Anda di halaman 1dari 14

TINJAUAN RENCANA DRAINASE DI PERUMAHAN

KOTA BARU MEDAN HILLS DALAM UPAYA MEWUJUDKAN


KAWASAN PERUMAHAN YANG BEBAS BANJIR

Aldridge T. L. Tobing1, Ahmad Perwira Mulia Tarigan2


1
Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara
Jl. Perpustakaan No. 1 Kampus USU Medan
Email: agi.civil08@gmail.com
2
Staf Pengajar Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara,
Jl. Perpustakaan No. 1 Kampus USU Medan
Email: a.perwira@usu.ac.id

ABSTRAK

Pada waktu pembukaan lahan, perlu diperhatikan sistem drainase pasca


pengembangan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal. Untuk mewujudkan
kawasan perumahan Kota Baru Medan Hills yang bebas banjir, direncanakan sistem drainase
yang dipadukan dengan sumur resapan atau kolam resapan untuk mereduksi limpasan air
hujan, serta memanfaatkan lahan terbuka hijau untuk direncanakan sebagai lahan resapan.
Debit banjir rencana dianalisis dengan metode rasional berdasarkan intensitas curah
hujan dari data curah hujan harian maksimum dalam periode 10 tahun. Debit banjir
maksimum kawasan perumahan Kota Baru Medan Hills adalah 2,870 m3/detik. Perencanaan
sumur resapan pada setiap unit rumah di Perumahan Kota Baru Medan Hills diperhitungkan
dapat mereduksi debit banjir sebesar 0,679 m3/detik (23,67%) secara keseluruhan dengan
waktu tunda aliran selama 18 menit. Sedangkan perencanaan kolam resapan berbentuk
persegi ukuran 29,1 m x 29,1 m dengan kedalaman 1,2 m dapat mereduksi volume air hujan
sebesar 1.015 m3.

Kata kunci: Drainase, sumur resapan, kolam resapan, debit banjir rencana

DRAINAGE PLAN REVIEW IN KOTA BARU MEDAN HILLS RESIDENTIAL


AS AN EFFORT TO ACHIEVE A FLOOD-FREE HOUSING AREA

ABSTRACT

When an area is planned to be developed, a drainage system also needs to be


considered, so that area can be functionalized optimally. To realize the flood-free Kota Baru
Medan Hills residential, the drainage system is planned with infiltration wells or infiltration
pond to reduce surface run-off, and also functionalized the green open space as a catchment
area.
Run-off discharge plan is calculated using the rational method on rainfall intensity
from maximum daily rainfall data for 10 years period. The maximum run-off discharge of
Kota Baru Medan Hills residential area is 2.870 m3/s. Infiltration wells plan in each house in
Kota Baru Medan Hills Residential is designed to reduce the run-off discharge of 0.679 m3/s
(23.67%) overall, with a flow delay time of 18 minutes. While rectangular infiltration pond
being planned with dimension of 29.1 m x 29.1 m and depth of 1.2 m can reduce volume of
run-off as much as 1,015 m 3 .

Keywords: Drainage, infiltration wells, infiltration pond, run-off discharge plan

