Anda di halaman 1dari 21

Vinsensia Paola P., S.T., M.

Eng
Proses pembangunan irigasi dilakukan secara berurutan berdasarkan akronim
SIDLACOM untuk mengidentifikasi berbagai tahapan proyek. Akronim tersebut
merupakan kepanjangan dari :

S – Survey (Pengukuran/Survei)
I – Investigation (Penyelidikan)
D – Design (Perencanaan Teknis)
La – Land acquisition (Pembebasan Tanah)
C – Construction (Pelaksanaan)
O – Operation (Operasi)
M – Maintenance (Pemeliharaan)
Untuk tahap-tahap perencanaan data-data yang dibutuhkan adalah yang
berhubungan dengan informasi mengenai hidrologi, topografi dan geologi teknik.
Parameter-parameter hidrologi yang sangat penting untuk perencanaan jaringan
irigasi adalah:
1. Curah hujan
2. Evapotranspirasi
3. Debit puncak dan debit harian
4. Angkutan sedimen.

1. Analisis curah hujan dilakukan dengan maksud untuk menentukan :


- Curah hujan efektif untuk menghitung kebutuhan irigasi. Curah hujan efektif atau
andalan adalah bagian dari keseluruhan curah hujan yang secara efektif tersedia
untuk kebutuhan air tanaman.
- Curah hujan lebih (excess rainfall) dipakai untuk menghitung kebutuhan
pembuangan/drainase dan debit (banjir).
Curah hujan efektif (Re) adalah curah hujan yang digunakan tanaman untuk
pertumbuhan
Curah hujan efektif tanaman padi :
𝑅80
Re =0.7 x Periode pengamatan (30/15/10/28/29/31/16/11)
15
Curah hujan efektif tanaman palawija :
𝑅50
Re =0.7 x
15 Periode pengamatan (30/15/10/28/29/31/16/11)

dengan:
𝑅80 : hujan tengah bulanan terlampaui 80% (mm)
𝑅50 : hujan tengah bulanan terlampaui 50% (mm)
No Formula Kode Keterangan
1. Blaney-Criddle (1950)
Re = 0.8 R – 25 Bila R > 75 mm/bulan
Re = 0.6 R -10 Bila R < 75 mm/bulan
Re Curah hujan efektif (mm/bulan)
R Jumlah hujan bulanan (mm)
2. Fukuda & Tsutsui Re = < 50 mm/hari
3. Dependable Rainfall 80% 1. Susun data curah hujan dari terbesar sampai terkecil
2. Hitung jumlah tahunan data curah hujan
3. Curah hujan efektif = nilai curaha hujan pada urutan ke
80% x Jumlah tahunan
4. Analisis Probabilitas m Nomor posisi (rangking) dari suatu seri data yang telah
tersusun dari besar ke kecil
𝑚 n Jumlah pengamatan
𝑃𝑒𝑙𝑢𝑎𝑛𝑔 𝑃 % = x 100%
(𝑛 + 1)
▪ Jika stasiun pengamatan curah hujan lebih dari 1 tentukan terlebih dahulu curah hujan
wilayah ⇒ rerata aljabar, thiesen, atau isohyet
▪ Tentukan jumlah curah hujan perbulan/per setengah bulan/10 harian → tergantung
perencanaan
▪ Data jumlah curah hujan bulanan/ setengah bulanan/ sepuluh harian diurutkan dari besar
ke kecil
▪ Dari data hujan yang telah diurutkan tersebut, dicari probabilitasnya untuk tiap-tiap urutan.
Probabilitas dihitung dengan Metode Weibull
▪ Dari data tersebut carilah curah hujan efektif untuk padi dan palawija.
▪ Curah hujan efektif untuk padi adalah 70% dari hujan tengah bulanan dengan keandalan
80% (𝑅80 )
▪ Curahhujan efektif untuk palawija adalah 70% dari hujan tengah bulanan dengan
keandalan 50% (𝑅50 )
▪ Selanjutnya ploting data dalam bentuk grafik

