Anda di halaman 1dari 9

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

FAKULTAS ILMU SOSIAL


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

LAPORAN PRAKTIKUM
HIDROLOGI DAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI

Acara ke: : 6
Topik : Pengukuran Curah Hujan

Nama Mahasiswa : Anggun Nur Wijayanti


Nomor Mahasiswa : 20405244045
Kelas praktikum : A1

A. Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa dapat melakukan pengukuran curah hujan
2. Mahasiswa dapat menganalisis hasil pengukuran curah hujan
B. Dasar Teori
Hujan adalah peristiwa turunnya air dari atmosfer ke permukaan bumi
yang dapat terjadi di sembarang tempat, asalkan ada dua faktor yang
mempengaruhinya yaitu adanya massa udara lembab dan terdapat sarana
meteorologis yang dapat mengangkat massa udara tersebut untuk
berkondensasi (Sri Harto, 2000)
Presipitasi adalah istilah umum untuk menyatakan uap air yang
mengkondensasi dan jatuh dari atmosfir ke bumi dalam segala bentuknya
dalam rangkaian siklus hidrologi (Suripin, 2004). Jika uap air yang jatuh
berbentuk cair disebut hujan (rainfall) dan jika berbentuk padat disebut salju
(snow). Hujan merupakan faktor terpenting dalam analisis hidrologi. Kejadian
hujan dapat dipisahkan menjadi dua kelompok, yaitu hujan aktual dan hujan
rancangan. Hujan aktual adalah rangkaian data pengukuran di stasiun hujan
selama periode tertentu. Hujan rancangan adalah hyetograf hujan yang
mempunyai karakteristik terpilih. Hujan rancangan mempunyai karakteristik
yang secara umum sama dengan karakteristik hujan yang terjadi pada masa

1|Lab G eo Fisik, FIS UNY , 2021


UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
FAKULTAS ILMU SOSIAL
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

lalu, sehingga menggambarkan karakteristik umum kejadian hujan yang


diharapkan terjadi pada masa mendatang (Susilowati & Sadad, 2015)
Curah hujan harian adalah hujan yang terjadi dan tercatat pada stasiun
pengamatan curah hujan setiap hari (selama 24 jam). Data curah hujan harian
biasanya dipakai untuk simulasi kebutuhan air tanaman, simulasi operasi
waduk. Curah hujan harian maksimum adalah: curah hujan harian tertinggi
dalam tahun pengamatan pada suatu stasiun tertentu. Data ini biasanya
dipergunakan untuk perancangan bangunan hidrolik sungai seperti bendung,
bendungan, tanggul, pengaman sungai dan drainase. Curah hujan bulanan
adalah: jumlah curah hujan harian dalam satu bulan pengamatan pada suatu
stasiun curah hujan tertentu. Data ini biasanya dipergunakan untuk simulasi
kebutuhan air dan menentukan pola tanam. Curah hujan tahunan adalah:
jumlah curah hujan bulanan dalam satu tahun pengamatan pada suatu stasiun
curah hujan tertentu (Susilowati & Sadad, 2015)
Curah hujan, baik intensitas maupun periodenya dipengaruhi oleh
proses fisis dan dinamis di atmosfer (Ina Juaeni, dkk., 2006). Sementara itu
salah satu faktor yang berpengaruh pada proses fisis dan dinamis atmosfer
adalah bentuk permukaan atau dengan kata lain topografinya.
Ada tiga proses yang menghubungkan curah hujan dengan topografi,
yaitu:
a. proses adiabatik sebagai akibat adanya penghalang seperti bangunan
gedung dan gunung. Penghalang buatan dan alami tersebut akan menahan
massa udara yang bergerak secara horisontal, lalu memaksa udara naik ke
atas,
b. proses konvergensi horisontal, akibat adanya beda tekanan dipermukaan
menyebabkan massa udara mengumpul lalu naik ke atas yang memiliki suhu
udara lebih rendah,
c. proses konvektif, pemanasan yang dipancarkan oleh permukaan bumi, baik
dari daratan maupun lautan akan menghangatkan massa udara lalu naik
menuju tempat yang memiliki suhu udara rendah (Edvin Aldrian, dkk., 2011)

2|Lab G eo Fisik, FIS UNY , 2021


UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
FAKULTAS ILMU SOSIAL
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

