Anda di halaman 1dari 30

67

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1. Umum

Kota Lhokseumawe merupakan salah satu kota yang berada di Provinsi

Nanggroe Aceh Darussalam. Kota Lhokseumawe ditetapkan statusnya dikota

berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2001 yang wilayahnya mencakup 4

Kecamatan yaitu: Banda Sakti, Blang Mangat, Muara Dua dan Muara Batu. Secara

geografis Kota Lhokseumawe terletak pada posisi 04 °54’- 05° 18’ Lintang Utara dan 96 °

20’- 97 °21’ Bujur Timur dengan batas-batas wilayah: Utara Selat Malaka, Selatan

Kecamatan Kuta Makmur Kabupaten Aceh Utara, Barat Kecamatan Dewantara

Kabupaten Aceh Utara, Timur Kecamatan Syamtalira Bayu Kabupaten Aceh Utara.

Pada tahun 2010 Kota Lhokseumawe membuat Reservoir Waduk Pusong seluas

60 hektar dan mempunyai daya tampung sekitar 850.000 m3. Manfaat dan tujuan

pembangunan waduk pusong adalah seabagai berikut :

A. Mamfaat Waduk Pusong

Mamfaat Waduk Pusong adalah :

a. Secara fisik kota lhokseumawe (kecamatan banda sakti) terbebas dari banjir dan

meningkatnya kualitas sanitasi dan estetika lingkungan.

b. Peningkatan pendapatan bagi masyarakat sekitar lokasi proyek karena

tersedianya lapangan kerja bagi tenaga kerja disekitar lokasi proyek selama

pembangunan dan berkembangnya lapangan usaha pasca kegiatan konstruksi.

c. Pengembangan daerah wisata baru di kota lhokseumawe.


68

B. Tujuan Pembangunan Waduk Pusong

Tujuan pembangunan Waduk Pusong adalah bertujuan untuk mengendalikan

banjir akibat genangan air hujan dan banjir dari air pasang laut diwilayah pusat kota

Lhokseumawe yaitu di Kecamatan Banda Sakti.Tujuan pembangunan proyek ini

diharapkan akan dapat dirasakan dampak nya oleh masyarakat kota lhokseumawe,

diantaranya akan meningkatkan kualitas fisik kota sebagai akibat perbaikan sistem

drainase dan untuk mengatasi banjir. selain itu, kehadiran waduk ini akan menciptakan

efek ganda bagi perekonomian masyarakat sekitar khususnya dengan banyak nya para

wiatawan dalam maupun luar daerah yang berkunjung ke proyek reservoir tersebut

sebagai objek wisata alam dan bahari.

4.2. Operasional Pintu Waduk Pusong

Yang dimaksud dengan operasi dan pemeliharaan waduk adalah segala kegiatan

yang berkaitan dengan usaha untuk mewujudkan/melaksanakan tujuan dari dibangunnya

bendungan sehingga tujuannya tercapai dengan baik. Kegiatan tesebut adalah mengatur

penggunaan air yang tersedia seoptimal mungkin sesuai dengan kebutuhannya, serta

dengan tetap menjaga terpeliharanya waduk/bendungan dan bangunan-bangunan

pelengkapnya dan tetap terpeliharanya kelestarian/keseimbangan sumber daya air

tersebut.

Pola pengoperasian suatu waduk dimaksudkan sebagai pedoman pengaturan air

untuk memenuhi berbagai kebutuhan air dan pengendali banjir. Bertujuan untuk

memanfaatkan air secara optimal dengan cara mengalokasikan secara proporsional

sedemikian rupa sehingga tidak terjadi konflik antar kepentingan.


69

4.2.1. Jenis Pola Operasi pintu waduk

Dalam satu tahun dibuat 4 (empat) jenis pola operasi pintu waduk yaitu :

a. Pola Operasi Pintu Waduk Musim Hujan

Pada saat musim hujan, air hujan yang turun di daerah tangkapan air sebagian

besar akan mengalir ke drainase yang pada akhirnya akan mengalir ke hilir drainase

yang tidak jarang mengakibatkan banjir di kawasan hilir dari drainase tersebut, apabila

kapasitas tampung bagian hilir drainase tidak memadai. Dengan dibangunnya waduk di

bagian hulu sungai maka kemungkinan terjadinya banjir pada musim hujan dapat

dikurangi. Karena air hujan yang mengalir melalui drainase akan dialirkan langsung

kewaduk pusong dengan pintu air waduk tetap tertutup sampe kapasitas ideal

tampungan waduk pusong, jika air yang masuk kewaduk tersebut udah memenuhi

kapasitas ideal tampungan waduk maka pintu air waduk tersebut akan dibuka untuk

mengalirkan air yang ada di dalam waduk ke laut dengan syarat air laut sedang surut

karena elavasi laut lebih tinggi daripada daratan lhokseumawe.

b. Pola Operasi Pintu Waduk Musim Kemarau.

pada musim kemarau air yang tertampung tetap dibiarkan berada didalam waduk

tersebut karena dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, antara lain untuk untuk

perikanan dan untuk pariwisata sedangkan pintu air waduk nya di tutup.

c. pola operasi pintu waduk saat terjadi pasang air laut.

Pada saat terjadi nya pasang air laut maka pintu air waduk pusong akan di tutup

supaya air laut tidak masuk kedalam waduk tersebut walaupun air didalam waduk udah

memenuhi kapasitas tampungan ideal waduk pusong.


70

d. pola operasi pintu waduk pada saat terjadi surut air laut.

