Anda di halaman 1dari 15

PRATIKUM CURAH HUJAN BULAN JANUARI TAHUN 2021

KOTA BANDAR LAMPUNG

Nama: Masleni warga negara


NPM: (2020110023)
Nama: Juli setiawan
NPM: (2020110024)
Nama: M yayan zehran
NPM: (2020110022)

JURUSAN D3 BUDIDAYA PERIKANAN


PRASETYA MANDIRI GROUP LAMPUNG
2020

1
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN 3
1.1 Latar Belakang 3
1.2 Tujuan 4

BAB II METODOLOGI 5
2.1 Metode Pengukuran Curah Hujan 5
2.2 Perhitungan Curah Hujan Wilayah 7

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 10


3.1 Hasil Pengukur Curah Hujan 10
3.2 Jenis-Jenis Hujan Berdasarkan Besarnya Curah Hujan (Definisi BMKG) 10
3.3 Jenis-jenis hujan berdasarkan ukuran butirnya 10
3.4 Jenis-Jenis Hujan 11
3.5 Pembahasan Curah Hujan 12

BAB IV PENUTUP 14
4.1 Kesimpulan 14

DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Praktikum merupakan suatu pembelajaran dengan mahasiswa melakukan percobaan
dengan mengalami sendiri sesuatu yang dipelajari. Praktikum memiliki kelebihan tersendiri
dengan metode pembelajaran yang lainnya, yaitu: mahasiswa langsung memperoleh
pengalaman dan keterampilan dalam melakukan praktikum, mempertinggi partisipasi
mahasiswa baik secara individu maupun kelompok, mahasiswa belajar berfikir melalui
prinsip-prinsip metode ilmiah atau belajar mempratekkan prosedur kerja berdasarkan metode
ilmiah (Djamarah, 2010).

Pada Pratikum ini mahasiswa melakukan penjelasan tentang pengukur curah hujan
dalam mata kuliah Klimatalogi. Klimatologi adalah ilmu yang mencari gambaran dan
penjelasan sifat iklim, mengapa iklim di berbagai tempat di bumi berbeda , dan bagaimana
kaitan antara iklim dan dengan aktivitas manusia. Karena klimatologi memerlukan
interpretasi dari data2 yang banyak dehingga memerlukan statistik dalam pengerjaannya,
orang2 sering juga mengatakan klimatologi sebagai meteorologi statistik (Tjasyono, 2004).

Sejak tahun 1980an para pemerhati dan peneliti meteorologi meyakini bahwa akan
terjadi beberapa penyimpangan iklim global, baik secara spatial maupun temporal, seperti
peningkatan temperatur udara, evaporasi dan curah hujan. Menjadi hal sangat krusial
mengetahui besaran anomali curah hujan yang akan terjadi pada masa datang di wilayah
Indonesia dalam skala global menggunakan model prakiraan iklim yang dikembangkan
berdasarkan keterkaitan proses antara atmosfer, laut, dan kutub dengan memperhatikan
evolusi yang proporsional dari peningkatan konsentrasi CO2 di trophosfer.

Penelitian desk studi simulasi zonasi curah hujan untuk periode 2020 dan periode
2021 beserta anomalinya terutama untuk musim hujan (JANUARI) dilaksanakan pada tahun
2021. Anomali zonasi curah hujan merupakan selisih kejadian hujan (mm) pada periode
inisial (2020) dengan periode berikutnya (2021-2022), dengan menggunkan model ARPEGE
(Action de Recherche Petite Echelle Grande Echelle) Climat versi 3.0. Besaran curah hujan
yang ditampilkan merupakan keadaan curah hujan rata-rata bulanan pada kedua periode

3
tersebut. Selain itu, dianalisis zonasi temperatur maksimal dan temperatur minimal untuk
ketinggian 2 m di atas permukaan tanah dan evaporasi (mm). Untuk melihat perubahan
frekuensi kejadian hujan sepanjang awal bulan sampai akhir bulan januari pada kondisi
lapang, dilakukan analisis frekuensi untuk parameter curah hujan dan temperatur.

