Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH DRAINASE

SISTEM DRAINASE POLDER KALI SEMARANG

Diususun oleh:

Arizal Rusdiyanto 21080117110001 Tiva Sisti 21080117120034

Muhammad Amin Maulana 21080117110002 Ma’alif Miftahul J 21080117120035

Nanda Rizki Octa P 21080117120007 Nadia Samiyah 21080117120040

Farah Dhifak 21080117120009 Sifa Amalia 21080117120041

Ratna Arianti Hidayah 21080117120015 Agung Santoso W 21080117140045

Indah Sekar A 21080117120018 Ryaas Rasyid 21080117140046

Aulia Nurlutfiani 21080117120029 Intan Ratna Sari S 21080117120026

Kelas A

DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS DIPONEGORO

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan pertolongan-Nya penulis
dapat menyelesaikan Tugas Polder Drainase Lingkungan ini. Laporan ini penulis susun untuk
memenuhi tugas sebagai salah satu syarat kelulusan dalam mata kuliah Drainase Lingkungan
dengan bobot 3 SKS. Tugas ini dimaksudkan agar penulis dapat mengevaluasi dan
menganalisis Polder Kali Semarang di lapangan.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada
1. Bapak Badrus Zaman, S.T., M.T., sebagai Ketua Departemen Studi Teknik
Lingkungan.
2. Bapak Ir. Endro Sutrisno, M.S.dan Bapak Dr. Ir. Anik Sarmaningsih, M.T.., sebagai
dosen Mata Kuliah Drainase Lingkungan
3. Teman-teman seperjuangan angkatan Teknik Lingkungan 2017
4. Serta semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan laporan ini yang
tidak bisa penulis sebutkan satu per satu.
Laporan ini penulis buat seoptimal mungkin, sehingga nantinya akan dapat berguna
bagi pihak yang membacanya. Penulis sangat mengharapkan saran dan kritik demi
kesempurnaan laporan dan penambah wawasan untuk pembuatan tugas di masa yang akan
datang.

Semarang, 28 November 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

MAKALAH DRAINASE ........................................................................................................... i


KATA PENGANTAR ............................................................................................................... ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ........................................................................................................ 1
1.3. Tujuan........................................................................................................................... 1
BAB II PERMASALAHAN POLDER KALI SEMARANG ................................................... 3
2.1 Gambaran Umum ......................................................................................................... 3
2.1.1 Gambaran Umum Polder ........................................................................................3
2.1.2 Gambaran Umum Wilayah .....................................................................................5
2.2 Perhitungan Curah Hujan ............................................................................................. 7
2.2.1 Analisis Intensitas Hujan ........................................................................................7
2.2.2 Menentukan Kala Ulang .............................................................................................9
2.2.3. Analisa Curah Hujan Maximum ...........................................................................10
2.2.4 Analisa Debit Banjir .............................................................................................14
2.3 Perhitungan Debit Pompa........................................................................................... 17
2.4 Perhitungan Kolam Retensi........................................................................................ 17
2.5 Analisa Polder Kali Semarang ................................................................................... 18
2.5.1 Jaringan Drainase Polder Kali Semarang .............................................................18
2.5.2 Tanggul .................................................................................................................18
2.5.3 Unit Pompa ...........................................................................................................19
2.5.4 Kolam Retensi .......................................................................................................20
2.5.5 Barscreen...............................................................................................................21
2.5.6 Pintu Air ................................................................................................................22
2.5.7 Komponen Lainnya ...............................................................................................22
2.5.8 Operasi dan Pemeliharaan.....................................................................................23
2.5.9 Permasalahan Polder Kali Semarang ....................................................................24
BAB III …………………………………………………………………………………...25
PENUTUP …………………………………………………………………………………...25
3.1 Kesimpulan................................................................................................................. 25

iii
3.2 Saran ........................................................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................ v
LAMPIRAN ..............................................................................................................................vi

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Peningkatan jumlah penduduk menyebabkan kebutuhan air serta lahan juga meningkat.
Oleh karena itu, di daerah perkotaan banyak terjadi alih fungsi lahan serta pengambilan air
tanah yang tidak terkontrol. Hal ini dapat menyebabkan berbaqgai masalah lingkungan salah
satunya banjir. Banjir tersebut disebabkan karena besarnya limpasan, curah hujan tinggi, alih
fungsi lahan dan kondisi topografi yang relatif rendah akibat penurunan tanah, khususya di
kawasan pesisir dimana elevasi muka tanah berada di bawah permukaan laut. Persoalan ini
diakibatkan karena sistem drainase yang tidak direncanakan dengan baik
Drainase merupakan sebuah sistem yang dibuat untuk menangani persoalan kelebihan
air. Secara umum drainase didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang usaha
mengalirkan air yang berlebihan pada suatu kawasan (Wesli, 2008). Drainase terdiri dari
berbagai macam, antara lain drainase sistem gravitasi, drainase sistem sub surface, dan
drainase sistem polder. Drainase dengan sistem polder merupakan salah satu solusi untuk
menangani limpasan permukaaan di lokasi yang bertopografi rendah dan rawan banjir.
Menurut Permen PU Nomor 12/PRT/M/2014 tentang Penyelenggaraan Sistem Drainase
Perkotaan, sistem polder adalah suatu sistem yang secara hidrologis terpisah dari
sekelilingnya baik secara alamiah maupun buatan yang dilengkapi dengan tanggul, sistem
drainase internal, pompa dan/atau waduk, serta pintu air.
Kota Semarang sebagai salah satu dari wilayah di Indonesia yang terletak di dataran
rendah dan daerah pesisir, beresiko tergenang air apabila drainase tidak direncanakan dengan
baik. Dalam karya tulis ini akian dibahas mengenai peran dan fungsi drainase polder sebagai
salah satu solusi mengatasi banjir di Kota Semarang khususnya banjir dari Kali Semarang.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa saja komponen-komponen sistem Polder Kali Semarang?
2. Bagaimana operasi dan pemeliharaan sistem Polder Kali Semarang?
3. Bagaimana analisis kerja polder dan pompa polder Kali Semarang dalam mengatasi
resiko banjir?