Pada saat terjadinnya surut air laut maka pintu air waduk akan dibuka untuk

mengalirkan air yang ada didalam waduk ke laut sehingga waktu terjadinya hujan dapat

menampung kembali air dari drainase.

4.3. Permasalahan Waduk Pusong

Permasalahan yang timbul setelah adanya waduk pusong yang berfungsi sebagai

pengendalian banjir di kota lhokseumawe adalah :

1. Setelah ada waduk pusong kenapa masih terjadi banjir di Kota Lhokseumawe ?

Hipotesa yang dapat diambil dari permasalahan tersebut adalah sebagai berikut :

1. Apakah kapasitas waduk pusong tidak memenuhi ?

2. Jika tidak memenuhi berapa kapasitas ideal / optimum waduk pusong tersebut?

3. Jika memenuhi, dimana permasalahan nya lagi ?

4. Apakah drainase nya sudah baik yang berkaitan dengan:

 Masalah sedimen

 Sampah

 Kemiringan drainasenya kurang

 Ada cekungan daerah aliran drainase

Dengan timbul permasalahan seperti tersebut diatas maka untuk lebih jelas akan

dibahas satu persatu kemungkinan diatas :

4.4. Analisa Hidrologi

Secara umum analisis hidrologi merupakan satu bagian analisis awal dalam

perancangan bangunan-bangunan hidraulik. Pengertian yang terkandung di dalamnya

adalah bahwa informasi dan besaran-besaran yang diperoleh dalam analisis hidrologi

merupakan masukan penting dalam analisis selanjutnya. Bangunan hidraulik dalam


71

bidang teknik sipil dapat berupa gorong-gorong, bendung, bangunan pelimpah, tanggul

penahan banjir, dan sebagainya. Ukuran dan karakter bangunan-bangunan tersebut

sangat tergantung dari tujuan pembangunan dan informasi yang diperoleh dari analisis

hidrologi.

Kegunaan data curah hujan pada analisa hidrologi meliputi perhitungan curah

hujan maksimum suatu wilayah, Perhitungan nilai intensitas hujan daerah aliran sungai

serta perhitungan debit banjir rencana pada suatu penampang drainase dipengaruhi oleh

iklim yang berupa kelembaban udara, besarnya nilai evaporasi akibat lamanya

penyinaran sinar matahari, kondisi permukaan tanah dan jenis vegetasi yang terdapat

didalamnya. Keseluruhan factor diatas dapat memberikan gambaran terhadap besaran

curah hujan yang jatuh dan mengalir diatas permukaan tanah.

Frekuensi hujan adalah besarnya kemungkinan suatu besaran hujan disertakan

atau dilalui. Analisis frekuensi diperlukan seri data hujan yang diperoleh dari pos

penakar hujan baik yang manual maupun yang otomatis. Analisa frekuensi ini

didasarkan pada sifat statistik data kejadian yang telah lalu untuk memperoleh

probabilitas besaran hujan yang akan datang masih sama dengan sifat statistik kejadian

hujan masa lalu.


72

Tabel 4.1 Data Curah Hujan Harian Stasiun Meteorology Lhokseumawe

Kabupaten Aceh Utara 10 Tahun Terakhir (2003-2012)

Tahun/bula 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
n
januari 80.0 16.8 82.5 26.5 35.2 13.0 59.0 69.7 22.0 65.1
Pebuari 27.5 13.0 8.5 27.5 41.0 2.0 3.8 35.5 13.0 15.7
Maret 74.0 23.7 34.5 55.5 14.5 57.0 70.0 30.7 79.7 30.4
April 50.7 95.5 26.4 15.5 21.8 22.4 60.0 109.0 10.7 6.0
Mei 49.0 72.0 72.0 54.4 27.3 14.0 57.0 51.7 27.5 9.3
Juni 8.0 1.6 23.8 36.0 35.0 2.6 44.5 87.0 17.4 8.0
Juli 70.7 28.6 23.0 40.5 39.0 53.5 26.2 15.8 39.4 26.6
Agustus 46.0 11.8 13.0 30.3 35.6 33.5 51.0 56.2 37.8 72.0
September 33.5 47.6 25.7 28.0 19.6 8.8 22.0 55.5 28.8 15.0
Oktober 37.0 30.8 42.0 33.8 65.6 21.6 50.0 27.5 61.8 45.4
November 32.0 34.0 87.4 19.3 47.0 86.3 107.0 88.0 67.5 70.5
Desember 51.4 79.9 69.5 122.7 76.0 33.1 61.6 67.0 94.5 87.4
Jumlah 559.8 455.3 508.3 490.0 457.6 347.8 612.1 693.6 500.1 451.4
Rerata 46.65 37.94 42.36 40.83 38.13 28.98 51.01 57.8 41.68 37.62

4.4.1. Analisa Curah Hujan Harian Maksimum

Data curah hujan yang diperoleh dari badan meterologi dan geofisika

lhokseumawe selama 10 tahun terakhir akan di analisis terhadap 4 (empat) metode

analisa distribusi frekuensi hujan yang ada.

