Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN AKHIR BENDUNGAN CIAWI

Sertifikasi Desain Bendungan Ciawi dan Bendungan Sukamahi (Lanjutan)

BAB VI
ANALISA HIDROLOGI

6.1 UMUM
Studi terdahulu yang melatar belakangi perencanaan Bendungan Ciawi dan
Sukamahi saat ini adalah studi The Project for Capacity Development of Jakarta
Comprehensive Flood Management in Indonesia (CFMP), October 2013, oleh JICA
&Yachiyo Engineering Co, Ltd. dan Studi Review Desain Bendungan Ciawi Tahap I,
Tahun 2013, oleh PT. Indra Karya dan Studi Review Desain Bendungan Ciawi
Lanjutan, Tahun 2014 oleh PT. Ika Adya Perkasa .
Analisa hidrologi yang dilakukan saat ini merupakan cheking terhadap perhitungan
terdahulu meliputi menghitung parameter hidrologi berupa hujan rencana, banjir
rencana, dan simulasi keandalan waduk untuk desain bendungan Ciawi dan
Sukamahi.
Bendungan Ciawi dan Sukamahi direncanakan sebagai Dry Dam berfungsi hanya
untuk pengendalian banjir dan pariwisata. Untuk keperluan tersebut maka di hulu
waduk harus dipasang alat Telemeteri untuk memantau hujan yang terjadi di hulu.

6.2 HIDROKLIMATOLOGI
6.2.1 Iklim
Iklim di lokasi studi termasuk iklim tropis dengan musim hujan dimulai pada bulan
September/Oktober, sedangkan musim kemarau dimulai pada bulan April/Mei.
Secara umum musim hujan lebih panjang durasinya daripada musim kemarau.
Data klimatologi yang digunakan dalam studi ini diambil dari Stasiun Klimatologi
Citeko yang terdiri dari suhu udara, kelembaban udara, penguapan, penyinaran
matahari dan kecepatan angin.

6.2.2 Suhu

Suhu bulanan rata-rata yang tercatat di Stasiun Klimatologi Citeko adalah 21,4C.
Distribusi rata-rata suhu tiap bulan adalah sebagai berikut :

Tabel VI-1. Suhu Rata-Rata Bulanan Stasiun Citeko ( 0C)


Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des Rerata
20,7 20,9 21,5 21,7 21,9 21,7 21,3 21,5 21,8 21,6 21,4 21,1 21,4

VI - 1
LAPORAN AKHIR BENDUNGAN CIAWI
Sertifikasi Desain Bendungan Ciawi dan Bendungan Sukamahi (Lanjutan)

6.2.3 Kelembaban Udara


Kelembaban udara relatif tahunan rata-rata yang tercatat di Stasiun Klimatologi
Citeko adalah 85,4 %. Distribusi rata-rata kelembaban udara tiap bulan adalah
sebagai berikut :

Tabel VI-2. Kelembaban Udara Rata-Rata Bulanan Stasiun Citeko (% )


Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des Rerata
90,1 89,7 87,4 87,0 85,7 83,7 83,5 82,4 81,8 84,6 86,5 86,8 85,4

6.2.4 Penguapan
Penguapan rata-rata bulanan adalah sebesar 127,6 mm/bulan dengan rata-rata tiap
bulan seperti tabel berikut :

Tabel VI-3. Evaporasi Rata-Rata Bulanan Stasiun Citeko ( mm )


Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des Rerata
124,8 115,8 131,8 136,2 139,7 141,5 130,6 139,2 120,7 113,2 121,8 115,6 127,6

6.2.5 Penyinaran Matahari


Rata-rata lama penyinaran matahari harian tiap bulan yang diukur antara pukul
07.00 hingga pukul 16.00 adalah sebesar 4,0 jam. Rata-rata lama penyinaran
matahari bulanan adalah sebagai berikut :

Tabel VI-4. Penyinaran Matahari Rata-Rata Bulanan Sta. Citeko (jam)


Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des Rerata
2,1 1,7 3,3 4,0 4,6 4,9 5,5 6,4 6,0 4,5 2,7 2,2 4,0

