Anda di halaman 1dari 35

BAB III

PEKERJAAN TINJAUAN LABORATORIUM

Pemeriksaan sifat fisis material digunakan agar mempermudah kita untuk


membuat campuran beton, selain itu pengujian sifat fisis material ini agar kita
mengetahui dapat digunakan atau tidak materiaL tersebut.

Pemeriksaan sifat fisis material meliputi pengujian semen, pengujian agregat


kasar dan pengujian agregat halus.

3.1 Pengujian Semen


Pengujian semen terbagi menjadi 2 yaitu: berat jenis semen dan kehalusan
semen kehalusan semen. Proses pembuatan dan penjelasan pengujian akan dijelaskan
sebagai berikut;

3.1.1. Berat Jenis Semen


A. Tujuan
Pengujian ini untuk menentukan berat jenis semen hidrolik yang berkaitan
dengan perencanaa campuran (mix design) beton. Berat jenis semen adalah
perbandingan antara berat volume kering semen pada suhu kamar dengan berat
volume air suling pada suhu (23 ± 2)ºC.

B. Standar Acuan
a) ASTM 188-95 (Reapproved 2003)
b) SNI 03-2531-1991
C. Peralatan
1. Botol Le Chatelier standar;
2. Landasan karet (30 x 30) cm;
3. Corong kaca;

32
33

4. Mini kontainer;
5. Termometer;
6. Bejana/tempat rendaman;
7. Pemberat botol Le Chatelier;
8. Timbangan dengan ketelitian 0,1 gr.

D. Material
1. Semen Portland atau sejenis

E. Prosedur Pengujian
1. Keringkan botol Le Chatelier dengan alkohol/ether, setelah benar-benar
kering isi botol Le Chatelier dengan minyak tanah antara skala 0-1 cm;
2. Rendam botol Le Chatelier yang telah berisi minyak tanah tersebut dalam air
sehingga dicapai suhu konstan, dalam hal ini pembacaan suhu air di dekat
dinding botol Le Chatelier harus sama dengan suhu air di tempat yang lebih
jauh dari dinding botol. Catat besaran suhu tersebut (T1);
3. Setelah suhu dalam cairan dalam botol sama dengan suhu air perendamnya,
baca skala pada botol (V1);
4. Timbang semen sebanyak (64 ± 0,1) gr,kemudian gunakan corong untuk
memasukan semen sedikit demi sedikit ke dalam botol, hati-hati jangan
sampai ada yang yang menempel pada dinding botol, atau tersangkut pada
leher botol. Bila seluruh semen telah diisikan ke dalam botol, tutup mulut
botol;
5. Angkat botol dari bejana dan tempatkan di atas landasan karet. Miringkan
botol ke kiri dan ke kanan sambil digelindingkan sampai gelembung-
gelembung udara dalam minyak tanah habis semua;
6. Rendam kembali botol ke dalam air sehingga dicapai suhu konstan (idem
langkah 2), catat besaran suhu tersebut (T2). Bila selisih sushu T1 dan T2
tidak lebih besar dari 0,2ºC, baca skala pada botol (V2);
34

7. Hitung berat jenis semen dengan rumus:

Berat semen
Berat jenis semen ¿
(V 2−V 1 ) γd

Dengan, V1 = pembacaan skala awal (cm)


V2 = pembacaan skala akhir (cm)
γd = berat volume air pada suhu (23 ± 2)ºC = (997 ± 2 ) kg

F. Catatan

Berdasarkan hasil pengujian berat jenis semen yang dilakukan harus memenuhi
syarat berat jenis semen sebesar 2,90 – 3,20. Jika berat jenis semen tidak berada
diangka tersebut maka pengujiannya tidak memenuhi syarat.

3.1.2. Kehalusan Semen

A. Tujuan
Pengujian ini di lakukan untuk menentukan kehalusan semen Portland dengan
cara penyaringan. Kehalusan semen merupakan faktor penting yang dapat
mempengaruhi kecepatan reaksi antara semen dan air. Pengujian ini selanjutnya dapat
digunakan sebagai pedoman pengendalian mutu semen.

B. Standar Acuan
1. STM 184 – 94
2. SNI 15-2530-1991

C. Peralatan
1. Saringan standar ASMT No. 100 (150µm)
2. Saringan standar ASTM No. 200 (75µm);
35

3. Pan;
4. Timbangan dengan ketelitan 0,1 gr;
5. Kuas dan sikat dengan bulu halus;
6. Mesin penggetar (Sieve Shaker).

D. Material
1. Semen Portland atau sejenisnya

E. Prosedur Pengujian
1. Timbang Saringan No. 100 (W1);
2. Timbang Saringan No. 200 (W2);
3. Timbang semen seberat 50 gr (W3);
4. Susun Saringan-Saringan tersebut dengan menempatkan Saringan No. 100
diurutkan paling atas, dibawahnya Saringan No. 200, dan urutan paling
bawah Pan;
5. Masukan semen kedalam Saringan No. 100 kemudian tutup;
6. Goncangkan susunanSaringan tersebut kurang lebih 3 – 4 menit secara
manual atau dengan menggunakan sieve shaker;
7. Lepaskan pan, kemudian Saringan diketok dengan menggunakan tongkat
kuas secara perlahan-lahan sehingga partikel halus yang menempel terlepas
dari Saringan, kemudian buka Saringan dengan dengan hati-hati dan
bersihkan bagian bawah dengan kuas secara berlahan;
8. Buka penutup Saringan dengan hati-hati, kembalikan partikel semen yang
menempel padanya kedalam Saringan dengan menggunakan kuas;
9. Kosongkan pan dan bersihkan dengan kain, kemudian pasang kembali
Saringan dan pan;
10. Dengan tanpa penutup, goncangkan Saringan secara berlahan selama 9
menit;
36

