Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN PENELITIAN

ANALISIS SISTEM KINERJA BENDUNG CIHAUL

Oleh :

Sulistyo Edhy Purnomo Dipl., ATP., MT.

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS


TEKNIK UNSWAGATI CIREBON TAHUN
2018
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Penelitian : Analisis Sistem Kinerja Bendung Cihaul

Ketua

1. Nama Lnegkap : Sulistyo Edhy P., Dipl., ATP., MT.

2. NIDN : 8811560018

3. Jabatan Fungsional : Lektor

4. Program Studi : Teknik Sipil

5. Pusat Penelitian : Lembaga Penelitian Unswagati

6.Alamat Institusi : Jl. Pemuda No. 32 Kota Cirebon

Biaya yang Diusulkan : Rp. 3.500.000

Biaya yang Direkomendasikan : Rp. 3.000.000

Menyetujui, Cirebon, Januari 2018


Kepala Lemlit Unswagati Cirebon Ketua Penelitian

Dr. H. Amran Jaenudin, Ir., M.S. Sulistyo Edhy P., Dipl., ATP., MT.

Mengetahui,
Dekan Fakultas Teknik Unswagatu Cirebon

Fathur Rahman R., ST., MT


KATA PENGANTAR

Puji Syukur kepada Tuhan yang Maha Esa, karena atas perkenannya Penelitian
yang berjudul : “Analisis Sistem Kinerja Bendung Cihaul” dapat diselesaikan
tepat pada waktunya. Melalui laporan Penelitian ini kami mengucapkan banyak
terimakasih atas segala bantuan dan kesempatan kepada:

• Dekan Fakultas Teknik Unswagati Cirebon

• Kaprodi Teknik Sipil

• Mahasiswa/i Prodi Teknik Sipil

• Semua pihak yeng telah memberikan bantuan dan sumbangan


pemikiran hingga Penelitian ini dapat diselesaikann.
Kami menyadari hasil Penelitian ini masih jauh dari sempurna dan
masih banyak kekurangannya, oleh karena itu kami mohon saran dan kritikannya
untuk pengembangan Penelitian selanjutnya. Dengan segala kerendahan hati
kami juga berharap semoga hasil Penelitian ini dapat bermanfaat sebagai
pemikiran bagi pengembangan masyarakat, ilmu , serta praktisi.

Cirebon, Januari 2018

Penyusun

ii
ABSTRAK

Analisis Sistem Kinerja Bendung Cihaul. Skripsi Jurusan Teknik


Sipil, Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon.

Untuk menghitung besarnya debit kebutuhan air yang


diperlukan pada areal persawahan secara keseluruhan dengan
intensitas tanam yang ada, maka perlu dilakukan suatu analisa
kebutuhan air.

Penelitian ini bertujuan untuk : (1) menganalisis debit


(ketersediaan, andalan, kebutuhan). (2) menganalisis kinerja
jaringan irigasi, dan (3) menganalisis kinerja kelembagaan pada
pengelolaan jaringan irigasi. Penelitian ini melakukan analisa
hitungan untuk mendapatkan besarnya debit kebutuhan air irigasi
pada daerah irigasi Bendung.

Penelitian ini dilakukan dengan cara mengambil data


sekunder. Data tersebut untuk menentukan intensitas tanam tiap
daerah irigasi dan menentukan kebutuhan air di areal sawah.
Dengan faktor-faktor lainnya yang menunjang hitungan kebutuhan
air seperti debit potensi dengan menggunakan metode poligon
Thiessen dan debit andalan adapun data lainnya seperti data
kelembagaan. Setelah itu dengan menggunakan rumus efisiensi
tiap-tiap saluran maka kebutuhan air dapat ditentukan.

Kata Kunci : Analisis Sistem Kinerja Bendung Cihaul

i
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Sungai adalah aliran air yang besar dan mengalir secara
terus menerus dari hulu (sumber) menuju hilir (muara) atau sungai
juga bisa disebut sistem pengaliran air mulai dari mata air sampai
muara dengan dibatasi kanan kirinya serta sepanjang
pengalirannya oleh garis sempadan ( Wikipedia.org )
Indonesia adalah Negara dengan iklim tropis yang memiliki
dua musim yaitu musim kemarau dan penghujan. Pada musim
kemarau jumlah air yang ada tentu tidak sebanyak seperti pada
musim penghujan. Pada musim kemarau inilah pada lahan
pertanian memerlukan air untuk tanaman, maka di buat suatu
bendungan untuk menampung air, Pada musim penghujan air
ditampung pada bendungan, agar tidak membanjiri lahan pertanian
dan pemukiman.
Untuk membantu proses Irigasi ini biasanya dibangun
bendung. Dimana bendung sendiri memiliki fungsi untuk mencegah
banjir, mengukur debit sungai, dan memperlambat aliran sungai
sehingga menjadikan sungai mudah dilalui. Bendung mengizinkan
air meluap melewati bangunan di atasnya sehingga aliran air tetap
ada dan dalam debit yang sama bahkan sebelum sungai di
bendung. Pembangunan Irigasi di indonesia bertujuan untuk
meningkatkan produksi pangan, sebagian besar petani Indonesia
menanam tanaman pangan. Dengan saluran Irigasi yang baik
maka tanaman pada lahan pertanian akan tumbuh dengan baik
dan akan meningkatkan produksi pangan di Indonesia.
Bendung Cihaul merupakan daerah aliran sungai yang

1
1

bersumber dari sungai Cimanis. Daerah irigasi sungai cimanis


melayani 8 (delapan) bendung yaitu bendung Cihaul, bendung
Panongan , bendung Agung, bendung kecepet, bendung Ketos
dengan luas, bendung Cimanis, bendung Plester, bendung Ciawi.
Bendung Cihaul termasuk dalam kawasan UPTD PSDA
Cimanis Kabupaten Cirebon. Bendung Cihaul merupakan daerah
aliran sungai yang bersumber dari sungai Cimanis. Bendung Cihaul
ini masuk wilayah Desa Panambangan Kecamatan Sedong
Kabupaten Cirebon Jawa Barat, bendung ini mencakup 3 (tiga)
desa diantaranya desa putat, desa panongan dan desa
panambangan. Areal layanan Daerah Irigasi Bendung Cihaul
adalah 2600 Ha memiliki 2 (dua) saluran induk dan 10 (sepuluh)
saluran sekunder
Kebijakan Pemerintah tentang pengelolaan sumber daya air
dan pengelolaan di sektor pertanian yaitu bidang irigasi, tertuang
pada Undang- Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya
Air, Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2006 tentang Irigasi,
Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sumber Daya Air, Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 32
/PRT/M/2007 tentang Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi,
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 33/PRT/M/ 2007
tentang Pedoman Pemberdayaan P3A/GP3A/IP3A.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Berdasarka uraian latar belakang di atas maka dapat di
identifikasikan permasalahannya sebagai berikut :
- Bagaimana kinerja sistem daerah Irigasi Bendung Cihaul?

