Anda di halaman 1dari 20

Detail Desain Bendungan Bendo Laporan Akhir

BAB II
KONDISI DAERAH PROYEK

2.1. TOPOGRAFI

Lokasi Waduk Bendo terletak di Sungai Kali Keyang atau juga dikenal
dengan nama Kali Ngindeng di Dusun Bendo, Desa Ngindeng, Kecamatan
Sawoo, Kabupaten Ponorogo.

Secara geografis lokasi rencana Bendungan Bendo terletak pada posisi


antara 7o 49’33” - 7o 59’ 36” LS dan 111o 34’ 57” - 111o 44’ 40” BT.
Daerah genangan bendungan Bendo meliputi desa Ngindeng dan desa
Temon Kecamatan Sawoo dan desa Ngadirojo Kecamatan Sooko.

Lokasi bendungan Bendo secara morfologi merupakan daerah perbukitan


bergelombang, dengan ketinggian berkisar antara elevasi + 150 m sebagai
dasar sungai Keyang sampai dengan elevasi + 450 m, yaitu daerah G.
Tumpak Bengle di selatan rencana lokasi bendungan. Disebelah utara
rencana bendungan ketinggiannya lebih rendah dari yang sebelah selatan,
yaitu sekitar elevasi + 250 m diatas permukaan air laut.

2.2. HIDROLOGI

2.2.1. Umum

Daerah tangkapan air (DTA) dari Waduk Bendo terletak pada


Kecamatan Pudak, Sooko, dan Sawoo, dimana luas DTA sebesar
120.63 km2 dengan panjang sungai 24.0 km sebagaimana disajikan
pada Gambar 2.1.

Kondisi iklim didaerah proyek termasuk iklim tropis dengan


karakteristik temperatur dan kelembaban udara yang cukup tinggi.
Temperatur rata-rata tahunan tercatat berkisar 280C dan kelembaban
udara bervariasi berkisar antara 94% - 84%, dimana rata-rata
kelembaban tahunan adalah 90.39%. Curah hujan biasanya dimulai
pada bulan Agustus dan berakhir pada bulan Januari dengan rata-rata
curah hujan tahunan sebesar 2,212 mm/th.
Kecepatan angin rata-rata sebesar 1.50 m/detik atau 5.4 km/jam dan
penyinaran matahari tiap tahunnya rata-rata-rata 5.15 jam/hari diukur
antara jam 08.00-16.00. Untuk evaporasi potensial pada daerah
lokasi proyek rata-rata per bulannya adalah 4.48 mm.

Sistim irigasi eksisting yang ada pada daerah waduk Bendo terbagi
dalam 2 jaringan irigasi, yaitu DP Keyang Atas yang mengairi sawah
seluas 710 ha yang terdiri dari 2 subsistem jaringan yaitu Ngindeng

II - 1 PT. Indra Karya Cabang-1 Malang


Detail Desain Bendungan Bendo Laporan Akhir

(113 ha) dan Tambakwatu (597 ha), dan DP Keyang Bawah yang
mengairi sawah seluas 2,589 ha.

Data hujan yang digunakan untuk perhitungan hidrologi bersumber


dari pencatatan di stasiun Pudak (no. 69), stasiun Sooko (No. 60) dan
stasiun Sawoo (No. 61), pengamatan mulai tahun 1970 sampai 2003
(34 tahun).

2.2.2. Debit Aliran Rendah (Low Flow Analysis)

Data yang digunakan untuk mendapatkan debit aliran rendah


menggunakan data curah hujan daerah harian dari stasiun Pudak,
Sooko dan Sawoo selama 34 tahun (th.1970–th.2003) yang
dikorelasikan dengan data debit observasi sungai Keyang dengan
pencatatan data th.1986–th.2003.

Karena tidak adanya pencatatan debit harian S.Keyang, maka dalam


menentukan debit sungai, digunakan debit harian dari tahun 1986 –
2002 diperoleh dari perhitungan debit menggunakan pendekatan
rumus Manning dengan data pengukuran tinggi muka air sungai
Keyang yang berlokasi sekitar 0.50 km hilir rencana bendungan di
desa Tacuk Kecamatan Sawoo. Data debit tersebut akan digunakan
untuk menentukan debit inflow harian Waduk Bendo dengan
penyesuaian waktu terhadap data curah hujan harian yang tersedia
dari tahun 1970 sampai dengan tahun 2003.

Metode yang digunakan untuk menghitung perkiraan debit inflow


harian adalah Metode Model Tangki (Tank Model). Dimana
parameter Tank Model tergantung pada karakteristik DAS, besarnya
faktor evaporasi DAS, soil moisture dan koefisien infiltrasi. Susunan
tangki Tank Model dari berbagai trial & error menghasilkan estimasi
debit inflow yang konsisten dengan debit observasi pada sungai
Keyang ditunjukkan pada Gambar 2.2.
Hasil simulasi Tank Model yang berupa data debit harian selama 34
tahun th. 1970–th.2003 selanjutnya akan digunakan sebagai data
simulasi operasi waduk dengan periode 10 harian menunjukkan debit
rata-rata sebesar 6.54 m³/det ditunjukkan pada Tabel II-1.

2.2.3. Debit Banjir Rancangan

1. Analisa Curah Hujan Rancangan

Analisis data hujan dimaksudkan untuk menyiapkan data hujan


untuk analisis hidrologi selanjutnya, dimana untuk analisa ini
menggunakan metode EJ Gumbel, Log Pearson Type III, Normal
dan Log Normal dengan periode ulang 5, 10, 25, 50, 100, 200,
1000 tahun dan PMP (Probability Maximum Precipitation).

II - 2 PT. Indra Karya Cabang-1 Malang


Detail Desain Bendungan Bendo Laporan Akhir

Dari uji statistik yang diterima didapatkan nilai dengan


menggunakan metode Log Pearson III memberikan hujan
rancangan yang lebih besar.

Hujan Rancangan untuk Periode Ulang Tertentu


Periode Hujan Rancangan (mm)
Ulang
Metode Metode Log Metode Log Metode
(Th)
Gumbel Pearson III Normal Normal

2 65.42 64.22 65.77 68.47


5 84.73 81.09 83.50 84.81
10 97.51 93.27 94.59 93.35
20 109.77 106.87 104.86 100.41
25 113.66 109.81 108.05 102.46
50 125.65 122.99 117.75 108.35
100 137.54 136.94 127.22 113.64
200 149.39 151.76 136.55 118.48
1000 176.84 190.47 158.00 128.47

Sumber: Hasil perhitungan

Sedangkan untuk penentuan curah hujan maksimum boleh jadi


(Probable Maximum Precipitation, PMP) dihitung dengan
menggunakan beberapa metode yaitu dengan menggunakan
metode Hersfield dimana didapatkan hujan PMP sebesar 369
mm. Metode lain adalah dengan menggunakan peta isohyet untuk
daerah proyek, sesuai Buku Pedoman Perencanaan Bendungan
Volume II yang diterbitkan oleh Dirjen Pengairan dan Direktorat
Bintek IESC DPU, hujan titik maksimum (point rainfall
maximum) didapatkan sebesar 600 mm. Dengan
mempertimbangkan faktor reduksi luas (0.926) dan faktor
koreksi terhadap durasi hujan 24 jam (0.64) maka didapatkan
hujan PMP sebesar 355.47 mm.

