Anda di halaman 1dari 5

PRAKTIKUM SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

ACARA IV

Buffering
Anggun Nur Wijayanti (20405244045) / A2

A. Tujuan
Tujuan dari praktikum sistem informasi geografi acara satu dengan judul acara ke-empat
adalah sebagai berikut.
1. Mahasiswa mampu melakukan buffering

Alat yang digunakan praktikum acara empat dengan judul Buffering adalah sebagai
berikut.
a. Seperangkat komputer dengan spesifikasi yang memadai
b. ArcGIS 10.6.1.
1. Bahan
Bahan yang digunakan praktikum acara satu dengan judul acara Digitasi Peta adalah
sebagai berikut.
a. Data Peta shp Kab Magelang
b. Data Peta shp Kota Magelang
c. Data Peta Kecamatan Borobudur

B. Dasar Teori
Buffer adalah analisis spasial yang akan menghasilkan unsur-unsur spasial (didalam layer lain)
yang bertipe poligon. Unsur-unsur ini merupakan area atau buffer yang berjarak (yang
ditentukan) dari unsur-unsur spasial yang menjadi masukannya (ditentukan atau terpilih
sebelumnya melalui salah satu mekanisme query). Buffer berfungsi untuk membuat area dengan
jarak tertentu dari suatu obyek. Dalam subsistem manipulasi dan analisis data, contoh contoh
proses yang dilakukan antara lain berupa buffer (Prahasta, 2008).
Banjir merupakan salah satu bencana alam yang sering terjadi di berbagai daerah baik itu
perkotaan maupun di daerah pedesaan. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)
menyebutkan dari tahun 2015 sampai bulan September 2019 bencana banjir menempati posisi
ke dua dalam urutan bencana alam yang sering terjadi di negara Indonesia. Kondisi dari bentuk
morfologi Indonesia yang beragam serta memiliki banyak sungai, menyebabkan Indonesia sering
mengalami banjir setiap musim penghujan. Banjir adalah Header halaman genap: Nama Jurnal.
Volume 01 Nomor 01 Tahun 2012, 0 - 216 keadaan terendamnya suatu daratan oleh genangan
air karena volume air meningkat akibat hujan lebat, luapan air sungai atau tanggul sungai yang
jebol.
Penyebab banjir di Indonesia umumnya terjadi akibat penebangan hutan tanpa tindakan
reboisasi, pembuangan sampah di aliran sungai, serta pembangunan rumah di bantaran sungai
(Prasetyo dan Hariyanto, 2017:98). Faktor – faktor tersebut akan mengakibatkan penurunan dari
fungsi DAS dan dapat menyebabkan parahnya bencana banjir. Fenomena DAS yang kritis dapat
menyebabkan kemampuan penurunan DAS, saat musim hujan berlangsung akan terjadi banjir
dan saat musim kemarau akan terjadi kekeringan karena tidak dapat menyimpan cadangan air
(Setyowati dan Suharini, 2014:2). Peningkatan kerusakan DAS dapat dilihat dari adanya
peningkatan bencana banjir khususnya di daerah hilir karena banyaknya sedimentasi yang
terbawa dari hulu akibat perubahan penggunan lahan yang ekstrem
Mitigasi bencana sebagai salah satu langkah persiapan dalam menghadapi bencana sudah
dikenal oleh warga dunia sejak lama. Pada tahun 1991, Program Pembangunan Perserikatan
BangsaBangsa bekerja sama dengan Kantor Koordinator Bntuan Perserikatan BangsaBangsa
mengeluarkan modul pelatihan Mitigasi Bencana untuk Program Pelatihan Manajemen Bencana
(DMTP). Kemudian modul ini menjadi acuan negara-negara di dunia guna mengurangi resiko
bencana.
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta menjadi salah satu provinsi di Indonesia yang
memiliki tingkat ancaman bencana tinggi. Menurut peta ancaman bencana D.I Yogyakarta,
setidaknya D.I Yogyakarta memiliki 10 potensi ancaman bencana. Ancaman bencana di D. I
Yogyakarta yaitu letusan gunung api, tanah longsor dan erosi, banjir, tsunami, gelombang
pasang/abrasi, gempa bumi, kekeringan, epidemic dan wabah penyakit, kegagalan teknologi dan
cuaca ekstrim. Bencana banjir adalah salah satu bencana yang paling sering terjadi. Tercatat
setiap tahun, Kota Yogyakarta mengalami banjir dibeberapa lokasi, terutama wilayah yang
terletak dekat dengan bantaran sungai (Mujiatun, 2017).