1.2 Tujuan
Tujuan dari Praktikum adalah:
 Mahasiswa mengetahui cara menentukan curah hujan disuatu wilayah.
 Mahasiswa mengetahui perhitungan pengukur curah hujan.
 Mahasiswa Memenuhi kebutuhan informasi yang diperlukan berkenaan
dengan pelaksanaan Praktikum pengukur curah hujan dalam mata kuliah
Klimatalog.

4
BAB II
METODOLOGI

2.1 Metode Pengukuran Curah Hujan


Salah satu metode yang umum digunakan untuk memperkirakan laju aliran puncak
(debit banjir atau debit rencana) yaitu Metode Rasional USSCS (1973). Metode ini digunakan
untuk daerah yang luas pengalirannya kurang dari 300 ha (Goldman et.al.,1986, dalam
Suripin,2004). Metode Rasional dikembangkan berdasarkan asumsi bahwa curah hujan yang
terjadi mempunyai intensitas seragam dan merata di seluruh daerah pengaliran selama paling
sedikit sama dengan waktu konsentrasi (tc). Persamaan matematik Metode Rasional adalah
sebagai berikut :
Q=0,278.C.I.A
dimana :
Q : Debit (m³/detik)
0,278 : Konstanta, digunakan jika satuan luas daerah menggunakan km²
C : Koefisien aliran
I : Intensitas curah hujan selama waktu konsentrasi (mm/jam)
A : Luas daerah aliran (km²)

Di wilayah perkotaan, luas daerah pengaliran pada umumnya terdiri dari beberapa
daerah yang mempunyai karakteristik permukaan tanah yang berbeda (subarea), sehingga
koefisien pengaliran untuk masing-masing subarea nilainya berbeda, dan untuk menentukan
koefisien pengaliran pada wilayah tersebut dilakukan penggabungan dari masing-masing
subarea. Variabel luas subarea dinyatakan dengan Aj dan koefisien pengaliran dari tiap
subarea dinyatakan dengan Cj, maka untuk menentukan debit digunakan rumus sebagai
berikut :
dimana :
Q : Debit (m³/detik)
Cj : Koefisien aliran subarea
I : Intensitas curah hujan selama waktu konsentrasi (mm/jam)
Aj : Luas daerah subarea (km²)

5
Biasanya dalam perencanaan bangunan pengairan (misalnya drainase), debit rencana
sangat diperlukan untuk mengetahui kapasitas yang seharusnya dapat ditampung oleh sebuah
drainase, agar semua debit air dapat ditampung dan teralirkan. Oke kita masuk ke intinya,
metode yang biasa digunakan dalam perhitungan intensitas curah hujan adalah sebagai
berikut:

A. Metode Mononobe
2
R ₂₄ 24
I=
24 t ( ) 3

dimana :
I : Intensitas curah hujan (mm/jam)
t : Lamanya curah hujan / durasi curah hujan (jam)
R ₂₄ : Curah hujan rencana dalam suatu periode ulang, yang nilainya didapat dari tahapan
sebelumnya (tahapan analisis frekuensi).
Keterangan :
R ₂₄ , dapat diartikan sebagai curah hujan dalam 24 jam (mm/hari)
Contoh kasusnya seperti ini, jika anda ingin mengetahui intensitas curah hujan dari data curah
hujan harian selama 5 menit, pengerjaannya adalah sebagai berikut (jika diketahui curah
hujan selama satu hari bernilai 56 mm/hari).

2
R ₂₄ 24
I=
24 t ( ) 3

56 24 23
I ₂=
( )
24 5 = 101,76 mm/jam
60
Keterangan:
Ubah satuan waktu dari menit menjadi jam. Contoh durasi selama 5 menit menjadi durasi
selama 5/60 atau selama 0,833 jam.