4.4.1.1. Analisa Curah Hujan Distribusi Normal

Tabel 4.2 Analisa Curah Hujan Distribusi Normal

No Curah hujan ( mm )
Xi ( X i − X́ ¿ ( X i − X́ ¿2
73

1 76.0 -18.58 345.22


2 80.0 -14.58 212.58
3 86.3 -8.28 68.56
4 87.4 -7.18 51.55
5 87.4 -7.18 51.55
6 94.5 -0.08 0.01
7 95.5 0.92 0.85
8 107.0 12.42 154.26
9 109.0 14.42 207.94
10 122.7 28.12 790.73
jumla 945.8 1883.25
h

X́ 94.58
S 14.47

945.8
Dari data-data di atas di dapat : X́ = =94.58 mm
10

( X i− X́ )2
Standart deviasi : S=
√ n−1 √
=
1883.25
10−1
=14.47

Tabel 4.3 Analisa Curah Hujan Rencana Dengan Distribusi Normal

No Periode ulang (T) KT S Curah hujan (XT) (mm)


tahun X́
1 2 0 94.58 14.47 94.5
2 5 0,84 94.58 14.47 106.65
3 10 1,28 94.58 14.47 113.02
4 20 1,64 94.58 14.47 118.23
5 50 2,05 94.58 14.47 124.16
6 100 2,33 94.58 14.47 128.22

X T − X́
KT= → X T = X́ + ( K T x S ) ¿ 94.5+ ( 0 x 14.47 )=94.5 mm
S

4.4.1.2. Analisa Curah Hujan Distribusi Log Normal

Tabel 4.4 Analisa Curah Hujan Dengan Distribusi Log Normal

No Curah hujan (mm) Xi Log Xi (log Xi- log X́ ¿ (log Xi- log X́ ¿2
1 76.0 1.88 -0.09 0.008
2 80.0 1.90 -0.07 0.005
3 86.3 1.93 -0.04 0.002
4 87.4 1.94 -0.03 0.001
74

5 87.4 1.94 -0.03 0.001


6 94.5 1.97 0 0
7 95.5 1.98 0.01 0
8 107.0 2.03 0.06 0.004
9 109.0 2.04 0.07 0.005
10 122.7 2.09 0.12 0.014
jumlah 945.8 19.7 0.04
X́ 94.58 1.97
S 14.47 0,07

24,42
Dari data-data di atas di dapat : X́ = =2,44 mm
10

( X i− X́ )2
Standart deviasi : S=
√ n−1
=
√ 0,04
10−1
=0,07

Tabel 4.5 Analisa Curah Hujan Rencana Dengan Distribusi Log Normal

No Periode ulang KT Log Log S Log XT Curah hujan


(T) X́ ( XT)
1 2 0 1.97 0.07 1.97 93.32
2 5 0,84 1.97 0.07 2.03 107.15
3 10 1,24 1.97 0.07 2.06 114.81
4 20 1,64 1.97 0.07 2.08 120.23
5 50 2,05 1.97 0.07 2.11 128.82
6 100 2,33 1.97 0.07 2.13 134.90
Log X́ + ( K T x S )T = 2 tahun
Log X2 = 1.97 + (0x 0.07)
Log X2 = 1.97
X2 = 93.32 mm

4.4.1.3. Analisa Curah Hujan Distribusi Log Person III

Tabel 4.6 Analisa Curah Hujan dengan Distribusi Log Person III

No Curah hujan (mm) Log Xi ( log Xi – log X) ( log Xi –log X )2 ( log Xi – log X )3
Xi
1 76.0 1.88 -0.09 0.008 0.00073
2 80.0 1.90 -0.07 0.005 0.00034
3 86.3 1.93 -0.04 0.002 0.00006
4 87.4 1.94 -0.03 0.001 0.00003
5 87.4 1.94 -0.03 0.001 0.00003
75

6 94.5 1.97 0 0 0
7 95.5 1.98 0.01 0 0
8 107.0 2.03 0.06 0.004 0.00022
9 109.0 2.04 0.07 0.005 0.00034
10 122.7 2.09 0.12 0.014 0.00173
Jumlah 945.8 19.7 0.04 0.00345
X́ 94.58 1.97
S 14.47 0,07
G 1,40

19.7
Dari data-data di atas di dapat : X́ = =1.97 mm
10

( X i− X́ )2
Standart deviasi : S=
√ n−1
=
√ 0,04
10−1
=0.07

n
3
n ∑ ( X i − X́ )
Koefisien kemencengan : i=1
G=
( n−1 )( n−2 ) S 3

10 x 0.00345
¿ =1.40
9 x 8 x 0.073

Tabel 4.7. Analisa Curah Hujan Rencana Dengan Distribusi Log Person III

Periode ulang Curah hujan


No (T) tahun K Log X́ Log S Log XT (XT)
1 2 -0.225 1.97 0.07 1.98 95.50
2 5 0.705 1.97 0.07 2.02 104.71
3 10 1.337 1.97 0.07 2.06 114.81
4 20 1.733 1.97 0.07 2.09 123.03
5 50 2.706 1.97 0.07 2.16 144.54
6 100 3.271 1.97 0.07 2.21 162.18

Log X́ + ( K T x S )T = 2 tahun
Log X2 = 1.97 + (0.225x 0.07)

Log X2 = 1.98

X2 = 95.50 mm

4.4.1.4. Analisa Curah Hujan Distribusi Gumbel

Tabel 4.8. Analisa Curah Hujan Dengan Distribusi Gumbel


76

Curah hujan (mm) m Periode ulang


P=
No Xi n+1 1 ( Xi - X́ ) ( Xi - X́
T=
P )2
1 76.0 0.09 11,11 -18.58 345.22
2 80.0 0,18 5,56 -14.58 212.58
3 86.3 0,27 3,70 -8.28 68.5
4 87.4 0,36 2,78 -7.18 51.55
5 87.4 0,45 2,22 -7.18 51.55
6 94.5 0,54 1,85 -0.08 0.01
7 95.5 0,64 1,56 -0.08 0.01
8 107.0 0,73 1,37 12.42 154.26
9 109.0 0,82 1,21 14.42 207.94
10 122.7 0,91 1,10 27.42 751.86
Jumlah 945.8 1843.48
X́ 94.58
S 14.47