1
1. PENDAHULUAN
Perumahan Kota Baru Medan Hills merupakan pengembangan lahan di kecamatan
Kutalimbaru, kabupaten Deli Serdang menjadi kawasan perumahan yang ditujukan sebagai
salah satu upaya pemenuhan kebutuhan pemukiman akibat pertambahan penduduk, dalam
konsep pengembangan kecamatan Kutalimbaru sebagai kawasan kota baru terpadu. Dengan
adanya perubahan tata guna lahan, maka perencanaan sistem drainase di kawasan perumahan
Kota Baru Medan Hills perlu dibuat
Setiap kegiatan yang melibatkan lahan sebagai obyek, seperti pembangunan
perumahan, perkantoran, dan industri, harus mempertimbangkan aliran air hujan. Pada waktu
pembukaan lahan, perlu diperhatikan sistem drainase pasca pengembangan, sehingga lahan
dapat difungsikan secara optimal.
Cara yang dapat dilakukan sebagai upaya mempertahankan keadaan air di kawasan
perumahan Kota Baru Medan Hills adalah mempertahankan kawasan ruang terbuka hijau dan
menambahkan sumur resapan atau menambahkan kolam resapan di dalam sistem drainase.
Pembuatan sumur resapan dan kolam resapan juga ditujukan untuk menambah air hujan yang
meresap ke dalam tanah, dan sekaligus sebagai pereduksi debit aliran permukaan akibat
intensitas curah hujan yang masuk ke saluran drainase.
Desain sistem drainase yang direncanakan pada kawasan perumahan ini merupakan
hasil peninjauan debit puncak yang terjadi akibat intensitas curah hujan maksimum. Sistem
drainase yang direncanakan diharapkan mampu membuat kawasan perumahan Kota Baru
Medan Hills terbebas dari genangan air akibat intensitas hujan sehingga upaya mewujudkan
kawasan perumahan yang bebas dari bahaya banjir dapat tercapai.

2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Drainase
Secara umum, sistem drainase dapat didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang
berfungsi sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi mengurangi dan/atau membuang
kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal
(Suripin, 2004).
2.2. Drainase Menanggulangi Banjir
Saat ini sistem drainase sudah menjadi salah satu infrastruktur perkotaan yang sangat penting.
Kualitas manajemen suatu kota dapat dilihat dari kualitas sistem drainase yang ada. Sistem
drainase yang baik dapat membebaskan kota dari genangan air.
2.3. Analisis Hidrologi
Penyelesaian persoalan drainase sangat berhubungan dengan aspek hidrologi khususnya
masalah hujan sebagai sumber air yang akan dialirkan pada sistem drainase. Analisis
hidrologi diperlukan untuk mengetahui debit pengaliran.
2.4. Analisis Curah Hujan
Hujan merupakan komponen yang sangat penting dalam analisis hidrologi pada perancangan
debit pengaliran (Hasmar, 2012). Hujan adalah kejadian yang tidak dapat diprediksi, artinya
kita tidak dapat memprediksi secara pasti seberapa besar hujan yang akan terjadi pada suatu
periode waktu. Dengan anggapan bahwa sifat statistik kejadian hujan yang akan datang masih
sama dengan sifat statistik kejadian di masa lalu, analisis frekuensi diperlukan untuk
memperoleh probabilitas besaran hujan di masa yang akan datang.
Dalam perencanaan saluran drainase, periode ulang (return period) yang dipergunakan
tergantung dari fungsi saluran serta daerah tangkapan hujan yang akan dikeringkan. Analisis
frekuensi terhadap data hujan yang tersedia dapat dilakukan dengan beberapa metode antara
lain Distribusi Normal, Distribusi Log Normal, Distribusi Log Person III, dan Distribusi
Gumbel (Harahap, 2010).