- Bagaimana kondisi debit ketersediaan, debit


andalan, debit kebutuhan air irigasi dan jaringan
Irigasi ( saluran dan bangunan )
1.3 BATASAN MASALAH

Adapun yang menjadi pembatasan masalah dalam


penelitian ini adalah ketersediaan air irigasi dalam memenuhi
kebutuhan air.

1.4 TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari analisis sistem irigasi pada Bendung Cihaul adalah :

1. Untuk menganalisis kinerja jaringan irigasi

2. Untuk menganalisis debit (ketersediaan, andalan,


kebutuhan)

3. Untuk menganalisis kinerja kelembagaan pada


pengelolaan jaringan irigasi

1.5 URGENSI PENELITIAN

Bendung, yaitu suatu bangunan yang melintang pada aliran


sungai (palung sungai), yang terbuat dari pasangan batu kali atau
bronjong,atau beton, yang berfungsi untuk meninggikan muka air
agar dapat dialirkan ke tempat yang di perlukan.Bendung ini di bagi
dalam dua tipe, yaitu :-Bendung Tetap.-Bendung Gerak (Barrage).

1.6 MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk berbagai pihak yang


terkait. Dengan adanya penelitian tentang partisipasi masyarakat
terhadap bencana banjir sebagai berikut:

1. Bendung bermanfaat untuk mencegah banjir, mengukur debit


sungai, dan memperlambat aliran sungai sehingga menjadikan
sungai lebih mudah dilalui.
2. Bendung menjadikan pakar hidrologi dan insinyur melakukan
pengukuran laju aliran volumetrik sederhana dalam sungai
berukuran medium atau di lokasi pembuangan industri.

1.7 TARGET LUARAN


Adapun yang menjadi luaran pada penelitian ini adalah:

1. Informasi bagi Jaringan Irigasi Primer dan Sekunder.


2. Jurnal/Publikasi SSN.
3. Memperkaya bahan ajar.

1.8 RENCANA TARGET PENCAPAIAN


Tabel 1.1. Rencana Target Pencapaian
Jenis Luaran Indikator Capaian Riset
N Kategori Sub Kategori TS TS+1 TS+2
o.
Internasional
Publikasi
1. Nasional
Ilmiah v
Terakreditasi
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. STATE OF THE ART

Bendungan adalah konstruksi yang dibangun untuk menahan


laju air menjadi waduk, danau ,atau tempat rekreasi. Seringkali
bendungan juga digunakan untuk mengalirkan air kesebuah
pembangkit listrik tenaga air. Kebanyakan dam juga memiliki bagian
yang disebut pintu air untuk membuang air yang tidak diinginkan
secara bertahap atau berkelanjutan.

Bendung Cihaul merupakan daerah aliran sungai yang


bersumber dari sungai Cimanis. Bendung Cihaul berlokasi di Desa
Panambangan Kecamatan Sedong Kabupaten Cirebon dengan
koordinat 6°51’28”S 108°32’55”E Areal layanan DI. Bendung Cihaul
adalah 2600 Ha.

Bendung Cihaul mengaliri beberapa Desa dimulai dari Desa


Panambangan, Desa Panongan Lor, Desa Putat. Bendung cihaul
memiliki 2 (dua) saluran induk, saluran induk bendung cihaul dan
saluran induk bendung tangkolo.

Saluran induk bendung cihaul mengaliri 6 (enam) saluran dan


saluran induk bendung tangkolo mengaliri 4 (empat) saluran

5
1

2.2 PENELITIAN TERDAHULU

1. Evaluasi Kinerja Sistem Bendung Walahar Di Sungai


Ciwaringin Kabupaten Cirebon ( Haeruddin, 2013 Skripsi
Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon )
Bendung Walahar yang di bangun pada sekitar tahun 1918
oleh pemerintah Hindia Belanda. Dan sampai sekarang ini belum
banyak terjadi perubahan dari pertama dibangun, hanya mengalami
perbaikan pada bangunan yang di kelola Dinas Pengelolaan Sumber
Daya Air dan Pertambangan melalui UPT Pengelolaan Sumber Daya
Air Jamblang.
Tujuan dari penelitian ini adalah memperoleh gambaran
mengenai kinerja sistem bendung walahar di Sungai Ciwaringin,
sehingga pemenfaatannya dapat di optimalkan ( kebutuhan air areal
pertanian terpenuhi ).
Metode yang digunakan pada Evaluasi Kinerja Sistem
Bendung Walahar adalah metode kualitatif dengan mengunakan
pengamatan langsung di lokasi penelitian. Pengambilan data
dilakukan dengan cara observasi, wawancara dan dokumentasi.
Sumber data diperoleh dari instansi yang terkait.
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat di
simpulkan sebagai berikut :

