Waduk (Juta m3)
Zona Waduk (Juta m3)
1980 1993 2004 2005 1993 2005
Di Bawah EL.
114 69 58 58 45 56 (persen)
127.0 m (LWL)
Di Bawah EL. 114 (21
547 468 435 433 79
136.0 m (NHWL) persen)
Di Bawah EL. 114 (16
730 650 618 616 80
138.3 m (DFWL) persen)
Sumber : Tim Studi JICA (2007)
Perkiraan kehilangan kapasitas waduk akibat sedimentasi di tiga zona tampungan antara
tahun 1980 dan 2005 ditunjukan dalam Table 1.2 dibawah ini
Tabel 1.2 Kehilangan Kapasitas Waduk Serbaguna Wonogiri di Zona Tampungan antara Tahun 1980 dan
2005
2
Proyeksi penurunan kapasitas Waduk Serbaguna Wonogiri dapat ditampilkan dalam
Gambar 1.1.
3
suplay air dominan ke dalam Waduk, sehingga perlu disediakan bangunan pelimpah
(overflow dike) yang dapat melimpaskan air dari waduk penampung sedimen ke dalam
waduk. Besarnya laju sedimen yang melimpas dari waduk penampung sedimen melalui
overflow dike dianggap perlu dianalisa untuk mengetahui efektivitasnya dalam upaya
pengendalian sedimen pada waduk.
1.2 Perumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah diuraikan diatas, dapat diambil beberapa rumusan
masalah yang akan dikaji di dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Seberapa besar laju sedimen dari Sungai Keduang yang langsung masuk ke dalam
Waduk Serbaguna Wonogiri tanpa waduk penampung sedimen.
2. Seberapa besar laju sedimen dari Sungai Keduang yang masuk ke dalam Waduk
Serbaguna Wonogiri melalui overflow dike waduk Ppnampung sedimen.
3. Seberapa besar tingkat efektivitas waduk penampung sedimen dinilai dari umur
teknis Waduk Serbaguna Wonogiri.
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Menganalisis besarnya laju sedimen dari Sungai Keduang yang langsung masuk ke
dalam Waduk Serbaguna Wonogiri tanpa waduk penampung sedimen.
2. Menganalisis besarnya laju sedimen dari Sungai Keduang yang masuk ke dalam
Waduk Serbaguna Wonogiri melalui overflow dike waduk penampung sedimen.
3. Menganalisis besarnya tingkat efektivitas waduk penampung sedimen dinilai dari
umur teknis Waduk Serbaguna Wonogiri.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai acuan kepada pemerintah dalam penyusunan
program penanganan selanjutnya terhadap Waduk Serbaguna Wonogiri agar fungsi dari
waduk tetap dapat optimal selama umur teknis.
1.5 Batasan Masalah
Untuk lebih mempertajam pembahasan terhadap relevansi permasalahan yang ada di
Waduk Serbaguna Wonogiri, maka dalam penelitian ini akan dibatasi oleh hal-hal berikut :
1. Tidak dilakukan perhitungan laju sedimentasi dari Sungai Tirtomoyo, Sungai
Temon, Sungai Solo Hulu, dan Sungai Alang. Debit dan laju sedimentasi pada
sungai tersebut dianggap tetap sebelum dan sesudah dibangunnya Waduk
Penampung Sedimen.
4
2. Penelitian ini difokuskan untuk menilai tingkat efektivitas dari Waduk Penampung
Sedimen dalam kaitannya dengan peningkatan umur teknis dari kondisi eksisting.
5
BAB 2
TINJUAN PUSTAKA
2.1 Studi Terdahulu
Beberapa studi terkait dengan penelitian ini dan dapat digunakan sebagai referensi
antara lain :
a. Kajian Sedimentasi pada Waduk Gajahmungkur di Kabupaten Wonogiri
Provinsi Jawa Tengah (Hutagaol, 2018).
Hasil dari penelitian ini adalah mendapatkan faktor yang mempengaruhi
proses deposisi dan sedimentasi antara lain distribusi ukuran butir, sedimen
dasar, dan sedimen layang, konsentrasi sedimen, pola dan kecepatan arus air
yang akan mempengaruhi tegangan geser dasar, tegangan geser kritis erosi dan
deposisi.
b. Pengoperasian dan Umur Guna Waduk (studi kasus : Waduk Cimeta
Padalarang) (Legowo et al., 2010).
