Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PRAKTIKUM HIDROLOGI TEKNIK

(Membuat Kurva Intensity-Duration-Frequency (IDF Curve))

Disusun Oleh :
Kelompok : 5
Anggota Kelompok : Isni NurFauziah (240110160071)
Andreas Andre A.P. (240110160070)
Laili Latifah (240110160082)
Tio Febriananda (240110160084)
Yuniar Fauziah (240110160091)
Hari, Tanggal Praktikum : Rabu, 1 November 2017
Jam : 15.30 – 17.30 WIB
Asistem Praktikum : 1. Imam Fauzan
2. Mukhammad Ilham
3. Siti Sarah
4. Sulfa Yuda
5. Tiara Putri Dwi D
6. Willi Munandar

DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJAJARAN
2017
BAB I
PRNDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hujan adalah unsur utama dalam proses daur hidrologi, karakteristik hujan
adalah intensitas hujan, kedalaman hujan, lama waktu hujan, frekuensi, dan luas
daerah pengaruh hujan. Pada dasarnya hujan adalah proses alam yang
kehadirannya tidak dapat dicegah, hujan dapat terjadi kapan saja dan dimana saja,
intensitas hujan juga bervariasi pada musim hujan terkadang intensitas hujan
sangat tinggi hingga air meluap dari saluran air salah satunya sungai, tingginya
intensitas hujan menyebabkan beberapa tempat mengalami bencana banjir.
Bencana banjir sudah menjadi langganan setiap tahun pada saat musim
penghujan selama puluhan tahun di Indonesia.Banjir adalah aliran atau genangan
air yang menimbulkan kerugian ekonomi atau bahkan menyebabkan kehilangan
jiwa.Aliran atau genangan air ini dapat terjadi karena adanya luapan-luapan pada
daerah di kanan atau kiri sungai atau saluran akibat alur sungai tidak memiliki
kapasitas yang cukup bagi debit aliran yang lewat.Bencana banjir selain akibat
kerusakan ekosistem ataupun aspek lingkungan yang tidak terjaga tetapi juga
disebabkan karena bencana alam itu sendiri.
Dalam perencanaan bangunan seperti pengendali banjir (saluran drainase,
tanggul, dll) data masukan curahhujan sangat diperlukan untuk menganalisis
karakteristik dan rencana hidrologi. Perhitungan debit banjirrencana dengan
metode rasional untuk perancangan bangunan rancangan hidrologi memerlukan
data intensitas hujandalam durasi dan periode ulang tertentu yang dapatdiperoleh
dari kurva IDF. Praktikum kali ini dilakukan untuk membuat kurva Intensity
Duration Frequency (IDF).Hasilpraktikum berupa kurva IDFdimanfaatkanuntuk
menghitung debit banjir rencana yangdigunakan dalam perencanaan bangunan
pengendalibanjir.

1.2 Tujuan Praktikum


Tujuan dari praktikum kali ini adalah :
1. Menentukan dan menganalisis Intensitas hujan tiap durasi waktu pada
beberapa periode ulang dengan metode Mononobe.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Intensitas Curah Hujan
Intensitas curah hujan adalah ketinggian curah hujan yang terjadi pada suatu
kurun waktu di mana air tersebut terkonsentrasi (Joesron Loebis 1992, dalam
Klasik, 2006) .Untuk mendapatkan nilai intensitas hujan, alat penakar hujan harus
mampu mencatat besarnya volume hujan dan waktu mulai berlangsungnya hujan
sampai hujan tersebut berhenti. Alat penakar hujan yang dapat dimanfaatkan
adalah alat penakar hujan otomatis. Alat penakar hujan standar juga dapat
digunakan asal waktu selama hujan tersebut berlangsung diketahui (dapat
dilakukan dengan menandai waktu berlangsung dan berakhirnya hujan dengan
jam dinding misalnya). Intensitas hujan atau ketebalan hujan per satuan waktu
lazimnya dilaporkan dalam satuan milimeter per jam.
Stasiun Pengukur Cuaca Otomatis dilengkapi dengan alat penakar hujan yang
dapat mencatat data intensitas hujan secara terus-menerus. Data intensitas hujan
tersebut umumnya dalam bentuk tabular atau grafik (hyetograph). Jika tidak
tersedia waktu untuk mengamati besarnya intensitas hujan atau disebabkan oleh
karena alatnya tidak ada, dapat ditempuh cara-cara empiris dengan
mempergunakan rumus-rumus eksperimentil seperti rumus Talbot dan Mononobe.
Data intensitas hujan biasanya dimanfaatkan untuk perhitungan-perhitungan
prakiraan besarnya erosi, debit puncak (banjir), perencanaan drainase, dan
bangunan air lainnya.
Data intensitas hujan (kejadian hujan tunggal) juga dapat dimanfaatkan untuk
memprakirakan besarnya dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan perubahan tata
guna lahan dalam skala besar terhadap kemungkinan perubahan karakteristik
hidrologi. Para pakar geomorfologi memerlukan data intensitas hujan karena
proses pembentukan tanah dari bahan induk (batuan) berlangsung pada saat
terjadinya hujan dengan intensitas tertentu setiap tahun.

2.2 Durasi Hujan


Durasi adalah lamanya suatu kejadian hujan.Intensitas hujan yang tinggi pada
umumnya berlangsung dengan durasi pendek dan meliputi daerah yang tidak
sangat luas (Klastik, 2006). Hujan yang meliputi daerah luas, jarang sekali dengan
intensitas tinggi, tetapi dapat berlangsung dengan durasi cukup panjang.
Kombinasi dari intensitas hujan yang tinggi dengan durasi panjang jarang terjadi,
tetapi apabila terjadi berarti sejumlah besar volume air bagaikan ditumpahkan dari
langit.

2.3 Intensitas Curah Hujan Empiris


Apabila di lapangan tedapat data hujan jam jaman,maka intensitas curah hujan
dihitung menggunakan metode Talbot.
a (1)
I=
b+t
Dengan:
I :intensitas curah hujan (mm/jam)
t :lamanya curah hujan (jam)
a dan b : konstanta yang tergantung lamanya curah hujan yang terjadi di daerah
aliran.

