, MT
REKAYASA HIDROLOGI
Hujan Kawasan (Daerah Tangkapan Air = DTA)
• Data hujan yang diperoleh dari alat penakar hujan adalah hujan yang
terjadi pada satu tempat/satu titik (Point rainfall)
• Untuk kawasan yang luas satu alat penakar hujan belum dapat
menggambarkan hujan di wilayah tsb.
• Hujan kawasan diperoleh dari rata-rata curah hujan beberapa stasiun
penakar hujan yang ada didalam/disekitar wilayah kawasan tsb.
1. Rata-rata aljabar
Metode paling sederhana → asumsi semua penakar hujan mempunyai
pengaruh yang sama dan untuk daerah yang mempunyai topografi
datar/rata.
Persamaannya :
Persamaan :
• Contoh soal
Hitung hujan rata-rata DAS dengan metode rata-
rata aljabar dan poligon Thiessen untuk DAS
gbr.2.4
Penyelesaian :
1. Dengan cara rata-rata aljabar
• Contoh soal
Hitung hujan rata-rata DAS dengan metode rata-rataaljabar dan
poligon Thiessen untuk DAS gbr.2.4
Penyelesaian :
2. Dengan cara poligon Thiessen
3. Metode Isoyet
(Isoyet adalah kontur yang menghubungkan titik-titk dengan
kedalamn hujan yang sama. Dua garis isoyet tidak pernah saling
berpotongan)
Metode ini paling akurat untuk menentukan hujan rat-rata, cara
perhitungan metode isoyet adalah :
a.Plot data tinggi hujan untuk tiap pos penakar hujan pada peta
b.Gambar kontur tinggi hujan dengan menghubungkan titik-titik yang
mempunyai tinggi hujan yang sama (Interval isoyet yang umu
diapakai adalah 10 mm).
c.Hitung luas area antara dua garis isoyet dengan menggunakan
planimetri.Kalikan masing-masing luas areal dengan rata-rata hujan
anatar dua isoyet yang berdekatan.
Metode Isoyet untuk daerah berbukt dan tidak teratur dengan luas
lebih dari +/-5000 km2
intensitas curah hujan
Intensitas curah hujan adalah jumlah curah hujan yang dinyatakan dalam tinggi
hujan atau volume hujan tiap satuan waktu, yang terjadi pada satu kurun waktu air
hujan terkonsentrasi (Wesli, 2008). Besarnya intensitas curah hujan berbeda-beda
tergantung dari lamanya curah hujan dan frekuensi kejadiannya. Intensitas curah hujan
yang tinggi pada umumnya berlangsung dengan durasi pendek dan meliputi daerah
yang tidak luas. Hujan yang meliputi daerah luas, jarang sekali dengan intensitas tinggi,
tetapi dapat berlangsung dengan durasi cukup panjang. Kombinasi dari intensitas hujan
yang tinggi dengan durasi panjang jarang terjadi, tetapi apabila terjadi berarti sejumlah
besar volume air bagaikan ditumpahkan dari langit. (Suroso, 2006)
Metode Mononobe
Biasanya dalam perencanaan bangunan pengairan (misalnya drainase), debit rencana
sangat diperlukan untuk mengetahui kapasitas yang seharusnya dapat ditampung oleh
sebuah drainase, agar semua debit air dapat ditampung dan teralirkan. Oke kita masuk ke
intinya, metode yang biasa digunakan dalam perhitungan intensitas curah hujan adalah
sebagai berikut:
Ubah satuan waktu dari menit menjadi jam. Contoh durasi selama 5 menit
menjadi durasi selama 5/60 atau selama 0,833 jam.
Metode Van Breen
Berdasarkan penelitian Ir. Van Breen di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa, curah
hujan terkonsentrasi selama 4 jam dengan jumlah curah hujan sebesar 90% dari
jumlah curah hujan selama 24 jam (Anonim dalam Melinda, 2007).
Perhitungan intensitas curah hujan dengan menggunakan Metode Van Breen adalah
sebagai
berikut :
ternyata nilai intensitas curah hujan selama 5 menit dengan nilai curah hujan harian mencapai
56 mm/hari dengan menggunakan Metode Van Breen, nilainya lebih besar dibandingkan
dengan perhitungan intensitas curah hujan menggunakan Metode Mononobe
Metode Haspers dan Der Weduwen
Metode ini berasal dari kecenderungan curah hujan harian yang dikelompokkan
atas dasar anggapan bahwa curah hujan memiliki distribusi yang simetris dengan
durasi curah hujan lebih kecil dari 1 jam dan durasi curah hujan lebih kecil dari 1
sampai 24 jam (Melinda, 2007)
Perhitungan intensitas curah hujan dengan menggunakan Metode Haspers & der Weduwen
adalah sebagai berikut
• Besaran peristiwa ekstrim berbanding terbalik dengan frekuensi kejadiannya (peristiwa ekstrim jarang terjadi)
• Tujuan analisa frekuensi data hidrologi adalah berkaitan dengan besaran-besaran peristiwa ekstrim yang
berkaitan dengan frekunsi kejadiannya melalui penerapan distribusi kemungkinan (data hidrologi yang
dianalisa diasumsikan tidak bergantung/independent dan terdistribusi secara acak dan bersifat
stokasti/peluang.