2
2.5. Memperkirakan Debit Banjir
Metode untuk memperkirakan debit banjir yang umum dipakai adalah metode Rasional.
Persamaan matematik metode rasional dinyatakan dalam bentuk:
𝑄𝑅 = 0,002778 . 𝐶𝑠 . 𝐶 . 𝐼 . 𝐴 .............................................. (1)
di mana, 𝑄𝑅 = debit banjir pada periode ulang tertentu (m3/detik), Cs = Koefisien tampungan
oleh cekungan terhadap debit rencana, dengan:
2t
Cs = 2t +tc ............................................................... (2)
c d
t C = Waktu konsentrasi (jam), t d = waktu aliran air mengalir di dalam saluran dari hulu
hingga ke tempat pengukuran (jam), C = koefisien aliran permukaan ( 0 ≤ C ≤ 1),
I = Intensitas curah hujan (mm/jam) pada periode ulang tertentu dan durasi hujan yang sama
dengan t C , dan A = luas catchment area (Ha).
2.6. Koefisien Aliran Permukaan (C)
Koefisien aliran permukaan (run off coefficient) adalah perbandingan antara jumlah air hujan
yang mengalir atau melimpah di atas permukaan tanah (surface run off) dengan jumlah air
hujan yang jatuh dari atmosfir (hujan total yang terjadi). Besaran ini dipengaruhi oleh tata
guna lahan, kemiringan lahan, jenis dan kondisi tanah.
2.7. Waktu Konsentrasi (tC)
Waktu konsentrasi adalah waktu yang diperlukan untuk mengalirkan air dari titik yang paling
jauh pada daerah aliran ke titik kontrol yang ditentukan di bagian hilir suatu saluran (Anonim,
1997). Waktu konsentrasi dapat dihitung dengan rumus (Suria, 2012):
𝐿 0,77
t c = t 0 + t d ............... (3) dengan t d = 0,0195 𝑆 ............. (4)
di mana, tc = waktu konsentrasi (jam), t0 = inlet time (jam), td = conduit time (jam),
S = kemiringan lahan, dan L = panjang lintasan aliran di atas permukaan lahan (m).
Dalam hal ini untuk curah hujan yang berasal dari atap, perkerasan halaman ataupun jalan
yang langsung masuk kesaluran, waktu pemasukannya (t0) tidak lebih dari 5 menit. Pada
daerah komersial yang relatif datar, waktu pemasukan (t0) yang dibutuhkan sekitar 10 sampai
15 menit, dan pada daerah pemukiman penduduk yang relatif datar waktu (t0) yang
dibutuhkan sekitar 20 sampai 30 menit (Mardiansyah, 2012).
2.8. Analisis Intensitas Hujan
Intensitas hujan adalah jumlah hujan yang dinyatakan dalam tinggi hujan atau volume hujan
tiap satuan waktu (Anonim, 1997). Apabila data hujan jangka pendek tidak tersedia, yang ada
hanya data hujan harian, maka intensitas hujan dapat dihitung dengan rumus Mononobe
(Sosrodarsono, 2006).
2
R 24 3
I= 2424 t ............................................................ (5)
c
di mana, I = Intensitas hujan (mm/jam), tc = waktu konsentrasi/ lamanya hujan (jam), dan
R24 = curah hujan maksimum harian (selama 24 jam) (mm).
2.9. Perencanaan Saluran Drainase
Bila ditinjau dari hirarki susunan saluran, sistem drainase diklasifikasikan atas saluran
primer, sekunder, tersier, dan seterusnya. Dimensi saluran harus mampu mengalirkan debit
rencana atau dengan kata lain debit yang dialirkan oleh saluran (QS) sama atau lebih besar
dari debit rencana (QR). Hubungan ini ditunjukkan sebagai berikut:
QS ≥ QR ............................................................... (6)
Debit suatu penampang saluran (QS) dapat diperoleh dengan menggunakan rumus:
QS =AS . VS ............................................................ (7)