2.4 Metode Mononobe


Seandainya data curah hujan yang ada adalah data curah hujan harian, maka
untuk menghitung intensitas hujan dapat digunakan metode Mononobe sebagai
berikut :
R 24 24 2 (2)
I= ( )
24 t 3
Dimana :
I = Intensitas curah hujan (mm/jam)
T = Lamanya curah hujan (jam)
R24 = Curah hujan maks, dalam 24 jam (mm)
Analisis IDF memerlukan analisis frekuensi dengan menggunakan seri data
yang diperoleh dari rekaman data hujan. Dalam statistik dikenal empat macam
distribusi frekuensi yang banyak digunakan dalam hidrologi, yaitu distribusi
Normal, Log-Normal, Gumbel dan Log Pearson III. Masing-masing distribusi
mempunyai sifat yang khas, sehingga data curah hujan harus diuji kecocokannya
dengan sifat statistik masing-masing distribusi tersebut. Pemilihan jenis distribusi
yang tidak benar dapat menimbulkan kesalahan perkiraan yang cukup besar, baik
over estimated maupun under estimated (Wahyuni, 2012).
Kala ulang (return period) diartikan sebagai waktu dimana hujan atau debit
dengan satuan besaran tertentu rata-rata akan disamai atau dilampaui sekali dalam
jangka waktu tersebut. Dalam hal ini tidak berarti bahwa selama jangka waktu
ulang itu (misalnya T tahun) hanya sekali kejadian yang menyamai atau
melampaui, tetapi merupakan perkiraan bahwa hujan atau debit tersebut akan
disamai atau dilampaui K kali dalam jangka panjang L tahun, dimana K/L kira-
kira sama dengan 1/T.

2.5 Kurva IDF


Kurva yang menunjukkan hubungan antara intensitas hujan dengan
durasi.Intensitas curah hujan yang terjadi pada suatu kurun waktu dimana air
tersebut terkonsentrasi.Intensitas curah hujan dinotasikan dengan huruf l dengan
satuan mm/jam.Besarnya intensitas curah hujan sangat diperlukan dalam
perhitungan debit banjir rencana berdasarkan metode rasional.Analisi IDF
memerlukan analisis frekuensi dengan menggunakan seri data yang diperoleh dari
rekaman data hujan.
Untuk mendapatkan kurva IDF langkah-langkah analisis dilakukan sebagai
berikut :
1. Menentukan hujan harian maksimum untuk tiap-tiap tahun data.
2. Menentukan parameter statistik dari data yang telah diurutkan dari kecil ke
besar, yaitu: Mean (x) , Standard Deviation S, Coeffisient of Variation Cv,
Coeffisient of Skewness Cs, Coeffisient of kurtosis Ck.
3. Menentukan jenis distribusi yang sesuai berdasarkan parameter statistik yang
ada.
(Suroso, 2010).
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah sebagai
berikut:
1. Data Curah Hujan
2. Flashdisk
3. Kalkulator
4. Laptop

3.2 Prosedur Pelaksanaan Praktikum


Prosedur yang dilakukan pada praktikum kali ini adalah:
1. Membuat tabel dengan data yang telah didapatkan dari praktikum minggu
lalu
2. Menginput data ke tabel selanjutnya untuk dilakukan perhitungan
3. Mencari nilai data antara periode ulang dengan waktu yang telah ditentukan
dengan menggunakan metode Mononobe
4. Membuat kurva masing masing dari hasil perhitungan dimulai dari metode
Log Person III, metode Gumbel, dan metode Distribusi Normal
5. Kurva yang dihasilkan dengan periode ulang pada sumbu vertikal dan waktu
pada sumbu horizontal
BAB IV
HASIL PRAKTIKUM

4.1 Tabel Curah Hujan


Tabel 4.1. Curah Hujan Bulanan
Tahu
Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des
n
1998 227 552 492 351 394 334 279 166 288 388 468 391
1999 270 238 312 217 133 84 36 2 25 221 200 174
2000 295 289 298 507 543 125 86 33 19 269 579 215
2001 550 259 470 414 256 275 114 52 187 341 459 294
2002 445 229 257 191 119 48 36 24 9 10 320 513
2003 262 246 196 242 73 5 7 8 108 186 227 281
2004 322 196 243 203 185 33 32 19 25 42 224 330
2005 315 368 373 184 100 179 98 57 85 167 249 332
2006 401 444 224 333 225 47 46 43 28 61 185 403
2007 228 325 166 551 88 111 13 12 12 141 473 478
2008 256 211 478 290 72 31 0 82 78 96 449 279
2009 386 301 338 312 300 117 23 20 124 299 323 374
2010 570 408 547 219 412 215 174 192 458 526 561 270
2011 276 222 339 311 263 213 79 71 147 302 370 354
2012 236 331 204 382 129 48 42 4 16 167 471 518

Tabel 4.2. Curah Hujan Maksimum


Tahu Rata-
Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des
n Rata
1998 22 48 56 31 31 42 34 26 39 36 46 35 37
1999 23 17 28 20 15         23 22 15 20
2000 33 30 26 36 45 28       32 40 23 33
2001 46 32 40 45 25 37 23   28 31 69 42 38
2002 37 33 30 22 18           40 61 35
2003 31 21 21 41         22 34 26 22 27
2004 26 24 23 32 25           19 28 25
2005 19 32 26 23 17 28       23 30 21 24
2006 36 40 18 26 19           28 39 29
2007 30 39 18 56   18       30 46 53 36
2008 33 17 35 31             44 34 32
2009 34 33 22 30 31 27     42 58 47 51 38
2010 45 34 65 33 37 39 53 27 55 78 78 42 49
2011 29 22 33 31 24 23     23 27 35 26 27
2012 17 38 30 52 17         35 98 45 41
Tabel 4.3. Curah Hujan Rata-rata Harian dengan Metode Gumbel
Tahun     TR Ytr K=(Ytr XT
Rata2 -
maks Yn)/Xn
1998 37     2 0,3665 -0,14 31,73
1999 20     5 1,4999 0,97 39,97
2000 33     10 2,2504 1,70 45,43
2001 38     15 2,6738 2,12 48,51
2002 35     20 2,9702 2,41 50,67
2003 27     25 3,1985 2,63 52,33
2004 25     30 3,3843 2,81 53,68
2005 24     50 3,9019 3,32 57,44
2006 29     75 4,3108 3,72 60,42
2007 36     100 4,6001 4,00 62,52
2008 32            
2009 38            
2010 49            
2011 27            
2012 41            
rata 32,79            
stdev 7,42            
               