1. Secara umum, berdasarkan hasil survey dari data – data bahwa


Analisa Kinerja Sistem Bendung Walahar pada tahun 2008
sampai dengan 2009 kebutuhan air pada debit andalan ( Q80)
dapat terpenuhi hanya mengalami keterbatasan air untuk
melayani luas areal 1.292 Ha yaitu dengan ketersediaan air rata
– rata 858 liter/detik. Memenuhi kebutuhan air rata – rata 845
liter/detik.
2. Pengaturan pintu pengambilan dan pintu penguras harus
dikoordinasikan dan dihubungkan dengan elevasi muka air dan
kandungan lumpur sungai. Selama keadaan normal, pencatatan
debit sungai dan pemasukan harus dilakukan paling sedikit satu
kali sehari. Bukaan pintu pengambilan ditentukan oleh debit
pengambilan yang diperlukan, selisih elevasi muka air disebelah
udik dan disebelah hilir pintu pengambilan. Elevasi muka air
disebelah udik pintu dapat dilihat pada papan duga yang
dipasang dekat dengan pintu tersebut.
2. “EVALUASI OPERASI DAN PEMELIHARAAN BENDUNG
CANGKUANG KECAMATAN BABAKAN KABUPATEN
CIREBON”
Joni, Ade, 20,,,,Kondisi air yang berlimpah pada saat musim
penghujan dimanfaatkan oleh petani untuk mengairi sawahnya
yang ditanami padi, akan tetapi sebaiknya pada saat kemarau oleh
petani ditanami tebu dan palawija, sesuai dengan Rencana Tata
Tanam yang diatur oleh Pemerintah Kabupaten Cirebon (Peraturan
Bupati Cirebon No. 32 Tentang Rencana Tata Tanam, Rencana
Pengaturan Air Tahun 2010 / 2011)
Permasalahan yang terjadi diakibatkan terjadinya genangan
air pada area lahan pertanian Daerah Irigasi Cangkuang, sistem
pengoperasian pada pintu – pintu air irigasi Bendung Cangkuang
yang kurang optimal sehingga banyak sampah yang mengendap
pada daerah genangan air di bendung dan di saluran irigasi.
Maksud dalam penelitian tersebut adalah sebagai salah satu
tindakan untuk memecahkan suatu permasalahan yang terjadi
terhadap pengoperasian dan pemeliharaan pada bendung dan
Saluran Irigasi Daerah Bendung Cangkuang sehingga dalam tata
cara Operasi dan Pemeliharaan dapat terarah sesuai ketentuan
yang diharapkan.
Tujuan penelitian untuk memperoleh gambaran mengenai tata
cara pengoperasian dan pemeliharaan Bendung dan Saluran
Irigasi pada Bendung Cangkuang sehingga pemanfaatan
prasarana Sumber Daya Air tersebut dapat dioptimalkan agar
dapat meningkatkan produksi tanaman pertanian sesuai rencana
pola tanam yang tanamnya bisa diatur oleh pemerintah.
Metodelogi adalah prosedur yang sistematis dan standar yang
diperlukan untuk memperoleh data dan menganalisis data.
Pengumpulan data tidak lepas dari suatu proses pengadaan data
primer, sebagai langkah awal yang amat penting, karena pada
umumnya data yang dikumpulkan digunakan sebagai referensi
dalam suatu analisis.
Kesimpulan dari hasil analisis dan kajian tersebut adalah :

1) Kegiatan pengoperasian yang dilakukan untuk pengaturan pada


pintu – pintu air di hulu bendung dan saluran kurang optimal,
karena kurangnya tenaga kerja ( penjaga pintu air ) di lapangan
tersebut.
2) Pemeliharaan kurang optimal, karena masih adanya kerusakan
pada pintu – pintu air di bendung dan saluran, terjadinya
pengendapan sedimentasi di hulu bendung. Selama belum ada
upaya untuk perbaikan pintu – pintu air dan pengerukan / galian
sedimen karena minimnya anggaran.

3) Adanya surplus air sehingga bisa dimanfaatkan untuk perluasan


Daerah Irigasi .
4) Agar surplus irigasi benar – benar dimanfaatkan untuk
perluasan daerah irigasi, agar air tersebut tidak hilang karena
terbatasnya pemeliharaan sistem bendung dan sistem saluran,
sesuai dengan panduan teknis yang ada serta penyediaan dana
merupakan persiapan utama.
5) Pola tanam yang dipakai adalah Padi, Tebu, Palawija. Sesuai
dengan Peraturan Bupati Cirebon No. 32 tentang Rencana Tata
Tanam.

2.3 DEFINISI IRIGASI


Irigasi berasal dari istilah irrigatie dalam bahasa Belanda atau
irrigation dalam bahasa inggris. Irigasi dapat diartikan sebagai suatu
usaha yang dilakukan untuk mendatangkan air dari sumbernya
guna keperluan pertanian, mengalirkan dan membagikan air secara
teratur.
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No.32/PRT/M/2007, disebutkan bahwa irigasi adalah usaha
penyediaan, pengaturan, dan pembuangan air irigasi untuk
menunjang pertanian yang jenisnya meliputi irigasi permukaan,
irigasi rawa, irigasi air bawah tanah, irigasi pompa, dan irigasi
tambak.
Berdasarkan dari uraian diatas maka irigasi adalah suatu
kegiatan yang bertujan untuk memperoleh air guna mengairi sawah,
ladang, perkebunan dan lain – lain guna meningkatkan atau
mempertahankan hasil pertanian.

2.4 TUJUAN IRIGASI


Secara garis besar, tujuan irigasi dapat digolongkan menjadi 2
(dua) golongan, yaitu :
- Tujuan Langsung, yaitu irigasi mempunyai tujuan untuk
membasahi tanah berkaitan dengan kapasitas kandungan air
dan udara dalam tanah sehingga dapat di capai suatu kondisi
yang sesuai dengan kebutuhan untuk pertumbuhan tanaman
yang ada di tanah tersebut.

- Tujuan Tidak Langsung, yaitu irigasi mempunyai tujuan yang


meliputi : mengatur suhu dari tanah, mencuci tanah yang
mengandung racun, mengangkut bahan pupuk dengan melalui
aliran air yang ada, menaikan muka air tanah, meningkatkan
elevasi suatu daerah dengan cara mengalirkan air dan
mengendapkan lumpur yang terbawa air, dan lain sebagainya.