Dari Panduan Perencanaan Bendungan Urugan,Volume II hal. 29,


disebutkan secara umum hujan PMP di Indonesia berkisar antara
2-6 kali hujan kala ulang 100 tahun. Semua hasil perhitungan
hujan akan diperhitungkan dalam analisis banjir PMF.

2. Distribusi Hujan Effektif

Untuk data curah hujan jam-jaman di lokasi bendungan


digunakan rumus Mononobe dengan perkiraan hujan terpusat
selama 6 jam/hari.

Koefisien pengaliran didasarkan pada kondisi daerah pengaliran


dan kondisi hujan yang jatuh di daerah tersebut. Berdasarkan
kondisi fisik wilayah dan jenis penggunaan lahan pada lokasi
besarnya nilai koefisien pengaliran ditentukan menggunakan
formula DR. Kawakami.

II - 3 PT. Indra Karya Cabang-1 Malang


Detail Desain Bendungan Bendo Laporan Akhir

Dari data curah hujan harian maksimum rancangan yang telah


ditentukan, untuk mendapatkan curah hujan efektif, maka curah
hujan tersebut harus dikalikan dengan koefisien pengalirannya.
Hasil perhitungan distribusi hujan netto jam-jaman dan curah
hujan efektif disajikan pada Tabel II-2.

3. Perhitungan Banjir Rancangan

Dalam studi ini banjir rancangan diperhitungkan dengan metode


hidrograf satuan sintetik. Adapun metode yang digunakan adalah
hidrograf satuan sintetik Nakayasu, hidrograf satuan sintetik
Gama-I dan hidrograf satuan sintetik Snyder.

Rekapitulasi hasil perhitungan untuk setiap kala ulang


selengkapnya disajikan sebagai berikut:

Q Rancangan
KalaUlang
No Metode Metode Metode
(Tahun)
Nakayasu Gama-I Snyder
1 2 97.13 93.80 84.68
2 5 166.93 160.57 145.53
3 10 218.50 209.90 190.48
4 20 277.00 265.86 241.48
5 25 289.79 278.09 252.63
6 50 347.36 333.16 302.82
7 100 408.88 392.01 356.45
8 500 601.54 576.30 524.41
9 1000 649.16 621.86 565.92
Sumber : Hasil Perhitungan

Untuk penentuan banjir rancangan PMF, diperhitungkan


berdasarkan curah hujan PMP sebagaimana dijelaskan pada sub
bab diatas. Dimana untuk studi ini digunakan tiga metode yaitu
metode Hersfield dimana didapatkan hujan PMP sebesar 369
mm, berdasarkan peta isohyet sebesar 355.47 mm, dan 2-6 kali
curah hujan kala ulang 100 tahun.

Hasil Perhitungan Debit PMF


Metode CH PMP Q PMF
1. Hersfield 369.00 964.64
2. Isohyet 355.47 842.37
3. 2 x CH100 202.12 817.76
4. 4 x CH100 404.25 1,635.51
5. 6 x CH100 606.37 2,453.27
4. Penentuan Banjir PMF

II - 4 PT. Indra Karya Cabang-1 Malang


Detail Desain Bendungan Bendo Laporan Akhir

Banjir PMF yang akan digunakan dalam perhitungan desain


Bendungan Bendo ditentukan dengan mempertimbangkan hal-hal
sebagai berikut :
1. Bendungan Bendo termasuk bendungan dengan konsekuensi
daerah hilir yang besar, karena bagian hilir bendungan Bendo
adalah kota Ponorogo dan aliran banjir dari Sungai Ngindeng
akan masuk ke Kali Madiun.
2. Dari catatan debit pengamatan, debit banjir terbesar yang
pernah terjadi sebesar 594.79 m3/dtk atau mendekati Q500.
3. Dengan mempertimbangkan banjir PMF pada bendungan-
bendungan lain di Jawa Timur dan diuji dengan lengkung
Creager dengan batas bawah C = 30 dan batas atas C = 100,
maka yang dipakai dalam perencanaan desain adalah perhitungan
banjir menggunakan metode Nakayasu dan banjir PMF sebesar
4.Q100 yaitu sebesar 1,635.51 m3/dtk, yang mendekati Banjir PMF
Bendungan Wonorejo (1,500 m3/detik) dengan luas DTA yang
hampir sama.

5. Penelusuran Banjir di Waduk

Dari hasil penelusuran banjir diatas bangunan pelimpah samping,


didapatkan kecukupan lebar ambang bangunan pelimpah adalah
65.00 m, elevasi puncak untuk banjir PMF adalah 223.109 m,
elevasi ambang bangunan pelimpah adalah 218.6 m.
Debit Inflow Q1000 = 649.160 m³/det,
Debit Outflow Q1000 = 472.474 m³/det, HWL. El.220.890 m
Debit Inflow QPMF = 1,635.520 m³/det,
Debit Outflow QPMF = 1,290.053 m³/det, HWL. El.223.109 m

Sedangkan hasil penelusuran banjir melalui terowongan pengelak


(diversion tunnel) untuk menentukan tinggi bendungan pengelak
(cofferdam) dengan kecukupan diameter terowong pengelak
adalah 5.5 m.
Debit Inflow Q25 = 289.790 m³/det,
Debit Outflow Q25 = 254.800 m³/det, HWL. El.161.716 m

2.2.4. Analisis Sedimentasi

Analisis sedimentasi pada waduk Bendo diperhitungkan terhadap


beban layang dan beban dasar (Bed Load) dimana untuk analisa
sedimen beban melayang dilakukan berdasarkan hasil sampling
sedimen di lapangan, namun karena waktu pegamatan yang relatif
pendek maka pengkajian hasil analisa dari studi tahun 1983 dan
Analisa ANDAL tahun 2002 juga menjadi bahan pertimbangan.
Untuk pengukuran sedimen tahun 1983 dilakukan pada bulan
Pebruari hingga Mei mewakili kondisi musim hujan, sedangkan
pengukuran tahun 2002 dilakukan pada bulan Juni mewakili musim
Kemarau.

II - 5 PT. Indra Karya Cabang-1 Malang


Detail Desain Bendungan Bendo Laporan Akhir

Perhitungan laju sedimentasi dilakukan dengan beberapa metode.


Berdasarkan metode Engelund dan Hansen didapatkan laju
sedimentasinya sebesar 1.64 mm/tahun/km², bedasarkan potensi
lahan sebagaimana Studi Perencana Teknik Rehabilitasi Lahan dan
Konservasi Tanah DAS Kali Madiun dengan menggunakan metode
Kirky dan Morgan didapatkan laju sedimentasi sebesar 1.772
mm/tahun/km² dan berdasarkan Persamaan Empiris (Mayor-Peter-
Mutler) didapatkan laju sedimen 2.71 mm/tahun/km² atau
327,501.70 m3/tahun.