yn 0,5128            
sn 1,0206            

Tabel 4.4. Curah Hujan Rata-rata Harian dengan Metode Log Pearson III
Rata2
Tahun maks Log X   TR K log XT XT
1998 37 1,5702   2 0,033 1,5085 32,25
1999 20 1,3075   5 0,850 1,5902 38,92
2000 33 1,5137   10 1,258 1,6309 42,75
2001 38 1,5802   15 1,399 1,6450 44,16
2002 35 1,5388   20 1,539 1,6591 45,61
2003 27 1,4364   25 1,680 1,6731 47,11
2004 25 1,4027   30 1,733 1,6784 47,69
2005 24 1,3838   50 1,945 1,6996 50,07
2006 29 1,4681   75 2,062 1,7112 51,43
2007 36 1,5578   100 2,178 1,7229 52,83
2008 32 1,5068          
2009 38 1,5743          
2010 49 1,6884          
2011 27 1,4339          
2012 41 1,6155          
Rata-
Rata 32,79 1,51          
Stdev 7,4231 0,0999          
skewnes
s 0,3 -0,2          

skew 2 5 10 15 20 25 30 50 75 100
-0,2 0,033 0,850 1,258 1,399 1,539 1,680 1,733 1,945 2,062 2,178

Tabel 4.5. Curah Hujan Rata-rata Harian dengan Metode Normal


Rata2
Tahun maks     TR KT XT
1998 37     2 0,00 32,79
1999 20     5 0,84 39,03
2000 33     10 1,28 42,29
2001 38     15 1,46 43,63
2002 35     20 1,64 44,97
2003 27     25 1,71 45,47
2004 25     30 1,78 45,98
2005 24     50 2,05 48,01
2006 29     75 2,19 49,05
2007 36     100 2,33 50,09
2008 32          
2009 38          
2010 49         2,92
2011 27         1,46
2012 41          
rata 32,79          
Stdev 7,42          

4.2 Hasil Perhitungan


4.2.1 Metode Gumbel
Tabel 4.6. Hasil perhitungan intensitas hujan dengan menggunakan Metode
Mononobe untuk curah hujan rencana Metode Gumbel
Durasi t PerideUlang
(menit) 2 5 10 15 20 25 30 50 75 100
5 57,65 72,63 82,55 88,15 92,06 95,08 97,54 104,38 109,78 113,61
10 36,32 45,76 52,00 55,53 58,00 59,90 61,44 65,75 69,16 71,57
15 27,72 34,92 39,69 42,38 44,26 45,71 46,89 50,18 52,78 54,62
20 22,88 28,82 32,76 34,98 36,54 37,73 38,71 41,42 43,57 45,08
45 13,32 16,79 19,08 20,37 21,28 21,98 22,54 24,12 25,37 26,26
60 11,00 13,86 15,75 16,82 17,56 18,14 18,61 19,91 20,94 21,67
120 6,93 8,73 9,92 10,59 11,07 11,43 11,72 12,55 13,19 13,65
180 5,29 6,66 7,57 8,08 8,44 8,72 8,95 9,57 10,07 10,42
360 3,33 4,20 4,77 5,09 5,32 5,49 5,64 6,03 6,34 6,56
720 2,10 2,64 3,00 3,21 3,35 3,46 3,55 3,80 4,00 4,14

 Perhitungan
Periode ulang 2

X T 2 24 23 X T 2 24 23
I= ( )
24 t
2
I= ( )
24 t
2
31,73 24 31,73 24 x 60
¿
24
( 5 menitx(
1 jam
) )
3
¿
24 ( ) 180
3

60 menit ¿ 5,29 mm/ jam


¿ 57,65 mm/ jam
Periode ulang 30

X T 30 24 23 X T 30 24 23
I=
24 t ( ) 2
I=
24 t ( ) 2
53,68 24 x 60 53,68 24 x 60
¿
24 ( 5 ) 3
¿
24 ( 720 ) 3

¿ 97,54 mm / jam ¿ 4,14 mm/ jam

4.2.2 Metode Log Pearson III


Tabel4.7. Hasil perhitungan intensitas hujan dengan menggunakan Metode
Mononobe untuk curah hujan rencana Metode Log Pearson III
Durasi PerideUlang
t
(menit
) 2 5 10 15 20 25 30 50 75 100
5 58,60 70,72 77,68 80,24 82,88 85,60 86,66 90,99 93,46 96,00
10 36,91 44,55 48,94 50,55 52,21 53,93 54,59 57,32 58,88 60,48
15 28,17 34,00 37,35 38,57 39,84 41,15 41,66 43,74 44,93 46,15
20 23,25 28,07 30,83 31,84 32,89 33,97 34,39 36,11 37,09 38,10
45 13,54 16,34 17,95 18,54 19,15 19,79 20,03 21,03 21,60 22,19
60 11,18 13,49 14,82 15,31 15,81 16,33 16,53 17,36 17,83 18,32
120 7,04 8,50 9,34 9,64 9,96 10,29 10,41 10,94 11,23 11,54
180 5,37 6,49 7,13 7,36 7,60 7,85 7,95 8,35 8,57 8,81
360 3,39 4,09 4,49 4,64 4,79 4,95 5,01 5,26 5,40 5,55
720 2,13 2,57 2,83 2,92 3,02 3,12 3,15 3,31 3,40 3,49

