Anda di halaman 1dari 10

KAJIAN TEKNIS SISTEM PENYALIRAN TAMBANG PADA WILAYAH BUKIT 13

DI PT. ANTAM TBK-UBP BAUKSIT TAYAN KABUPATEN SANGGAU PROVINSI


KALIMANTAN BARAT

Hario Januardus1, Azwa Nirmala2, Hendri Sutrisno3


1
Mahasiswa, Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Pertambangan, Universitas Tanjungpura, Pontianak
2
Dosen, Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Pertambangan, Universitas Tanjungpura, Pontianak
Email: hariojanuardus@gmail.com

ABSTRAK
Permasalahan pada bukit 13 PT. ANTAM Tbk adalah diperlukannya sistem penyaliran yang optimal untuk
mengatasi debit limpasan yang terjadi. Adapun tujuan penelitian ini adalah menganalisis debit limpasan untuk
menentukan banyaknya sump dan merekomendasikan rancangan sistem penyaliran tambang pada bukit 13 serta
menentukan waktu perawatan kolam sump. Rekomendasi rancangan sistem penyaliran tambang yang dibuat
adalah 9 desain dimensi parit yang dibuat berdasarkan debit limpasan yang mengalir pada masing – masing
catchment area dan 2 desain dimensi sump, yang dibuat berdasarkan debit limpasan yang mengalir pada masing
– masing sump. Rekomendasi dimensi sump pada sump 1 memiliki kapasitas tampung sebesar 1.560 m3 dengan
dimensi : panjang = 26 m, lebar = 15 m dan tinggi = 4 m, sedangkan sump 2 memiliki kapasitas tampung sebesar
700 m3 dengan dimensi : panjang = 17,5 m, lebar = 10 m dan tinggi = 4. Perawatan pada sump 1 dilakukan setiap
265,6 hari sekali perawatan dan waktu pengerukkan yang diperlukan yaitu selama 2,7 jam/1 unit excavator,
sedangkan pada sump 2 dilakukan setiap 253 hari sekali perawatan dengan waktu pengerukkan yang diperlukan
untuk mengeruk lumpur yaitu selama 1,2 jam/1 unit excavator.
Kata Kunci: Sistem penyaliran tambang, metode paritan, perawatan sump.

ABSTRACT
The problems experienced by PT. ANTAM Tbk, namely hill 13 which will be mined is very close to Selam Lake,
so a good mine drainage system design is needed to overcome this. The purpose of this study was to analyze the
runoff discharge to determine the number of sumps and to recommend the design of a mine drainage system on
hill 13 and to determine the maintenance time of the sump pond. Recommendations for the mine drainage system
design made are 9 ditch dimension designs based on runoff flowing in each catchment area and 2 sump
dimensional designs, which are based on runoff flow flowing in each sump. The recommended dimensions of the
sump on sump 1 have a capacity of 1,560 m3 with dimensions: length = 26 m, width = 15 m and height = 4 m,
while sump 2 has a capacity of 700 m3 with dimensions: length = 17.5 m, width = 10 m and height = 4.
Maintenance at sump 1 is carried out once every 265.6 days and the dredging time required is 2.7 hours/1
excavator unit, while at sump 2 is carried out once every 253 days with the dredging time needed to dredge the
mud, namely for 1.2 hours/1 excavator unit.
Key Words: Mine drainage system, trench method, sump treatment.

I. PENDAHULUAN Sehingga penerapan sistem penyaliran tambang yang


baik sangat diperlukan untuk mengatasi permasalahan
Sistem penyaliran tambang adalah suatu usaha ini.
yang diterapkan pada daerah penambangan untuk PT. ANTAM Tbk-UBP Bauksit Tayan merupakan
mencegah, mengeringkan, atau mengeluarkan air salah satu perusahaan yang mengalami permasalahan
yang masuk ke daerah penambangan (Wirmanto dkk, pada sistem penyaliran tambang. Permasalahan yang
2017). dialami PT. ANTAM Tbk-UBP Bauksit Tayan pada
Umumnya permasalahan yang biasa dihadapi oleh sistem penyaliran tambangnya yaitu kondisi Bukit 13
perusahaan tambang dalam sistem penyaliran yang berada dekat dengan danau segelam. Kondisi
tambang menurut Aji dkk (2018), yaitu lokasi kerja Bukit 13 pada saat dilakukan pengambilan data, masih
yang becek dan licin, peralatan tambang cepat rusak, dalam proses pembukaan lahan dan baru mulai dalam
kesulitan mengambil contoh (sampling), efisiensi pembuatan sump, cuaca yang tidak menentu dapat
kerja alat mekanik menurun, serta mengancam menjadi ancaman tersendiri bagi perusahaan jika
kesehatan dan keselamatan kerja para pegawai.

