Anda di halaman 1dari 17

REKAYASA HIDROLOGI

Analisa Daerah Curah Hujan Wilayah DAS Percut Bendung Bandar Sidoras

FAKULTAS TEKNIK SIPIL

Diajukan Untuk Mendapatkan Nilai Tugas Mata Kuliah Rekayasa Hidrologi

oleh

EGAR ALBERT SUGIANTO

NIM :41116310054

Jl. Kranggan No.6 Jatisampurna, Jatiraden, Jatisampurna, Kota Bekasi,

Jawa Barat 17433


BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Presipitasi (hujan) merupakan salah satu komponen hidrologi yang paling penting. Hujan adalah peristiwa
jatuhnya cairan (air) dari atmosfer ke permukaan bumi. Hujan merupakan salah satu komponen input dalam suatu
proses dan menjadi faktor pengontrol yang mudah diamati dalam siklus hidrologi pada suatu kawasan (DAS). Peran
hujan sangat menentukan proses yang akan terjadi dalam suatu kawasan dalam kerangka satu sistem hidrologi dan
mempengaruhi proses yang terjadi didalamnya (Bayong 2004). Metode yang dapat digunakan dalam menganalisis
curah hujan tersebut terdiri dari metode aritmatika, metode poligon thiessen, dan metode isohyet namun pada
penulisan kali ini metode yang digunakan hanyalah metode aritmatik dan metode polygon thiessen.
Data jumlah curah hujan (CH) rata -rata untuk suatu daerah tangkapan air (catchment area) atau daerah aliran
sungai (DAS) merupakan informasi yang sangat diperlukan oleh pakar bidang hidrologi, dalam bidang pertanian data
CH sangat berguna, misalnya untuk pengaturan air irigasi , mengetahui neraca air lahan, mengetahui besarnya aliran
permukaan (run off). Besarnya CH di suatu wilayah/daerah diperlukan penakar CH dalam jumlah yang cukup untuk
dapat mewakili, semakin banyak penakar dipasang di lapangan diharapkan dapat diketahui besarnya rata -rata CH
yang menunjukkan besarnya CH yang terjadi di daerah tersebut. Menurut (Hutchinson 1970 dalam Siagan P 2011)
Ketelitian hasil pengukuran CH tegantung pada variabilitas spasial CH, maksudnya bila kita mengukur CH di suatu
daerah yang variasi curah hujannya besar diperlukan penakar CH lebih banyak juga agar ketelitiannya lebih akurat,
sehingga penakar hujan yang dipasang juga lebih banyak, tetapi memerlukan biaya mahal dan juga memerlukan
banyak waktu dan tenaga dalam pencatatannya di lapangan.

Tujuan

Menentukan curah hujan wilayah dengan menggunakan metode rata-rata aritmatik, dan polygon thiessen

Manfaat

Dapat mengetahui cara menentukan curah hujan wilayah dengan menggunakan metode aritmatik, dan
polygon thiessen sehingga hasil yang didapatkan dapat digunakan untuk mengetahui cara menghitung dan
menganalisa data curah hujan untuk penyusunan suatu rancangan pemanfaatan air dan pengendalian banjir.

Rumusan Masalah

1. Carilah peta Daerah Aliran Sungai, dengan masing masing stasiung hujan yang ada pada Daerah Aliran
Sugai tersebut, minimal 3 stasiun hujan!
2. Cari data hujan harian dari stasiun hujan (point 1) selama 10 tahun!
3. Analisis data hujan harian menjadi curah hujan bulanan!
4. Uji Konsistensi datanya!
5. Gambar Polygon thiessenya!
6. Cari curah hujan wilayah metode artimatik/rata rata aljabar, dan metode polygon thiessen!
BAB II

PEMBAHSAN

1. Peta DAS

Dalam penulisan ini DAS yang akan digunakan ialah DAS Percut Bandar Bendung Sidoras dengan 3 stasiun hujan
yaitu :

a. Stasiun Hujan Tanjung Morawa


b. Stasiun Hujan Sampali
c. Stasiun Hujan Patumbak

Berikut peta Daerah Aliran Sungai :


2. Data Curah Hujan Selama 10 Tahun dan Analisis Data Curah Hujan Harian menjadi Bulanan

Curah hujan selama 10 tahun dari masing masing stasiun dan perhitungan curah hujan bulanan:

A. Stasiun Tanjung Morawa


B. Stasiun Sampali
C. Stasiun Patumbak
3. Pengujian Konsistensi Data

Satu data hujan untuk stasiun tertentu, dimungkinkan sifatnya tidak konsisten (inconsistent). Data
semacam ini tidak dapat langsung dianalisa. Jadi sebelum data hidrologi tersebut ‘siap pakai’ atau sebagai
bahan informasi lebih lanjut, harus dilakukan pengujian terhadap konsistensinya. Metode-metode
banyak tersedia antara lain :
a). Kurva massa ganda (double mass curve)
b). Statistik antara lain : Von Neumann Ratio, Cummulative Deviation,
Rescaled Adjusted Partial Sums, Weighted Adjusted Partial Sums.

