PENDAHULUAN
1.1. JUDUL
KAJIAN TEKNIS SISTEM PENYALIRAN PADA TAMBANG
BATUBARA DI PT. PERKASA INAKAKERTA, SITE BENGALON
KUTAI TIMUR, KALIMANTAN TIMUR.
2. Melakukan evaluasi teknis tentang sistem penyaliran yang ada pada lokasi
penambangan.
1
1.4. PERUMUSAN MASALAH
Untuk meningkatkan kondisi kerja yang nyaman dan mencegah terhambatnya
proses produksi akibat sistem penyaliran yang kurang baik, maka yang perlu
dilakukan adalah :
1. Memperbaiki sistem saluran dan parit air yang ada.
2. Melakukan upaya untuk mencegah masuknya air ke dalam tambang.
3. Melakukan upaya mengeluarkan air yang masuk ke dalam tambang.
4. Mengkaji volume dan dimensi sumur penampungan, kolam pengendapan
dan daerah tangkapan hujan.
BAB II
2
ANALISIS MASALAH
3
Satuan curah hujan adalah mm, yang berarti jumlah air hujan yang jatuh pada
satu satuan luas tertentu Jadi 1 mm berarti pada luas 1 m 2 jumlah air yang jatuh
sebanyak 1 liter. Adapun rumus curah hujan adalah sebagai berikut:
CH = I + ET + RO S
Dengan :
CH = curah hujan
I = infiltrasi
ET = evapotranspirasi
RO = limpasan permukaan
S = perubahan permukaan air tanah
Data curah hujan yang akan dianalisa adalah besar curah hujan harian
maksimum dalam satu tahun selama 10 – 20 tahun. Angka tersebut merupakan data
kadar (data mentah yang tidak dapat digunakan langsung untuk perhitungan). Data
curah hujan harus data lengkap dalam arti tidak boleh hilang dan data harus
homogen dan konsisten.
Pengolahan dilakukan dengan metode Gumbels yang didasarkan atas
distribusi normal. Beranggapan bahwa distribusi variabel-variabel hidrologi tidak
terbatas, maka harus digunakan harga-harga terbesar (harga maksimum). Ada
beberapa tahap yang harus dilakukan yaitu :
Data yang diperoleh dari stasiun pengamatan curah hujan adalah besarnya
curah hujan harian maksimal (Xi) dalam setahun (mm/24 jam) selama N tahun
pengamatan. Tujuannya untuk mendapatkan garis regresi dari data yang telah
dikoreksi yang merupakan tempat kedudukan dari nilai hujan harian Extrem.
Persamaan regresinya adalah :
1
X= +
= + 1 Yn
4
1
=
dengan :
= standart deviasi dari data
x
Xr = x + (Yr Yn )
n
dengan :
5
Setelah diperoleh data tersebut, pengolahan curah hujan adalah sebagai
berikut:
untuk dasar perencanaan debit limpasan hujan pada daerah penelitian. Rumus
11 .300 t. Xt
Untuk 1 < t < 24, maka R =
t 3,12.100
1,218t 54
dan R1 = Xt .
Xt 1 t 1,272t
dengan :
R
I = , mm/jam
T
dengan :
6
Apabila tidak ada data durasi hujan maka besarnya intensitas hujan dihitung
dengan rumus Mononobe :
2/3
t 24
I =
24 t
dengan :
T = waktu (jam)
Xt = curah hujan (mm)
Harga-harga intensitas curah hujan (I) tergantung dari harga yang digunakan (t).