1
sewaktu-waktu terjadi hujan lebat, air limpasan bisa (Tr) adalah bilangan terbalik dari kemungkinan (p)
saja menyebabkan keruhnya danau segelam. (Asdak, 2007).
Tujuan dari penelitian ini adalah debit limpasan
pada Bukit 13, Menentukan banyaknya sump yang 3) Curah hujan rencana (R24)
diperlukan untuk menampung debit limpasan tersebut Pengolahan data ini menggunakan metode Gumbel
serta menentukan dimensi paritan dan sump serta yang umumnya digunakan untuk menganalisa data
pemeliharaan sump yang diperlukan pada Bukit 13 di maksimum seperti menganalisa prediksi banjir,
PT. Antam. Tbk. persamaan gumbel yang digunakan adalah sebagai
berikut:
Xt = 𝑥 + K × Sd (1)
II. METODOLOGI DAN PUSTAKA
Tahapan-tahapan peneltian dilakukan sebagaimana Keterangan :
berikut: Xt = curah hujan rencana (mm/hari)
𝑥 = curah hujan rata-rata (mm/hari)
a. Studi Pustaka K = faktor frekuensi
Studi pustaka merupakan tahapan yang dilakukan Sd = standar deviasi
penulis dalam mengumpulkan referensi-referensi yang
berhubungan dengan judul penelitian dari berbagai 4) Waktu konsentrasi
sumber yang dapat dipercaya dan dapat digunakan Waktu konsentrasi adalah waktu perjalanan yang
sebagai bahan atau referensi dalam penulisan tugas diperlukan oleh air dari tempat yang paling jauh
akhir sampai ke tititk pengamatan (outlet). Salah satu teknik
untuk menghitung waktu konsentrasi (tc) yang paling
● Pengertian sistem penyaliran tambang umum dilakukan adalah persamaan matematik yang
Sistem penyaliran tambang adalah suatu usaha dikembangkan oleh “Kirpich” (1940), yaitu sebagai
yang diterapkan pada daerah penambangan untuk berikut (Asdak, 2007).
mencegah, mengeringkan, atau mengeluarkan air −0,385 −0,385
tc=0,0195(𝐿0 0,77 . 𝑆0 ) + (𝐿𝑑 0,77 . 𝑆𝑑 ) (2)
yang masuk ke daerah penambangan (Wirmanto dkk,
2017). Pengertian penyaliran adalah suatu usaha Keterangan :
untuk mencegah, mengeringkan dan mengeluarkan air tc = waktu konsentrasi (jam)
yang menggenangi suatu daerah tertentu. Penirisan t0 = waktu konsentrasi pada lahan (jam)
tambang adalah penirisan yang diterapkan didaerah td = waktu konsentrasi pada parit (jam)
penambangan yang bertujuan untuk mencegah L= jarak terjauh sampai titik pengaliran (m)
masuknya air atau mengeluarkan air yang telah masuk S = slope (%)
menggenangi daerah penambangan yang dapat L0 = jarak terjauh dari bukit ke parit (m)
mengganggu aktivitas penambangan (Pratama dan S0 = slope jarak terjauh bukit ke parit (%)
Kasim, 2018). Ld = jarak terjauh dari parit ke sump (meter)
Sd = slope jarak terjauh parit ke sump (%)
● Faktor – faktor yang mempengaruhi sistem
penyaliran tambang 5) Intensitas curah hujan
1) Catchment area Menurut Sosrodarsono dan Takeda dalam Aji dkk
Catchment area merupakan suatu areal atau (2018) intensitas curah hujan adalah besarnya
daerah tangkapan hujan dimana batas wilayah intensitas (jumlah) hujan yang mungkin terjadi dalam
tangkapannya ditentukan dari titik-titik elevasi kurun waktu tertentu. Perhitungan dihitung dengan
tertinggi, sehingga akhirnya merupakan suatu poligon persamaan mononobe dengan parameter durasi hujan
tertutup yang mana polanya disesuaikan dengan per hari dan curah hujan maksimum sebagai berikut
kondisi topografi dengan mengikuti kecendrungan
arah gerak air. Air yang jatuh ke permukaan sebagian R24 24
I= ( )2/3 (3)
akan meresap ke dalam tanah (infiltrasi), sebagian 24 𝑡𝑐
ditahan oleh tumbuhan (intersepsi), dan sebagian akan Keterangan :
mengisi liku-liku permukaan bumi dan akan mengalir I = intensitas curah hujan (mm/jam)
ketempat yang lebih rendah (Wirmanto dkk, 2017). R24 = curah hujan rencana (mm/hari)
tc = waktu konsentrasi (jam)
2) Periode ulang
Periode ulang adalah periode wakru rata-rata 6) Debit air limpasan
yang diharapkan terjadi antara dua kejadian yang Menurut Budiarto dalam Aji dkk (2018), air
berurutan. Hal ini seringkali disalah artikan sebagai limpasan dipengaruhi oleh faktor meteorologi yang
suatu hal secara statistika dibenarkan bahwa dua hal diwakili oleh curah hujan dan faktor daerah
(peristiwa banjir misalnya) akan terjadi secara pengaliran yang menyatakan fisik dari daerah
berurutan dengan waktu yang tetap. Periode ulang pengaliran. Bentuk umum persamaan Rasional yang

2
digunakan untuk menghitung debit limpasan adalah 8) Dimensi / volume sump yang diperlukan
sebagai berikut : Sump berfungsi sebagai tempat penampung air
Q = 0,278 × C × I × Ac (4) sementara dan sebagai tempat pengendapan lumpur
Keterangan : sebelum air dipompakan kekolam pengendapan.
Q = debit air limpasan maksimum (m3/detik) Desain bentuk dan geometri kolam penampungan
C = koefisien limpasan (sump) dihitung berdasarkan jumlah air yang masuk
I = intensitas curah hujan (mm/jam) (Kushari dkk, 2017). Jumlah air yang masuk ke dalam
Ac = luas daerah tangkapan hujan (km2) sump merupakan total debit air limpasan. Sehingga
volume sump yang diperlukan dirumuskan sebagai
Tabel 1. Harga koefisien limpasan berikut :
Kemiringan Tutupan/jenis Lahan C Vol = QT (6)
Sawah, rawa 0,2 Keterangan :
< 3%
(datar)
Hutan, perkebunan 0,3 Vol = volume sump yang diperlukan (m3)
Perumahan dengan kebun 0,4 QT = debit maksimum air limpasan (m3/jam)
Hutan, perkebunan 0,4
Perumahan 0,5
3% - 15% Tumbuhan yang jarang 0,6 9) Kecepatan pengendapan
(sedang) Tanpa tumbuhan, daerah penimbunan batuan Untuk menghitung kecepatan pengendapan
0,7
penutup
Hutan 0,6
menggunakan rumus Hukum Stokes, yaitu sebagai
Perumahan dengan kebun 0,7 berikut:
> 15% Tumbuhan yang jarang 0,8 𝑔 . 𝐷2 . (𝜌𝑝 −𝜌𝛼 )
(curam) Tanpa tumbuhan, daerah penambangan & vt = (7)
0,9 18 𝜑
penimbunan
Keterangan :
Sumber : Gautama, 2019. vt = kecepatan pengendapan partikel (m/det)
g = percepatan gravitasi (9,8 m/det2)
7) Saluran penyaliran ρp = berat jenis partikel bauksit (1.300 dalam
Saluran penyaliran (paritan) merupakan sarana Sukandarrumidi, 2009).
dasar dari sistem penyaliran tambang yang berfungsi 𝜌𝛼 = berat jenis air (1.000 kg/m3)
untuk menampung air limpasan permukaan atau air D = diameter partikel lumpur (m)
rembesan yang berasal dari air tanah dan
𝜑 = kekentalan dinamik air (kg/m3.s).
mengarahkan aliran ke sarana pengendalian kualitas
air atau langsung ke sumber air alami/umumnya di
10) Jumlah lumpur dalam air
sungai (Gautama, 2019). Untuk menghitung dimensi
Jumlah lumpur diperhitungkan dalam menentukan
saluran adalah dengan rumus Robert Manning. estimasi waktu pengerukkan kolam, untuk
1 menentukan jumlah lumpur pada masing – masing
Qs = . 𝐴𝑏 . 𝑆 1/2 . 𝑅2/3 (5) sump digunakan rumus berikut :
𝑛
Keterangan:
Qs= debit saluran penyaliran (m3/detik) (A−B) ×1000
TSS = (BSN, 2004).
R = jari-jari hidrolik = Ab/P (m) volume conto uji (ml)