6
B. Metode Van Breen
Berdasarkan penelitian Ir. Van Breen di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa, curah hujan
terkonsentrasi selama 4 jam dengan jumlah curah hujan sebesar 90% dari jumlah curah hujan
selama 24 jam (Anonim dalam Melinda, 2007). Perhitungan intensitas curah hujan dengan
menggunakan Metode Van Breen adalah sebagai berikut :

54 RT + 0,07 RT ²
I T=
t c +0,3 RT

dimana :
IT : Intensitas curah hujan pada suatu periode ulang (T tahun)
RT : Tinggi curah hujan pada periode ulang T tahun (mm/hari)

Oke, dengan nilai yang sama dengan nilai yang digunakan dalam Metode Mononobe, maka
perhitungan intensitas curah hujan dengan Metode Van Breen, menghasilkan nilai sebagai
berikut :

54 RT + 0,07 RT ²
I T=
t c +0,3 RT

I T =(54 x 56)+¿ ¿ ¿= 148,78 mm/Jam

ternyata nilai intensitas curah hujan selama 5 menit dengan nilai curah hujan harian mencapai
56 mm/hari dengan menggunakan Metode Van Breen, nilainya lebih besar dibandingkan
dengan perhitungan intensitas curah hujan menggunakan Metode Mononobe.

2.2 Perhitungan Curah Hujan Wilayah


Data curah hujan dan debit merupakan data yang sangat penting dalam perencanaan
waduk. Analisis data hujan dimaksudkan untuk mendapatkan besaran curah hujan. Perlunya
menghitung curah hujan wilayah adalah untuk penyusunan suatu rancangan pemanfaatan air
dan rancangan pengendalian banjir (Sosrodarsono & Takeda, 1977). Metode yang digunakan
dalam perhitungan curah hujan rata-rata wilayah daerah aliran sungai (DAS) ada tiga metode,

7
yaitu metode rata-rata aritmatik (aljabar), metode poligon Thiessen dan metode Isohyet
(Loebis, 1987).

1. Metode rata-rata aritmatik (aljabar)


Metode ini paling sederhana, pengukuran yang dilakukan di beberapa stasiun dalam
waktu yang bersamaan dijumlahkan dan kemudian dibagi jumlah stasiun. Stasiun hujan yang
digunakan dalam hitungan adalah yang berada dalam DAS, tetapi stasiun di luar DAS
tangkapan yang masih berdekatan juga bisa diperhitungkan. Metode rata-rata aljabar
memberikan hasil yang baik apabila :
• Stasiun hujan tersebar secara merata di DAS.
• Distribusi hujan relatif merata pada seluruh DAS
Rumus
1
P= ¿
n
Dengan
P = Curah hujan daerah (mm)
n = Jumlah titik-titik (stasiun-stasiun) pengamat hujan
P1, P2,…, Pn = Curah hujan di tiap titik pengamatan

2. Metode Poligon Thiessen


Metode ini memperhitungkan bobot dari masing-masing stasiun yang mewakili luasan
di sekitarnya. Pada suatu luasan di dalam DAS dianggap bahwa hujan adalah sama dengan
yang terjadi pada stasiun yang terdekat, sehingga hujan yang tercatat pada suatu stasiun
mewakili luasan tersebut. Metode ini digunakan apabila penyebaran stasiun hujan di daerah
yang ditinjau tidak merata, pada metode ini stasium hujan minimal yang digunakan untuk
perhitungan adalah tiga stasiun hujan. Hitungan curah hujan rata-rata dilakukan dengan
memperhitungkan daerah pengaruh dari tiap stasiun. Metode poligon Thiessen banyak
digunakan untuk menghitung hujan rata-rata kawasan. Poligon Thiessen adalah tetap untuk
suatu jaringan stasiun hujan tertentu. Apabila terdapat perubahan jaringan stasiun hujan
seperti pemindahan atau penambahan stasiun, maka harus dibuat lagi poligon yang baru.
(Triatmodjo, 2008).

