BAB VI
ANALISA HIDROLOGI
6.1 UMUM
Studi terdahulu yang melatar belakangi perencanaan Bendungan Ciawi dan
Sukamahi saat ini adalah studi The Project for Capacity Development of Jakarta
Comprehensive Flood Management in Indonesia (CFMP), October 2013, oleh JICA
&Yachiyo Engineering Co, Ltd. dan Studi Review Desain Bendungan Ciawi Tahap I,
Tahun 2013, oleh PT. Indra Karya dan Studi Review Desain Bendungan Ciawi
Lanjutan, Tahun 2014 oleh PT. Ika Adya Perkasa .
Analisa hidrologi yang dilakukan saat ini merupakan cheking terhadap perhitungan
terdahulu meliputi menghitung parameter hidrologi berupa hujan rencana, banjir
rencana, dan simulasi keandalan waduk untuk desain bendungan Ciawi dan
Sukamahi.
Bendungan Ciawi dan Sukamahi direncanakan sebagai Dry Dam berfungsi hanya
untuk pengendalian banjir dan pariwisata. Untuk keperluan tersebut maka di hulu
waduk harus dipasang alat Telemeteri untuk memantau hujan yang terjadi di hulu.
6.2 HIDROKLIMATOLOGI
6.2.1 Iklim
Iklim di lokasi studi termasuk iklim tropis dengan musim hujan dimulai pada bulan
September/Oktober, sedangkan musim kemarau dimulai pada bulan April/Mei.
Secara umum musim hujan lebih panjang durasinya daripada musim kemarau.
Data klimatologi yang digunakan dalam studi ini diambil dari Stasiun Klimatologi
Citeko yang terdiri dari suhu udara, kelembaban udara, penguapan, penyinaran
matahari dan kecepatan angin.
6.2.2 Suhu
Suhu bulanan rata-rata yang tercatat di Stasiun Klimatologi Citeko adalah 21,4C.
Distribusi rata-rata suhu tiap bulan adalah sebagai berikut :
VI - 1
LAPORAN AKHIR BENDUNGAN CIAWI
Sertifikasi Desain Bendungan Ciawi dan Bendungan Sukamahi (Lanjutan)
6.2.4 Penguapan
Penguapan rata-rata bulanan adalah sebesar 127,6 mm/bulan dengan rata-rata tiap
bulan seperti tabel berikut :
VI - 2
LAPORAN AKHIR BENDUNGAN CIAWI
Sertifikasi Desain Bendungan Ciawi dan Bendungan Sukamahi (Lanjutan)
VI - 3
LAPORAN AKHIR BENDUNGAN CIAWI
Sertifikasi Desain Bendungan Ciawi dan Bendungan Sukamahi (Lanjutan)
VI - 4
LAPORAN AKHIR BENDUNGAN CIAWI
Sertifikasi Desain Bendungan Ciawi dan Bendungan Sukamahi (Lanjutan)
Tabel VI-6. Kejadian Banjir Besar yang pernah terjadi di Sungai Ciliwung
Sumber : The Project for Capacity Development of Jakarta Comprehensive Flood Management in
Indonesia, Jica, 2013
VI - 5
LAPORAN AKHIR BENDUNGAN CIAWI
Sertifikasi Desain Bendungan Ciawi dan Bendungan Sukamahi (Lanjutan)
Ketersediaan data hujan didapat dari stasiun hujan terdekat dengan lokasi rencana
as bendungan Ciawi dan bendungan Sukamahi, dalam hal ini hanya satu stasiun
hujan yaitu stasiun hujan Citeko. Data yang berhasil didapatkan dengan rentang
waktu selama 23 tahun, yaitu mulai tahun 1992 sampai tahun 2014. Data yang
dikumpulkan berupa data hujan jam-jaman dari BMKG Stasiun Citeko, yang
selanjutnya dicari Curah hujan maksimum tahunan dengan durasi hujan 48 jam
seperti pada Tabel VI-7.
VI - 6
LAPORAN AKHIR BENDUNGAN CIAWI
Sertifikasi Desain Bendungan Ciawi dan Bendungan Sukamahi (Lanjutan)
VI - 7
LAPORAN AKHIR BENDUNGAN CIAWI
Sertifikasi Desain Bendungan Ciawi dan Bendungan Sukamahi (Lanjutan)
1 2 165.343
2 5 211.918
3 10 242.755
4 20 272.334
5 25 281.717
6 50 310.622
7 100 339.313
8 500 405.613
9 1000 434.117
UJI SMIRNOV KOLMOGOROF
P Maximum, P Max (%) 6.74
Derajat Significant, α (%) 5,00
Kritis (tabel) 28.35
ΔP max <Δ Kritis,
HIPOTESA
DITERIMA
UJI CHI SQUARE(2)
2
Chi Square ( )hitung 0.21
Chi square (2)kritis (tabel) 7.81
Derajat Bebas 3,00
Derajat Significant, α (%) 5.00
2hitung<2kritis
HIPOTESA
DITERIMA
VI - 8
LAPORAN AKHIR BENDUNGAN CIAWI
Sertifikasi Desain Bendungan Ciawi dan Bendungan Sukamahi (Lanjutan)
Untuk Stasiun Depok dan Manggarai, hujan rancangan wilayah diambil dari hasil
studi terdahulu oleh JICA tahun 2013 berdasarkan kajian Comprehensive Flood
Control Management Plan (CFMP) yang dapat dilihat pada Tabel VI-9 dan VI-10.