S = kemiringan dasar saluran (%) Dengan pengertian:


Ab = luas penampang basah (𝑚2 ) A adalah berat kertas saring + residu kering (mg)
N = koefisien kekasaran manning B adalah berat kertas saring (mg)
P = keliling penampang basah (m)
Maka :
Tabel 2. Koefisien kekasaran menurut manning Residu tersuspensi = Debit limpasan × TSS (8)
Nilai manning
Volume padatan yang masuk
No Material pembentuk paritan gr
(n) Residu tersuspensi ( )
detik
= kg
1 Galian banyak mengandung kerikil 0,025 Berat jenis partikel( 3 )
m
Galian paritan dengan dindingnya
2 0,030
ditumbuhi tanaman
Galian paritan dengan dinding yang 11) Persentase pengendapan lumpur
3 0,035
berbatu Persentase pengendapan lumpur diperhitungkan
4 Beton (finished concrete) 0,012 untuk mengetahui banyaknya lumpur yang
5
Beton tidak dihaluskan (unfinished
0,014 mengendap dari keseluruhan lumpur yang terkandung
concrete)
6 Pasangan batu 0,025
dalam air limpasan, untuk menentukan persentase
7 Polyvinyl chloride (PVC) 0,009 – 0,011 pengendapan lumpur pada masing – masing sump
8 Polyethylene (PE) 0,009 - 0,015
digunakan rumus berikut (Gautama, 2019) :
𝑡
Sumber : Gautama, 2019. Persentase pengendapan = ℎ 𝑥 100 % (9)
𝑡ℎ+𝑡𝑣
Dimana :

3
𝑝 𝑄𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 mengalir dengan aliran steady atau kondisi ideal,
th = waktu partikel keluar (detik) = , vh =
𝑣ℎ 𝐴
𝐻
maka persamaannya adalah sebagai berikut:
tv = waktu pengendapan partikel (detik) = Qmasuk = Qkeluar A1 V1 = A2 V2 (13)
𝑣𝑡
p = panjang kolam (m) Dimana:
1
vh = kecepatan air dalam kolam (m/jam) 𝐴1 = luas penampang masuk = π d2 (m2)
4
h = kedalaman kolam (m) V1 = kecepatan aliran masuk (m/det)
vt= kecepatan pengendapan partikel (m/det) 1
𝐴2 = luas penampang keluar = 𝜋 d2 (m2)
4
Qtotal = debit total yang masuk ke kolam (m3/jam) V2 = kecepatan aliran keluar (m/detik)
A = luas permukaan kolam (m2) = p 𝑥 l
b. Pengumpulan Data Primer Dan Data Sekunder
l = lebar kolam (m)
● data primer yang dikumpulkan adalah:
- Kemiringan lahan dan kemiringan saluran (S)
12) Waktu perawatan kolam
- Jarak terjauh sampai titik penyaliran (L)
Waktu perawatan kolam sump merupakan
- Pengujian total suspended solid (TSS)
lamanya waktu yang diperlukan untuk melakukan
- Cicle time excavator zaxsis 210
pengerukan sump yang telah menampung lumpur
● data sekunder yakng dikumpulkan yaitu :
dalam jumlah tertentu. Waktu perawatan sump
- Peta topografi dan morfologi
dihitung menggunakan persamaan berikut :
- Data curah hujan
Volume 𝑠𝑢𝑚𝑝 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑟𝑒𝑘𝑜𝑚𝑒𝑛𝑑𝑎𝑠𝑖𝑘𝑎𝑛 (m3 )
- Luas area tangkapan hujan/catchment area (Ac)
T= m3
(10) - Efisiensi kerja operator excavator zaxis 210
Volume total padatan yang berhasil diendapkan ( )
hari
Dimana : c. Pengolahan Data
volume total padatan yang berhasil diendapkan Pengolahan dan analisa data yang dilakukan
(m3/hari) = volume padatan 𝑥 persentase pengendapan penulis dengan menghitungan data-data yang diambil
(%). menggunakan rumus (persamaan) yang sudah
ditentukan dan menganalisa hasil perhitungan dengan
13) Produktivitas alat keruk pertimbangan teori-teori berdasarkan referensi yang
Produktivitas alat keruk adalah kemampuan kerja ada sebagai acuan. Adapun langkah-langkah
alat untuk mengeruk material dengan satuan ton/jam, pengolahan data yang dilakukan adalah sebagai
produktivitas excavator zaxis 210 dapat dihitung berikut :
dengan rumus berikut : 1) Melakukan perhitungan curah hujan rencana (R24)
2) Menghitung waktu konsentrasi (tc)
60
𝑄z = 𝑥𝑞𝑥𝐸 (11) 3) Melakukan perhitungan intensitas curah hujan (I)
Ctm
Keterangan : 4) Melakukan perhitungan debit limpasan (Q)
Qz = produktivitas alat (ton/jam) 5) Menghitung dimensi parit yang diperlukan (rekomendasi)
Ctm = cicle time (waktu siklus) (menit) 6) Menghitung kecepatan pengendapan (v)
q = produksi per siklus (q = q1 𝑥 k, (m3) 7) Menghitung jumlah lumpur yang terkandung dalam air
𝑡𝑎𝑟𝑔𝑒𝑡 8) Menghitung dimensi sump yang diperlukan (rekomendasi)
E = efisiensi alat ( E = )
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑏𝑢𝑐𝑘𝑒𝑡 9) Menghitung persentase pengendapan lumpur
q1 = kapasitas bucket (m3) 10)Menentukan waktu pemeliharaan kolam sump
k = faktor bucket