945.8
Dari data-data di atas di dapat : X́ = =94.58 mm
10

( X i− X́ )2
Standart deviasi : S=
√ n−1 √ =
0.04
10−1
=0,07

Dari tabel 2.4 dan tabel 2.6 untuk n = 10


Yn = 0,4952
Sn = 0,9496

Untuk periode ulang (T) 2 tahun


YTR = 0,3668
Y TR +Y n 0,3668+ 0,4952
K= = =0,91
Sn 0,9496
X T = X́+ K . S=94.58+ ( 0,91 x 14.47 ) =107.745mm

Untuk periode ulang (T) 5 tahun


YTR = 1,5004
Y TR +Y n 1,5004 +0,4952
K= = =2,10
Sn 0,9496
77

X T = X́+ K . S=94.58+ ( 2,10 x 14.47 ) =124.967 mm

Untuk periode ulang (T) 10 tahun


YTR = 2,2510
Y TR +Y n 2,2510+ 0,4952
K= = =2,89
Sn 0,9496
X T = X́+ K . S=94.58+ ( 2,89 x 14.47 ) =136.398 mm

Untuk periode ulang (T) 20 tahun


YTR = 2,9709
Y TR +Y n 2,9709+ 0,4952
K= = =3,65
Sn 0,9496
X T = X́+ K . S=94.58+ ( 3,65 x 14.47 ) =147.395 mm

Untuk periode ulang (T) 50 tahun


YTR = 3,9028
Y TR +Y n 3,9028+ 0,4952
K= = =4,63
Sn 0,9496
X T = X́+ K . S=94.58+ ( 4,63 x 14.47 )=161.576 mm
Untuk periode ulang (T) 100 tahun
YTR = 4,6012
Y TR +Y n 4,6012+0,4952
K= = =5,37
Sn 0,9496
X T = X́+ K . S=94.58+ ( 5,37 x 14.47 )=172.284 mm
Tabel 4.9 Analisa Curah Hujan Rencana Dengan Distribusi Gumbel

No Periode Curah
ulang (T) YTR Yn Sn X́ S K hujan (XT)
tahun
1 2 0,3668 0,4952 0,9496 94.58 14.47 0,91 107.745
2 5 1,5004 0,4952 0,9496 94.58 14.47 2,10 124.967
3 10 2,2510 0,4952 0,9496 94.58 14.47 2,89 136.398
4 20 2,9709 0,4952 0,9496 94.58 14.47 3,65 147.395
5 50 3,9028 0,4952 0,9496 94.58 14.47 4,63 161.576
78

6 100 4,6012 0,4952 0,9496 94.58 14.47 5,37 172.284

Tabel 4.10.Rekapitulasi Analisa Curah Hujan Rencana Maksimum

No Periode ulang Normal Log normal Log person III Gumbel


(T) tahun

1 2 94.5 93.32 95.50 107.745


2 5 106.65 107.15 104.71 124.967
3 10 113.02 114.81 114.81 136.398
4 20 118.23 120.23 123.03 147.395
5 50 124.16 128.82 144.54 161.576
6 100 128.22 134.90 162.18 172.284

Dan selanjutnya hasil anaisis dapat dilihat pada grafik berikut :

Curah Hujan Rencana Maksimum


200

180

160

140
Curah Hujan Rencana ( mm )

normal
120 Log normal
Log person III
100 Gumbel

80

60

40

20

0
2 5 10 20 50 100

Gambar 4.1 grafik curah hujan maksimum dan periode ulang

Dari hasil analisa distribusi frekuensi hujan dengan berbagai metode terlihat

bahwa metode distribusi Gumbel yang paling ekstrim sehingga data inilah yang

digunakan untuk analisa berikutnya.


79

4.5. Analisa Frekuensi Curah Hujan

Analisa frekuensi curah hujan diperlukan untuk menentukan jenis sebaran

(distribusi). Perhitungan analisa frekuensi curah hujan selengkapnya dapat dilihat pada

tabel 4.11 berikut ini.

Tabel 4.11 analisa frekuensi Curah hujan


No Tahu Xi (Xi-X) (Xi-X)2 (Xi-X)3 (Xi-X)4
n
1 2003 76.0 -18.58 345.22 -6414.12 119174.36
2 2004 80.0 -14.58 212.58 -3099.36 45188.72
3 2005 86.3 -8.28 68.56 -567.66 4700.25
4 2006 87.4 -7.18 51.55 -370.15 2657.65
5 2007 87.4 -7.18 51.55 -370.15 2657.65
6 2008 94.5 -0.08 0.01 -0.00 0.00
7 2009 95.5 0.92 0.85 0.78 0.72
8 2010 107.0 12.42 154.26 1915.86 23795.04
9 2011 109.0 14.42 207.94 2998.44 43237.55
10 2012 122.7 28.12 790.75 22235.45 625260.89
jumlah 945.8 1883.25 16699.24 866672.83
x 94.58

Dari hasil perhitungan diatas selanjutnya ditentukan jenis sebaran yang sesuai

dalam penentuan jenis sebaran diperlukan factor-factor sebagai berikut:


80


2
∑ ( X i− X́ ) 1883.25
s= i=1
n−1
s=
√ 10−1
=14.465

1. Koefisien Kemencengan (Cs)


n
3
n x ∑ ( X i− X́ ) 10 x 16699.24
i=1 Cs= =0.766
Cs= 9 x 8 x 14.4653
( n−1 ) x ( n−2 ) x S 3