Metode yang digunakan untuk menentukan umur guna Waduk Cimeta adalah
metode dengan Trap Effisiency yang tergantung pada perbandingan antar
kapasitas tampungan waduk (C) dan inflow (I) tahunan dari waduk yang
bersangkutan. Effisiency tangkapan suatu waduk akan berkurang sejalan
dengan umurnya, karena kapasitas waduk akan dikurangi oleh tumpukan
sedimen. Dengan diketahuinya kapasitas storage (0,7996 x 106 m3) dan inflow
sedimen tahunan (0,0777 x 106 m3) maka penentuan umur guna waduk
terhadap kapasitas tampungan pada elevasi + 735 dengan berbagai nilai Trap
Effisiensi pada beberapa persentase penurunan volume storage (∆V= 5 persen,
10 persen, 20 persen dan 80 persen) menunjukkan bahwa umur guna waduk
berdasarkan waktu pengisian tampungan oleh sedimen adalah 21,49 tahun
dengan ∆V= 5 persen, 21,337 tahun dengan ∆V=10 persen, 20,641 tahun
dengan ∆V=20 persen dan 19,038 tahun dengan ∆V=80 persen. Jadi pada
berbagai tahap persentase volume tampungan (∆V) yang dipakai adalah pada
tahap penurunan yang paling besar yaitu ∆V=5 persen dengan umur guna
waduk adalah 21,49 tahun.
c. Analisis volume sedimen yang mengendap setelah T-tahun waduk beroperasi
(studi kasus : Waduk Cirata) (Tatipata et al., 2015).
6
Hasil dari penelitian ini adalah dengan masuknya sedimentasi ke dalam waduk
akan mengakibatkan pengendapan dan pendangkalan yang akan
mempengaruhi kapasitas tampung waduk juga semakin lama waduk
beroperasi, maka semakin banyak sedimen yang mengendap didalam waduk,
perbandingan antara volume sedimen yang mengendap setelah 10 tahun dan
setelah 200 tahun adalah 10.215.287,18 m3 dan 193.953.499,6 m3, setelah
menganalisis volume sedimen yang mengendap setelah T-tahun pada waduk
yang beroperasi maka akan dipikirkan rencana umur waduk selanjutnya.
d. Analisis volume sedimen Waduk Wonogiri di muara Sungai Keduang
(Asmoro, 2015).
Hubungan antara debit air dan sedimen bed load di muara Sungai Keduang
berdasarkan hasil analisis diperoleh persamaan Rating Curve
(Y = 0,014685801 X0,351965501). dimana Y = volume sedimen, X = debit air.
2.2 Pengertian Waduk
Waduk adalah bangunan air yang berfungsi untuk menampung air sungai, yang
dibangun dengan jalan membuat bendungan pada bagian hilirnya (Asrib, 2012). Menurut
Permen PU No 27 Tahun 2015 tentang bendungan, pengertian bendungan adalah bangunan
berupa urugan tanah, urugan batu, dan beton yang dibangun selain untuk menahan dan
menampung air, dapat pula dibangun untuk menahan dan menampung limbah tambang, atau
menampung lumpur sehingga terbentuk waduk. Sedangkan waduk adalah wadah buatan
yang terbentuk sebagai akibat dibangunnya bendungan. Di dalam Permen PU No. 27 Tahun
2015 tentang bendungan, fungsi waduk adalah untuk penyediaan air baku, penyediaan air
irigasi, pengendalian banjir dan / atau pembangkit listrik tenaga air.
Ketersediaan air waduk berperan sangat penting dalam penunjang pengembangan
ekonomi wilayah, oleh karena itu perlu dilakukan upaya agar fungsi daripada waduk dapat
berlangsung sesuai dengan umur teknisnya. Permasalahan yang terjadi dalam menjaga
ketersediaan air adalah berkurangnya kapasitas tampungan efektif waduk akibat tingginya
laju sedimentasi yang masuk ke dalam waduk.