Frekuensi hujan adalah besarnya kemungkinan suatu besaran curah


hujan disamai atau dilampaui. Sebaliknya kala ulang atau (return period)
adalah waktu hipotetik dimana hujan dengan suatu besaran tertentu akan
disamai atau dilampaui. Analisis frekuensi didasarkan pada sifat statistik data
kejadian yang telah lalu untuk memperoleh probabilitas besaran hujan di masa
yang akan datang. Dengan anggapan bahwa sifat statistik kejadian hujan yang
akan datang masih sama dengan sifat statistik kejadian hujan masa lalu.
Ada dua macam seri data yang digunakan dalam analisis frekuensi,
yaitu
1. Data maksimum tahunan: tiap tahun diambil hanya satu besaran
maksimum yang berpengaruh pada analisis selanjutnya. Seri data ini
dikenal dengan seri data maksimum (maximum annual series).
2. Seri parsial: dengan menetapkan suatu besaran tertentu sebagai batas
bawah, selanjutnya semua besaran data yang lebih besar dari batas
bawah tersebut diambil dan dijadikan bagian seri data untuk kemudian
dianalisis seperti biasa. Batas ambang ditetapkan berdasarkan
pertimbangan tekniks atau sembarang (peak over threshold), namun
demikian hendaknya ambang tidak ditetapkan sedemikian hingga jumlah
sampel dalam deret menjadi lebih besar dari lima kali panjang tahun data
(Sri Harto, 2000)
Intensitas Hujan adalah tinggi atau kedalaman air hujan per satuan
waktu.Dengan kata lain bahwa intensitas curah hujan menyatakan besarnya
curah hujan dalam jangka pendek yang memberikan gambaran derasnya
hujan perjam. Untuk mendapatkan nilai intensitas hujan di suatu tempat maka
alat penakar hujan yang digunakan harus mampu mencatat besarnya volume
hujan dan waktu berlangsungnya hujan sampai hujan tersebut berhenti. Dalam
hal ini alat penakar hujan yang dimanfaaatkan adalah alat penakar hujan
otomatis ( Asdak, C,1995). Curah hujan yang diperlukan untuk pembuatan
rancangan dan rencana perhitungan volume debit (yang disebabkan oleh
curah hujan) dari daerah pengaliran yang kecil seperti perhitungan debit banjir,
rencana peluap suatu bendungan, gorong-gorong, saluran dan selokan

3|Lab G eo Fisik, FIS UNY , 2021


UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
FAKULTAS ILMU SOSIAL
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

samping ( slide ditches) adalah curah hujan jangka waktu yang pendek dan
bukan curah hujan jangka waktu panjang seperti curah hujan tahunan atau
bulanan (Sosrodarsono dan Takeda, 2003).
Untuk mengubah curah hujan menjadi intensitas hujan dapat
digunakan berbagai metode diantaranya :
1. Metode Van Breen Penurunan rumus yang dilakukan Van Breen
didasarkan atas anggapan bahwa lamanya durasi hujan yang ada dipulau
jawa terkonsentrasi selama 4 jam dengan hujan efektif sebesar 90% hujan
total selama 24 jam. Persamaan tersebut adalah :

Berdasarkan pada kurva pola Van Breen kota Jakarta, besarnya intensitas
hujan dapat didekati dengan persamaan:

2. Metode Hasper Der Weduwen Metode ini merupakan hasil penyelidikan di


Indonesia yang dilakukan oleh Hasper dan Der Weduwen. Penurunan
rumus diperoleh berdasarkan kecenderungan curah hujan harian yang
dikelompokan atas dasar anggapan bahwa hujan mempunyai distribusi
yang simetris dengan durasi hujan (t) lebih kecil dari 1 jam dan durasi hujan
dari 1 jam sampai 24 jam. Persamaan yang digunakan adalah:
1 < t ≤ 24 , maka R =

Untuk menentukan intensitas hujan menurut Hasper Der Weduwen


digunakan rumus sebagai berikut:
I = Rt …………..(2.19)
t

4|Lab G eo Fisik, FIS UNY , 2021


UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
FAKULTAS ILMU SOSIAL
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

Setelah kedua metode tersebut dilakukan maka selanjutnya dilakukan


perhitungan penentuan/pendekatan intensitas hujan. Cara ini di
maksudkan untuk menentukan persamaan intensitas yang paling
mendekati untuk daerah perencanaan. (Susilowati & Sadad, 2015)
Menurut Sosrodarsono dan Takeda, 1985, hujan dapat diklasifikasikan
berdasar intensitas curah hujannya. Pengelompokan klasifikasi hujan
tersebut seperti yang ditampilkan pada Tabel 6.1
Tabel 6.1 Klasifikasi hujan dan Intensitas Curah Hujan
Intensitas Curah Hujan
Keadaan Curah Hujan
1 jam 24 jam

