Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (PUTR) Kota Tasikmalaya khususnya Bidang
Sumber Daya Air yang telah memberikan dukungan dalam melakukan kajian.
Demikian dokumen ini kami susun sebagai langkah awal untuk mendukung
i
NAMA PENGKAJI
Kota Tasikmalaya
ii
DAFTAR ISI
2 TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................. 4
2.1 Banjir ........................................................................................................ 4
iii
2.6.1 Kapasitas Saluran..................................................................... 26
iv
4.3 Analisa Sistem Drainase Lingkungan Mahroja Commercial Center ..... 48
v
BAB I
1 PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
beberapa titik ruas jalan kota tersebut terjadi banjir. Banjir terjadi apabila hujan
turun dengan intensitas tinggi. Salah satu penyebabnya adalah adanya perubahan
menyebabkan kebutuhan akan sarana dan prasarana seperti sistem drainase pun
semakin meningkat. Sistem drainase merupakan salah satu bagian penting pada
suatu sarana jalan maupun pertokoan (Nurhamidin dkk., 2015). Saluran drainase
dirancang untuk menampung debit aliran, terutama saat musim hujan. Kapasitas
saluran drainase harus diperhitungkan untuk dapat menampung debit air yang
terjadi sehingga tidak menimbulkan banjir atau genangan. Intensitas hujan yang
tinggi menyebabkan debit aliran meningkat. Jika kapasitas drainase tidak bisa lagi
menampung debit aliran, maka air yang tidak tertampung akan menyebabkan
karena fungsinya akan langsung terasa oleh masyarakat baik yang berada di dalam
Commercial Center ada di Jalan yang cukup ramai lalu lintasnya, dan area
1
2
Commercial Center adalah lahan sawah yang mempunyai daya resap yang cukup
Commercial Center ?
analisis ?
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
desain drainase yang mampu menampung debit run off yang ada di pertokoan dan
elevasi minimal tinggi dasar lantai bangunan yang bebas dari banjir.
BAB II
BAB II
2 TINJAUAN
TINJAUAN PUSTAKA
PUSTAKA
2.1 Banjir
karena volume air yang meningkat. Banjir ada dua peristiwa, pertama peristiwa
banjir atau genangan yang terjadi pada daerah yang biasanya tidak terjadi banjir.
Peristiwa kedua banjir terjadi karena limpasan air banjir dari sungai karena debit
banjir tidak mampu dialirikan oleh alur sungai atau debit banjir lebih besar dari
Banjir adalah suatu kondisi dimana tidak tertampungnya air dalam saluran
dalam 2 kategori, yaitu banjir yang disebabkan oleh sebab-sebab alami dan
Semakin besar catchment area maka semakin besar pula debit yang terjadi. Prinsip
dasar dari penentuan daerah tangkapan adalah dengan prinsip beda tinggi
(Nurhamidin et al., 2015). Catchment area ditentukan dari peta topografi dan
Daerah aliran sungai (DAS) adalah daerah yang dibatasi oleh punggung–
akan mengalir menuju sungai utama pada suatu stasiun yang ditinjau. DAS di
4
5
kontur. Garis– garis kontur tersebut digunakan untuk menentukan arah dari
menuju titik–titik yang lebih rendah dalam arah tegak lurus dengan garis–garis
sungai, tinggi muka air, akan selalu berubah menurut waktu. Data-data hidrologi
prosedur tertentu.
