Anda di halaman 1dari 12

ISSN: 2302-3333 Jurnal Bina Tambang, Vol 4, No 1

EVALUASI SISTEM PENYALIRAN TAMBANG


BATUBARA PADA PIT BLOCK B DI PT MINEMEX
INDONESIA KABUPATEN SAROLANGUN, JAMBI

Syaifullah Aziz1*, Tamrin Kasim1**


1Jurusan teknik Pertambangan Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang

*
syaifullah.aziz23@gmail.com

**tamrin@ft.unp.ac.id

Abstract: Based on the analysis of rainfall data for 2008-2017, the planned rainfall was
135.22 mm/ day with rain intensity in the catchment area of 21.709 mm / hour. The return
period is 5 years and the hydrogeological risk is 67.23%. In the research location, PT
Minemex Indonesia Pit Block B has a catchment area with an area of 48 ha, the total
discharge of incoming water is 9.510 m3 / hour, with a maximum actual sump capacity of
75,867 m3 and there are three units of Coates CD200 pumps in sump with pumping
discharge of 810 m3 / hour, there are two open channels and 11 main setting pond with
different capacities for each compartment.After evaluating the Pit Block B mine drainage
system in 2018, the Sump Capacity will be enlarged to 182,610 m 3 and requires an
additional 3 Coates MFC-385 pump units to obtain a total pumping discharge of 2,310 m 3 /
hour. PT Minemex Indonesia's Pit Block B mine drainage system is planned to have open
channels that are different from the actual and settling ponds that are the same as in 2018.
The effect of the mine drainage system on production is the cause of not achieving OB and
Coal production. The production of OB is 293.62 m3 / BCM and Coal is 94.75 tons / hour.

Keywords: rainfall, catchment area, pump, sump, open channel, settling pond, and production

1. PENDAHULUAN
PT Minemex Indonesia merupakan suatu berada pada daerah Mandiangin, Kabupaten
perusahaan yang bergerak dibidang Sarolangun, Jambi. Memiliki dua site
penambangan batubara. Metode penambangan yaitu, Block A dan Block B.
penambangan yang diterapkan PT Minemex Berdasarkan data curah hujan bulanan pada
Indonesia adalah metode open pit sehingga tahun 2016 (lihat lampiran5) curah hujan
dalam melakukan penambangan akan tertinggi di Pit Blok B PT Minemex
membentuk cekungan yang cukup besar Indonesia mencapai 130,5 mm/hari dengan
sehingga air akan terkonsentrasi di dalam kumulatif curah hujan mencapai 2982
cekungan tersebut dan akan menghambat mm/tahun (Department Mineplane
aktivitas penambangan. PT.Minemex Indonesia). Ketika cuaca
Air yang masuk ke lokasi penambangan berupa curah hujan dengan intensitas yang
sebagian besar berasal dari air hujan, untuk tinggi, menyebabkan kondisi front
mengatasinya dilakukan dengan pemompaan. penambangan berlumpur dan meluapnya air
Sistem penyaliran yang diterapkan di yang berada pada sump di Pit Blok B. Akibat
tambang batubara PT Minemex Indonesia dari luapan air tersebut menyebabkan
adalah sistem mine dewatering yaitu dengan meningkatnya waktu slippery sehingga
membiarkan air masuk ke lokasi tambang target produksi tidak tercapai dengan target
untuk ditampung dalam kolam penampungan produksi batubara pada bulan Maret tahun
(Sump)[1]. Jobsite PT Minemex Indonesia 2018 sebesar 50.000 ton batubara hanya
didapatkan 45.239 ton batubara.
ISSN: 2302-3333 Jurnal Bina Tambang, Vol 4, No 1

Berhubung dengan target produksi pada 2.1.2.1 Air permukaan


tahun 2018 yaitu 1 juta ton batubara untuk Pit
Blok B sehingga direncanakan untuk Merupakan air yang mengalir di permukaan
penambangan batubara ke arah lokasi tanah. Jenis air ini meliputi air limpasan
sump yang masih tergenang oleh air. permukaan yang berasal dari air hujan. [1]
Kondisi sump yang ada hanya dapat
menampung air sebanyak 75.867 m 3 /hari 2.1.2.2 Air bawah tanah
dengan volume total air yang masuk
sebesar 212.050,32 m 3 /hari dan volume Merupakan air yang terdapat di bawah
pemompaan sebesar 16.200 m 3 /hari, permukaan tanah[1].
sehingga terjadinya luapan air yang begitu
besar pada sump pit Block B. 2.2 Faktor yang Mempengaruhi Sistem
Berdasarkan uraian diatas maka sangat Penirisan
perlunya perhitungan dan rancangan yang
tepat agar kondisi tempat kerja tetap aman 2.2.1 Curah Hujan
sehingga kegiatan penambangan dapat
berjalan secara optimal serta kondisi tempat Curah hujan adalah banyaknya hujan yang
kerja tetap aman. terjadi pada suatu daerah. Curah hujan
merupakan faktor yang sangat penting dalam
2. KAJIAN PUSTAKA perencanaan sistem penirisan, karena
besar kecilnya curah hujan pada suatu
2.1 Sistem Penyaliran Tambang daerah tambang akan mempengaruhi besar
kecilnya air tambang yang harus
Sistem penyaliran tambang merupakan ditanggulangi[1] .
penanganan air yang masuk kedalam daerah
penambangan. Hal ini dilakukan untuk 2.2.2 Curah Hujan Rencana
menjaga kelangsungan aktifitas
penambangan agar tidak terganggu oleh air Pengolahan data curah hujan dimaksudkan
yang jumlahnya melebihi di front untuk mendapatkan data curah hujan yang
penambangan, apalagi ketika musim hujan siap pakai untuk suatu perencanaan sistem
datang maka air semakin meningkat sehingga penyaliran. Pengolahan data ini dapat
sangat mempengaruhi aktifitas dilakukan dengan beberapa metode, salah
penambangan. Penanganan masalah air satunya adalah metode Gumbel, yaitu suatu
dalam suatu tambang terbuka dapat metode yang didasarkan atas distribusi
dibedakan menjadi dua jenis yaitu: normal (distribusi harga ekstrim)[2].
Gumbel beranggapan bahwa distribusi
2.1.1 Mine drainage variabel-variabel hidrologis tidak terbatas,
sehingga harus digunakan distribusi dari
Merupakan suatu upaya untuk mencegah harga-harga yang terbesar (harga
masuk/mengalirnya air ke areal front kerja. maksimal)[2]. Persamaan Gumbel tersebut
Hal ini umum dilakukan untuk penanganan adalah sebagai berikut:
air tanah dan air yang berasal dari sumber air 𝑆𝐷
permukaan. 𝑋𝑡 = 𝑋 + (𝑌𝑡 − 𝑌𝑛) (1)
𝑆𝑛
∑𝑋
̅=
X (2)
2.1.2. Mine dewatering 𝑛