14) Waktu pengerukkan III. HASIL DAN PEMBAHASAN


aktu pengerukkan adalah lamanya waktu yang
diperlukan untuk mengeruk sejumlah material a. hasil pengolahan data
(lumpur) yang harus dikeruk dalam interval waktu Pengolahan data dilakukan berdasarkan
tertentu, waktu pengerukkan dihitung menggunakan persamaan-persamaan / rumus yang telah dibahas
rumus berikut. pada bagian tinjauan pustaka untuk menentukan nilai
jumlah lumpur (𝑚3 /hari) ×T
dari parameter-perameter yang diperlukan seperti
Waktu pengerukkan = 𝑚3
(12) menentukan nilai curah hujan rencana menggunakan
produktivitas alat ( )
jam metode gumbel, menghitung waktu konsentrasi
Dimana : menggunakan rumus kirpich, menghitung intensitas
T = waktu perawatan sump (hari) curah hujan menggunakan persamaan mononobe,
menghitung debit limpasan menggunakan rumus
15) Rencana pipa pembuangan (pipa outlet) rasional, menghitung dimensi saluran menggunakan
Rencana pipa pembuangan (pipa outlet) dihitung persamaan manning, menghitung kecepatan
dengan persamaan kontinuitas yaitu Jika suatu fluida pengendapan menggunakan rumus hukum stokes,

4
untuk lebih jelasnya perhitungan tersebut diuraikan 3) Perhitungan debit limpasan
sebagai berikut.
Debit limpasan yang dihitung adalah debit
1) Perhitungan curah hujan rencana (R24) limpasan yang mengalir pada masing-masing parit
yang direkomendasikan. Perhitungan debit limpasan
Curah hujan rencana pada penelitian ini
pada penelitian ini menggunakan rumus rasional
dihitung dengan rumus gumbel, berikut merupakan
(persamaan 4). hasil perhitungan debit limpasan yang
hasil perhitungan yang dilakukan dengan data curah
mengalir pada masing-masing parit yang
hujan harian maksimal selama 10 tahun terakhir.
direkomendasikan yaitu sebagai berikut.
Tabel 3. pengolahan curah hujan maksimal tahunan
Tabel 5. Debit limpasan
Curah hujan max (x)
No Tahun Xi - ̅
X (Xi - ̅
X)2
(mm/hari) I Q
Parit Q C A (km2)
1 2009 96, 00 -34 1156 (mm/jam) (m3/detik)
2 2010 199, 00 69 4761 1 Q1 0,9 28,025 0,009117 0,064
3 2011 143, 00 13 169 2 Q2 0,9 17,631 0,014 278 0,063
4 2012 122, 00 -8 64 3 Q3 0,9 14,155 0,028071 0,099
5 2013 123, 00 -7 49 4 Q4 0,9 10,921 0,034199 0,093
6 2014 155, 00 25 625 5 Q5 0,9 17,519 0,021629 0,095
7 2015 82, 00 -48 2401 6 Q6 0,9 22,046 0,006745 0,037
8 2016 133, 00 3 9 7 Q7 0,9 15,176 0,019899 0,075
9 2017 127, 00 -3 9 8 Q8 0,9 22,012 0,014957 0,082
10 2018 120, 00 -10 100 9 Q9 Q9 = Q 2 + Q3 + Q 4 255
∑ 𝑥 = 1.300 ̅)2
Total (Xi - X
Rata-rata (𝑥) = 130 = 9343 4) Dimensi parit yang diperlukan
Dimensi parit yang diperlukan ditentukan
𝑦𝑛−𝑦𝑡 2,2504−0.4592 berdasarkan besarnya debit limpasan yang mengalir
K = = = 1, 886 pada masing-masing parit (lihat tabel 4.7). Setiap
𝑠𝑛 0,9496
masing-masing parit 1 - parit 5 dan parit 9 akan
∑𝑛
𝑖=1(𝑥𝑖−𝑥)
2 9343 langsung mengalir ke kolam sump 1 sedangkan setiap
Sd =√ =√ = 32, 219 masing-masing parit 6 - parit 8 akan langsung
𝑛−1 10−1
Xt (R24) = 𝑥 + K × Sd mengalir ke kolam sump 2.
= 130+ 1,886 × 32, 219
= 190, 557 mm/ hari Berikut merupakan contoh perhitungan dimensi
parit yang diperlukan pada parit 1:
2) Perhitungan Intensitas curah hujan (I)
Diketahui :
Perhitungan intensitas curah hujan dilakukan S = 0,68 % (trial and eror)
menggunakan persamaan mononobe dan waktu Q = 0,064 m3/detik (tabel 4.6)
konsentrasi dihitung dengan persamaan kirpich yaitu Berdasarkan nilai Q tersebut maka diambil :
sebagai berikut. b/h =1
Waktu konsentrasi (tc) m = 0,5
= 0,0195.(800,77.0,19-0,385+460,77.0,0068 -0, 385) W = 0, 4
= 0, 0195 .( 55, 342 +130,259) = 3, 619 jam
Sehingga :
Luas penampang basah (A) = h (b + mh)
Intensitas curah hujan (I)
𝑅 24 Luas penampang basah (A) = h (h + (mxh))
= 24 × ( )2/3 Luas penampang basah (A) = 1,5(h)2
24 𝑡𝑐
190,557 24 2/3
= × = 28,025 mm/jam
24 3,619 keliling basah (P) = b + 2h√1 + 𝑚2
Dengan menggunakan perhitungan tersebut maka keliling basah (P) = h + 2h√1 + 0,52
didapat nilai intensitas curah hujan pada masing- keliling basah (P) = h + 2h√1,25
masing parit adalah sebagai berikut.
Tabel 4. Nilai intensitas curah hujan berbagai parit A 1,5(h)2
Jari − jari hidrolis (R) = =
Par L1 L2 S1 S2 tc R24
I P h + 2h√1,25
(mm/ja
it (m) (m) (%) (%) (jam) (mm/ hari) 1 2 1
m)
v = x R3 x s 2
1 80 46 0,19 0,68 3,619 190,557 28,025 n
2 215 110 0,19 0,69 7,253 190,557 17,631 1 1,5h2 2 1
3 233 161 0,15 0,52 10,08 190,557 14,155 v = x( )3 x (0,0068)2
4 161 322 0,1 0,53 14,87 190,557 10,921 0,025 h + 2h√1,25
5 164 100 0,12 0,53 7,322 190,557 17,519 Q =Av
6 75 106 0,2 0,99 5,187 190,557 22,046
1 1,5(h)2 2 1
7 220 149 0,15 0,62 9,082 190,557 15,176 Q = 1,5(h)2 x x ( )3 x (0,0068)2
8 170 59 0,19 0,58 5,199 190,557 22,012 0,025 h + 2h√1,25