Penyederhanaan persamaan tersebut dilakukan dengan metode : Talbot,
Sherman, dan Ishiguro. Rumus-rumus yang digunakan untuk perhitungan adalah
Rumus ini menetapkan bahwa tetapan a dan b ditentukan dengan harga yang
diukur yaitu :
a
I =
tb
Lt I I .t
2 2
I
N. I I
a = 2 2
I. Lt N. I .t 2
N I ( I)
b = 2 2
Rumus ini untuk jangka waktu t curah hujan yang lamanya lebih dari 2 jam.
a
I =
tn
Log a =
log I. log t log t. log I . log t
2
N log t log t 2
2
7
n =
log I. log t N. log t.log I
N log t _ Logt
2 2
a =
I. t I I . t I
2 2
N I I
2 2
2.2.2. Infiltrasi
8
2.2.3. Air Limpasan
Macam-macam limpasan:
- Limpasan permukaan : bagian limpasan yang melintang di atas permukaan tanah
menuju saluran sungai.
- Limpasan bawah permukaan : limpasan ini merupakan sebagian dari limpasan
permukaan yang disebabkan oleh bagian presipitasi yang berinfiltrasi ke tanah
permukaan dan bergerak secara lateral melalui horizon-horizon tanah bagian
atas ke dalam tanah.
Penggambaran hubungan antara presipitasi (P), penguapan (E), limpasan
(R), dan perubahan penyimpangan (dS) adalah sebagai berikut :
P = E + R . dS
Q = 0,278 . C . I . A
dengan :
C = koefesien limpasan\
9
Koefesien limpasan (C) adalah bilangan yang menunjukan perbandingan
antara besar air limpasan terhadap besarnya curah hujan. Adapun cara menentukan
koefesien limpasan adalah :
Dengan :
10
Secara hidrologis air bawah tanah dapat dibedakan mejadi air pada daerah
yang tak jenuh dan air pada daerah jenuh. Daerah tak jenuh yang umumnya terdapat
pada bagian teratas dari lapisan tanah dicirikan oleh gabungan antara material
padatan, air dalam bentuk air adsorpsi, air kapiler dan air infiltrasi, serta gas atau
udara. Daerah ini dipisahkan dari daerah jenuh oleh jaringan kapiler. Air yang
berada pada daerah jenuh disebut air tanah. Asal-muasal air tanah juga
dipergunakan sebagai konsep dalam menggolongkan air tanah ke dalam empat
macam yang jelas, yaitu:
a. Air meteoric
Air ini berasal dari atmosfer dan mencapai tingkat kejenuhan baik secara
langsung maupun tidak langsung. Secara langsung oleh infiltrasi pada
permukaan tanah dan dengan cara kondensasi uap air. Sedangkan secara tidak
langsung oleh perembesan influen dari danau, sungai, saluran buatan dan lautan.
b. Air juvenil
Air ini merupakan air baru yang ditambahkan pada mintakat kejenuhan dari
kerak bumi yang dalam. Selanjutnya air ini dibagi lagi menurut sumber
spesifiknya ke dalam air magmatik, air gunung api dan air kosmik (yang dibawa
oleh meteor)
d. Air konat
Air yang dijebak pada beberapa batuan sedimen atau gunung pada saat asal
mulanya. Air tersebut biasanya sangat termineralisasi dan mempunyai salinitas
yang lebih tinggi daripada air laut.
Air tanah ditemukan pada formasi geologi permeabel (tembus air) yang
dikenal dengan akifer (juga disebut reservoir air tanah, formasi pengikat air,
dasar-dasar yang tembus air) yang merupakan formasi pengikat air yang
memungkinkan jumlah air yang cukup besar untuk bergerak melaluinya pada
11
kondisi lapangan yang biasa. Ada tida tipe akifer utama, yaitu: akifer tidak
tertekan, akifer tertekan, akifer semi tertekan.
Akifer tertekan
Akifer ini disebut juga akifer artesis atau akifer tekanan dimana air tanah
tertutup antara 2 strata yang relatif kedap air. Airnya ada di bawah tekanan dan
bagian atasnya dibatasi oleh permukaan piezometrik. Jika suatu sumur
dimasukan dalam akifer ini, aras air akan menaik sampai aras piezometrik dan
akan membentuk suatu sumur yang mengalir.
1. Koefesien simpanan
Koefesien simpanan diberi batas sebagai volume air yang akan
dilepaskan (atau diambil) oleh akifer ke dalam simpanan persatuan luas
permukaan akifer dan persatuan perubahan tinggi.