Laju sedimentasi yang tinggi berasal dari hasil proses erosi lahan yang terbawa oleh
air masuk ke dalam sungai. Aliran sungai selain membawa air juga membawa butiran
sedimen masuk ke dalam waduk dan mengendap pada tampungan mati waduk. Semakin
lama tampungan mati ini akan penuh terisi sedimen.
7
2.3 Sedimentasi Waduk
Sedimentasi adalah proses pengendapan hasil dari proses erosi. Pengendapan hasil
proses erosi tadi ke dalam waduk akan mengurangi tampungan efektifnya. Sebagian besar
sedimen dialirkan oleh sungai-sungai yang mengalir ke waduk, hanya sebagian kecil yang
berasal dari longsoran tebing-tebing waduk atau berasal dari longsoran tebing-tebingnya
oleh limpasan permukaan (Soemarto, 1987).
Kemampuan waduk untuk menahan dan mengendapkan sedimen tersebut disebut
koefisien perangkap atau trap efficiency, yang dinyatakan terhadap persen terhadap
banyaknya sediemen yang terbawa aliran masuk. Efisiensi perangkap tergantung pada sifat-
sifat sedimen (distribusi ukuran butir) dan laju aliran melalui waduk (Arsyad, 2006)
a. Faktor yang Mempengaruhi Sedimentasi waduk
Beberapa faktor yang mempengaruhi besarnya volume sedimen yang masuk
ke dalam waduk adalah (Sukartaadmadja, 2004) :
1) Musim, yaitu besarnya curah hujan dan adanya limpasan (runoff).
Kemampuan curah hujan menimbulkan erosi pada tanah didasarkan
pada besarnya curah hujan, intensitas hujan dan penyebaran hujan. Hal
tersebut menentukan kekuatan aliran permukaan yang masuk ke dalam
aliran sungai dan akhirnya mengalir dan masuk ke waduk.
2) Vegetasi pada daerah pengaliran. Hal ini berkaitan dengan besarnya
erosi tanah (erosi permukaan) yang diakibatkan tidak adanya
pengelolaan tanaman sebagai pelindung tanah. Penanaman tumbuhan
pada daerah aliran sungai dan sekitar waduk yang tidak dikelola dengan
baik dan dalam jumlah yang sedikit akan semakinmemudahkan
terjadinya erosi permukaan akibat adanya pengikisan permukaan tanah
secara langsung.
3) Geologi dan sifat tanah permukaan. Laju sedimentasi tergantung pada
kondisi geologi (sifat batuan) dan erosi permukaan juga tergantung dari
sifat tanah permukaan, seperti struktur tanah dan permeabilitas tanah.
4) Kemiringan tanah dan sungai, yaitu berkaitan dengan Panjang
kemiringan dan besarnya kemiringan. Semakin Panjang dan besar
kemiringan tanah, maka erosi permukaan akan semakin besar, sehingga
mengakibatkan bertambahnya sedimen yang masuk ke waduk.
8
5) Aktivitas manusia dan pengelolaan lahan, yaitu kegiatan manusia
dengan pembuatan bangunan serta pekerjaan yang dilakukan di dalam
alur sungai maupun yang berhubungan dengan pola penggarapan lahan
yang baik, misalnya dengan terasering dan penanaman sejajar
(berpola), dimana hal ini dapat mengurangi terjadinya kehilangan tanah
akibat erosi permukaan.
6) Karakteristik waduk, yaitu kapsitas, kedalaman, fluktuasi permukaan
air yang terdapat didalamnya.
b. Proses Pengangkutan Sedimen
Hasil dari erosi di DAS akan terbawa oleh aliran sungai ke dalam waduk dalam
bentuk sedimen. Proses pengangkutan sedimen dalam alur sungai terdiri dari tiga tipe
sebagai berikut (Mulyanto, 2007) :
1) Wash load (sedimen cuci) yang terdiri dari lanau dan debu yang
terbawa ke dalam sungai dan tetap melayang sampai mencapai laut
atau genangan air lainnya.
2) Suspended load (sedimen melayang) yang terutama terdiri dari pasir
halus yang melayang di dalam aliran karena tersangga oleh turbulensi
aliran air.
3) Bed load (sedimen dasar) dengan butiran yang lebih besar yang
bergerak di bagian dasar sungai.