Hujan sangat ringan <1 <5

Hujan ringan 1-5 5-20

Hujan normal 5-10 20-50

Hujan lebat 10-20 50-100

Hujan sangat lebat >20 >100

Sumber : Sosrodarsono dan Takeda, 1985


Tabel 6.2 Tingkatan Hujan Berdasarkan Intensitasnya
Tingkatan Intensitas

Sangat lemah <0.02

Lemah 0.02 – 0.05

Sedang 0.05 - 0.25

Deras 0.25 – 1.00

Sangat deras >1.00

Sumber : Lakitan, 1994

5|Lab G eo Fisik, FIS UNY , 2021


UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
FAKULTAS ILMU SOSIAL
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

C. Alat dan Bahan


Alat :
1. Mistar untuk mengukur tebal hujan
2. Manual Rain Gauge (Pengukuran Hujan Manual) berupa wadah
dengan permukaan rata
Bahan :
hujan

D. Langkah Kerja
1. Menempatkan alat pengukuran hujan manual (Manual Rain Gauge)
pada lokasi standar pengukuran yaitu mulut alat berada pada 2 m dari
permukaan tanah, tempat untuk meletakkan memiliki penampang yang
sempit dan sebisa mungkin jauh dari pepohonan ataupun atap
2. Mencatat waktu lama hujan (saat hujan dan berhenti hujan), untuk
mendapatkan data durasi lama hujan
3. Mengambil mistar untuk mengukur tebal hujan yang tertampung pada
walat penakar hujan manual
4. Mengkonversikan data untuk menganalisi besar intensitas curah hujan
dengan rumus menentukan intensitas hujan menurut Hasper Der
Weduwen digunakan rumus sebagai berikut:
I = Rt
t
5. Mengkonversikan hasil perhitungan intensitas curah hujan dengan
klasifikasi hujan berdasarkan intenstasnya.

E. Hasil dan Pembahasan


Hasil
Tabel 6.3 Hasil Pengukuran Curah Hujan
Tanggal Lokasi Durasi Tebal Intensitas
Pengukuran Hujan Hujan Hujan

6|Lab G eo Fisik, FIS UNY , 2021


UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
FAKULTAS ILMU SOSIAL
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

21 Maret 2021 Bantul, DIY 540 58 mm 6,4 mm/jam


menit
21 Maret 2021 Jambi Timur, 185 0,37mm 22,4
Jambi menit mm/jam
21 Maret 2021 Sleman,DIY 0 0 mm 0 mm/jam
21 Maret 2121 Karanganyar, 0 0 mm 0 mm/jam
Jawa Tengah

Pembahasan
Hujan adalah peristiwa turunnya air dari atmosfer ke permukaan bumi
yang dapat terjadi di sembarang tempat, asalkan ada dua faktor yang
mempengaruhinya yaitu adanya massa udara lembab dan terdapat sarana
meteorologis yang dapat mengangkat massa udara tersebut untuk
berkondensasi.
Berdasarkan praktikum acara ke enam ini yaitu menganalisis
pengukuran curah hujan. Curah hujan adalah hujan yang terjadi dan tercatat
pada stasiun pengamatan curah hujan dalam periode waktu tertentu, bisa
harian, bulanan atau tahunan. Pengukuran dilaukan di empat wilayah berbeda
yaitu di Kota Jambi, Kab.Bantul, Kab.Sleman dan Kab.Karaganyar. Alat yang
digunakan untuk pengukuranadalag Pengukur Hujan Manual (Manual Rain
Gauge). Data yang diamati adalah tebal hujan, durasi hujan dan intensitas
hujan.
Pengukuran curah hujan di lokasi pertama yaitu pada Kretek,
Kab.Bantul, DIY. Pengukuran dilakukan pada tanggal 21 Maret 2021 dengan
durasi hujan 540 menit (9 jam). Didapatkan data tebal hujan 58 mm dengan
intensitas yang dihitung menggunakan rumus menurut Hasper Der Weduwen
didapatkan intensitas hujan 6,4 mm/jam. Berdasarkan Tabel 6.1 Kriteria Curah
Hujan menurut Sosrodarsono dan Takeda, 1985, maka hujan pada lokasi
pertama termasuk kategori hujan normal. Sedangkan berdasarkan Tabel 6.2
Kriteria Hujan menurut Lakitan, hujan lokasi pertama termasuk kategori sangat
deras. Curah hujan pada lokasi ini dipengaruhioleh topografi wilayah yang