1.3. Tujuan
1. Mengetahui komponen-komponen sistem Polder Kali Semarang

1
2. Mengetahui operasi dan pemeliharaan sistem Polder Kali Semarang
3. Mengetahui karateristik dan kelengkapan polder serta pompa di polder Kali Semarang

2
BAB II
PERMASALAHAN POLDER KALI SEMARANG

2.1 Gambaran Umum


2.1.1 Gambaran Umum Polder
Polder adalah sekumpulan dataran rendah yang membentuk kesatuan hidrologis
artifisial yang dikelilingi oleh tanggul. Pada daerah polder, air buangan (air kotor dan air
hujan) dikumpulkan di suatu badan air (sungai, situ) lalu dipompakan ke badan air lain pada
polder yang lebih tinggi posisinya, hingga pada akhirnya air dipompakan ke sungai atau kanal
yang langsung bermuara ke laut. Tanggul yang mengelilingi polder bisa berupa pemadatan
tanah dengan lapisan kedap air, dinding batu, bisa juga berupa konstruksi beton dan
perkerasan yang canggih.
Sistem polder adalah sistem penanganan drainase perkotaan dengan cara mengisolasi
daerah yang dilayani (catchment area) terhadap masuknya air dari luar sistem baik berupa
limpasan (overflow) maupun aliran di bawah permukaan tanah (gorong-gorong dan
rembesan), serta mengendalikan ketinggian muka air banjir di dalam sistem sesuai dengan
Lokasi Pengembangan Sistem Polder rencana kebutuhan (Al Falah, 2008). Drainase sistem
polder digunakan untuk kondisi sebagai berikut:
a. Elevasi/ketinggian muka tanah lebih rendah dari elevasi muka air laut pasang.
b. Elevasi/ketinggian muka tanah lebih rendah dari elevasi muka air banjir sungai yang
merupakan outlet dari saluran drainase kota.
c. Daerah yang mengalami penurunan (land subsidence) sehingga daerah yang semula
lebih tinggi dari muka air laut pasang atau muka air banjir di sungai menjadi lebih
rendah.
Sistem polder terdiri dari beberapa komponen yang membentuk satu kesatuan untuk
menunjang keberhasilan sistem drainase. Gambar 2 menampilkan gambar
komponenkomponen sistem polder.

3
Gambar 2. 1 Komponen Sistem Polder

Keterangan Gambar :
1. Tanggul
Tanggul merupakan suatu batas yang mengelilingi suatu badan air atau
wilayah/daerah tertentu dengan elevasi yang lebih tinggi daripada elevasi di sekitar
kawasan tersebut, yang bertujuan untuk melindungi kawasan tersebut dari limpasan
air yang berasal dari luar kawasan.
2. Kolam Retensi
Kolam retensi merupakan suatu cekungan atau kolam yang dapat menampung atau
merespakan air didalamnya, tergantung dari jenis behan pelapis dinding dan dasar
kolam. Biasanya kolam retensi dibagi menjadi dua ada yang kolam alami dan juga
kolam non alami.
3. Jaringan Saluran Drainase
4. Stasiun Pompa
Di dalam sistem pompa terdapat pompa yang digunakan untuk mengeluarkan air
yang sudah terkumpul dalam kolam retensi atau junction jaringan drainase ke luar
cakupan area.
5. Pintu Air

a. Fungsi Polder
Fungsi utama polder adalah sebagai pengendali muka air di dalam sistem polder
tersebut. Untuk kepentingan permukiman, muka air di dalam Sistem dikendalikan supaya
tidak terjadi banjir/genangan. Air di dalam sistem dikendalikan sedemikian rupa sehingga
jika terdapat kelebihan air yang dapat menyebabkan banjir, maka kelebihan air itu dipompa
keluar sistem polder.

4
b. Cara Kerja Polder
Polder dioperasionalkan dengan ketentuan:
1. Menggunakan sistim tanggul banjir sehingga aliran dari daerah lain tidak dapat masuk
dan begitu juga sebaliknya.
2. Pada saat permukaan air dibadan air penerima naik akibat banjir atau pasang, pintu air
ditutup guna mencegah aliran dari bawah ke dalam saluran atau kawasan polder.
3. Pada saat permukaan air surut, pintu air akan dibuka dan aliran air dapat dialirkan
secara gravitasi
4. Sistim pompa digunakan untuk mempercepat proses pengeluaran /pemindahan aliran
dari kawasan polder ke badan air penerima, pada saat permukaan air naik akibat banjir
atau pasang, genangan air yang terjadi dapat direduksi.
c. Pemeliharaan Polder
Adapun pemeliharaan polder meliputi sebagai berikut:
1. Sewaktu Pompa tidak dioperasikan periksa kellengkapan saringan sampah dibagian
depan pompa. Terutama dari sampah- sampah plastik yang dapat merusak poros dan
propeller pompa.
2. Untuk waduk yang ditumbuhi oleh gulma seperti eceng gondok., bila perlu ajak pihak
swasta untuk memanfaatkan eceng gondok menjadi komoditi yang berguna seperti
pembuatan tas, tikat serta mungkin dapat diolah menjadi gas bio.
3. Periksa secara rutin panel operasi jangan sampai ada kabel yang putus karena
termakan usia arau oleh binatang pengerat seperti tikus dll.
4. Perhatikan engsel-engsel pintu instalasi agar jangan sampai kering . Sebab semua
petugas operasional pompa harus tetap siaga menjaga kemungkinan terjadi banjir
dadakan.