Merupakan usaha yang dilakukan untuk Keterangan:


mengeluarkan air yang telah masuk ke dalam Xt = Curah hujan untuk periode ulang T
areal penambangan, terutama untuk (mm/hari)
̅
X = Curah hujan harian maksimum
penanganan air hujan[1].
Air pada lokasi tambang dapat bersumber (mm/hari).
dari: 𝑋 = Curah hujan rata-rata (mm/hari).
SD = Standar deviasi.
Sn = Standar deviasi dari reduksi variant,
tergantung dari jumlah data.
ISSN: 2302-3333 Jurnal Bina Tambang, Vol 4, No 1

Yt = Nilai reduksi variant dari variabel. 1 𝑇𝐿


𝑃𝑟 = 1 − [1 − { }] × 100% (9)
Yn = Nilai rata-rata dari reduksi variant, 𝑇𝑟
tergantung dari jumlah data.
N = Jumlah sampel Keterangan :
Pr = Resiko hidrologi
Nilai Reduce Mean (Yn), Reduce Mean Rata- Tr = Periode ulang hujan
rata, Reduced Variate (Yt), dan Reduce TL = Lama sistem penyaliran akan bekerja,
Variate Factor dapat dicari menggunakan (tahun)
Persamaan (3), (4), (5) dan (6).
2.2.4 Intensitas Hujan
𝑛+1−𝑚
𝑌𝑛 = −𝐼𝑛 [−𝐼𝑛 { }] (3)
𝑛+1 Intensita curah hujan adalah jumlah hujan
∑ 𝑌𝑛
̅n =
Y (4) yang dinyatakan dalam tinggi hujan atau
𝑛
𝑇−1 volume hujan dalam satuan waktu. Nilai
Yt = −In [−𝐼𝑛 { }] (5) intensitas hujan tergantung lama curah
𝑇
𝑌𝑡−Y̅n hujan dan frekuensi hujan dan waktu
𝑘= (6)
𝑆𝑛
konsentrasi[1].
Dalam menentukan intensitas curah hujan
Keterangan:
dapat dicari dengan rumus Mononobe
n = Jumlah Sampel
m = Urutan Sampel berikut:
T = Periode ulang hujan, (tahun)
𝑋𝑡 24 2
Y̅n = Reduced mean rata-rata 𝐼= ( )3
24 𝑡𝑐
(10)
K = Reduced variate factor
Harga tc dapat dicari dengan menggunakan
̅ n )2
∑(𝑌𝑛−Y rumus Kirpich:
𝑆𝐷 = √ (7)
𝑛−1
∑(𝑋−X̅ )2 tc = 0,0195 x (𝐿0,77 x 𝑆 −0,385 ) (11)
𝑆𝑛 = √ (8)
𝑛−1
Keterangan:
2.2.3 Periode Ulang Hujan I = Intensitas curah hujan (mm/jam).
Xt = Curah hujan rancangan (mm/hari).
Curah hujan biasanya terjadi menurut tc = Lama waktu konsentrasi (jam).
pola tertentu dimana curah hujan biasanya L = Panjang aliran (km)
akan berulang pada suatu periode tertentu, H = Beda elevasi (km).
yang dikenal dengan periode ulang hujan. S = Beda ketinggian dibagi panjang aliran.
Periode ulang hujan adalah periode (tahun)
dimana suatu hujan dengan tinggi intensitas 2.2.5 Catchment Area
yang sama kemungkinan bisa terjadi lagi.
Kemungkinan terjadinya adalah satu kali Catchment area merupakan suatu areal atau
dalam batas periode (tahun) ulang yang daerah tangkapan hujan dimana batas
ditetapkan. Penentuan periode ulang hujan wilayah tangkapannya ditentukan dari titik-
dilakukan dengan menyesuaikan data dan titik elevasi tertinggi, sehingga akhirnya
keperluan pemakaian saluran yang berkaitan merupakan suatu poligon tertutup yang
dengan umur tambang serta tetap mana polanya disesuaikan dengan kondisi
memperhitungkan resiko hidrologi topografi dengan mengikuti kecendrungan
(hidrology risk), dapat pula dilakukan arah gerak air. Air yang jatuh ke permukaan
perhitungan dengan metode distribusi sebagian akan meresap ke dalam tanah
normal menggunakan konsep peluang[2]. (infiltrasi), sebagian ditahan oleh tumbuhan
Setelah periode ulang hujan ditetapkan (intersepsi), dan sebagian akan mengisi liku-
maka dapat ditentukan nilai ekstrim dari liku permukaan bumi dan akan mengalir
curah hujan yang akan dipakai sebagai ketempat yang lebih rendah[1].
dasardapat dihitung menggunakan Penentuan luas daerah tangkapan
Persamaan (9). hujan berdasarkan pada kontur ketinggian
yang membentuk puncak gunung atau bukit,
lembah antar gunung atau bukit dan
ISSN: 2302-3333 Jurnal Bina Tambang, Vol 4, No 1