2.5 JARINGAN IRIGASI


Jaringan irigasi adalah satu kesatuan saluran dan bangunan
yang diperlukan untuk pengaturan air irigasi. Mulai dari penyediaan,
pengambilan, pembagian, pemberian, dan penggunaannya. Suatu
kesatuan wilayah yang mendapatkan air dari jaringan irigasi disebut
dengan daerah irigasi. Secara hirarki jaringan irigasi dibagi menjadi
dua yaitu :
1) Jaringan Irigasi Utama
Jaringan irigasi utama adalah bagian dari irigasi yang terdiri
dari bangunan utama, saluran induk/primer, saluran skunder
dan saluran pembuangnya, bangunan bagi, bangunan sadap,
bangunan bagi sadap, serta bangunan pelengkapnya.
2) Jaringan Irigasi Tersier
Jaringan irigasi tersier adalah jaringan irigasi yang berfungsi
sebagai prasarana pelayanan air irigasi dalam petak tersier
yang terdiri dari saluran tersier yang terdiri dari saluran
tersier, saluran kuarter dan saluran pembuang, boks tersier,
boks kuarter, dan bangunan pelengkapnya.

2.6 TINGKATAN DAN UNSUR IRIGASI


Dalam suatu jaringan irigasi dapat dibedakan adanya empat
unsur fungsional pokok, yaitu :
1. Bangunan – bangunan utama ( headworks ) dimana air diambil
dari sumbernya, umumnya sungai atau waduk
2. Jaringan pembawa berupa saluran yang mengalirkan air irigasi
ke petak – petak tersier.
3. Petak – Petak tersier dengan sistem pembagian air dan sistem
pembuangan kolektif; air irigasi dibagi – bagi dan dialirkan
kesawah – sawah dan kelebihan air ditampung didalam suatu
4. Sistem pembuang yang ada diluar daerah irigasi untuk
membuang kelebihan air ke sungai atau kesaluran – saluran
alamiah.
Sedangkan berdasarkan cara pengaturan, pengukuran aliran
air dan lengkapnya fasilitas, jaringan irigasi dapat dibedakan
kedalam tiga tingkatan, yaitu :
1) Jaringan Irigasi Teknis
Ciri – ciri Jaringan Irigasi Teknis, yaitu :
(a) Bangunan Utamanya permanen
(b) Kemampuan bangunan dalam mengukur
dan mengatur debit baik
(c) Saluran irigasi dan saluran pembuang terpisah
(d) Petak tersier dikembangkan sepenuhnya
(e) Areal yang dialiri tak ada batasan
2) Jaringan Irigasi Semi Teknis
Ciri – ciri Jaringan Irigasi Semi Teknis, yaitu :
(a) Bangunan utamanya permanen atau semi permanen
(b) Kemampuan bangunan dalam mengukur dan
mengatur debit sedang
(c) Saluran irigasi dan pembuang tidak sepenuhnya
terpisah
(d) Saluran tersier belum dikembangkan atau densitas
bangunan tersier jarang
(e) Areal yang diairi sampai dengan 2000 ha
3) Jaringan Irigasi Sederhana
Ciri – ciri Jaringan irigasi sederhana , yaitu :
(a) Bangunan Utamanya sederhana
(b) Kemampuan bangunan dalam mengukur dan
mengatur debit jelek
(c) Saluran irigasi dan pembuang jadi satu
(d) Saluran tersier belum ada
(e) Areal yang dialiri tak lebih dari 500 ha.

2.7 KEBUTUHAN AIR IRIGASI


Kebutuhan air irigasi adalah jumlah volume air yang diperlukan
untuk memenuhi kebutuhan evapotranspirasi, kehilangan air,
kebutuhan air untuk tanaman dengan memperhatikan jumlah air
yang diberikan oleh alam dan kontribusi air tanah.
Untuk memperoleh pola umum distribusi air irigasi di pintu
tersier dengan intake efficiency (IEF) dan system operation
efficiency (SOEF) yang diperoleh dari hasil penelitian lain di wilayah
yang bersangkutan. IEF merefleksikan intake aktual yang diterima di
salah satu saluran berikutnya terhadap volume intake yang
direncanakan pada saluran di level atasnya (main canal). Disain
jaringan (dari saluran induk – tertier) irigasi yang kurang
terkonsolidasi merupakan salah satu faktor yang menentukan IEF.
Sedangkan SOEF adalah ratio antara volume alir yang diterima di
inlet di lapangan terhadap inflow pada saluran utama (main canal).
Faktor yang paling menentukan SOEF adalah kebocoran dan
evaporasi selama penyaluran dan kehilangan air akibat kesalahan
dalam pengoperasian fasilitas kontrol distribusi air irigasi (Armitage,
1999dalam Sumaryanto dkk,2006).
Kebutuhan air sawah untuk padi ditentukan oleh faktor-faktor berikut:
a. Pengolahan lahan
Periode pengolahan membutuhkan air yang paling besar jika
dibanding tahap pertumbuhan. Kebutuhan air untuk
pengolahan lahan dipengaruhi oleh beberapa faktor,
diantaranya adalah karakteristik tanah, waktu pengolahan,
tersedianya tenaga dan ternak, dan mekanisme pertanian.
b. Penggunaan konsumtif
Penggunaan air untuk kebutuhan tanaman (consumptive use)
dapat didekati dengan menghitung evapotranspirasi tanaman,
yang besarnya dipengaruhi oleh jenis tanaman, umur tanaman,
dan klimatologi. Nilai evapotranspirasi merupakan jumlah dari
evaporasi dan transpirasi. Yang dimaksud evaporasi adalah
proses perubahan molekul air dipermukaan menjadi molekul
air di atmosfer. Sedangkan transpirasi adalah proses fisiologia
alamiah pada tanaman, dimana air yang dihisap oleh akar
diteruskan lewat tubuh tanaman dan kemudian diuapkan
kembali melalui pucuk daun.
c. Perkolasi dan rembesan
Laju perlokasi sangat tergantung pada sifat-sifat tanah. Data-
data mengenai perkolasi akan diperoleh dari penelitian
kemampuan tanah, maka diperlukan penyelidikan kelulusan
tanah. Pada tanah lempung berat dengan karakteristik
pengolahan yang baik, laju perkolasi dapat mencapai 1-3
mm/hari. Pada tanah-tanah yang lebih ringan,laju perkolasi
bias lebih tinggi. Untuk menentukan laju perkolasi, perlu
perhitungan tinggi muka air tanahnya, sedangkan rembesan
terjadi akibat meresapnya air melalui tanggul sawah.
d. Pergantian lapisan air
Setelah pemupukan perlu dijadwalkan dan mengganti lapisan
air menurut kebutuhan. Penggantian diperkirakan sebanyak 2
kali masing-masing 50 mm satu bulan dan dua bulan setelah
transplantasi (atau 3,3 mm/hari selama setengah bulan).
Tabel 2.3.
Koefisien Tanaman Padi
No Uraian Waktu (Bulan) Kebutuhan Air
(L/Det/Ha)