2.1.2 Gambaran Umum Wilayah


Drainase perkotaan merupakan salah satu elemen penting dalam suatu kota, tanpa
adanya perencanaan drainase yang baik, maka kegiatan perekonomian suatu kota akan
terganggu. Permasalahan yang terjadi di wilayah DAS Kali Semarang seperti daerah Tanah
Mas dan Pelabuhan Tanjung Mas yaitu banjir kawasan dan rob. Hal ini disebabkan oleh
kurang berfungsinya saluran drainase utama seperti terjadinya penumpukan sendimen di
dasar sungai, yang mengakibatkan berkurangnya kapasitas tamping sungai. Stasiun Pompa
Drainase Kali Semarang dioperasikan oleh Dinas Pekerjaan Umum Kota Semarang. Polder

5
Kali Semarang terletak di Semarang Utara, tepatnya di hilir Sungai Kali Semarang, memiliki
panjang 7,08 km dengan luas DAS 788,44 Ha.
Polder Kali Semarang dibangun pada tahun 2009 hingga 2014 dengan anggaran ± Rp
1 Triliun. Polder ini memiliki kelengkapannya yaitu antara lain kolam retensi seluas ± 6,8 Ha
dengan kapasitas 130.000 m3, 6 pompa dengan kapasitas 5 m3/s dan 2 pompa dengan
kapasitas 2,5 m3/s. Lokasi studi perencanaan kolam retensi mencakup Daerah Aliran Sungai
(DAS) yang masuk ke Kali Semarang yang meliputi saluran Erlangga, saluran Simpang
Lima, dan saluran Kartini. Batas wilayah studi yang akan ditinjau meliputi :
 Sebelah Utara : Laut Jawa
 Sebelah Timur : Jalan MT. Haryono, Kali Baru, Pelabuhan Tanjung
Mas
 Sebelah Selatan : Jalan D. I. Panjaitan, Jalan Kartini
 Sebelah Barat : Banjir Kanal Barat, Jalan Pasir Mas Raya

Pengelola Polder Kali Semarang yaitu PSDA Kota Semarang. Manfaat dari sistem
polder Kali Semarang adalah:
1. Mengurangi genangan banjir akibat air hujan dan rob akibat muka air pasang pada
kawasan seluas ± 12,8 Ha.
2. Mengurangu sekaligus menadakan bencana investasi (investement disaster) yang
diakibatkan permasalahan kronis rob.
3. Terwujudnya lingkungan perkotaan-perkotaan yang layak huni, bersih, dan sehat.
Secara teknis, muara Kali Semarang dan Muara Kali Baru, sebagai muara utama
tempat aliran balik air laut pasang ke daratan yang lebih rendah ditutup secara permanen.
Dengan demikian air laut pasang tidak dapat mengalir ke daratan sebagai back flow, namun
sebalikya air dari daerah hulu tidak lagi dapat mengalir secara gravitasi ke laut. Untuk itu
pengaliran air dari hulu melalui Kali Semarang, Kali Asin, dan Kali Baru, dipompa ke laut,
dengan terlebih dahulu ditampung pada pompa kolam retensi.

6
Gambar 2. 2 Lokasi Polder Kali Semarang
Sumber: Google Earth, 2019

2.2 Perhitungan Curah Hujan


Analisis hidrologi merupakan satu bagian analisis awal dalam perancangan bangunan-
bangunan hidraulik. Analisis hidrologi diperlukan untuk mengetahui karakteristik hidrologi di
lokasi DAS Kali Semarang. Selain itu, analisis hidrologi digunakan untuk menentukan
besarnya debit banjir rencana pada suatu perencanaan bangunan air. Data untuk penentuan
debit banjir rencana yang dibutuhkan adalah data curah hujan, dimana curah hujan
merupakan salah satu dari beberapa data yang dapat digunakan untuk memperkirakan
besarnya debit banjir rencana.
2.2.1 Analisis Intensitas Hujan
Wilayah Kalisemarang memiliki potensi banjir dan mengalami genangan setiap
tahunnya. Penyebabnya adalah letaknya di dekat pantai sehingga memiliki potensi terkena
banjir rob. Selain itu juga elevasi tanah di kali semarang paling rendah dianatara wilayah
yang lain. permasalahan ini dapat diselesaikan dengan merencanakan system polder.
1. Stasiun A : Madukoro
2. Stasiun B : Simongan
3. Stasiun C : Plamongan

Data curah hujan diperoleh dari data pengamatan oleh Badan Meteorologi,
Klimatologi dan Geofisika Stasiun Semarang. Pada stasiun hujan tersebut, pencatatan
dilakukan dengan menggunakan durasi waktu bulanan. Oleh karena itu, data curah hujan

7
maksimum tiap tahun diperoleh dengan membandingkan nilai curah hujan bulanan terbesar.
Nilai dianggap sebagai curah hujan maksimum pada tahun tersebut.
Menurut Suripin (2004) dalam menentukan hujan wilayah dapat dipilih metode rata-
rata aljabar. Persamaan yang dipakai untuk menghitung hujan wilayah dengan metode
Aljabar yaitu :
P1 +P2 +P3 +⋯+Pn
P= (Suripin, 2004)
n

keterangan :
P = curah hujan kawasan
P1, P2, P3,…, Pn = curah hujan yang tercatat di pos penakar hujan 1,2,3,…, n
n = banyaknya pos penakar hujan
Perhitungan hujan rerata wilayah selama 20 tahun terakhir disajikan pada Tabel 2.1
berikut.
Tabel 2. 1 Data Curah Hujan

Data Hujan (Mm)


No Tahun
St. A St. B St. C
1 1999 232 396 211
2 2000 365 638 261
3 2001 137 531 126
4 2002 329 185 296
5 2003 238 279 308
6 2004 311 540 135
7 2005 287 265 164
8 2006 186 194 271
9 2007 225 320 142
10 2008 287 110 749
11 2009 735 717 384
12 2010 427 827 583
13 2011 487 786 338
14 2012 574 949 583
15 2013 567 990 504
16 2014 557 432 837
17 2015 475 588 265
18 2016 124 111 407
19 2017 72 125 492
20 2018 79 177 677
Jumlah 6694 9160 7733
Rata-Rata 335 458 387

