Anda di halaman 1dari 40

T. MUDI HAFLI., ST.

, MT
REKAYASA HIDROLOGI
Hujan Kawasan (Daerah Tangkapan Air = DTA)

• Data hujan yang diperoleh dari alat penakar hujan adalah hujan yang
terjadi pada satu tempat/satu titik (Point rainfall)
• Untuk kawasan yang luas satu alat penakar hujan belum dapat
menggambarkan hujan di wilayah tsb.
• Hujan kawasan diperoleh dari rata-rata curah hujan beberapa stasiun
penakar hujan yang ada didalam/disekitar wilayah kawasan tsb.

Alat Penakar hujan


Otomatis Jenis Hellman

Alat Penakar hujan


OtomatisTipping Bucket
Perhitungan Hujan Rata-rata kawasan

1. Rata-rata aljabar
Metode paling sederhana → asumsi semua penakar hujan mempunyai
pengaruh yang sama dan untuk daerah yang mempunyai topografi
datar/rata.
Persamaannya :

P1,P2,…Pi = curah hujan yang tercatat di pos penakar hujan


n = jumlah pos penakar hujan
2. Metode Poligon Thiessen/Metode rata-rata timbang (weighted mean)
▪ Asumsi variasi hujan antar pos linier
▪ Hasil metode poligon thiessen lebih akurat dibanding rata-rata aljabar
▪ Diterapkan pada daerah datar dengan luas 500 – 5000 km2

Persamaan :
• Contoh soal
Hitung hujan rata-rata DAS dengan metode rata-
rata aljabar dan poligon Thiessen untuk DAS
gbr.2.4

Penyelesaian :
1. Dengan cara rata-rata aljabar
• Contoh soal
Hitung hujan rata-rata DAS dengan metode rata-rataaljabar dan
poligon Thiessen untuk DAS gbr.2.4

Penyelesaian :
2. Dengan cara poligon Thiessen
3. Metode Isoyet
(Isoyet adalah kontur yang menghubungkan titik-titk dengan
kedalamn hujan yang sama. Dua garis isoyet tidak pernah saling
berpotongan)
Metode ini paling akurat untuk menentukan hujan rat-rata, cara
perhitungan metode isoyet adalah :
a.Plot data tinggi hujan untuk tiap pos penakar hujan pada peta
b.Gambar kontur tinggi hujan dengan menghubungkan titik-titik yang
mempunyai tinggi hujan yang sama (Interval isoyet yang umu
diapakai adalah 10 mm).
c.Hitung luas area antara dua garis isoyet dengan menggunakan
planimetri.Kalikan masing-masing luas areal dengan rata-rata hujan
anatar dua isoyet yang berdekatan.
Metode Isoyet untuk daerah berbukt dan tidak teratur dengan luas
lebih dari +/-5000 km2
intensitas curah hujan

Intensitas curah hujan adalah jumlah curah hujan yang dinyatakan dalam tinggi
hujan atau volume hujan tiap satuan waktu, yang terjadi pada satu kurun waktu air
hujan terkonsentrasi (Wesli, 2008). Besarnya intensitas curah hujan berbeda-beda
tergantung dari lamanya curah hujan dan frekuensi kejadiannya. Intensitas curah hujan
yang tinggi pada umumnya berlangsung dengan durasi pendek dan meliputi daerah
yang tidak luas. Hujan yang meliputi daerah luas, jarang sekali dengan intensitas tinggi,
tetapi dapat berlangsung dengan durasi cukup panjang. Kombinasi dari intensitas hujan
yang tinggi dengan durasi panjang jarang terjadi, tetapi apabila terjadi berarti sejumlah
besar volume air bagaikan ditumpahkan dari langit. (Suroso, 2006)
Metode Mononobe
Biasanya dalam perencanaan bangunan pengairan (misalnya drainase), debit rencana
sangat diperlukan untuk mengetahui kapasitas yang seharusnya dapat ditampung oleh
sebuah drainase, agar semua debit air dapat ditampung dan teralirkan. Oke kita masuk ke
intinya, metode yang biasa digunakan dalam perhitungan intensitas curah hujan adalah
sebagai berikut:

I : Intensitas curah hujan (mm/jam)


t : Lamanya curah hujan / durasi curah hujan (jam)
R24 : Curah hujan rencana dalam suatu periode ulang, yang nilainya
didapat dari tahapan sebelumnya (tahapan analisis frekuensi)
R24 , dapat diartikan sebagai curah hujan dalam 24 jam (mm/hari)
Contoh kasusnya seperti ini, jika anda ingin mengetahui intensitas
curah hujan dari data curah hujan harian selama 5 menit,
pengerjaannya adalah sebagai berikut (jika diketahui curah hujan
selama satu hari bernilai 56 mm/hari) :

Ubah satuan waktu dari menit menjadi jam. Contoh durasi selama 5 menit
menjadi durasi selama 5/60 atau selama 0,833 jam.
Metode Van Breen
Berdasarkan penelitian Ir. Van Breen di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa, curah
hujan terkonsentrasi selama 4 jam dengan jumlah curah hujan sebesar 90% dari
jumlah curah hujan selama 24 jam (Anonim dalam Melinda, 2007).
Perhitungan intensitas curah hujan dengan menggunakan Metode Van Breen adalah
sebagai
berikut :

I : Intensitas curah hujan pada suatu periode ulang (T tahun)


T

R T : Tinggi curah hujan pada periode ulang T


tahun (mm/hari)
dengan nilai yang sama dengan nilai yang digunakan dalam Metode Mononobe, maka
perhitungan intensitas curah hujan dengan Metode Van Breen, menghasilkan nilai sebagai
berikut :

ternyata nilai intensitas curah hujan selama 5 menit dengan nilai curah hujan harian mencapai
56 mm/hari dengan menggunakan Metode Van Breen, nilainya lebih besar dibandingkan
dengan perhitungan intensitas curah hujan menggunakan Metode Mononobe
Metode Haspers dan Der Weduwen
Metode ini berasal dari kecenderungan curah hujan harian yang dikelompokkan
atas dasar anggapan bahwa curah hujan memiliki distribusi yang simetris dengan
durasi curah hujan lebih kecil dari 1 jam dan durasi curah hujan lebih kecil dari 1
sampai 24 jam (Melinda, 2007)
Perhitungan intensitas curah hujan dengan menggunakan Metode Haspers & der Weduwen
adalah sebagai berikut

I : Intensitas curah hujan (mm/jam

R, Rt : Curah hujan menurut Haspers dan


Der Weduwen
t : Durasi curah hujan (jam)
Xt : Curah hujan harian maksimum yang
terpilih (mm/hari)
Dengan nilai contoh yang sama, akan tetapi dengan ditambah dengan durasi 60
menit
Analisa Frekuensi dan Probabilitas
• Sistem hidrologi kadang dipengaruhi oleh peristiwa-peristiwa ekstrim (hujan hebat, banjir & kekeringan)

• Besaran peristiwa ekstrim berbanding terbalik dengan frekuensi kejadiannya (peristiwa ekstrim jarang terjadi)

• Tujuan analisa frekuensi data hidrologi adalah berkaitan dengan besaran-besaran peristiwa ekstrim yang
berkaitan dengan frekunsi kejadiannya melalui penerapan distribusi kemungkinan (data hidrologi yang
dianalisa diasumsikan tidak bergantung/independent dan terdistribusi secara acak dan bersifat
stokasti/peluang.

• Frekuensi hujan adalah besaran kemungkinan suatu besaran hujan disamai atau dilampau.