11. Saringan ditutup, penggoncangan dilanjutkan selama 1 menit dengan cara


menggerakkan Saringan ke depan dan ke belakang dengan posisi sedikit
dimiringkan. Kecepatan gerakan kira-kira 150 kali per menit, setiap 25 kali
goncanga, putar Saringan kira-kira 60°. Pekerjaan ini dilakukan di atas
kertas putih, bila ada partikel yang keluar dari Saringan atau pan serta
tertampung di atas kertas, dikembalikan ke dalam Saringan. Pekerjaan
dihentikan setelah benda uji tidak lebih dari 0,05 gram lewat Saringan dan
waktu penyaringan selama 1 menit;
12. Lepaskan Saringan dengan hati-hati, timbangSaringan No. 100 berikut
semen yang tertahan didalamnya (W4);
13. Timbang Saringan No. 200 berikut semen yang tertahan di dalamnya (W5);
14. Perhitungan kehalusan semen dengan rumus:
W 4−W 1
F 100= x 100 %
W3
W 5−W 2
F 100= 100 %
W3

Dengan:

F100 = kehalusan semen dengan Saringan No. 100


F200 = kehalusan semen dengan Saringan No.200
W1 = berat Saringan No. 100 gr
W2 = berat Saringan No. 200 gr
W3 = berat sampel semen 50 gr
W4 = berat semen tertinggal di atas Saringan + berat SaringanNo. 100
W5 = berat semen tertinggal di atas Saringan + berat Saringan No. 200
37

F. Catatan
Pada pengujian kehalusan semen, F100 harus memenuhi syarat yaitu F100 ≤
10%, dan F200 ≤ 22%. Karena semakin halus semen maka semakin bagus untuk
pencampuran beton.
38

3.2. Pemeriksaan Terhadap Agregat


3.2.1. Berat Jenis Dan Penyerapan Air Agregat Kasar
A. Standar Acuan
1. ASTM C 127
2. SNI 1969;2008

B. Tujuan
Pengujian bertujuan ini untuk memperoleh angka berat jenis curah,jenis
kering permukaan ,berat jenis semu,dan kemampuan menyerap air angregat
kasar.

C. Peralatan
a. Alat Dunangen set, yang terdiri dari :meja,timbangan , keranjang, dan
bejana;
b. Oven, dengen pengatur suhu sampai (110 ± 5)
c. Saringan NO.4(4,75 MM);
d. Saringan yang sesuai dengen besarnya agregatat maksimum rencana;
e. Pan;
f. Timbangan kapasitas 5 kg dengen ketelitian 0,1 gr
g. Termometer;
h. Handuk;
i. Bejana temoat perendaman;
j. Sekop kecil, dan alat bantu lain;

D. Material
a. Kerikir/ batu pecah
39

E. Posedur Pengujian
a. Siapkan kerikil / batu pecah , lakukan pengayakan dengen susunan
SaringanagregatMaksimum rencana dan Saringan no 4.ambil material yang
tertahan di atas Saringan No.4 saja dan abaikan yang lain.Benda uji di
peroleh cara quarTering (perempat Bagian);
b. Cuci benda uji untuk menghilangkan debu dan benda lain yang melekat
padanya, lalu Keringkan dalam oven pada temperatur(110± 5)ºC sampai
berat tetap;
c. keluarkan benda uji dari oven , dinginkan pada suhu kamar selama 1 – 3 jam
(sampai Dingin sentuh )atau dapat juga menggunakan desikator untuk
mempercepat pendinginan;
d. Rendam benda uji dalam air pada suhu kamar selama( 24± 4 ) jam;
e. keluarkan benda uji dari air, lap dengen handuk sampai selaput air pada
permukaan hilang agar di dapat kondisi kering permukaan, untuk butiran
yang besar pengeringan harus satu persatu. Lakukan hal ini di ruang tertutup
agar penguapan yang terjadi bisa diabaikan;
f. Timbang benda uji jenuh kering-permukaan sebanyak (2500 ± 50) gr (W2);
g. Gantungkan keranjang dunangen di bawah timbangan ,atur bacaan
timbangan menjadi 0,0. Segera letakkan benda uji di dalam keranjang
,kemudian naikkan bejana berisi air dengen memutar engkol meja dunagen
sampai seluruh benda uji dan keranjang terendam sempurna. Goyang-
goyangakan keranjang tersebut dalam keranjang tersebut dalam air untuk
mengeluarkan gelembung-gelembung udara yang tertanggap .catatlah
beratnya (W3), dan ukur suhu air untuk penyesuaian perhitungan kepada
suhu standar (23±2)ºC;
h. keringkan contoh uji pada temperatur (110± 5 )ºC sampai berat dinginkan
pada temperatur kamar selama 1- 3 jam (sampai dingin sentuh ) atau juga
dapat menggunakan desikator untuk mempercepat pendinginan ,timbang
beratnya(W1);
40

i. Lakukan prhitungan berat jenis dan penyerapan air dengen rumus berikut:
(i) Berat jenis ,kering oven (bulk specific grafity OD);
W1
BJ (OD) ¿
(W 2−W 3 ) γd
(ii) Berat jenis curah, jenuh kering- permukaan (bulk specific grafity
SSD);
W2
BJ (SSD) ¿
(W 2−W 3) γd
(iii) Berat jenis semu(apparent specific grafity);
W1
BJ(APP) ¿ γd ¿
W 1−W 3 ¿
(iv) Penyerapan air (water absorption );
(W 2−W 1)
Wa ¿ X 100
W1