mempertimbangkan arah aliran air serta impermeable. Konfigurasi lapisan ini


aliran sungai yang ada di daerah yang akan menyebabkan air tanah mempunyai tekanan
diteliti. Setelah daerah tangkapan hujan diatas tekanan normal.
ditentukan, maka diukur luasnya pada peta
kontur, yaitu dengan menarik hubungan dari 2.2.7.2 Akuifer Tidak Tertekan
titik- titik yang tertinggi disekeliling (Unconfined Aquifer)
tambang membentuk poligon tertutup,
dengan melihat kemungkinan arah Akuifer ini disebut juga akuifer bebas,
mengalirnya air, maka luas dihitung dengan dimana bagian bawahnya dibatasi oleh
software tambang. lapisan impermeable dan pada bagian
atasnya tidak mempunyai lapisan
2.2.6 Air Limpasan impermeable.

2.2.6.1 Debit 2.2.7.3 Aquifer Bocoran (Aquifer Semi


Tertekan)
Untuk memperkirakan Debit limpasan dapat
dihitung dengan persamaan Rasional.[1] Pada bagian atas atau bawah dari akuifer ini
dibatasi oleh lapisan semi-permeable. Air
𝑄 = 0,00278 × 𝐶 × 𝐼 × 𝐴 (12) tanah menjadi parameter dalam perencanaan
suatu sistem penyaliran di tambang. Oleh
Keterangan: karena itu jumlah air tanah yang masuk ke
Q = Debit limpasan (m3/detik) tambang harus diketahui.
C = Koefisien limpasan (Tabel 1) Untuk mengetahui debit air tanah dapat
I = Intensitas curah hujan (mm/jam) dihitung dengan menggunakan persamaan
A = Luas catchment area (km2) sebagai berikut[4]:

𝐿1+𝐿2)
2.2.6.2 Koefisien Limpasan 2
L𝑄 = [ ] (13)
∆𝑡
Koefisien limpasan merupakan suatu
konstanta yang menggambarkan dampak Jika perubahan jumlah air dalam
proses infiltrasi, penguapan, tata guna lahan, satuan volume dapat menggunakan
serta kemiringan lahan. Koefisien limpasan persamaan (14)[4].
dipengaruhi oleh faktor tanah penutup dan
∆𝑉𝑜𝑙
kemiringan, intensitas dan lamanya hujan[1]. 𝑄 = [{ }] (14)
∆𝑡

2.2.7 Air Tanah Keterangan:


Q = Debit air tanah (m3/jam).
Air tanah merupakan air yang terdapat t = Waktu pengamatan perubahan air sump
dibawah permukaan tanah, khususnya yang (jam).
berada di dalam zona jenuh air. Sedangkan H = Kenaikan permukaan.
air bawah tanah merupakan seluruh air yang L1 = Luas permukaan air di awal m2).
terdapat di bawah permukaan tanah, mulai L2 = Luas permukaan air di akhir (m2).
dari zona tidak jenuh (unsaturated zone) ∆𝑡 = Waktu pengamatan perubahan air sump
hingga zona jenuh air (saturated zone). (jam)
Banyaknya air yang tertampung di bawah ∆𝑉𝑜𝑙 = Perubahan volume tiap elevasi
permukaan tergantung pada keseragaman
lapisan di bawah tanah[3] [4] [5]. 2.3 Saluran Terbuka
Jenis-jenis akuifer dikenal ada tiga tipe,
yaitu: Saluran berfungsi untuk menampung
sementara serta mengalirkan air ke tempat
2.2.7.1 Akuifer Tertekan (Confined lain. Bentuk penampang saluran umumnya
Aquifer) dipilih berdasarkan debit air, material
pengotor dan kemudahan dalam
Merupakan akuifer dimana bagian bawah pembuatannya. Dalam merancang bentuk
dan atas dari akuifer ini dibatasi oleh lapisan dan geometri saluran air perlu dilakukan
ISSN: 2302-3333 Jurnal Bina Tambang, Vol 4, No 1