• Kala-ulang (return period) adalah waktu hipotetik/dugaan dimana hujan dengan suatu besaran tertentu akan
disamai /dilampau (Misal. Hujan dgn return period 10 tahunan ≠ akan terjadi setiap 10 tahun tetapi ada
kemungkinan dalam jangka waktu 1000 th akan terjadi 100 kali kejadian hujan 10 tahunan & ada
kemungkinan selama kurun waktu 10 th terjadi hujan 10 tahunan lebuh dari satu kali/sebaliknya tidak terjadi
sama sekali).

• Analis frekuensi didasarakan pada sifat statistik data kejadian yang telah lalu untuk memperoleh probabilitas
besaran hujan dimasa yang akan datang, dengan anggapan bahwa sifat statistik kejadian hujan yang akan
datang masih sama dengan sifat statistik kejadian hujan masa lalu.
Analisa Frekuensi dan Probabilitas

Dalam ilmu statistik dikenal


beberapa distribusi frekunsi dan 4
jenis distribusi yang banyak
digunakan dalam bidang hidrologi,
yaitu :
1. Distribusi Normal
2. Distribusi Log Normal
3. Distribusi Log Person III
4. Distribusi Gumbel
Distribusi Normal
Distribusi normal / kurva normal / distribusi Gauss

XT = perkiraan nilai yang diharapkan terjadi dengan


periode T-tahunan
= nilai rata – rata hitung variant
S = deviasi standart nilai variant
KT = faktor frekuansi, merupakan fungsi dari
peluang/periode ulang dan tipe model
matematik distribusi peluang yang digunakan
untuk analisa peluang
Tabel Nilai Variabel Reduksi Gauss

Periode Ulang
Peluang KT
T (tahun)
1,001 0,999 -3,05
1,005 0,995 -2,58
1,010 0,990 -2,33
1,050 0,950 -1,64
1,110 0,900 -1,28
1,250 0,800 -0,84
1,330 0,750 -0,67
1,430 0,700 -0,52
1,670 0,600 -0,25 Sumber : Bornier, 1980
2,000 0,500 0
2,500 0,400 0,25
3,330 0,300 0,52
4,000 0,250 0,67
5,000 0,200 0,84
10,000 0,100 1,28
20,000 0,050 1,64
50,000 0,200 2,05
100,000 0,010 2,33
200,000 0,005 2,58
500,000 0,002 2,88
1,000,000 0,001 3,09
Contoh Soal 1
Dari data debit puncak banjir tahunan kali Garang di
bendung Simongan seperti tabal dibawah ini, hitung Debit
puncak banjir pada periode ulang 2,5,20 & 50 tahunan
dengan menggunkan Distribusi Normal.

Parameter statistik debit banjir Kali Garang di bendung


Simongan :

Jumlah Data (N) = 36 (tahun)


Rata-rata = 409,20 m3/dt
Deviasi Standart (S) = 195,56 m3/dt
Data debit puncak banjir Kali Garang di bendung Simongan
3 3
No. Tahun Debit, m /dt No. Tahun Debit, m /dt
1 1960 345,07 19 1981 482,25
2 1961 511,47 20 1982 371,27
3 1962 270,42 21 1983 294,62
4 1963 903,72 22 1984 270,42
5 1964 180,83 23 1985 511,47
6 1965 294,62 24 1986 294,62
7 1969 224,13 25 1987 371,27
8 1970 202,09 26 1988 398,1
9 1971 202,09 27 1989 345,07
10 1972 180,83 28 1990 903,72
11 1973 294,62 29 1991 541,26
12 1974 398,10 30 1992 482,25
13 1975 224,13 31 1993 798,84
14 1976 798,84 32 1994 319,51
15 1977 319,51 33 1995 371,27
16 1978 319,51 34 1996 425,55
17 1979 246,91 35 1997 541,26
18 1980 665,89 36 1998 425,55
Penyelesaian :

Debit puncak dengan periode ulang :