1 Pengolahan Lahan 0,5 1,20

2 Penanaman 0,5 1,00

3 Pertumbuhan 2 0,80

4 Pemasakan 1 0,20

Jumlah 4
Sumber : Dirjen pengairan, BIna program PSA 010, 1985

Tanaman selain padi yang dibudidayakan oleh petani


pada umumnya berupa palawija. Yang dimaksud dengan
palawija adalah berbagai jenis tanaman yang dapat ditanam di
sawah pada musim kemarau ataupun pada saat kekurangan
air. Biasanya tanaman palawija ditanam di lahan tegalan.
Dipandang dari jumlah air yang dibutuhkan, palawija
dapat dibedakan menjadi 3 jenis yaitu :
1) Palawija yang butuh banyak air, seperti bawang, kacang
tanah, ketela.

2) Palawija yang butuh sedikit air, misalnya cabai, jagung,


tembakau, dan kedelai
3) Palawija yang membutuhkan sangat sedikit air, misalnya
ketimun dan lembayung

Maksud analisis kebutuhan air untuk tanam palawija


terutama untuk mengetahui luas lahan yang direncanakan
untuk tanaman padi maupun palawija berkaitan dengan
ketersediaan air ada bangunan pengambilan sehingga
kegagalan usaha pertanian dapat dihindari. Dengan kata lain
hitungan kebutuhan air untuk palawija digunakan sebagai
dasar untuk melakukan usaha pertanian sesuai dengan jumlah
air yang tersedia.
Pemberian air untuk palawija akan ekonomis jika sampai
kapasitas lapang lalu berhenti dan diberikan lagi sampai
sebelum mencapai titik layu. Analisis kebutuhan air untuk
tanaman palawija dihitung seperti untuk tanaman padi, namun
ada dua hal yang membedakan, yaitu tanaman palawija tidak
memerlukan genangan serta koefisien tanaman yang
digunakan sesuai dengan jenis palawija yang ditanam.
Tabel 2.4.
Koefisien Tanaman Palawija
Kebutuhan air
No Uraian Waktu (bulan)
(L/det/Ha)

1 Pengolahan Lahan 0,5 0,8

2 Penanaman 1,5 0,2

3 Pertumbuhan 0,5 0,2

Jumlah 2,5
Sumber : Dirjen pengairan, BIna program PSA 010, 1985

2.8 POLA TATA TANAM


2.8.1 Pola Tanam
Untuk memenuhi kebutuhan air bagi tanaman,
penentuan pola tanam merupakan hal yang perlu
dipertimbangkan. Tabel dibawah ini merupakan contoh pola
tanam yang dapat dipakai. Tabel dibawah ini merupakan
contoh pola tanam yang dipakai

Tabel 2.5.
Pola Tanam
Ketersediaan Air Untuk Pola Tanam Dalam Satu
Jaringan Irigasi Tahun

Tersedia air cukup banyak padi - padi – palawija

Tersedia air dalam jumlah


padi - palawija – tebu
cukup

Daerah yang cenderung


padi - palawija – bera
kekurangan air
Sumber : Dirjen Pengairan (1985)
2.9 DEBIT
Debit adalah suatu koefisien yang menyatakan banyaknya air
yang mengalir dari suatu sumber persatuan waktu, biasanya diukur
dalam satuan liter per detik, untuk memenuhi kebutuhan air
pengairan, debit air harus lebih cukup untuk disalurkan ke saluran
yang telah disiapkan (Dumiary dalam buku yang berjudul
Ekonomika Sumber Daya Air).
Debit air merupakan ukuran banyaknya volume air yang dapat
lewat dalam suatu tempatatau yang dapat ditampung dalam suatu
tempat tiap satu satuan waktu (Suyono dalam buku yang berjudul
Hidrologi Untuk Pengairan). Pada dasarnya debit air yang
dihasilkan oleh suatu sumber air ditentukan oleh beberapa faktor,
yaitu:
a. Intensitas hujan
Karena curah hujan merupakan salah satu faktor utama yang
memiliki komponen musiman yang dapat secara cepat
mempengaruhi debit air, dan siklus tahunan dengan
karakteristik musim hujan panjang (kemarau pendek) atau
kemarau panjang (hujan pendek). Yang menyebabkan
bertambah atau berkurangnya debit air.
b. Penggundulan hutan
Funsi utama hutan dalam kaitan dengan hidrologi adalah
sebagai penahan tanah yang mempunyai kelerengan tinggi,
sehingga air hujan yang jatuh didaerah tersebut tertahan dan
meresap ke dalam tanah untuk selanjutnya akan menjadi air
tanah. Air tanah didaerah hulu merupakan cadangan air bagi
sumber air sungai. Oleh karena itu hutan yang terjaga dengan
baik akan memberikan manfaat berupa ketersediaan sumber-
sumber air pada musim kemarau. Sebaliknya hutan yang
gundul akan menjadi malapetakabagi penduduk di hulu
maupun di hilir. Pada musim hujan, air hujan yang jatuh diatas
lahan yang gundul akan menggerus tanah yang
kemiringannya tinggi. Akibatnya terjadi tanah longsor dan atau
banjir bandang yang membawa kandungan lumpur.
c. Pengalihan hutan menjadi lahan pertanian
Resiko penebangan hutan untuk dijadikan lahan pertanian
sama besarnya dengan penggundulan hutan. Penurunan debit
air sungai dapat terjadi akibat erosi.

Debit dapat dihitung menggunakan rumus :

Q=AxV

Keterangan :
Q = Debit air (m3 / det)
A = Luas Penampang
V = Kecepatan Air Rata-rata(m/det)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 METODE PENELITIAN
3.1.1 Metode Penelitian yang Digunakan
Dalam penelitian ini metode yang digunakan yaitu
metode kuantitatif dan metode kualitatif. Metode kuantitatif
yaitu metode yang dilakukan dengan mengumpulkan dan
mempelajari literatur yang berkaitan dengan analisis tersebut,
sedangkan metode kualitatif adalah metode yang dilakukan
dengan mengumpulkan data lapangan yang akan digunakan
sebagai data dalam obyek.