Data hujan yang dibutuhkan dalam analisis hidrologi merupakan data curah
hujan harian maksimum yang dinyatakan dalam mm/hari. Data curah hujan ini
diperoleh dari Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) yaitu stasiun curah hujan
yang terletak pada daerah layanan saluran samping jalan. Jika daerah layanan
tidak memiliki data curah hujan, maka dapat digunakan data dari stasiun di luar
daerah layanan yang dianggap masih dapat mewakili. Jumlah data curah hujan
mencakup antara lain luas daerah drainase, besar dan frekuensi dari intensitas
hujan rencana. Ukuran dari daerah tangkapan air akan mempengaruhi aliran
6
permukaan sedangkan daerah aliran dapat ditentukan dari peta topografi atau foto
Daerah tangkapan air (DTA) atau Catchment Area adalah daerah cakupan/
tangkapan apabila terjadi hujan. Semakin besar DTA maka semakin besar pula
debit yang terjadi. Prinsip dasar dari penentuan daerah tangkapan adalah dengan
prinsip beda tinggi. Air akan mengalir dari tempat tinggi ke tempat yang lebih
rendah. Pembagian DTA untuk kawasan yang cenderung datar dapat diasumsikan
terbagi rata pada tiap sisi menuju saluran drainase. Penentuan DTA berpatokan
pada titik tertinggi untuk daerah-daerah berbukit, yang kemudian akan mengalir
Data hujan yang diperoleh dari alat penakar hujan merupakan hujan yang
hanya terjadi pada satu tempat atau satu titik saja. Hujan sangat bervariasi
terhadap tempat (space), maka untuk kawasan sangat luas tidak bisa diwakili satu
titik pos pengukuran. Hujan kawasan diperoleh dari harga rata-rata curah hujan
beberapa pos pengukuran hujan yang ada disekitar kawasan tersebut (Suripin,
2004). Ada 3 macam cara yang umum dipakai dalam menghitung hujan rata-rata
Metode ini adalah metode paling sederhana untuk menghitung hujan rerata
di suatu daerah. Tinggi hujan terukur di beberapa stasiun dalam waktu bersamaan
dijumlahkan kemudian dibagi dengan jumlah stasiun. Metode ini didasarkan pada
asumsi bahwa semua penakar hujan mempunyai pengaruh yang setara. Cara ini
cocok untuk kawasan dengan topografi rata, alat penakar tersebar merata dan
7
harga curah hujan masing-masing tidak berbeda jauh dengan harga curah hujan
rata-rata. Metode ini kurang akurat bila digunakan untuk menghitung hujan di
(2.1)
Keterangan :
̅
P = Hujan rerata kawasan
n = Jumlah stasiun
hujan yang mewakili luasan di sekitarnya. Cara ini memberikan proporsi luasan
jarak. Dalam suatu luasan di suatu DAS (Daerah Aliran Sungai) dianggap bahwa
hujan di tempat tersebut sama dengan yang terjadi pada stasiun terdekat, sehingga
hujan yang tercatat di suatu titik mewakili luasan tersebut. Metode ini digunakan,
bila penyebaran stasiun hujan di suatu daerah yang ditinjau tidak merata.
Keterangan :
8
̅
P = Hujan rerata kawasan
tinggi hujan yang sama. Metode isohyet memperhitungkan secara aktual pengaruh
tiap tiap pos penakar hujan. Pada metode isohyet, dianggap bahwa data hujan
pada suatu luasan di antara dua garis isohyet adalah merata dan sama dengan
(2.3)
Keterangan :
̅
P = Curah hujan rata-rata
bersifat stokastik (Suripin, 2004). Analisis frekuensi diperlukan seri data hujan
yang diperoleh dari pos pengukuran hujan, baik manual maupun otomatis.
Analisis frekuensi ini didasarkan pada sifat statistik data kejadian yang
telah lalu untuk memperoleh probabilitas besaran hujan di masa yang akan
datang. Sifat statistik kejadian hujan yang akan datang dianggap masih sama
dengan sifat statistik kejadian hujan masa lalu. Jenis distribusi frekuensi yang
banyak digunakan dalam bidang hidrologi terdiri dari empat metode distribusi.
hujan, analisis statistik dari distribusi curah hujan tahunan dan debit rata-rata
tahunan. Distribusi normal atau kurva normal disebut pula distribusi Gauss.