Sedimen yang terangkut dalam alur-alur sungai dapat mencapai laut atau
mengendap di tempat lain misalnya pada bendungan atau waduk. Akibat adanya
waduk, aliran akan mengalami perlambatan dan terjadi backwater positif yang
berakibat mengecilnya kapasitas transpor sedimen sehingga terjadi proses
sedimentasi (pengendapan). Jenis sedimen suspended load dapat berubah menjadi
tipe bed load, misalnya akibat berkurangnya turbulensi. Dengan demikian potensi
suspended load mengendap pada waduk semakin besar, bahkan akibat aliran yang
sangat lambat, sedimen tipe wash load pun akan mengendap (Asrib, 2012).
c. Sedimen pada waduk
Besarnya sedimen yang terendapkan ke dalam waduk dapat diperoleh dari
prediksi yang dilakukan dengan menggunakan berbagai metode sebagai berikut
(Kironoto, 2007) :
9
1) Perhitungan berdasarkan angkutan sedimen di sungai.
Jumlah sedimen yang masuk ke dalam waduk merupakan jumlah
absolut dari bed load dan suspended load. Perhitungan bed load
dilakukan dengan pendekatan berdasarkan rumus-rumus empirik atau
berdasarkan prosentase suspended load (menggunakan Tabel
Meddock). Dapat juga dilakukan dengan pengukuran langsung di
lapangan. Perhitungan debit suspensi diperoleh dari kurva durasi
debit yang merupakan kurva korelasi debit sedimen suspensi dan
debit aliran. Debit sedimen suspensi diperoleh dari pengukuran
konsentrasi suspensi pada debit-debit aliran tertentu.
2) Pengukuran echosounding di waduk.
Alat echosounder digunakan untuk mengukur kedalaman waduk.
Pengukuran dilakukan pada berbagai titik dengan pola tertentu.
Dengan titik-titik kedalaman tersebut dapat diperkirakan volume
tampung waduk. Perhitungan sedimentasi waduk dengan metode ini
dilakukan dengan membandingkan pengukuran volume waduk
dengan pengukuran yang dilakukan sebelumnya. Dengan demikian
dari metode ini akan diperoleh besaran aktual sedimentasi yang
terjadi di waduk.
3) Perhitungan erosi di daerah tangkapan waduk.
Laju erosi lahan daerah tangkapan waduk dapat diperkirakan dengan
berbagai rumus pendekatan diantaranya The Universal Soil Loss
Equation (USLE), metode Fournier, metode Soil Erosion Design
Curve. Persamaan USLE dipengaruhi oleh faktor curah hujan dan
aliran permukaan (erosivitas hujan) (R), erodibilitas tanah (K), faktor
kemiringan lereng (LS), faktor vegetasi penutup tanah (C), dan faktor
tindakan-konservasi tanah (P). Metode Soil Erosion Design Curve
memperhitungkan faktor berupa kemiringan daerah tangkapan, iklim,
tipe tanah dan frekuensi pengolahan tanah. Sedimen yang terbawa
oleh sungai alam akan lebih sedikit dibandingkan dengan erosi total
dari bagian hulu DAS yang ditinjau. Sedimen terdeposit pada lokasi
antara sumber dan potongan melintang sungai bilamana kapasitas
debit tidak cukup untuk mempertahankan transport sedimen. Rasio
10
pengantaran sedimen (Sedimen Delivery Ratio) merupakan
perbandingan antara hasil (yield) sedimen pada potongan melintang
sungai yang diketahui dengan erosi total (gross erosion) dari DAS
sebelah hulu potongan tersebut.
