Anda di halaman 1dari 17

SISTEM MANAJEMEN IRIGASI

IRIGASI PERMUKAAN BERBENTUK GENANGAN (BASIN)

Disajikan pada Mata Kuliah PTP371 Sistem Manajemen Irigasi


Dosen Pengampu : Endang Purnama Dewi, S.TP., M.Si

Disusun Oleh :
Kelompok V (Lima)
Prasetio Ramadhan NIM. J1B114010
Hugo G Manurung NIM. J1B114013
M. Supriyanto NIM. J1B114017
Rici Kurnia Sari NIM. J1B114028
Harison Silitonga NIM. J1B114036
Wahyu Okta Stiawan NIM. J1B115009
Diah Puji Lestari NIM. J1B115019
Elwena NIM. J1B115023
Randa Saputra NIM. J1B115048

JURUSAN TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
NOVEMBER 2017

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmat-Nya, Penulis dapat menyelesaikan makalah pada mata kuliah Manajemen
Irigasi dengan judul Irigasi Permukaan Berbentuk Genangan (Basin) ini
dengan tepat pada waktunya. Makalah ini merupakan salah satu tugas kelompok
pada mata kuliah Sistem Manajemen Irigasi di program studi Teknik Pertanian,
Fakultas Teknologi Pertanian pada Universitas Jambi.
Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Endang
Purnama Dewi, S.TP., M.Si selaku dosen pengampu serta segenap pihak yang
telah memberikan bimbingan serta arahan selama penulisan makalah ini.
Akhirnya penulis menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan dalam
penulisan makalah ini, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Jambi, 16 November 2017

Tim Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i


KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................... 2
C. Tujuan ............................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Irigasi permukaan ........................................................ 3
B. Pengertian Irigasi Basin (genangan/sawah) .................................. 4
C. Metode Pengairan pada Irigasi Basin (genangan/sawah) .............. 5
D. Bentuk-Bentuk Irigasi Basin (genangan/sawah) .................................... 7
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Air adalah salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan
keberhasilan peningkatan produksi pertanian, ketersediaannya mutlak diperlukan
baik secara jumlah maupun kualitasnya. Akan tetapi seiring dengan adanya
dampak perubahan iklim, pergeseran musim kemarau ataupun musim hujan
memberikan dampak pada ketersediaan air diareal pertanian.
Irigasi merupakan upaya yang dilakukan manusia untuk mengairi lahan
pertanian. Dalam dunia modern, saat ini sudah banyak model irigasi yang dapat
dilakukan manusia. Pada zaman dahulu, jika persediaan air melimpah karena
tempat yang dekat dengan sungai atau sumber mata air, maka irigasi dilakukan
dengan mengalirkan air tersebut ke lahan pertanian. Namun demikian, irigasi juga
biasa dilakukan dengan membawa air dengan menggunakan wadah kemudian
menuangkan pada tanaman satu per satu. Untuk irigasi dengan model seperti ini di
Indonesia biasa disebut menyiram. Sebagaimana telah diungkapkan, dalam dunia
modern ini sudah banyak cara yang dapat dilakukan untuk melakukan irigasi dan
ini sudah berlangsung sejak mesir kuno. Irigasi adalah usaha penyediaan dan
pengaturan air untuk menunjang pertanian yang jenisnya meliputi irigasi
permukaan, irigasi rawa, irigasi air bawah tanah, irigasi pompa, dan irigasi
tambak. Irigasi dimaksudkan untuk mendukung produktivitas usaha tani guna
meningkatkan produksi pertanian dalam rangka ketahanan pangan nasional dan
kesejahteraan masyarakat, khususnya petani yang diwujudkan melalui
keberlanjutan sistem irigasi. Tujuan irigasi adalah mengalirkan air secara teratur
sesuai kebutuhan tanaman pada saat persedian air tanah tidak mencukupi untuk
mendukung pertumbuhan tanaman, sehingga tanaman bisa tumbuh secara normal.
Pemberian air irigasi yang efisien selain dipengaruhi oleh tata cara aplikasi,
juga ditentukan oleh kebutuhan air guna mencapai kondisi air tersedia yang
dibutuhkan tanaman. Pembangunan saluran irigasi sangat diperlukan untuk
menunjang penyediaan bahan pangan, sehingga ketersediaan air di daerah irigasi
akan terpenuhi walaupun daerah irigasi tersebut berada jauh dari sumber air