3
di mana, AS = luas penampang saluran tegak lurus arah saluran (m2), dan VS = kecepatan
rata-rata aliran di dalam saluran (m/detik)
Kecepatan rata-rata aliran dalam saluran dapat dihitung dengan menggunakan rumus
manning sebagai berikut (Wesli,2008):
2 1
1 A
VS = n . R3 . S 2 .................. (8) dengan R= PS ................ (9)
di mana, VS = kecepatan rata-rata aliran dalam saluran (m/detik), n = koefisien kekasaran
Manning, R = jari-jari hidrolis (m), S = kemiringan dasar saluran, AS = luas penampang
saluran tegak lurus arah aliran (m2), dan P = keliling basah saluran (m).
2.10. Drainase dengan Sumur Resapan
Sumur resapan merupakan sumur atau lubang pada permukaan tanah yang dibuat untuk
menampung air hujan agar dapat meresap ke dalam tanah (Kusnaidi, 2000). Secara teoritis,
volume dan efisiensi sumur resapan dapat dihitung berdasarkan keseimbangan air yang
masuk ke dalam sumur dan air yang meresap ke dalam tanah (Sunjoto, 1988; dalam Suripin,
2004) dan dapat dituliskan sebagai berikut:
-FKT
Q
H= FK 1-e πR2 ....................................... (10)
di mana, H = tinggi muka air dalam sumur (m), F = faktor geometrik (m), Q = debit air
masuk (m3/detik), T = waktu pengaliran (detik), K = koefisien permeabilitas tanah (m/detik),
dan R = jari-jari sumur (m).
Faktor geometrik tergantung pada berbagai keadaan, dan secara umum debit resapan pada
sumur dapat dinyatakan dalam persamaan:
Q0 = F. K. H ..................................... (11)
2.11. Drainase dengan Kolam Resapan
Pada rumah tinggal dengan ukuran kapling yang terbatas, misalnya kompleks perumahan
sederhana atau sangat sederhana, penempatan sumur resapan yang memenuhi syarat akan
mengalami kesulitan. Untuk mengatasi hal ini maka perlu dibuat sumur resapan kolektif
(bersama) berupa kolam resapan, dimana satu kolam resapan dapat melayani beberapa
rumah, misalnya per blok atau per RT, atau kawasan yang lebih luas lagi.

3. METODOLOGI PENELITIAN
Lokasi penelitian adalah kawasan perumahan Kota Baru Medan Hills – Griya Tiara
Tuntungan. Kecamatan Kutalimbaru, Kabupaten Deli Serdang. Penelitian dilaksanakan saat
pembangunan kawasan Perumahan Kota Baru Medan Hills sedang berjalan, di mana semua
kawasan perumahan Kota Baru Medan Hills belum memiliki saluran drainase. Sehingga
analisis dan perhitungan saluran drainase dibagi menjadi dua bagian, yaitu saluran drainase
eksisting dan saluran drainase rencana.
Secara sistematis, penelitian ditunjukkan dengan diagram alir yang ditunjukkan pada
Gambar 1. Urutan konsep penyelesaian yang dilakukan adalah sebagai berikut.
1. Merencanakan jaringan drainase dalam kawasan perumahan Kota Baru Medan Hills –
Griya Tiara Tuntungan.
2. Menghitung besarnya debit banjir rencana berdasarkan intensitas curah hujan maksimum.
3. Melakukan evaluasi saluran drainase eksiting terhadap debit banjir rencana, dan
merencanakan dimensi saluran rencana.
4. Merencanakan desain sumur resapan pada setiap unit rumah dan meninjau debit banjir
yang tereduksi serta merencanakan dimensi saluran yang ekonomis.
5. Merencanakan desain kolam resapan berdasarkan debit yang masuk dari salah satu
saluran, dan merencanakan dimensi saluran yang ekonomis.