8
Tabel 2. 2 Data Hujan Kawasan

No. Tahun Xi

1 1999 232,00
2 2000 365,00
3 2001 137,00
4 2002 329,00
5 2003 238,00
6 2004 311,00
7 2005 287,00
8 2006 186,00
9 2007 225,00
10 2008 287,00
11 2009 735,00
12 2010 427,00
13 2011 487,00
14 2012 574,00
15 2013 567,00
16 2014 557,00
17 2015 475,00
18 2016 124,00
19 2017 72,00
20 2018 79,00
Jumlah 6694,00
Rata-Rata 334,70

2.2.2 Menentukan Kala Ulang


Karakteristik hujan menunjukkan bahwa hujan yang besar tertentu mempunyai kala
ulang tertentu, kala ulang rencana untuk saluran mengikuti standar yang berlaku seperti
tabel berikut :
Tabel 2. 3 Kala Ulang Berdasarkan Tipologi Kota & Luas Daerah Pengaliran

Catchment (Ha)
Tipologi
< 10 10-100 100-500 >500
Kota Metropolitan 2 thn 2 - 5 thn 5 - 10 thn 10 - 25 thn
Kota Besar 2 thn 2 - 5 thn 2 - 5 thn 5 - 20 thn
Kota Sedang / Kecil 2 thn 2 - 5 thn 2 - 5 thn 5 - 10 thn

9
Berdasarkan tabel tersebut, ditentukan penggunaan kala ulang 5 tahun dalam
perhitungan. Hal ini dikarenakan luas catchment area antara 100-500 tahun dan merupakan
kota besar.

2.2.3. Analisa Curah Hujan Maximum


Dari data curah hujan wilayah harian, perlu ditentukan kemungkinan curah hujan
harian maksimum yang dipergunakan untuk menentukan debit banjir rencana.
1. Analisa Frekuensi Curah Hujan
Analisa frekuensi curah hujan diperlukan untuk menentukan jenis sebaran (distribusi).
Perhitungan analisa frekuensi curah hujan selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 2. 4 Analisa Frekuensi Curah Hujan

TAHU
NO X Xi (X1-X) (X1-X)^2 (X1-X)^3 (X1-X)^4
N
-
334.7 771666668.5
1 2009 168.03 -166.67 27778.89 4629907.4
0 2
1
334.7 -
2 2010 246.5 -88.20 7779.24 60516574.98
0 686128.97
-
334.7 1179985402.
3 2011 149.36 -185.34 34350.92 6366598.7
0 56
0
-
334.7 462769968.8
4 2012 188.03 -146.67 21512.09 3155178.0
0 4
8
-
334.7 365626347.0
5 2013 196.42 -138.28 19121.36 2644101.4
0 6
4
-
334.7 269611789.2
6 2014 206.56 -128.14 16419.86 2104040.8
0 8
1
-
334.7 1089982961.
7 2015 153 -181.70 33014.89 5998805.5
0 71
1
-
334.7 292526578.9
8 2016 203.92 -130.78 17103.41 2236783.7
0 0
5
-
334.7 523475528.7
9 2017 183.44 -151.26 22879.59 3460766.4
0 5
2

10
-
334.7 1463479309.
10 2018 139.11 -195.59 38255.45 7482383.0
0 33
9
- -
1834.3 238215.6 6479641129.
Jumlah 1512.6 38764694.
7 9 93
3 18
-
183.43 647964112.9
Rata-rata -151.26 23821.57 3876469.4
7 9
2
Standar Deviasi 162.69
Koef. Kemencengan
-0.37
(Cs)
Koef. Kurtosis (Ck) 0.18
Koef. Variasi (Cv) 0.89

Dari hasil perhitungan di atas selanjutnya ditentukan jenis sebaran yang sesuai, dalam
penentuan jenis sebaran diperlukan faktor-faktor sebagai berikut:
1. Stardar Deviasi (S) 3. Koefisien Kurtosis (Ck)
𝑛2 𝑥 ∑𝑛 (𝑋𝑖−𝑋)4
𝑖=1
Ck = (𝑛−1) 𝑥 (𝑛−2)
∑𝑛
𝑖=1(𝑋𝑖−𝑋)
2 𝑥 (𝑛−3) 𝑥 𝑆 4
S =√ 𝑛−1
=
238215,69
= √ 102 𝑥 6479641129,934
10−1
(10−1) 𝑥 (10−2) 𝑥 (10−3) 𝑥 162,694
= 162.69
= 0.18
4. Koefisien Variasi (Cv)
2. Koefisien Kemencengan (Cs)
𝑆
𝑛 𝑥 ∑𝑛 3 Cv = 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎
𝑖=1(𝑋𝑖−𝑋)
Cs = (𝑛−1) 𝑥 (𝑛−2) 𝑥 𝑆 3 162.69
= 183.437
10 x −38764694,18
= (10−1) 𝑥 (10−2) 𝑥 162,693
= 0,89
= -0.37

Dalam statistik terdapat beberapa jenis sebaran (distribusi), diantaranya yang sering
digunakan dalam hidrologi adalah:
1. Distribusi Gumbel
2. Distribusi Log Normal
3. Distribusi Log-Person tipe III
4. Distribusi Normal

11
Berikut ini adalah perbandingan syarat-syarat distribusi dan hasil perhitungan analisa
frekuensi curah hujan.
Tabel 2. 5 Perbandingan Syarat Distribusi dan Hasil Perhitungan

No JenisDistribusi Syarat HasilPerhitungan

1 Gumbel Cs ≤ 1,1396 0,14 < 1,1396


Ck ≤ 5,4002 3,54 < 5,4002
2 Log Normal Cs = 3 Cv +
Cv2
Cs = 0,7084
3 Log-Person tipe III Cs ≈ 0
4 Normal Cs = 0
Sumber: Analisis Penulis, 2019
Berdasarkan perbandingan hasil perhitungan dan syarat di atas, maka dapat dipilih
jenis distribusi yang memenuhi syarat, yaitu Distribusi Gumbel.