 Perhitungan
Periode ulang 15

X T 15 24 23 X T 15 24 23
I=
24 t( ) 2
I=
24 t ( ) 2
44,16 24 x 60 44,16 24 x 60
¿
24 ( ) 15
3
¿
24 ( )
60
3

¿ 38,57 mm/ jam ¿ 15,31 mm/ jam


Periode ulang 100

X T 100 24 23 X T 100 24 23
I=
24 ( )
t
2
I=
24 ( )
t
2
52,83 24 x 60 52,83 24 x 60
¿
24 ( 15 ) 3
¿
24 ( 360 ) 3

¿ 46,15 mm / jam ¿ 5,55 mm/ jam

4.2.3 Metode Normal


Tabel4.8. Hasil perhitungan intensitas hujan dengan menggunakan Metode
Mononobe untuk curah hujan rencana Metode Normal
Durasi PerideUlang
t
(menit
) 2 5 10 15 20 25 30 50 75 100
5 59,59 70,92 76,85 79,28 81,71 82,63 83,55 87,24 89,13 91,02
10 37,54 44,68 48,41 49,94 51,47 52,05 52,63 54,96 56,15 57,34
15 28,65 34,09 36,95 38,11 39,28 39,72 40,17 41,94 42,85 43,76
20 23,65 28,14 30,50 31,46 32,43 32,79 33,16 34,62 35,37 36,12
45 13,77 16,39 17,76 18,32 18,88 19,10 19,31 20,16 20,60 21,04
60 11,37 13,53 14,66 15,13 15,59 15,76 15,94 16,64 17,00 17,36
120 7,16 8,52 9,24 9,53 9,82 9,93 10,04 10,48 10,71 10,94
180 5,47 6,50 7,05 7,27 7,49 7,58 7,66 8,00 8,17 8,35
360 3,44 4,10 4,44 4,58 4,72 4,77 4,83 5,04 5,15 5,26
720 2,17 2,58 2,80 2,89 2,97 3,01 3,04 3,18 3,24 3,31

 Perhitungan
Periode ulang 5

X T 5 24 32 X T 5 24 32
I=
24 t ( ) 2
I=
24 t ( ) 2
39,03 24 x 60 39,03 24 x 60
¿
24 10 ( ) 3
¿
24 ( )
45
3

¿ 44,68 mm / jam ¿ 16,39 mm/ jam


Periode ulang 50

X T 50 24 23 X T 50 24 23
I=
24 t ( ) 2
I=
24 t ( ) 2
48,01 24 x 60 48,01 24 x 60
¿
24 20 ( ) 3
¿
24 ( )
120
3

¿ 34,62 mm/ jam ¿ 10,48 mm/ jam

4.3 Grafik

Metode Gumbel
120.00
periode ulang 2
100.00
Intensitas Hujan (mm/jam)

periode ulang 5
periode ulang 10
80.00
periode ulang 15
periode ulang 20
60.00
periode ulang 25
periode ulang 30
40.00
periode ulang 50
20.00 periode ulang 75
periode ulang 100
0.00
0 100 200 300 400 500 600 700 800
Lama Hujan (menit)

Gambar 4.1. Grafik intensitas hujan dengan menggunakan Metode Mononobe


untuk curah hujan rencana Metode Gumbel
Metode Log Pearson III
120.00
periode ulang 2
100.00
Intensitas Hujan (mm/jam)

periode ulang 5
periode ulang 10
80.00
periode ulang 15
periode ulang 20
60.00
periode ulang 25
40.00 periode ulang 30
periode ulang 50
20.00 periode ulang 75
periode ulang 100
0.00
0 100 200 300 400 500 600 700 800
Lama Hujan (menit)

Gambar4.2. Grafik intensitas hujan dengan menggunakan Metode Mononobe


untuk curah hujan rencana Metode Log Pearson III

Metode Normal
100.00
90.00 periode ulang 2
Intensitas Hujan (mm/jam)

80.00 periode ulang 5


70.00 periode ulang 10
60.00 periode ulang 15
periode ulang 20
50.00
periode ulang 25
40.00
periode ulang 30
30.00 periode ulang 50
20.00 periode ulang 75
10.00 periode ulang 100
0.00
0 100 200 300 400 500 600 700 800
Lama Hujan (menit)

Gambar4.3. Grafik intensitas hujan dengan menggunakan Metode Mononobe


untuk curah hujan rencana Metode Normal
4.4 Screenshot Hasil Praktikum

Gambar 4.4. Data curah hujan dari praktikum sebelumnya


(Sumber: Dokumentasi pribadi, 2017)

Gambar 4.5. Hasil perhitungan curah hujan dengan metode-metodenya dari


praktikum sebelumnya dan hasil perhitungan intensitas curah hujan beserta
grafiknya
(Sumber: Dokumentasi pribadi, 2017)
Gambar 4.4. Contoh formula yang digunakan dalam MS.Excel untuk menghitung
intensitas curah hujan dengan metode Mononobe
(Sumber: Dokumentasi pribadi, 2017)
Isni Nurfauziah
240110160071