Selanjutnya perhitungan sedimentasi diwaduk menggunakan laju


sedimen 2.71 mm/tahun/km2 sebagai hasil terbesar dari perhitungan
laju sedimentasi.

Untuk memperkirakan besarnya sedimen yang akan mengendap


diwaduk dari total sedimen yang terbawa masuk ke dalam waduk
digunakan pendekatan kurva efisiensi sedimentasi yang
dikembangkan oleh Gunner Brune.

Sedimentasi diwaduk diestimasi dengan melakukan simulasi


sedimen dengan periode 10 tahunan hingga mencapai 100 tahun
sebagaimana disajikan pada Tabel II-3. Dari tabel tersebut, dapat
diketahui bahwa waduk akan mengalami pengurangan kapasitas
sebesar 9.661 juta kubik dari kapasitas awal sebesar 43.114 juta
kubik menjadi 33.453 juta kubik (berkurang sekitar 22.4%) setelah
waduk dioperasikan selama 29 tahun. Dan waduk akan mengalami
pengurangan kapasitas sebesar 17.60 juta kubik dari kapasitas awal
menjadi 25.515 juta kubik (berkurang sekitar 40%) setelah waduk
dioperasikan selama 55 tahun.

2.2.5. Kapasitas Tampungan Effektif Waduk

Analisis Kesetimbangan Air

Analisis kesetimbangan air waduk Bendo diperhitungkan terhadap


kebutuhan air irigasi untuk mensuplai areal irigasi Bendo seluas
3299 Ha dan bila terdapat kelebihan air akan disalurkan ke bendung
Jati melalui sungai Keyang. Selain itu juga diperhitungkan terhadap
pemenuhan kebutuhan air baku kota Ponorogo dimana besarnya
mengacu pada hasil studi CDMP 2000 untuk pemenuhan kebutuhan
air baku hingga tahun 2025 dan untuk konservasi sungai.

Besarnya kebutuhan air irigasi dengan menggunakan pola tanam


Padi-Padi-Palawija dan awal tanam pada pertengahan November,
dihitungkan sebagai kebutuhan air untuk penyiapan lahan, kebutuhan
air tanaman, pergantian lapisan dan perkolasi, efisiensi irigasi dan
evapotranspirasi.

II - 6 PT. Indra Karya Cabang-1 Malang


Detail Desain Bendungan Bendo Laporan Akhir

Kebutuhan air baku dalam analisis kesetimbangan air waduk Bendo


di proyeksikan sebesar 11.73 juta m3 per tahun atau 370 lt/dtk sesuai
dengan Laporan CDMP untuk proyeksi tahun 2025.

Kebutuhan air untuk konservasi sungai di dasarkan pada perkalian


antara jumlah penduduk kota dengan kebutuhan air untuk
pemeliharaan perkapita. Asumsi besarnya 250 lt/hari/orang dengan
anggapan banyak penduduk yang sudah memiliki sistim pengolahan
limbah rumah tangga sendiri. Dari perhitungan didapatkan besarnya
air untuk keperluan konservasi ini adalah 0.5 m3/det.
Hasil analisis kesetimbangan air ini disajikan pada Tabel II-4.

Tampungan Efektif Waduk

Kapasitas tampungan efektif dihitung dengan menggunakan kurva


lengkung massa yang didasarkan pada besarnya debit inflow,
kebutuhan air serta kehilangan air. Prinsip dasar dalam analisis
kapasitas tampungan efektif bendungan adalah untuk
mengoptimalkan ketersediaan air.

Debit inflow pada analisa kapasitas tampungan efektif menggunakan


debit andalan Q80. Sedangkan debit outflow adalah debit untuk
memenuhi semua kebutuhan dam.

Dari hasil perhitungan kapasitas tampungan efektif waduk Bendo


didapatkan :
 Untuk elevasi muka air terendah El. +188.00m, didapatkan:
Tampungan efektif = 33.938 juta m3
Tampungan kotor = 43.114 juta m3
Tampungan tidak effektif = 9.176 juta m3
Elevasi MAT = 218.60 m
Elevasi Puncak Dam = 224.00 m

 Untuk elevasi muka air terendah El. +198.00m, didapatkan:


Tampungan efektif = 26.375 juta m3
Tampungan kotor = 43.114 juta m3
Tampungan tidak effektif = 16.738 juta m3
Elevasi MAT = 218.60 m
Elevasi Puncak Dam = 224.00 m

2.2.6. Simulasi Operasi Waduk

Studi operasi waduk dilakukan dengan menganggap waduk terisi


penuh pada awal operasi. Keperluan tampungan efektif waduk
distudi untuk mengairi daerah irigasi dengan baku sawah seluas 3299
Ha dan 4500 Ha masing-masing untuk Sistem Bendo dan Jati, untuk
keperluan pemenuhan kebutuhan air baku sebesar 370 lt/det.

II - 7 PT. Indra Karya Cabang-1 Malang


Detail Desain Bendungan Bendo Laporan Akhir

Beberapa anggapan yang dilakukan adalah :


- muka air berada pada HWL (El. + 218.60m) pada saat awal
operasi waduk
- pada saat muka air mencapai LWL (El. + 188.00m), maka air
yang dilepaskan hanya sejumlah net inflow, untuk menjaga agar
permukaan waduk tidak turun lebih rendah dari LWL. Apabila
sedimentasi waduk telah mencapai elevasi 185.00m, maka
elevasi air rendah (LWL) adalah pada El. 198.00m

Kegagalan dari simulasi tampungan bendungan ditentukan dengan


angka prosentase jumlah kegagalan dari total periode simulasi
maksimal 20 % atau prosentase angka kepercayaan 80%.

Dari hasil simulasi tampungan Waduk Bendo selama periode 1970-


2003 dengan menggunakan asumsi debit andalan 80% didapatkan
hasil-hasil sebagai berikut:

Untuk elevasi muka air operasi rendah el. 188.00m (rekapitulasi


disajikan pada Tabel II-5, untuk perhitungan selengkapnya pada
Laporan Hidrologi, tabel 5-6) dalam kurun waktu selama 33 tahun
data (Th.1970 – Th.2003) dengan periode 10 harian mengindikasikan
bahwa tingkat keandalan waduk adalah 82 %. Selama periode
operasi waduk mengalami prosentase kegagalan sebesar 18 % yang
terjadi pada periode tahun 1976, 1980, 1982, 1991, 1996, 1997 yang
umumnya terjadi pada bulan Oktober-November.
Sedang untuk elevasi muka air operasi rendah el. 198.00m
(rekapitulasi disajikan Tabel II-6, dan selengkapnya pada Laporan
Hidrologi, tabel 5-7) untuk waktu dan periode yang sama
mengindikasikan bahwa tingkat keandalan waduk sebesar 82 %
dengan prosentase kegagalan sebesar 18% yang terjadi pada periode
tahun 1976, 1980, 1982, 1991, 1996, 1997, umumnya terjadi pada
bulan Oktober periode antara 10-20 harian terakhir.
Dengan demikian, tingkat keberhasilan operasi Waduk Bendo untuk
periode simulasi selama 33 tahun pada kedua muka air operasi
rendah cukup memuaskan.