Metode-metode pengujian konsistensi data hidrologi, diantaranya adalah analisis :

a. Kurva massa ganda (double mass curve), kurva massa ganda dapat
diinterprestasikan sebagai berikut :

(i) apabila data stasiun yang diuji


konsisten, maka garis yang terbentuk merupakan garis lurus dengan kemiringan (slope) yang
tidak berubah,
(ii) apabila garis tersebut menunjukkan perubahan kemiringan, berarti telah terjadi perubahan sifat
data hidrologi (tidak konsisten).

a. Data konsisten b. Data tidak konsisten

Gambar 3.4 Deskripsi Data Konsisten dan Tidak Konsisten

Cara dengan kurva massa ganda ini masih mengundang pertanyaan karena pengujian dilakukan atas data
satu stasiun terhadap beberapa stasiun disekitarnya. Jika semua stasiun harus diuji, maka stasiun yang
semula diuji yang kemungkinan tidak konsisten, pada gilirannya akan menjadi stasiun acuan.

b. Statistik
Beberapa metode yang menggunakan pendekatan statistik antara lain : ‘Von Neumann Ratio’,
‘Cummulative Deviation’, ‘Rescaled Adjusted Partial Sums’, ‘Weighted Adjusted Partial Sums’.

Pada penulisan makalah ini metode yang digunakan ialah metode kurva massa ganda sehingga
metode scara statistik tidak akan dijelaskan lebih dalam
Dari data yang kita punya dihasilkan data yang cukup konsisten dengan hasil sebagai berikut:

STA. TANJUNG STA. SAMPALI STA. PATUMBUK RATA RATA


TAHUN MORAWA KUMULATIF
i KUMULATIF i KUMULATIF i KUMULATIF
1999 3.372033 3.37203341 6.11486 6.114859831 4.04408 4.044079621 4.510324287
2000 6.887645 10.2596787 4.539396 10.65425563 5.43574 9.479819508 10.13125128
2001 4.390521 14.65019969 7.853494 18.50774962 5.43574 14.9155594 16.0245029
2002 6.325417 20.97561636 4.422363 22.93011265 7.954051 22.86961086 22.25844662
2003 4.586685 25.56230159 6.158891 29.08900346 6.494329 29.36394009 28.00508171
2004 5.034534 30.59683564 5.735407 34.82441052 8.117857 37.48179724 34.30101446
2005 10.47233 41.06916155 5.620442 40.44485215 6.314926 43.79672299 41.77024556
2006 2.84298 43.91214158 7.381746 47.82659818 10.22469 54.02141577 48.58671851
2007 3.310567 47.22270865 7.64122 55.4678181 8.186975 62.20839094 54.9663059
2008 6.639258 53.86196621 5.79708 61.26489823 8.167742 70.37613287 61.83433244

KURVA MASSA GANDA


70

60
KUMULATIF RATA RATA PEMBANDING

50

40

30

20

10

0
0 10 20 30 40 50 60 70
STASIUN SAMPALI
4. Gambar Poligon Thiessen
Luas tangkapan curah hujan dari 3 stasiun terhadap DAS Percut Bendung Bandar Sidoras

No Nama Stasiun Luas Area (km2)


1 Sampali 78.405
2 Tanjung Morawa 19.597
3 Patumbak 87.999
Total 186
5. Curah hujan Wilayah

Metode yang dapat digunakan untuk menganalisis curah hujan terdiri dari beberapa metode, diantaranya metode
aritmatika, metode poligon thiessen, dan metode isohyet. Namun pada makalah ini hanya akan digunakan 2 metode
yaitu metode aritmatik dan metode polygon thiessen

1. Metode rata-rata aritmatik

Memplotkan semua lokasi Menentukan berapa banyaknya


stasiun pengukuran dan stasiun pengukuran hujan yang
tinggi hujan yang ada di terletak di dalam batas daerah
sekitar daerah aliran sungai aliran sungai tersebut
yang akan ditentukan curah
hujan wilayahnya

Menjumlahkan tinggi hujan dari


Curah hujan wilayah diperoleh
sejumlah stasiun pengukuran
dengan cara membagi jumlah tinggi
hujan yang telah ditentukan pada
hujan hasil tahap kerja c dengan
tahap kerja b
banyakya stasiun pengukuran hujan
hasil tahap kerja b

Rumus:

∑ni=1 Hi
ṜH =
n

Keterangan: ṜH = curah hujan wilayah

𝐻𝑖 = 𝑐𝑢𝑟𝑎ℎ ℎ𝑢𝑗𝑎𝑛 𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖𝑢𝑛 𝑘𝑒 − 𝑖

𝑛 = 𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖𝑢𝑛 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑘𝑢𝑟 ℎ𝑢𝑗𝑎𝑛