8
Rumus

A1 P1+ A 2 P2 +…+ A n Pn
P=
A 1+ A 2+ …+ A n
Dengan
P = Rata rata curah hujan wilayah (mm)
P1,P2,...Pn = curah hujan masing masing stasiun (mm)
A1,A2,...An = luas pengaruh masing masing stasiun(km²)

3. Metode Isohyet
Isohyet adalah garis yang menghubungkan titik-titik dengan kedalaman hujan yang
sama. Pada metode Isohyet, dianggap bahwa hujan pada suatu daerah di antara dua garis
Isohyet adalah merata dan sama dengan nilai rata-rata dari kedua garis Isohyet tersebut.
Metode Isohyet merupakan cara paling teliti untuk menghitung kedalaman hujan rata-rata di
suatu daerah, pada metode ini stasiun hujan harus banyak dan tersebar merata, metode
Isohyet membutuhkan pekerjaan dan perhatian yang lebih banyak dibanding dua metode
lainnya. (Triatmodjo, 2008).
Cara perhitungan metode ini adalah dengan menentukan dan membagi daerah-daerah
sepanjang DAS yang memiliki intensitas hujan yang sama. Besaran curah hujan antara
stasiun pertama dan kedua dijumlahkan dan dibagi dua, kemudian dikalikan dengan luas
DAS stasiun pertama yang dibagi dengan luas DAS total stasiun. Hasil tersebut ditambahkan
dengan hasil perhitungan selanjutnya dengan cara yang sama (stasiun 2 + 3 terhadap luas
DAS stasiun 2, dan seterusnya saling berkaitan antar stasiun). Sehingga, didapatkan hasil
rata-rata curah hujan pada daerah aliran sungai.

9
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Pengukur Curah Hujan


Berdasarkan BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika) menerangkan
untuk kawasan Kota Bandar Lampung yang minggu- minggu ini dalam bulan Januari relatif
Hujan merata melalui laman https://www.bmkg.go.id/cuaca/.

No Hari, Tanggal KONVERSI CURAH AIR Keterangan


(mm)
1 SELASA, 26 JANUARI 2021 96 mm Hujan Sedang
2 RABU, 27 JANUARI 2021 134 mm Hujan Lebat
3 KAMIS, 28 JANUARI 2021 16 mm Hujan Ringan
4 JUMAT, 29 JANUARI 2021 45 mm Hujan Sedang
5 SABTU, 30 JANUARI 2021 13 mm Hujan Ringan
6 MINGGU, 31 JANUARI 2021 118 mm Hujan Lebat

3.2 Jenis-Jenis Hujan Berdasarkan Besarnya Curah Hujan (Definisi BMKG)


 Hujan sedang, 20 – 50 mm per hari
 Hujan lebat, 50-100 mm per hari
 Hujan sangat lebat, di atas 100 mm per hari.

3.3 Jenis-jenis hujan berdasarkan ukuran butirnya


 Hujan gerimis / drizzle, diameter butirannya kurang dari 0,5 mm
 Hujan salju, terdiri dari kristal-kristal es yang suhunya berada dibawah 0° Celsius
 Hujan batu es, curahan batu es yang turun dalam cuaca panas dari awan yang suhunya
dibawah 0°Celsius
 Hujan deras / rain, curahan air yang turun dari awan dengan suhu diatas 0° Celsius
dengan diameter ±7 mm.