Selain itu dari hasil simulasi juga menunjukkan bahwa pada kondisi
muka air operasi rendah el. 188.00m tingkat keberhasilan pemberian
air dari waduk Bendo untuk luasan baku sawah 3299 ha (sistem
Bendo) dan 4500 ha (sistem Jati) dengan pola tanam padi-padi-
palawija dapat mengairi areal irigasi tersebut dengan intensitas tanam
dari 150% menjadi 300% untuk sistem Bendo dan untuk areal DI Jati
dari 125% menjadi 225%. Sedangkan pada kondisi LWL El. 198.00
m intensitas tanam sampai dengan 270% untuk irigasi Bendo dan
200% untuk irigasi Jati.

II - 8 PT. Indra Karya Cabang-1 Malang


Detail Desain Bendungan Bendo Laporan Akhir

2.3. KONDISI GEOLOGI

2.3.1 As Bendungan
Kemiringan kedua tebing sungai atau sandaran bendungan tidak
sama atau asimetris, pada sandaran kanan miring sekitar 45 derajat,
sedang sandaran kiri miring sekitar 60 derajat. Di sebelah kiri
dibatasi oleh bukit tertinggi G. Toklaktaklik (+ 356 m) sedang di
sebelah kanan oleh perbukitan dengan ketinggian sekitar + 238 m.

Dari Gambar 2.3 (Peta Geologi Bendungan Bendo) dan Gambar


2.4 (Profil Geologi Sumbu Bendungan Bendo) menjelaskan bahwa
satuan batuan breksi volkanik merupakan batuan dasar yang ada di
daerah penyelidikan. Terdiri fragmen andesit (berukuran 2 sampai 50
bahkan 100 cm rata-rata 5 cm) dan fragment lappili tuff (rata-rata 2
cm), tersemen bervariasi mulai kompak sampai menengah pada
matrik pasir tufaan berbutir halus sampai kasar. Pada sandaran kiri
maka fragmen andesit relatip banyak dijumpai pada satuan breksi
volkanik, tetapi pada sandaran kanan maka matriknya justru lebih
dominan dibanding fragmennya, dengan kekerasan yang relatip
rendah sampai menengah, bahkan beberapa dapat diremas atau
digores dengan kuku jari tangan. Beberapa menunjukkan kondisi
“quasi–stratification” miring 20o relatip ke arah tenggara atau
tepatnya pada arah strike/dip sekitar N20o E / 20o.

Dari Gambar 2.4 nampak bahwa breksi volkanik relatip tersingkap


jelas pada sandaran kiri bendungan, hanya beberapa saja sekitar 2 m
maksimum tebalnya lapisan penutupnya misalnya yang terdapat
pada BB-11 dan B-1 berupa breksi volkanik lapuk (“decomposed
volcanic breccia”). Berdasarkan angka lugeon maka di bawah
kedalaman sekitar 25 m atau di bawah ketinggian + 175 m (lihat titik
bor B-1) maka Lu < 5 atau relatip kedap. Semakin ke atas menjadi
lebih dangkal, pada titik bor BB-11 di bawah kedalaman 10 m atau di
bawah ketinggian + 225 m maka Lu < 5. Sedang semakin ke bawah
menjadi lebih tebal, pada titik bor B-2 yang dilakukan di tengah
sungai maka angka Lu < 5 baru dijumpai di bawah kedalaman 46 m
atau di bawah ketinggian + 104 m. Di dekat permukaan tanah pada
sandaran kiri maka semakin ke atas angka Lugeon menjadi semakin
besar , tetapi umumnya lebih kecil dari 10 atau maksimum 16.
Dengan demikian dapat diperkirakan bahwa kedalaman grouting tirai
(“curtain grouting” pada sandara kiri berkisar antara 50 m di bagian
bawah dasar sungai (atau sekitar 40 m di bawah dasar pondasi sungai
setelah digali) sampai 15 di sandaran kiri bagian atas. Muka air tanah
di sandaran kiri sulit sekali diperkirakan melalui pengamatan selama
pemboran,karena kondisi batuan yang umumnya relatip kedap.

Pada sandaran kanan di permukaan tanah terdiri breksi volkanik


lapuk (“decomposed volcanic breccia”) relatip lepas sebagai hasil
pelapukan breksi volkanik, umumnya berupa campuran lempung –

II - 9 PT. Indra Karya Cabang-1 Malang


Detail Desain Bendungan Bendo Laporan Akhir

pasir tufaan lepas – gravel dan bolder andesit. Ketebalannya


bervariasi mulai sekitar 70 cm di bagian atas (titik bor B-4),
kemudian 4 m di bagian tengah (titik bor B-3), menjadi maksimum
sekitar 18,5 m di bagian tengah (titik bor DHB-6) , dan akhirnya
menjadi 14.5 m di bawah dasar sungai atau sampai el. + 136.5 m
(titik bor WDIA). Lapisan ini disarankan untuk dibuang sebelum
dilaksanakan penimbunan terutama pada daerah yang akan ditimbun
dengan timbunan inti tanah lempung, agar lapisan inti bertumpu
menumpang langsung pada pondasi batuan breksi volkanik yang
baik. Tetapi hasil galian batuan breksi volkanik lapuk di sandaran
kanan ini dapat dipergunakan sebagai bahan timbunan random tubuh
bendungan. Selama penggalian maka diperkirakan tidak akan
terganggu air tanah, karena disamping kedalaman air tanahnya
relatip dalam di bawah lapisan ini, maka angka koefisien
permeabilitasnya juga relatip kecil hanya sekitar 10-4 cm/detik.

Pada sandaran kanan di bawah lapisan breksi volkanik lapuk berupa


breksi volkanik relatip segar, dengan kandungan matrik berupa sandy
tuff dengan kekerasan menengah sampai rendah relatip lebih
melimpah dibanding fragmennya. Angka lugeon pada batuan ini
bervariasi sekali, umumnya 10 < Lu < 20. Dibagian tengah pada
sandaran kanan maka angka lugeon Lu < 5 dijumpai paling dalam di
bawah kedalaman sekitar 45 m pada titik bor DHB-6 atau B-3 .
Dengan demikian kedalaman tirai grouting diperkirakan sampai
mencapai kedalaman 45 m di bawah permukaan tanah sebelum
dilakukan penggalian breksi volkanik lapuk, atau antara 20 sampai
35 m di bawah dasar pondasi setelah dilakukan penggalian.