10
XT = ̅
X + KT S
(2.4)
Keterangan :
̅
X = Curah hujan maksismum rata – rata (mm/hari)
S = Standar Deviasi
Keterangan :
̅
X = Curah hujan maksismum rata – rata (mm/hari)
S = Standar Deviasi
adalah :
(Yt −Yn)
̅ + KT S = X
XT = X ̅+ S (2.6)
Sn
𝑇
Yt = −ln [ln (𝑇−1)] (2.7)
Keterangan :
Yt = Variabel Reduksi
S = Standar Deviasi
Periode Ulang Yt
100 46,001
1000 69,000
(Sumber : Soewarno, 1995)
Tabel 2.4 Variabel Reduksi sebagai Fungsi dari Banyak Data (Yn)
N 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10 0,495 0,499 0,503 0,507 0,510 0,510 0,513 0,520 0,522 0,522
20 0,523 0,523 0,526 0,528 0,530 0,530 0,532 0,533 0,535 0,535
30 0,536 0,537 0,538 0,538 0,540 0,540 0,541 0,541 0,543 0,543
40 0,543 0,544 0,544 0,545 0,546 0,546 0,546 0,547 0,548 0,548
50 0,546 0,549 0,549 0,549 0,550 0,500 0,550 0,551 0,551 0,551
60 0,532 0,552 0,552 0,553 0,553 0,553 0,553 0,554 0,554 0,554
70 0,534 0,555 0,555 0,555 0,555 0,555 0,555 0,556 0,556 0,556
80 0,536 0,557 0,557 0,557 0,557 0,558 0,558 0,558 0,558 0,558
90 0,558 0,558 0,558 0,559 0,559 0,559 0,559 0,559 0,559 0,559
100 0,560
1000 0,575
(Sumber : Soewarno, 1995)
Log XT = ̅̅̅̅̅̅̅
Log X + K T S (2.8)
Keterangan :
KT = Faktor frekuensi,
S = Standar deviasi,
Ada beberapa parameter yang berkaitan dengan analisis data yang meliputi
Tidak semua varian dari suatu variabel hidrologi terletak atau sama dengan nilai
disebut dengan variasi atau dispersi. Cara mengukur besarnya variasi atau dispersi
1) Rata – Rata
1
̅=
X ∑ni=1 Xi (2.9)
n
2) Deviasi Standar
∑n ̅̅̅2
i=1(Xi−X)
S=√ (2.10)
n−1
3) Koefisien Variasi
S
Cv = X̅ (2.11)
4) Koefisien Skewness
n ∑n ̅ 3
i=1(Xi−X)
a= (2.12)
(n−1)(n−2)
a
Cs = (2.13)
S3
5) Koefisien Kurtosis
n2 ∑(Xi−X
̅ )4
Ck = (2.14)
(n−1)(n−2)(n−3)S4
fittest test) distribusi frekuensi sampel data terhadap fungsi distribusi peluang
(Suripin, 2004).
persamaan distribusi yang telah dipilih dapat mewakili dari distribusi statistik
parameter χ², yang dapat dihitung dengan rumus berikut (Suripin, 2004) :
(Oi−Ei)
χ2 = ∑ni=1 (2.15)
Ei
Keterangan :
Ei = Jumlah data yang secara teoritis terdapat pada sub kelas ke-i
sama atau lebih kecil dari pada nilai Chi-Kuadrat yang sebenarnya (χ²). Dapat
α (Derajat Kepercayaan)
Dk
0.995 0,990 0,975 0,660 0,050 0,025 0,010 0,005
14 4,075 4,660 5,629 6,571 23,685 26,119 29,141 31,319
15 4,601 5,229 6,262 7,261 24,996 27,448 20,578 32,801
16 5,142 5,812 6,908 7,962 26,296 28,845 32,000 34,276
17 5,697 6,408 7,564 8,672 27,857 30,191 33,388 35,718
18 6,625 7,015 8,231 9,390 28,869 31,526 34,805 37,156
19 6,844 7,633 8,907 10,117 30,114 32,852 36,191 38,582
20 7,434 8,260 9,591 10,851 31,140 34,170 37,566 39,997
21 8,034 8,897 10,283 11,591 32,671 35,479 38,932 41,401
22 8,643 9,542 10,982 12,338 33,924 36,781 40,289 42,796
23 9,260 10,196 11,689 13,091 36,172 38,076 41,638 44,181
24 9,886 10,856 12,401 13,848 36,415 39,364 42,980 45,558
25 10,520 11,524 13,120 14,611 37,652 40,646 44,314 18,88
26 11,160 12,198 13,844 15,379 38,885 41,923 45,642 48,290
27 11,808 12,879 14,573 16,151 40,113 43,194 46,963 49,645
28 12,461 13,565 15,308 16,928 41,337 44,461 48,278 50,993
29 13,121 14,256 16,047 17,708 42,557 45,722 49,588 52,336
30 13,787 14,953 16,791 18,493 43,733 46,979 50,892 53,672
(Sumber : Suripin, 2004)
Uji kecocokan ini sering disebut juga uji kecocokan non parametrik, karena
a. Urutkan data (dari besar ke kecil atau sebaliknya) dan tentukan besarnya
X1 → P(X1)
X2 → P(X2)
Xm → P(Xm)
Xn → P(Xn)
X1 → P’(X1)
X2 → P’(X2)
17
Xm → P’(Xm)
Xn → P’(Xn)
Intensitas hujan adalah tinggi atau kedalaman air hujan per satuan waktu.