3.4 Jenis-Jenis Hujan


 Hujan Orografis

10
Hujan orografis adalah hujan yang terjadi karena gerakan udara yang mengandung
uap air terhalang oleh pegunungan sehingga massa udara itu dipaksa naik ke lereng
pegunungan. Akibatnya suhu udara tersebut menjadi dingin. Sampai ketinggian tertentu
terjadi proses kondensasi dan terbentuklan awan. Selanjutnya terjadilah hujan yang
disebut hujan orografis.
 Hujan Konveksi (Zenithal)
Hujan konveksi terjadi karena udara yang mengandung uap air bergerak naik secara
vertikal (konveksi) karena pemanasan. Udara yang naik itu mengalami penurunan suhu,
sehingga pada ketinggian tertentu terjadi proses kondensasi dan pembentukan awan.
Setelah awan tersebut tidak mampu lagi menahan kumpulan titik-titik airnya, maka
terjadilah hujan konveksi (zenithal). Hujan konveksi banyak terjadi di daerah tropis yang
mempunyai intensitas penyinaran matahari yang selalu tinggi.
 Hujan Frontal
Hujan frontal adalah hujan yang terjadi karena adanya pertemuan antara massa udara
panas dengan massa udara dingin. Pada pertemuan udara panas dan dingin terjadilah
bidang front dimana terjadi kondensasi dan pembentukan awan. Udara yang panas selalu
berada di atas udara yang dingin. Hujan frontal biasanya terjadi di daerah lintang sedang
atau pertengahan.
 Hujan Siklon Tropis
Siklon tropis hanya dapat timbul didaerah tropis antara lintang 0°-10° lintang utara
dan selatan dan tidak berkaitan dengan front, karena siklon ini berkaitan dengan sistem
tekanan rendah. Siklon tropis dapat timbul dilautan yang panas, karena energi utamanya
diambil dari panas laten yang terkandung dari uap air. Siklon tropis akan mengakibatkan
cuaca yang buruk dan hujan yang lebat pada daerah yang dilaluinya.
 Hujan Buatan
Sering kali kebutuhan air tidak dapat dipenuhi dari hujan alami. Maka orang
menciptakan suatu teknik untuk menambah curah hujan dengan memberikan perlakuan
pada awan. Perlakuan ini dinamakan hujan buatan (rain-making), atau sering pula
dinamakan penyemaian awan (cloud-seeding).
Hujan buatan adalah usaha manusia untuk meningkatkan curah hujan yang turun
secara alami dengan mengubah proses fisika yang terjadi di dalam awan. Proses fisika
yang dapat diubah meliputi proses tumbukan dan penggabungan (collision dan
coalescense), proses pembentukan es (ice nucleation). Jadi jelas bahwa hujan buatan

11
sebenarnya tidak menciptakan sesuatu dari yang tidak ada. Untuk menerapkan usaha
hujan buatan diperlukan tersedianya awan yang mempunyai kandungan air yang cukup,
sehingga dapat terjadi hujan yang sampai ke tanah. Bahan yang dipakai dalam hujan
buatan dinamakan bahan semai.

3.5 Pembahasan Curah Hujan


1. Jenis Alat Pengukur Curah Hujan
Hingga saat ini terdapat beberapa cara untuk mengukur curah hujan, mulai dari cara
yang sederhana hingga cara yang kompleks. Masing-masing cara memiliki kelebihan dan
kekurangan sesuai dengan tingkat kesulitan dan ketelitian yang dihasilkan cara tersebut.
Presipitasi/hujan adalah suatu endapan dalam bentuk padat/cair hasil dari proses kondensasi
uap air di udara yang jatuh kepermukaan bumi Satuan ukur untuk presipitasi adalah Inch,
millimetres (volume/area), atau kg/m2 (mass/area) untuk precipitation bentuk cair. 1 mm
hujan artinya adalah ketinggian air hujan dalam radius 1 m2 adalah setinggi 1 mm, apabila air
hujan tersebut tidak mengalir, meresap atau menguap. Pengukuran curah hujan harian sedapat
mungkin dibaca/dilaporkan dalam skala ukur 0.2 mm (apabila memungkinkan menggunakan
resolusi 0.1 mm). Prinsip kerja alat pengukur curah hujan antara lain : pengukur curah hujan
biasa (observariaum) curah hujan yang jatuh diukur tiap hari dalam kurun waktu 24 jam yang
dilaksanakan setiap pukul 00.00, pengukur curah hujan otomatis melakukan pengukuran
curah hujan selama 24 jam dengan merekam jejak.