VI - 9
LAPORAN AKHIR BENDUNGAN CIAWI
Sertifikasi Desain Bendungan Ciawi dan Bendungan Sukamahi (Lanjutan)
VI - 10
LAPORAN AKHIR BENDUNGAN CIAWI
Sertifikasi Desain Bendungan Ciawi dan Bendungan Sukamahi (Lanjutan)
6.3.3 Curah Hujan Maksimum Boleh Jadi (Probable Maximum Precipitation, PMP)
Berdasarkan hasil studi The Project for Capacity Development of Jakarta
Comprehensive Flood Management in Indonesia yang telah dilakukan oleh JICA
pada tahun 2013, durasi hujan yang digunakan untuk analisa banjir sungai Ciliwung
adalah hujan dengan durasi 48 jam. Karena besarnya PMP hasil perhitungan adalah
untuk durasi 24 jam, maka untuk durasi 48 jam dikalikan 150% terhadap curah
hujan 24 jam (berdasarkan berbagai kajian yang pernah dilakukan tinggi curah
hujan selama 48 jam adalah sekitar 150% terhadap curah hujan 24 jam, sesuai
petunjuk teknis perhitungan banjir desain bendungan). Sehingga besarnya PMP
akan menjadi :
VI - 11
LAPORAN AKHIR BENDUNGAN CIAWI
Sertifikasi Desain Bendungan Ciawi dan Bendungan Sukamahi (Lanjutan)
VI - 12
LAPORAN AKHIR BENDUNGAN CIAWI
Sertifikasi Desain Bendungan Ciawi dan Bendungan Sukamahi (Lanjutan)
VI - 13
LAPORAN AKHIR BENDUNGAN CIAWI
Sertifikasi Desain Bendungan Ciawi dan Bendungan Sukamahi (Lanjutan)
Sumber : Petunjuk Teknis Perhitungan Banjir Desain Bendungan, Dirjen SDA, 2014
Koefisien limpasan yang digunakan untuk mendapatkan curah hujan netto dalam
perhitungan banjir desain bendungan, secara konservatif harus diambil cukup tinggi,
karena disini diasumsikan bahwa kondisi DTA sudah cukup jenuh sebelum dan saat
curah hujan desain yang diperhitungkan. Dalam hal ini koefisien limpasan diambil
0,90.
Volker (1968) yang menyatakan koefisien limpasan, mencakup semua kehilangan
dan beragam dari hujan yang satu ke hujan yang lain. Karena itu, suatu harga
konstan untuk suatu DAS tidak boleh dipergunakan. Kawakami menyusun sebuah
rumus yang mengemukakan bahwa untuk sungai tertentu, koefisien pengaliran tidak
tetap, tergantung dari curah hujan.
R'
f 1 1 f '
Rt
dimana :
f = Koefisien pengaliran
f’ = Laju kehilangan
Rt = Jumlah curah hujan
R’ = Kehilangan curah hujan
VI - 14
LAPORAN AKHIR BENDUNGAN CIAWI
Sertifikasi Desain Bendungan Ciawi dan Bendungan Sukamahi (Lanjutan)
Ringkasan hasil perhitungan curah hujan efektif dapat dilihat pada Tabel dibawah ini.
Dalam studi ini, koefisien pengaliran diambil nilai rerata dua metode dengan
mempertimbangkan:
- Kondisi DTA sudah cukup jenuh sebelum dan saat curah hujan desain yang
diperhitungkan. Dalam hal ini koefisien limpasan diambil 0,90.
- Koefisien limpasan tidak tetap, tergantung dari curah hujan menggunakan
persamaan Kawakami.