Di bagian tengah sungai adalah endapan sungai berupa campuran


pasir – kerikil – cobel dan bolder andesit, ketebalannya mencapai
12.6 m antara el+ 151,3m sampai el. + 138,7m (titik bor B-2) ,
dengan angka koefisien permeabilitas sekitar 10-3 cm/detik. Di
permukaan sungai beberapa dijumpai bolder berukuran raksasa
sekitar diameter 3 sampai 5 m, sehingga memerlukan alat pemecah
batu “blasting” bila akan dilakukan pengerukan. Sungai. Endapan
sungai ini seluruhnya agar dibuang terutama pada bagian pondasi
yang bersinggungan dengan lapisan kedap inti tanah lempung. Angka
lugeon Lu < 5 dijumpai relatip dangkal di daerah ini, sekitar 20 m di
bawah dasar sungai atau hanya 10 m di bawah pondasi setelah
dilaksanakan penggalian endapan sungai, atau di bawah ketinggian +
130 m.

Berdasarkan hal-hal sebagai berikut :


- Bentuk sungai yang relatip seperti huruf U besar dengan kedua
tebingnya yang relatip melebar, tentu akan membutuhkan material
timbunan bendungan yang cukup besar.
- Ketersediaan material bahan bangunan lempung, pasir, kerikil,
campuran tanah-gravel, fragmen andesit dan bolder besar dalam

II - 10 PT. Indra Karya Cabang-1 Malang


Detail Desain Bendungan Bendo Laporan Akhir

jumlah relatip melimpah di lokasi yang relatip berdekatan dengan


lokasi rencana Bendungan Bendo.

Tipe bendungan yang cocok di daerah ini adalah tipe bendungan


urugan, terdiri timbunan lempung sebagai lapisan inti kedap ,
kemudian dilindungi dengan pasir filter, timbunan random terutama
memanfaatkan hasil galian breksi volkanik lapuk di sandaran kanan,
dan di bagian luar ditutup dengan timbunan batu dan rip-rap.

Tentunya grouting tirai pada pondasi batuan di bawah timbunan inti


tanah lempung masih diperlukan, dengan kedalaman bervariasi
mengikuti pola penyebaran angka lugeon terutama Lu < 5 atau
sekitar 40 m kedalamannya. Pola dan jarak efektif antar lubang
grouting diperkirakan sekitar 2 m, tetapi disarankan sebelum
pelaksanaan grouting dimulai agar dilaksanakan terlebih dahulu
percobaan “grouting test” baik pada sandaran kanan maupun kiri.
Hal ini diperlukan agar dapat diketahui dengan pasti pola dan
efektifitas “grout injection cement” di ke dua sandaran, sehingga
pada akhirnya dapat diketahui pula dengan pasti biaya yang harus
dikeluarkan.

Pada sandaran kanan dibatasi oleh punggungan bukit sekitar elevasi


+ 250m membujur barat – timur , dimana di bagian barat atau bawah
perbukitan ini sudah merupakan lembah K. Cawet. Dari pemboran
terdahulu di lokasi DHB-7 (100 m; El. + 222,6 m) yang dilaksanakan
PT Wiratman tahun 1983, maka di bagian atas pada elevasi + 210 ke
atas terdiri breksi volkanik dengan matrik pasir tufaan yang tersemen
kurang baik mempunyai angka koefisien permeabilitas sekitar 10-4
cm/detik. Sedang di bawah elevasi + 210 m berupa breksi volkanik
yang relatip keras kompak dan kedap dengan koefisien permeabilitas
antara 10-4 sampai 10-4 cm/detik. Bila ketinggian maksimum air
waduk mencapai sekitar + 230 m maka dikuatirkan pada bagian atas
mulai el. + 210 ke atas terjadi bocoran air waduk yang masuk ke
lembah K. Cawet. Juga ditinjau ditinjau dari titik bor B-4 (el. + 237
m )dan B-5 (el.+ 230,1 m) masing-masing dibor 45 m menunjukkan
bahwa di atas elevasi + 210 m nilai Lu > 8 atau mempunyai angka
koefisien permeabilitas sekitar 10-4 cm/detik, untuk mengatasi
kemungkinan adanya bocoran di daerah ini di atas elevasi +210
sampai +230 m. Cara grouting di daerah ini akan kurang efektif
karena jenis batuannya relatip kurang terkonsolidasi dengan baik
(soils), akan mengalami kesulitan dalam pemasangan packer pada
lubang bor yang akan di grouting. Khusus didaerah ini perlu
dilaksanakan tambahan investigasi dan perencanaan yang lebih
seksama lagi, untuk mengatasi kemungkinan bocoran tersebut.

2.3.2 Bendung Pengelak

II - 11 PT. Indra Karya Cabang-1 Malang


Detail Desain Bendungan Bendo Laporan Akhir

Dari Gambar 2.6 Profil Geologi Cofferdam (hulu) nampak bahwa


dari pemboran B-13 yang dilaksanakan pada sandaran kiri terdiri dari
batuan breksi volkanik yang relatip keras kompak dan kedap dengan
nilai lugeon Lu < 10. Jadi pada bagian ini relatip tidak ada masalah.

Tetapi di bagian tengah terdapat endapan sungai K. Ngindeng terdiri


campuran pasir – kerikil – gravel – cobel dan bolder yang relatip
porous . Dari pemboran B-14 endapan sungai dijumpai sampai 10.7
m ketebalannya, mempunyai angka koefisien permeabilitas sekitar
k = 10-3 cm/detik. Bagian ini tidak perlu dibuang seluruhnya tetapi
cukup dibuang sebagian dan memasang semacam tirai “bentonite
cncrete wall “ sampai dengan permukaan pondasi breksi volkanik
yang keras yaitu sampai dengan kedalaman 10.7 m di bawah dasar
sungai sekarang “existing river base”. Hal ini dimaksudkan untuk
mengatasi atau menghadang rembesan air lewat dasar sungai
(endapan sungai) yang porous dan tebal, sehingga waktu penggalian
dan pengerjaan bagian tubuh bendungan utama tidak mendapatkan
gangguan aliran dan rembesan air dari K. Ngindeng . Endapan
sungai yang dibuang dapat diseleksi untuk bahan pasir filter dan
beton, bolder dan cobel yang besar-besar dapat dimanfaatkan untuk
bahan timbunan batu. Kemudian di atas tirai “bentonite concrete
wall” pada cofferdam hulu , selanjutnya diteruskan dengan
penimbunan bahan “random fill” yang diperoleh dari galian sandaran
kanan terdiri campuran lempung dan gravels sebagai hasil pelapukan
batuan breksi volkanik.

Pada sandaran kanan “cofferdam” bagian hulu berdasarkan hasil


pemboran B-15, terdiri satuan batuan “decomposed volcanic
breccia” atau breksi volkanik lapuk, umumnya terdiri campuran
lempung – gravels (dan beberapa bolder ) yang relatip bersifat
lempungan, dengan ketebalan sekitar 12.8 m, dan mempunyai angka
koefisien permeabilitas sekitar 10-4 cm/detik.

Sedang pada cofferdam bagian hilir dari Gambar 2.7 Profil Geologi
Cofferdam (hilir)nampak bahwa berdasarkan pemboran BB-2 (50 m)
semuanya terdiri breksi volkanik yang keras dan kompak dengan
nilai Lu umumnya relatip kecil .Adapun pada sandaran kanan
cofferdam bagian hilir, dari pemboran DHB-3 terdiri breksi volkanik
lapuk, ketebalannya lebih tipis dibandingkan sandaran kanan
cofferdam bagian hulu yaitu sekitar 2.5 m. Dibagian tengah terdiri
endapan sungai lepas, melalui pemboran B-16 m diketahui
ketebalannya mencapai 7m.