6.2.6 Kecepatan Angin


Rata-rata kecepatan angin harian tiap tahunnya adalah sebesar 4,1 km/jam.
Sedangkan distribusi rata-rata kecepatan angin harian setiap bulannya disajikan
pada tabel berikut :

Tabel VI-5. Kecepatan Angin Rata-Rata Bulanan Sta. Citeko (km/jam)


Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des Rerata
4,1 4,7 4,1 4,0 3,6 3,7 4,4 3,8 4,4 4,1 3,6 5,2 4,1

VI - 2
LAPORAN AKHIR BENDUNGAN CIAWI
Sertifikasi Desain Bendungan Ciawi dan Bendungan Sukamahi (Lanjutan)

6.2.7 Data Curah hujan


Stasiun Hujan terdekat yang ada di sekitar lokasi adalah Stasiun Hujan Citeko, data
yang didapatkan berupa data hujan jam-jaman yang diperoleh dari BMKG Staisun
Citeko. Panjang data yang diperoleh adalah tahun 1992-2014.
Hujan rerata tahunan yang tercatat di stasiun hujan Citeko sebesar 3080 mm.
Hujan rata-rata bulanan terbesar terjadi bulan Januari. Sedangkan curah hujan rata-
rata terkecil terjadi pada bulan Juli.

Gambar 6.1 Curah Hujan Rerata BulananStasiun Citeko

VI - 3
LAPORAN AKHIR BENDUNGAN CIAWI
Sertifikasi Desain Bendungan Ciawi dan Bendungan Sukamahi (Lanjutan)

VI - 4
LAPORAN AKHIR BENDUNGAN CIAWI
Sertifikasi Desain Bendungan Ciawi dan Bendungan Sukamahi (Lanjutan)

Gambar 6.2 Lokasi Stasiun Hujan Citeko

6.2.8 Banjir Besar yang Pernah Terjadi


Banjir besar telah terjadi kira-kira sekali setiap 5 tahun di Sungai Ciliwung, seperti
banjir pada tahun 1996, 2002, 2007 dan 2013. Hal ini diidentifikasi bahwa banjir
diperkirakan terjadi jika curah hujan di daerah hulu terus selama sekitar 4 sampai 13
hari.
Bencana banjir pada bulan Februari 2007 menyebabkan genangan sekitar 45% dari
wilayah DKI Jakarta. Pada saat ini, muka air di pintu air Manggarai adalah EL.
10.61 m yang merupakan muka air tertinggi, dan melebihi tingkat muka air
berbahaya sekitar 1,5 hari. Selain itu, pada saat banjir Januari 2013, air banjir
mengalir ke daerah pusat DKI Jakarta, di mana kedutaan dan istana presiden
berada, sampai ke daerah dataran rendah sepanjang pantai karena tanggul jebol di
Jl. Latuharhari.

Tabel VI-6. Kejadian Banjir Besar yang pernah terjadi di Sungai Ciliwung

Sumber : The Project for Capacity Development of Jakarta Comprehensive Flood Management in
Indonesia, Jica, 2013

6.3 ANALISA CURAH HUJAN RANCANGAN


Analisa curah hujan rancangan digunakan untuk menghitung debit banjir rancangan
untuk menentukan dimensi pelimpah, tinggi bendungan dan dimensi bangunan
pelengkap lainnya.
Analisa curah hujan rancangan yang dilakukan meliputi :
- Perhitungan hujan rancangan
- Perhitungan Hujan Maksimum Boleh Jadi (PMP)

6.3.1 Data Curah Hujan

VI - 5
LAPORAN AKHIR BENDUNGAN CIAWI
Sertifikasi Desain Bendungan Ciawi dan Bendungan Sukamahi (Lanjutan)

Ketersediaan data hujan didapat dari stasiun hujan terdekat dengan lokasi rencana
as bendungan Ciawi dan bendungan Sukamahi, dalam hal ini hanya satu stasiun
hujan yaitu stasiun hujan Citeko. Data yang berhasil didapatkan dengan rentang
waktu selama 23 tahun, yaitu mulai tahun 1992 sampai tahun 2014. Data yang
dikumpulkan berupa data hujan jam-jaman dari BMKG Stasiun Citeko, yang
selanjutnya dicari Curah hujan maksimum tahunan dengan durasi hujan 48 jam
seperti pada Tabel VI-7.