cenderung makin tinggi dan makin besar periode ulangnya makin tinggi pula
mononobe. Intensitas hujan selama 24 jam disajikan dalam Grafik IDF, kemudian
Intensitas hujan dapat dihitung dengan rumus Mononobe jika data hujan
jangka pendek tidak tersedia dan yang ada hanya data hujan harian.
2
R24 24 3
I= (t) (2.16)
24
Keterangan :
Debit banjir rencana merupakan debit banjir maksimum dari suatu sungai
Perhitungan debit banjir merupakan salah satu bagian yang penting dalam
drainase dan lain-lain (Badan Standarisasi Nasional, 2016). Oleh karena itu, maka
diperlukan antara lain luas DTA (Catchment Area masing masing saluran),
intensitas hujan selama waktu konsentrasi dan nilai koefisien limpasan. Intensitas
menggunakan rumus Manning dengan data masukan yaitu data dimensi saluran.
Data – data yang dibutuhkan diantaranya data karakteristik sungai, data hujan,
data debit sungai, data hidrograf banjir dan data morfologi sungai. Metode yang
metode rasional. Hal ini karena daerah aliran tidak terlalu luas, kehilangan air
sedikit dan waktu genangan relatif pendek. Metode rasional ini sangat simpel dan
mudah digunakan namun terbatas pada DAS dengan ukuran kecil tidak lebih dari
Q 𝐩 = 0,002778 C. I. A (2.17)
Keterangan :
20
Keterangan :
Akedap air
Im = Rasio kedap air, dimana Im = Atotal
Koefisien limpasan dan rasio kedap air dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
C1 A1 +C2 A2 +⋯+Cn An
Ck = (2.19)
ATOTAL
Waktu konsentrasi adalah waktu yang diperlukan oleh air untuk mengalir
dari satu titik terjauh dalam DTA sampai pada titik yang ditinjau (titik kontrol)
0,87.L2
tc = ( 1000.S )0,385 (2.20)
Keterangan :
L = Panjang lintasan air dari titik terjauh sampai titik di tinjau (km)
dua komponen, yaitu waktu yang diperlukan air untuk mengalir di permukaan
tanah sampai saluran terdekat (to) dan waktu perjalanan dari pertama masuk
tc = t0 + td (2.21)
Dimana,
2 nd Ls
t0 = [ ∗ 3,28 ∗ L ∗ ] dan td = (2.22)
3 √S 60 V
Keterangan :
td = Waktu pengaliran air yang mengalir disalam saluran sampai titik yang
nd = Koefisien hambatan
23
Intensitas hujan adalah curah hujan rata-rata dari hujan yang mempunyai
lama waktu yang sama dengan lama waktu konsentrasi (tc) pada Periode Ulang
Hujan (PUH) tertentu. Lama waktu konsentrasi untuk berbagai daerah adalah
berbeda-beda dan PUH yang harus dipilih untuk menentukan intensitas hujan
rencana pada tiap-tiap daerah juga tidak selalu sama (R. Irawan, 2017).
sehingga seluruh air hujan jatuh di suatu daerah tertangkap di suatu titik tinjauan
tertentu. Luas daerah pengaliran ini dihitung berdasarkan daerah tangkapan air
yang masuk menjadi beban pada saluran drainase (R. Irawan, 2017).