II - 12 PT. Indra Karya Cabang-1 Malang


Detail Desain Bendungan Bendo Laporan Akhir

2.3.3 Terowong Pengelak


Dari Gambar 2.8 dan Gambar 2.9 terowong pengelak yang terletak
pada tebing kiri K. Ngindeng, akan menembus batuan breksi
volkanik dengan penyebaran nilai lugeon yang relatip kedap
umumnya Lu < 10.

Batuannya terdiri breksi volkanik yang relatip lebih kompak dan


kedap dengan nilai lugeon umumnya Lu < 5, beberapa saja yang
Lu > 5. Hanya di bagian hulu saja pada jalur ini yang berdekatan
dengan K. Ngindeng, terdiri batuan koluvial campuran lempung dan
gravel bolder sekitar 120 m panjangnya, dibuat dengan saluran
terbuka.

Kekuatiran terowong pengelak yang diletakkan pada sandaran kiri


hanya dugaan melalui peta geologi regional adanya sesar geser
menerus dari barat laut ke tenggara sampai ke depan rencana
bendungan di sandaran kiri. Di permukaan tanah pada sandaran kiri
sama sekali tidak dijumpai tanda-tanda adanya sesar. Kalau memang
ada sesar, tentunya termasuk tipe yang sudah tidak aktip lagi atau
pasip. Dari hasil pemboran yang tersebar banyak sekali di daerah ini,
6 titik sepanjang jalur rencana terowong (B-11, BB-1, MB-1, B-17
miring 45 derajat, dan B-18), kemudian titik-titik pemboran di
sekitarnya (BB-12, BB-11, B-1, DHB4 ; dll), semuanya tidak ada
tanda-tanda yang pasti menunjukkan adanya sesar di daerah ini.
Kondisi batuan di daerah ini relatip bagus, dengan RQD umumnya di
atas 60 %, mempunyai nilai Lu umumnya di bawah 10 atau relatip
kedap, dan klas batuan termasuk CM.Tanda sesar berupa breksiasi,
milonitisasi dan cermin sesar baru dijumpai di baratlaut G.
Bayangkaki. Dengan demikian dugaan sesar tersebut hanya terjadi
sampai di kaki G. Bayangkaki sebelah baratlaut saja, dipastikan tidak
menerus sampai dengan sebelah kiri K. Ngindeng yang berdekatan
dengan sandaran kiri rencana Bendungan Bendo. Dengan demikian
keberadaan sesar tersebut tidak mengganggu keamanan dan stabilitas
pada terowong pengelak.

2.3.4 Pelimpah (“Spillway”)


Saluran pelimpah (“spillway”) terletak pada tebing sebelah kiri atau
barat rencana Bendungan Bendo. Dari Gambar 2.6 dan Gambar 2.7
spillway nampak bahwa sebagian besar terdiri batuan breksi
volkanik yang segar, keras dan kompak sekali. Hanya di bagian
tengah saja, berdasarkan pemboran B-11 dijumpai breksi volkanik
yang sudah lapuk menjadi tanah di permukaan sampai kedalaman 7.5
m. Dengan demikian bagian ini perlu dikupas, agar pondasi spillway
bisa diletakkan di atas breksi volkanik yang segar dan kompak
sekali.

II - 13 PT. Indra Karya Cabang-1 Malang


Detail Desain Bendungan Bendo Laporan Akhir

Perlindungan tebing sungai perlu diberikan pada tebing kanan K.


Ngindeng di bagian “out-let spillway”, untuk menghindari gerusan
tebing sungai dan pelongsoran dari aliran air yang keluar dari
spillway .karena batuan breksi di daerah ini kurang begitu kompak
sekali.

2.3.5 Waduk (“Reservoir Area”)


Dilihat dari Gambar 2.10 Peta Geologi Daerah Genangan, maka
hampir semuanya terdiri dari batuan breksi volkanik yang relatip
tahan terhadap erosi, dan membentuk morfologi perbukitan terjal di
sekitar daerah genangan. Hanya sedikit saja di dekat lembah sungai
K. Ngindeng terdapat endapan kolovial sebagai bahan hasil
rombakan batuan. Dengan demikian ditinjau dari kandungan
batuannya , maka daerah rencana genangan di daerah ini cukup aman
terhadap bahaya pelongsoran akibat genangan waduk.

2.4. MATERIAL KONSTRUKSI

Secara umum maka lokasi rencana material bahan bangunan untuk


Bendungan Bendo dapat diperinci sebagai berikut :
(1) Lokasi Borrow Area (Timbunan Tanah)
(2) Lokasi Material Random
(3) Lokasi Material Timbunan Batu
(4) Lokasi Material Rip – Rap.
(5) Lokasi Pasir Filter
(6) Lokasi Pasir Beton
(7) Lokasi Agregat Kasar

Adapun lokasi tersebut di atas, serta lokasi pemboran dan test pit yang
dilaksanakan selama investigasi sekarang dan terdahulu dapat dilihat pada
Gambar 2.11 Peta Lokasi Titik Bor dan Test Pit (Lokasi Material Bahan
Bangunan).

2.4.1 Bahan Material Inti


Ada beberapa alternatif lokasi borrow area bahan material untuk inti
timbunan tanah yang telah diselidiki mulai penyelidikan terdahulu
sampai sekarang antara lain :
- Borrow area Bondrang
- Borrow area Ngindeng 1 Telah diselidiki pada
- Borrow area Centong penyelidikan terdahulu
- Borrow area Bendo
- Borrow area Ngindeng 2 Diusulkan untuk dipergunakan
- Borrow area Nglegaran
- Borrow area Kleco Sebagai alternatif kalau ada
kekurangan

II - 14 PT. Indra Karya Cabang-1 Malang


Detail Desain Bendungan Bendo Laporan Akhir

1. Borrow area Ngindeng 2

Lokasi ini terletak sekitar 2.5 km sebelah selatan rencana Bendungan


Bendo. Daerahnya berupa hutan kayu putih milik Perum Perhutani,
bisa dilalui kendaraan truck melewati jalan diperkeras batu selebar 3
m dari Sawo ke Bendo dan melintasi lokasi ini.

Berdasarkan hasil pengujian sumur uji sejumlah 4 titik yang telah


dilaksanakan PT Indra Karya 2004 (TP-3; TP-4; TP-5;TP-6), terdiri
material lempung coklat, plastisitas menengah, beberapa dijumpai
fragmen breksi 2cm. Di daerah yang berdekatan dengan jalan
perkerasan batu ketebalan material tanah sekitar 1.1 m, tetapi
semakin ke arah timur maka ketebalannya bisa di atas 2 m bahkan
pada TP-4 mencapai 3m lebih.

