Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS


ACARA IV

BUFFERING: PEMODELAN ZONASI

FAHREZA YOGA ADITAMA (21405244047)/K4

A. Tujuan
Tujuan dari praktikum sistem informasi geografi acara satu dengan judul acara
Buffering Pemodelan Zonasi adalah sebagai berikut.
1. Mahasiswa dapat melakukan proses Buffering.
2. Mahasiswa dapat membuat peta jangkauan sarana pendidikan.
3. Mahasiswa dapat menganalisis wilayah yang terjangkau sarana pendidikan.

B. Alat dan Bahan


1. Alat
Alat yang digunakan praktikum acara satu dengan judul acara Pembuatan Peta
Administratif adalah sebagai berikut.
a. Seperangkat komputer dengan spesifikasi yang memadai
b. ArcGIS 10.8
2. Bahan
Bahan yang digunakan praktikum acara satu dengan judul acara Buffering
Pemodelan Zonasi adalah sebagai berikut.
a. Data attribute tabel Pendidikan Kecamatan Kayu Agung

Gambar 4.1 Attribute tabel Pendidikan Kecamatan Kayu Agung


b. Data Shapefile pemukiman kecamatan kayu agung

Gambar 4.2 Shp pemukiman kayu agung


c. Data Shapefile batas administrasi kecamatan kayu agung

Gambar 4.3 Shp Batas administrasi


C. Dasar Teori
SIG
Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah gabungan dari 3 unsur pokok yaitu sistem,
informasi dan geografis. Dengan melihat unsur-unsur pokoknya, maka jelas Sistem Informasi
Geografis merupakan salah satu sistem informasi yang menekankan pada unsur “Informasi
Geografis”. Sistem Informasi Geografis merupakan sejenis perangkat lunak ( software) yang
dapat digunakan untuk pemasukan, penyimpanan, manipulasi, menampilkan dan keluaran
informasi geografis berikut atribut dari Sistem Informasi Geografis. Menurut Prahasta
(2002:55) SIG adalah 3ystem computer yang digunakan untuk mengumpulkan, memeriksa,
mengintegrasikan, dan menganalisa informasi-informasi yang berhubungan dengan
permukaan bumi.
BUFFERING
Buffering merupakan salah satu teknik analisis pada SIG. Buffer merupakan teknik analisis
yang mengidentifikasi hubungan antara suatu titik dengan area di sekitarnya atau disebut
sebagai Proximity Analysis (analisis faktor kedekatan) (Aqli et al., 2010). Buffer merupakan
konsepsi fungsi atau fasilitas yang dapat ditemui pada setiap aplikasi SIG termasuk ArcView.
Fasilitas ini sering digunakan dalam pekerjaan analisis yang berkaitan dengan ‘regulasi’
lingkungan (Prahasta, 2002). Dalam Prahasta (2002), secara anatomis Buffer merupakan
sebentuk zona yang mengarah keluar dari sebuah obyek pemetaan apakah itu sebuah titik,
garis, atau area (poligon). Dengan membuat Buffer, akan terbentuk suatu area yang
melingkupi atau melindungi suatu obyek spasial dalam peta (buffered object) dengan jarak
tertentu. Jadi zona-zona yang terbentuk secara grafis ini digunakan untuk mengidentifikasi
kedekatan-kedekatan spasial suatu obyek peta terhadap obyek-obyek yang berada di
sekitarnya.
- Bentuk Buffer yang berangkat dari elemen titik dalam peta. Buffer dapat berhierarki
dalam skala tertentu untuk menunjukkan pengaruh suatu nilai terhadap area yang
dilingkupinya (DeMers, 2009)

Gambar 4.4 ilustrasi buffer bentuk point


- Bentuk Buffer yang berangkat dari elemen garis atau unsur path, dapat menggambarkan
nilai yang terkandung dalam garis tersebut sebagai kondisi tertampung’ contohnya
dalam sungai atau kanal (DeMers, 2009)

Gambar 4.5 Ilustrasi buffer bentuk line/garis


- Bentuk Buffer yang terbuat dari unsur polygon seperti contohnya merepresentasikan
dampak keberadaan danau atau suatu kawasan yang mewadahi suatu kegiatan (DeMers,
2009)