2. Permeabilitas
Merupakan suatu ukuran kemudahan aliran melalui suatu media
porous. Permeabilitas selain ditentukan oleh karakteristik mineral yang
membentuk akifer juga dipengaruhi oleh faktor lain seperti temperatur,
udara, komposisi ion dalam air.
12
V
K
dH / dL
dengan :
3. Transmisibilitas
Adalah angka yang menyatakan laju aliran air melewati satuan luas
akifer per satuan waktu. Nilai T dapat ditentukan dari hasil perkalian antara
koefesien kelulusan dengan ketebalan akifer. Menurut Todd (1976) nilai T
dapat dinyatakan :
T = K x b
dengan :
T = Transmisibilitas, m2/hr
b = ketebalan akifer, m
4. Ketebalan akifer
Ditentukan dari data pemboran. Meskipun ketebalan ini tidak pernah
konstan, dalam menganggap bahwa suatu akifer mempunyai ketebalan yang
seragam, diambil suatu nilai rata-rata. Ketebalan ini dapat mencapai ukuran
puluhan meter.
Gerakan air tanah sebagian hasil dari cara-cara bahan diendapkan semula,
akifer hampir tidak pernah seragam dalam ciri-ciri hidroliknya. Bahkan bila struktur
geologi sistem akifer diketahui detil gerakan air di dalamnya sulit untuk diketahui.
Banyak detil gerakan air tanah masih jauh dari jelas.
Tetapi proses umum gerakan air tanah, sangatlah sederhana, suatu gerakan
yang didorong oleh gaya berat, ditahan oleh gesekan cairan pada medium yang
13
poreus. Bila kita bawa prinsip-prinsip yang sederhana itu pada perlakuan matematis
dari aliran air tanah, asumsi dan generalisasi tertentu harus dilakukan.
(1 2 )
Qk A
S
dengan :
Q = debit (m3/detik)
d
q k
dS
dengan :
14
k = koefesien permeabilitas, m/dt
d
= gradien hidrolik
dS
q
V
n
dimana :
n = porositas
15
6. Analisa hasil penelitian dan memberikan alternatif pemecahan masalah.
16
BAB III
PENELITIAN DI LAPANGAN
17
yang akan dibahas. Mencocokkan dengan perumusan masalah, yang bertujuan agar
penelitian yang dilakukan tidak meluas.
2. Studi literatur, brosur-brosur dan laporan penelitian perusahaan.
Mencari bahan-bahan pustaka yang menunjang, yang diperoleh dari :
- Instansi yang terkait
- Perpustakaan
- Brosur-brosur, grafik, tabel dan informasi dari data perusahaan.
3. Penentuan lokasi pengambilan data
4. Pengambilan data primer (langsung dari lapangan) dan data sekunder (laporan
penelitiaan perusahaan).
5. Pengelompokan data
6. Pengolahan data. Pengolahan data dilakukan dengan melakukan beberapa
perhitungan dan penggambaran. Selanjutnya disajikan dalam bentuk grafik-grafik
atau rangkaian perhitungan dalam penyelesaian masalah yang ada.
7. Pengambilan kesimpulan
Dilakukan korelasi antara hasil pengolahan data yang telah dilakukan dengan
permasalahan yang diteliti.
Studi Literatur
1
Pengamatan
2
Pengambilan data
3
Pengolahan data
4
18
Penyusunan draft
5
V. PEMBAHASAN
5.1. Curah Hujan
5.2. Intensitas Curah Hujan
5.3. Daerah Tangkapan Hujan
5.4. Air Limpasan Permukaan
5.5. Saluran Penyaliran
5.6 Kolam Pengendapan
DAFTAR PUSTAKA.
LAMPIRAN
20
III.4 DAFTAR PUSTAKA
1. Suyono Sosrodarsono dan Kensaku Takeda, “ Hidrologi untuk Pengairan”,
PT. Pradnya Paramita, Jakarta, 1993.
21