7|Lab G eo Fisik, FIS UNY , 2021


UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
FAKULTAS ILMU SOSIAL
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

terletak 15 mdpl berdekatan dengan Samudra Hindia mengakibatkan curah


hujan yang teridentifikasi cukup banyak selama durasi waktu 18-24 Maret
2021.
Pengukuran curah hujan di lokasi kedua yaitu pada Jambi Timur, Kota
Jambi. Pengamatan dilakukan pada tanggal 21 Maret 2021 dengan durasi
hujan 185 menit (3 jam lebih 8 menit). Didapatkan data tebal hujan 0,37 mm
dengan intensitas yang dihiung menggunakan rumus menurut Hasper Der
Weduwen didapatkan intensitas hujan 22,4 mm/jam. Berdasarkan Tabel 6.1
Kriteria Curah Hujan menurut Sosrodarsono dan Takeda, 1985, maka hujan
pada lokasi kedua termasuk kategori hujan sangat lebat. Sedangkan
berdasarkan Tabel 6.2 Kriteria Hujan menurut Lakitan, hujan lokasi kedua
temasuk kategori sangat deras. Curah hujan pada lokasi ini dipengaruhi juga
oleh topografi wilayah yang terletak di pesisir timur Sumatra, meskipun tidak
berbatasan langsung dengan laut, curah hujan yang teridentifikasi sangat
banyak selama durasi waktu 18-24 Maret 2021.
Pengukuran curah hujan pada lokasi ketiga dan keempat yaitu pada
Kab. Sleman dan Kab. Karanganyar diketahui bahwa pengukuran pada
tanggal 18-24 Maret 2021 tidak teridentifikasi terjadi hujan, sehingga intensitas
hujan yang didapatkan adalah 0 mm/menit. Hal ini di pengaruhi oleh topografi
kedua tempat ini yaitu Kab. Sleman yang terletak di kaki Gunung Lawui dan
Kab. Karanganyar yang berdekatan dengan Gunung Lawu mengakibatkan
suhu udara di kedua wilayah relatif rendah sehingga evaporasi sedikit. Selain
itu dipengaruhi juga jauhnya kedua wilayah dari pesisir pantai, karena semakin
jauh lokasi dari titik evaporasi maka jangkauannya juga akan semakin kecil,
yang mengakibatkan kedua lokasi ini tidak terjangkau hujan.

F. Kesimpulan
Kesimpulan yang didapatkan dari pengukuran curah hujan pada
praktikum keenam ini yaitu :
1. Setiap daerah memiliki curah dan intensitas hujan yang berbeda-beda

8|Lab G eo Fisik, FIS UNY , 2021


UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
FAKULTAS ILMU SOSIAL
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

2. Topografi berpengaruh terhadap curah dan intensitas hujan, selain itu


suhu serta arah angin sangat mempengaruhi terjadinya hujan
3. Lokasi pertama dan kedua terjadi hujan memiliki topografi dekat
dengan pesisir pantai
4. Lokasi ketiga dan keempat yang memiliki topografi jauh dari pesisir dan
berdekatan dengan gunung tidak mengalami hujan

Daftar Pustaka
Lakitan, B.1994. Dasar–Dasar Klimatologi. Jakarta : PT Raja Garfindo Persada
Prayuda, D.D. 2015. Analisi Karakteristik Intensitas Hujan di Wilayah Lereng
Gunung Merapi. Jurnal Rekayasa Infrastruktur 1(1) : 1-43
Sosrodarsono, suyono & Takeda, Kensaku. 2003.”Hidrologi untuk Pengairan”
: PT. Pradnya Paramita
Sri Harto Br. 2000. “Hidrologi Teori Masalah Penyelesaian”. Nafiri. Jakarta
Susilowati & Sadad, I. 2015. Analisa Karakteristik Curah Hujan di Kota Bandar
Lampung. Jurnal Konstruksia 7(1) : 13-26

9|Lab G eo Fisik, FIS UNY , 2021

Anda mungkin juga menyukai