analisis [1].
Saluran air dengan penampang 𝑚 = cot ∝ (22)
segiempat atau segitiga umumnya untuk = Cot 600
debit kecil, sedangkan penampang = 0,58
trapesium untuk debit besar. Bentuk
penampang yang paling sering dan umum di Untuk harga b/d dapat dicari menggunakan
pakai adalah bentuk trapesium, sebab mudah persamaan (23) dan (24)[5]:
dalam pembuatannya, murah, efisien dan
mudah dalam perawatannya serta stabilitas 𝑏⁄𝑑 = 2{(1 + 𝑚2 )0,5 − 𝑚} (23)
kemiringannya dapat disesuaikan menurut 𝑏 = 1,5𝑑 (24)
keadaan topografi dan geologi[1].
2.3.2 Penampang Segi Empat
Perhitungan kapasitas pengaliran suatu
saluran air dapat dilakukan dengan rumus Harga lebar dasar saluran (b), lebar
Manning pada Persamaan (15) yaitu[4]: permukaan saluran (B), luas penampang
basah (A) dan keliling basah (P) dapat dicari
1 1
1 menggunakan Persamaan (25), (26), dan
𝑄 = × 𝐴 × 𝑆 2 × 𝑅2 (15)
𝑛 (27)[5].
Keterangan : Bb = 2d (25)
Q = Besarnya debit air yang mengalir A = 2d2 (26)
sepanjang saluran (m3/detik) P = 4d (27)
R = Jari-jari hidrolik (A/P)
S = Gradien kemiringan dasar saluran (%)
2.3.3 Penampang segitiga
n = Koefisien kekasaran Manning (tabel 8)
A = Luas penampang saluran (m2) Harga luas penampang basah (A), jari-jari
P = Keliling basah, (m) hidrolis (R) dan keiling basah (P) dapat dicari
menggunakan Persamaan (28), (29) dan
Dimensi penampang yang paling efisien
(30)[5].
untuk beberapa bentuk penampang saluran
air adalah sebagai berikut: Sudut tengah = 90°
Luas penampang basah (A) = d2 (28)
2.3.1 Penampang Trapesium 2
Jari-jari hidrolis (R) = (29)
2√2
Dalam menentukan dimensi saluran terbuka Keliling basah (𝜌) = 2𝑑 × √2 (30)
bentuk trapesium dengan luas maksimum
hidrolis, luas penampang aliran (d), kedalam 2.4 Sump
saluran (h), lebar dasar saluran (b), penampang
sisi saluran dari dasar kepermukaan (a), lebar Kolam Sumuran (sump) berfungsi sebagai
permukaan saluran (B), dan kemiringan dinding penampung air sebelum dipompa ke luar
saluran (m), mempunyai hubungan yang dapat tambang. Dengan demikian, dimensi
dinyatakan pada persamaan[5]: sumuran ini sangat tergantung dari jumlah
air yang masuk serta keluar dari sumuran.
A= b ×d + m × d (16) Jumlah air yang masuk ke dalam sumuran
R = 0,5 × d (17) (sump) merupakan jumlah air yang
B = b + 2m × h (18) dialirkan oleh saluran-saluran, jumlah
𝑏 limpasan permukaan yang langsung
= 2{(1 + 𝑚2 )0,5 − 𝑚} (19)
𝑑
ℎ mengalir ke sumuran (sump) dan curah
𝑎= (20) hujan yang jauh di sumuran (sump).
sin∝
𝑥 = 15% × 𝑑 (21) Sedangkan jumlah air yang keluar dapat
dianggap sebagai kapasitas pompa,
Untuk dimensi saluran terbuka dengan karena penguapan tidak terlalu berarti[1].
bentuk trapesium dengan luas penampang Dimensi sump tergantung dari
optimum dan mempunyai sudut kemiringan jumlah air yang masuk serta keluar dari
60° dapat dicari menggunakan persamaan sump. Sump yang dibuat disesuaikan
(22).[5] dengan keadaan kemajuan medan kerja
ISSN: 2302-3333 Jurnal Bina Tambang, Vol 4, No 1

(front) penambangan. Optimalisasi antara 2.5 Pompa


input (masukan) dan output (keluaran),
maka dapat ditentukan volume dari sump. 2.5.1 Pengertian Pompa
Volume sump yang optimum dapat juga
dicari dari selisih antara volume air limpasan Pompa merupakan alat yang digunakan
dengan volume pemompaan harian. Volume untuk memindahkan air di daerah tambang,
sump, volume total inflow, volume limpasan baik itu air permukaan maupun air bawah
dan volume pemompaan dapat dicari tanah. Dalam sistem penyaliran tambang,
menggunakan Persamaan (31), (32), (33) pompa sangat diperlukan untuk mencegah
dan (34) [7]. maupun mengeluarkan air yang masuk ke
lokasi tambang[8].
𝑉𝑜𝑙. 𝑆𝑢𝑚𝑝 = 𝑉𝑜𝑙. 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐼𝑛𝑓𝑙𝑜𝑤 − Jenis pompa yang banyak digunakan
𝑉𝑜𝑙. 𝑃𝑒𝑚𝑜𝑚𝑝𝑎𝑎𝑛 (31) dalam kegiatan penyaliran tambang adalah
𝑉𝑜𝑙. 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐼𝑛𝑓𝑙𝑜𝑤(𝑚3 /𝑑𝑎𝑦) = pompa sentrifugal. Pompa ini banyak
𝑉𝑜𝑙. 𝐿𝑖𝑚𝑝𝑎𝑠𝑎𝑛 + 𝑉𝑜𝑙. 𝐴𝑖𝑟 𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ (32) digunakan di daerah tambang karena mampu
𝐶×𝑅24 ×𝐴 mengalirkan lumpur, perawatannya mudah
𝑉𝑜𝑙. 𝐿𝑖𝑚𝑝𝑎𝑠𝑎𝑛 = (33)
1000 dan kapasitasnya besar[8].
Keterangan:
2.5.2 Head Total Pompa
C = koefisien limpasan
𝑅24 = Curah hujan harian rencana (mm) Dalam pemompaan dikenal istilah julang
A = Luas catchment area (m2) (head), yaitu energi yang diperlukan untuk
mengalirkan sejumlah air pada kondisi
𝑉𝑜𝑙. 𝑃𝑒𝑚𝑜𝑚𝑝𝑎𝑎𝑛 (𝑚3 /𝑑𝑎𝑦) = tertentu. Semakin besar debit air yang
𝑑𝑒𝑏𝑖𝑡 𝑝𝑒𝑚𝑜𝑚𝑝𝑎𝑎𝑛(𝑚3 /𝑠) × 3600 × dipompa, maka head juga akan semakin
𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑜𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑝𝑜𝑚𝑝𝑎 (ℎ𝑜𝑢𝑟/𝑑𝑎𝑦) (34) besar. Head total pompa untuk mengalirkan
sejumlah air seperti yang direncanakan dapat
2.4.1 Sistem Penyaliran Memusat ditentukan dari kondisi instalasi yang akan
dilayani oleh pompa tersebut, sehingga
Pada sistem ini sump akan ditempatkan di julang total pompa dapat dituliskan sebagai
setiap jenjang tambang, dengan sistem berikut[8]:
pengalirannya dari jenjang paling atas
menuju jenjang dibawahnya sehingga 𝐻 = 𝐻𝑠 + 𝐻𝑓 + 𝐻𝑣 + 𝐻𝑏 + ∆𝐻𝑝 (36)
akhirnya air dipusatkan di main sump untuk
kemudian dipompa keluar tambang[7]. Keterangan:
H = Head total pompa (m).
2.4.2 Sistem Penyaliran Tidak Hs = Head statik (m).
Memusat ∆Hp= Perbedaan julang tekan ada kedua
permuakaan air.
Sistem ini dapat dilakukan bila kedalaman Hf = Kerugian karena gesekan (m).
tambang relatif dangkal dengan keadaan Hb = Kerugian pada belokan dan sambungan
geografis daerah luar tambang pipa (m).
memungkinkan untuk mengalirkan air Hv = Julang kecepatan (m).
langsung dari sump keluar tambang[7].
Untuk menentukan dimensi sump Untuk menentukan head total pompa
berdasarkan kapasitas volume sump yang terlebih dahulu harus ditentukan
akan dipakai, digunakan Persamaan (35)[7]. kerugian yang terjadi pada instalasi pompa
𝑋+𝑌
yang digunakan.
𝑉= ×𝑍 (35)
2
2.5.2.1 Head Statis (Hs)
Keterangan:
V = Volume sump (m3) Head statis merupakan perbedaan elevasi
X = Luas penampang atas (m2) muka air di sisi keluar dan di sisi isap[8].
Y = Luas penampang bawah (m2)
Z = Kedalaman 𝐻𝑠 = ℎ1 + ℎ2 + ⋯ + ℎ𝑛 (37)
ISSN: 2302-3333 Jurnal Bina Tambang, Vol 4, No 1