Gambar 4.6 Ilustrasi buffer bentuk polygon/area


PROXIMITY ANALYSIS
Proximity analysis adalah salah satu analisis yang digunakan dalam penentuan lahan
untuk keperluan strategi pemasaran dalam suatu bisnis atau perdagangan. Proximity analysis
dalam Sistem Informasi Geografis (SIG) merujuk pada analisis yang dilakukan untuk
mengevaluasi hubungan spasial atau jarak antara berbagai objek geografis, lokasi, atau
elemen dalam lingkungan geografis. Analisis ini memungkinkan pengguna SIG untuk
memahami sejauh mana objek atau lokasi tertentu berhubungan dengan objek atau lokasi
lain dalam konteks geografis.
KETERJANGKAUAN SARANA PENDIDIKAN
Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan dasar setiap manusia selain kesehatan,
pangan dan permukiman karena dengan peningkatan pendidikan manusia di suatu wilayah
akan berdampak baik pada wilayah tersebut. Pendidikan di Indonesia telah diatur dalam
peraturan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional yang didalam Pasal No 6 ayat (1) menyatakan bahwa “Setiap warga
negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun wajib mengikuti pendidikan
dasar”. Berdasarkan peraturan tersebut diketahui bahwa setiap warga negara Indonesia
berhak mendapatkan pelayanan pendidikan oleh pemerintah pada jenjang Sekolah Dasar
(SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Oleh karena itu, selain dengan mengadakan
sistem pendidikan pada kurikulum dan tenaga pengajar pada setiap jenjang pendidikan,
diperlukan juga fasilitas pendidikan formal untuk SD dan SMP yang efektif dan efisien. Sarana
maupun prasarana pendidikan yang baik akan meningkatkan angka pendidikan di suatu
wilayah, hal ini dikarenakan dengan fasilitas yang memadai bagi seluruh penduduk akan
mudah pula seluruh penduduk untuk mengakses fasilitas tersebut. Dengan demikian,
permasalahan mengenai ketersediaan yaitu dengan memenuhi kebutuhan penduduk yang
ada di suatu wilayah merupakan hal yang sangat penting. Selain itu, apabila ketersediaan
fasilitas pendidikan sudah mampu memenuhi kebutuhan penduduk, harus dapat dipastikan
bahwa setiap fasilitas tersebut terjangkau baik jarak optimal oleh setiap penduduk. Dengan
demikian, tidak terjadi kesenjangan fasilitas pendidikan antara bagian wilayah satu dengan
yang lainnya.
Dasar penyediaan sarana pendidikan adalah untuk melayani setiap unit administrasi
pemerintahan baik yang informal (RT, RW) maupun yang formal (Kelurahan, Kecamatan), dan
bukan didasarkan semata-mata pada jumlah penduduk yang akan dilayani oleh sarana
tersebut. Dasar penyediaan sarana pendidikan ini juga mempertimbangkan pendekatan
desain keruangan unit-unit atau kelompok lingkungan yang ada. Tentunya hal ini dapat
terkait dengan bentukan grup bangunan/blok yang nantinya terbentuk sesuai konteks
lingkungannya. Sedangkan penempatan penyediaan fasilitas ini akan mempertimbangkan
jangkauan radius area layanan terkait dengan kebutuhan dasar sarana yang harus dipenuhi
untuk melayani pada area tertentu. Perencanaan sarana pendidikan harus didasarkan pada
tujuan pendidikan yang akan dicapai, dimana sarana pendidikan dan pembelajaran ini akan
menyediakan ruang belajar harus memungkinkan siswa untuk dapat mengembangkan
pengetahuan, keterampilan, serta sikap secara optimal. Oleh karena itu dalam merencanakan
sarana pendidikan harus memperhatikan:
a) berapa jumlah anak yang memerlukan fasilitas ini pada area perencanaan;
b) optimasi daya tampung dengan satu shift;
c) effisiensi dan efektifitas kemungkinan pemakaian ruang belajar secara terpadu;
d) pemakaian sarana dan prasarana pendukung;
e) keserasian dan keselarasan dengan konteks setempat terutama dengan berbagai jenis
sarana lingkungan lainnya.
Tabel 4.1 Acuan Penggunaan lahan sarana Pendidikan

