Diususun oleh:
Kelas A
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan pertolongan-Nya penulis
dapat menyelesaikan Tugas Polder Drainase Lingkungan ini. Laporan ini penulis susun untuk
memenuhi tugas sebagai salah satu syarat kelulusan dalam mata kuliah Drainase Lingkungan
dengan bobot 3 SKS. Tugas ini dimaksudkan agar penulis dapat mengevaluasi dan
menganalisis Polder Kali Semarang di lapangan.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada
1. Bapak Badrus Zaman, S.T., M.T., sebagai Ketua Departemen Studi Teknik
Lingkungan.
2. Bapak Ir. Endro Sutrisno, M.S.dan Bapak Dr. Ir. Anik Sarmaningsih, M.T.., sebagai
dosen Mata Kuliah Drainase Lingkungan
3. Teman-teman seperjuangan angkatan Teknik Lingkungan 2017
4. Serta semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan laporan ini yang
tidak bisa penulis sebutkan satu per satu.
Laporan ini penulis buat seoptimal mungkin, sehingga nantinya akan dapat berguna
bagi pihak yang membacanya. Penulis sangat mengharapkan saran dan kritik demi
kesempurnaan laporan dan penambah wawasan untuk pembuatan tugas di masa yang akan
datang.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
3.2 Saran ........................................................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................ v
LAMPIRAN ..............................................................................................................................vi
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
1. Mengetahui komponen-komponen sistem Polder Kali Semarang
1
2. Mengetahui operasi dan pemeliharaan sistem Polder Kali Semarang
3. Mengetahui karateristik dan kelengkapan polder serta pompa di polder Kali Semarang
2
BAB II
PERMASALAHAN POLDER KALI SEMARANG
3
Gambar 2. 1 Komponen Sistem Polder
Keterangan Gambar :
1. Tanggul
Tanggul merupakan suatu batas yang mengelilingi suatu badan air atau
wilayah/daerah tertentu dengan elevasi yang lebih tinggi daripada elevasi di sekitar
kawasan tersebut, yang bertujuan untuk melindungi kawasan tersebut dari limpasan
air yang berasal dari luar kawasan.
2. Kolam Retensi
Kolam retensi merupakan suatu cekungan atau kolam yang dapat menampung atau
merespakan air didalamnya, tergantung dari jenis behan pelapis dinding dan dasar
kolam. Biasanya kolam retensi dibagi menjadi dua ada yang kolam alami dan juga
kolam non alami.
3. Jaringan Saluran Drainase
4. Stasiun Pompa
Di dalam sistem pompa terdapat pompa yang digunakan untuk mengeluarkan air
yang sudah terkumpul dalam kolam retensi atau junction jaringan drainase ke luar
cakupan area.
5. Pintu Air
a. Fungsi Polder
Fungsi utama polder adalah sebagai pengendali muka air di dalam sistem polder
tersebut. Untuk kepentingan permukiman, muka air di dalam Sistem dikendalikan supaya
tidak terjadi banjir/genangan. Air di dalam sistem dikendalikan sedemikian rupa sehingga
jika terdapat kelebihan air yang dapat menyebabkan banjir, maka kelebihan air itu dipompa
keluar sistem polder.
4
b. Cara Kerja Polder
Polder dioperasionalkan dengan ketentuan:
1. Menggunakan sistim tanggul banjir sehingga aliran dari daerah lain tidak dapat masuk
dan begitu juga sebaliknya.
2. Pada saat permukaan air dibadan air penerima naik akibat banjir atau pasang, pintu air
ditutup guna mencegah aliran dari bawah ke dalam saluran atau kawasan polder.