VI - 6
LAPORAN AKHIR BENDUNGAN CIAWI
Sertifikasi Desain Bendungan Ciawi dan Bendungan Sukamahi (Lanjutan)

Tabel VI-7. Curah Hujan Maksimum Tahunan Sta. Citeko

Sumber : BMKG Stasiun Citeko

Berdasarkan hasil studi The Project for Capacity Development of Jakarta


Comprehensive Flood Management in Indonesia yang telah dilakukan oleh Jica
pada tahun 2013, durasi hujan yang digunakan untuk analisa banjir sungai ciliwung
adalah hujan dengan durasi 48 jam.
Sebelum data hujan digunakan dalam analisis hidrologi, terlebih dahulu dilakukan
analisa statistik terhadap data hujan untuk memastikan bahwa data hujan tersebut
layak digunakan untuk analisa selanjutnya meliputi :
- Uji konsistensi (consistency test)
- Uji ketiadaan trend
- Uji stasioner
- Uji persistensi
Berdasarkan dari keseluruhan analisa statistik yang telah dilakukan (Lihat Laporan
Penunjang Hidrologi) maka secara teoritis dapat disimpulkan bahwa data hujan
periode 1992–2014 hasil pencatatan stasiun Citeko layak dan valid untuk digunakan
dalam analisa hidrologi selanjutnya.

VI - 7
LAPORAN AKHIR BENDUNGAN CIAWI
Sertifikasi Desain Bendungan Ciawi dan Bendungan Sukamahi (Lanjutan)

6.3.2 Curah Hujan Rancangan


Besarnya curah hujan rencana dihitung dengan analisis probabilitas frekuensi curah
hujan. Empat metode analisa probabilitas frekuensi diterapkan yaitu metode
Gumbel, Log Pearson tipe III, Log Normal dan Normal. Berdasarkan hasil uji
kesesuaian distribusi (uji smirnov kolmogorov, chi square dan distribusi) diperoleh
metode Gumbel yang sesuai untuk distribusi hujan di lokasi studi.

Tabel VI-8. Rekapitulasi Curah Hujan Rancangan Metode Gumbel

Kala Ulang Curah Hujan Rancangan


No
(Tahun) (mm)

1 2 165.343
2 5 211.918
3 10 242.755
4 20 272.334
5 25 281.717
6 50 310.622
7 100 339.313
8 500 405.613
9 1000 434.117
UJI SMIRNOV KOLMOGOROF
P Maximum, P Max (%) 6.74
Derajat Significant, α (%) 5,00
 Kritis (tabel) 28.35
ΔP max <Δ Kritis,
HIPOTESA
DITERIMA
UJI CHI SQUARE(2)
2
Chi Square ( )hitung 0.21
Chi square (2)kritis (tabel) 7.81
Derajat Bebas 3,00
Derajat Significant, α (%) 5.00
2hitung<2kritis
HIPOTESA
DITERIMA

VI - 8
LAPORAN AKHIR BENDUNGAN CIAWI
Sertifikasi Desain Bendungan Ciawi dan Bendungan Sukamahi (Lanjutan)

Untuk Stasiun Depok dan Manggarai, hujan rancangan wilayah diambil dari hasil
studi terdahulu oleh JICA tahun 2013 berdasarkan kajian Comprehensive Flood
Control Management Plan (CFMP) yang dapat dilihat pada Tabel VI-9 dan VI-10.