4
Gambar 1 Diagram Alir Penelitian
5
Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini, yaitu:
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh dari lokasi penelitian yaitu berupa hasil
survei. Data primer yang diperlukan antara lain:
a. Kondisi lokasi penelitian.
b. Kondisi saluran eksisting.
2. Data Sekunder
Data sekunder yang diperlukan dalam penyelesaian adalah:
a. Data Hidrologi
Data hidrologi yang diperlukan adalah data curah hujan maksimum daerah Tuntungan
dan sekitarnya yang diperoleh dari Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan
Geofisika Wilayah I – Medan.
b. Data Topografi
Data topografi digunakan untuk menentukan elevasi dan tata letak lokasi serta arah
aliran jaringan drainase.
c. Data Tata guna lahan
Data tata guna lahan digunakan untuk menentukan niai koefisien limpasan (C).
d. Data Permeabilitas tanah
Data permeabilitas tanah digunakan untuk perencanaan sumur resapan.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1. Saluran Drainase
Pada saat survei lapangan dilakukan, saluran drainase eksisting pada kawasan
perumahan Kota Baru Medan Hills – Griya Tiara Tuntungan terdiri atas saluran primer,
saluran sekunder-1, dan saluran tersier. Untuk melengkapi jaringan drainase, dibuat sebuah
skema jaringan drainase sebagai model perencanaan sistem drainase berdasarkan data-data
yang ada yang ditunjukkan pada Gambar 2.
a. Evaluasi Saluran Drainase Eksisting
Perhitungan dan analisis hidraulika bertujuan untuk meninjau kemampuan saluran
eksisting terhadap debit rencana yang didapat dari hasil analisis hidrologi. Perhitungan dan
analisis kecepatan aliran di dalam saluran eksisiting menggunakan persamaan Manning. Hasil
perhitungan analisis kemampuan saluran eksisting ditunjukan pada Tabel 1.
Tabel 1 Hasil Evaluasi Debit Saluran Eksisting dengan Debit Rencana
AS VS QS QR
No Saluran Keterangan
(m2) (m/s) (m3/detik) (m3/detik)
1 Saluran primer 0.506 1.305 0.660 2.870 QS < QR
2 Saluran sekunder – 1 0.225 1.077 0.243 0.469 QS < QR
3 Saluran Tersier – A1 0.158 0.827 0.130 0.070 QS > QR
4 Saluran Tersier – A2 0.158 0.848 0.134 0.045 QS > QR
5 Saluran Tersier – A3 0.158 0.934 0.147 0.040 QS > QR
6 Saluran Tersier – A4 0.158 0.907 0.143 0.056 QS > QR
7 Saluran Tersier – A5 0.158 0.822 0.130 0.026 QS > QR
8 Saluran Tersier – A6 0.158 0.657 0.104 0.039 QS > QR
Sumber: Analisis data
Saluran primer dan saluran sekunder-1 tidak mampu menampung debit banjir
rencana, untuk itu diperlukan perhitungan ulang untuk mendapatkan dimensi saluran yang
mampu mengalirkan debit banjir rencana.

6
Gambar 2 Skema Jaringan Drainase dan Kolam Resapan
7
Perencanaan Ulang Dimensi Saluran Primer
Sketsa desain saluran primer hasil perhitungan ulang ditunjukkan pada Gambar 3.

Gambar 3 Sketsa Desain Saluran Primer Hasil Perhitungan Ulang


Perencanaan Ulang Dimensi Saluran Sekunder-1
Sketsa desain saluran sekunder - 1 hasil perhitungan ulang ditunjukkan pada Gambar 4.

Gambar 4 Sketsa Desain Saluran Sekunder-1 Hasil Perhitungan Ulang


b. Perencanaan Jaringan Dan Desain Drainase Rencana
Bagian kedua dalam analisis saluran drainase adalah perencanaan skema jaringan dan
desain saluran drainase rencana.
Merencanakan Desain Saluran Rencana
Sketsa desain rencana saluran sekunder-2 ditunjukkan pada Gambar 5.