3. Pada saat permukaan air surut, pintu air akan dibuka dan aliran air dapat dialirkan
secara gravitasi
4. Sistim pompa digunakan untuk mempercepat proses pengeluaran /pemindahan aliran
dari kawasan polder ke badan air penerima, pada saat permukaan air naik akibat banjir
atau pasang, genangan air yang terjadi dapat direduksi.
c. Pemeliharaan Polder
Adapun pemeliharaan polder meliputi sebagai berikut:
1. Sewaktu Pompa tidak dioperasikan periksa kellengkapan saringan sampah dibagian
depan pompa. Terutama dari sampah- sampah plastik yang dapat merusak poros dan
propeller pompa.
2. Untuk waduk yang ditumbuhi oleh gulma seperti eceng gondok., bila perlu ajak pihak
swasta untuk memanfaatkan eceng gondok menjadi komoditi yang berguna seperti
pembuatan tas, tikat serta mungkin dapat diolah menjadi gas bio.
3. Periksa secara rutin panel operasi jangan sampai ada kabel yang putus karena
termakan usia arau oleh binatang pengerat seperti tikus dll.
4. Perhatikan engsel-engsel pintu instalasi agar jangan sampai kering . Sebab semua
petugas operasional pompa harus tetap siaga menjaga kemungkinan terjadi banjir
dadakan.
5
Kali Semarang terletak di Semarang Utara, tepatnya di hilir Sungai Kali Semarang, memiliki
panjang 7,08 km dengan luas DAS 788,44 Ha.
Polder Kali Semarang dibangun pada tahun 2009 hingga 2014 dengan anggaran ± Rp
1 Triliun. Polder ini memiliki kelengkapannya yaitu antara lain kolam retensi seluas ± 6,8 Ha
dengan kapasitas 130.000 m3, 6 pompa dengan kapasitas 5 m3/s dan 2 pompa dengan
kapasitas 2,5 m3/s. Lokasi studi perencanaan kolam retensi mencakup Daerah Aliran Sungai
(DAS) yang masuk ke Kali Semarang yang meliputi saluran Erlangga, saluran Simpang
Lima, dan saluran Kartini. Batas wilayah studi yang akan ditinjau meliputi :
Sebelah Utara : Laut Jawa
Sebelah Timur : Jalan MT. Haryono, Kali Baru, Pelabuhan Tanjung
Mas
Sebelah Selatan : Jalan D. I. Panjaitan, Jalan Kartini
Sebelah Barat : Banjir Kanal Barat, Jalan Pasir Mas Raya
Pengelola Polder Kali Semarang yaitu PSDA Kota Semarang. Manfaat dari sistem
polder Kali Semarang adalah:
1. Mengurangi genangan banjir akibat air hujan dan rob akibat muka air pasang pada
kawasan seluas ± 12,8 Ha.
2. Mengurangu sekaligus menadakan bencana investasi (investement disaster) yang
diakibatkan permasalahan kronis rob.
3. Terwujudnya lingkungan perkotaan-perkotaan yang layak huni, bersih, dan sehat.
Secara teknis, muara Kali Semarang dan Muara Kali Baru, sebagai muara utama
tempat aliran balik air laut pasang ke daratan yang lebih rendah ditutup secara permanen.
Dengan demikian air laut pasang tidak dapat mengalir ke daratan sebagai back flow, namun
sebalikya air dari daerah hulu tidak lagi dapat mengalir secara gravitasi ke laut. Untuk itu
pengaliran air dari hulu melalui Kali Semarang, Kali Asin, dan Kali Baru, dipompa ke laut,
dengan terlebih dahulu ditampung pada pompa kolam retensi.
6
Gambar 2. 2 Lokasi Polder Kali Semarang
Sumber: Google Earth, 2019
Data curah hujan diperoleh dari data pengamatan oleh Badan Meteorologi,
Klimatologi dan Geofisika Stasiun Semarang. Pada stasiun hujan tersebut, pencatatan
dilakukan dengan menggunakan durasi waktu bulanan. Oleh karena itu, data curah hujan
7
maksimum tiap tahun diperoleh dengan membandingkan nilai curah hujan bulanan terbesar.
