1,2,3,4,5
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Muhammadiyah
Sukabumi
Jl. R. Syamsudin, S.H. No. 50, Cikole, Kee. Cikole, Kota Sukabumi, Jawa Barat
43113
ABSTRAK
2. METODE PENELITIAN
2.1 Teknik Pengumpulan Data
Berdasrkan teknik pengumpulan datanya, penelitian yang akan dilakukan
menggunakan teknik pengumpulan data primer dan data sekunder. Untuk lebih
jelasnya berikut uraian pengambilan data:
1. Data Primer
Data primer merupakan data yang diambil langsung dilapangan, dalam hal ini
adalah ada titik/ordinat saluran, titik koefisien daerah pengaliran.
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diambil dari data yang sudah ada, dalam
penelitian ini data sekunder yang dimaksud adalah data curah hujan yang diambil dari
Badan Pusat Statistik Kota Sukabumi.
= 0,038
Kondisi tata guna lahan di kawasan daerah pengaliran terdiri dari Perkerasan aspal,
Bahu jalan, Perumahan kerapatan sedang, dan dataran yang ditanami. Berdasarkan
peta tata guna lahan yang ada, kawasan daerah pengaliran dapat dikelompokkan
kedalam beberapa penggunaan lahan yang luas masing-masing lahan adalah
sebagai berikut:
Perhitungan:
Jumlah data ( n) = 10
T YT Sd Yn Sn K X (mm)
2 0.37 40.81 0.50 0.95 -0.14 66.69
5 1.50 40.81 0.50 0.95 1.06 115.40
10 2.25 40.81 0.50 0.95 1.85 147.65
20 2.97 40.81 0.50 0.95 2.61 178.59
25 3.20 40.81 0.50 0.95 2.85 188.40
50 3.90 40.81 0.50 0.95 3.59 218.63
100 4.60 40.81 0.50 0.95 4.32 248.64
Keterangan : nilai Yn dan Sn didapatkan dari tabel
Tabel 3.5 Perhitungan Curah Hujan Rancangan Dengan Menggunakan Distribusi Log
Pearson III
Perhitungan:
Koefisien kepencengan ( C s) = -0 ,6 2
• Metode Normal
- Metode perhitungan curah hujan rancangan
T K X S XT/mm
2 0.00 72.23 40.81 72.23
5 0.84 72.23 40.81 106.51
10 1.28 72.23 40.81 124.46
20 1.64 72.23 40.81 139.15
25 2.85 72.23 40.81 188.53
50 3.59 72.23 40.81 218.63
100 4.32 72.23 40.81 248.64
10 | P E R E N C A N A A N S A L U R A N D R A I N A S E / K E L O M P O K 4
Tabel 3.10 Interval Nilai Ekstrim Distribusi Log Person III
Log
T Kt SdLog X X (mm)
XRerata
5 0.86 0.29 1.78 107.81
2.5 0.440 0.29 1.78 81.31
1.67 0.267 0.29 1.78 72.33
1.25 0.145 0.29 1.78 66.56
Maka dapat disimpulkan dikarenakan nilai X2 > Xkritis maka metode distribusi Log
Pearson III kurang cocok untuk digunakan.
11 | P E R E N C A N A A N S A L U R A N D R A I N A S E / K E L O M P O K 4
3.5 Intensitas Curah Hujan
Untuk mendapatkan intensitas hujan dalam periode 1 jam dari data curah hujan
harian maksimum digunakan persamaan:
I = (R24/24) x (24/t)2/3
= (135,20 mm/24) x (24/0,065)2/3
= 289,93 mm/jam
Hal ini disebabkan karena data curah hujanjangka pendek tidak tersedia, yang ada Cuma
data curah hujan harian, maka intensitas hujan dapat dihitung dengan rumus Mononobe
pada persamaan diatas sesuai dengan persyaratan Loebis (1992) bahwa intensitas hujan
(mm/jam) dapat diturunkan dari data hujan harian empiris menggunakan metode
Mononobe. Hasil analisis ditunjukkan dalam tabel dibawah ini :
t (jam) 2 5 10 20 25 50 100
0.010 483.07 805.22 1009.80 1164.82 1251.04 1416.48 1569.43
0.020 304.31 507.25 636.14 733.79 788.11 892.33 988.68
0.030 232.23 387.11 585.46 559.99 601.44 680.90 754.50
0.040 191.70 319.55 400.74 462.26 496.48 562.13 622.83
0.050 165.21 275.38 345.35 398.36 427.85 484.43 536.74
0.060 246.30 243.86 305.82 352.77 378.88 428.99 475.31
0.065 138.70 231.19 289.93 334.44 359.19 406.69 450.61
Hasil analisis berupa intensitas hujan dengan durasi dan periode ulang tertentu
dihubungkan kedalam sebuah kurva Intensity Duration Frequency (IDF). Kurva IDF
menggarnbarkan hubungan antara dua parameter penting hujan yaitu durasi dan
intensitas hujan selanjutnya dapat dimanfaatkan untuk rnenghitung debit banjir/rencana
dengan metode rasional. Hal ini sesuai dengan persyaratan Sosrodarsono dan Takeda
(2003), yang rnengatakan bahwa lengkung IDF ini digunakan dalarn menghitung debit
banjir/rencana dengan rnetode rasional untuk rnenentukan intensitas curah hujan rata-
rata dari waktu konsentrasi yang dipilih dari tabel diatas.