Dengen : W1 = Berat benda uji kering oven (gr)

W2 = Berat benda uji jenuh kering – permukaan (gr)

W3 = Berat benda uji jenuh kering – permukaan didalam air (gr)

γd = Berat volume pada suhu (23 ± 2) ºC = ( 997 ± 2 ) kg/m3


41

3.2.2. Berat Jenis Dan Penyerapan Air Agregatat Halus


A. Standar Acuan
1. ASTM C 128
2. SNI 1970:2008

B. Tujuan
Tujuan pengujian ini untuk memperoleh angka berat jenis curah, berat jenis
kering permukaan, berat jenis semu, dan kemampuan menyerap air agregat halus.

C. Peralatan
1. Piknometer / gelas ukur 1000 ml;
2. Oven dilengkapi pengatur suhu sampai (110 ± 5)ºC;
3. Saringan no 4(4,75 mm) ;
4. pan ;
5. Timbangan dengen ketelitian 0,1 gr ;
6. Termometer
7. Kerucut terpancung : terbuat dari logam dengen tebal minimum 0,80 mm,
lingkar Atas (40 ± 3) mm, lingkar bawah( 90 ± 3) mm dan tinggi (75 ± 15)
mm;
8. Batang penumbuk yang mempunyai bidang penumbuk rata: berat(340 ± 15)
gr dan Diameter permukaan penumbuk (25± 3 ) mm;
9. Talam;.
10. Bejana tempat perendaman ;
11. Desikator;
12. Plat kaca;
13. Skop kecil , dan alat bantu lain;
42

D. Material
1. Pasir.

E. Prosedur Pengujian
a. Penentuan keadaan berat jenuh kering permukaan
1. Siapkan pasir, lakukan pengayakan dengen Saringan No. 4, ambil
material yang lolos Saringan sejumlah ± 5 kg dan abaikan yang
tertahan. benda uji diperoleh dengan cara quartering (perempat bagian )
sebanyak ± 2 kg .
2. Keringkan benda uji pada oven pada suhu (110 ± 5 )ºC sampai berat
tetap; kemudian dinginkan benda uji pada suhu kamar 1-3 jam (sampai
dingin sentuh)atau dapat juga menggunakan desikator untuk
mempercepat pendinginan;
3. Buang air perendaman dengen hati- hati. Jangan sampai ada butiran
yang terbuang, tebarkan benda uji diatas talam longam, keringkan pada
panas matahari dengen cara membalik- balikkan benda uji sampai
keadaan jenuh kering- permukaan (SSD ) . pengeringan dapat pula
dilakukan dengen alat kipas yang menghasilkan hawa panas , semisal
hair dryer,
4. Lakukan pengujuan kerucut untuk memeriksa keadaan jenuh kering-
permukaan. tempatkan kerucut pada bidang datar dan halus, isi kerucut
dengan benda uji sampai penuh dan ratakan. pegang kerucut dengen
kokoh sehingga tidak bergoyang, padatkan secara perlahan dengen
penumbuk sebanyak 10 kali, kemudian penuhkan kembali kerucut dan
ratakan, lalu padakan kembali sebanyk 10 kali, setelah itu isi kembali
kerucut, ratakan dan padatkan kembali sebanyak 3 kali. terakhir isi
kembali kerucut, ratakan dan padatkan sebanyak 2 kali;
5. Rendam benda uji dalam air pada suhu kamar selama (24 ± 4) jam;
43

6. Bersihkan tumpahan benda uji di sekitar kerucut, angkat kerucut


denganarah vertikal secar hati-hati, dan amati bentuk keruntuhanya;
- Jika padat saat cetakan diangkat dan benda uji tersebut runtuh sedikit
demi sedikit maka kondisi jenuh kering permukaan telah tercapai;
- Jika benda uji masi terlalu lembab permukaanya, maka benda uji
tersebut masih akan berbentuk seperti kerucut;
- Jika agregatat dalam kondisi kering, maka benda uji tersebut akan
segera runtuh saat cetakan di angkat;
7. Beberapa agregatat halus yang angular atau bahan yang banyak
mengandung butiran halus dapat saja tidak runtuh setelah cetakan
diangkat, walaupun kondisi jenuh kering permukaannya telah tercapai.
Untuk bahan seperti ini, kondisi jenuh kering permukaannya telah
terpenuhi apabila terdapat satu sisi dari agregatat halus yang runtuh
sesaat setelah cetakannya diangakat;

b. Penentuan berat jenis


1. Timbang benda uji yang telah berkondisi jenuh kering permukaan
seberat ( 500 ± 10 ) gr (W4). Isi piknometer dengen air sebagian aja,
segera setelah itu masukkan benda uji ke dalam piknometer. Tambahkan
kembali air sampai kira-kira 90% kapasitas piknometer. putar dan
guncangkan piknometer dengan tangan untuk menghilangkan
gelembung udara yang terdapat di dalam air.
2. Apabila alat pompa vakum tersedia , pengeluaran gelembung udara
dapat juga dilakukan dengan pompa vakum tersebut dengan menjaga
kepastian bahwa tidak ada air yang ikot tersedot ke dalam pompa;
3. Rendam piknometer dalam air dan ukur suhu air rendaman untuk
penyesuaian perhitungan terdapat suhu air standar (23 ± 2 )ºC ;
4. Penuhkan piknometer dengen air, tutup piknometer dengen plat kaca ,
lakukan sehingga tidak terliat gelembung udara . bersihkan dinding
44