Nilai dianggap sebagai curah hujan maksimum pada tahun tersebut.
Menurut Suripin (2004) dalam menentukan hujan wilayah dapat dipilih metode rata-
rata aljabar. Persamaan yang dipakai untuk menghitung hujan wilayah dengan metode
Aljabar yaitu :
P1 +P2 +P3 +⋯+Pn
P= (Suripin, 2004)
n
keterangan :
P = curah hujan kawasan
P1, P2, P3,…, Pn = curah hujan yang tercatat di pos penakar hujan 1,2,3,…, n
n = banyaknya pos penakar hujan
Perhitungan hujan rerata wilayah selama 20 tahun terakhir disajikan pada Tabel 2.1
berikut.
Tabel 2. 1 Data Curah Hujan
8
Tabel 2. 2 Data Hujan Kawasan
No. Tahun Xi
1 1999 232,00
2 2000 365,00
3 2001 137,00
4 2002 329,00
5 2003 238,00
6 2004 311,00
7 2005 287,00
8 2006 186,00
9 2007 225,00
10 2008 287,00
11 2009 735,00
12 2010 427,00
13 2011 487,00
14 2012 574,00
15 2013 567,00
16 2014 557,00
17 2015 475,00
18 2016 124,00
19 2017 72,00
20 2018 79,00
Jumlah 6694,00
Rata-Rata 334,70
Catchment (Ha)
Tipologi
< 10 10-100 100-500 >500
Kota Metropolitan 2 thn 2 - 5 thn 5 - 10 thn 10 - 25 thn
Kota Besar 2 thn 2 - 5 thn 2 - 5 thn 5 - 20 thn
Kota Sedang / Kecil 2 thn 2 - 5 thn 2 - 5 thn 5 - 10 thn
9
Berdasarkan tabel tersebut, ditentukan penggunaan kala ulang 5 tahun dalam
perhitungan. Hal ini dikarenakan luas catchment area antara 100-500 tahun dan merupakan
kota besar.
TAHU
NO X Xi (X1-X) (X1-X)^2 (X1-X)^3 (X1-X)^4
N
-
334.7 771666668.5
1 2009 168.03 -166.67 27778.89 4629907.4
0 2
1
334.7 -
2 2010 246.5 -88.20 7779.24 60516574.98
0 686128.97
-
334.7 1179985402.
3 2011 149.36 -185.34 34350.92 6366598.7
0 56
0
-
334.7 462769968.8
4 2012 188.03 -146.67 21512.09 3155178.0
0 4
8
-
334.7 365626347.0
5 2013 196.42 -138.28 19121.36 2644101.4
0 6
4
-
334.7 269611789.2
6 2014 206.56 -128.14 16419.86 2104040.8
0 8
1
-
334.7 1089982961.
7 2015 153 -181.70 33014.89 5998805.5
0 71
1
-
334.7 292526578.9
8 2016 203.92 -130.78 17103.41 2236783.7
0 0
5
-
334.7 523475528.7
9 2017 183.44 -151.26 22879.59 3460766.4
0 5
2
10
-
334.7 1463479309.
10 2018 139.11 -195.59 38255.45 7482383.0
0 33
9
- -
1834.3 238215.6 6479641129.
Jumlah 1512.6 38764694.