2. Koefisien Kurtosis (Ck)

n
4
n 2 x ∑ ( X i − X́ ) 102 x 16699.24
i=1 Ck= =3.928
Ck= 3 9 x 8 x 7 x 14.4653
( n−1 ) x ( n−2 ) x (n−3) x S

3. Koefisien Variasi (Cv)

S 14.465
Cv= Cv= =0.153
X́ 94.58

4.6. Pemilihan Jenis Distribusi

Dalam statistik terdapat beberapa jenis sebaran (distribusi), diantaranya yang

sering digunakan dalam hidrologi adalah :

1. Distribusi Gumbel

2. Distribusi Log Normal

3. Distribusi Log-Person tipe III

4. Distribusi Normal

Berikut ini adalah perbandingan syarat-syarat distribusi dan hasil perhitungan

analisa frekuensi curah hujan.

Tabel 5.3 perbandingan syarat distribusi dan hasil perhitungan

No Jenis Distribusi Syarat Hasil Perhitungan


1 Gumbel Cs ≤ 1,1396 0.766 < 1,1396
Ck ≤ 5,4002 3.928 < 5,4002
2 Log Normal Cs = 3 Cv + Cv2 0.766 < 0,8325
81

Cs = 0,8325
3 Log-Person tipe III Cs ≈ 0 0.766 > 0
4 Normal Cs = 0 0,766 ≠ 0

Berdasarkan perbandingan hasil perhitungan dan syarat di atas, maka dapat

dipilih jenis distribusi yang memenuhi syarat, yaitu Distribusi Gumbel.

4.7. Pengujian Kecocokan Jenis Sebaran

Pengujian kecocokan sebaran berfungsi untuk menguji apakah sebaran yang

dipilih dalam pembuatan duration curve cocok dengan sebaran empirisnya. Dalam hal

ini menggunakan metode Chi-kuadrat. Uji Chi-kuadrat (uji kecocokan) diperlukan

untuk mengetahui apakah data curah hujan yang ada sudah sesuai dengan jenis sebaran

(distribusi) yang dipilih. Pengambilan keputusan uji ini menggunakan parameter X2

yang dihitung dengan rumus :

G 2
2 ( Of −E f )
X =∑
i=1 Ef

di mana :
X2 = harga chi-kuadrat,
G = jumlah sub kelompok,
Of = frekuensi yang terbaca pada kelas yang sama,
Ef = frekuensi yang diharapkan sesuai pembagian kelasnya.

Prosedur perhitungan chi-kuadrat adalah sebagai berikut :

1. Urutkan data pengamatan dari data yang besar ke data yang kecil atau

sebaliknya.

2. Hitung jumlah kelas yang ada (k) = 1 + 3,322 log n. Dalam pembagian kelas

disarankan agar masing-masing kelas terdapat empat buah data pengamatan.

3. Hitung nilai Ef = jumlah data (n)/jumlah kelas (k)

4. Tentukan nilai Of untuk masing-masing kelas

5. Hitung nilai X2 untuk masing-masing kelas kemudian hitung nilai total X2


82

6. Nilai X2 dari perhitungan harus lebih kecil dari nilai X 2 dari tabel untuk

derajat nyata tertentu yang sering diambil sebesar 5 % dengan parameter

derajat kebebasan.

Rumus Derajat Kebebasan :

dk = k - R -1

dimana :
dk = derajat kebebasan
k = jumlah kelas
R = banyaknya keterikatan

(nilai R = 2 untuk distribusi normal dan binomial, nilai R = 1 untuk distribusi

poisson dan gumbel).

Perhitungan Chi-kuadrat :

1. Jumlah Kelas (k) = 1 + 3,322 log n


= 1 + 3,322 log 10
= 4,332 ≈ diambil nilai 4 kelas
2. Derajat Kebebasan (dk) = k - R - 1
=4-1-1
=2
Untuk dk = 2, signifikan (α) = 5 %, maka dari tabel uji chi-kuadrat didapat harga

X2 = 5,991 Tabel uji chi-kuadrat dapat dilihat pada lampiran Laporan Tugas Akhir ini.

3. Ef = n / k
= 10 / 4
= 2,5
4. Dx = (Xmax – Xmin) / (k – 1)
Dx = (122.70–76.00) / (4 – 1)
= 15.57
5. Xawal = Xmin – (0,5×Dx)
=76,00 – (0,5× 15.57)
= 68.215
6. Tabel Perhitungan X2
83

Tabel 4.12 perhitungan uji Chi-kuadrat


No Nilai batasan Of Ef (Of - (Of - Ef)2/
2
Ef) Ef
1 68.215 ≤ X ≥ 83.785 2 2.5 0.25 0.1
2 83.785 ≤ X ≥ 99.355 4 2.5 2.25 0.9
3 99.355 ≤ X ≥114.925 3 2.5 o.25 0.1
4 114.925≤ X ≥130.495 1 2.5 2.25 0.9
Jumlah 2
2
Dari hasil perhitungan di atas didapat nilai X sebesar 2 yang kurang dari nilai

X2 pada tabel uji Chi-Kuadrat yang besarnya adalah 5,991. Maka dari pengujian

kecocokan penyebaran Distribusi Gumbel dapat diterima.