VI - 15
LAPORAN AKHIR BENDUNGAN CIAWI
Sertifikasi Desain Bendungan Ciawi dan Bendungan Sukamahi (Lanjutan)
VI - 16
LAPORAN AKHIR BENDUNGAN CIAWI
Sertifikasi Desain Bendungan Ciawi dan Bendungan Sukamahi (Lanjutan)
VI - 17
LAPORAN AKHIR BENDUNGAN CIAWI
Sertifikasi Desain Bendungan Ciawi dan Bendungan Sukamahi (Lanjutan)
VI - 18
LAPORAN AKHIR BENDUNGAN CIAWI
Sertifikasi Desain Bendungan Ciawi dan Bendungan Sukamahi (Lanjutan)
VI - 19
LAPORAN AKHIR BENDUNGAN CIAWI
Sertifikasi Desain Bendungan Ciawi dan Bendungan Sukamahi (Lanjutan)
VI - 20
LAPORAN AKHIR BENDUNGAN CIAWI
Sertifikasi Desain Bendungan Ciawi dan Bendungan Sukamahi (Lanjutan)
Berdasarkan hasil perhitungan debit banjir dengan Metode Nakayasu, Gama I, dan
ITB (lihat Laporan Penunjang Hidrologi), untuk debit banjir Q50 didapatkan hasil
seperti pada Gambar 6.8 dan Gambar 6.9.
VI - 21
LAPORAN AKHIR BENDUNGAN CIAWI
Sertifikasi Desain Bendungan Ciawi dan Bendungan Sukamahi (Lanjutan)
Dari hasil perbandingan hidrograf untuk Q50 antara studi terdahulu oleh JICA dan
hasil perhitungan, debit banjir HSS metode ITB dan Nakayasu mendekati hasil
perhitungan studi JICA, sehingga untuk perhitungan selanjutnya digunakan debit
banjir metode Nakayasu.
VI - 22
LAPORAN AKHIR BENDUNGAN CIAWI
Sertifikasi Desain Bendungan Ciawi dan Bendungan Sukamahi (Lanjutan)
Gambar 6.10 Grafik Creager Bendungan Ciawi dan Sukamahi serta beberapa
Bendungan di Jawa
6.5 SEDIMENTASI
Pengambilan sampel sedimen dilaksanakan pada Bulan Oktober 2015. Sampel
yang diambil meliputi suspended load dan bed load. Lokasi pengambilan sampel
sedimen di hulu dan as rencana bendungan. Hasil pengujian sampel sedimen
adalah sebagai berikut.
VI - 23
LAPORAN AKHIR BENDUNGAN CIAWI
Sertifikasi Desain Bendungan Ciawi dan Bendungan Sukamahi (Lanjutan)
VI - 24
LAPORAN AKHIR BENDUNGAN CIAWI
Sertifikasi Desain Bendungan Ciawi dan Bendungan Sukamahi (Lanjutan)
VI - 25
LAPORAN AKHIR BENDUNGAN CIAWI
Sertifikasi Desain Bendungan Ciawi dan Bendungan Sukamahi (Lanjutan)
Qb = qb x W
(Muller, 143)
Dengan :
Perhitungan total laju sedimen yang terjadi di DAS dapat dilihat pada Tabel VI-20
Laju sedimentasi potensial DAS Ciawi dengan metode MPM sebesar 2,176
mm/tahun. Sedangkan pada DAS Sukamahi dengan metode MPM sebesar
0,325 mm/tahun.
VI - 26
LAPORAN AKHIR BENDUNGAN CIAWI
Sertifikasi Desain Bendungan Ciawi dan Bendungan Sukamahi (Lanjutan)
Tabel VI-20. Estimasi Laju Sedimen Pada DAS Ciawi Metode Meyer-Peter dan
Muller (MPM)
Musim Kemarau
Musim Hujan
VI - 27
LAPORAN AKHIR BENDUNGAN CIAWI
Sertifikasi Desain Bendungan Ciawi dan Bendungan Sukamahi (Lanjutan)
Tabel VI-21. Estimasi Laju Sedimen Pada DAS Sukamahi Metode Meyer-Peter
dan Muller (MPM)
Musim Kemarau
Musim Hujan
VI - 28
LAPORAN AKHIR BENDUNGAN CIAWI
Sertifikasi Desain Bendungan Ciawi dan Bendungan Sukamahi (Lanjutan)
Dari data tersebut dapat diketahui Bendungan Jatiluhur dan Cirata yang terletak di
Sungai Citarum mempunyai laju sedimentasi antara 1,27 – 2,72 mm/tahun.
Menurut Laporan Comprehensive Flood Control Management Plan (CFMP) tahun
2013 dinyatakan bahwa telah dilakukan studi sedimen di lokasi rencana Bendungan
Ciawi untuk rencana usia ekonomis bendungan 50 tahun sebagai berikut:
1. JICA (1997) dalam studi “Brief Note On Ciawi Dam Development For Flood
Control Purpose, July 1996” menyatakan laju sedimentasi sekitar 1,5 mm/tahun.
2. PU (2006) dalam laporan “Penyusunan Detail Desain Waduk Ciawi Tahap III,
Nopember 2006” menyatakan laju sedimentasi sekitar 0,45 mm/tahun.
Mengacu kepada hasil pengukuran dan referensi kajian sedimen yang pernah
dilakukan, maka untuk perencanaan laju sedimen pada Bendungan Ciawi dan
Sukamahi direncanakan dengan laju sedimentasi 2,50 mm/tahun.
VI - 29