BAB V
PEMBAHASAN
Praktikum Hidrologi Teknik kali ini, mempelajari bagaimana cara membuat
Kurva Intensity – Duration - Frequency (IDF Curve)melalui analisis curah hukan
harian maksimum suatu wilayah. Faktor dan karakteristik yang dapat
mempengaruhi hujan yaitu di antaranya adalah intensitas, durasi, kedalaman, dan
frekuensi. Kuva IDF itu sendiri merupakan grafik yang memberikan hubungan
antara intensitas hujan di sumbu y dan durasi hujan di sumbu x. Kurva IDF dapat
digunakan dalam perencanaan drainase dan rancang bangun hidrologi perkotaan
karena mampu memperkirakan debit puncak di daerah tangkapan kecil, lalu juga
dapat digunakan untuk perhitungan perkiraan besarnya erosi dan banjir rencana
dengan metode rasional.
Dalam pembuatannya, kurva IDF memerlukan sebuah tabel yang
menunjukan data dari hasil intensitas hujan dengan menggunakan metode
Mononobe, penggunaan tabel mononobe ini digunakan karena perhitungan data
curah hujan merupakan data hujan harian. Tabel ini dibuat untuk kemudian
digunakan dalam perhitungan masing - masing rencana hasil analisis frekuensi
seperti metode Gumbel, metode Log Pearson III, dan metode Normal. Dalam
tabel ini, berisikan variabel durasi dan periode ulang. Sesuai dengan rumus yang
terdapat dari metode Mononobe, dihitung intensitas hujan dengan memasukkan
nilai variabel yang dibutuhkan ke dalam program Microsoft Office Excel untuk
memppermudah perhitungan. Pada peritungan ini, waktu telah ditentukan
sebelumnya dalam satuan menit, sehingga harus diubah ke dalam jam karena data
curah hujan yang digunakan pada metode Mononobe adalah data curah hujan
harian.
Berdasarkan hasil perhitungan, hasil intensitas hujan yang didapatkan dari
masing – masing metode memiliki perbedaan yang tidak terlalu jauh. Contohnya
saja pada perhitungan menggunakan metode Gumbel yang hasilnya lebih kecil
daripada hasil perhitungan metode Log Pearson III pada periode ulang 2 tahun,
begitu juga pada metode Normal yang hasil perhitungannya lebih besar dari kedua
metode sebelumnya. Durasi dan periode ulang yang ada juga mempengaruhi hasil
perhitungan sehingga menyebabkan perbedaan dari setiap metode. Dilihat dari
hasil perhitungan data ketiga metode tersebut, dapat dilihat setiap metode
memiliki sifat yang berbeda – beda sehingga hasil yang diperoleh pun berbeda –
beda. Dari kurva IDF yang sudah dibuat, menggambarkan kurva IDF yang
menunjukan bahwa hujan dengan intensitas yang tinggi terjadi pada durasi yang
pendek, sedangkan hujan dengan intensitas yang rendah terjadi pada durasi yang
panjang.Apabila dilihat dari periode ulangnya, intensitas hujan memiliki
perubahan nilai yang cepat terhadap bertambahnya lama durasi hujan, artinya
selisih antara intensitas hujan pada durasi 1 jam dan 24 jam memiliki nilai yang
jauh berbeda.
Kendala yang didapatkan pada praktikum kali ini adalah banyaknya data
yang harus diinput sehingga menghabiskan waktu yang cukup lama untuk
melakukan input data dan pembuatan kurva. Selain itu, kelalaian pada praktikan
yang tidak membawa charger merupakan faktor fatal yang memengaruhi
sehingga laptop yang dibawa kehabisan baterai dan tidak dapat digunakan. Juga,
pada saat praktikum banyak dari praktikan yang bersenda gurau sehingga tidak
fokus dalam melakukan perhitungan.
Abdreas Andre A.P.
240110160072

BAB V
PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini, praktikan melakukan praktikum membuat kurva
IDF dengan menggunakan perhitungan analisis hujan desain melalui metode
gumbel, log pearson III dan Distribusi normal. Praktikan dapat membuat kurva
IDF dengan menggunakan perhitungan mononobe dari data yang didapat
menggunakan ketiga metode tadi. Dengan menggunakan data hujan pada periode
ulang dengan metode gumbel, didapatkan hasil intensitas hujan sebesar
57,73449mm untuk lama waktu 5 menit, lalu 72,70737mm pada periode ulang 5
tahun untuk lama waktu 5 menit, dan 113,662 mm pada periode ulang 100 tahun
untuk lama waktu 5 ment. Pada periode ulang 2 tahun, dengan lama waktu 120
menit, didapatkan hasil intensitas hujan sebesar 6,938962mm sedangkan untuk
lama waktu 720 menit sebesar 2,101488mm.
Pada data hasil perhitungan metode log Pearson III pun didapatkan hasil
yang tidak jauh berbeda dengan metode gumbel, yakni untuk lama waktu 5 menit,
intensitas hujan yang didapat adalah 58,68391mm untuk periode ulang 2 tahun,
lalu 70,78226mm untuk periode ulang 5 tahun, dan 90,9975 untuk periode ulang
50 tahun. Pada periode ulang 10 tahun, didapatkan besar intensitas hujan yatu
77,72796mm untuk lama waktu 5 menit, 30,84636mm untuk lama waktu 20 menit
dan 9,341927mm untuk lama waktu 120 menit.
Data terakhir yaitu hasil perhitungan distribusi normal, hasil intensitas hujan
yang didapat adalah 59,66698mm untuk periode ulang 2 tahun dengan lama waktu
5 menit, dan 79,351285mm untuk lama waktu 5 menit dengan periode ulang 15
tahun, lalu 89,1934 untuk lama waktu 5 menit dengan periode ulang 75 tahun.
Pada periode ulang 25 tahun dengan lama waktu 5 menit besar nilai intensitas
hujan adalah 82,6949mm, untuk lama waktu 60 menit sebesar 15,777, dan untuk
lama waktu 360 menit sebesar 4,77812. Dari hasil perhitungan, data yang didapat
menggunakan ketiga metode tidak menunjukan perbedaan nilai yang signifikan,
untuk gumbel, 57, log pearson II 58, dan normal 59.
Dari hasil tabel, dapat dilihat bahwa semakin kekanan maka intensitas hujan
semakin besar, namun semakin ke bawah maka intensitas hujan semakin kecil.
Artinya semakin lama periode ulangnya, maka intensitas hujan akan semakin
besar, namun semakin lama durasi waktu huja tersebut maka intensitas hujannya
akan semakin kecil. Misalnya jika terjadi hujan yang sangat lebat biasanya waktu
dari lamanya hujan tersebut tidak lama, namun bila hujan tersebut memiliki durasi
waktu yang sangat lama maka intensitas air hujan yang turunnya sedikit, namun
tidak semua kondisi seperti itu, misalnya jika terjadi badai intensitas hujan yang
turn dari langit sangat besar begitupun durasi waktu hujan tersebut sangat lama.
Namun kondisi ideal dari hujan adalah seperti yang didapatkan dari hasil
perhitungan yang dilakukan praktikan. Begitupun pada hasil grafik, dapat kita
baca semakin lama durasi waktu hujan, maka semakin kecil intensitasnya namun
semakin cepat durasi waktu hujan maka intensitas hujan sangat besar.
Laili Latifah
240110160082
BAB V
PEMBAHASAN