5
1 1,5h2 2 1 5) Jumlah lumpur yang terkandung dalam air
7,1 = 1,5(h)2 . x ( )3 x (0,0068)2
0,025 h + 2h√1,25 Jumlah lumpur merupakan salah satu faktor yang
Maka diperoleh : diperhitungkan dalam menentukan estimasi waktu
h = b = 0,24 m pengerukkan kolam, penentuan jumlah lumpur pada
H =h+W masing – masing sump dihitung menggunakan data
= 0,25 + 0,4 = 0,65 m TSS tertinggi dari 25 sampel (lampiran B-1) yang ada
B = 2mH + b yaitu sebesar 53,6 mg/l. Adapun perhitungan jumlah
= 2 . 0,5 . 0,65 + 0,25 = 0,9 m lumpur yang terkandung dalam air adalah sebagai
Ab = 1,5h2 = 0, 086 m2 berikut :
P = b+2h √1 + m2 ● Lumpur di sump 1
= 0, 24 + 2 .0,24 √1 + 0,52 = 0,776 m Residu tersuspensi = TSS x Debit limpasan
R
Ab 0,086
= P = 0,776 = 0,110 m = 53,6 gr/m3 x 0, 414 m3/det
2 1 2 1 = 22,19 gr/detik
1 1
v =
n
x R3 x s 2 = x 0,7763 x 0,0682 = 0,757 Diketahui berat jenis partikel padatan adalah
0,025
m/det 1300 kg/𝑚3 , sehingga volume padatan yang
masuk adalah :
Volume padatan yang masuk
22,19 gr/detik
= 3
1.300.000 gr/m
`
= 0,0000170 m3/detik
= 0,0614 m3/jam = 1,47 m3/hari

● Lumpur di sump 2
Residu tersuspensi = TSS x Debit limpasan
= 53,6 gr/m3 x 0, 194 m3/det
Gambar 1. Dimensi parit 1 = 10,39 gr/detik
Diketahui berat jenis partikel padatan adalah
Adapun hasil pendimensian dari ke sembilan parit 1300 kg/𝑚3 , sehingga volume padatan yang
yang telah dirancang (direkomendasikan) dengan cara masuk adalah :
yang sama pada parit 1 diatas yaitu dapat dilihat pada Volume padatan yang masuk
tabel 6 berikut. 10,39 gr/detik
= 3
1.300.000 gr/m
Tabel 6. Dimensi parit yang direkomendasikan = 0,00000799 m3/detik
Dimensi Parit = 0,029 m3/jam = 0,69 m3/hari
N
V
o b h B H 𝐴𝑏 P
S (%) R (m) (m/det
(m) (m) (m) (m) (𝑚2 ) (m)
) 6) Dimensi sump
0,2 0,8 0,6 0,7
1
4
0,24
8 4
0,68 0,085
68
0,110 0,757 Dimensi sump yang diperlukan didapatkan dari
2
0,2
0,24
0,8 0,6
0,69 0,083
0,7
0,109 0,759 debit limpasan total yang mengalir ke masing –
4 8 4 61
0,3 0,7 0,9 masing sump, yang dihitung menggunakan
3 0,30 1,0 0,51 0,131 0,137 0,758
0 0 55 persamaan berikut :
0,2 0,9 0,6 0,9
4 0,29 0,53 0,123 0,133 0,757
9 8 9 26 Volume sump yang diperlukan (Vol) = debit
0,2 0,9 0,6 0,9
5
9
0,29
8 9
0,53 0,125
33
0,134 0,761 maksimum limpasan (QT).
6
0,2
0,20
0,8 0,6
0,99 0,049
0,5
0,083 0,760 Maka dimensi kolam sump 1 dan sump 2 yang
0 0 0 83
0,2 0,9 0,6 0,8 diperlukan adalah sebagai berikut.
7 0,26 0,62 0,099 0,119 0,761
6
0,2
2
0,9
6
0,6
29
0,8
● volume sump 1 (m3) = 0, 414 m3/detik
8
7
0,27
4 7
0,58 0,108
68
0,124 0,759
= 1.490,4 m3/jam
3
9
0,4
7
0,47
1,5
4
1,0
7
0,27 0,337
1,5
34
0,220 0,757 ● volume sump 2 (m ) = 0, 194 m3/detik
= 698,4 m3/jam
4) Kecepatan pengendapan Penentuan dimensi sump dilakukan berdasarkan
Kecepatan pengendapan dihitung menggunakan metode trial and eror sampai hasil yang diperoleh
hukum stokes, yaitu sebagai berikut : dapat menampung debit limpasan maksimum per jam
𝑚
yang mengalir pada masing – masing sump, dengan
9,8 . (5x 10−5 ) 2 . (1300 𝑘𝑔/m3 −1000 𝑘𝑔/m3 ) pertimbangan ketersediaan lahan dan alat
𝑑𝑒𝑡
vt =
18 (1,31 ×10−6 𝑘𝑔/m3 ) pengerukkan yang digunakan (excavator Zaxis 210)
= 0,312 m/detik yang memiliki spesifikasi dimensi operasi : jangkauan
galian maksimun yang dapat dicapai = 6,18 meter dan
jangkauan kedepan maksimum yang dapat dicapai =
9,25 meter. Hasil dimensi sump yang diperoleh untuk