Versi 5.1. EPA SWMM merupakan sebuah sistem software yang didesain untuk
pengaruh hujan-runoff dari suatu wilayah pada sistem drainasenya untuk jangka
limpasan yang terjadi. Adapun input parameter tersebut adalah sebagai berikut:
a. Rain Gage
sistem. Rain gage menyuplai data presipitasi untuk satu atau lebih subcatchment
1. Rain Format : Data hujan yang di input berupa intensitas atau kumulatif.
3. Data Source : Sumber data hujan dapat berupa time series atau file
external.
b. Subcatchment
depressiom storage.
parameternya.
c. Junction/Node
1. Node Invert
4. Conduit Length
5. Conduit Geometry
6. Conduit Roughness
7. Flow Units
8. Link Offset
9. Routing Method
d. Conduit/Links
dimasukkan adalah:
26
1. Bentuk saluran;
saluran.
e. Outfalls
Outfall Node adalah titik pemberhentian dari sistem drainase yang
menentukan batas hilir. Outfall ini hanya dihubungkan oleh satu link. Parameter
yang dimasukkan adalah:
1. Invert Elevation
2. Tide Gate
3. Fixed Stage
2.6 Analisis Hidraulika
tetap aman dan tidak menimbulkan endapan dalam saluran. Sedangkan kecepatan
Keterangan :
S = kemiringan saluran Y
Saluran untuk drainase tidak terlampau jauh berbeda dengan saluran air
panjang, trapesium, segitiga dan setengah lingkaran (Hasmar, 2011). Faktor yang
28
2015) :
sambungan, material padat yang terangkut dan terdapat dalam saluran, akar
tumbuhan, lapisan penutup (pipa), umur saluran dan aliran lateral yang
mengganggu (Risnawati, 2017). Nilai kekasaran manning dapat dilihat pada tabel
Tipe Baik
No Baik Sedang Jelek
Saluran Sekali
21. Saluran beton pracetak dengan acuan kayu 0,015 0,016 0,016 0,018
(Sumber : Departemen Pekerjaan Umum, 2005)
serta tinggi tekanan yang diperlukan untuk adanya pengaliran sesuai dengan
Tinggi jagaan adalah jarak antara elevasi muka air (elevasi muka air pada
elevasi penuh air akibat angin dan penutupan pintu air di hulu (bukan untuk
aliran, arah belokan saluran dan debit banjir. Tinggi jagaan biasanya diambil
W = √0,5 x h (2.25)
keterangan :
BAB III
3 METODOLOGI PENELITIAN
METODE PERENCANAAN
rencana pertokoan adalah sawah dan di sekitarnya terdapat fasilitas umum berupa
Lokasi Mahroja Commercial Center dapat dilihat pada gambar 3.1 dibawah
ini.
oleh peneliti sebagai objek penelitian. Data primer yang dibutuhkan dalam
penelitian ini mencakup kondisi eksisting, elevasi dan luas daerah tangkapan air
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari acuan dan literatur
yang diperlukan. Data sekunder yang diperlukan untuk penelitian ini diantaranya :
Data curah hujan yang digunakan merupakan data yang didapat dari stasiun
Cimulu, stasiun hujan Cimulu dan stasiun hujan Cigede selama 13 tahun.