Q2 = 409,20 + 0 x 195,56 = 409,20 m3/dt


Q5 = 409,20 + 0,84 x 195,56 = 573,47 m3/dt
Q20 = 409,20 + 1,64 x 195,56 = 729,92 m3/dt
Q50 = 409,20 + 2,05 x 195,56 = 810,10 m3/dt
Distribusi Log Normal

Jika variabel acak Y = log X terdisdribusikan secara normal, dimana


Y = peluang log normal
X = Nilai fariant pengamatan

Model matematik untuk Log Normal :

YT = perkiraan nilai yang diharapkan terjadi dengan periode T-tahunan


= nilai rata – rata hitung variant
S = deviasi standart nilai variant
KT = faktor frekuansi, merupakan fungsi dari peluang/periode ulang dan
tipe model matematik distribusi peluang yang digunakan untuk
analisa peluang
Contoh Soal 2
Dari data debit puncak banjir tahunan kali Garang di
bendung Simongan seperti tabal dibawah ini, hitung Debit
puncak banjir pada periode ulang 2,5,20 & 50 tahunan
dengan menggunkan Distribusi Log Normal.

Parameter statistik debit banjir Kali Garang di bendung


Simongan :

Jumlah Data (N) = 36 (tahun)


Rata-rata = (Log ) = 2,57
Deviasi Standart (S) = 0,19 m3/dt
Perhitungan debit banjir Kali Garang dengan Distribusi Log Normal

No. Tahun Debit, m3/dt Log (X) No. Tahun Debit, m3/dt Log (X)
1 1960 345,07 2,54 19 1981 482,25 2,68
2 1961 511,47 2,71 20 1982 371,27 2,57
3 1962 270,42 2,43 21 1983 294,62 2,47
4 1963 903,72 2,96 22 1984 270,42 2,43
5 1964 180,83 2,26 23 1985 511,47 2,71
6 1965 294,62 2,47 24 1986 294,62 2,47
7 1969 224,13 2,35 25 1987 371,27 2,57
8 1970 202,09 2,31 26 1988 398,1 2,60
9 1971 202,09 2,31 27 1989 345,07 2,54
10 1972 180,83 2,26 28 1990 903,72 2,96
11 1973 294,62 2,47 29 1991 541,26 2,73
12 1974 398,10 2,60 30 1992 482,25 2,68
13 1975 224,13 2,35 31 1993 798,84 2,90
14 1976 798,84 2,90 32 1994 319,51 2,50
15 1977 319,51 2,50 33 1995 371,27 2,57
16 1978 319,51 2,50 34 1996 425,55 2,63
17 1979 246,91 2,39 35 1997 541,26 2,73
18 1980 665,89 2,82 36 1998 425,55 2,63
Penyelesaian

Dari persamaan model matematik Log Normal serta harga variable reduksi Gauss,
dapat dihitung Debit banjir puncak dengan periode ulang :

Y2 = Log X2 = 2,57 + 0 x 0,19 = 2,57


X2 = 371,54 m3/dt

Y5 = Log X5 = 2,57 + 0,84 x 0,19 = 2,73


X5 = 536,54 m3/dt

Y20 = Log X20 = 2,57 + 1,64 x 0,19 = 2,88


X20 = 761,38 m3/dt

Y50 = Log X50 = 2,57 + 2,05 x 0,19 = 2,96


X50 = 910,96 m3/dt
Distribusi Log-Person Type III

Tiga parameter dalam Log person III adalah :


1. Harga rata-rata
2. Simpangan baku
3. Koefisian kemencengan = Kemencengan
(skewness) adalah suatu nilai yang menunjukkan
derajat ketidaksimetrisan (assymetry) dari suatu
bentuk distribusi. Umumnya ukuran
kemencengan dinyatakan dengan besarnya
koefisien kemencengan (coefficient of skewness) -
Jika koefien kemencengan = 0, rumus kembali ke
distribusi normal
Langkah-langkah penggunaan distribusi log person III
1. Ubah data ke dalam bentuk logaritmis, X = log X
2. Hitung harga rata-rata

3. Hitung harga simpangan baku

4. Hitung Koefisien kemencengan

5. Hitung logaritma hujan atau banjir dengan periode ulang T

Dimana K adalah variable standart untuk X yang besarannya tergantung G


Contoh Soal 3
Dari data debit puncak banjir tahunan kali Garang di bendung
Simongan seperti tabal dibawah ini, hitung Debit puncak banjir
pada periode ulang 2,5,20 & 50 tahunan dengan menggunkan
Distribusi Log Person III.