6
direkomendasikan yaitu dapat dilihat pada tabel a) perawatan sump 1
berikut. ¼ 1.560 (𝑚3 )
Waktu perawatan sump (T) =
1,468 (𝑚3 /hari)
Tabel 7. Dimensi sump yang direkomendasikan = 265,6 hari
Panjang Tinggi (t) Lebar (l) Volume b) perawatan sump 2
Sump
(p) (m) (m) (m) (m3) ¼ 700 (m3 )
Waktu perawatan sump (T) =
Sump 1 15 4 26 1.560 0,689 (m3 /hari)
Sump 2 10 4 17,5 700 = 253 hari
c) Produktifitas alat keruk (excavator Zaxis 210)
7) Persentase pengendapan lumpur
Produktivitas alat keruk dihitung dengan
Persentase pengendapan lumpur diperhitungkan
rumus berikut :
untuk mengetahui banyaknya lumpur yang 60
mengendap dari keseluruhan lumpur yang terkandung 𝑄= 𝑥𝑞𝑥𝐸
CTm
dalam air limpasan. Diketahui :
Cicle time = 13, 4 detik
● persentase pengendapan di sump 1 Produktifitas per siklus (q) = q1 𝑥 k
𝑄𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 0,414 𝑚3 /𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
= 0, 83 𝑥 1 = 0, 83 m3
Vh = = = 0,001061 m/detik Efisiensi kerja alat = 0,84
𝐴 390 𝑚2
𝑝 15 𝑚 Maka, produktivitas excavator Zaxis 210 adalah :
th = = 60
𝑉ℎ 0,001061 𝑚/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
𝑄z = 𝑥 0,83 𝑥 0,84
= 14.130,434 detik = 3,9 jam 0,223
ℎ 4𝑚 Qz = 187, 307 ton/jam, satuan ton/jam dirubah
tv = = = 12,820 detik = 0,00356 jam
𝑣𝑡 0,312 menjadi m3/jam dengan cara berikut :
𝑡ℎ 𝑚 (𝑡𝑜𝑛)
Persentase pengendapan = 𝑥 100 % Masa jenis (ton/m3) =
𝑡ℎ+𝑡𝑣 3 v (𝑚 )
14.130,434
= 𝑥 100 % = 99, 91 % Diketahui masa jenis lumpur = 1300𝑘𝑔/m3 atau 1,3
14.130,434 + 12,820
ton/ m3
● persentase pengendapan di sump 2 Sehingga :
𝑚 (𝑡𝑜𝑛)
Masa jenis (ton/m3) = 3
𝑄𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 0,194 𝑚3 /𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 v (𝑚 )
Vh = = = 0,0011085 m/detik 187,307 ton/jam
𝐴 175 𝑚2 1, 3 ton/m3 =
𝑝 10 𝑚 v (𝑚3 )
th = = 187,307 ton/jam
𝑣ℎ 0,0011085 𝑚/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 3
v (𝑚 ) = = 144, 082 m3/jam
= 9.021, 199 detik = 2,5 jam 1,3 ton/m3
ℎ 4𝑚 Produktivitas alat (Qz) = 144, 082 m3/jam
tv = = = 12,820 detik = 0,00356 jam
𝑉𝑡 0,312
𝑡ℎ
Persentase pengendapan = 𝑥 100 % d) Rencana pipa pembuangan (pipa outlet)
𝑡ℎ+𝑡𝑣
9.021,199 Rencana pipa pembuangan yang dilakukan adalah
= 𝑥 100 % = 99,86 % menentukan banyaknya pipa yang diperlukan pada
9.020,618 + 12,820
kedua sump serta letak penempatannya yang akan
8) Pemeliharaan Kolam Sump dijelaskan secara detail pada bagian pembahasan.
Pemeliharaan sump yang dilakukan yaitu dengan Untuk menentukan banyaknya pipa yang diperlukan,
menentukan waktu perawatan dan pengerukan lumpur pertimbangan yang dilakukan adalah menentukan
pada sump ketika lumpur memenuhi kapasitas diameter pipa berdasarkan debit keluaran pada pipa
tampung sump yang telah ditentukan. Adapun langkah mengunakan persamaan kontinuitas yaitu: Qmasuk =
– langkah yang dilakukan dalam pemeliharaan sump Qkeluar, sehingga diameter yang diperlukan pada kedua
adalah sebagai berikut : pipa dengan asumsi nilai kecepatan aliran pada pipa
(V) = 1 m/detik adalah sebagai berikut:
● Waktu perawatan sump
Waktu perawatan pada sump dilakukan ketika ● Diameter pipa sump 1
volume lumpur memenuhi ¼ dari volume sump yang Qsump = A . V
direkomendasikan, Sehingga persamaan yang 1
0,416 = 𝜋 d2. V
digunakan dalam menentukan waktu perawatan 4
adalah sebagai berikut. 0,416 × 4
d=√ = 0,73 m ≈ 28,7 inch
¼ Volume 𝑠𝑢𝑚𝑝 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑟𝑒𝑘𝑜𝑚𝑒𝑛𝑑𝑎𝑠𝑖𝑘𝑎𝑛 (m3 ) 3,14 × 1
T= 𝑚3
volume padatan yang berhasil diendapkan ( )
hari
● Diameter pipa sump 2
Maka, waktu perawatan pada kedua sump adalah Qsump = A . V
sebagai berikut. 1
0,177 = 𝜋 d2. V
4