Gambar 5 Sketsa Desain Rencana Saluran Sekunder-2


Desain aliran dalam saluran tersier ditunjukkan pada Tabel 2.
Tabel 2 Hasil Analisis dan Perhitungan Dimensi Aliran dalam Saluran Drainase – Saluran
Tersier
Rencana Dimensi Aliran dalam Saluran
QR V
No Saluran 3 b h A P R S n
(m /dtk) (m/dtk)
(m) (m) (m2) (m) (m)
1 Tersier B – 1 0.029 0.322 0.161 0.052 0.645 0.081 0,002 0,015 0.556
2 Tersier B – 2 0.029 0.323 0.162 0.052 0.646 0.081 0,002 0,015 0.557
3 Tersier B – 3 0.030 0.326 0.163 0.053 0.653 0.082 0,002 0,015 0.561
4 Tersier B – 4 0.030 0.327 0.164 0.053 0.654 0.082 0,002 0,015 0.562
5 Tersier B – 5 0.033 0.339 0.169 0.057 0.678 0.085 0,002 0,015 0.575
6 Tersier B – 6 0.033 0.340 0.170 0.058 0.679 0.085 0,002 0,015 0.576
7 Tersier B – 7 0.034 0.343 0.171 0.059 0.686 0.086 0,002 0,015 0.580
8 Tersier B – 8 0.034 0.344 0.172 0.059 0.687 0.086 0,002 0,015 0.580
9 Tersier B – 9 0.030 0.328 0.164 0.054 0.657 0.082 0,002 0,015 0.563
10 Tersier B – 10 0.028 0.317 0.158 0.050 0.634 0.079 0,002 0,015 0.550
11 Tersier B – 11 0.028 0.317 0.159 0.050 0.635 0.079 0,002 0,015 0.551
12 Tersier B – 12 0.028 0.319 0.160 0.051 0.638 0.080 0,002 0,015 0.552