3.1.2 Jenis dan Sumber Data


Pada penelitian ini data yang diperoleh dengan cara,
sebagai berikut :
a. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data pendukung yang dipakai
dalam proses pembuatan dan penyusunan laporan
skripsi, yang dapat diperoleh dari instansi-instansi yang
terkait dan data-data pendukung lainnya seperti dari
UPTD PSDA sungai Cimanis dan pihak-pihak yang terkait.

b. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh dari lokasi
analisis maupun hasil survey yang dapat langsung
dipergunakan sebagai sumber dalam analisis tersebut.
Dalam melakukan pengumpulan data-data primer
dilakukan teknik pengumpulan data, diantaranya sebagai
berikut :
1) Observasi

19
1

Metode observasi yaitu dilakukan dengan survey


langsung ke lokasai yang akan di analisis agar dapat
memperoleh gambaran sebagai pertimbangan dalam
analisis tersebut.
2) Studi dokumentasi
Peneliti melakukan dengan mempelajari,
menginventarisir dan mencatat bahan - bahan dengan
menggunakan buku - buku yang berkaitan langsung
dengan masalah dan bahan penelitian.

3.1.3 Teknik Pengumpulan Data


Dalam penelitian, data-data yang didapatkan dengan cara
sebagai berikut :
1. Data/dokumen dalam arsip yang dimiliki instansi terkait.
2. Interview/wawancara kepada pihak-pihak yang terkait.
3. Observasi/Melihat secara langsung kondisi dilapangan.

3.1.4 Metode Analisis Data


Metode yang digunakan dalam analisis penyusunan
skripsi ini adalah sebagai berikut :
1. Kondisi Jaringan Irigasi
Puslitbang Sumber Daya Air (2003) menyatakan kriteria
kinerja jaringan irigasi dibedakan menjadi 3 klasifikasi
sebagai berikut:
 Klasifikasi baik dengan indikator tingkat fungsi
pelayanan jaringan irigasi > 70 %

 Klasifikasi cukup dengan indikator tingkat fungsi


pelayanan jaringan irigasi 50 % - 70 %
 Klasifikasi rusak ( kritis) dengan indicator tingkat fungsi
pelayanan jaringan irigsai < 50 %.
2. Curah hujan rata-rata DAS
Beberapa cara perhitungan untuk mencari curah hujan
rata-rata daerah aliran, yaitu :

a. Arithmatic Mean Method


Perhitungan curah hujan rata-rata digunakan metode
rata-rata aljabar karena dengan cara ini data yang
diperoleh lebih obyektif jika dibandingkan dengan
cara isohyet, di mana faktor subyektif ikut
menentukan. Metode Theissen akan memberikan
hasil yang lebih teliti daripada cara aljabar tetapi
untuk penentuan titik pengamatannya dan pemilihan
ketinggian akan mempengaruhi ketelitian yang akan
didapat juga seandainya untuk penentuan kembali
jaringan segitiga jika terdapat kekurangan
pengamatan pada salah satu titik pengamatan
(Sosrodarsono, Suyono, 1987:27).

Ř = 1 (𝑅1 + 𝑅2 + ….. +𝑅𝑛)


𝑛

Dimana :

Ř = Curah hujan daerah (mm)

N = Jumlah titik-titik (pos) pengamatan

R , R ,.R = Curah hujan ditiap titik pengamatan


1 2 n
(mm)

b. Thiessen Method
Cara ini dengan memperhitungkan luas daerah yang
diwakili oleh stasiun yang bersangkutan (luas daerah
pengaruh), untuk digunakan sebagai faktor dalam
menghitung hujan rata-rata.
Menurut Thiessen luas daerah pengaruh dari setiap
stasiun dengan cara :

 Menghubungkan stasiun-stasiun dengan suatu

garis sehingga membentuk poligon-poligon


segitiga.
 Menarik sumbu-sumbu dari poligon-poligon
segitiga.
 Perpotongan sumbu-sumbu ini akan membentuk
luasan daerah pengaruh dari tiap-tiap stasiun.
Luas daerah pengaruh masing-masing stasiun dibagi
dengan luas daerah aliran disebut sebagai Koefisien
Thiessen masing- masing stasiun (weighting factor).
Hujan rata-rata di daerah aliran dirumuskan sebagai
berikut :

𝐴1 𝐴2 𝐴𝑛
𝑅= + + ……. +
𝐴 𝐴 𝐴

= 𝑤1 + 𝑅1 + 𝑤2 + 𝑅2 + …… + 𝑤𝑛 + 𝑅𝑛

Dimana :

A = Luas daerah aliran (km2)

An = Luas daerah pengaruh stasiun n (km2)

Wn = Faktor pembobot daerah pengaruh stasiun n

Rn = Tinggi hujan pada stasiun n (mm)


BAB IV
HASIL PENELITIAN

1.1. DATA TEKNIS BENDUNG CIHAUL


 Tipe Bendung = Semi Teknis
 Bentang Bendung = 42 Meter
 Elevasi Mercu Bendung = + 3,36 m
 Elevasi Lantai Udik = +3m
 Elevasi Muka Air Banjir = +4m
 Sumber Air = Sungai Cimanis
 Elevasi Muka Air Normal = + 1,20 m
 Angkutan Sedimen = Kerikil dan Pasir
 Lokasi Bendung = Desa Panambangan
 Luas Areal = 2600 Ha

Tabel 4.1.
Nama - Nama Saluran Bendung Cihaul
No SALURAN INDUK / SEKUNDER PANJANG (m) JUMLAH
1 Bendung Cihaul 216 1
2 Sal. Induk Cihaul 3.148 6
3 Sal. Induk Tangkolo 2.457 4
Jumlah 5.821 11

1.2. CURAH HUJAN


Data curah hujan memuat catatan tinggi hujan
komulatif bulanan selama 10 tahun dari tahun 2003 –
2012. Data hujan berasal dari 3 (tiga) stasiun curah
hujan, yaitu :
1. Stasiun Mandirancan
2. Stasiun Panongan
3. Stasiun Koreak