12 | P E R E N C A N A A N S A L U R A N D R A I N A S E / K E L O M P O K 4
kawasan daerah pengaliran desa petapahan diperoleh dari pengukuran langsung oleh
peneliti dilapangan.
Dari nilai koefisien pengaliran ini dapat diketahui bahwa dari air hujan yang akan turun
akan mengalir/melimpas kepermukaan yang kemudian akan mengalir ke daerah hilir.
Nilai koefisien pengaliran dapat juga digunakan untuk menentukan kondisi fisik kawasan
daerah pengaliran (Subdas). Hal ini sesuai dengan pemyatan Kodoatie dan Syarief (2005),
yang menyatakan bahwa angka koefisien aliran permukaan ini merupakan indikator
untuk menentukan kondisi fisik suatu kawasan pengaliran. Nilai C berkisar antara 0-
1. Nilai C = 0 menunjukan semua air hujan terintersepsi dan terinfiltrasi kedalam
tanah, sebaliknya untuk C = 1 menunjukkan bahwa air hujan mengalir sebagai aliran
permukaan.
2. Debit banjir
Berdasarkan data yang diperoleh diatas maka dapat dihitung debit banjir/rencana
di kawasan daerah pengaliran petapahan dengan metode rasional sesua1 persamaan:
Q = 0,278 CIA
Untuk berbagai kala ulang tertentu. Lama hujan dengan intensitas hujan tertentu
sama dengan waktu konsentrasi. Sehingga diperoleh seperti pada tabel berikut:
13 | P E R E N C A N A A N S A L U R A N D R A I N A S E / K E L O M P O K 4
3. Debit actual
Untuk mendapatkan debit actual tampungan saluran drainase dapat dilakukan
dengan cara sebagai berikut:
• Luas Saluran
𝜋
A = 4 × 𝑑2
3,14
= × (0,65 𝑚)2
4
= 0,515 m2
Kemiringan dasar saluran (S)
S = 3,8%
Keliling basah penampang (P)
P =𝜋 ×𝑑
= 3,14 × 0,65
= 2,041 m
Jari-jari hidrolis (R)
R =A/P
= 0,515 / 2,041
= 0,26 m
Kecepatan aliran (Vmanning)
2 1
1
Vmanning = 𝑛 × 𝑅3 × 𝑆 2
2 1
1
= 0,02 × 0,263 × 0,0382
= 3,98 m/det
Debit saluran (Q)
Q =𝑉 ×𝐴
= 3,98 × 0,515
= 2,05 m/det
Debit total (Qtotal)
Qtotal = 𝑄 × 𝐿𝑠𝑎𝑙𝑢𝑟𝑎𝑛
= 2,05 × 1,400
= 2870 m3/det
14 | P E R E N C A N A A N S A L U R A N D R A I N A S E / K E L O M P O K 4
4. PENUTUP
1. Kesimpulan
Dari hasil Perencanaan Saluran Drainase Dengan Analisis Debit Banjir
Metode Rasional (Studi Kasus Jalan Siliwangi, Kota Sukabumi), maka penulis dapat
mengambil beberapa kesimpulan berdasarkan pada hasil analisa dan perhitungan
yaitu sebagai berikut:
• Dimensi saluran yang digunakan sudah sesuai dan dapat menapung debit banjir.
• Dimensi saluran drainase memiliki gangguan berupa endapan sedimen setinggi
5 cm.
• Debit banjir yang digunakan dalam perencanaan menggunakan kala ulang 10
tahun.
• Debit saluran drainase berdasarkan ukuran dimensi saluran sebesar 2,05 m/det.
• Debit banjir drainase berdasarkan kala ulang 10 tahun sebesar 0,046 m'/det.
2. Saran
• Dalam penelitian selanjutnya diharapkan banyak faktor yang diperhitungkan dalam
menentukan nilai koefisien pengaliran, dan juga ditambahkan untuk perencanaan
struktur drainase.
• Dalam suatu perencanaan, kita hams teliti dalam perhitungan termasuk
penentuan kemiringan dan dimensi saluran, agar air yang melalui drainase akan
mengalir sesuai arah yang direncanakan.
DOKUMENTASI SURVEY
15 | P E R E N C A N A A N S A L U R A N D R A I N A S E / K E L O M P O K 4
16 | P E R E N C A N A A N S A L U R A N D R A I N A S E / K E L O M P O K 4