7 9 93
3 18
-
183.43 647964112.9
Rata-rata -151.26 23821.57 3876469.4
7 9
2
Standar Deviasi 162.69
Koef. Kemencengan
-0.37
(Cs)
Koef. Kurtosis (Ck) 0.18
Koef. Variasi (Cv) 0.89
Dari hasil perhitungan di atas selanjutnya ditentukan jenis sebaran yang sesuai, dalam
penentuan jenis sebaran diperlukan faktor-faktor sebagai berikut:
1. Stardar Deviasi (S) 3. Koefisien Kurtosis (Ck)
𝑛2 𝑥 ∑𝑛 (𝑋𝑖−𝑋)4
𝑖=1
Ck = (𝑛−1) 𝑥 (𝑛−2)
∑𝑛
𝑖=1(𝑋𝑖−𝑋)
2 𝑥 (𝑛−3) 𝑥 𝑆 4
S =√ 𝑛−1
=
238215,69
= √ 102 𝑥 6479641129,934
10−1
(10−1) 𝑥 (10−2) 𝑥 (10−3) 𝑥 162,694
= 162.69
= 0.18
4. Koefisien Variasi (Cv)
2. Koefisien Kemencengan (Cs)
𝑆
𝑛 𝑥 ∑𝑛 3 Cv = 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎
𝑖=1(𝑋𝑖−𝑋)
Cs = (𝑛−1) 𝑥 (𝑛−2) 𝑥 𝑆 3 162.69
= 183.437
10 x −38764694,18
= (10−1) 𝑥 (10−2) 𝑥 162,693
= 0,89
= -0.37
Dalam statistik terdapat beberapa jenis sebaran (distribusi), diantaranya yang sering
digunakan dalam hidrologi adalah:
1. Distribusi Gumbel
2. Distribusi Log Normal
3. Distribusi Log-Person tipe III
4. Distribusi Normal
11
Berikut ini adalah perbandingan syarat-syarat distribusi dan hasil perhitungan analisa
frekuensi curah hujan.
Tabel 2. 5 Perbandingan Syarat Distribusi dan Hasil Perhitungan
keterangan :
Xt = Hujan rencana pada periode ke t
̅
X = Hujan rata-rata stasiun
St = Standard Deviasi
12
3 2002 137 531 126
4 2003 329 185 296
5 2004 238 279 308
6 2005 311 540 135
7 2006 287 265 164
8 2007 186 194 271
9 2008 225 320 142
10 2009 287 110 749
11 2010 735 717 384
12 2011 427 827 583
13 2012 487 786 338
14 2013 574 949 583
15 2014 567 990 504
16 2015 557 432 837
17 2016 475 588 265
18 2017 124 111 407
19 2018 72 125 492
20 2019 79 177 677
Jumlah 6694 9160 7733
Rata-Rata 335 458 387
Sumber: Analisis Penulis, 2019
Berikut ini adalah salah satu perhitungan curah hujan harian maksimum dengan
menggunakan metode Gumbel pada periode ulang 2 tahun pada stasiun A. Data yang ada :
̅
X = 334.7
St = 184.998
Yt = 0.3665
Yn = 0.5236
Sn = 1.0628
Dengan demikian maka:
X2 =̅
X+ St/Sn x (Yt – Yn)
X2 = 334,7+ 184.998/1,0628 x (03665 - 0,5236)
X2 = 307.3541
13
Tabel 2. 7 Hasil Perhitungan Hujan Rencana
keterangan :
I : intensitas hujan (mm/jam)
t : lamanya hujan (jam)
R24 : curah hujan maksimum harian (selama 24 jam) (mm)
Berikut adalah contoh perhitungan intensitas hujan untuk periode ulang 2 tahun dan waktu
konsentrasi 1 jam.
2
R24 24 3
I= (t)
24
2
307,354 24 3
I= (1)
24
I = 106,553 mm/jam
14
2.2.4.2 Waktu Konsentrasi
Waktu konsentrasi adalah waktu yang diperlukan untuk mengalirkan air dari titik
yang paling jauh pada daerah aliran ke titik kontrol yang ditentukan di bagian hilir suatu
saluran. Metode Kirpich merupakan metode yang biasa digunakan untuk menghitung
waktu.