23
1

Tabel 4.3
Curah Hujan Setengah Bulanan Stasiun Mandirancan

Bulan
No Tahun Januari Februari Maret April Mei Juni
I II I II I II I II I II I II
1 2003 302 237 362 332 251 150 100 69 62 15 5 17
2 2004 694 262 579 278 380 278 36 149 74 68 18 8
3 2005 247 234 413 129 443 223 346 43 26 16 17 169
4 2006 298 532 477 202 209 94 134 105 231 66 46 0
5 2007 119 379 217 111 183 102 50 42 15 11 0 0
6 2008 254 109 67 155 187 191 88 157 61 11 8 17
7 2009 238 355 336 381 259 12 37 166 51 182 58 19
8 2010 237 308 220 306 157 366 316 255 381 0 76 2
9 2011 35 200 196 164 350 202 337 101 37 5 80 60
10 2012 198 176 315 138 189 287 136 8 62 0 14 5
Rata-rata
262,20 279,20 318,20 219,60 260,80 190,50 158,00 109,50 100,00 37,40 32,20 29,70
1/2
Bulanan

Bulan
Rerata
Tahunan
Juli Agustus September Oktober Nopember Desember
I II I II I II I II I II I II
0 0 0 0 0 0 0 0 24 142 120 231 100,79
86 0 0 0 0 0 0 0 34 146 103 213 141,92
94 64 77 18 0 11 16 26 83 68 132 385 136,67
0 0 0 0 0 0 0 0 9 19 75 167 111,00
0 0 0 0 0 0 0 0 42 250 200 101 75,92
0 0 0 0 0 0 0 153 98 272 290 159 94,88
0 19 0 0 0 0 9 2 33 201 86 317 115,04
74 20 62 57 155 80 122 141 101 67 110 90 154,29
47 0 0 0 0 0 0 20 170 214 136 521 119,79
0 0 0 0 0 0 7 50 53 118 147 201 87,67

30,10 10,30 13,90 7,50 15,50 9,10 15,40 39,20 64,70 149,70 139,90 238,50
Tabel 4.4
Curah Hujan Setengah Bulanan Stasiun Panongan

Bulan
No Tahun Januari Februari Maret April Mei Juni
I II I II I II I II I II I II
1 2003 220 150 142 189 178 102 111 74 67 44 0 11
2 2004 246 146 446 310 329 293 183 280 95 90 0 0
3 2005 164 255 215 209 308 109 112 130 56 25 0 88
4 2006 264 155 424 320 210 81 50 10 15 0 0 0
5 2007 32 43 29 200 93 258 106 78 92 46 88 82
6 2008 137 159 124 146 127 149 171 36 70 0 0 33
7 2009 214 293 176 434 234 75 71 105 57 247 53 23
8 2010 164 256 176 434 234 75 245 209 326 212 53 110
9 2011 34 234 327 105 295 197 324 51 68 66 40 45
10 2012 104 199 207 58 220 114 147 5 30 14 0 31
Rata-rata
157,90 189,00 226,60 240,50 222,80 145,30 152,00 97,80 87,60 74,40 23,40 42,30
1/2 Bulanan

Bulan
Rerata
Tahunan
Juli Agustus September Oktober Nopember Desember
I II I II I II I II I II I II
0 0 0 0 0 0 0 16 87 124 147 223 78,54
0 0 0 0 0 0 0 0 44 167 200 260 128,71
109 49 0 0 0 0 40 32 3 109 89 235 97,38
0 0 0 0 0 0 0 0 50 75 104 97 77,29
0 0 0 0 0 0 0 23 85 71 88 202 67,33
0 0 0 0 0 0 76 52 98 272 132 167 81,21
0 0 0 0 0 0 0 3 119 110 53 167 101,42
14 85 21 133 75 62 99 53 337 63 282 244 165,08
32 0 0 0 0 0 0 57 264 117 52 205 104,71
0 0 0 0 0 0 21 30 47 29 207 196 69,13

15,50 13,40 2,10 13,30 7,50 6,20 23,60 26,60 113,40 113,70 135,40 199,60
Tabel 4.5
Curah Hujan Setengah Bulanan Stasiun Koreak

Bulan
No Tahun Januari Februari Maret April Mei Juni
I II I II I II I II I II I II
1 2003 302 237 362 332 251 150 100 69 62 15 5 17
2 2004 694 262 579 278 380 278 36 149 74 68 18 8
3 2005 247 234 413 129 443 223 346 43 26 16 17 169
4 2006 298 532 477 202 209 94 134 105 231 66 46 0
5 2007 119 379 217 111 183 102 50 42 15 11 0 0
6 2008 254 109 67 155 187 191 88 157 61 11 8 17
7 2009 238 355 336 381 259 12 37 166 51 182 58 19
8 2010 237 308 220 306 157 366 316 255 381 0 76 2
9 2011 35 200 196 164 350 202 337 101 37 5 80 60
10 2012 198 176 315 138 189 287 136 8 62 0 14 5
Rata-rata
262,20 279,20 318,20 219,60 260,80 190,50 158,00 109,50 100,00 37,40 32,20 29,70
1/2 Bulanan
Bulan
Rerata
Tahunan
Juli Agustus September Oktober Nopember Desember
I II I II I II I II I II I II
0 0 0 0 0 0 0 0 24 142 120 231 100,79
86 0 0 0 0 0 0 0 34 146 103 213 141,92
94 64 77 18 0 11 16 26 83 68 132 385 136,67
0 0 0 0 0 0 0 0 9 19 75 167 111,00
0 0 0 0 0 0 0 0 42 250 200 101 75,92
0 0 0 0 0 0 0 153 98 272 290 159 94,88
0 19 0 0 0 0 9 2 33 201 86 317 115,04
74 20 62 57 155 80 122 141 101 67 110 90 154,29
47 0 0 0 0 0 0 20 170 214 136 521 119,79
0 0 0 0 0 0 7 50 53 118 147 201 87,67