Praktikum kali ini membahas mengenai Kurva Intensity – Duration –


Frequency (IDF Curve). Hujan adalah komponen masukan penting dalam proses
hidrologi. Karakteristik hujan di antaranya adalah intensitas, durasi, kedalaman
dan frekuensi. Intensitas curah hujan adalah ketinggian curah hujan yang terjadi
pada suatu kurun waktu dimana air tersebut terkonsentrasi. Durasi adalah lamanya
suatu kejadian hujan. Kedalaman adalah tinggi curah hujan sedangkan frekuensi
adalah banyaknya periode ulang. Intensitas berhubungan dengan durasi dan
frekuensi dapat diekspresikan dengan kurva Intensity – Duration – Frequenci
(IDF). Kurva IDF dapat digunakan untuk menghitung banjir rencana dengan
menggunakan metode rasional. Selain itu, kurva IDF juga dapat digunakan untuk
perhitungan perkiraan besarnya erosi dan perencanaan drainase.
Pada analisis IDF ini, diperlukan data analisis frekuensi yang dapat
diperoleh dari rekaman data hujan. Akan tetapi, apabila tidak tersedia waktu untuk
mengamati, dapat digunakan rumus – rumus ekperimentil seperti rumus Talbot
dan Mononobe.
Dalam praktikum ini, hanya metode Mononobe saja yang akan digunakan
pada saat perhitungan, karena curah hujan yang digunakan pada metode Talbot
adalah curah hujan jam-jaman sedangkan data yang digunakan hanya tersedia
curah hujan harian. Pada proses perhitungan, digunakan data hasil perhitungan
curah hujan menggunakan metode Log Person III, Gumbel, Normal yang telah
diperoleh dari praktikum sebelumnya berdasarkan periode ulang yang telah
ditentukan. Lalu satu persatu metode hasil tersebut dimasukan kedalam rumus
untuk menghitung intensitas curah hujan menggunakan metode Mononobe. Pada
perhitungan ini, waktu telah ditentukan sebelumnya dalam satuan menit. Sehingga
harus dirubah kedalam jam karena data curah hujan yang digunakan pada metode
Mononobe adalah data curah hujan harian.
Berdasarkan pada hasil perhitungan menggunakan data metode Log
Person III, metode Gumbel, dan metode Normal diperoleh hasil yang berbeda –
beda pada tiap periode ulang. Seperti yang ditunjukan dari hasil perhitungan
menggunakan metode Log Person III dan metode Gumbel. Hasil perhitungan
metode gumbel lebih besar dibandingkan dengan metode Log Person III. Begitu
juga pada metode Normal yang hasilnya lebih besar jika dibandingkan dengan
hasil kedua metode tersebut.
Hasil yang didapatkan dari tiap metode berbeda- beda untuk watu dan
periode yang sama. Metode Log Person III dengan waktu 5 menit pada periode
ulang 2 tahun, intensitas hujan bernilai 58,6839138 mm. waktu dan periode yang
sama pada pada metode Gumbel intensitas hujan yang terhitung sebesar
57,7344899 mm. Sedangkan, metode distribusi normal, intensitas hujan yang
terhitung sebesar 59,6669814 mm.
Grafik 4.1 hingga 4.3 menunjukan intensitas hujan terhadap waktu dari
ketiga metode. Perhitungan ketiga metode tersebut membentuk garis yang sama
hanya saja letak tiap – tiap garis yang sedikit berbeda. Meskipun nilai yang
ditunjukan berbeda beda, namun, garis dalam grafik menunjukan kesamaan. Dari
grafik pula kita dapat melihat bahwa semakin tinggi periode ulangnya intensitas
hujan semakin tinggi, serta semakin lama durasinya intensitas hujannya semakin
kecil.
Dilihat dari hasil perhitungan dengan menggunakan data ketiga metode
tersebut, dapat dilihat bahwa setiap metode memiliki sifat yang berbeda – beda
sehingga hasil yang diperolehpun berbeda – beda.
Tio Febriananda
240110160084

BAB V
PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini diadakan analisis terhadap Intesitas curah hujan harian
maksimum.Analisis ini diperlukan untuk membuat kurva IDF(Intensity-Duration-
Frequency) yang sangat penting dalamperhitungan debit banjirrencana dengan
metode rasional untuk perancangan bangunan rancangan hidrologi
Data curah hujan yang digunakan untuk Intensitas curah hujan ini adalah data
curah hujan selama 15 tahun yaitu dari tahun 1998 hingga tahun 2012 dari
perhitungan sebelumnya yaitu dengan metode Gumbel,Log Person III,dan
Distribusi Normal.
Ada dua metode yang digunakan untuk menghitung Intensitas curah
hujan,yaitu metode Talbot dan metode Mononobe.Metode Talbot digunakan
apabila di lapangan terdapat data hujan jam-jaman,sedangkan metode Mononobe
digunakan apabila data curah hujan yang digunakan adalah data hujan harian.
Pada praktikum kali ini,dihitung Intensitas curah hujan pada setiap periode
yaitu periode 2,5,10,15,20,25,30,50,75,dan 100.Oleh karena periode tersebut pada
perhitungan sebelumnya masih berupa menit,maka periode tersebut dibagi terlebih
dahulu dengan 60 agar berubah ke jam karena kita akan menghitung Intensitas
hujan per jam (mm/jam).
Setelah mendapatkan Intensitas pada curah hujan dari metode
Gumbel,Distribusi Normal,dan Log Person III menggunakan perhitungan
Intensitas metode Mononobe dengan periode tersebut,maka dibuatlah sebuah
kurva yang dinamakan IDF.Kurva IDF (Intensity Duration Frequency)
mengambarkan hubungan intensitas hujan dalam periode ulang 2 tahunan, 5
tahunan, 10 tahunan, 15 tahunan,20 tahunan, 25 tahunan ,30 tahunan,50
tahunan,75 tahunan,dan 100 tahunan dengan durasi terjadinya hujan. Gambar
kurva di hasil menggambarkan kurva IDF yang menunjukan bahwa hujan dengan
intensitas yang tinggi terjadi pada durasi yang pendek, sedangkan hujan dengan
intensitas yang rendah terjadi pada durasi yang panjang.Apabila dilihat dari
periode ulangnya, intensitas hujan memiliki perubahan nilai yang cepat terhadap
bertambahnya lama durasi hujan, artinya selisih antara intensitas hujan pada
durasi 1 jam dan 24 jam memiliki nilai yang jauh berbeda.
Selain metode Talbot dan Mononobe,untuk menentukan Intensitas curah hujan
dapat juga digunakan dengan metode Van Breen.Metode ini menghitung
Intensitas curah hujan yang terkonsentrasi selama 4 jam dengan jumlah curah
hujan sebesar 90% dari jumlah curah hujan selama 24 jam.Dapat juga digunakan
metode Haspers- Der Weduwen.Metode ini berasal dari kecenderungan curah
hujan harian yang dikelompokkan atas dasar anggapan bahwa curah hujan
memiliki distribusi yang simetris dengan durasi curah hujan lebih kecil dari 1 jam
dan durasi curah hujan lebih kecil dari 1 sampai 24 jam.
Terlepas dari banyaknya metode yang dapat digunakan untuk menghitung
Intensitas curah hujan.Metode Talbot adalah metode yang paling baik untuk
digunakan dalam DAS,hal tersebut karena metode ini menghitung Intensitas curah
hujan per jam dalam daerah aliran sungai yang menyebabkan keakuratan yang
lebih baik.
Yuniar Fauziyah
240110160091