luar piknometer dari air dengen handuk, kemudian timbang berat total
dari piknometer,benda uji, air dan plat kaca (W3);
5. Keluarkan benda uji dari piknometer, keringkan dalam oven sampai
berat tetap pada temperatur (110 ± 5 ) ºC, selanjutnya dinginkan pada
temperatur ruang selama 1-3 jam atau dapat juga digunakan desikator
untuk mendiginkan dan timbang beratnya (W1);
6. Isi piknometer dengen air sampai penuh dan rendam piknometer dalam
bejana berisi air . Ukur suhu rendaman untuk penyesuaian perhitungan
terhadap suhu air standar (23 ± 2 )ºC .
7. Tutup piknometer dengen plat kaca, lakukan sehingga tidak terlihat
gelembung udara. Bersihkan air pada dinding luar piknometer dengan
handuk, timbanglah berat piknometer yang terisi air (w2);
8. Lakukan perhitungan berat jenis dan penyerapan air dengan rumus
berikut;
(i) berat jenis curah , kering oven (bulk specific OD);
W1
BJ (OD) = ( W 2+W 4−W 3 ) γd
¿
¿
(ii) berat jenis curah ,jenuh kering permukaan (bulk specific SSD)
W4
BJ (SSD) ¿
(W 2+W 4−W 3 ) γd
(iii) berat jenis semu (apparent specific grafity)
W1
BJ (APP) = ¿
(W 2+W 1−W 3) γd
(iv) Penyerapan air (water absorption)
(w 4−w 1)
Wa = x 100%
w1

Dengen : W1 = berat benda uji kerirng oven (gr)

W2 = berat piknometer + air + plat kaca (gr);


45

W3 = berat piknometer + benda uji +air +plat kaca (gr);

W4 = berat benda uji jenuh kering permukaan (gr);

γd = bolume volume air pada suhu (23 ± 2 )ºC =(997 ± 2 ) kg/m3.

F. Catatan
Pada pengujian ini syarat BJ pasir adalah = (2,4-2,7) kg/m3

3.3. Analisa Saringan Agregat


3.3.1. Analisa Saringan Agregat Kasar

A. Satandar Acuan
- A. ASTM C 136
- SNI 03 -1968-1990

B. Tujuan Pengujian
Pengujian ini berguna ntuk mengetahui ukuran dan gradisi butiran
agregatat kasar dari yang terkecil sampai terbesar mengunakan Saringan untuk
kepreluan perencanan campuran (mix design ) beton.

C. Peralatan
1. Timbangan kapasitas 5 kg dengan ketelitian 0,1;
1
2. Satuan set seringan : 50,8 mm (2”); 38,1 mm (1,5’’); 31,8 mm (1 “); 25,4
4
mm (1’’); 19,1 mm(3/4”);12,5 mm (1/2”); 9,5 mm (3/8”); No.4 (4,75 mm);
No.8 (2,36 mm); No.16 (1,18 mm); No.30 (0,600 mm); No.50 (0,300 mm);
No.100 (0,150 mm); No.200 (0,075 mm); pan dan tutup sariangan;
46

3. Mesin penggetar;
4. Oven, di lengkapi pengaatur suhu (110±5)℃;
5. Talam logam, sikat kawan kuningan halus, kuas, dan alat bantu lain

D. Material
1. Kerikil/batu pecah.

E. Prosedur Pengujian
1. Siapkan kerikil/batu batu pecah, lakukan penyaringn awal untuk
menentukan ukuran agregatat maksimum rencana. Benda uji di peroleh oleh
caraquartering (perempat bagian);
2. Keringkan benda uji dalam oven pada suhu (110±5)℃ sampai berat tetap;
3. Keluarkan benda uji, lalu dinginkan pada suhu kamar selama 1-3 jam
(sampai dingin sentuh) atau dapat juga mengunakan disikator untuk
mempercepat pendinginan;
4. Timbang benda uji sebesar (2500 ± 50) gr;
5. Besihkan Saringan dan timbang masing masing Saringan;
6. Susun Saringan pada mesin penggetar, yang paling bawah adalah pan
kemudian Saringan dengan lubang terkecil (No. 200) daa seterusnya sampai
Saringan dengan lubang yang terbesar;
7. Masukkan benda uji pada Saringan teratas kemudian tutup. Jepit susunan
Saringan tersebut lalu hidupkan motor mesin penggetar selama 15 menit;
8. Biarkan selama 5 menit untuk memberi kesempatan debu mengendap;
9. Buka saring tersebut lalu timbang berat masing masing Saringan berikut
isinya;
10. Hitung berat material yang tertahan pada masing masing saringan.
47

3.3.2. Analisa Saringan Agregat Halus

A. Standard Acuan
- ASTM C 136
- SNI 03-1968-1990

B. Tujuan Pengujian
Pengujian ini berguna untuk mengetahui ukuran dan gradasi butiran agregatat
halus dari yang terkecil sampai terbesar mengunakan Saringan untuk keperluan
perencanaan campuran (mix design) beton.