2. Metode polygon thiessen
Menyambungkan setiap stasiun pengukuran hujan
dengan stasiun pengukuran terdekatnya terutama
untuk stasiun-stasiun pengukuran hujan yang
Mengplotkan semua lokasi stasiun
berada dalam dan paling dekat dengan batas daerah
pengukuran dan tinggi hujan yang
aliran sungai. Sambungan antara stasiun akan
ada disekitar daerah aliran sungai
membentuk deret segitiga yang tidak boleh saling
yang akan ditentukan curah hujan
memotong satu sama lain
wilayahnya

Menghubungkan setiap garis tegak lurus tersebut Menentukan titik tengah dari setiap
satu sam lain sehingga membentuk poligon- sisi segitiga kemudian membuat
poligon dimana setiap poligon hanya diwakili oleh sebuah garis tegak lurus terhadap
satu stasiun pengukuran hujan yang berada di masing-masing sisi segitiga tersebut
dalam atau paling dekat dengan batas daerah aliran tepat dititik tengah
sungai

Menetukan luas daerah masing-


masing poligon dengan
Menentukan persentase luas
menggunakan kertas milimeter
dari setiap poligon terhadap
blok. Jumlah dari luas daerah
luas total daerah aliran sungai
masing-masing poligon akan
sama dengan total luas daerah
aliran sungai.

Mengalikan persentase luas


Curah hujan wilayah diperoleh dengan cara
setiap poligon (hasil tahap
menjumlahkan perkalian persentase luas
kerja f) dengan tinggi hujan
poligon dengan tinggi hujan yang jatuh di
yang jatuh didalam polygon-
dalam poligon tesebut (penjumlahan setiap
polgon tersebut
perkalian pada tahap kerja g).

Rumus:

∑𝑛𝑖=1 𝐻𝑖 . 𝐿𝑖
Ṝ𝐻 =
∑𝑛𝑖=1 𝐿𝑖

Keterangan: Ṝ𝐻 = curah hujan wilayah

𝐿𝑖 = 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑤𝑖𝑙𝑎𝑦𝑎ℎ 𝑝𝑜𝑙𝑖𝑔𝑜𝑛 𝑘𝑒 − 𝑖

𝐻𝑖 = 𝑐𝑢𝑟𝑎ℎ ℎ𝑢𝑗𝑎𝑛 𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖𝑢𝑛 𝑘𝑒 − 𝑖


KOLOM A B C D E

STA. TANJUNG MORAWA STA. SAMPALI STA. PATUMBUK ARITMATIK POLIGON THIESSEN
TAHUN
Hi Hi Hi 1/3 (A+B+C) (A x L1 + B x L2 + C x L3)/LT

1999 3.37203341 6.114859831 4.044079621 4.510324287 4.846169033


2000 6.887645289 4.539395801 5.435739887 5.620926993 5.210876215
2001 4.390520993 7.853493984 5.435739887 5.893251621 6.344771856
2002 6.325416667 4.422363031 7.954051459 6.233943719 6.293746476
2003 4.586685228 6.158890809 6.494329237 5.746635091 6.151943177
2004 5.03453405 5.735407066 8.117857143 6.295932753 6.788725144
2005 10.47232591 5.620441628 6.314925755 7.469231097 6.460202086
2006 2.842980031 7.381746032 10.22469278 6.816472948 8.248570799
2007 3.310567076 7.641219918 8.186975166 6.379587387 7.443146318
2008 6.639257552 5.797080133 8.167741935 6.86802654 7.007396308

L1 STA. TANJUNG MORAWA 19.597


L2 STA. SAMPALI 78.405
L3 STA. PATUMBAK 87.999
LT TOTAL 186.00

Dari hasil perhitungan tersbut jika dirata ratakan menghasilkan besaran curah hujan wilayah secara Aritmatik sebesar
6.1834332 dan secara Poligon Thiessen sebesar 6.479554741, dimana perhitungan dengan metode Poligon Thiessen
lebih besar disbanding dengan Artimatik, dan curah hujan tertinggi terjadi pada tahun 2006.
PENUTUP

KESIMPULAN

Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan diperoleh curah hujan wilayah rata rata hasil dari aritmatik
sebesar 6.1834332 sedangkan curah hujan wilayah rata rata dari hasil metode Polygon Thiessen yaitu 6.479554741,
dengan curah hujan tertinggi terjadi pada tahun 2006 dan curah hujan tertinggi terjadi diwilayah stasiun Patumbuk.
DAFTAR PUSTAKA

1. Academia.edu/14019798/Analisa_Hidrologi_D.I_Bandar_Sidoras

2. Data SIO NOAA US Navy NGA GEBCO_Image Landsat

3. Geo.web.id/2010/11/29/poligon-thiessen/amp/?espv=1

4. Webgis.dephut.go.id:8080/kemenhut/index.php/id/fitur

5. Google Earth

6. Eka yulianti,2014,AnalisaCurahHujanWilayah

Anda mungkin juga menyukai