4.8. Analisa Cacthment Area dan Koefisien Run Off

Factor-faktor yang mempengaruhi sebelum menganalisa debit rencana suatu

daerah/kawasan yang akan ditinjau perlu diperkirakan terlebih dahulu seperti daerah

tangkapan hujan (cacthment area dan koefisien Run off) pada kawasan tersebut. Faktor

utama yang mempengaruhinya adalah laju infiltrasi tanah atau persentase lahan kedap

air, kemiringan lahan, tanaman penutup tanah dan lain-lain. Untuk Daerah di kedua

kecamatan ini karakter permukaan tanahnya bervariasi dari daerah perdagangan padat

dan sedang, perumahan/perkantoran padat dan sedang serta kawasan hutan.

Daerah tangkapan hujan sangat tergantung terhadap kondisi lahan/tanah yang

ada. Untuk menganalisanya disesuaikan dengan kondisi karakter permukaannya yang

dikaitkan dengan daerah catchment area sesuai dengan sub drainase yang dimaksud.

Dalam hal ini telah ditentukan nilai dari koefisien limpasan terhadap kondisi karakter

permukaannya yaitu :

C1 = 0.8 Kawasan Perdagangan Padat


C2 = 0.7 Kawasan Perdagangan Sedang
C3 = 0.75 Kawasan Perumahan/Perkantoran Padat
C4 = 0.65 Kawasan Perumahan/Perkantoran Sedang
C5 = 0.6 Kawasan Hutan yang curam
84

Salah satu perhitungan Cacthment Area dan Koefisien Run Off daerah kec.

Banda sakti adalah sebagai berikut :

Koefisien run off = C1+C2+C3+C4+C5

= 0.8 + 0.7 + 0.75 + 0.65 + 0.6 = 3.5

C rata-rata = 3.5/5

=0.70

Perhitungan catchment Area dan koefisien run off selengkapnya dapat dilihat di

lampiran tugas akhir ini.

4.9. Analisa Waktu Konsentrasi dan Intensitas

Waktu yang diperlukan oleh hujan yang jatuh untuk mengalir dari titik terjauh

sampai ketempat keluarannya (titik control) disebut dengan Waktu konsentrasi suatu

daerah aliran . dimana setelah tanah menjadi jenuh dan tekanan – tekanan kecil

terpenuhi. Dalam hal ini diasumsikan bahwa jika durasi hujan sama dengan waktu

konsentrasi maka setiap bagian daerah aliran secara serentak telah menyumbangkan

aliran terhadap titik kontrol.

Intensitas hujan adalah tinggi atau kedalaman air hujan persatuan waktu. Sifat

umum hujan adalah semakin singkat hujan berlangsung, intensitasnya cenderung makin

tinggi dan makin besar periode ulangnya makin jauh pula intensitasnya.

Hubungan antara intensitas hujan, lamanya hujan dan frekuensi hujan biasanya

dinyatakan dalam lengkung Intensitas-Durasi-Frekuensi (IDF) yaitu Intensity, Duration,

Frequency Curve). Diperlukan data hujan jangka pendek misalnya 5 menit, 10 menit, 30

menit, 60 menit dan jam-jaman untuk membentuk lengkung IDF. Data hujan jenis ini

hanya dapat diperoleh dari stasiun penakar otomatis, selanjutnya berdasarkan hujan

jangka pendek tersebut lengkung IDF dapat dibuat. Dari table dibawah dan divasiasikan

terhadap waktu konsentrasi serta fungsi dari drainase itu sendiri (primer atau sekunder).
85

Untuk saluran drainase primer curah hujan rencana yang diperkirakan untuk 5

tahunan sedangkan untuk saluran drainase sekunder diambil curah hujan rencana untuk

2 tahunan, sehiingga didapatlah analisa perhitungan intensitas dan waktu konsentrasi

pada table 4.13. berikut.

Tabel 4.13. Analisa Intensitas Curah Hujan


No T t I (mm/jam)
(menit) (jam) R2 R5 R10 R20 R50 R100
1 5 0.08333 195.791 227.08 247.858 267.842 293.611 313.069
6
2 10 0.16667 123.336 143.04 156.135 168.723 184.956 197.213
9
3 20 0.33333 77.698 90.117 98.361 106.291 116.517 124.239
4 30 0.50000 59.294 68.772 75.063 81.115 88.919 94.811
5 40 0.66667 48.946 56.770 61.963 66.958 73.400 78.265
6 50 0.83333 42.181 48.923 53.398 57.703 63.255 67.447
7 60 1.00000 37.353 43.324 47.286 51.099 56.015 59.727
8 70 1.16667 33.705 39.092 42.668 46.108 50.544 53.894
9 80 1.33333 30.834 35.763 39.034 42.181 46.239 49.304
10 90 1.50000 28.506 33.062 36.086 38.996 42.748 45.581
11 100 1.66667 26.572 30.819 33.638 36.351 39.848 42.489
12 110 1.83333 24.936 28.922 31.568 34.113 37.395 39.873
13 120 2.00000 23.531 27.292 29.789 32.190 35.287 37.626
14 130 2.16667 22.308 25.874 28.241 30.518 33.454 35.671
15 140 2.33333 21.233 24.627 26.879 29.046 31.841 33.951
16 150 2.50000 20.278 23.519 25.671 27.741 30.409 32.425
17 160 2.66667 19.424 22.529 24.589 26.572 29.129 31.059
18 170 2.83333 18.655 21.637 23.616 25.52 27.975 29.829
19 180 3.00000 17.957 20.828 22.733 24.566 26.929 28.714

Salah satu contoh perhitungan (R2, R5, R10, R20, R50, dan R100) analisa intensitas

curah hujan distribusi gumbel diatas sebagai berikut :