30,10 10,30 13,90 7,50 15,50 9,10 15,40 39,20 64,70 149,70 139,90 238,50
1.3. ANALISIS DEBIT POTENSI
4.3.1 Metode Poligon Thiessen
Metode poligon thiessen digunakan untuk
mencari luas lahan pada masing-masing stasiun
curah hujan yang digunakan untuk digunakan sebagai
faktor dalam menghitung hujan rata-rata.
Ada 3 (tiga) stasiun yang di pakai yaitu :
a. Stasiun Mandirancan dengan luas DAS 3,45 km2
b. Stasiun Panongan dengan luas DAS 2,41 km2 dan
c. Stasiun Koreak dengan luas DAS 9,28 km2

Gambar 4.1
Peta Luas DAS dan Titik Stasiun Curah Hujan

Didapat dari poligon thiessen tersebut yaitu :


a. Stasiun Mandirancan dengan luas DAS 3,45 km2
b. Stasiun Panongan dengan luas DAS 2,41 km2 dan
c. Stasiun Koreak dengan luas DAS 9,28 km2 Total DAS yang
di amati seluas 15,14 km2
4.3.2 Perhitungan Debit Potensi
Perhitungan debit potensi dilakukan dengan
menggunakan parameter luas sub DAS yang
didapatkan dari hasil metode poligon thiessen serta data
debit curah hujan pada masing-masing stasiun hujan
yang telah ditentukan. Adapun tata cara perhitungannya
adalah sebagai berikut:

Luas sub DAS × curah hujan


1000

Hasil data yang akan didapatkan berupa angka


dengan satuan (m3). Untuk perhitungan debit potensi
disini data curah hujan menggunakan satuan (mm) yang
telah di konversikan kedalam (m) serta luas sub DAS
dari (km2) di konversikan kedalam (m2). Proses konversi
satuan pada perhitungan ini dilakukan pada program
microsoft excel dengan demikian maka didapatkanlah
hasil data debit potensi dengan satuan (m3).

1.4. POLA TANAM


Pola tanam adalah suatu urutan tanam pada
sebidang lahan dalam satu tahun, termasuk didalamnya
masa pengolahan tanah. Pola tanam merupakan bagian
atau sub sistem dari sistem budidaya tanaman, maka
dari sistem budidaya tanaman ini dapat dikembangkan
satu atau lebih sistem pola tanam.
Pola tanam ini diterapkan dengan tujuan
memanfaatkan sumber daya secara optimal. Rumus
yang diterapkan pada perhitungan kebutuhan air untuk
pola tanam adalah sebagai berikut:
Koefisien kebutuhan air tanaman x 3600 x 24 x 15
x luas areal 1000
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Dari hasil analisis dan pembahasan, maka dapat diambil


beberapa kesimpulan yaitu :
1. Menganalisis Debit potensi Bendung menggunakan metode
poligon thiessen.
2. Dalam analisis debit potensi ketersediaan air tertinggi berada
pada bulan Maret periode 1 sebesar 6.158.438 m 3 dan
kebutuhan air tertinggi berada pada bulan November dan bulan
Maret sebesar 4.043.520 m3 .
3. Hasil analisis pola tanam menggunakan PADI - PADI -
PALAWIJA .
4. Dari hasil analisis pola tanam ada beberapa debit ketersedian
air yang tidak terpenuhi diantaranya pada bulan November ,
bulan April periode 2, bulan Mei periode 2, Juli periode 2,
Agustus periode 1, dan September periode 2.
5. Dari hasil analisis diatas diketahui bahwa tenaga pengelola
yang di butuhkan 7 pegawai tetapi yang tersedia hanya 1
pegawai jadi tenaga pengelola mengalami kekurangan 6
pegawai.
6. Kondisi saluran irigasi Daerah Irigasi Cimanis dari tahun 2015 –
2016 berfungsi dengan baik hal tersebut di tunjukan dengan
persentase rata – rata 84,760 % dan kondisi bangunan irigasi
dari Tahun 2015 – 2016 kurang berfungsi, hal tersebut di
tunjukan dengan persentase rata – rata 53,435 %.

30
31

5.2 SARAN

Berdasarkan dari analisis yang dilakukan ada beberapa saran


yang harus dilakukan, yaitu :

1. Terjadi kekurangan air perlu adanya koordinasi dengan daerah


– daerah tangkapan air yang ada di bagian hulu dari bendung
Cihaul, atau mencari sumber air permukaan lainnya yang bisa di
eksploitasi sehingga tidak berdampak pada intensitas tanam.
2. Perlu adanya penambahan sumber daya manusia yang sesuai
dengan kebutuhan pada Daerah Irigasi Cimanis agar sesuai
dengan pedoman operasi dan pemeliharaan serta tata kelola
pengaturan jaringan irigasi dan irigasi efektif dan efisien.
3. Agar pelayanan air irigasi di Daerah Irigasi terus bisa optimal
atau memenuhi, maka peningkatan, pemeliharaan, dan
perawatan juga harus terus dilaksanakan dengan rutin.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, Pedoman Umum Penyusunan Skripsi Fakultas Teknik


Unswagati. 2013. Universitas Swadaya Gunung Jati,
Cirebon.
Haerudin. 2013. Skripsi. Evaluasi Kinerja Sistem Bendung Walahar Di
Sungai Ciwaringin Kabupaten Indramayu. Universitas
Swadaya Gunung Jati, Cirebon.
Subagja Mokhamad. 2015. Skripsi. Analisis Kinerja Sisem Daerah
Irigasi Bendung Katiga Kabupaten Kuningan. Universitas
Swadaya Gunung Jati, Cirebon.
Sostrodarsono,suryono dan Kensaku Takeda. 2001, Hidrologi Untuk

Pengairan , PT. Pradna Paramita , Jakarta.

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 32 / M / PRT /Tahun 2007 ,

tentang Operasi Dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi

Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan

Sumber Daya Air.

Sidharta . 1997 . Irigasi Dan Bangunan Air .

2006 . Peraturan Pemerintah Tentang Irigasi , Departemen PU, Jakarta.

2007 . Permen PU No 32 Tentang Irigasi , Departemen PU , Jakarta .

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 32 / M / PRT /Tahun 2007 ,

UPTD PEKERJAAN SUMBER DAYA AIR CIMANIS KABUPATEN

CIREBON

http : // www.Sarjanaku.com/2012Pengertian-Sistem-MenuutParaahli.htm/

https://id.ikipedia.org

www.google.com

Anda mungkin juga menyukai