Suspended load yang masuk ke dalam waduk akan keluar dari waduk
melalui system pelepasan air maupun bangunan pelimpah. Sebagian lain akan
terendapkan ke dasar waduk (bed load). Perhitungan volume sedimen yang
mengendap di waduk dapat dijelaskan dalam langkah langkah sebagai berikut
(Tatipata et al., 2015) :
1) Kepadatan sedimen mengendap dalam waduk dapat dihitung dengan
Persamaan 2.1 dibawah
W0 = Wc x Pc + Wm x Pm + Ws x Ps ............................................... (2.1)
dimana :
W0 = Kepadatan sedimen mengendap (kg/m3)
Wc = Kepadatan awal lempung (kg/m3)
Pc = Prosentase lempung
Wm = Kepadatan awal lanau (kg/m3)
Pm = Prosentase lanau
Ws = Kepadatan awal pasir (kg/m3)
Ps = Prosentase pasir
2) Perhitungan koefisien konsolidasi dihitung dengan Persamaan 2.2
K = Kc x Pc + Km x Pm + Ks x Ps .................................. (2.2)
dimana :
K = Koefisien konsolidasi
Kc = Koefisien konsolidasi lempung
Pc = Prosentase lempung
Km = Koefisien konsolidasi lanau
Pm = Prosentase lanau
Ks = Koefisien konsolidasi pasir
Ps = Prosentase pasir
3) Perhitungan kepadatan sedimen yang mengendap setelah T tahun
waduk beroperasi (WT) menggunakan Persamaan 2.3
11
dimana :
T = Waktu waduk beroperasi (tahun)
4) Perhitungan volume sedimen yang mengendap setelah T tahun waduk
beroperasi (VT) menggunakan Persamaan 2.4
ET (sedimen tertahan)
VT = ................................................... (2.4)
WT
dimana :
ET = Jumlah sedimen yang masuk ke waduk rata – rata tahunan (kg/th)
d. Pengendalian Sedimen Waduk
Permasalahan sedimentasi pada waduk merupakan permasalahan utama dalam
pengelolaan waduk di Indonesia agar dapat memenuhi masa layan yang diharapkan.
Dalam upaya pengelolaan sedimentasi pada waduk dibutuhkan pedoman dalam
pelaksanaan kegiatannya. Mukhlisin (2007) mengelompokkan tiga kegiatan usaha
dalam pengelolaan sedimentasi waduk, yaitu :
1) Meminimalkan beban sedimen yang masuk ke dalam waduk,
2) Meminimalkan jumlah sedimen yang mengendap (sedimentasi) di
dalam waduk,
3) Mengeluarkan endapan sedimen dari waduk.
2.4 Waduk Penampung Sedimen
a. Pengertian Waduk Penampung Sedimen
Waduk Penampung Sedimen merupakan waduk kecil yang menampung
aliran sedimen dari sungai tertentu yang merupakan suplay air ke waduk dengan cara
memasang tanggul penutup di dalam waduk utama. Dengan demikian waduk utama
dan waduk sedimen seolah olah terbagi menjadi 2 waduk yang dioperasikan secara
terpisah. Sedimen pada Waduk Penampung Sedimen tersebut akan dibuang melalui
spillway Waduk Penampung Sedimen sebelum mengendap di waduk.
b. Struktur Waduk Penampung Sedimen
Waduk Penampung Sedimen Sungai Keduang berada di dalam tampungan
Waduk Serbaguna Wonogiri. Layout Waduk Penampung Sedimen dijelaskan dalam
Gambar 2.1. Waduk Penampung Sedimen terdiri dari 3 bangunan utama yaitu
spillway, tanggul penutup (clousure dike) dan tanggul pelimpah (overflow dike). Data
teknis dari Waduk Penampung Sedimen dapat dijelaskan dalam Tabel 2.1.
12
Tabel 2.1 Facility Plan
Facility Dimension
Clousure Dike Double-wall sheet pile method L = 650 m, H = 15 m, B
= 10 m
Overflow Dike Filling and revetment L = 100 m, B = 10 m
Sediment Sluicing Radial gate H12,6 x B7,5 m x 4 nos
Spillway Chute type spillway and B = 30 m, L = 723 m, I =
channel 1/108
Forebay excawation Sediment deposit level EL.127.0 m
Sumber : Tim Studi JICA (2007)
13
Waduk Penampung Sedimen akan diopersikan berdasarkan pedoman
pengoperasian waduk sebagai berikut (JICA, 2007) :
1) Pada permulaan musim penghujan
Inflow dari Sungai Keduang akan ditampung di waduk penampung
sedimen. Pintu – pntu spillway baru akan ditutup seperti ilustrasi
dibawah ini.
14
2.5 Umur teknis waduk
Tujuan akhir dari semua waduk adalah diisinya dengan sedimen. Jika sedimen inflow
besar dibandingkan dengan kapasitas waduk, umur teknis waduk mungkin menjadi lebih
singkat (Legowo et al., 2010).