Tabel VI-9. Curah Hujan Rancangan di DAS Depok

VI - 9
LAPORAN AKHIR BENDUNGAN CIAWI
Sertifikasi Desain Bendungan Ciawi dan Bendungan Sukamahi (Lanjutan)

Tabel VI-10. Curah Hujan Rancangan di DAS Manggarai

VI - 10
LAPORAN AKHIR BENDUNGAN CIAWI
Sertifikasi Desain Bendungan Ciawi dan Bendungan Sukamahi (Lanjutan)

6.3.3 Curah Hujan Maksimum Boleh Jadi (Probable Maximum Precipitation, PMP)
Berdasarkan hasil studi The Project for Capacity Development of Jakarta
Comprehensive Flood Management in Indonesia yang telah dilakukan oleh JICA
pada tahun 2013, durasi hujan yang digunakan untuk analisa banjir sungai Ciliwung
adalah hujan dengan durasi 48 jam. Karena besarnya PMP hasil perhitungan adalah
untuk durasi 24 jam, maka untuk durasi 48 jam dikalikan 150% terhadap curah
hujan 24 jam (berdasarkan berbagai kajian yang pernah dilakukan tinggi curah
hujan selama 48 jam adalah sekitar 150% terhadap curah hujan 24 jam, sesuai
petunjuk teknis perhitungan banjir desain bendungan). Sehingga besarnya PMP
akan menjadi :

VI - 11
LAPORAN AKHIR BENDUNGAN CIAWI
Sertifikasi Desain Bendungan Ciawi dan Bendungan Sukamahi (Lanjutan)

Tabel VI-11. Besarnya PMP 48 jam


Nama DAS PMP Hersfield (mm) PMP Isohyet (mm)
24 jam 48 jam 24 jam 48 jam
Ciawi 621.78 932.67 695 1.043
Sukamahi 655.92 983.89 869 1.303
Sumber : Hasil perhitungan

Untuk perhitungan selanjutnya digunakan PMP 48 jam berdasarkan Peta Isohyet.

6.4 BANJIR RANCANGAN (Design Flood)


Untuk pembuatan desain bendungan lazimnya diperlukan data banjir dengan kala
ulang 2, 5, 10, 20, 25, 50, 100, 1000 tahun dan PMF (BMB, Banjir Maksimum
Boleh). Pada Tabel VI-12 disajikan patokan banjir rancangan dan kapasitas
pelimpah yang dikutip dari SNI 03-3432-1994.
Bangunan pengelak, didesain dengan banjir kala ulang 25 tahun, sedangkan untuk
mengontrol tinggi bendungan dipergunakan tinggi air dari hasil penelusuran banjir
dengan debit ulang Q1000 tahun dan QPMF.

Tabel VI-12. Patokan Banjir Desain dan Kapasitas Pelimpah Bendungan


Konsekuensi Besar Konsekuensi Kecil
Jenis dan Kelas
Banjir
Bendungan Banjir Desain Kapasitas Pelimpah Kapasitas Pelimpah
Desain
I. Bendungan Urugan
(1) < 40 m Q1000 dan Q 1) Ditentukan dengan pilih yang 1) Ditentukan dengan
(rendah) PMF, masing- penelusuran banjir besar antara penelusuran banjir
masing jagaan 2) Minimal 15% debit Q1000 dan 2) Minimal 15% debit
sesuai Standard puncak Q PMF 0,5QPMF puncak Q PMF
yang berlaku
(2) 40-80m Q1000 dan Q 1) Ditentukan dengan pilih yang 1) Ditentukan dengan
(sedang) PMF, masing- penelusuran banjir besar antara penelusuran banjir
masing jagaan 2) Minimal 25% debit Q1000 dan 2) Minimal 25% debit
sesuai Standard puncak Q PMF 0,5QPMF puncak QPMF
yang berlaku
(3) > 80m (tinggi) Q1000 dan Q 1) Ditentukan dengan pili h yang 1) Ditentukan dengan
PMF, masing- penelusuran banjir besar antara penelusuran banjir
masing jagaan 2) Minimal 35% debit Q1000 dan 2) Minimal 35% debit
sesuai Standard puncak Q PMF 0,5QPMF puncak Q PMF
yang berlaku
II. Bendungan Q100 Minimal 125% Q100 0,5Q100 Minimal 125% x
Beton 0,5Q100