2. Perhitungan Curah Hujan Rencana dan Intensitas Hujan


Untuk menentukan besarnya debit banjir rencana yang akan terjadi di Kelurahan
Pekunden, maka terlebih dahulu dicari kemungkinan curah hujan rencana. Metode yang
digunakan dalam perhitungan curah hujan rencana ini adalah metode Distribusi Gumbel,
dengan rumus:

̅+ St/Sn (Yt – Yn)


XT = X

keterangan :
Xt = Hujan rencana pada periode ke t

̅
X = Hujan rata-rata stasiun

St = Standard Deviasi

Sn = Expected Standard Deviasi

Yn = Expected Mean Reduced Variate

Yt = Reduced Variated untuk PUH = t tahun

Tabel 2. 6 Data Rata-Rata Hujan

No Tahun Data Hujan (Mm)


St. A St. B St. C
1 2000 232 396 211
2 2001 365 638 261

12
3 2002 137 531 126
4 2003 329 185 296
5 2004 238 279 308
6 2005 311 540 135
7 2006 287 265 164
8 2007 186 194 271
9 2008 225 320 142
10 2009 287 110 749
11 2010 735 717 384
12 2011 427 827 583
13 2012 487 786 338
14 2013 574 949 583
15 2014 567 990 504
16 2015 557 432 837
17 2016 475 588 265
18 2017 124 111 407
19 2018 72 125 492
20 2019 79 177 677
Jumlah 6694 9160 7733
Rata-Rata 335 458 387
Sumber: Analisis Penulis, 2019

Berikut ini adalah salah satu perhitungan curah hujan harian maksimum dengan
menggunakan metode Gumbel pada periode ulang 2 tahun pada stasiun A. Data yang ada :
̅
X = 334.7
St = 184.998
Yt = 0.3665
Yn = 0.5236
Sn = 1.0628
Dengan demikian maka:
X2 =̅
X+ St/Sn x (Yt – Yn)
X2 = 334,7+ 184.998/1,0628 x (03665 - 0,5236)
X2 = 307.3541

13
Tabel 2. 7 Hasil Perhitungan Hujan Rencana

Periode Hujan Maksimum


No X S Yt Yn Sn
Ulang (mm)
1 2 334.7 184.998 0.3665 0.5236 1.0628 307.3541
2 5 334.7 184.998 1.4999 0.5236 1.0628 504.6417
3 10 334.7 184.998 2.2502 0.5236 1.0628 635.2442
4 20 334.7 184.998 2.9606 0.5236 1.0628 758.9014
5 50 334.7 184.998 3.9019 0.5236 1.0628 922.7507
6 100 334.7 184.998 4.6001 0.5236 1.0628 1044.2843
Sumber: Analisis Penulis, 2019
Karena data curah hujan yang tersedia adalah data curah hujan harian maksimum,
maka intensitas hujan dihitung menggunakan rumus Mononobe
2
R24 24 3
I= 24
(t)

keterangan :
I : intensitas hujan (mm/jam)
t : lamanya hujan (jam)
R24 : curah hujan maksimum harian (selama 24 jam) (mm)
Berikut adalah contoh perhitungan intensitas hujan untuk periode ulang 2 tahun dan waktu
konsentrasi 1 jam.
2
R24 24 3
I= (t)
24
2
307,354 24 3
I= (1)
24

I = 106,553 mm/jam

2.2.4 Analisa Debit Banjir


2.2.4.1 Metode Rasional.
Rumus umum Metode Rasional
Qt = 0,278C.I.A
Keterangan : Q = Debit banjir (m3/det)
C = Koefisien Pengaliran
I = Intensitas hujan (mm/jam)
A = Luas Daerah Aliran (km2)

14
2.2.4.2 Waktu Konsentrasi
Waktu konsentrasi adalah waktu yang diperlukan untuk mengalirkan air dari titik
yang paling jauh pada daerah aliran ke titik kontrol yang ditentukan di bagian hilir suatu
saluran. Metode Kirpich merupakan metode yang biasa digunakan untuk menghitung
waktu.
0,06628 𝑥 𝐿0,77
to =
𝑆 0,385
Keterangan :
to = waktu untuk mengalir di permukaan (jam)
L = panjang saluran dari hulu sampai titik yang diambil debitnya (km)
s = kemiringan saluran/sungai
𝐿
td =
60𝑉

v = 1/n x R2/3 x S1/2


Keterangan :
td = waktu untuk mengalir di saluran (menit)
L = panjang saluran
V = kecepatan aliran dalam saluran (m/s)
n = koefisien manning
R = Radius Hidraulik (m) = A/P
tc = to + td
Keterangan: tc = waktu konsentrasi

2.2.4.3 Intensitas Hujan Rencana dengan Metode Mononobe


Menurut Dr. Mononobe intensitas hujan (I) di dalam rumus rasional dapat dihitung
dengan rumus :
2
R  24  3
I   mm / jam
24  tc 
Keterangan :
R = curah hujan rancangan setempat dalam mm
tc = lama waktu konsentrasi dalam jam
I = intensitas hujan dalam mm

15
2.2.4.4 Perhitungan

Data yang digunakan :


 Luas catchment area (A) = 788,44 Ha = 7,88 km2
 Koefisien pengaliran (C) = 0,7 (pemukiman)
 Panjang saluran (L) = 7080 m = 7,08 km
 Kecepatan rata-rata/velocity (V) = 1,5 m/det
 R = 307,354 mm
Perhitungan :
1) Waktu konsentrasi :
- td = 60 menit = 1 jam
0,06628 𝑥 𝐿 0,77
- to = 𝑆 0,385