• Frekuensi hujan adalah besaran kemungkinan suatu besaran hujan disamai atau dilampau.
• Kala-ulang (return period) adalah waktu hipotetik/dugaan dimana hujan dengan suatu besaran tertentu akan
disamai /dilampau (Misal. Hujan dgn return period 10 tahunan ≠ akan terjadi setiap 10 tahun tetapi ada
kemungkinan dalam jangka waktu 1000 th akan terjadi 100 kali kejadian hujan 10 tahunan & ada
kemungkinan selama kurun waktu 10 th terjadi hujan 10 tahunan lebuh dari satu kali/sebaliknya tidak terjadi
sama sekali).
• Analis frekuensi didasarakan pada sifat statistik data kejadian yang telah lalu untuk memperoleh probabilitas
besaran hujan dimasa yang akan datang, dengan anggapan bahwa sifat statistik kejadian hujan yang akan
datang masih sama dengan sifat statistik kejadian hujan masa lalu.
Analisa Frekuensi dan Probabilitas
Periode Ulang
Peluang KT
T (tahun)
1,001 0,999 -3,05
1,005 0,995 -2,58
1,010 0,990 -2,33
1,050 0,950 -1,64
1,110 0,900 -1,28
1,250 0,800 -0,84
1,330 0,750 -0,67
1,430 0,700 -0,52
1,670 0,600 -0,25 Sumber : Bornier, 1980
2,000 0,500 0
2,500 0,400 0,25
3,330 0,300 0,52
4,000 0,250 0,67
5,000 0,200 0,84
10,000 0,100 1,28
20,000 0,050 1,64
50,000 0,200 2,05
100,000 0,010 2,33
200,000 0,005 2,58
500,000 0,002 2,88
1,000,000 0,001 3,09
Contoh Soal 1
Dari data debit puncak banjir tahunan kali Garang di
bendung Simongan seperti tabal dibawah ini, hitung Debit
puncak banjir pada periode ulang 2,5,20 & 50 tahunan
dengan menggunkan Distribusi Normal.
No. Tahun Debit, m3/dt Log (X) No. Tahun Debit, m3/dt Log (X)
1 1960 345,07 2,54 19 1981 482,25 2,68
2 1961 511,47 2,71 20 1982 371,27 2,57
3 1962 270,42 2,43 21 1983 294,62 2,47
4 1963 903,72 2,96 22 1984 270,42 2,43
5 1964 180,83 2,26 23 1985 511,47 2,71
6 1965 294,62 2,47 24 1986 294,62 2,47
7 1969 224,13 2,35 25 1987 371,27 2,57
8 1970 202,09 2,31 26 1988 398,1 2,60
9 1971 202,09 2,31 27 1989 345,07 2,54
10 1972 180,83 2,26 28 1990 903,72 2,96
11 1973 294,62 2,47 29 1991 541,26 2,73
12 1974 398,10 2,60 30 1992 482,25 2,68
13 1975 224,13 2,35 31 1993 798,84 2,90
14 1976 798,84 2,90 32 1994 319,51 2,50
15 1977 319,51 2,50 33 1995 371,27 2,57
16 1978 319,51 2,50 34 1996 425,55 2,63
17 1979 246,91 2,39 35 1997 541,26 2,73
18 1980 665,89 2,82 36 1998 425,55 2,63
Penyelesaian
Dari persamaan model matematik Log Normal serta harga variable reduksi Gauss,
dapat dihitung Debit banjir puncak dengan periode ulang :
Penyelesaian
Data debit banjir tahunan dikonversikan ke bentuk logaritma
(Y=log X), sehingga diperoleh parameter statistik sbb :
T = 5 tahun
Log X2 = 2,5697 + (0,8326 x 0,1902)
= 2,7281
X2 = 534,64 m3/dt
T = 20 tahun
Log X2 = 2,5697 + (1,4664 x 0,1902)
= 2,8486
X2 = 705,69 m3/dt
T = 50 tahun
Log X2 = 2,5697 + (2,1398 x 0,1902)
= 2,9767
X2 = 947,80 m3/dt
Distribusi Gumbel
X = X + sK
2. California
3. Hanzen
4. Gringorten
5. Cunnane
6. Blom
7. Turkey
Contoh Soal 4
Dari data debit puncak banjir tahunan kali Garang di bendung Simongan seperti tabal dibawah
ini, hitung Debit puncak banjir pada periode ulang 2,5,20 & 50 tahunan dengan menggunkan
Distribusi Gumbel dan plotting persamaan Weilbull.
Penyelesaian
= 409,20 m3/dt
S = 195,56 m3/dt
n = 36