2. Peta Topografi
Peta Tata guna lahan digunakan untuk menentukan kapasitas infiltrasi dan
3.3 Alat
Analisis ini bertujuan menghitung curah hujan rencana pada periode ulang
hujan tertentu. Periode ulang yang digunakan yaitu periode ulang 2 tahun, 5
tahun, 10 tahun, 25 tahun dan 50 tahun. Curah hujan rencana didapatkan dengan
jaman dengan metode Mononobe dan persamaan (2.16). Analisis Debit Banjir
Rencana
banjir rencana dimana harus diketahui nilai koefisien limpasan, luas wilayah serta
pada catchment area ditentukan dengan menganalisis tata guna lahan kemudian
mengalirnya air dari titik terjauh sampai titik yang akan ditinjau. Tahap – tahap
dalam perhitungan debit banjir rencana disajikan pada gambar dibawah ini.
selama 13 tahun. Data curah hujan didapat dari stasiun hujan terdekat yaitu
stasiun hujan Cimulu, stasiun hujan Cikunten II dan stasiun hujan Kawalu
statistik dasar.
Elevation Model (DEM) yang bersumber dari DEMNAS. Luas total daerah
tangkapan air Mahroja Commercial Center adalah 18,8 Ha dan luas rencana
pertokoan 0,66 Ha dengan elevasi tertinggi 388 mdpl dan elevasi terendah
386,25 mdpl. Titik elevasi dan luas didapat dari hasil survey lapangan
P +P +P +...+Pn
̅
P = 1 2 n3
dibawah ini.
2007 90 75 49 71
2008 105 79 67 84
2009 93 76 59 76
2010 130 95 90 105
2011 126 140 108 125
2012 89 138 79 102
2013 141 132 79 117
2014 152 122 128 134
2015 98 105 65 89
2016 101 135 71 102
2017 113 134 74 107
2018 114 129 75 106
2019 80 90 91 87
Keterangan :
1. P1 = PCH Cikunten II
2. P2 = PCH Cimulu
3. P3 = PCH Kawalu
4.1.2 Analisis Frekuensi
1
= x 1265
13
= 97,3363
∑n ̅̅̅2
i=1(Xi−X)
Standar Deviasi : S = √ n−1
4148
= √13−1
= 18,5918
39
n ∑n ̅ 3
i=1(Xi−X)
Koefisien Skewness : Cs = (n−1)(n−2)S3
= 0,2550247
n2 ∑(Xi−X
̅ )4
Koefisien Kurtosis : Ck = (n−1)(n−2)(n−3)S4
= 3,1574
(Log Xi (Log Xi
(Log Xi – (Log Xi -
No Tahun Xi Log Xi - Log – Log
Log Xrata)³ Log Xrata)⁴
Xrata) Xrata)²
105 2,0212 0,0394 0,0016 0,00006105 0,00000240
9 2017
106 2,0253 0,0435 0,0019 0,00008226 0,00000358
10 2018
112 2,0492 0,0674 0,0045 0,00030623 0,00002064
11 2013
122 2,0864 0,1045 0,0109 0,00114265 0,00011946
12 2011
132 2,1206 0,1388 0,0193 0,00267170 0,00037072
13 2014
Ʃ 1265 1267 25,7636 0,0807 0,0816 0,00086550
(Log Xi (Log Xi
(Log Xi – (Log Xi -
No Tahun Xi Log Xi - Log – Log
Log Xrata)³ Log Xrata)⁴
Xrata) Xrata)²
84 1,9243 -0,0575 0,0033 -0,00019046 0,00001096
4 2019
87 1,9395 -0,0423 0,0018 -0,00007566 0,00000320
5 2015
92 1,9638 -0,0180 0,0003 -0,00000586 0,00000011
6 2016
99 1,9956 0,0138 0,0002 0,00000264 0,00000004
7 2012
103 2,0128 0,0310 0,0010 0,00002986 0,00000093
8 2010
105 2,0212 0,0394 0,0016 0,00006105 0,00000240
9 2017
106 2,0253 0,0435 0,0019 0,00008226 0,00000358
10 2018
112 2,0492 0,0674 0,0045 0,00030623 0,00002064
11 2013
122 2,0864 0,1045 0,0109 0,00114265 0,00011946
12 2011
132 2,1206 0,1388 0,0193 0,00267170 0,00037072
13 2014
Ʃ 1265 1267 25,7636 0,0807 0,0816 0,00086550
Tabel 4.9 Curah Hujan Rencana dengan Distribusi Log Person III
PUH Kt Log Xt Hujan Rencana (mm)
2 0,3665 2,0120 102,8108
5 1,4999 2,1055 127,4986
10 2,2504 2,1674 147,0241
25 2,6738 2,2023 159,3318
50 2,9702 2,2267 168,5576
43
memiliki nilai yang berbeda sehingga harus diuji kesesuaiannya dengan sifat
dipilih salah satu distribusi yang memiliki nilai koefien skewness dan
Person III untuk selanjutnya diuji sebaran dan digunakan dalam perhitungan
selanjutnya.