BAB V
PEMBAHASAN

Pada praktikum hidrologi teknik kali ini, praktikan melakukan perhitungan


intensitas hujan dengan menggunakan Metode Mononobe. Metode Mononobe
adalah metode perhitungan intensitas hujan dari data curah hujan harian. Data
yang digunakan dalam praktikum ini adalah data curah hujan rata-rata harian yang
dihitung pada praktikum sebelumnya menggunakan metode gumbel, log pearson
III, dan metode normal. Dengan adanya perhitungan intensitas hujan ini, dapat
diketahui hubungannya dengan durasi dan frekuensi (grafik IDF).
Dalam metode Mononobe, rumus yang digunakan untuk menghitung
intensitas hujan adalah dengan mengalikan hasil bagi 24 jam oleh durasi yang
kemudian dipangkatkan 2/3 dengan curah hujan harian dalam milimeter yang
telah dihitung pada praktikum sebelumnya (dengan notasi XT dengan periode
ulang tertentu) yang dibagi 24 jam. Dengan begitu didapatkan satuan intensitas
curah hujan yaitu milimeter per jam (mm/jam).
Hasil perhitungan intensitas hujan dari data curah hujan rata-rata harian
metode gumbel, metode log pearson III, dan metode normal memiliki perbedaan
dapat dilihat pada tabel 4.7, 4.8, dan 4.9. Dengan periode ulang 2 hingga 100 dan
durasi antara 5 menit hingga 100 menit, besarnya intensitas hujan semakin
mengecil ketika durasinya semakin besar dan periode ulangnya semakin kecil.
Perbandingan antara hasil perhitungan intensitas hujan harian dari data
curah hujan rata-rata harian ketiga metode tersebut dapat dilihat pada grafik-grafik
yang ditunjukan pada gambar 4.1, 4.2, dan 4.3. Ketiga grafik tersebut
menunjukkan penurunan intensitas hujan ketika durasinya semakin lama. Posisi
garis-garis yang menunjukkan periode ulang adalah periode ulang yang kecil
berada yang paling bawah berurutan hingga periode ulang tang terbesar berada di
posisi paling atas. Jarak antar garis periode-periode ulang ini pun semakin dekat
saat periode ulangnya semakin besar. Yang perlu diperhatikan dari ketiga grafik
ini, grafik intensitas hujan dari data curah hujan metode normal menunjukkan
jarak garis antar periode yang relatif lebih rapat dibandingkan metode lain. Hal ini
dapat diartikan bahwa dalam hasil perhitungan intensitas curah hujan dari data
curah hujan rata-rata harian metode normal ini nilainya tidak terlalu jauh dalam
durasi dan periode ulang yang berdekatan. Sedangkan pada data curah hujan rata-
rata harian hasil dari metode gumbel dan log pearson tidak terlalu berdekatan
seperti hasil dari metode normal.
Dengan begitu perhitungan intensitas hujan dengan metode Mononobe
dari data curah hujan rata-rata harian hasil metode normal lebih baik dan lebih
akurat dibandingkan data curah hujan dua metode lainnya karena hasil
perhitungannya lebih berdekatan.
Isni Fauziah
240110160071
BAB VI
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum kali ini yaitu :
1. Kurva Intensity – Duration - Frequency (IDF Curve) menunjukkan
hubungan antara intensitas hujan dengan karakteristik durasi dan frekuensi.
2. Kurva IDF dapat digunakan untuk perencanaan drainase perkotaan dan
perhitungan perkiraan besarnya erosi serta banjir rencana dengan metode
rasional.
3. Hasil perhitungan pada tabel intensitas hujan dan garis kurva pada kurva
IDF yang terbentuk menunjukkan perbedaan dari setiap metode, hal ini
dikarenakan setiap metode memiliki sifat yang berbeda – beda.
4. Hujan dengan intensitas yang tinggi terjadi pada durasi yang pendek,
sedangkan hujan dengan intensitas yang rendah terjadi pada durasi yang
panjang.