KAIDAH KARTOGRAFIS DAN SIMBOLOGI


Aturan atau ketentuan yang menjadi dasar dan acuan dalam desain dan visualisasi peta
agar memberikan hasil yang baik dan efektif merupakan termasuk pengertian kaidah
kartografi. Kraak dan Ormeling (1996) menyebut kaidah kartografis dengan istilah
cartographic grammar atau cartographic rule, dan bermanfaat untuk memperbaiki transfer
informasi dengan menggunakan karakteristik murni berbagai karakteristik simbol grafis.
Dalam kaidah kartografis terdapat simbol kartogrfis yang didalamnya terdapat Semiologi
kartografis, yaitu pemikiran teoretis tentang simbol kartografis, yaitu hubungan simbol
dengan fenomena yang disajikan dan keefektifannya dalam mengkomunikasikan informasi
kepada pengguna peta (Boss, 1977 dalam (Handoyo, 2009)).
D. Langkah Kerja
1. Displaying data
a. Buka software ArcMap 10.8.1 di bagian desktop
b. Lalu pilih Add Data pada bagian toolbars dan Buka folder Bahan Praktikum Acara
IV pilih data shapefile Batas Administrasi Kabupaten Ogan Komering Ilir, shapefile
permukiman Kabupaten Ogan Komering Ilir.
c. Lalu akan muncul data vektor berupa batas administrasi, sungai, dan permukiman
Kabupaten Bangka..
2. Clip
a. Pada bagian Input Features masukkan data Kecamatan Kayu Agung.
b. Pada bagian Clip Features masukkan data batas Kabupaten Ogan Komering Ilir.
c. Lalu pada bagian Output Features pilih lokasi penyimpanan dan beri nama Clip
kecamatan Kayu Agung.
d. Pada bagian Clip Features masukkan data Kecamatan kayu agung.
e. Lalu pada bagian Output Features pilih lokasi penyimpanan dan beri nama Clip
Kecamatan kayu agung.
3. Buffer
a. Lakukan buffering pada data hasil Clip Kecamatan Kayu Agung.
b. Pilih ArcToolbox lalu klik geoprocessing pilih buffer.
c. Pada bagian Buffer lalu bagian Input Features masukkan Persebaran SD Kecamatan
Kayu Agung > Pada Outputnya dinamai Buffer SD > Pada bagian Distance
diinputkan 1000m sesuai dengan SNI 03-1733-1989, Tata cara perencanaan
kawasan perumahan kota > Pada bagian Buffer Units pilih Meters lalu pilih OK.
d. Selanjutnya lakukan yang sama pada SMP.
e. Pilih ArcToolbox lalu klik geoprocessing pilih buffer.
f. Pada bagian Buffer lalu bagian Input Features masukkan Persebaran SMP
Kecamatan Kayu Agung > Pada Outputnya dinamai Buffer SMP > Pada bagian
Distance diinputkan 1000m sesuai dengan SNI 03-1733-1989, Tata cara
perencanaan kawasan perumahan kota > Pada bagian Buffer Units pilih Meters lalu
pilih OK.
g. Selanjutnya lakukan yang sama pada SMA
h. Pilih ArcToolbox lalu klik geoprocessing pilih buffer > Pada bagian Buffer lalu bagian
Input Features masukkan Persebaran SMA Kecamatan Kayu Agung > Pada