C. Langkah Kerja
1. Displaying Data
a. Buka program ArcMap dan mulai dengan proyek baru (Blank Map)
b. File –Add Data – Pilih shp Kab Magelang – klik Add
c. File –Add Data – Pilih shp Kota Magelang – klik Add
d. File –Add Data – Pilih shp Sungai Kab Magelang – klik Add
2. Melakukan Merge
a. Klik geoprocessing – merge –input feature – data shp sungai Kota dan Kab
Magelang – output feature class – beri nama – save –ok
b. Open atrribute table-sort descending pada tabel NAMAOBJ-blok sungai progo
3. Clip
a. Open attribut table-sort descending bagian NAMAOBJ-blok sungai progo
b. Klik Geoprocessing-clip-input feature class-beri nama-save-ok
4. Buffering
a. Arc tool boox-analysis tool-promixity-multiple ring buffer-input feature, pilih file clip
sungai progo-distance-masukkan jarak 200,500 dan 800-bufeer unit, pilih meter-
output features class beri nama multibufferprgogo-save-ok
b. Klik kanan layer file multibuffer progo-properties-catgories-symbology-aturs warna:
200=merah, 500=kuning dan 800=hijau
5. Clip
a. Klik geoprocessing-clip-input features, pilit multibuffer progo-clip feature, pilih clip
kecamatan Brorobudur- output featres class beri nama buffer borobudur-save-ok
b. Klik kanan layer buffer borobudur-prpperties-categories-symbology-atur warna
sama seperti sebelumnya yaitu 200=merah, 500=kuning dan 800=hujai
6. Displaying data shp pemukiman
a. Klik kanan layers-file-add data-data shp pemukiman-add
7. Intersect
a. Klik geoprocessing-intersect-input features, pilih buffer borobudur dan pemukiman-
output features class beri nama intersect borobudur-ok
b. Open attribut tables-add field-KET-blok 200 lalu 500 lalu 800-field calculator-
kategorikan 200 rawan, 500 sedang dan 800 tidak rawan
8. Dissolve
a. Klik geoprocessing-dissolve-input features, klik intersect borobudur-bagian dissolve
centang KET-output features class, beri nama dissolve borobudur-save-ok

D. Hasil dan Pembahasan Praktikum


Hasil

Gambar 4.1 Hasil Layout Peta Kerawanan Banjir Kecamatan Brobudur

Tabel 4.1 Luas Area Kerawanan Banjir Kecamatan Borobudur

Jarak (distance) Keterangan Area (m)