Contoh Perhitungan !
2. Analisis mengenai evaporasi diperlukan untuk menentukan besarnya
evapotranspirasi tanaman yang kelak akan dipakai untuk menghitung kebutuhan
air irigasi dan, jika perlu untuk studi neraca air di daerah aliran sungai.
Data-data iklim yang diperlukan untuk perhitungan ini adalah yang berkenaan
dengan :
▪ Temperatur: harian maksimum, minimum dan rata-rata
▪ Kelembaban relatif
▪ Sinar matahari: lamanya dalam sehari
▪ Angin: kecepatan dan arah
▪ Evaporasi: catatan harian
∆𝐸𝑛 + 𝐸0
ETo 𝐸𝑡 =
∆+𝛾

atau

𝛽𝐸𝑛 + 𝐸
Metode Penman 𝐸𝑡 =
𝛽+1
Panci Modifikasi dengan :
𝐸𝑡 : evapotranspirasi potensial
𝐸𝑛 : kedalaman penguapan dalam mm/hari
E : evaporasi

Diukur di stasiun
agrometeorologi, biasanya
digunakan panci Kelas A

ETo = 𝐾𝑝 𝐸𝑝

Keterangan:
Eto : Evapotranspirasi acuan
Kp : koefisien panci (0,65 – 0,8)
Ep : Evaporasi panci
∆𝐸𝑛 +𝐸0 𝛽𝐸𝑛 +𝐸 • Alat pengukur evapotranspirasi :
𝐸𝑡 = atau 𝐸𝑡 = evapotranspirometer, Lisimeter
∆+𝛾 𝛽+1 • Metode lainnya:
• Pers. Empiris Thornthwaite
• Metode Blaney-Criddle
𝑹𝒏
𝑬𝒏 =
𝝆𝒘 𝑰𝒗
dimana:
𝐸𝑛 : kedalaman penguapan (cm/hari)
𝑅𝑛 : radiasi netto yang diterima permukaan bumi (cal./𝑐𝑚2 /hari)
𝜌𝑤 : rapat massa air (gr/𝑐𝑚3 )
𝑙𝑣 : panas laten untuk evaporasi (cal./gr)

E = C 𝑓 𝑢 (𝑒𝑠 - 𝑒𝑑 )
dimana: Seyhan ,1990 mengusulkan:
E : evaporasi (mm/hari)
C : koefisien E = 0.35 (0.5+0.54𝑢2 ) (𝑒𝑠 - 𝑒𝑑 )
f(u) : fungsi kecepatan angin
u : kecepatan angin pada jarak 2m di atas permukaan
air (m/d)
𝑒𝑠 : tekanan uap jenuh (mm Hg)
𝑒𝑑 : tekanan uap udara (mm Hg)
3. Banjir rencana adalah debit maksimum di sungai atau saluran alamiah dengan
periode ulang (rata-rata) yang sudah ditentukan yang dapat dialirkan tanpa
membahayakan proyek irigasi dan stabilitas bangunan- bangunan.
Presentase kemungkinan tak terpenuhi (rata-rata) yang dipakai untuk perencanaan
irigasi adalah :
▪ Bagian atas pangkal bangunan 0,1%
▪ Bangunan utama dan bangunan-bangunan disekitarnya 1%
▪ Jembatan jalan Bina Marga 2%
▪ Bangunan pembuang silang, pengambilan di sungai 4%
▪ Bangunan pembuang dalam proyek 20%
▪ Bangunan sementara 20% - 40%
Untuk menentukan banjir rencana ada 3 metode analisis yang dapat diikuti, yakni :
▪ analisis frekuensi data banjir