7
0,177 × 4 (direkomendasikan) berdasarkan debit limpasan yang
d=√ = 0,47 m ≈ 18,5 inch mengalir pada masing–masing catchment area,
3,14 × 1
Pipa yang digunakan untuk mengalirkan air di PT. berbagai dimensi parit yang (direkomendasikan)
ANTAM adalah pipa merek RUCIKA PVC AW 12 memiliki nilai dimensi berbeda-beda, namun pada
C570 dengan ukuran diameter pipa = 12 inch , tebal beberapa parit perbedaannya tidak terlalu signifikan
pipa = 0,78 inch dan panjang pipa = 157,48 inch (4 dan bahkan ada pula yang memiliki nilai yang sama.
meter). Berdasarkan perhitungan diameter pipa yang Ada 9 parit yang dirancang untuk mengalirkan debit
diperlukan di atas, maka dapat dihitung banyaknya limpasan pada 8 catchment area, dimana parit 9
saluran pipa pembuangan yang diperlukan untuk merupakan parit yang memiliki dimensi terbesar yang
dipasang pada sump 1 dan sump 2 adalah sebagai menghubungkan parit 2, 3 dan 4 yang dialirkan ke
berikut. sump 1.
Pengendapan lumpur pada parit dapat dikatakan
Saluran di sump 1 = 28,7 /12 = 2,4 ≈ 3 saluran sudah minim, hal ini dikarenakan kecilnya nilai
Saluran di sump 2 = 18,5 /12 = 1,5 ≈ 2 saluran kecepatan pengendapan partikel lumpur yang dihitung
Jarak dari sump 1 ke rawa terdekat adalah 69 menggunakan persamaan stokes yaitu sebesar 0,312
meter sedangkan panjang pipa adalah 4 meter, maka m/detik dibandingkan dengan nilai kecepatan aliran
jumlah pipa yang diperlukan adalah jarak sump ke air pada parit (tabel 4.7) yang memiliki nilai
rawa/panjang pipa yaitu = 69/4 = 18 batang untuk 1 kecepatan aliran air antara 0,757 – 0,761 m/detik,
saluran. Sedangkan saluran pembuangan pada sump 1 selain itu kemiringan lereng yang dirancang juga telah
ada 3 saluran, sehingga pipa yang diperlukan adalah disesuaikan dengan kecepatan minimum dan
18 × 3 =54 batang, sedangkan untuk sump 2 maksimum yang diizinkan berdasarkan jenis saluran
memerlukan 2 pipa pembuangan untuk mengalirkan 2 dan material yang digunakan dalam perancangan
saluran yang ada, hal ini dikarenakan situasi rawa puritan, sehingga potensi pengendapan pada parit
yaitu tepat berada dibawah sump 2. sangat kecil.
Pada desain 9 parit yang telah dirancang, parit 1-5
Waktu pengerukan dan parit 9 akan dialirkan menuju sump 1, sedangkan
Waktu pengerukkan dihitung menggunakan rumus parit 6–8 dialirkan menuju sump 2. Desain dimensi
rasional berikut : parit yang dirancang berbentuk trapesium karena lebih
𝑚3 stabil dalam menahan erosi dan dapat menampung
volume lumpur (ℎ𝑎𝑟𝑖) ×T
Waktu pengerukkan = debit air lebih besar serta lebih mudah dalam
𝑚3
𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑎𝑙𝑎𝑡 ( ) pembuatan maupun perawatannya, baik dengan
jam
1) Waktu pengerukkan pada sump 1 tenaga manusia maupun alat berat.
1,468 × 265,6
Waktu pengerukkan = = 2,7 jam
144,082 ● Desain dimensi sump
2) Waktu pengerukkan pada sump 2 Desain dimensi sump yang direkomendasikan ada
0,689 × 253
Waktu pengerukkan = = 1,2 jam 2 yaitu dimensi pada sump 1 dan sump 2 yang telah
144,082
Pemeliharaan kolam pada kedua sump secara rinci dirancang berdasarkan persamaan 2.8 dimana :
dengan beberapa faktor yang mempengaruhinya dapat Volume sump yang diperlukan (Vol) = debit
dilihat pada tabel 8 dibawah ini. maksimum air limpasan (QT), berdasarkan persamaan
tersebut maka volume / dimensi sump yang
Tabel 8. Pemeliharaan sump direkomendasikan dimesinya diperbesar sehingga
Parameter Sump 1 Sump 2 memiliki volume / dimensi yang lebih besar dari
Panjang sump (m) 15 10 volume sump yang diperlukan. Dengan
Lebar sump (m) 26 17,5
Luas permukaan sump (m2) 390 175
mempertimbangan ketersediaan lahan dan spesifikasi
Kedalaman sump (m) 4 4 dimensi operasi alat pengerukkan yang digunakan
Waktu partikel keluar (th) (jam) 3,9 2,5 (excavator Zaxis 210) dan debit limpasan yang
Waktu partikel mengendap (tv) (jam) 0,00356 0,00356
Persentase pengendapan (%) 99,91 99,86 mengalir di sump 1 sebesar 0, 414 m3/detik = 1.490,4
Volume sump yang tersedia (m3) 1.560 700 m3/jam dan pada sump 2 sebesar 0, 194 m3/detik =
Volume padatan yang masuk (m3/hari) 1,468 0,689 698,4 m3/jam, maka dimensi yang direkomendasikan
12 12
Diameter pipa (inch)
(3 saluran) (2 saluran)
pada kedua sump adalah sebagai berikut :
Jumlah pipa (batang) 54 2 1) Dimensi sump 1 = p (15 m) 𝒳 l (26 m) 𝒳 t (4 m)
Waktu perawatan sump (hari) 265,6 253 2) Dimensi sump 2 = p (10 m) 𝒳 l (17,5 m)𝒳 t (4 m)
Produktifitas alat keruk (m3/jam ) 144, 082 144, 082
Waktu pengerukan lumpur (jam) 2,7 1,2 ● Rencana penempatan pipa pembuangan (outlet)
b. Pembahasan Pipa pembuangan ditempatkan pada sisi kedua
● Desain dimensi parit sump yang berdekatan dengan rawa yang
Setelah melakukan pengolahkan data penulis bersebelahan dengan danau segelam, fungsinya adalah
mendesain dimensi parit yang diperlukan untuk mengalirkan air dari kolam sump ke rawa atau

8
danau, gambar penempatan saluran pipa pembuangan Peletakan pipa pembuangan pada gambar 2 dan 3
pada sump 1 dan sump 2 yaitu dapat dilihat pada tersebut ditentukan berdasarkan waktu perawatan
gambar berikut. kolam sump dan banyaknya lumpur yang memenuhi
kolam sump ketika dilakukan perawatan (pengerukan
sump). Ketika air limpasan yang mengalir bukanlah
debit limpasan maksimum dan durasinya juga tidak
lama yang mengakibatkan air dalam tampungan
(kolam sump) tidak melebihi kapasitas tampung sump
maka, pipanya akan ditutup sementara guna
mengendapkan lumpur yang terkandung dalam air,
setelah itu katup boleh dibuka agar air mengalir ke
rawa / danau yang menjadi tempat pembuangan akhir
dengan kondisi sudah jernih.