0,06628 𝑥 7,080,77
to = 0,0070,385

to = 2,02 jam = 121,25 menit


- tc = to + td

tc = (121,25 + 60) menit


tc = 181,25 menit = 3,02 jam
2) Koefisien penyimpangan :
C = 0,7 (pemukiman)
4) Intensitas hujan :
2
R  24  3
I   mm / jam
24  tc 
2⁄
307,354 24 3
𝐼  =   ( ) 𝑚𝑚/𝑗𝑎𝑚
24 3,02
= 101,74 mm/jam
5) Debit air yang masuk :
2𝑡𝑐
Cs = 2𝑡𝑐+𝑡𝑑
2 𝑥 181,25
= 2 𝑥 181,25 + 60

= 0,858
Qin = 0,278C × Cs × I × A
= 0,278 × 0,7 x 0,858 × 101,74 × 7,88

16
= 133,86 m3 / det

2.3 Perhitungan Debit Pompa

a. Menghitung Daya Pompa, yang dibutuhkan


Q.Hp. A
P 

Keterangan : P = daya pompa (kg m/dtk)
Q = debit (m3/dt)
 = efisiensi pompa, diasumsikan 75 %
 = berat jenis air (1000 kg/m3)
b. Dengan Head pompa = Hf+Hs+Hv
Hf = 0
Hs = beda tinggi + kedalaman bak pengumpul
=2+3=5m
Hv = V2/2g = 0,252/(2x9,81) = 3,185 m
Head pompa = Hf+Hs+Hv
= 0 + 5 m + 3,185 m
= 8,185 m

c. Daya pompa
Q.Hp. A
P 

249,89 x8,185 x1000
P  2727132 kg m/dtk
0,75
Karena 1 Hp = 75 kg. m/dtk maka daya pompa = 2727132/ 75 = 36361 Hp = 25000
Kw

2.4 Perhitungan Kolam Retensi

Data yang digunakan


Waktu pengaliran sepanjang saluran (td) = 78,67 menit
Waktu konsentrasi (tc) = 199,92 menit
Hujan rencana kala ulang 10 tahunan (Rt) = 307,354 mm/hari

17
Intensitas hujan (I) = 101,74 mm/jam
Debit air yang masuk (Qin) = 143,43 m3/detik

Tabel 2. 8 perhitungan debit dan volume aliran masuk

Aliran Masuk Kumulatif


Kumulatif Waktu (Menit ) 3 A(km2) Volume (m3)
(m /detik) Volume (m3)
0 249,89 7,88 1969,1 1969,1
10 222,37 7,88 1752,3 3721,4
20 200,32 7,88 1578,5 5299,9
30 182,25 7,88 1436,1 6736,0
40 167,16 7,88 1317,3 8053,3
50 154,39 7,88 1216,6 9269,9
60 143,43 7,88 1130,2 10400,1
70 133,92 7,88 1055,3 11455,3
80 125,59 7,88 989,6 12445,0
90 118,24 7,88 931,7 13376,7
100 111,70 7,88 880,2 14256,9
Volume kolam retensi = Q x tc
= 143,43 x ( 199,92 / 60)
= 477,91 m3
Berdasarkan survei, volume kolam retensi polder Kali Semarang adalah
Q =AxH
= 788,44 x 4
= 3153,76 m2
Oleh karena itu perlunya perluasan polder Kali Semarang agar bisa menampung limpasan air
sehingga dapat mencegah terjadinya banjir.

2.5 Analisa Polder Kali Semarang


2.5.1 Jaringan Drainase Polder Kali Semarang
Wilayah jaringan drainase Polder Kali Semarang berfungsi sebagai muara dari
beberapa sungai di Semarang diantaranya adalah Kali Semarang, Kali Baru, dan Kali Asin
dengan luas DAS 788,44 Ha. Adanya Polder Kali Semarang adalah untuk menjaga tinggi
muka air di daerah Tawang, Tugu Muda hingga Simpang Lima.
2.5.2 Tanggul
Pada Polder Kali Semarang terdapat tanggul yang berfungsi sebagai pembatas antara
air tawar dan air laut. Tanggul ini dibangun meneglilingi kolam retensi serta pintu air yang
memisahkan air laut dengan air sungai. Hal ini bertujuan agar air laut tidak dapat masuk ke
daratan ketika terjadi pasang air laut. Elevasi dasar pintu air adalah EI -7,0 m dengan total

18
lebar pintu 20 m. Pintu air ini terdiri dari 5 roll gate yang dioperasikan dengan tenaga listrik
dan dapat dibuka dengan izin walikota. Pintu air akan dibuka apabila:
a. Level air pada kolam retensi lebih tinggi daripada elevasi muka air laut, sebab aliran
air yang masuk ke dalam kolam retensi lebih besar dari kapasitas pompa;
b. Pompa tidak berfungsi, sehingga perlu untuk membuang air melalui pintu air.

Gambar 2. 3 Tanggul Polder Kali Semarang


Sumber: Dokumentasi Penulis, 2019

2.5.3 Unit Pompa


Di dalam polder terdapat pompa yang digunakan untuk mengeluarkan air yang sudah
terkumpul dalam kolam retensi atau junction jaringan drainase ke luar cakupan area. Prinsip
dasar kerja pompa adalah menghisap air dengan menggunakan sumber tenaga, baik itu listrik
atau diesel/solar. Air dapat dibuang langsung ke laut atau sungai/banjir kanal yang bagian
hilirnya akan bermuara di laut. Penggunaan pompa pada Polder Kali Semarang dikarenakan
kontur wilayah pelayanan polder cenderung rendah dan merata sehingga tidak
memungkinkan untuk diterpkan sistem gravitasi. Selain itu, unit pompa di Polder Kali
Semarang sudah memperhatikan tinggi tekan pompa, pengaruh kehilangan tenaga yang akan
mempengaruhi daya pompa yang dibutuhkan serta kolam retensi. Semakin besar volume
tampungan yang tersedia, semakin kecil kapasitas pompa yang dibutuhkan dan sebaliknya.
Jumlah seluruh unit pompa Polder Kali Semarang adalah 8 pompa, dengan rincian 6
pompa besar (PDRL) masing-masing kapasitas 5000 l/s dengan daya 386 kW dan 2 pompa
kecil (PDRS) masing-masing dengan kapasitas 2500 l/s dengan daya 250 kW. Pompa besar di
Stasiun Rumah Pompa Kali Semarang pada saat pertama kali beroperasi merupakan yang
terbesar di Asia Tenggara. Di rumah pompa ini juga terdapat pompa lumpur (PSLP) dengan
daya sebesar 19 kW dengan kapasitas 50 l/s.