C. Peralatan
1. Timbangan kapasitas 2 kg dengan ketelitian 0,1 gr,
2. Satu set Saringan: No. 4 (4,75 mm); No.8 (2,36 mm); No.16 (1,18 mm); No
30 (0,600 mm); No.50 (0,300 mm); No.100 (0,150 mm); No. 200 (0,075 mm);
pan dan tutup Saringan;
3. Mesin, penggetar,
4. Oven, dilengkapi pengatur suhu (110 ± 5)℃;
5. Talam logam, sikat kawan kuningan halus, halus, kuas, dan alat bantu lain

D. Material
1. Pasir ukuran maksimum 4,75 mm.

E. Prosedur Pengujian
1. Siapkan pasir, lakukan pangyakan dengan Saringan No. 4, ambil ,material
yang lolos Saringan sejumlah ± 5 kg dan abaikan yang tertahan. Benda uji
diproleh cara quartering (perempat bagian) sebanyak ± 2 kg;
2. Keringkan benda uji dalam oven pada suhu (110 ± 5)℃ sampai berat tetap;
48

3. Keluarkan benda uji, lalu dinginkan pada suhu kamar selama 1-3 jam;
4. Timbang benda uji seberat (1000 ± 20) gr;
5. Bersihkan Saringan dan kemudin timbang masing masing Saringan;
6. Susun Saringan pada mesin pengetar, yang paling bawah adalah pan
kemudian saring engan lubang terkecil dan seterusnya sampai Saringan
lubang yang terbesar;
7. Masukkan benda uji pada Saringan teratas kemudian tutup jepit susunan
Saringan tersebut lalu hidupkan motor mesin penggetar selama 15 menit;
8. Biarkan selama 5 menit untuk memberi kesempatan debu mengendap;
9. Buka Saringan tersebut lalu tibang berat masing masing Saringan berikut
isinya;
10. Hitung berat material yang tertahan pada masing-masing Saringan.

3.4. Kadar Kelembaban Agregat


3.4.1. Kadar Kelembaban Agregat Kasar

A. Standar Acuan
1. ASTM C 566
2. SNI 03-1971-1990

B. Tujuan Pengujian
Untuk menentukan kadar kelembaban (moisture content) yang terkandung dalam
agregat kasar.

C. Peralatan
1. Timbangan ketelitian 0,1 gr;
2. Oven, dilengkapi pengatur suhu (110 ± 5);
3. Saringan No.4 (4,75 mm);
49

4. Saringan yang sesuai dengan besarnya agregat maksimum rencana;


5. Talam logam atau cawan logam.

D. Material
1. Kerikil/batu pecah

E. Prosedur Pengujian
1. Siapkan kerikil/batu pecah, lakukan pengayakan dengan susunan
Saringanagregatat maksimum rencana dan Saringan No.4, ambil material yang
tertahan diatas Saringan No.4 saja dan abaikan yang lain. Benda uji diperoleh
cara quartering (perempat bagian);
2. Timbang dan catatlah berat talamnya (W1);
3. Masukkan benda uji ke dalam talam kemudian timbang dan catat beratnya
(W2);
4. Keringkan benda uji beserta talam dalam oven dengan suhu (110 ± 5)OC;
5. Setelah kering, timbang dan catat berat benda uji beserta talam (W3);
6. Hitung kadar kelembaban dengan rumus :

(W 2 −W 3 )
Kadar kelembaban = ×100 %
(W 3 −W 1 )

Dengan: W1 = Berat talam (gr)


W2 = Berat benda uji awal +¿ talam (gr)
W3 = Berat benda uji kering open +¿talam (gr)

3.4.2. Kadar Kelembaban Agregat Halus


50

A. Standar Acuan
1. ASTM C 566
2. SNI 03-1971-1990

B. Tujuan Pengujian
Untuk menentukan kadar kelembaban (moisture content) yang terkandung dalam
agregat kasar.

C. Peralatan
1. Timbangan ketelitian 0,1 gr;
2. Oven, dilengkapi pengatur suhu (110 ± 5);
3. Saringan No.4 (4,75 mm);
4. Saringan yang sesuai dengan besarnya agregat maksimum rencana;
5. Talam logam atau cawan logam.

D. Material
1. Kerikil/batu pecah

E. Prosedur Pengujian
1. Siapkan kerikil/batu pecah, lakukan pengayakan dengan susunan
Saringanagregatat maksimum rencana dan Saringan No.4, ambil material yang
tertahan diatas Saringan No.4 saja dan abaikan yang lain. Benda uji diperoleh
cara quartering (perempat bagian);
2. Timbang dan catatlah berat talamnya (W1);
3. Masukkan benda uji ke dalam talam kemudian timbang dan catat beratnya
(W2);
4. Keringkan benda uji beserta talam dalam oven dengan suhu (110 ± 5)OC;
5. Setelah kering, timbang dan catat berat benda uji beserta talam (W3);
6. Hitung kadar kelembaban dengan rumus :
51

(W 2 −W 3 )
Kadar kelembaban = ×100 %
(W 3 −W 1 )
Dengan: W1 = Berat talam (gr)
W2 = Berat benda uji awal +¿ talam (gr)
W3 = Berat benda uji kering open +¿talam (gr)
(W 2 −W 3 )
×100 %
(W 3 −W 1 )

3.5. Berat Volume Gembur Padat


3.5.1. Berat Volume Gembur/Padat Agregat Kasar

A. Standar Acuan
1. ASTM C 29
2. SNI 03-4804-1998

B. Tujuan
Menentukan berat volume gembur/padat agregat kasar.

C. Peralatan
1. Timbangan dengan ketelitian 0,1 gr
2. Silinder/tabung kapasitas disesuaikan dengan ukuran agregat
3. Plat kaca
4. Alat penumbuk dengan diameter 16 mm dan panjang 600 mm
5. Mistar perata
6. Oven,dilengkapi pengatur suhu (110±5)oC
7. Talam,sekop,dan alat bantu lain.