Penyebarannya sekitar 500 m x 600 m, dengan ketebalan rata-rata


2m maka cadangan tanah yang tersedia sekitar 600 ribu meter kubik.
Cadangan tanah ini bisa lebih besar lagi, karena ke arah barat
maupun ke arah selatan lapisan tanahnya masih sama dan bisa
dimanfaatkan pula untuk material tambahan timbunan tanah kalau
kekurangan.

Ringkasan hasil pengujian laboratorium material tanah setelah


dilakukan uji kepadatan 95% dapat dirangkum sebagai berikut :

- Natural Water Content 33.76 - 37.05 %


- Specific Gravity 2.619 - 2.659
- Wet density 1.616 - 1.655 ton/m3
- Saturated density
- Gradasi Butiran
* Gravel 13.73 - 25.99 %
* Sand 1.39 - 13.16 %
* Silt 13.07 - 18.90 %
* Clay 60.50 - 52.0 %
- Liquid Limit LL (%) 65.31 - 98.12 %
- Plastic Limit PL (%) 35.2 - 39.06 %
- Plasticity Index PI (%) 28.3 - 59.97 %
- Permeability k (cm/detik) 2.532E-08 4.947E-08
- Internal Friction Angle
Direct Shear (UU) 12.55 - 17.23 derajat
(CU) Total 13.45 - 17.24 derajat
(CU) Efektif 15.45 - 19.11 derajat
(CD) Efektif 18.10 derajat
- Cohesion
Direct Shear (UU) 0.445 - 0.904 kg/ cm2
(CU) Total 0.378 - 0.732 kg/cm2
(CU) Efektif 0.369 - 0.727 kg/cm2
(CD) Efektif 0.371 kg/cm2

II - 15 PT. Indra Karya Cabang-1 Malang


Detail Desain Bendungan Bendo Laporan Akhir

Consolidation
Compression index Cc: 0.346 - 0.367
Coef.of Consol. Cv 1.650 x 10-2 - 2.720 x 10-2 cm/sec
Coef.of vol.comp mv 2.350 x 10-5 - 4.100 x 10-5 cm2/gr
Uji Kepadatan
OMC 33.40 - 38.05 %
Dry unit weight (optimimum) 1.232 - 1.290 ton/m3

Material ini disarankan sebagai lokasi prioritas untuk lokasi borrow


area timbunan inti tanah lempung pada Bendungan Bendo.

2. Borrow area Nglegaran Dan Kleco

Borrow area Nglegaran dan Kleco letaknya berdampingan, berupa


persawahan penduduk dan berada sekitar 5.5 km sebelah selatan
rencana Bendungan Bendo.Jalan diperkeras batu sekitar 3 m
lebarnya juga sudah tersedia antara Sawo – Bendo dan melintasi
lokasi ini.

Dari sumuran uji di Nlegaran TP-1, TP-2, TP-3 (Wiratman 1983) dan
IKA-B1 (Ika Adya 2003) dan di Kleco TP-4, TP-5 (Wiratman 1983)
maka umumnya lapisan lempung dijumpai melimpah sampai
kedalaman lebih dari 2 m di bawah muka tanah. Penyebarannya
cukup luas sekitar 500 m x 1 km, bila ketebalannya dibatasi 2 m
maka cadangan material yang tersedia lebih dari 1 juta meter kubik.

Ringkasan hasil pengujian laboratorium material tanah setelah


dilakukan uji kepadatan 95% dari sumuran uji IKA – B1 (Ika Adya
2003) dapat dirangkum sebagai berikut :

- Natural Water Content 39.44 %


- Specific Gravity 2.607
- Gradasi Butiran
* Gravel 0.1 %
* Sand 12.2 %
* Silt 20.2 %
* Clay 67.5 %
- Liquid Limit LL (%) 85.79 %
- Plastic Limit PL (%) 33.64 %
- Plasticity Index PI (%) 47.15 %
- Permeability k (cm/detik) 5.31E-07
- Internal Friction Angle
Direct Shear (UU) 17.58 derajat
(CU) Total 14.49 derajat
(CU) Efektif 12.08 derajat
- Cohesion 14.02 derajat
Direct Shear (UU) 0.470 kg/ cm2
(CU) Total 0.596 kg/cm2

II - 16 PT. Indra Karya Cabang-1 Malang


Detail Desain Bendungan Bendo Laporan Akhir

(CU) Efektif 0.644 kg/cm2


- Consolidation 0.634 kg/cm2
Compression index Cc: 0.366
Coef.of Consol. Cv 1.30 x 10-2 cm/sec
Coef.of vol.comp mv 2.70 x 10-5 cm2/gr
- Uji Kepadatan
OMC 33.40 - 38.05 %
Dry unit weight (optimimum) 1.232 - 1.290 ton/m3

Material ini sebetulnya cukup bagus untuk timbunan tanah dan


dijumpai dengan cadangan melimpah sekali. Tetapi karena lokasinya
yang jauh sekali (5.5 km dari Bendungan Bendo), maka lokasi ini
disarankan hanya sebagai lokasi alternatif atau jaga-jaga kalau terjadi
kekurangan pada lokasi Borrow Area Ngindeng.

2.4.2 Bahan Material Pasir Filter

Material pasir filter dapat diperoleh dari K. Ngindeng atau K. Sawo


(sekitar 5.5 km sebelah selatan Bendungan Bendo).

Endapan sungai pada K. Ngindeng umumnya terdiri campuran pasir


(maksimum 1 cm) – kerikil (ukuran 1 sampai 10 cm) – batu (ukuran
10cm sampai 2 m rata-rata 40 cm) dengan prosentase kira-kira
adalah 20% : 40% : 40%. Bila penyebaran material di K. Ngindeng
3 km x 40 m x 5 m totalnya adalah 600 ribu meter kubik, maka
khusus cadangan pasir ada 120 ribu meter kubik. Cadangan ini
tentunya masih bisa lebih besar lagi mengingat ketebalan endapan
sungai K. Ngindeng bisa mencapai 10.7 m di daerah cofferdam saja.

Cadangan pasir dari K. Ngindeng memang relatip kecil, kekurangan


pasir filter dapat diperoleh dari K. Sawo atau K. Blimbing , terdiri
endapan sungai dengan perkiraan prosentase pasir (maksimum 1
cm):kerikil (1 sampai 10 cm): batu (10 cm sampai 50 cm rata-rata 20
cm) adalah 40 % : 30 % : 30 %. Bila penyebarannya sekitar 2.5 km
x 15 m x 4 m maka total cadangan material ada 150 ribu meter
kubik, dan khusus cadangan pasir ada 60 ribu meter kubik. Cadangan
pasir ini tentunya masih bisa lebih besar lagi mengingat panjang
sungainya lebih dari 2.5 km sebagai jebakan pasir sungai. Jadi total
cadangan pasir filter yang tersedia total lebih dari 180 ribu meter
kubik.

Kandungan partikel yang lolos ayakan no. 200 dari pengujian


laboratorium antara 1.14% sampai 2.69% disyaratkan pada
Pedoman Kriteria Umum Desain Bendungan (Maret 2003) harus
lebih kecil dari 5% sudah terpenuhi.