KESIMPULAN DAN SARAN


● Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan,
maka dapat disimpulkan:
a) Debit limpasan yang mengalir pada wilayah
penelitian dibagi berdasarkan sump yang
direkomendasikan terbagi menjadi dua, yaitu pada
area tangkapan hujan 1 yang mengalir pada sump 1
sebesar 0,414 m/detik dan pada area tangkapan hujan
2 yang mengalir pada sump 2 sebesar 0,194 m/detik.
Sedangkan debit limpasan yang berdasarkan paritan
yang dirancang yaitu ada 9 yaitu sebagai berikut.
Parit 1 = 0, 064 m3/detik Parit 6 = 0, 037 m3/detik
Parit 2 = 0, 063 m3/detik Parit 7 = 0, 075 m3/detik
Gambar 2. Letak pipa pembuangan sump 1 Parit 3 = 0, 099 m3/detik Parit 8 = 0, 082 m3/detik
Parit 4 = 0, 093 m3/detik Parit 9 = 0, 255 m3/detik
Parit 5 = 0, 095 m3/detik

b) Sump yang direkomendasikan ada 2, yaitu sump 1


denggan dimensi = p 𝒳 l 𝒳 t = 15 m 𝒳 26 m 𝒳 4 m
dan kapasitas tampungnya sebesar 1.560 m3,
sedangkan dimensi yang direkomendasikan untuk
sump 2 adalah = p 𝒳 l 𝒳 t = 10 m 𝒳 17,5 m 𝒳 4 m
dengan kapasitas tampung yang dimiliki yaitu sebesar
700 m3.

c) Rekomendasi sistem penyaliran tambang yang


diberikan adalah dengan memberikan saran berupa
dimensi parit, dimensi sump, rencana pipa pmbuangan
(outlet) serta desain sistem penyaliran tambang yang
dapat dilihat pada gambar 4.11, selain itu penulis juga
merekomendasikan pemeliharaan sump dengan
melakukan perawatan pada sump 1 dilakukan setiap
265,6 hari sekali dan perawatan pada sump 2
dilakukan setiap 253 hari sekali perawatan. Perawatan
yang dilakukan yaitu dengan melakukan pengerukan
pada sump 1 memerlukan waktu selama 2,7 jam dan
untuk pengerukan di sump 2 memerlukan waktu
selama 1,2 jam.

● Saran
Selama penelitian ini berlangsung banyak sekali
Gambar 3. Letak pipa pembuangan sump 2 ilmu yang didapatkan peneliti mengenai ilmu
pertambangan bauksit, oleh sebab itu penulis

9
memberikan beberapa saran penyaliran tambang hasil Asdak, C. 2007. Hidrologi dan pengelolaan daerah
analisa penulis selama malakukan penelitian di PT aliran sungai. Gajah mada university press.
ANTAM yaitu sebagai berikut: BSN, 2004. Air dan air limbah- Bagian 3: Cara uji
a) Agar dimensi parit dan sump yang dibuat tidak padatan tersuspensi total (Total Suspended
terlalu besar dan agar rekomendasi sistem penyaliran Solid, TSS) secara gravimetric. SNI 06-
yang telah dirancang oleh penulis dapat dijadikan 6989.3-2004.
referensi dalam menetukan desain sistem penyaliran Gautama, R. S. 2019. Sistem penyaliran tambang. ITB
tambang yang akan diterapkan. Press. Bandung.
b) Supaya perawatan kolam sump dilakukan sesuai Kushari, A. R., Kasim T. dan Yunasril. 2017. Kajian
dengan analisa yang telah dilakukan pada skripsi ini Teknis Sistem Penyaliran Tambang pada
(dijadikan acuan dalam perawatan kolam sump). Tambang Terbuka Batubara PT. Nusa Alam
Lestari, Kenagarian Sinamar, Kecamatan
Asam Jujuhan, Kabupaten Dharmasraya.
UCAPAN TERIMA KASIH Jurusan Teknik Pertambangan Fakultas
Teknik Universitas Negeri Padang. Jurnal
Penulis mengucapkan banyak terimaksih Bina Tambang, Vol. 3, No. 3. ISSN: 2302-
kepada Ibu Ir. Azwa Nirmala, M.T. dan pak Hendri 3333.
Sutrisno, S.T., M.T. sebagai dosen pembimbing Pratama, S. P. dan Kasim, T. 2018. Perencanaan
pertama dan pembimbing kedua yang selalu Sistem Penyaliran Tambang Batubara Bawah
memberikan arahan serta banyak ilmu yang tak dapat Tanah Seam C1 Blok Timur Site Sapan
dinilai secara materi, namun segala ajaran atau Dalam PT Nusa Alam Lestari Desa Salak,
bimbingan tersebut akan selalu menuntun penulis dan Sapan Dalam, Kota Sawahlunto, Sumatera
menjadi harta tak ternilai dalam melanjutkan hidup ke Barat. Jurusan Teknik Pertambangan
tahap selanjutnya. Penulis juga mengucapkan banyak Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang.
terimakasi kepada PT. ANTAM Tbk. Ubp Bauksit Jurnal Bina Tambang , Vol. , No. ISSN:
Tayan yang telah mengijinkan dan membantu penulis 2302-3333.
dalam melakukan pengambilan data demi keperluan Wirmanto., Kasim, T., dan Murad, M. S. 2017.
karya tulis ilmiah ini. Perencanaan Teknis Dan Anggaran Biaya
Sistem Penyaliran Tambang Pada Tambang
REFERENSI Terbuka Batu Andesit PT. Anshar Terang
Aji, M. S. U., Irvani dan Andini, D. E. Rancangan Crushindo Pangkalan Kabupaten 50 Kota
Teknis Sistem Penyaliran Penambangan Provinsi Sumatera Barat. Jurnal Bina
Timah (Studi Kasus PT. Menara Cipta Tambang, Vol 4 No 1. ISSN: 2302-3333.
Mulia, Kecamatan Kelapa Kampit, Sukandarrumidi. 2009. Bahan galian industry. Gajah
Kabupaten Belitung Timur). Jurusan Teknik mada university press P.O. Box 14,
Pertambangan, Fakultas Teknik, Universitas Bulaksumur, Yogyakarta 55281. ISBN 979-
Bangka Belitung (Balunijuk, Kabupaten 420-449-8.
Bangka, Provinsi Kep. Bangka Belitung).
Prosiding seminar nasional penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat. ISBN: 978-
602-61545-0-7. Pangkalpinang, 2 Oktober
2018.

Wijayanti, .

10

Anda mungkin juga menyukai