Untuk Periode Ulang (T) 2 Tahun

R24 24 2
I T= ( )
24 t
3
86

2
107.745 24
I T=
24 (
0.08333 ) 3

I T =195.791 mm/ jam

Untuk Periode Ulang (T) 5 Tahun


R24 24 2
I T= ( )
24 t
3

2
124.967 24
I =
T
24 ( 0.08333 )
3

I T =227.086 mm / jam

Untuk Periode Ulang (T) 10 Tahun


R24 24 2
I T= ( )
24 t
3

2
136.398 24
I =
T
24 ( 0.08333 )
3

I T =247.858 mm / jam

Untuk periode ulang (T) 20 Tahun


R 24 2

( )
I T = 24
24 t
3

2
147.395 24
I =
T
24 ( 0.08333 )
3

I T =267.842 mm / jam

Untuk Periode Ulang (T) 50 Tahun


R 24 2

( )
I T = 24
24 t
3

2
161.576 24
I =
T
24 ( 0.08333 )
3

I T =293.611 mm/ jam

Untuk Periode Ulang (T) 100 Tahun


R 24 2
I T = 24
24 t ( ) 3
87

2
172.284 24
I T=
24 (0.08333 ) 3

I T =313.069 mm / jam

Dari Analisa Diatas Dapat Digambarkan Kurva IDR Sebagai Berikut :

grafik intensitas curah hujan


340

320

300

280

260

240
intensitas curah hujan (mm/jam)

220

200 R2
R5
180 R10
R20
160 R50
R100
140

120

100

80

60

40

20

0
5 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 160 170 180

waktu konsentrasi ( menit )


88

Gambar 4.2 Grafik Intensitas Curah Hujan

Perhitungan Analisa Waktu Konsentrasi dan Intensitas Hujan Rencana dengan

menggunakan rumus Dr.Mononobe adalah sebagi berikut :

V = 72 x (H/L)0.6
89

t = L/V

R 24 24 2
I= ( )
24 t
3

Keterangan :

L = panjang saluran (m)


S = kemiringan rata-rata saluran (m)
V = kecepatan aliran di dalam saluran (m/detik)
t = waktu (menit)
I= intensitas hujan (mm/jam)

Salah satu contoh Perhitungan waktu kosentrasi dan intensitas hujan rencana daerah kecamatan

Banda Sakti.

Metode Dr.Mononobe

V = 72 x (H/L)0.6

= 72 x (1/154)0.6

= 3.506

t = L/V

= 154/3.506

= 43.92

R 24 24 2
I=
24 t ( ) 3

2
107.745 24
I=
24 (
43.92 ) 3

= 3.001 mm/jam

Untuk Perhitungan selengkap nya daerah lain dapat dilihat pada lampiran tugas akhir ini

4.10. Analisa Debit Rencana


90

Aliran pada saluran atau sungai tergantung pada dari berbagai faktor-faktor

secara bersamaan. Dalam perencanaan saluran drainase dapat dipakai standar yang telah

ditetapkan, baik debit rencana (Periode Ulang) dan cara analisis yang dipakai Dalam

kaitannya dengan limpasan, faktor yang berpengaruh secara umum dapat

dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu :

• Faktor Meteorologi yaitu karateristik hujan seperti intensitas hujan, durasi hujan dan

distribusi hujan

• Karateristik DAS meliputi luas dan bentuk DAS, topografi dan tata guna lahan.

Perhitungan debit rencana saluran drainase didaerah perkotaan dapat dilakukan

dengan menggunakan rumus rasional. Tabel berikut ini menyajikan standar desain

saluran drainase berdasarkan Pedoman Drainase Perkotaan dan Standar Desain Teknis.

Tabel 4.14. kriteria desai hidrologis sistem drainase perkotaan.

Luas DAS (ha) Periode ulang (tahun) Metode perhitungan debit


banjir
<10 2 Rasional
10-100 2-5 Rasional
101-500 5-10 Rasional
>500 10-25 Hidrograf satuan
(suripin, sistem drainase yang berkelanjutan )
Dari hasil analisa terhadap data yang diperoleh besar debit rencana untuk
masing-masing saluran dapat dicari dengan menggunakan Rumus Manning seperti
perhitungan di bawah ini.
Qp = 0.278 C x I x A

Keterangan
C = koefisien limpasan rata-rata
I = intensitas hujan (mm/jam)
Qp = debit banjir rencana (m3 / det)
A = luas catchment area
Salah satu contoh perhitungan debit rencana kecamatan banda sakti daerah uteun
bayi dengan data sebagai berikut :
I = 3 mm/jam
91

C = 0.65
A = 184,8 m2
Maka penyelesaian nya adalah sebagai berikut :

Qp = 0.278 C x I x A
= 0.278 x 0.65 x 3.001 x 154
= 83.511 m3 / det

Maka Untuk perhitungan selengkap nya daerah lain dapat dilihat pada lampiran
tugas akhir ini.

4.11. Analisa Kapasitas Drainase


92

Analisa ini dilakukan sebagai kontrol terhadap perhitungan debit banjir rencana.

Dari data-data yang ada dapat dihitung kapasitas maksimal debit drainase Kota

Lhokseumawe dengan menggunakan rumus manning sebagai berikut ;

 Luas Tampang Basah :

1
A=[ B+ ( B+2 my ) ] y
2
 Keliling Basah :

P=B+2 ¿

 jari –jari hidraulis :

A
R=
P
 Debit :
1 1
1 2 2
Q= A x V = A R .I
n

Contoh salah satu perhitungan kapasitas drainase kec. Banda sakti, saluran uteun bayi.