D. Material
52

1. Kerikil
E. Prosedur Pengujian
a. Kalibrasi Volume Silinder
1. Timbang plat kaca dan timbang beratnya (W1)
2. Timbang silinder dan catat beratnya (W2)
3. Isi silinder dengan air sampai penuh pada suhu kamar (23 _+2)oC
4. Tutup silinder dengan plat kaca, lakukan sehingga tidak terlihat
gelembung udara,timbang dan catat beratnya(W3)
5. Hitunglah volume air (W4) = (W3 –(W1+ W2 ) dalam cm3

b. Penentuan Berat Volume


1. Keringkan benda uji dalam oven pada ssuhu (110+_5) oC sampai berat
tetap,
2. Keluarkan benda uji dalam oven,kemudian dinginkan pada suhu kamar
selama 1-3 jam,kemudian timbang dengan ketelitian 0,1 gr.
3. Letakkan silinder pada tempat yang datar.
a. Untuk berat volume padat,masukkan benda uji dalam 3 lapis,tiap
lapis di padat kan dengan cara di tumbuk 25 kali,menggunakan
alat penumbuk,kemudian ratakan permukaan nya.
b. Untuk pengujian berat volume gembur,benda uji dimasukkan
dalam silinder sampai penuh tanpa pemadatan,lalu ratakan.
4. Timbang berat silinder berisi benda uji, dan catat berat (W5)
5. Hitung volume gembur/padat dengan rumus :
W 5−W
Berat volume = 2

W4
Dengan : W1 = berat plat kaca(gr)
W2 = berat silinder (gr)
W3 = berat silinder + air +plat kaca (gr)
W4 = berat air = volume air = volume silinder (cm3)
53

W5 = berat silinder + benda uji(gr).


54

3.5.2. Berat Volume Gembur/Padat Agregat Halus

A. Standar Acuan
1. ASTM C 29
2. SNI 03-4804-1998

B. Tujuan
Menentukan berat volume gembur/padat agregat halus

C. Peralatan
1. Timbangan dengan ketelitian 0,1 gr
2. Silinder/tabung kapasitas 2,8 liter
3. Plat kaca
4. Alat penumbuk dengan diameter 16 mmdan panjang 600 mm
5. Mistar perata
6. Oven, dilengkapi pengatur suhu (110+_5)oc
7. Talam,sekop,dan alat bantu lain.

D. Material
1. Pasir

E. Prosedur Pengujian
a. Kalibrasi Volume Silinder
1. Timbang plat kaca dan catat berat nya, (W1)
2. Timbang silinder dan catat beratnya (W2)
3. Isi silinder dengan air sampai penuh pada suhu (23 +_)oc
4. Tutup silinder dangan plat kaca ,lakukan sehingga tidak terlihat
gelembung udara,timbang dan catat berat ny,a,(W3)
5. Hitung volume air : (W4) = ( W3 –(W1+W2)
55

b. Penentuan Berat Volume


1. Keringkan benda uji dalam oven pada suhu (110+_5)oc,sampai berat tetap
2. Setelah kering,dinginkan pada suhu kamar selama 1-3 jam
3. Letak kan silinder pada tempat yang datar :
a. Untuk pengujian berat volume padat,masukkan benda uji dalam 3 lapis
,setiap lapisan di padat dengan cara di tembuk 25 kali menggunakan alat
penumbuk kemudian ratakan permukaannya.
b. Untuk pengujian berat volume gembur ,benda uji dimasukkan dalam
silinder sampai penuh,tanpa pemudatan,lalu lintas.
4. Timbang berat volume berisi benda uji dan catat beratnya.(W5).
5. Hitung volume gembur/padat dengan rumus :
W 5−W 2
Berat volume = gr /cm3 \
W4

3.6. Kotoran Organik Agregat Halus

A. Standar Acuan
- ASTM C 40
- SNI 03-2816-1992

B. Tujuan
Pengujian ini ditujukan untuk mendapatkan kadar organik yang terkandung
dalam agregat larutan NaOH 3%.

C. Peralatan
56

1. Botol organik, yaitu botol gelas yang mempunyai skala, tidak berwarna serta
mempunyai tutup dar karet, gabus atau lainnya yang tidak larut dalam
larutan NaOH. Volume botol 350 ml;
2. Standar wara (standart organic plate)

D. Material
1. Larutan NaOH 3%
2. Pasir

E. Prosedur Pengujian
1. Siapkan benda uji dari apangan dengan menggunakan cara quartering atau
gunakan alat sample splittter untuk mendapatkan benda uji yang mewakili;
2. Masukkan benda uji ke dalam botol organik sebanyak 130 ml;
3. Tambahkan larutan NaOH 3% sampai batas 200;
4. Tutuplah botol tersebut lalu kocok-kocok selama 10 menit supaya benar-benar
tercampur;
5. Biarkan selama 24 jam (tanpa terganggu) agar terjadi reaksi sempurna antara
larutan NaOH dan bahan organik dalam benda uji;
6. Setelah 24 jam, bandingkanlah warna larutan dengan warna standar;
7. Apabila warna larutan sama dengann warna standar No. 1 dan No. 2, berarti
benda uji tersebut dapat digunakan sebagai bahan campuran beton tanpa
dicuci terlebih dahulu;
8. Apabila warna larutan sama dengan warna standar No. 3, maka kandungan
bahan organiknya tinggi, sehingga benda uji tersebut harus dicuci terlebih
dahulu sebelum digunakan untuk campuran beton;
9. Apabila warnanya sesuai dengan No. 4 dan No. 5, maka kemungkinan
mengandung bahan organik yang tidak di izinkan untuk bahan campuran
mortar dan beton.
3.7 Campuran Beton (Mix Design)
57