Penyelesaian
Data debit banjir tahunan dikonversikan ke bentuk logaritma
(Y=log X), sehingga diperoleh parameter statistik sbb :

Rata-rata = (Log ) = 2,5697


Deviasi Standart dari logaritmik X, = 0,1902
Koefisin kemencengan dari variant log X, G = 0,3885
Perhitungan debit banjir Kali Garang dengan Distribusi Log Person III
No. Tahun Debit, m3/dt Log (X)
1 1960 345,07 2,54 0,0010108 0,0000
2 1961 511,47 2,71 0,0193544 0,0027
3 1962 270,42 2,43 0,0189506 -0,0026
4 1963 903,72 2,96 0,1492539 0,0577
5 1964 180,83 2,26 0,0976122 -0,0305
6 1965 294,62 2,47 0,0100877 -0,0010
7 1969 224,13 2,35 0,0480486 -0,0105
8 1970 202,09 2,31 0,0697780 -0,0184
9 1971 202,09 2,31 0,0697780 -0,0184
10 1972 180,83 2,26 0,0976122 -0,0305
11 1973 294,62 2,47 0,0100877 -0,0010
12 1974 398,10 2,60 0,0009176 0,0000
13 1975 224,13 2,35 0,0480486 -0,0105
14 1976 798,84 2,90 0,1107291 0,0368
15 1977 319,51 2,50 0,0042531 -0,0003
16 1978 319,51 2,50 0,0042531 -0,0003
17 1979 246,91 2,39 0,0313861 -0,0056
18 1980 665,89 2,82 0,0643650 0,0163
19 1981 482,25 2,68 0,0128987 0,0015
20 1982 371,27 2,57 0,0000000 0,0000
21 1983 294,62 2,47 0,0100877 -0,0010
22 1984 270,42 2,43 0,0189506 -0,0026
23 1985 511,47 2,71 0,0193544 0,0027
24 1986 294,62 2,47 0,0100877 -0,0010
25 1987 371,27 2,57 0,0000000 0,0000
26 1988 398,1 2,60 0,0009176 0,0000
27 1989 345,07 2,54 0,0010108 0,0000
28 1990 903,72 2,96 0,1492539 0,0577
29 1991 541,26 2,73 0,0267996 0,0044
30 1992 482,25 2,68 0,0128987 0,0015
31 1993 798,84 2,90 0,1107291 0,0368
32 1994 319,51 2,50 0,0042531 -0,0003
33 1995 371,27 2,57 0,0000000 0,0000
34 1996 425,55 2,63 0,0035106 0,0002
35 1997 541,26 2,73 0,0267996 0,0044
36 1998 425,55 2,63 0,0035106 0,0002
Dengan G= 0,3885 , maka harga K untuk periode ulang T. tahun dapat diperoleh
dengan interpolasi harga pada tabel “Nilai k untuk distribusi Log person III”, dari
persamaan dapat dihitung debit banjir dengan periode ulang T, sbb :
T = 2 tahun
Log X2 = 2,5697 + (-0,02678 x 0,1902)
= 2,5246
X2 = 366,92 m3/dt

T = 5 tahun
Log X2 = 2,5697 + (0,8326 x 0,1902)
= 2,7281
X2 = 534,64 m3/dt

T = 20 tahun
Log X2 = 2,5697 + (1,4664 x 0,1902)
= 2,8486
X2 = 705,69 m3/dt

T = 50 tahun
Log X2 = 2,5697 + (2,1398 x 0,1902)
= 2,9767
X2 = 947,80 m3/dt
Distribusi Gumbel