Keterangan: dibuang menuju tempat penampungan air


h1 = Beda ketinggian pipa 1(m) umum seperti sungai, maupun danau [4].
h2 = Beda ketinggian pipa 1(m) Dengan adanya kolam pengendapan
hn = Beda ketinggian pipa n(m) diharapkan semua air yang keluar dari daerah
penambangan benar-benar air yang sudah
2.5.2.2 Head of Friction (Hf1) memenuhi ambang batas yang diizinkan oleh
perusahaan, sehingga dapat mencegah
Friction head adalah kehilangan energi terjadinya pencemaran lingkungan[4].
akibat gesekan air yang melalui pipa dengan
dinding pipa. Rumus ini umumnya 2.6.1 Bentuk Kolam Pengendapan
digunakan untuk menghitung head gesekan
pada pipa, dapat menggunakan rumus Bentuk kolam pengendapan biasanya hanya
Darcy-Weisbach pada Persamaan (38) dan digambarkan secara sederhana, yaitu berupa
(39) [8]. kolam berbentuk empat persegi panjang,
tetapi sebenarnya bentuk tersebut dapat
𝐻𝑓 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = ∑𝑖=𝑛
𝑖=1 𝐻𝑓 1 + 𝐻𝑓 2 + 𝐻𝑓 𝑛 (38) bermacam-macam, disesuaikan dengan
𝑣2 keperluan dan keadaan lapangannya.
𝐻𝑓 𝑖 = 𝑓𝐿𝑖 (39)
2𝑔𝐷𝑖 Walaupun bentuknya dapat bermacam-
macam, namun pada setiap kolam pengendap
2.5.3 Kapasitas Pompa akan selalu ada 4 zona penting yang terbentuk
karena proses pengendapan material
Kapasitas pompa yang diperlukan dapat padatan[9].
dihitung setelah jumlah air limpasan
diketahui. Untuk menghitung debit pompa 2.6.1.1 Zona Masukan
yang diperlukan dapat digunakan persamaan
berikut ini [8]: Adalah tempat masuknya aliran air
berlumpur kedalam kolam pengendapan
𝑄
𝑄𝑝 = (46) dengan anggapan campuran antara padatan
𝑡 𝑥 3600
dan cairan terdistribusi secara merata.
Keterangan:
Qp = Kapasitas pompa (m3/detik). 2.6.1.2 Zona Pengendapan
T = waktu kerja alat (jam)
Q = Jumlah air limpasan yang akan Tempat dimana partikel akan mengendap,
dipompakan. material padatan disini akan mengalami
proses pengendapan disepanjang saluran
2.6 Kolam Pengendapan Lumpur masing-masing cek dam.

Kuantitas kandungan air harus di treatment 2.6.1.3 Zona Endapan Lumpur


terlebih dahulu melalui sistem pengendapan.
Pada umumnya, pengendapan biasanya Tempat dimana partikel padatan dalam cairan
dilakukan dengan menggunakan agen mengalami sedimentasi dan terkumpul pada
treatment atau tidak dengan menggunakan bagian bawah saluran pengendap.
agen treatment. Untuk mengaplikasikan
metode pengendapan ini, diperlukan 2.6.1.4 Zona Keluaran
beberapa komponen, yaitu kolam
pengendapan (pengendapan horizontal), Tempat keluarnya buangan cairan yangt
tangki pengendapan (pengendapan vertikal), relatif bersih, zona ini terletak pada akhir
penyaring partikel padatan, dan lainnya[4]. saluran.
Penambangan digunakan metode
pengendapan horizontal. Kolam 2.6.2 Penentuan Ukuran Kolam
pengendapan untuk daerah penambangan Pengendapan
dibuat untuk menampung dan mengendapkan
air limpasan yang berasal dari daerah Penentukan luas kolam pengendapan dapat
penambangan maupun daerah sekitar dihitung berdasarkan hal-hal sebagai berikut
penambangan. Nantinya air tersebut akan diameter partikel padatan yang keluar dari
ISSN: 2302-3333 Jurnal Bina Tambang, Vol 4, No 1

kolam pengendapan tidak boleh lebih dari 9 x 4×𝑔×𝐷×(𝜌𝑝−𝜌𝑎) 0,5


V={ } (53)
10-6 m, karena akan menyebabkan 3×𝐹𝑔×𝜌𝑎
pendangkalan dan kekeruhan sungai.,
kekentalan air, partikel dalam lumpur adalah Keterangan :
material yang sejenis , kecepatan V = Kecepatan pengendapan partikel
pengendapan material dianggap sama dan (m/detik)
perbandingan cairan padatan diketahui g = Percepatan gravitasi (m/detik2)
dengan Persamaan (47) dan (48)[10]. ρp = Berat jenis partikel padatan (kg/m3)
ρa = Berat jenis air (kg/m3)
%Solid =
volume padatan masuk
× 100 (47) m = Kekentalan dinamik air (kg/m.detik)
Qtotal D = Diameter partikel padatan (m)
%Air = (100 − %Solid) (48) Fg = Nilai koefisien tahanan