0,06628 𝑥 𝐿0,77
to =
𝑆 0,385
Keterangan :
to = waktu untuk mengalir di permukaan (jam)
L = panjang saluran dari hulu sampai titik yang diambil debitnya (km)
s = kemiringan saluran/sungai
𝐿
td =
60𝑉
15
2.2.4.4 Perhitungan
0,06628 𝑥 7,080,77
to = 0,0070,385
= 0,858
Qin = 0,278C × Cs × I × A
= 0,278 × 0,7 x 0,858 × 101,74 × 7,88
16
= 133,86 m3 / det
c. Daya pompa
Q.Hp. A
P
249,89 x8,185 x1000
P 2727132 kg m/dtk
0,75
Karena 1 Hp = 75 kg. m/dtk maka daya pompa = 2727132/ 75 = 36361 Hp = 25000
Kw
17
Intensitas hujan (I) = 101,74 mm/jam
Debit air yang masuk (Qin) = 143,43 m3/detik
18
lebar pintu 20 m. Pintu air ini terdiri dari 5 roll gate yang dioperasikan dengan tenaga listrik
dan dapat dibuka dengan izin walikota. Pintu air akan dibuka apabila:
a. Level air pada kolam retensi lebih tinggi daripada elevasi muka air laut, sebab aliran
air yang masuk ke dalam kolam retensi lebih besar dari kapasitas pompa;
b. Pompa tidak berfungsi, sehingga perlu untuk membuang air melalui pintu air.
19
Pengoperasian seluruh pompa yang ada di Polder Kali Semarang melalui ruang
control panel yang letaknya tidak jauh dari rumah pompa. Pompa ini dioperasikan oleh
operator serta otomatis menyala apabila terjadi kenaikan elevasi kritis di kolam retensi.
(a) (b)
20
saat survei ke Polder Kali Semarang, ketinggian kolam retensi adalah El –1,57 m dengan
ketinggian air laut 1,01 m dikarenakan sedang terjadi pasang.
2.5.5 Barscreen
Bar screen berfungsi untuk menyaring sampah dengan ukuran besar agar tidak
menyumbat pompa. Bar screen diletakan sebelum kolam retensi agar sampah telah tersaring
saat masuk ke kolam retensi.
Gambar 2. 7 Barscreen
Sumber: Dokumentasi Penulis, 2019
21
2.5.6 Pintu Air
Fungsi utama pintu air adalah sebagai pengendali laju air. Apabila kolam retensi lebih
rendah daripada sisi saluran maka pintu bisa dibuka sehingga air bisa mengalir secara
gravitasi. Dan apabila kondisi kolam retensi lebih tinggi maka pintu harus ditutup dan pompa
segera dioperasionalkan.
22
2.5.8 Operasi dan Pemeliharaan
2.5.8.1 Sistem Operasi
Pengoperasian pompa di Polder Kali Semarang menggunakan 2 sumber listrik, yaitu:
listrik PLN dan genset. Terdapat 4 genset yang dioperasikan jika terjadi pemadaman listrik.
Genset ini terbagi menjadi 3 macam yaitu: 1 genset listrik, 1 genset kecil untuk akomodasi 2
pompa kecil (PDRS), dan 2 genset besar untuk akomodasi masing-masing 2 pompa besar
(PDRL). Dua genset besar mempunyai daya 2.250 kW dan tegangan 3,3 kV dengan
menghabiskan bahan bakar solar yang diinjeksikan masing-masing 400l/jam. Genset kecil
menghasilkan daya 1.000 kW dan tegangan 380 V. Genset listrik digunakan untuk
operasional rumah pompa dengan daya 180 kW dan tegangan 380 V.
(a) (b) (c)
Gambar 2. 9 (a) Genset Listrik (b) Genset Kecil (c) Genset Besar
Sumber: Dokumentasi Penulis, 2019
(a) (b)
23
dinyalakan satu per satu melihat urgensi kenaikan muka air. Debit maksimum yang dapat
dialirkan oleh pompa air adalah 35.000 l/s. Pompa dioperasikan oleh operator yang menjaga
selama 24 jam dan dibagi menjadi 3 shift tanpa ada hari libur.