5.2 Saran
Saran pada praktikum kali ini yaitu:
1. Praktikum sebaiknya lebih kondusif serta tidak saling bersenda gurau.
2. Praktikan sebaiknya sudah menguasai materi yang hendak di praktikumkan
agar pelaksanaan praktikum lebih efektif dan efisien.
3. Sebaiknya setiap praktikan membawa laptop masing-masing agar lebih
mengerti dalam jalannya perhitungan pada praktikum.
Andreas Andre A.P.
240110160045

BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Kesimpulan padapraktikum kali iniyaitu:
1. Pembuatan kurva IDF berfungsi untuk menghitung banjir rencana
2. Kurva IDF dapat digunakan sebagai pedoman untuk perencanaan saluran
drainase
3. Intensitas hujan dapat dihitung dengan menggunakan metode mononobe
4. Semakin lama periode ulang, maka intensitas hujan semakin besar
5. Semakin lama durasi hujan, maka intensitas hujan semakin kecil

6.2 Saran
Saran untuk praktikum selanjutnya adalah :
1. Teliti saat melakukan perhitungan
2. Mengecek kembali rumus perhitungan agar tidak terjadi kesalahan data
3. Mengerjakan perhitungan dengan tenang dan teliti
4. Tidak terburu-buru saat melaksanakan praktikum
Laili Latifah
240110160082

BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum kali ini adalah:
1. Kurva IDF dapat digunakan untuk menentukan banjir rencana dengan
mempergunakan metode rasional.
2. Intensitas hujan dapat dihitung dengan menggunakan metode mononobe
3. Semakin lama periode ulang, maka intensitas hujan semakin besar
4. Semakin lama durasi hujan, maka intensitas hujan semakin kecil

6.2 Saran
Saran padapraktikum kaliiniadalah:
1. Sebaiknya praktikan harus lebih memahami materi sebelum melaksanakan
praktikum.
2. Sebaiknya praktikan melakukan praktikum dengan kondisi yang kondusif.
3. Praktikum lebih menarik dan menyenangkan.
Tio Febriananda
240110160084

BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Kesimpulan pada praktikum kali ini yaitu:
1. Perhitungan analisis Intensitas curah hujan bertujuan untuk mengetahui kurva
IDF yang fungsinya sangat penting dalamperhitungan debit banjirrencana
dengan metode rasional untuk perancangan bangunan rancangan hidrologi
2. Hujan dengan intensitas yang tinggi terjadi pada durasi yang pendek,
sedangkan hujan dengan intensitas yang rendah terjadi pada durasi yang
panjang.
3. Dilihat dari periode ulangnya, intensitas hujan memiliki perubahan nilai yang
cepat terhadap bertambahnya lama durasi hujan, artinya selisih antara
intensitas hujan pada durasi 1 jam dan 24 jam memiliki nilai yang jauh
berbeda.
4. Selain metode Mononobe terdapat metode lain yang dapat digunakan untuk
menghitung Intensitas curah hujan diantaranya Talbot,Van Breen,dan
Haspers- Der Weduwen.
5. Metode terbaik yang dapat digunakan untuk menghitung Intensitas curah
hujan suatu DAS adalah dengan metode Talbot,karena metode ini
menghitung Intensitas curah hujan per jam-jaman dalam suatu daerah aliran
sungai yang menyebabkan keakuratan yang lebih baik

6.2 Saran
Saran pada praktikum kali ini yaitu:
1. Praktikum sebaiknya lebih kondusif dan dikemas lebih menarik.
2. Praktikan sebaiknya sudah menguasai materi yang hendak di
praktikumkan agar pelaksanaan praktikum lebih efektif dan efisien.
Yuniar Fauziyah
240110160091

BAB VI
PENUTUP

Simpulan yang dapat diambil dari praktikum kali ini adalah:


1. Metode Mononobe adalah metode perhitungan intensitas hujan dari data
curah hujan harian. Dengan adanya perhitungan intensitas hujan, dapat
diketahui hubungannya dengan durasi dan frekuensi (grafik IDF).
2. Dengan periode ulang 2 hingga 100 dan durasi antara 5 menit hingga 100
menit, besarnya intensitas hujan semakin mengecil ketika durasinya
semakin besar dan periode ulangnya semakin kecil\
3. Ketiga grafik hasil perhitungan intensitas hujan dan hubungannya dengan
durasi dan frekuensi (periode ulang) menunjukkan penurunan intensitas
hujan ketika durasinya semakin lama
4. Jarak antar garis periode-periode ulang ini semakin dekat saat periode
ulangnya semakin besar
5. Grafik intensitas hujan dari data curah hujan metode normal menunjukkan
jarak garis antar periode yang relatif lebih rapat dibandingkan metode lain
6. Perhitungan intensitas hujan dengan metode Mononobe dari data curah
hujan rata-rata harian hasil metode normal lebih baik dan lebih akurat
dibandingkan hasil dari data curah hujan dua metode lainnya karena hasil
perhitungannya lebih berdekatan.
Daftar Pustaka

Klastik. 2006. Pola Umum Curah Hujan di Indonesia. Terdapat pada:


http://klastik.wordpress.com/2006/12/03/pola-umum-curah-hujan-di-
indonesia/. (Diakses pada tanggal 6 November 2016 pukul 21.35 WIB)
Suroso, 2010,Analisis Curah HujanUntuk Membuat Kurva Intensity-Duration-
Frequency (Idf) Di Kawasan Rawan Banjir Kabupaten
Banyumas.Universitas Jendral Soedirman Available atsipil-
uph.tripod.com/vol3.1.4.pdf (diakses pada 4 November 2016 pukul 9.41
WIB)
Wahyuni. 2012. Kurva IDF. http://dienisevidence.edu.co.id/2012/12/ddf-dan-
idf.html (diakses pada tanggal 6 November 2016 pukul 14.58 WIB).
Isni Nurfauziah Andreas Andre Laili Latifah Tio Yuniar
Adi Pratomo Febriananda Fauziah
240110160071 240110160072 240110160082 240110160084 24011016009
Penilai
92 92 90 92
1
Penilai
93 93 90 90
2
Penilai
93 92 91 93
3
Penilai
93 90 91 91
4
Penilai
92 91 92 91
5
Rata-
92,25 91,25 92 90,5 91,5
rata
LEMBAR PENILAIAN KEAKTIFAN DALAM KELOMPOK

Anda mungkin juga menyukai