Langkah-langkah perancangan campuran (mix design) untuk masing-masing


bahan per m3 beton dihitung berdasarkan acuan SNI 7656 : 2012 sebagai berikut:

A. Data Bahan
Tabel 3.7.1 Data bahan
Agrega Agrega
Sifat Fisis Semen
NO t Halus t Kasar

1 Modulus Kehalusan 2,188    

2 Berat Jenis (SSD) 2,650 2,562  

3 Penyerapan Air (%) 1,908 2,252  

4 Kadar Lengas (%) 6,724 1,798  

5 Berat volume gembur 1,127 1,519  

6 Berat volume padat 1,566 1,6  

7 Berat Jenis     3,021

1. Jenis Struktur
a. Pondasi beton bertulang (dinding dan pondasi telapak) = Slump 75-
100 mm (ketentuan)
b. Kuat tekan rencana beton (f’c) = 19 Mpa (ketentuan)
2. Semen
a. Tipe semen = Semen tipe II
b. Berat jenis = 3,021
3. Agregat Kasar
a. Berat jenis (SSD) = 2,562
b. Absorbsi = 2,252%
c. Kadar air = 1,798%
d. Berat volume padat = 1,600 gr / cm3
e. Ukuran maksimum = 25,4 mm
58

f. Jenis agregat kasar = krikil


4. Agregat halus
a. Berat jenis (SSD) = 2,650
b. Absorbsi = 1,908 %
c. Kadar air = 6,724 %
d. Fine modulus (MHB) = 2,188 %
e. Zona gradasi = Zona II
f. Jenis agregat halus = Pasir alami

B. Langkah-langkah Mix Design


1. Slump yang disyaratkan adalah 75 mm – 100 mm (ketentuan)
2. Ukuran maksimum agregat yang digunakan adalah 25,4 mm
3. Beton yang dibuat adalah beton tanpa tambahan udara, maka banyaknya air
pencampur untuk beton tanpa tambahan udara dengan slump 75 mm
sampai dengan 100 mm dengan ukuran maksimum agregat 25,4 mm adalah
181 kg/m3
4. Kuat rencana beton = 19 MPa
Kuat tekan yang disyaratkan = (19 x 1,1) + 7 = 25,9 MPa Rasio air
semen untuk beton berkekuatan 19 MPa adalah 0,71 menggunakan rumus
interpolasi
15,5 0,69
0,79
x
15 20
0,5 4,5

( 0,69× 0,5 ) +(0,79× 3,5)


X= = 0,71
5

5. Dari data yang telah diperoleh pada langkah 3 dan langkah 4, maka
banyaknya kadar semen adalah:
59

kadar air pencampur


Kadar semen =
FAS
175 kg/m 3
=
0,71

= 246,479 kg / m3

6. MHB agregat halus adalah 2,188% dan ukuran maksimum agregat kasar
adalah 25,4 mm, maka banyaknya agregat kasar didapat 0,73 m3 untuk setiap
m3 beton menggunakan rumus ekstrapolas.

Dengan demikian berat keringnya:


Berat kering = volume agregat kasar × berat volume padat
agregat kasar x 1000
= 0,73 m3 × 1,6 kg/m3 x 1000 = 1168 kg
7. Mencari banyaknya agregat halus dan udara yang terperangkap. Untuk
mencari banyaknya agregat halus, dapat ditentukan berdasarkan berat atau
volume absolut.

7.1 Atas dasar massa (berat)


massa 1 m3 beton tanpa tambahan udara yang dibuat dengan agregat
ukuran maksimum 25,4 mm diperoleh 181 kg/m3. Berat (massa)
bahan yang telah diketahui adalah:
Air (berat bersih) = 175 kg
Semen = 246,479 kg
Agregat kasar = 1168 kg
Pasir = 725,453 kg

7.2 Atas dasar volume absolute


maka kadar pasir (agregat halus) dapat dihitung sebagai berikut:

jumlah air 175 3


Volume air = =
γd 996,2 ¿ 0,176 m
60

banyaknya kadar semen


Volume semen =
berat jenis semen× γ d

246,479
=
3,021× 996,2

= 0,082 m3

banyaknya agregat kasar


Volume agregat kasar =
berat jenis agregat kasar × γ d

1168
=
2,562× 996,2

= 0,458 m3

Volume udara tertangkap = 0,01 × 1

= 0,010 m3

Jumlah volume padat bahan selain agregat halus:

Jumlah total volume = (0,176 + 0,082 + 0,458 + 0,010) m3

= 0,725 m3

Volume agregat halus yang dibutuhkan = 1- 0,725 = 0,275 m3

Berat agregat halus kering yang dibutuhkan:

Berat kering agregat halus = volume agregat ×berat jenis × γ d

= 0,275 × 2,650 × 996,2

= 725,453kg

Perbandingan berat campuran 1 m3 beton yang dihitung dengan dua cara


perhitungan di sajikan dalam tabel:

Tabel 3.7.2 Perbandingan Berat Campuran 1 m3 Beton Yang Dihitung


Dengan 2 Cara Perhitungan

Kebutuhan Berat
61

(kg)

Air 175

246,47
Semen 9

Agregat kasar 1168

725,45
Pasir 3

8. Pengujian menunjukkan kadar air agregat kasar sebesar 1,34 % dan 2,23 %
agregat halus. Jika proporsi campuran percobaan dengan anggapan berat
(massa) yang digunakan, maka berat (massa) penyesuaian dari agregat
menjadi:
Agregat kasar (basah) = 1168 × (1 + (1,798% / 100))
= 1189,001 kg
Agregat halus (basah) = 725,453 × ( 1 + (6,724% / 100))
= 774,2319 kg