Dik : panjang saluran = 154 m

Lebar = 1.20 m

Dalam = 1.00 m

Untuk mencari kapasitas drainase Digunakan rumus Manning sebagai berikut:

Luas Tampang Basah :


93

1 1
A=[ B+ ( B+2 my ) ] y¿ [ 1.2+ ( 1.2+ 2 x 2 x 1 ) ] x 1¿ 3.2 m2
2 2

Keliling Basah :
P=B+2 ¿¿ 1.20+2 x ¿¿ 5.672 m
Jari- Jari Hidraulis :
A 3.2
R= ¿ ¿ 0.564 m
P 5.672

Debit aliran dihitung dengan Rumus Manning:


1 1 1 1
1 1
Q= A x V = A R 2 . I 2 ¿ 3.2 x x 0.564 2 x 0.00025 2 ¿ 2.657 m 3 /det
n 0.013

Hasil perhitungan kapasitas existing drainase Kota Lhokseumawe diatas

kemudian di bandingkan dengan hasil perhitungan debit banjir rencana yang telah

dihitung sebelum nya pada analisa debit rencana, sehingga dapat diketahui apakah

drainase kota lhoseumawe masih mencukupi kapasitas nya.

Dari hasil perbandingan kapasitas existing drainase Kota Lhokseumawe dengan

analisa debit rencana, drainase Kota Lhokseumawe masih mencukupi kapasitas nya.

Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran tugas akhir ini.

Maka selanjut nya perlu di hitung kapasitas waduk apakah waduk mampu

menampung debit drainase Kota Lhokseumawe yang masuk ke Waduk Pusong

tersebut.

4.12. Analisa Kapasitas Waduk Pusong

Debit air yang masuk ke waduk pusong bersumber dari aliran presipitasi yang

langsung jatuh ke permukaan waduk pusong dan presipitasi yang jatuh kepermukaan

daratan catchment area waduk pusong. Dalam studi keseimbangan air ini diasumsikan

bahwa waduk sudah beropersai sejak tahun 2007 hingga sekarang sesuai data curah

hujan yang diperoleh selama 10 tahun ini

Qinflow = Q1 + Q2 ……………………………………………………………………….

Dimana :
94

Qinflow = debit air yang masuk ke waduk keeling

Q1 = debit presipitasi yang langsung masuk kewaduk

Q2 = debit presipitasi yang jatuh ke daratan catchment area waduk pusong.

4.12.1. debit presipitasi yang langsung jatuh ke waduk pusong.

Debit presipitasi yang langsung ke permukaan waduk pusong merupakan curah

hujan yang jatuh kepermukaan bumi dalam hal ini curah hujan langsung masuk ke

permukaan waduk dan merupakan aliran lansung ke waduk dan terjadi penambahan

volume dapat dhitung sebagai berikut:

Q1 = P x Aa ……………………………………………………………………………..

Dimana :

Q1 = debit presipitasi yang langsung ke waduk pusong (m3/bulan)

P = presipitasi rata-rata bulanan (mm/bulan)

Aa = luas permukaan air wadu pusong

Debit presipitasi yang langsung jatuh kewaduk adalah sebagai berikut :

Tabel 4.15. Debit presipitasi yang langsung jatuh kewaduk

Bulan Presipitasi (P) Debit presipitasi


(mm/bulan) Q1=PxA
(m3)
A = 500.000 m2
Jan 188.6 94.300
Feb 60.1 30.050
Maret 165.7 82.850
April 168.9 84.450
Mei 225.1 112.550
Juni 204.6 102.300
Juli 150.4 75.200
Agustus 196.2 98.000
95

September 164.5 82.250


Oktober 244.6 122.300
November 428.1 214.050
Desember 412.8 206.400
Sumber : Hasil Perhitungan

Debit presipitasi yang jatuh ke daratan catchment area Waduk Pusong.

Tabel 4.16. Debit presipitasi yang jatuh ke daratan catchment area

Bulan Presipitasi (P) Debit presipitasi


(mm/bulan) Q2=PxA
(m3)
A = 600.000 m2
Jan 188.6 113.160
Feb 60.1 36.060
Maret 165.7 99.420
April 168.9 101.340
Mei 225.1 135.060
Juni 204.6 122.760
Juli 150.4 90.240
Agustus 196.2 117.720
September 164.5 98.700
Oktober 244.6 146.760
November 428.1 256.860
Desember 412.8 247.680
Sumber : hasil perhitungan.

Maka hasil inflow Waduk Pusong seperti tercantum Pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.17. Hasil Inflow Waduk Pusong

Bulan Q1 Q2 Qinflow = Q1+ Q2


(m3) (m3) (m3)
Jan 94300 113160 207460
Feb 30050 36060 66110
Maret 82850 99420 182270
April 84450 101340 185790
Mei 112550 135060 247610
Juni 102300 122760 225060
Juli 75200 90240 165440
Agustus 98000 117720 215720
September 82250 98700 180950
Oktober 122300 146760 269060
November 214050 256860 470910
Desember 206400 247680 454080
96

Dari hasil perhitugan inflow Waduk Pusong maka dapat disimpulkan bahwa

waduk pusong masih dapat menampung air yang masuk kewaduk tersebut karena

kapasitas tampungan waduk pusong sebesar 850.000 m3 sedangkan air yang masuk

kewaduk tersebut paling maksimum sebesar 470.910 m3.

Anda mungkin juga menyukai