1
permukaan (sungai). Hal tersebut tidak terlepas dari usaha teknik irigasi yaitu
memberikan air dengan kondisi tepat mutu, tepat ruang dan tepat waktu dengan
cara yang efektif dan ekonomis.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumasan masalah antara lain :
1. Apa pengertian irigasi permukaan?
2. Apa pengertian irigasi genangan (basin)?
3. Bagaimana metode pengairan pada irigasi genangan (basin)?
4. Bagaimana bentuk-bentuk irigasi genangan (basin)?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah antara lain :
1. Mahasiswa mampu mengetahui apa itu irigasi permukaan dalam bentuk
genangan,
2. Mahasiswa mampu mengetahui bagaimana sistem atau cara pengairan
pada irigasi genangan (basin),
3. Mahasiswa mampu mengetahui bagaimana bentuk-bentuk dari irigasi
genangan (basin).

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Irigasi Permukaan


Irigasi permukaan merupakan sistem irigasi yang menyadap air langsung
di sungai melalui bangunan bendung maupun melalui bangunan pengambilan
bebas (free intake) kemudian air irigasi dialirkan secara gravitasi melalui saluran
sampai ke lahan pertanian. Di sini dikenal saluran primer, sekunder, dan tersier.
Pengaturan air ini dilakukan dengan pintu air. Prosesnya adalah gravitasi, tanah
yang tinggi akan mendapat air lebih dulu.
Metode irigasi permukaan ini merupakan cara aplikasi irigasi yang tua dan
paling banyak digunakan. Irigasi permukaan lebih cocok diterapkan pada lahan
yang relatif seragam dan datar (slope < 2%) serta tanah dengan kapasitas infiltrasi
rendah sampai sedang. Investasi awal yang diperlukan untuk membangun irigasi
permukaan biasanya rendah namun efisiensinya relatif rendah karena banyak
kehilangan air melalui evaporasi, perkolasi, run off maupun seepage. Sistem
irigasi permukaan telah berkembang luas dan dapat diklasifikasikan menjadi
beberapa jenis, yaitu (1) irigasi basin (basin irrigation), (2) irigasi border (border
irrigation), (3) irigasi alur (furrow irrigation), dan (4) irigasi surjan.
Sistem irigasi permukaan terjadi dengan menyebarkan air ke permukaan
tanah dan membiarkan air meresap (infiltrasi) ke dalam tanah. Air dibawa dari
sumber ke lahan melalui saluran terbuka baik dengan lining maupun melalui pipa
dengan head rendah. Investasi yang diperlukan untuk mengembangkan irigasi
permukan relatif lebih kecil daripada irigasi curah maupun tetes kecuali bila
diperlukan pembentukan lahan, seperti untuk membuat teras. Sistem irigasi
permukaan (Surface irrigation), Suatu daerah irigasi permukaan terdiri dari
susunan tanah yang akan diairi secara teratur dan terdiri dari susunan jaringan
saluran air dan bangunan lain untuk mengatur pembagian, pemberian, penyaluran,
dan pembuangan kelebihan air. Dari sumbernya, air disalurkan melalui saluran
primer lalu dibagi-bagikan ke saluran sekunder dan tersier dengan perantaraan
bangunan bagi dan atau sadap tersier ke petak sawah dalam satuan petak tersier.
Petak tersier merupakan petak-petak pengairan/pengambilan dari saluran irigasi