VI - 12
LAPORAN AKHIR BENDUNGAN CIAWI
Sertifikasi Desain Bendungan Ciawi dan Bendungan Sukamahi (Lanjutan)

Sumber : ‘Panduan Perencanaan Bendungan Urugan’, 1999

6.4.1 Curah Hujan Efektif


Hujan netto adalah curah hujan yang akan berubah menjadi aliran permukaan,
yaitu curah hujan rancangan dikurangi dengankehilangan air (losses). Air hilang
yang diperhitungkan dalam perhitungan banjir pada umumnya adalah air hilang
yang disebabkan oleh proses infiltrasi/ perkolasi. Bagian air yang hilang akibat
proses penguapan dan bagian yang tertahan vegetasi penutup dan di permukaan
tanah karena tidak signifikan, umumnya diabaikan.
Curah hujan netto/efektif dengan pendekatan koefisien limpasan untuk perhitungan
banjir desain bendungan diformulasikan sebagai :
Rn = C . Rt
Dengan : Rn = curah hujan netto (mm)
C = koefisien limpasan
Rt = curah hujan total (mm)

Tabel VI-13. Koefisien Limpasan berdasarkan Luas DTA


Luas DTA (km2) <20 20-50 50-100 100-200 >200
Koefisien Limpasan 1,00 0,95 0,90 0,85 0,80

VI - 13
LAPORAN AKHIR BENDUNGAN CIAWI
Sertifikasi Desain Bendungan Ciawi dan Bendungan Sukamahi (Lanjutan)

Sumber : Petunjuk Teknis Perhitungan Banjir Desain Bendungan, Dirjen SDA, 2014

Koefisien limpasan yang digunakan untuk mendapatkan curah hujan netto dalam
perhitungan banjir desain bendungan, secara konservatif harus diambil cukup tinggi,
karena disini diasumsikan bahwa kondisi DTA sudah cukup jenuh sebelum dan saat
curah hujan desain yang diperhitungkan. Dalam hal ini koefisien limpasan diambil
0,90.
Volker (1968) yang menyatakan koefisien limpasan, mencakup semua kehilangan
dan beragam dari hujan yang satu ke hujan yang lain. Karena itu, suatu harga
konstan untuk suatu DAS tidak boleh dipergunakan. Kawakami menyusun sebuah
rumus yang mengemukakan bahwa untuk sungai tertentu, koefisien pengaliran tidak
tetap, tergantung dari curah hujan.

R'
f  1  1 f '
Rt
dimana :
f = Koefisien pengaliran
f’ = Laju kehilangan
Rt = Jumlah curah hujan
R’ = Kehilangan curah hujan

Tabel VI-14. Pendekatan Angka Koefisien Pengaliran


Curah
Rumus Koefisien
No. Daerah Kondisi Sungai Hujan
Pengaliran
(Rt)
1. Hulu Sungai Biasa f = 1 – 15.7/Rt 3/4
2. Tengah Sungai Biasa f = 1 – 5.65/Rt 1/2
3. Tengah Sungai di zone lava f = 1 – 7.20/Rt 1/2
4. Tengah > 200 mm f = 1 – 3.14/Rt 1/3
5. Hilir < 200 mm f = 1 – 6.60/Rt 1/2

VI - 14
LAPORAN AKHIR BENDUNGAN CIAWI
Sertifikasi Desain Bendungan Ciawi dan Bendungan Sukamahi (Lanjutan)

Sumber : Sosrsodarsono dan Takeda, (1977)

Ringkasan hasil perhitungan curah hujan efektif dapat dilihat pada Tabel dibawah ini.
Dalam studi ini, koefisien pengaliran diambil nilai rerata dua metode dengan
mempertimbangkan:
- Kondisi DTA sudah cukup jenuh sebelum dan saat curah hujan desain yang
diperhitungkan. Dalam hal ini koefisien limpasan diambil 0,90.
- Koefisien limpasan tidak tetap, tergantung dari curah hujan menggunakan
persamaan Kawakami.