Outputnya dinamai Buffer SMA > Pada bagian Distance diinputkan 3000m sesuai
dengan SNI 03-1733-1989, Tata cara perencanaan kawasan perumahan kota > Pada
bagian Buffer Units pilih Meters lalu pilih OK.
4. Simbolisasi
a. klik kanan pada data yang akan diberi simbolisasi (Buffer SD, SMP, dan SMA)
kemudian pilih Properties lalu pilih Symbology pada bagian Show pilih Categories.
b. Lalu klik Unique Values dan bagian Value Field pilih NAMOBJ kemudian klik pada
keterangan all other values.
c. Jika ingin mengubah keterangan label dapat disesuaikan dengan kebutuhan,
contohnya Jangkauan Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah
Menengah Atas/Setingkat (SMA).
d. Untuk pemilihan warna setiap variabel dapat diedit melalui double klik pada
symbol/value atau klik kiri/kanan pada layers dan bisa pilih pewarnaan.
e. Selain pemilihan warna, dalam simbolisasai dapat dilakukan pengubahan pada
jenis simbol yang digunakan, misalnya penggunaan titik kecil, titik besar, garis-
garis, simbol bendera, dan lainnya.
5. Layouting
a. Sebelum melakukan layout tampilan pada ArcMap harus di ubah dari data view ke
layout view. Cara merubah tampilannya dengan Klik Icon Layout View di pojok kiri
bawah.
b. Mengatur halaman dan ukuran kertas. Klik kanan di tempat kosong pada layout
view > Pilih Page and Print Setup. Maka akan muncuk Jendela Pengaturan atur
kertas kedalam ukuran A4 dan orientasi di ubah menjadi landscape agar sama
dengan ukuran kertas laporan. Kemudian klik Ok.
c. Memulai Proses Layouting. Melakukan uncheck pada peta penggunan lahan
kecamatan Kayu Agung.
d. Hal yang perlu diatur adalah, mata angin (pada insert), skala (pada insert), judul dan
kelengkapannya (pada insert), serta koordinat dan grid (pada view data frame
properties).
e. Untuk koordinat dilakukan pengaturan melalui fungsi view data frame properties,
dengan memilih zona koordinat, dan tipe koordinat.
f. Pengaturan lainnya yang perlu diperhatikan adalah pengaturan inset peta,melalui
fungsi data frame, dan add data pada data frame yang sudah dibuat dalam bentuk.
shp menggunakan Peta Indonesia dan Peta kecamatan Kayu Agung
g. Setelah itu add data kembali. Peta penggunaan lahan Kecamatan Kayu Agung
Kabupaten Ogan Komering Ilir
h. Mengubah tatanan layer agar layer yang diberi warna khusus (menunjukkan
kawasan yang dilayout) muncul diatas layer peta keseluruhan.
i. Menambahkan koordinat, skala dan skala batang.
j. Pada langkah terakhir, penambahan judul, nama, legenda, tahun pembuatan dan
sumber.
k. Setelah selesai layouting pilih menu file lalu export map dan pilih format file
JPG/PNG/PDF, lalu klik save