200 Parah 9002

500 Sedang 23193

800 Tidak Parah 21038

Total 53233
Pembahasan
Menurut Prahasta,2008 Buffer adalah analisis spasial yang akan menghasilkan unsur-unsur
spasial (didalam layer lain) yang bertipe poligon. Unsur-unsur ini merupakan area atau buffer
yang berjarak (yang ditentukan) dari unsur-unsur spasial yang menjadi masukannya (ditentukan
atau terpilih sebelumnya melalui salah satu mekanisme query). Buffer berfungsi untuk membuat
area dengan jarak tertentu dari suatu obyek. Dalam subsistem manipulasi dan analisis data,
contoh contoh proses yang dilakukan antara lain berupa buffer.
Pada praktikum acara ke-empat melakukan buffering Kabupaten Magelang yaitu Kecamatan
Borobudur. Pemukiman yang dianalisis kali ini adalah pemukiman yang dekat dengan sungai
Progo. Proses buffering yang dilakukan pada pemukiman kawasan kerawanan banjir di
Kecamatan Brorbudur yang berjarak sejauh 200, 500 dan 800 meter. Pemukiman yang terdampak
200 meter dari Sungai Progo diketahui seluas 9002 meter, pemukiman ini kemungkinan akan
terdampak parah apabila Sungai Progo meluap. Bencana yang mungkin terjadi adalah kebanjiran
dan bahaya kesehatan lain.  Banjir memiliki dampak yang cukup merugikan bagi masyarakat.
Harta benda yang terkena banjir akan rusak dan hanyut bersama air. Selain itu, persediaan air
bersih yang langka akan menimbulkan penyebaran penyakit akibat air yang kotor. Stok makanan
juga menjadi terbatas karena akses yang sulit. Bagi daerah tertentu, banjir juga bisa
menyebabkan kegagalan panen dan matinya beberapa tanaman dikarenakan tidak kuat
terendam banjir. Rangkain mitigasi bencana banjir sudah seharusnya disadari dan dilakukan oleh
masyarakat. Kesadaran terhadap bencana akan membuat kita terhindar dari hal yang
membahayakan diri sendiri maupun orang lain. Bencana tidak selamanya datang dan disebabkan
karena kondisi alam. Terdapat beberapa bencana yang juga disebabkan karena ulah tangan
manusia seperti halnya banjir. Sehingga, kita sebagai masyarakat tangguh bencana dan siap siaga
harus mengantisipasinya dengan cara mitigasi bencana banjir (bpdb.jogjaprov.go.id).
Berikutnya yaitu pemukiman yang berjarak 500 meter dari sungai Progo termasuk kedalam
kategori sedang dengan luas area sebesar 23193 meter. Dampak Sungai Progo pada pemukiman
sedang atau hanya sedikit terkena dampak, tetapi upaya mitigasi masih harus disadari oleh
masyarakat sehingga saat bencana melanda mereka sudah siap siaga menghadapi, selain itu
sosialisasi pemerintah juga harus digalakkan lagi. Terakhir adalah pemukiman yang berjarak 800
meter, pemukiman ini memiliki luas area sebesar 21038 meter. Pemukiman termasuk kategori
tidak parah, sehingga tidak akan begitu merasakan dampak atau sama sekali tidak merasakan
dampak sungai Progo apabila meluap. Sehingga jumlah total pemukiman yang terdampak
Sungai Progo pada Kecamatan Borobudur Kab.Magelang sebesar 53233 meter.
Upaya mitigasi yang dapat dilakukan masyarakat sekitar Sungai Progo antara lain yaitu
menjaga lingkungan sekitar, menghindari membangun rumah di pinggir sungai atau dekat
sungai, melakukan reboisasi, rajin membuang sampah pada tempatnya dan rajin membersihkan
saluran air.

E. Kesimpulan
1. Buffer adalah analisis spasial yang akan menghasilkan unsur-unsur spasial (didalam
layer lain) yang bertipe poligon
2. Pemukiman berjarak 200 meter termasuk kedalam kategori parah dengan luas area
sebesar 9002 meter
3. Pemukiman berjarak 500 meter termasuk kedalam kategori sedang dengan luas area
sebesar 23193 meter
4. Pemukiman berjarak 800 meter termasuk kedalam kategori tidak parah dengan luas
area sebesar 21058 meter
5. Jumlah total pemukiman yang terdampak Sungai Progo di Kec Borobudur sebesar
53233 meter
6. Upaya mitigasi yang dapat dilakukan yaitu menjaga lingkungan sekitar, menghindari
membangun rumah di pinggir sungai atau dekat sungai, melakukan reboisasi, rajin
membuang sampah pada tempatnya dan rajin membersihkan saluran air.

Daftar Pustaka
Mujiatun. 2017. Mitigasi Bencana di Kota Yogyakarta Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Geo
Educasia No 2(2): 175-188
Prahasta, Eddy. 2008. Model Permukaan Dijital. INFORMATIKA: Bandung
Pratiwi, H. E., & Prasetyo, K. (2015). Analisis Tingkat Kerawanan Banjir di Kabupaten
Lamongan. Sumber, 2019.

Anda mungkin juga menyukai