X = X + sK

K = faktor probabilitas, untuk harga-harga ekstrim dapat dinyatakan dalam


persamaan :
YTr − Yn
K=
Sn
Yn = reduced mean yang tergantung pada jumlah sampel atau data n
Sn = reduced standard deviation yang juga tergantung pada jumlah sampel
YTr = reduced variate yang dihitung dengan persamaan :

 Tr − 1 Tr = Periode Ulang untuk curah hujan


YTr = − ln − ln
 Tr  tahunan rata-rata
Dari persamaan diatas di
subtitusikan :
Tabel Reduced Mean (Yn)
Tabel Reduced Standart Deviation (Sn)
Pengeplotan Probabilitas
Untuk keperluan penentuan posisi ini, data hidrologi (hujan/banjir) yang telah
ditabelkan diurutkan dari besar ke kecil berdasarkan peringkat m.
Periode Ulang (Tr) dapat dihitung dengan beberapa metode berikut ini :
1. Weibull

2. California

3. Hanzen

4. Gringorten

5. Cunnane

6. Blom

7. Turkey
Contoh Soal 4
Dari data debit puncak banjir tahunan kali Garang di bendung Simongan seperti tabal dibawah
ini, hitung Debit puncak banjir pada periode ulang 2,5,20 & 50 tahunan dengan menggunkan
Distribusi Gumbel dan plotting persamaan Weilbull.

Penyelesaian
= 409,20 m3/dt
S = 195,56 m3/dt
n = 36

T = 2 Tahun = 369,87 m3/dt


T = 5 Tahun = 622,89 m3/dt
T = 20 Tahun = 877,08 m3/dt
T = 50 Tahun = 1038,17 m3/dt
Tahun Debit Banjir Urutan Debit Peringkat
(m3/dt) m
1 2 3 4 5 6
1960 345,07 903,72 1 0,027 37,000
1961 511,47 903,72 2 0,054 18,500
1962 270,42 798,84 3 0,081 12,333
1963 903,72 798,84 4 0,108 9,250
1964 180,83 665,89 5 0,135 7,400
1965 294,62 541,26 6 0,162 6,167
1969 224,13 541,26 7 0,189 5,286
1970 202,09 511,47 8 0,216 4,625
1971 202,09 511,47 9 0,243 4,111
1972 180,83 482,25 10 0,270 3,700
1973 294,62 482,25 11 0,297 3,364
1974 398,1 425,55 12 0,324 3,083
1975 224,13 425,55 13 0,351 2,846
1976 798,84 398,1 14 0,378 2,643
1977 319,51 398,1 15 0,405 2,467
1978 319,51 371,27 16 0,432 2,313
1979 246,91 371,27 17 0,459 2,176
1980 665,89 371,27 18 0,486 2,056
1981 482,25 345,07 19 0,514 1,947
1982 371,27 345,07 20 0,541 1,850
1983 294,62 319,51 21 0,568 1,762
1984 270,42 319,51 22 0,595 1,682
1985 511,47 319,51 23 0,622 1,609
1986 294,62 294,62 24 0,649 1,542
1987 371,27 294,62 25 0,676 1,480
1988 398,1 294,62 26 0,703 1,423
1989 345,07 294,62 27 0,730 1,370
1990 903,72 270,42 28 0,757 1,321
1991 541,26 270,42 29 0,784 1,276
1992 482,25 246,91 30 0,811 1,233
1993 798,84 224,13 31 0,838 1,194
1994 319,51 224,13 32 0,865 1,156
1995 371,27 202,09 33 0,892 1,121
1996 425,55 202,09 34 0,919 1,088
1997 541,26 180,83 35 0,946 1,057
1998 425,55 180,83 36 0,973 1,028

Anda mungkin juga menyukai