3
yang terdiri dari gabungan petak sawah. Bentuk dan luas masing-masing petak
tersier tergantung pada topografi dan kondisi lahan akan tetapi diusahakan tidak
terlalu banyak berbeda. Apabila terlalu besar akan menyulitkan pembagian air
tetapi apabila terlalu kecil akan membutuhkan bangunan sadap. Ukuran petak
tersier diantaranya adalah, di tanah datar : 200-300 ha, di tanah agak miring : 100-
200 ha dan di tanah perbukitan : 50-100 ha (Kholid, 2009).
Untuk menyusun suatu rancangan irigasi terlebih dahulu dilakukan survey
mengenai kondisi daerah yang bersangkutan serta penjelasannya, penyelidikan
jenis-jenis tanaman pertaniannya, bagian-bagian yang diairi dan lain-lain untuk
menentukan cara irigasi dan kebutuhan air tanamannya. Sistem irigasi permukaan
dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu peluapan dan penggenangan bebas
(tanpa kendali) serta peluapan penggenangan secara terkendali. Sistem irigasi
permukaan yang paling sederhana adalah peluapan bebas dan penggenangan.
Dalam hal ini air diberikan pada areal irigasi dengan jalan peluapan untuk
menggenangi kiri atau kanan sungai yang mempunyai permukaan datar. Sebagai
contoh adalah sistem irigasi kuno di Mesir. Sistem ini mempunyai efisiensi yang
rendah karena penggunaan air tidak terkontrol. Sistem irigasi permukaan lainnya
adalah peluapan dan penggenangan secara terkendali. Cara yang umum digunakan
dalam hal ini adalah dengan menggunakan bangunan penangkap, saluran pembagi
saluran pemberi, dan peluapan ke dalam petak petak lahan beririgasi. Jenis
bangunan penangkap bermacam-macam, diantaranya adalah (1) bendung, (2)
intake, dan (3) stasiun pompa(Racmad, 2009).

B. Pengertian Irigasi Basin (genangan/sawah)


Irigasi permukaan ini merupakan cara yang paling banyak digunakan di
seluruh dunia. Irigasi permukaan yang cenderung tidak terkendali umumnya
disebut dengan irigasi banjir atau irigasi basin, yaitu merendam lahan pertanian
hingga ketinggian tertentu dengan jumlah air yang berlebih. Sistem irigasi ini
banyak digunakan untuk tanaman padi. Air diberikan melalui siphon, saluran
maupun pintu air ke kolam kemudian ditahan di kolam dengan kedalaman dan
selama waktu yang dikehendaki.

4
Irigasi sawah paling cocok untuk tanah dengan laju infiltrasi sedang
sampai rendah ( 50 mm/jam). Topografi lahan yang sesuai adalah kemiringan
kecil (slope = 0-0,5). Apabila lahan miring atau bergelombang perlu diratakan
(levelling) atau dibuat teras.
Operasi dapat dilaksanakan oleh tenaga yang tidak ahli. Teknik
pemberiaan air dengan genangan dapat digunakan untuk tanaman apapun dengan
memperhatikan desain, layout, dan prosedur operasinya.
Berikut adalah prosedur desain irigasi genangan:
1. Menentukan layout petak
a. lokasi sumber air sedapat mungkin berada pada posisi yang
memungkinkan seluruh lahan diairi secara gravitasi
b. bentuk lahan biasanya mengikuti topografi, tetapi bila memungkinkan
bentuk bentuk segi empat merupakan bentuk yang paling
menguntungkan
c. ukuran lahan (panjang dan lebar) ditentukan berdasarkan kapasitas
infiltrasi dan debit
2. Menentukan kebutuhan air irigasi
3. Menentukan waktu infiltrasi (opportunity time) yaitu waktu yang diperlukan
untuk air untuk meresap ke dalam tanah
4. Menentukan debit irigasi
a. debit harus cukup besar untuk memberikan air yang seragam ke
seluruh lahan tetapi tidak terlalu besar sehingga dapat menimbulkan
erosi
5. Menentukan waktu pemberian air irigasi (inflow time) yaitu waktu yang
diperlukan untuk meresapkan sejumlah air yang diperlukan ke seluruh lahan

C. Metode Pengairan pada Irigasi Genangan/sawah (Basin)


Pada irigasi permukaan, air diberikan secara langsung melalui permukaan
tanah dari suatu saluran atau pipa dimana elevasi muka airnya lebih tinggi dari
elevasi lahan yang akan diairi (sekitar 10~15 cm). Air irigasi mengalir pada
permukaan tanah dari pangkal ke ujung lahan dan meresap ke dalam tanah
membasahi daerah perakaran tanaman. Terdapat dua syarat penting untuk

5
mendapatkan sistim irigasi permukaan yang efisien, yaitu perencanaan sistim
distribusi air untuk mendapatkan pengendalian aliran air irigasi dan perataan lahan
(land grading) yang baik, sehingga penyebaran air seragam ke seluruh petakan.
Pada irigasi permukaan air irigasi diberikan lewat permukaan tanah. Air
irigasi akan mengalir di permukaan tanah dari bagian pangkal ke ujung petakan,
sambil meresap ke dalam tanah mengisi lengas tanah di daerah perakaran
tanaman. Proses aliran air irigasi terdiri dari: (a) awal jelajah aliran air (advance
stream) sepanjang lereng permukaan lahan, (b) periode pembasahan dimana
seluruh aliran berinfiltrasi ke dalam tanah, (c) aliran resesi sejak dimana pasok air
irigasi dihentikan (Gambar 1).