2. Alat Pengukur Curah Hujan Manual


Alat ini lebih dikenal dengan dengan nama Penakar Hujan OBS atau Penakar Hujan
Manual, sedang di kalangan pertanian dan pengairan biasa disebut ombrometer. Sebuah alat
yang digunakan untuk menakar atau mengukur hujan harian. Penakar Hujan Obs ini
merupakan jejaring alat ukur cuaca terbanyak di Indonesia. Penempatannya 1 PH Obs
mewakili luasan area 50 km2 atau sampai radius 5 km. Fungsinya yang vital terhadap deteksi
awal musim (Hujan/kemarau) menjadikannya sebagai barang yang dicari dan sangat
diperlukan oleh penyuluh, P3A dan kelompok tani yang tersebar keberadaannya dll. Bahan
yang digunakan adalah semurah dan semudah mendapatkannya. Tujuan akhir pengukuran
curah hujan adalah tinggi air yang tertampung, bukan volumenya. Hujan yang turun jika
diasumsikan menyebar merata, homogen dan menjatuhi wadah (kaleng) dengan penampang
yang berbeda akan memiliki tinggi yang sama dengan catatan faktor menguap, mengalir dan
meresap tidak ada.

12
Spesifikasi :
Type : Observasi (OBS)
Bahan :
 Ring corong, ring pipa dan kran terbuat dari kuningan.
 Badan terbuat dari seng kualitas baik dengan ketebalan 0.8 mm atau stainless steel
(DOP) ketebalan 0.5 mm.
 Seluruh badan (kecuali ring corong) dicat luar dalam dengan cat anti karat warna
bronce metallic.
 Dilengkapi dengan water pass.
 Luas corong : 100 cm2
 Diameter badan terlebar : 21.5 cm
 Tinggi badan : 60 cm

Menggunakan prinsip pembagian antara volume air hujan yang ditampung lalu dibagi luas
penampang/mulut penakar. Pengukuran curah hujan harian (dalam satuan milimeter)
biasanya dilakukan 1 kali pada pagi hari. Alat yang digunakan yaitu Observatorium /
ombrometer dengan tinggi 120 cm, luas mulut penakar 100 cm2. Setelah dilakukan
pengukuran maka didapatkan:
Tinggi Curah Hujan = Volume Luas mulut penakar…….. Persamaan (2.1)
(Contoh jika didapatkan 200 ml atau 200 cc maka CH = 200 cm3/ 100 cm2 = 2 cm = 20 mm).

BAB IV
PENUTUP

13
4.1 Kesimpulan
Hal yang dapat di simpulkan adalah perhitungan curah hujan dapat di perkirakan
dengan metode-metode yang tersedia, dengan banyak metode yang di gunakan, mahasiswa
dapat memahami cara perhitungannya.
1) Alat perhitungan curah hujan dapat digunakan alat pengukur manual dengan
menyediakan beberapa alat yang di butuhkan.
2) Dengan mengetahui anemometer dan penakar curah hujan manual kita bisa
memprakirakan keadaan yang tepat untuk masa tanam suatu jenis tanaman.
3) Masing-masing alat memiliki cara kerja berbeda. Bentuk dan pemasangan masing-
masing alat juga berbeda-beda.

DAFTAR PUSTAKA

14
http://eprints.undip.ac.id/34625/5/2072_chapter_II.pdf
http://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-01142-SK%20Bab2001.pdf
https://www.bmkg.go.id/cuaca/.
http://www.ucarecdn.com/291437ad-340b-4e16-8161-f3493f66357e/

15

Anda mungkin juga menyukai