Sukartaadmadja (2004) mengemukakan metode perhitungan untuk memperkirakan
volume sedimen yang akan ditampung oleh waduk dalam kapasitas matinya sepanjang
umur teknis waduk yaitu :
1) Perhitungan perkiraan volume sedimen berdasarkan metode
perbandingan. Perhitungan akan dilakukan berdasarkan perbandingan
dengan sedimentasi sesungguhnya yang terjadi pada waduk-waduk
yang sudah ada, baik pada sungai dimana direncanakan akan
dibangun bendungan, maupun sungai yang terdapat di sekitarnya.
2) Perhitungan perkiraan volume sedimen dengan menggunakan data
dari waduk-waduk lapangan.
3) Perhitungan perkiraan dengan mengunakan rumus empiris yang
mengklasifikan perimbangan susunan geologi di daerah pengaliran,
kapasitas curah hujan tahunan, temperatur, kondisi topografi dan lain-
lain.
Umur teknis waduk ditinjau dari penuhnya dead storage oleh sedimen. Waktu
pengendapan dari berbagai elevasi diakumulasi untuk mendapatkan umur teknis waduk.
Sisa umur teknis waduk dapat dihitung dengan Persamaan 2.6
𝑇= ..................................................................................... (2.6)
dimana :
T = sisa umur teknis waduk (tahun)
VT= sisa volume dead storage (m3)
Vs = laju sedimentasi (m3/tahun)
15
2.6 Efektivitas Waduk Penampung Sedimen
a. Pengertian efektivitas
Kata efektif berasal dari Bahasa inggris yaitu effective yang berarti berhasil
atau sesuatu yang dilakukan berhasil dengan baik. Efektivitas adalah pengukuran
dalam arti tercapainya tujuan yang telah ditentukan sebelumnya (Handayaningrat,
2006). Pengertian efektivitas secara umum menunjukan sampai seberapa jauh
tercapainya suatu tujuan yang terlebih dahulu ditentukan. Efektivitas adalah suatu
ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, kualitas, waktu) telah
tercapai dimana makin besar presentase target yang dicapai makin tinggi
efektifitasnya (Hidayat, 1986).
b. Efektivitas Waduk Penampung Sedimen
Fungsi utama dari dibangunnya Waduk Penampung Sedimen adalah untuk
mengurangi laju sedimen dari Sungai Keduang yang masuk ke waduk. Dari
pengertian efektivitas diatas dapat diambil sebuah hubungan bahwa pembangunan
waduk penampung sedimen dapat dikategorikan efektif apabila hasil analisis laju
sedimentasi yang masuk ke waduk mengalami penurunan. Laju sedimentasi
berhubungan dengan umur teknis waduk, semakin kecil laju sedimentasi yang terjadi
maka akan semakin panjang umur teknis waduk. Hasil analisa penambahan umur
teknis waduk dinyatakan dalam prosentase dan dinilai dengan tingkat efektivitas
sebesar prosentase yang dicapai tersebut.
16
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
17
3.2 Kerangka Alur Pikir
Di dalam penelitian ini kerangka alur pikir yang menjadi dasar dalam penulisan tesis
ini dapat dijabarkan sebagai berikut : Identifikasi Masalah, Inventaris Data, Analisa dan
Pembahasan, Kesimpulan dan Saran, seperti dapat diuraikan pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Gambaran kerangka alur pikir penulisan tesis
18
3.3 Metode Pengumpulan Data
Dalam penulisan tesis ini dibutuhkan beberapa data sekunder, antara lain adalah Data
pengukuran Sungai Keduang, TMA AWLR Stasiun Ngadipiro, rating curve Sungai
Keduang, data teknis waduk penampung sedimen dan data monitoring sampel sedimen di
Sungai Keduang. Rincian dari kompilasi data disajikan dalam Tabel 3.2.
Tabel 3.2 Daftar Kebutuhan Data
19
merupakan laju sedimentasi Sungai Keduang tanpa waduk penampung sedimen
(Vs0).