Gambar 1. Kurva jelajah dan resesi pada irigasi permukaan

Total jumlah air yang meresap merupakan fungsi dari laju infiltrasi tanah dan
waktu kesempatan berinfiltrasi. Idealnya sistim irigasi harus menghasilkan jumlah
air meresap yang sama/seragam sejak di pangkal sampai ke ujung lahan, sehingga
menghasilkan efisiensi pemakaian air yang tinggi di sepanjang daerah perakaran

6
tanaman. Akan tetapi hal ini tidak mudah untuk didapatkan, kecuali melalui
serangkaian uji-coba dan prosedur rancangan yang tepat. Contoh hubungan antara
laju jelajah, laju resesi dan waktu kesempatan berinfiltrasi dapat dilihat pada
Gambar 1.2.
Pada prinsipnya rancangan irigasi permukaan adalah merancang beberapa
parameter sehingga didapatkan waktu kesempatan berinfiltrasi yang relatif
seragam dari pangkal sampai ke ujung lahan. Umumnya di bagian pangkal, air
akan lebih banyak air meresap daripada bagian ujung petakan lahan, sehingga
didapatkan efisiensi pemakaian air yang kecil. Prosedur pelaksanaan irigasi dalam
irigasi permukaan adalah dengan menggunakan debit yang cukup besar, maka
aliran akan mencapai bagian ujung secepat mungkin, dan meresap ke dalam tanah
dengan merata. Setelah atau sebelum mencapai bagian ujung, aliran masuk dapat
diperkecil debitnya (cut-back flow) sampai sejumlah air irigasi yang diinginkan
sudah diresapkan. Pasok aliran air dihentikan dan proses resesi sepanjang lahan
akan terjadi sampai proses irigasi selesai.

D. Bentuk-Bentuk Irigasi Basin (genangan/sawah)


Lahan dibagi menjadi petakan-petakan kecil yang hampir datar. Pematang
sekeliling petakan dibentuk untuk menahan air irigasi supaya tergenang di petakan
dan berinfiltrasi. Dalam irigasi padi sawah atau untuk keperluan pencucian garam
tanah (leaching) diperlukan tinggi genangan tertentu selama periode tertentu,
sehingga pemberian air biasanya kontinyu. Ukuran basin beragam mulai dari 1 m2
sampai 1 atau 2 ha. Jika lahan dapat didatarkan secara ekonomis, maka bentuk
basin biasanya segi-empat. Tetapi jika topografinya bergelombang maka
pematang dibuat mengikuti kontur. Biasanya beda elevasi antar pematang
bervariasi dari 6 ~ 12 cm untuk tanaman palawija dan 15 ~ 30 cm untuk tanaman
padi.
Ukuran basin tergantung pada debit yang tersedia, ukuran pemilikan lahan
dan karaktersitik infiltrasi. Untuk irigasi buah-buahan biasanya dibuat basin
berbentuk lingkaran atau segi-empat pada setiap pohon. Pada irigasi basin padi
sawah dengan konsolidasi lahan bentuk petakan dibuat teratur segi-empat,
sedangkan tanpa konsolidasi lahan bentuk petakan mengikuti garis kontur alami

7
Gambar 2. Kurva jelajah dan resesi pada irigasi border

Gambar 3. IOT yang ideal diperlihatkan pada kurva jelajah dan resesi

Gambar 4. Bulldozer dengan peralatan khusus untuk membersihkan akar


pepohonan: (a) bulldozer bergerigi, (b) root rake

8
Gambar 5. Bulldozer dengan peralatan khusus untuk memotong akar dan
mengangkatkan ke permukaan tanah

Gambar 6. Scraper kapasitas 2m3 ditarik tractor 45-50 HP

Check basin cocok untuk lahan berkemiringan landai dan seragam dengan
infiltrasi sedang sampai rendah. Untuk lahan berkemiringan curam memerlukan
tata-letak dan leveling yang berat dan susah. Kurva resesi hampir sejajar dengan
sumbu x. Waktu resesi di inlet tidak sama dengan nol, berarti air tergenang di inlet
(setelah air irigasi dihentikan) cukup lama. Hal ini disebabkan pada check border
permukaan tanah relatif datar.