19
Pengoperasian seluruh pompa yang ada di Polder Kali Semarang melalui ruang
control panel yang letaknya tidak jauh dari rumah pompa. Pompa ini dioperasikan oleh
operator serta otomatis menyala apabila terjadi kenaikan elevasi kritis di kolam retensi.

(a) (b)

Gambar 2. 4 (a) Check Valve (b) Control Panel


Sumber: Dokumentasi Penulis, 2019

Gambar 2. 5 Rumah Pompa


Sumber: Dokumentasi Penulis, 2019

2.5.4 Kolam Retensi


Kolam retensi Polder Kali Semarang terletak dalam satu wilayah dengan Rumah
Pompa Kali Semarang dan memiliki luas ± 6,8 Ha dengan kapasitas 130.000 m3. Maksimum
level muka air di kolam retensi adalah EI -0,1 m mengingat elevasi terendah EI -0,5 m. Oleh
karena itu, elevasi efektif adalah dibawah EI -0,5 m. Sementara itu, elevasi terendah yang
dimungkinkan untuk pengoperasian pompa secara halus adalah EI -2,5 m. Dengan demikian,
volume efektif yang tertampung di dalam kolam retensi adalah EI -0,1 m s.d. -2,5 m. Pada

20
saat survei ke Polder Kali Semarang, ketinggian kolam retensi adalah El –1,57 m dengan
ketinggian air laut 1,01 m dikarenakan sedang terjadi pasang.

Gambar 2. 6 Kolam Retensi Polder Kali Semarang


Sumber: Dokumentasi Penulis, 2019
Sebelum masuk ke kolam retensi, air melewati up stream trashrack rack berupa bar
screen untuk memisahkan sampah yang masuk ke kolam retensi. Pada kolam retensi terdapat
sensor muka air yang berfungsi untuk mengontrol tinggi muka air pada kolam retensi. Setelah
masuk kolam retensi, air mengalir menuju down stream trashrack rack berupa bar screen
sebelum masuk ke pompa air. Di kolam retensi juga terdapat conveying system berupa crane
yang berfungsi untuk mengangkat sampah yang berada pada kolam.

2.5.5 Barscreen
Bar screen berfungsi untuk menyaring sampah dengan ukuran besar agar tidak
menyumbat pompa. Bar screen diletakan sebelum kolam retensi agar sampah telah tersaring
saat masuk ke kolam retensi.

Gambar 2. 7 Barscreen
Sumber: Dokumentasi Penulis, 2019

21
2.5.6 Pintu Air
Fungsi utama pintu air adalah sebagai pengendali laju air. Apabila kolam retensi lebih
rendah daripada sisi saluran maka pintu bisa dibuka sehingga air bisa mengalir secara
gravitasi. Dan apabila kondisi kolam retensi lebih tinggi maka pintu harus ditutup dan pompa
segera dioperasionalkan.

Gambar 2. 8 Pintu Air


Sumber : Dokumentasi Penulis, 2019

2.5.7 Komponen Lainnya


Stasiun Rumah Pompa Kali Semarang memiliki beberapa bangunan pelengkap,
diantaranya:
1) Gudang penyimpanan (storage)
Storage berfungsi untuk menyimpan peralatan suku cadang, termasuk suku cadang
pompa besar (PDRL) dan suku cadang pompa kecil (PDRS).
2) Kantor pengelola (management office)
3) Rumah karyawan 1 dan 2 (staff house 1 and 2)
4) Reservoir penampungan air (ground reservoir)
Reservoir penampungan air bertujuan untuk penyediaan air bersih sekaligus persediaan
air untuk pemadaman kebakaran yang sifatnya sementara.
5) Aerobic septic tank
6) Rumah jaga
Terletak di pintu masuk utama untuk keperluan penempatan generator untuk
mengoperasikan saringan sampah.
7) Tangki solar harian
Terdapat tangki solar harian dengan volume total 30.000 L. Lokasinya terletak di
samping ruang genset.

22
2.5.8 Operasi dan Pemeliharaan
2.5.8.1 Sistem Operasi
Pengoperasian pompa di Polder Kali Semarang menggunakan 2 sumber listrik, yaitu:
listrik PLN dan genset. Terdapat 4 genset yang dioperasikan jika terjadi pemadaman listrik.
Genset ini terbagi menjadi 3 macam yaitu: 1 genset listrik, 1 genset kecil untuk akomodasi 2
pompa kecil (PDRS), dan 2 genset besar untuk akomodasi masing-masing 2 pompa besar
(PDRL). Dua genset besar mempunyai daya 2.250 kW dan tegangan 3,3 kV dengan
menghabiskan bahan bakar solar yang diinjeksikan masing-masing 400l/jam. Genset kecil
menghasilkan daya 1.000 kW dan tegangan 380 V. Genset listrik digunakan untuk
operasional rumah pompa dengan daya 180 kW dan tegangan 380 V.
(a) (b) (c)

Gambar 2. 9 (a) Genset Listrik (b) Genset Kecil (c) Genset Besar
Sumber: Dokumentasi Penulis, 2019