Tabel VI-15. Rekapitulasi Perhitungan Curah Hujan Efektif (48 Jam)


Curah Hujan Curah Hujan
Kala Ulang Koefisien
No Rancangan Efektif
Pengaliran
(Tahun) (mm) (mm)
2 165.34 0.78 128.93
5 211.92 0.81 171.37
10 242.75 0.82 199.63
20 272.33 0.83 226.83
25 281.72 0.84 235.47
50 310.62 0.84 260.49
100 339.31 0.85 288.66
500 405.61 0.86 350.10
1000 434.12 0.87 376.58
PMP Ciawi 1043.2 0.86 901.11
PMP Sukamahi 1302.8 0.80 1038.42

VI - 15
LAPORAN AKHIR BENDUNGAN CIAWI
Sertifikasi Desain Bendungan Ciawi dan Bendungan Sukamahi (Lanjutan)

6.4.2 Distribusi Hujan Jam-Jaman


Distribusi hujan jam-jaman untuk DTA Ciawi dan Sukamahi yang dipakai adalah
distribusi hujan selama 48 jam di sta. Hujan Citeko yang terjadi pada tanggal 3
Februari 2007, yaitu pada saat kejadian banjir tertinggi di sungai Ciliwung.

Gambar 6.3. Hujan Jam-jaman Sta. Citeko tanggal 3/2/2007 - 4/2/2007

6.4.3 Hidrograf Banjir


1) Hidrograf Banjir dengan metode Nakayasu
Hasil Perhitungan hidrograf banjir rancangan (design flood) untuk berbagai kala
ulang untuk DTA Ciawi dan DTA Sukamahi disajikan pada Tabel VI-16 dan Tabel
VI-17, gambar hidrograf banjir rancangan dapat dilihat pada Gambar 6.4 dan
Gambar 6.5.

Tabel VI-16. Rekapitulasi Debit Banjir Rancangan Bendungan Ciawi


(Nakayasu)

VI - 16
LAPORAN AKHIR BENDUNGAN CIAWI
Sertifikasi Desain Bendungan Ciawi dan Bendungan Sukamahi (Lanjutan)

Sumber : Hasil Perhitungan

VI - 17
LAPORAN AKHIR BENDUNGAN CIAWI
Sertifikasi Desain Bendungan Ciawi dan Bendungan Sukamahi (Lanjutan)

Gambar 6.4. Hidrograf Banjir Rancangan Metode Nakayasu Bendungan Ciawi

VI - 18
LAPORAN AKHIR BENDUNGAN CIAWI
Sertifikasi Desain Bendungan Ciawi dan Bendungan Sukamahi (Lanjutan)

Tabel VI-17. Rekapitulasi Debit Banjir Rancangan Bendungan Sukamahi


(Nakayasu)

Sumber : Hasil Perhitungan

VI - 19
LAPORAN AKHIR BENDUNGAN CIAWI
Sertifikasi Desain Bendungan Ciawi dan Bendungan Sukamahi (Lanjutan)

Gambar 6.5. Hidrograf Banjir Rancangan Metode Nakayasu Bendungan


Sukamahi

3) Perbandingan Debit Q50 Hasil Perhitungan dan Studi Terdahulu


Berdasarkan studi terdahulu oleh JICAtahun 2013, dengan dibangunnya bendungan
Ciawi dan Sukamahi akan dapat mereduksi banjir yang terjadi di Sungai Ciliwung.
Dengan debit desain untuk penanganan banjir sungai Ciliwung yaitu Q50, besarnya
debit banjir yang dapat direduksi untuk kedua rencana bendungan berdasarkan
studi tersebut seperti pada gambar di bawah ini.

Gambar 6.6 Hidrograf Q 50 Bendungan Ciawi

VI - 20
LAPORAN AKHIR BENDUNGAN CIAWI
Sertifikasi Desain Bendungan Ciawi dan Bendungan Sukamahi (Lanjutan)

Gambar 6.7 Hidrograf Q 50 Bendungan Sukamahi

Berdasarkan hasil perhitungan debit banjir dengan Metode Nakayasu, Gama I, dan
ITB (lihat Laporan Penunjang Hidrologi), untuk debit banjir Q50 didapatkan hasil
seperti pada Gambar 6.8 dan Gambar 6.9.