9
Gambar7. Land plane untuk pendataran tanah (land levelling) dan penghalusan
permukaan tanah (smoothing) pada irigasi permukaan

Gambar 8. Scraper yang ditarik hewan

10
Gambar 9. Irigasi check basin untuk untuk tanaman kurma di Arab

Gambar 10. Irigasi basin pada lahan miring disebut juga sebagai teras
bangku datar untuk tanaman padi

Gambar 11. Irigasi basin berbentuk lingkaran pada tanaman buah-buahan

11
Gambar 12. Irigasi basin padi sawah, sebelah kiri sesudah konsolidasi lahan

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Irigasi permukaan merupakan sistem irigasi yang menyadap air langsung
di sungai melalui bangunan bendung maupun melalui bangunan pengambilan
bebas (free intake) kemudian air irigasi dialirkan secara gravitasi melalui saluran
sampai ke lahan pertanian.
Sistem irigasi permukaan telah berkembang luas dan dapat
diklasifikasikan menjadi beberapa jenis, yaitu (1) irigasi basin (basin irrigation),
(2) irigasi border (border irrigation), (3) irigasi alur (furrow irrigation), dan (4)
irigasi surjan.
Irigasi permukaan ini merupakan cara yang paling banyak digunakan di
seluruh dunia. Irigasi permukaan yang cenderung tidak terkendali umumnya
disebut dengan irigasi banjir atau irigasi basin, yaitu merendam lahan pertanian
hingga ketinggian tertentu dengan jumlah air yang berlebih. Sistem irigasi ini
banyak digunakan untuk tanaman padi.
Metode pengairan pada irigasi basin (genangan/sawah) air diberikan
secara langsung melalui permukaan tanah dari suatu saluran atau pipa dimana
elevasi muka airnya lebih tinggi dari elevasi lahan yang akan diairi (sekitar 10~15
cm).
Bentuk-Bentuk Irigasi Basin (genangan/sawah) Lahan dibagi menjadi
petakan-petakan kecil yang hampir datar. Pematang sekeliling petakan dibentuk
untuk menahan air irigasi supaya tergenang di petakan dan berinfiltrasi.

13
DAFTAR PUSTAKA

Acmadi, M. 2013. Irigasi di Indonesia. Media press : Yogyakarta.


Ardi. 2013. Hasil Besar Dari Irgasi Kecil. Koran harian media Indonesia :
Jakarta.
Ella Meilianda, Masimin, Akmal. 2014. Efisiensi Irigasi Pada Petak Tersier Di
Daerah Irigasi Lawe Bulan Kabupaten Aceh Tenggara. Jurnal Teknik Sipil.
ISSN 2302-0253. Volume 3, No. 3. Diakses dari google scholer. Pada
tanggal 15 November 2017, pukul 21:04 WIB.
Eko, Rusdianto. 2013. Perlu Sistem Irigasi yang Layak. Majalah GATRA :
Bandung.
Kholid, M. 2009. Krisis Air sawah Indonesia. Grafindo Media Utama.
Yogyakarta.
Prijono Sugeng, MS. 2012. Irigasi Permukaan (surface Irrigation). Diakses dari
google Scholer. Pada tanggal 15 November 2017, pukul 21:09 WIB.
Racmad, nur. 2009. Irigasi Dan Tata Guna Lahan. Pt Gramedia : Jakarta.
Sardianto . 2013. Irigasi Di Indonesia. Diakses dari google scholer. Pada tanggal
15 November 2017, pukul 21:14 WIB.
Teristi, ardi, 2013. Mengatur Air Terus Mengalir. Koran harian media Indonesia :
Jakarta.

14

Anda mungkin juga menyukai