Hasil pengujian selengkapnya pasir filter dari K. Sawo adalah


sebagai berikut :

II - 17 PT. Indra Karya Cabang-1 Malang


Detail Desain Bendungan Bendo Laporan Akhir

- Density : max 1.738 gr/cm3 ; min 1.519 gr/cm3


- Permeabilitas 70% RD (1.667 gr/cm3) adalah 4.215E-03
cm/detik

Analisa batasan filter halus dengan timbunan inti lempung dapat


dilihat pada Gambar 2.12 Analisa Batasan Filter Halus.

2.4.3 Bahan Material Random

Material random dapat diperoleh dari hasil galian pondasi


bendungan, spillway, dan pengelak, sedang kekurangannya dapat
diperoleh dari tebing sungai K. Ngindeng sebelah kiri atau kanan.
Secara umum maka daerah di sekitar dam site terdiri dari breksi
volkanik dimana fragmen andesit umumnya tersemen kurang
kompak pada matrik sandy tuff.dengan butiran relatif halus (pada
tebing K. Ngindeng bagian kanan) dan berbutir halus sampai kasar di
sebelah kiri K. Ngindeng. Bila digali dengan alat berat biasa
(excavator dan bulldozer) mungkin masih agak kesulitan, harus
dibantu dengan bahan peledak. Akibatnya matrik akan hancur, tetapi
fragmen yang umumnya andesit akan lepas. Butiran fragmen yang
berukuran lebih besar 40 cm dipisahkan untuk tambahan material
timbunan batu ataupun untuk rip-rap, sedang sisanya untuk material
random. Bahan semacam ini dijumpai sangat melimpah di sekitar K,
Ngindeng, Dari lokasi quarry Bendo yang terletak di sebelah kiri K.
Ngindeng sekitar 500 m dari rencana Bendungan Bendo,
mempunyai penyebaran lebih dari 1 km x 300 m x 10 m sehingga
cadangannya lebih dari 1,5 juta meter kubik. Bila kandungan matrix
sebesar 70%, maka bahan material random yang tersedia lebih dari
2.1 juta meter kubik.

2.4.4 Bahan Material Batu

Bahan material batu untuk material timbunan batu dan rip-rap dapat
diperoleh dari beberapa cara antara lain :
- Memanfaatkan fragmen andesit yang berukuran besar ( > 40 cm)
hasil galian material random. Tetapi cadangan material batu
dengan cara ini tentunya tidak besar diperkirakan hanya sekitar
100 ribu meter kubik.
- Memanfaatkan butiran batu umumnya andesit, dari endapan sungai
K. Ngindeng yang berukuran .antara 10 sampai 40 cm
cadangannya diperkirakan ada 240 ribu meter kubik.
- Kekurangannya dapat diperoleh dari Quarry Bondrang. Terletak
3,5 km sebelah barat Bendungan Bendo, memanfaatkan fragmen
andesit abu-abu keras 5 sampai 50 cm dari lapisan konglomerat
yang tersemen kurang baik pada matrik pasir tufaan. Dengan
penyebaran sekitar 1 km x 400 m dan ketebalannya 10 m (titik bor
Q-1 dan Q2 oleh PT Multimera Harapan – 1995) serta prosentase
batu ukuran 30 sampai 40 cm sebesar 40% maka cadangannya

II - 18 PT. Indra Karya Cabang-1 Malang


Detail Desain Bendungan Bendo Laporan Akhir

diperkirakan mencapai 1.6 juta m3. Areal ini masih bisa


berkembang lagi karena lapisan batuan konglomerat ini masih terus
melampar pada elevasi yang sama di daerah ini. Jadi cadangan
material untuk timbunan batu secara total ada 1.94 juta meter
kubik.

Material untuk timbunan batu ini umumnya terdiri dari andesit, keras
sampai sangat keras dengan hasil pengujian pada batu andesit
endapan sungai di K. Ngindeng yang dilaksanakan PT Ika Adya
tahun 2003 adalah sebagai berikut :
-
Kuat tekan batuan > 700 kg/ cm2 yaitu sebesar 721 kg/cm2
-
Specific Gravity > 2.5 yaitu sebesar 2.760

Berdasarkan perkiraan dari Panduan Perencanaan Bendungan urugan


(1999), maka diperkirakan kondisi timbunan batu dengan material
tersebut di atas akan mempunyai angka internal friction angle sekitar
420.

2.4.5 Bahan Material Beton

Material untuk beton terdiri dua macam yaitu pasir beton dan agregat
kasar . Masing-masing dapat diperoleh dari endapan sungai di K.
Ngindeng dan K. Sawo (Blimbing).

Bersama-sama dengan pasir filter maka total cadangan pasir yang


bisa dimanfaatkan dari K. Ngindeng dan K. Sawo adalah 33 ribu
meter kubik. Kekurangannya dapat dilakukan dengan pemecahan
gravel (“crushing”) dari endapan sungai K, Ngindeng atau K. Sawo.

Adapun kebutuhan agregat kasar (gravel) untuk beton juga dapat


dipenuhi dari lokasi K. Ngindeng dan K, Sawo dengan perkiraan
total cadangan gravel (1 sampai 10 cm) diperkirakan lebih dari 43.5
ribu meter kubik.

Hasil pengujian pasir beton yang diperoleh dari K. Sawo


menunjukkan hasil yang baik bisa dipergunakan untuk bahan pasir
beton menurut JIS sebagai berikut :
- Specific Gravity (saturated surface dry condition) > 2.5 yaitu
antara 2.519 sampai 2.525
- Soundness < 10 % yaitu antara 8.32 % sampai 8.34 %
- Decantation < 5 % yaitu antara 3.8 % sampai 3.9 %
- Alkaly Reactivity (RC) 466.3 mmol/l
(SC) 26.6 mmol/l, termasuk jenis
“aggregate considered innocuous” yang tidak rusak oleh bahan
alkali yang terkandung di dalam semen.

II - 19 PT. Indra Karya Cabang-1 Malang


Detail Desain Bendungan Bendo Laporan Akhir

Hasil pengujian agregat kasar (gravel) yang diperoleh dari K. Sawo


(Blimbing) menunjukkan hasil yang baik bisa dipergunakan untuk
bahan agregat beton menurut JIS sebagai berikut :
- Specific gravity (saturated surface dry condition) > 2.5 yaitu
sebesar 2.650
- Abrasion (Los Angeles) < 40 % yaitu sebesar 21.01 %

Hasil pengujian agregat kasar (gravel) yang diperoleh dari K.


Nginseng atau K. Keyang menunjukkan hasil yang baik bisa
dipergunakan untuk bahan agregat beton menurut JIS sebagai
berikut:
- Specific gravity (saturated surface dry condition) > 2.5 yaitu
sebesar 2.663
- Abrasion (Los Angeles) < 40 % yaitu sebesar 20.28 %

II - 20 PT. Indra Karya Cabang-1 Malang

Anda mungkin juga menyukai