(a) (b)

Gambar 2. 10 Skema Aliran Listrik dan Genset ke Pompa


Sumber: Dokumentasi Penulis, 2019
Pompa di Polder Kali Semarang dinyalakan jika terjadi debit air hujan tinggi sehingga
menyebabkan kenaikan elevasi permukaan mencapai -1,0 m. Dalam kondisi ini, pompa harus
segera dinyalakan agar tidak terjadi peningkatan muka air di Semarang Tengah. Pompa

23
dinyalakan satu per satu melihat urgensi kenaikan muka air. Debit maksimum yang dapat
dialirkan oleh pompa air adalah 35.000 l/s. Pompa dioperasikan oleh operator yang menjaga
selama 24 jam dan dibagi menjadi 3 shift tanpa ada hari libur.
2.5.8.2 Pemeliharaan
Pemeliharaan dilakukan secara manual oleh petugas dari Dinas Pekerjaan Umum
Kota Semarang setiap 2 bulan sekali untuk melakukan pembersihan pada komponen.
Pembersihan dilakukan dengan menggunakan garpu. Sampah hasil pembersihan dibuang ke
TPA Jatibarang. Pemeriksaan juga dilakukan pada ruangan control panel agar fungsi pompa
dapat berjalan setiap saat jika diperlukan.

2.5.9 Permasalahan Polder Kali Semarang


Permasalahan yang ada di Polder Kali Semarang hanya karena adanya sampah yang
masuk ke kolam retensi. Hal ini dapat terjadi karena jarak antar kisi bar screening yang
terlalu besar. Selain itu, di Polder Kali Semarang adalah penurunan muka tanah akibat adanya
sumur dalam ilegal yang berada di kawasan sekitar. Hal ini dapat mengancam kerusakan pada
bangunan polder. Penurunan terjadi sekitar 1 m selama kurun waktu 3 tahun atau sekitar
sekitar 2 cm setiap bulan.

24
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Sistem Drainase Kali Semarang merupakan solusi terhadap permasalahan
banjir yang terjadi di daerah utara Semarang, dengan drainase sistem kolam
retensi dan stasiun pompa. Penggunaan kolam retensi pada sistem drainase
Kali Semarang, karena lokasi pembangunan kolam retensi yang berbatasan
langsung dengan laut jawa, sehingga untuk mengatasi back water akibat air
pasang, air yang mengalir pada Kali Semarang perlu ditampung terlebih
dahulu di kolam retensi.
2. Komponen yang terdapat pada Polder Kali Semarang ialah rumah pompa,
kolam retensi bar screen, tanggul dan pintu air dan komponen pendukung
lainnya seperti Gudang penyimpanan, Kantor pengelola, Reservoir
penampungan air dan lainya.
3. Pengoperasian pompa di Polder Kali Semarang menggunakan 2 sumber listrik,
yaitu: listrik PLN dan genset. Terdapat 4 genset yang dioperasikan, Genset ini
terbagi menjadi 3 macam yaitu: 1 genset listrik, 1 genset kecil untuk
akomodasi 2 pompa kecil (PDRS), dan 2 genset besar untuk akomodasi
masing-masing.
4. Operasional dan Pemelliharaan sistem operasi Polder Kali Semarang dengan
menjaga elevasi muka air agar selalu berada di bawah air laut dengan cara
menyalakan pompa jika terjadi debit air hujan tinggi yang dapat menyebabkan
kenaikan elevasi permukaan mencapai -1,0 m. Selain itu, pemeliharaan juga
dilakukan secara manual oleh petugas dari Dinas Pekerjaan Umum Kota
Semarang setiap 2 bulan sekali untuk melakukan pembersihan pada
komponen.
5. Pengunaan pompa yang tidak selalu berjalan karena ada permasalahan pada
sistem dan diharuskan untuk membuka pintu air yang terdapat partikel-partikel
ataupun sampah yang menganggu operasional sehingga harus dilakukan
perawatan dan pembersihan yang rutin
6. Sistem kerja pompa yaitu dengan dioperasikan melalui ruang control panel
yang letaknya tidak jauh dari rumah pompa. Pompa ini dioperasikan oleh
operator serta otomatis menyala apabila terjadi kenaikan elevasi kritis di
kolam retensi
3.2 Saran
1. Penggunaan drainase sistem kolam retensi dan stasiun pompa menghabiskan
biaya yang besar untuk operasionalnya, oleh karena itu perlu dilakukan
pemeliharaan yang teratur dan sesuai standar sehingga dapat bertahan sesuai
dengan rencana dan hasilnya dapat berfungsi secara optimal dalam
penanggulangan banjir yang terjadi di kawasan pelabuhan Tanjung Mas
Semarang.

25
2. Pelaksanaan pembangunan kolam retensi dan stasiun pompa Kali Semarang
disarankan untuk memperhatikan waktu pelaksanaan dan traffic management,
mengingat wilayah yang direncanakan merupakan wilayah yang padat
penduduk dan memiliki arus lalu lintas yang padat.
3. Perlu dilakukan sosialisasi terhadap warga setempat agar ikut berperan serta
dalam pemeliharaan seluruh komponen sistem kolam retensi dan stasiun
pompa sehingga drainase sistem kolam retensi dan stsiun pompa bisa
berfungsi secara optimal dan bertahan selama umur rencana

26
DAFTAR PUSTAKA

Alfalah. 2010. Bahan Ajar Mata Kuliah Drainase Perkotaan : Semarang


Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 12/Prt/M/2014 Lampiran I Tentang
Penyelenggaraan Sistem Drainase Perkotaan
Suripin. 2004. Sistem Drainase yang Berkelanjutan. Yogyakarta : PT. Andi Triatmodjo.
Wesli, 2008. Drainase Perkotaan. Yogyakarta: PT Graha Ilmu.

v
LAMPIRAN

vi
vii

Anda mungkin juga menyukai