3) Analisis sedimen waduk pengendali sedimen dengan HEC-RAS
Data teknis waduk pengendali sedimen meliputi overflow dike, clousure dike dan
spillway baru dengan data sampel sedimen dan data debit Sungai keduang
merupakan input dari program HEC-RAS. Dari input data tersebut dilakukan
simulasi dengan output yang didapatkan adalah volume sedimen, titik-titik
sedimentasi serta perubahan dasar waduk yang terjadi. Dari Analisa tersebut
juga didapatkan sedimen yang kemungkinan masih melimpas melalui overflow
dike dan masuk ke dalam tampungan Waduk Serbaguna Wonogiri. Laju
sedimentasi tersebut merupakan laju sedimentasi Sungai Keduang dengan
waduk penampung sedimen (Vsw).
4) Perhitungan sisa umur teknis Waduk Serbaguna Wonogiri dengan tahun dasar
pada saat pengukuran echosounding (tahun 2005)
Perhitungan sisa umur teknis waduk menggunakan Persamaan 2.6. Dari laju
sedimentasi tanpa waduk pengendali dan dengan waduk pengendali didapatkan
sisa umur teknis Waduk Serbaguna Wonogiri. Yang perlu diperhatikan dalam
perhitungan ini adalah sisa volume dead storage yang sudah berbeda. Untuk
perhitungan umur teknis tanpa waduk pengendali sedimen volume dead storage
yang digunakan adalah sisa volume total dead storage waduk (VT0). Volume
dead storage untuk perhitungan umur teknis dengan waduk pengendali sedimen
adalah sisa volume dead storage total dikurangi volume dead storage waduk
pengendali sedimen (VT1).
5) Analisis tingkat efektivitas Waduk Penampung Sedimen ditinjau dari
peningkatan umur teknis Waduk Serbaguna Wonogiri. Analisis efektifitas
didasarkan dari peningkatan umur teknis yang dapat dicapai waduk setelah
dibangunnya waduk penampung sedimen.
20
3.5 Diagram alir penelitian
Diagram alir penelitian ini dapat ditunjukkan pada Gambar 3.2.
Mulai
HEC-RAS
Perhitungan Sedimen yang Mengendap dan
Melimpas dari waduk pengendali sedimen
Selesai
21
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, 2006. Konservasi Tanah dan Air. Institut Pertanian Bogor.
Asmoro, A.T.R.I., 2015. Analisis Volume Sedimen Waduk Wonogiri.
Asrib, A.R., 2012. Model Pengendalian Sedimentasi Waduk Akibat Erosi Lahan Dan Longsoran Di
Waduk Bili-Bili Sulawesi Selatan. Desertation. Institut Pertanian Bogor.
Handayaningrat, S., 2006. Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Manajemen. Gunung Agung,
Jakarta.
Hidayat, 1986. Teori Efektifitas Dalam Kinerja Karyawan. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Hutagaol, C.R., 2018. Kajian Sedimentasi pada Waduk Gajah Mungkur di Kabupaten Wonogiri
Provinsi Jawa Tengah. Institut Teknologi Bandung.
JICA, 2007. Studi Penanganan Sedimentasi Waduk Serbaguna Wonogiri Republik Indonesia.
Sukoharjo.
Kironoto, B.A., 2007. Pengaruh Angkutan sedimen Dasar (Bed Load) terhadap distribusi kecepatan
gesek arah transversal pada aliran seragam saluran terbuka.
Legowo, sri, Hadihardaja, I.K., Rabuanawati, susi, 2010. Pengoperasian dan Umur Guna Waduk. J.
Tek. SIpil 13, 183–200.
Mukhlisin, M., 2007. Pengelolaan Sedimen Terpadu. Program Magister Pengelolaan Bencana Alam
(MPBA) Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Mulyanto, H.., 2007. Sungai : Fungsi dan Sifat-sifatnya. Graha Ilmu, Yogyakarta.
Soemarto, 1987. Hidrologi Teknik. Usaha Nasional, Surabaya.
Sukartaadmadja, 2004. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press, Bogor.
Tatipata, W.H., Soekarno, I., Sabar, A., Legowo, S., 2015. Analisis Volume Sedimen yang
Mengendap Setelah T-Tahun Waduk Beroperasi ( Studi Kasus : Waduk Cirata ). J. Tek. Sipil
22, 235–242.
22