Gambar 6.8 Hidrograf Q 50 Bendungan Ciawi, Hasil Perhitungan

VI - 21
LAPORAN AKHIR BENDUNGAN CIAWI
Sertifikasi Desain Bendungan Ciawi dan Bendungan Sukamahi (Lanjutan)

Gambar 6.9 Hidrograf Q 50 Bendungan Sukamahi, Hasil Perhitungan

Dari hasil perbandingan hidrograf untuk Q50 antara studi terdahulu oleh JICA dan
hasil perhitungan, debit banjir HSS metode ITB dan Nakayasu mendekati hasil
perhitungan studi JICA, sehingga untuk perhitungan selanjutnya digunakan debit
banjir metode Nakayasu.

5) Pengujian Hasil Perhitungan Debit Banjir Rancangan


Untuk mempertinggi tingkat ketelitian hasil dari metode yang dipilih, maka hasil
hitungan dibandingkan dengan metode unit hidrograf yang lain dan diuji dengan
Rumus Creager.
Hasil Pengujian perhitungan debit banjir rancangan dapat dilihat pada Gambar
6.10.

VI - 22
LAPORAN AKHIR BENDUNGAN CIAWI
Sertifikasi Desain Bendungan Ciawi dan Bendungan Sukamahi (Lanjutan)

Gambar 6.10 Grafik Creager Bendungan Ciawi dan Sukamahi serta beberapa
Bendungan di Jawa

6.5 SEDIMENTASI
Pengambilan sampel sedimen dilaksanakan pada Bulan Oktober 2015. Sampel
yang diambil meliputi suspended load dan bed load. Lokasi pengambilan sampel
sedimen di hulu dan as rencana bendungan. Hasil pengujian sampel sedimen
adalah sebagai berikut.

VI - 23
LAPORAN AKHIR BENDUNGAN CIAWI
Sertifikasi Desain Bendungan Ciawi dan Bendungan Sukamahi (Lanjutan)

Tabel VI-18. Hasil Pengujian Sampel Sedimen di Bendungan Ciawi

VI - 24
LAPORAN AKHIR BENDUNGAN CIAWI
Sertifikasi Desain Bendungan Ciawi dan Bendungan Sukamahi (Lanjutan)

Tabel VI-19. Hasil Pengujian Sampel Sedimen di Bendungan Sukamahi

Analisa Laju Sedimentasi


1. Laju Sedimen Muatan Melayang (Suspended Load)
Laju muatan sedimen melayang dihitung berdasarkan data pengukuran sedimen
melayang. Persamaan untuk memperkirakan laju muatan sedimen melayang:
QS = 0,0864 . C. QW
dengan:
QS = muatan sedimen melayang (ton/hari)
C = konsentrasi (mg/l)
QW = debit sungai (m3/dt)

VI - 25
LAPORAN AKHIR BENDUNGAN CIAWI
Sertifikasi Desain Bendungan Ciawi dan Bendungan Sukamahi (Lanjutan)

2. Laju Sedimen Muatan Dasar (Bed Load)


Persamaan Meyer Peter dan Muller (MPM)
Persamaan muatan sedimen dasar dengan metode MPM adalah sebagai berikut
(Soewarno, 1991):

Qb = qb x W

(Muller, 143)

Dengan :

Qb = Laju muatan sedimen dasar seluruh lebar penampang (kg/det)


qb = debitmuatan sedimen dasar (Kg/det/m)
W = lebar dasar sungai (m)
gs = berat jenis (specific gravity) sedimen (umumnya bervariasi antara 2,60
sampai 2,70 ton/m3)
�w = kerapatan (density) air (1000 Kg/m3)
�s = kerapatan (density) sedimen (Kg/m3)
g = percepatan gravitasi bumi (9,81 m/det2)
D50 = ukuran median diameter butir (m)
n' = koefisien kekasaran untuk dasar rata
n = koefisien kekasaran aktual
R = jari-jari hidrolis = kedalaman rata-rata (m)

Perhitungan total laju sedimen yang terjadi di DAS dapat dilihat pada Tabel VI-20
Laju sedimentasi potensial DAS Ciawi dengan metode MPM sebesar 2,176
mm/tahun. Sedangkan pada DAS Sukamahi dengan metode MPM sebesar
0,325 mm/tahun.