Air yang diserap tidak menjadi bagian dari air pencampur dan harus
dikeluarkan dari penyesuaian dalam air yang ditambahkan. Dengan
demikian, pada permukaan dari:

Agregat kasar = kadar air – absorbsi

= 21,798 % – 2,252 %

= -0,454 %

Agregat halus = kadar air – absorbsi

= 6,724 % - 1,908 %

= 4,816 %

Sehingga, kebutuhan perkiraan air yang ditambahkan:

Air = air pencampur – (agregat kasar × air yang diserap agregat


62

kasar) – (agregat halus × air yang diserap agregat halus)

= 175 – ( 1189,001 × (-0,454 % / 100) ) – (774,2319 × 4,816% /


100 )

= 217,685 kg

Jadi, perkiraan berat campuran untuk 1 m3 beton menjadi:

Tabel 3.7.3 perkiraan berat campuran untuk 1 m3 beton

K
Air (yang ditambahkan) 217,685 g

K
Semen 246,479 g

K
Agg kasar (basah) 1189,001 g

K
Agg halus (basah) 774,232 g

K
Jumlah 2427,397 g

Volume campuran benda uji

Pembuatan beton dengan benda uji silinder berukuran 15 cm × 30 cm


berjumlah 3 buah. Dengan angka penyusutan 25 % (Untuk mendapatkan
proporsi dari masing-masing material yang diaduk adalah:

Volume benda uji = Volume cetakan × 3

1 2
= ( π d ×t ¿ × 3
4
63

1 2
= ( ×3,14 × 15 × 30 ¿ cm3 × 3
4

= 1600 cm3

= 0,016 m3

Angka penyusutan = (100/100) + (25 / 100)

= 1,25 m3

Jumlah total = 0,016 m3 x 1,25m3

= 0,020 m3

Sehingga, berat material untuk volume 0,020 m3 adalah:

3.7.4 Tabel hasil mix design

4327,66
Air 4,328 kg 4 gr

4900,09
Semen 4,900 kg 6 gr

Kerikil 23,638 kg 23637,8 gr

15392,0
Pasir 15,392 kg 3 gr

216,383
Air koreksi 0,216 kg 2 gr

48473,9
Jumlah 48,474 kg 8 gr
64

3.8 Pengujian Slump Adukan Beton

A. Tujuan
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kekentalan dan kelecekan adukan
beton basah dengan menggunakan kerucut abram yang di tujukan oleh nilai slump
yang berguna untuk pengendalian mutu beton. Berdasarkan standar acuan :
 ASTM C 143 / 01 – 03
 SNI 1972 – 2008

B. Alat yang di gunakan


Alat yang di gunakan sama seperti pada proses pembuatan benda uji silinder.

C. Bahan yang di gunakan


Bahan yang di gunakan sama seperti pada proses pembuatan benda uji silinder.

D. Langkah pengujian
1. Kerucut abram di lembabkan dengan air dan di letakkan di tempat yang
lembab. Kerucut harus di tahan dengan kokoh kemudian di tempatkan selama
pengujian dengan cara di injak pada kuping kerucut abram.
65

2. Beton basah di masukkan ke dalam kerucut. Setiap lapis tebalnya sepertiga


dari tinggi kerucut dan di padatkan dengan cara di tumbuk sebanyak 25 kali di
setiap lapisannya.
3. Pada pemadatan dan pengisian lapisan teratas adukan beton di lebihkan di atas
kerucut sebelum di padatkan.
4. Kemudian di ratakan permukaan beton pada bagian atas dengan cara di
gelindingkan batang penusuk di atasnya.
5. Kerucut di angkat dalam arah vertikal sampai terlepas dalam waktu kurang
lebih 2 menit.
6. Di selesaikan seluruh pekerjaan pengujian slump ini dari awal pengisian
hingga pelepasan cetakan tanpa gagang dengan waktu tidak lebih dari 3 menit.
7. Setelah beton menunjukkan penurunan pada permukaan, ukur segera nilai
slump dengan menentukan perbedaan vertikal antara bagian atas kerucut dan
bagian pusat permukaan beton atas.

3.9 Pengujian Kuat Tekan Beton

A. Tujuan
Pengujian ini ditujukan untuk menentukan nilai kuat tekan beton berbentuk
silinder yang di cor dan dirawat dilaboratorium. Kuat tekan yang di peroleh harus
memenuhi kuat tekan yang di syaratkan dalam mix design, apa bila tidak sesuai maka
ada kesalahan di material atau pembuatan beton. Berdasarkan standar acuan :
 ASTM C39 / C39 M-03
 SNI 03-1974-1990

B. Alat yang di gunakan


1. Mesin uji kuat tekan
2. Jangka sorong / kanper
66

C. Bahan yang di gunakan


1. Benda uji silender beton

D. Langkah pengujian
1. Beton di keluarkan dari tempat perawatan. Seluruh permukaan di lap dengan
kain, namun benda uji harus di jaga kelembabannya.
2. Biarkan selama satu jam, kemudian beton di masukkan ke atas plat penekan
pada mesin uji kuat tekan.
3. Mesin kuat tekan di hidupkan dan di beri beban tanpa terputus hingga beton
hancur.
4. Catat beban maksimum dan dokumentasi peruntuhan benda uji.
5. Hitung kuat tekan dengan rumus :
Pmax
f’c = (Mpa)
A

Anda mungkin juga menyukai