➢ Banyak Data : n = 13
Periode Faktor
P Hujan Rencana
Ulang Frekuensi Log Xrata STDEV Log Xt
(%) (mm)
(Tr) (Kt)
20 5,00 1,4999 1,9818 0,0825 2,1055 127,4986
40 2,50 0,6717 1,9818 0,0825 2,0372 108,9451
60 1,67 0,0874 1,9818 0,0825 1,9890 97,5043
80 1,25 -0,4759 1,9818 0,0825 1,9426 87,6135
Dari tabel 2.11 diketahui bahwa nilai Dkritis dengan jumlah data 13
dan signifikan 5 % adalah 0,3680. Maka Dmaks < Dkritis dan distribusi
hujan dengan suatu besaran tertentu akan disamai atau dilampaui. Maka
Diketahui :
R 24 = 102,7727 mm
t = 1 menit
2
102,7727 24 3
I= ( )
24 1
46
I = 18,8293 mm/Jam
dibawah ini.
parameter penting hujan yaitu durasi dan intensitas hujan yang selanjutnya
rasional.
G R AF I K I N T E N S I T A S - D U R A S I - F R E K U E N S I ( 2 4 J A M )
250
INTENSITAS HUJAN (MM/JAM)
200
150
100
50
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
LAMANYA HUJAN (JAM)
Tr = 2 Tahun Tr = 5 Tahun Tr = 10 Tahun Tr = 25 Tahun Tr = 50 Tahun
waktu lama. Data intensitas hujan 6 jam selanjutnya akan di input sebagai
Center
adalah 0,66 Ha. Rencana pembuang run off dari pertokoan dibuang ke
Tersier Cibadodon terdiri dari lahan sawah, permukiman, pasar dan jalan
Cibadodon. Simulasi dengan Aplikasi EPA SWMM 5.1 ini yaitu untuk
menunjukkan contiunty error pada Surface Runoff sebesar -0,57% dan Flow
intensitas hujan selama 6 jam dengan periode ulang 25 tahun terlihat ada
setiap saluran itu memiliki kapasitas tampungan yang berbeda. Warna biru
tua, biru muda dan hijau artinya saluran dianggap baik karena masih bisa
menampung debit limpasan yang terjadi. Warna kuning itu artinya saluran
menggunakan bantuan software SWMM 5.1 dengan luas DTA yaitu 18,8
ha. Hasil pada Tabel 4.15 diketahui debit banjir yang terjadi di dekat
saluran. Debit banjir rencana paling besar yang ada di saluran Cibadodon
5.1 Kesimpulan
menggunakan beton.
bantuan software SWMM 5.1 dengan luas DTA yaitu 18,8 ha.
4. Debit banjir yang terjadi di dekat komplek pertokoan (C8) sebesar 0,877
5. Debit banjir rencana paling besar yang ada di saluran Cibadodon berada di
sebesar 4,2057 m3/det, memenuhi 59,3 % dari kapasitas saluran yang ada.
ditetapkan sebagai bench mark (BM), jadi minimal elevasi rencana lantai
386,55 mdpl.
58
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
RIZQI Press.
Ilmu.
Kodoatie, J.K (2013). Rekayasa dan Manajemen Banjir Kota. Yogyakarta: ANDI.
Umum.
UNISBA.
SNI 03-2453-2002. Tata Cara Perencanaan Teknik Sumur Resapan Air Hujan