VI - 26
LAPORAN AKHIR BENDUNGAN CIAWI
Sertifikasi Desain Bendungan Ciawi dan Bendungan Sukamahi (Lanjutan)

Tabel VI-20. Estimasi Laju Sedimen Pada DAS Ciawi Metode Meyer-Peter dan
Muller (MPM)
Musim Kemarau

Musim Hujan

Total laju sedimen = 2,176 mm/tahun

VI - 27
LAPORAN AKHIR BENDUNGAN CIAWI
Sertifikasi Desain Bendungan Ciawi dan Bendungan Sukamahi (Lanjutan)

Tabel VI-21. Estimasi Laju Sedimen Pada DAS Sukamahi Metode Meyer-Peter
dan Muller (MPM)
Musim Kemarau

Musim Hujan

Total laju sedimen = 0,325 mm/tahun

VI - 28
LAPORAN AKHIR BENDUNGAN CIAWI
Sertifikasi Desain Bendungan Ciawi dan Bendungan Sukamahi (Lanjutan)

Hasil Studi Lain Sedimentasi Di Das Ciliwung :


Qodariah et al (2004) menunjukkan bahwa DAS Ciliwung Hulu telah mengalami
degradasi lahan yang sangat tinggi yaitu dengan tingkat erosi tahun 2001
mencapai 44 ton/ha/bulan dan tahun 2002 mencapai 74,7 ton/ha/bulan. Sedangkan
data BRLKT Citarum-Ciliwung menunjukkan tingkat erosi antara 160,32 - 334
ton/ha/th. Laju sedimentasi berlangsung di Sungai Ciliwung Hulu tahun 2001
mencapai 19,70 ton/ha/th dan tahun 2002 mencapai 36.96 ton/ha/th (Sumber: Nur
Lailah, Karakteristik Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung Hulu,
https://www.academia.edu, diakses tanggal 15-1-2016).
Berdasarkan data tabel tersebut maka laju sedimentasi di DAS Ciliwung hulu jika
dikonversi ke dalam satuan mm/tahun adalah antara 1,64 mm/th sampai dengan
3,08 mm/th antara tahun 2001 – 2002.
Beberapa hasil studi lain tentang laju sedimentasi pada beberapa bendungan
adalah sebagai berikut:

Tabel VI-22. Laju Sedimentasi di Beberapa Bendungan di Indonesia

Dari data tersebut dapat diketahui Bendungan Jatiluhur dan Cirata yang terletak di
Sungai Citarum mempunyai laju sedimentasi antara 1,27 – 2,72 mm/tahun.
Menurut Laporan Comprehensive Flood Control Management Plan (CFMP) tahun
2013 dinyatakan bahwa telah dilakukan studi sedimen di lokasi rencana Bendungan
Ciawi untuk rencana usia ekonomis bendungan 50 tahun sebagai berikut:
1. JICA (1997) dalam studi “Brief Note On Ciawi Dam Development For Flood
Control Purpose, July 1996” menyatakan laju sedimentasi sekitar 1,5 mm/tahun.
2. PU (2006) dalam laporan “Penyusunan Detail Desain Waduk Ciawi Tahap III,
Nopember 2006” menyatakan laju sedimentasi sekitar 0,45 mm/tahun.
Mengacu kepada hasil pengukuran dan referensi kajian sedimen yang pernah
dilakukan, maka untuk perencanaan laju sedimen pada Bendungan Ciawi dan
Sukamahi direncanakan dengan laju sedimentasi 2,50 mm/tahun.

VI - 29

Anda mungkin juga menyukai