Luas kolam pengendapan dapat 2.6.3 Perhitungan Persentase


dihitung dengan menggunakan Persamaan Pengendapan
(49)[9].
Perhitungan persentase pengendapan ini
A = Qtotal/V (49) bertujuan untuk mengetahui apakah kolam
pengendapan yang akan dibuat dapat
Keterangan: berfungsi untuk mengendapkan partikel
A = luas kolam pengendapan (m2) padatan yang terkandung dalam air limpasan
Qtotal = debit air yang masuk kolam tambang.
pengendapan (m3/detik) Waktu yang dibutuhkan oleh partikel
V = kecepatan pengendapan (m/dtk) untuk mengendap dengan kecepatan vt (m/s)
sejauh h (m) dapat dicar menggunakan
Residu tersuspensi dapat dicari dengan Persamaan (54) [10].
menggunakan Persamaan (50) [9].
tv = ℎ⁄vt (54)
TSS
Residu tersuspensi = (50)
𝑄𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
Keterangan:
Volume padatan yang masuk didapat dari tv = Waktu pengendapan partikel (detik)
hubungan persamaan massa jenis terhadap vt = Kecepatan pengendapan partikel
massa dan volume padatannya. Volume (m/detik)
padatan yang masuk dapat dilihat pada h = Kedalaman kolam pengendapan (m)
Persamaan (51)[9].
Untuk kecepatan mendatar partikel (Vh)
massa dapat menggunakan Persamaan (55)[10].
Vpm = (51)
massa jenis
𝑄𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
vh = (55)
Kecepatan pengendapan dapat dihitung A
dengan menggunakan rumus Stokes dan
hukum Newton. Hukum Stokes berlaku bila Keterangan :
padatannya kurang dari 40%, sedangkan bila vh = Kecepatan mendatar partikel
persen padatan lebih dari 40% berlaku hukum (m/detik)
Newton. Hukum Stokes dapat dilihat pada Qtotal = Debit aliran yang masuk ke kolam
Persamaan (52) sedangkan Hukum Newton pengendapan (m3/detik)
dapat dilihat pada Persamaan (53)[9]. A = Luas permukaan kolam
pengendapan (m2)
Hukum Stokes:
Waktu yang dibutuhkan partikel untuk keluar
𝑔×𝐷2 ×(𝜌𝑝−𝜌𝑎) dari kolam pengendapan (th) dengan
V= (52) kecepatan (vh) dapat dicari menggunakan
18𝑚
Persamaan (56) [10].

Hukum Newton: th = P/vh (56)


ISSN: 2302-3333 Jurnal Bina Tambang, Vol 4, No 1

Keterangan: filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti


th = Waktu yang dibutuhkan partikel keluar pada populasi atau sampel tertentu. Teknik
dari kolam pengendapan (detik) pengambilan sampel pada umumya
P = Panjang kolam pengendapan (m) dilakukan secara random, pengumpulan data
vh = Kecepatan mendatar partikel (m/detik) menggunakan instrumen penelitian, analisis
data bersifat kuantitatif/statistik dengan
Dalam proses pengendapan ini partikel tujuan untuk menguji hipotesis yang telah
mampu mengendap dengan baik jika tv tidak ditetapkan[11].
lebih besar dari th. Sebab, jika waktu yang
diperlukan untuk mengendap lebih kecil dari 3.2 Tahap Pengumpulan Data
waktu yang diperlukan untuk mengalir ke
luar kolam atau dengan kata lain proses Pengukuran data primer dilakukan dengan
pengendapan lebih cepat dari aliran air maka pengukuran level muka air sump Pit Block B
proses pengendapan dapat terjadi. Persentase PT Minemex Indonesia Kenaikan tinggi
pengendapan dapat dihitung menggunakan permukaan air pada sump diukur saat tidak
Persamaan (57)[10]. hujan dan tidak dilakukan pemompaan dan
kecepatan aliran air pada pompa dihitung
Persentase Pengendapan dengan mengukur waktu yang ditempuh air
th dari titik inlet ke titik outlet pompa saat
= (th+tv) × 100% (57)
pompa dihidupkan.
2.6.4 Jadwal Pengerukan Kolam 3.3 Tahap Pengolahan Data
Pengendapan Lumpur
Pengolahan data yang dilakukan yaitu
Waktu pengerukan Kolam Pengendapan menganalisis data primer yang didapatkan
Lumpur sangat penting dalam hasil untuk mendapatkan debit air tanah dan debit
pengendapan material padatan dari tambang pemompaan aktual.
sebelum dibuang ke sungai. Apabila
dilakukan pengerukan yang rutin, maka 3.4 Tahap Analisis Data
persentase pengendapan material padatan
dari tambang dapat terjaga. Perhitungan Teknik analisis data yang dilakukan dalam
waktu pengerukan (T) dapat dilakukan penelitian ini yaitu dengan menggabungkan
dengan Persamaan (58)[10]. antara teori dengan data-data lapangan,
sehingga dari keduanya didapat pendekatan
T= penyelesaian masalah. Setelah mendapatkan
1
kapasitas maksimum kompartemen (𝑚3 ⁄ℎ𝑎𝑟𝑖 )
4 data-data yang diperlukan penulis
Volume padatan yang masuk (𝑚3 ⁄ℎ𝑎𝑟𝑖 ) menggunakan rumus-rumus melalui literatur
(58) yang ada untuk menganalisis data
Keterangan: 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
T = Jadwal pengerukan.

3. METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Catchment Area

Penelitian ini dilakukan pada 22 Oktober – 19 Pada penentuan luas catchment area
November 2018. Lokasi penelitian di PT dilakukan langsung pengamatan di
Minemex Indonesia site Mandiangin, lapangan serta pengamatan pada peta
Kabupaten Sarolangun, Jambi. rencana penambangan tahun 2018. Luas
catchment area pada penelitian ini
3.1 Jenis Penelitian diperoleh dengan menggunakan software
tambang. Luas catchment area pada
Jenis penelitian yang dilakukan adalah rencana penambangan PT Minemex
penelitian kuantitatif yang mengacu kepada Indonesia adalah 48,03 ha seperti pada
penelitian terapan, dimana menurut metode gambar 1.
penelitian kuntitatif dapat diartikan sebagai
metode penelitian yang berlandaskan pada
ISSN: 2302-3333 Jurnal Bina Tambang, Vol 4, No 1

4.3.3 Debit Total

Debit total merupakan debit keseluruhan


yang masuk ke dalam bukaan tambang (pit)
dan ditampung di sump. Debit keseluruhan
yang dimaksud adalah debit limpasan air
permukaan ditambah dengan debit air
tanah. Perhitungan debit total yang didapat
yaitu 9.510,43 m3/jam.

4.4 Pompa
Gambar 1. Daerah Tangkapan Hujan
(Catchment Area) Pit Untuk memaksimalkan kinerja sistem
BlockB PT Minimex pemompaan sangat perlunya ditambah
Indonesia jumlah unit pompa dari 3 unit pompa
menjadi 6 unit pompa Debit pemompaan
4.2 Curah Hujan Rencana dan adalah debit pompa per unit dikali banyak
Intensitas Hujan unit yang beroperasi pada South Sump Pit
Block B. Unit yang beroperasi dan debit
pompa pada South Sump Pit Block B tahun
4.2.1 Curah Hujan Rencana
2018 adalah dari 810 m3/jam menjadi 2.310
m3/jam dengan kenaikan head total dari 53
Dalam menghitung curah hujan harian
m menjadi 58 m.
rencana dapat menggunakan metode
Gumbel didapatkan nilai curah hujan
rencana (Xt) sebesar 135,84 mm/hari. 4.5 Sump

Kapasitas aktual sump sebesar 75.867 m3 dan


4.2.2 Intensitas Hujan
kapasitas sump akan diperbesar menjadi
182.050,32 m3 dengan kapasitas maksimal
Intensitas hujan pada catchment area sebesar 182.610 m3. Penampang dan lokasi
memiliki nilai intensitas hujan sebesar 21,709 sump yang direncanakan dapat dilihat pada
mm/jam. gambar dibawah ini.
4.3 Debit

4.3.1 Air Limpasan

Debit air limpasan didaptkan dengan


menggunakan rumus Rasional setelah
diketahui luas catchment area, koefisien
limpasan dan intensitas hujan. Nilai debit
limpasan pada catchment area sebesar 9.388
m3/jam.

4.3.2 Debit Air Tanah

Debit air tanah didapatkan dari pengukuran Gambar 2. Penentuan rencana dimensi
elevasi muka air sump Pit Block B. sump yang disarankan
Penambahan volume yang berasal dari air berbentuk trapesium
tanah diasumsikan ketika cuaca cerah, pompa
dalam keadaan mati tetapi elevasi muka air
sump mengalami kenaikan elevasi. Pada
South Sump Pit Durian didapatkan debit air
tanah sebesar 121,63 m3/jam.
ISSN: 2302-3333 Jurnal Bina Tambang, Vol 4, No 1

kompartment 11 sebesar 1.024 m3. Pada


kolam pengendapan lumpur (settling pond),
didapatkan jadwal untuk pengerukan
kompartment dimana pengerukan tersebut
akan difokuskan ke compartment 1, yaitu hari
ke-11. Hasil evaluasi waktu pengerukan
Settling Pond dapat dilihat pada tabel
dibawah ini.

Tabel 1. Evaluasi Waktu Pengerukan Kolam


Pengendapan
Gambar 3. Lokasi Sump yang Direncanakan Kapasitas Volume Waktu
Kompart Kompart Pengenda Pengeru
ment ment pan kan
4.6 Open Channel (m3) (m3/hari) (hari)

Dimensi saluran terbuka I dan II yaitu dengan 1 2060 49,784 11


panjang sisi luar saluran 1,5 meter, lebar 2 812 13,263 16
dasar saluran 1 meter, lebar permukaan 3 812 3,433 60
saluran 2 meter dan kedalaman dasar 1 meter. 4 812 0,734 277
Dimensi saluran terbuka akan mengalami
5 784 0,130 1.508
perubahan yaitu dengan lebar dasar saluran
(b) menjadi 0,483 m, kedalaman saluran (h)
0,483 m, panjang sisi luar saluran (a) 0,561 4.8 Pengaruh Sistem Penyaliran
m, dan lebar permukaan saluran (B) 1,043 m Tambang Terhadap Produksi
Penampang Open Channel dapat dilihat pada
gambar dibawah ini. Berdasarkan data produksi, produksi
batubara sebesar 45.293 ton dari target
produksi sebesar 50.000 ton dengan SR 3,1.
Hal tersebut disebabkan oleh kurang
maksimalnya kinerja pada setiap unit yang
bekerja di pit penambangan pit Block B. Hal
tersebut dipicu oleh meluapnya air sump
sehingga front penambangan tergenang oleh
air dan juga dipicu oleh tingginya waktu
slippery. Produksi per jam OB pada bulan
maret yaitu sebesar :
140.350 𝐵𝐶𝑀
𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 𝑂𝐵/𝑗𝑎𝑚 = =
478 𝑗𝑎𝑚
293,62 𝐵𝐶𝑀/𝑗𝑎𝑚