E. Hasil dan Pembahasan Praktikum


Hasil
1. Hasil Layout Peta Jangkauan Sarana Pendidikan Kecamatan Kayu Agung

Gambar 4.7 Layout Peta Jangkauan Sarana Pendidikan Kecamatan Kayu Agung

Pembahasan
Pada praktikum acara 4 ini melakukan pemodelan zonasi jangkauan sarana Pendidikan
menggunakan buffering dengan proximity analysis, Buffering merupakan salah satu teknik
analisis pada SIG. Buffer merupakan teknik analisis yang mengidentifikasi hubungan antara
suatu titik dengan area di sekitarnya atau disebut sebagai Proximity Analysis (analisis faktor
kedekatan) (Aqli et al., 2010). Proximity analysis adalah salah satu analisis yang digunakan
dalam penentuan lahan untuk keperluan strategi pemasaran dalam suatu bisnis. Dalam
praktikum ini, buffering dilakukan untuk melihat pemerataan fasilitas Pendidikan di
kecamatan Kayu Agung.
Proses buffering dilakukan pada data pendidikan di Kecamatan Kayu Agung dan
menghasilkan zona jangkauan untuk objek SD, SMP, dan SMA dengan jangkauan radius
pancapaian jarak untuk objek SD dan SMP yaitu 1000 meter, sedangkan untuk jangkauan
radius obyek SMA yaitu 3000 meter . Dalam praktikum ini, zona jangkauan untuk SD
disimbolkan dengan lingkaran berwarna merah dan untuk SMP berwarna biru dan SMA
berwarna abu-abu. Penggunaan radius pencapaian jarak pada masing-masing tingkatan
pendidikan tersebut didasarkan pada klasifikasi kebutuhan sarana pendidikan dan
pembelajaran yang dapat dijangkau masing-masing tingkatan Pendidikan berdasarkan tabel
4.1 menurut (SNI 03-1733- 2004).
Berdasarkan pada hasil layout peta tersebut dapat dilihat bahwa layanan pendidikan di
Kecamatan Kayu Agung berada disekitar area pemukiman, dan juga dekat dengan akses
jalan. Selain itu juga beberapa Sekolah Dasar menjangkau kecamatan sekitarnya sehingga
hal tersebut menunjukkan bahwa fasilitas Pendidikan di wilayah tersebut dapat dijangkau
dengan mudah oleh Masyarakat, tidak hanya Sekolah Dasar saja terdapat Sekolah Menengah
Pertama dan Sekolah Menengah Atas serta bahkan PAUD yang menjangkau diuar kecamatan
Kayu Agung, berdasarkan hal tersebut sarana Pendidikan di wilayah itu sudah memadai
sesuai dengan peraturan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional yang didalam Pasal No 6 ayat (1) menyatakan bahwa “Setiap
warga negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun wajib mengikuti
pendidikan dasar”. Berdasarkan peraturan tersebut diketahui bahwa setiap warga negara
Indonesia berhak mendapatkan pelayanan pendidikan oleh pemerintah pada jenjang
Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Keberadaan suatu fasilitas
pendidikan di suatu wilayah tidak hanya sebatas ada atau tidaknya ketersediaan fasilitas
tersebut, namun fasilitas pendidikan harus mampu memberikan jangkauan pelayanan
minimal agar dapat dijangkau oleh siswa tersebut (Pancarrani & Pigawati, 2014).
Dalam laporan praktikum ini juga, kami akan membahas pentingnya layouting peta dalam
Sistem Informasi Geografis (SIG). Layouting peta adalah tahap kritis dalam proses pembuatan
peta yang memungkinkan kita untuk menyusun informasi geografis secara visual dalam
bentuk peta yang mudah dipahami dan informatif. Tujuan utama dari layouting peta adalah
untuk menyampaikan informasi geografis dengan jelas kepada pemirsa.

F. Kesimpulan
Dari praktikum yang sudah dilakukan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Teknik analisis buffering dapat dimanfaatkan dalam mengetahui jangkauan pelayanan
sarana Pendidikan Kecamatan Kayu Agung.
2. Radius pencapaian sarana pendidikan didasarkan pada SNI 03-1733-2004, yaitu Sekolah
Dasar/Setingkat (SD) dan Sekolah Menengah Pertama/Setingkat (SMP) memiliki
jangkauan radius pencapaian jarak 1000 meter, sedangkan Sekolah Menengah
Atas/Setingkat (SMA) memiliki jangkauan radius pencapaian 3000m.
3. Radius jangkauan sarana pendidikan di Kecamatan Kayu Agung dekat dengan
pemukiman dan akses jalan sehingga memudahkan aksesnya untuk masyarakat.
4. Terdapat beberapa SD, SMP, SMA yang menjangkau luar kecamatan Kayu Agung yang
mana hal tersebut menunjukkan fasilitas Pendidikan sudah memadai
Daftar Pustaka

Aqli, W., Jurusan, D., & Ft, A. (2010). Analisa Buffer dalam Sistem Informasi Geografis untuk
Perencanaan Ruang Kawasan. INERSIA, 6(2).
DeMers, Michael N.(2009). GIS For Dummies. Indianapolis: Wiley Publishing Inc.
Depdikbud., RI. (2003). UU RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Depdikbud RI.
Prahasta, E. (2010). Sistem Informasi Geografis: Konsep-Konsep Dasar. Bandung : Informatika.
Prahasta, Eddy. (2002). Konsep-Konsep Dasar Sistem Informasi Geografis. Bandung: Informatika
Bandung.

Anda mungkin juga menyukai