▪ perhitungan banjir empiris dengan menggunakan hubungan curah hujan-limpasan air


hujan
▪ pengamatan lapangan

Analisis frekuensi debit membutuhkan rangkaian catatan dasar data banjir yang lengkap
yang mencakup jangka waktu 20 tahun, jika mungkin.
Rumus :
𝑄 = 0.278 𝑥 𝐶 𝑥 𝐼 𝑥 𝐴

Q : debit banjir puncak (𝑚3 /𝑑𝑡)


C : koefisien aliran tergantung jenis permukaan lahan
I : intensitas hujan selama waktu tiba banjir (mm/jam)
A : luas daerah aliran sungai (𝑘𝑚2 )
Debit andalan adalah debit yang diharapkan selalu tersedia
sepanjang tahun dengan resiko kegagalan yang diperhitungkan
sekecil mungkin.

Pada perencanaan irigasi umumnya digunakan debit rata-rata


bulanan/setengah bulanan/sepuluh harian.

Untuk keperluan irigasi digunakan debit andalan 𝑄80% , artinya debit


minimum rata-rata tengah bulanan yang didasarkan kemungkinan
tidak terpenuhi 20% atau dengan kata lain probabilitas kejadian
disamai atau dilampaui sebesar 80%.
Jika diketahui data debit dengan jangka waktu panjang (min. 10 tahun) :
• Metode rangking
• Metode rankging → Weibull
• Metode statistic
Jika data debit tidak cukup atau bahkan tidak tersedia maka dapat digunakan simulasi
hujan-aliran untuk estimasi nilai debit rerata bulanan atau setengah bulanan.
Model simulasi hujan-aliran antara lain : MOCK. RAIN-RUN, WMS, NRECA, dll.
Probabilitas yang sering digunakan : Persyaratan data:
Probabilitas Peruntukan Probabilitas Panjang Data
80% Irigasi ≤ 90% 10 Tahun
90% Air Baku dan PLTA > 90% 20 Tahun
95% Pemeliharaan Sungai
1. Data debit rata-rata bulanan/setengah bulanan/ sepuluh harian diurutkan dari besar
ke kecil.
2. Dari data debit yang telah diurutkan tersebut, dicari probabilitasnya untuk tiap-tiap
debit. Probabilitas dihitung dengan Metode Weibull.

𝑚 dengan;
𝑃= x 100% m : no. urut
(𝑛 + 1)
n : jumlah data

3. Dari hasil perhitungan No.2, kemudian dicari besarnya debit andalan yang
dibutuhkan (untuk keperluan irigasi 𝑄80% ).
4. Selanjutnya ploting datanya dalam bentuk grafik.

Contoh Perhitungan !!
1. Data debit S. Sibundong selama
10 tahun disajikan dalam tabel di
samping ini. Jika air sungai ingin
dimanfaatkan untuk daerah
irigasi, maka hitunglah besar
debit andalan sungai.
2. Data Curah Hujan STA. Cibeber disajikan pada tabel di bawah ini. Jika kita ingin mengetahui
curah hujan efektif untuk kebutuhan air pada tanaman, hitunglah Curah Hujan Efektif (Re)
untuk tanaman Padi dan Palawija.

DATA CURAH HUJAN STA. CIBEBER, JAWA BARAT (mm)


Bulan
Tahun
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des

2010 359 354 381 153 220 323 306 119 451 697 322 562
2011 51 95 249 178 129 55 0 0 0 126 482 123
2012 334 301 157 394 28 28 0 0 0 4.5 195 459
2013 223 262 231 291 217 182 162 0 0 87 65 483
2014 333 78 223 348 278 457 187 0 0 102 631 419
2015 179 398 375 293 92 91 8 0 0 0 401 607
2016 196 295 446 316 205 301 243 184 364 512 622 405
2017 591 474 388 301 119 72 38 0 155 315 540 346
2018 521 241 317 558 131 95 0 0 34 25 641 377
2019 307 321 360 302 96 0 0 0 0 4 45 619
2020 358 612 413 530 444 112 66 27 115 443 705 432

Anda mungkin juga menyukai