𝑐𝑜𝑎𝑙 45.293 𝑡𝑜𝑛


𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 =
𝑗𝑎𝑚 478 𝑗𝑎𝑚
Gambar 4. Visualisasi Dimensi Saluran = 94,75𝑡𝑜𝑛/𝑗𝑎𝑚
Terbuka Rencana pada Pit
Block B PT Minemex 5. PENUTUP
Indonesia
5.1 Kesimpulan
4.7 Settling pond
1. Jumlah debit air tanah yang masuk ke
Kapasitas aktual settling pond yaitu pada area Debit air total yang masuk ke pit
kompartment 1 sebesar 2.060 m3, Block B yaitu sebesar 9.510,43 m3/jam
kompartment 2, 3 dan 4 sebesar 812 m3, atau 2,641 m3/detik.
kompartment 5 dan 6 sebesar 784 m3, 2. Kapasitas aktual sump sebesar 75.867 m3
kompartment 7 sebesar 756 m3, kompartment dan kapasitas sump akan diperbesar
8 sebesar 432 m3, kompartment 9 sebesar 414 menjadi 182.050,32 m3 dengan kapasitas
m3, kompartment 10 sebesar 396 m3, maksimal sebesar 182.610 m3.
ISSN: 2302-3333 Jurnal Bina Tambang, Vol 4, No 1

3. Dimensi saluran terbuka I dan II yaitu DAFTAR PUSTAKA


dengan panjang sisi luar saluran 1,5
meter, lebar dasar saluran 1 meter, lebar [1] Rudi, Sayoga. Diktat Kuliah
permukaan saluran 2 meter dan Sistem Penyaliran Tambang,
kedalaman dasar 1 meter. Dimensi Bandung: Jurusan Teknik
saluran terbuka akan mengalami Pertambangan Fakultas Teknologi
perubahan yaitu dengan lebar dasar
Mineral ITB. 1999
saluran (b) menjadi 0,483 m, kedalaman
saluran (h) 0,483 m, panjang sisi luar [2] Gumbel, E.J. Statistical theory of
saluran (a) 0,561 m, dan lebar extreme values and some practical
permukaan saluran (B) 1,043 m. applications. Applied
4. Dibutuhkan penambahan pompa Mathematics Series 33 (1st ed).
sebanyak 3 unit dengan merk yang sama Depratement of Commerce.
tetapi dengan type berbeda. Didapatkan National Bereau os Standards.
debit total pemompaan dari 810 m3/jam 1954.
menjadi 2.310 m3/jam dengan kenaikan [3] Kodoatie. Robert J. Pengantar
head total dari 53 m menjadi 58 m. Hidrologi. Yogyakarta: Andi.2012
5. Kapasitas aktual settling pond yaitu pada
[4] Gautama, RS dan Prahastini, SD.
kompartment 1 sebesar 2.060 m3,
kompartment 2, 3 dan 4 sebesar 812 m3, Perancangan Aplikasi Untuk
kompartment 5 dan 6 sebesar 784 m3, Sistem Penyaliran Tambang
kompartment 7 sebesar 756 m3, Terbuka. Journal of JTM, vol.XIX,
kompartment 8 sebesar 432 m3, no.03. 2012.
kompartment 9 sebesar 414 m3, [5] Kurnia, Dian. Evaluasi Kondisi Aktual
kompartment 10 sebesar 396 m3, dan Perencanaan Sistem Penyaliran
kompartment 11 sebesar 1.024 m3. Pada Tambang Emas di Pit Durian, Site
kolam pengendapan lumpur (settling Bakan PT. J Resources Bolaang
pond), didapatkan jadwal untuk Mongodow, Kecamatan Lolayan,
pengerukan kompartment dimana Kotamobagu, Sulawesi Utara
pengerukan tersebut akan difokuskan ke Universitas Negeri Padang. 2018.
compartment 1, yaitu hari ke-9. [6] Suyono Sosrodarsono dan
6. Pengaruh sistem penyaliran tambang Kansaku Takeda. Hidrologi untuk
terhadap produksi yaitu menjadi salah Pengairan. Jakarta: Pradya
satu penyebab tidak tercapainya Paramita. 2000.
produksi OB dan batubara. Hal tersebut
[7] An Najmi, Fajria. Perencanaan Mine
disebabkan oleh tingginya waktu
Dewatering Pada Tambang Batubara
slippery (lampiran 15), sehingga unit
Pit AB PT Aman Toebillah Putra Site
yang bekerja tidak bekerja maksimal
Lahat Kecamatan Merapi Barat
sebagaimana mestinya. Produksi
Provinsi Sumatera Selatan
OB/jam 293,62 BCM dan produksi
Universitas Negeri Padang. 2018.
Batubara 94,75 ton/jam.
[8] Sularso dan Tahara. Pompa dan
5.2 Saran Kompresor. Jakarta: PT. Pradnya
Paramita. 2006.
1. Berdasarkan hasil perhitungan evaluasi [9] Triatmodjo.Bambang. Hidrologi
sistem penyaliran tambang, dibutuhkan Terapan. Yogyakarta: Beta Offset.
penambahan pompa sebanyak 3 unit 2008.
dengan merk yang sama yaitu Coates [10] Hartono. Kolam Pengendapan.
dengan tipe Multiflo MFC-385. Universitas Pembangunan
2. Untuk memaksimalkan debit Nasional “Veteran” Yogyakarta.
pemompaan, sebaiknya menggunakan
2013.
pipa HDPE dengan ukuran inlet 10 inch
dan outlet 9 inch. [11] Sugiyono. Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta. 2012.

Anda mungkin juga menyukai