2.5.8.2 Pemeliharaan
Pemeliharaan dilakukan secara manual oleh petugas dari Dinas Pekerjaan Umum
Kota Semarang setiap 2 bulan sekali untuk melakukan pembersihan pada komponen.
Pembersihan dilakukan dengan menggunakan garpu. Sampah hasil pembersihan dibuang ke
TPA Jatibarang. Pemeriksaan juga dilakukan pada ruangan control panel agar fungsi pompa
dapat berjalan setiap saat jika diperlukan.
24
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Sistem Drainase Kali Semarang merupakan solusi terhadap permasalahan
banjir yang terjadi di daerah utara Semarang, dengan drainase sistem kolam
retensi dan stasiun pompa. Penggunaan kolam retensi pada sistem drainase
Kali Semarang, karena lokasi pembangunan kolam retensi yang berbatasan
langsung dengan laut jawa, sehingga untuk mengatasi back water akibat air
pasang, air yang mengalir pada Kali Semarang perlu ditampung terlebih
dahulu di kolam retensi.
2. Komponen yang terdapat pada Polder Kali Semarang ialah rumah pompa,
kolam retensi bar screen, tanggul dan pintu air dan komponen pendukung
lainnya seperti Gudang penyimpanan, Kantor pengelola, Reservoir
penampungan air dan lainya.
3. Pengoperasian pompa di Polder Kali Semarang menggunakan 2 sumber listrik,
yaitu: listrik PLN dan genset. Terdapat 4 genset yang dioperasikan, Genset ini
terbagi menjadi 3 macam yaitu: 1 genset listrik, 1 genset kecil untuk
akomodasi 2 pompa kecil (PDRS), dan 2 genset besar untuk akomodasi
masing-masing.
4. Operasional dan Pemelliharaan sistem operasi Polder Kali Semarang dengan
menjaga elevasi muka air agar selalu berada di bawah air laut dengan cara
menyalakan pompa jika terjadi debit air hujan tinggi yang dapat menyebabkan
kenaikan elevasi permukaan mencapai -1,0 m. Selain itu, pemeliharaan juga
dilakukan secara manual oleh petugas dari Dinas Pekerjaan Umum Kota
Semarang setiap 2 bulan sekali untuk melakukan pembersihan pada
komponen.
5. Pengunaan pompa yang tidak selalu berjalan karena ada permasalahan pada
sistem dan diharuskan untuk membuka pintu air yang terdapat partikel-partikel
ataupun sampah yang menganggu operasional sehingga harus dilakukan
perawatan dan pembersihan yang rutin
6. Sistem kerja pompa yaitu dengan dioperasikan melalui ruang control panel
yang letaknya tidak jauh dari rumah pompa. Pompa ini dioperasikan oleh
operator serta otomatis menyala apabila terjadi kenaikan elevasi kritis di
kolam retensi
3.2 Saran
1. Penggunaan drainase sistem kolam retensi dan stasiun pompa menghabiskan
biaya yang besar untuk operasionalnya, oleh karena itu perlu dilakukan
pemeliharaan yang teratur dan sesuai standar sehingga dapat bertahan sesuai
dengan rencana dan hasilnya dapat berfungsi secara optimal dalam
penanggulangan banjir yang terjadi di kawasan pelabuhan Tanjung Mas
Semarang.
25
2. Pelaksanaan pembangunan kolam retensi dan stasiun pompa Kali Semarang
disarankan untuk memperhatikan waktu pelaksanaan dan traffic management,
mengingat wilayah yang direncanakan merupakan wilayah yang padat
penduduk dan memiliki arus lalu lintas yang padat.
3. Perlu dilakukan sosialisasi terhadap warga setempat agar ikut berperan serta
dalam pemeliharaan seluruh komponen sistem kolam retensi dan stasiun
pompa sehingga drainase sistem kolam retensi dan stsiun pompa bisa
berfungsi secara optimal dan bertahan selama umur rencana
26
DAFTAR PUSTAKA
v
LAMPIRAN
vi
vii