8
13 Tersier B – 13 0.026 0.312 0.156 0.049 0.624 0.078 0,002 0,015 0.544
14 Tersier B – 14 0.158 0.610 0.305 0.186 1.219 0.152 0,002 0,015 0.851
15 Tersier C – 1 0.034 0.344 0.172 0.059 0.689 0.086 0,002 0,015 0.581
16 Tersier C – 2 0.035 0.345 0.173 0.060 0.691 0.086 0,002 0,015 0.583
17 Tersier C – 3 0.034 0.343 0.171 0.059 0.685 0.086 0,002 0,015 0.579
18 Tersier C – 4 0.033 0.340 0.170 0.058 0.679 0.085 0,002 0,015 0.576
19 Tersier C – 5 0.037 0.355 0.178 0.063 0.710 0.089 0,002 0,015 0.593
20 Tersier C – 6 0.028 0.320 0.160 0.051 0.641 0.080 0,002 0,015 0.554
21 Tersier C – 7 0.028 0.320 0.160 0.051 0.640 0.080 0,002 0,015 0.553
22 Tersier C – 8 0.039 0.360 0.180 0.065 0.720 0.090 0,002 0,015 0.599
23 Tersier C – 9 0.037 0.355 0.177 0.063 0.709 0.089 0,002 0,015 0.593
24 Tersier C – 10 0.029 0.322 0.161 0.052 0.643 0.080 0,002 0,015 0.555
25 Tersier C – 11 0.029 0.322 0.161 0.052 0.644 0.081 0,002 0,015 0.556
26 Tersier C – 12 0.029 0.322 0.161 0.052 0.644 0.081 0,002 0,015 0.556
27 Tersier C – 13 0.028 0.319 0.160 0.051 0.639 0.080 0,002 0,015 0.553
28 Tersier C – 14 0.027 0.316 0.158 0.050 0.632 0.079 0,002 0,015 0.549
29 Tersier C – 15 0.030 0.327 0.163 0.053 0.654 0.082 0,002 0,015 0.561
30 Tersier C – 16 0.032 0.333 0.167 0.056 0.666 0.083 0,002 0,015 0.569
31 Tersier C – 17 0.128 0.563 0.282 0.159 1.126 0.141 0,002 0,015 0.807
32 Tersier D – 1 0.051 0.399 0.199 0.079 0.797 0.100 0,002 0,015 0.641
33 Tersier D – 2 0.023 0.298 0.149 0.044 0.596 0.075 0,002 0,015 0.528
34 Tersier D – 3 0.028 0.319 0.159 0.051 0.638 0.080 0,002 0,015 0.552
35 Tersier D – 4 0.028 0.318 0.159 0.051 0.637 0.080 0,002 0,015 0.552
36 Tersier D – 5 0.028 0.318 0.159 0.050 0.635 0.079 0,002 0,015 0.551
37 Tersier D – 6 0.277 0.753 0.376 0.283 1.505 0.188 0,002 0,015 0.979
38 Tersier D – 7 0.028 0.320 0.160 0.051 0.640 0.080 0,002 0,015 0.554
39 Tersier D – 8 0.028 0.320 0.160 0.051 0.640 0.080 0,002 0,015 0.554
40 Tersier D – 9 0.028 0.320 0.160 0.051 0.641 0.080 0,002 0,015 0.554
41 Tersier D – 10 0.028 0.320 0.160 0.051 0.641 0.080 0,002 0,015 0.554
42 Tersier D – 11 0.038 0.358 0.179 0.064 0.715 0.089 0,002 0,015 0.596
43 Tersier D – 12 0.039 0.360 0.180 0.065 0.720 0.090 0,002 0,015 0.599
44 Tersier D – 13 0.037 0.352 0.176 0.062 0.704 0.088 0,002 0,015 0.590
45 Tersier D – 14 0.037 0.352 0.176 0.062 0.704 0.088 0,002 0,015 0.590
46 Tersier D – 15 0.125 0.558 0.279 0.156 1.116 0.140 0,002 0,015 0.802
Sumber : Analisis data
Sedangkan desain saluran tersier dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Hasil Analisis dan Perhitungan Desain Saluran Drainase – Saluran Tersier
Panjang Rencana Desain saluran
No Saluran saluran S n b h f HS
(m) (m) (m) (m) (m)
1 Tersier B – 1 74 0,002 0,015 0.322 0.161 0.018 0.179
2 Tersier B – 2 77 0,002 0,015 0.323 0.162 0.018 0.180
3 Tersier B – 3 77,8 0,002 0,015 0.326 0.163 0.018 0.181
4 Tersier B – 4 81 0,002 0,015 0.327 0.164 0.018 0.182
5 Tersier B – 5 81,7 0,002 0,015 0.339 0.169 0.019 0.188
6 Tersier B – 6 85 0,002 0,015 0.340 0.170 0.019 0.189
7 Tersier B – 7 85,9 0,002 0,015 0.343 0.171 0.019 0.190
8 Tersier B – 8 89,2 0,002 0,015 0.344 0.172 0.019 0.191
9 Tersier B – 9 84,5 0,002 0,015 0.328 0.164 0.018 0.182
10 Tersier B – 10 62,5 0,002 0,015 0.317 0.158 0.018 0.176
11 Tersier B – 11 64 0,002 0,015 0.317 0.159 0.018 0.176
12 Tersier B – 12 64,3 0,002 0,015 0.319 0.160 0.018 0.177
13 Tersier B – 13 68,1 0,002 0,015 0.312 0.156 0.017 0.173
14 Tersier B – 14 96 0,002 0,015 0.610 0.305 0.034 0.339
15 Tersier C – 1 91,5 0,002 0,015 0.344 0.172 0.019 0.191
16 Tersier C – 2 91,3 0,002 0,015 0.345 0.173 0.019 0.192
17 Tersier C – 3 86 0,002 0,015 0.343 0.171 0.019 0.190
18 Tersier C – 4 91,8 0,002 0,015 0.340 0.170 0.019 0.189
19 Tersier C – 5 88,4 0,002 0,015 0.355 0.178 0.020 0.197
20 Tersier C – 6 66 0,002 0,015 0.320 0.160 0.018 0.178
21 Tersier C – 7 67 0,002 0,015 0.320 0.160 0.018 0.178
22 Tersier C – 8 109 0,002 0,015 0.360 0.180 0.020 0.200

9
23 Tersier C – 9 120 0,002 0,015 0.355 0.177 0.020 0.197
24 Tersier C – 10 68,4 0,002 0,015 0.322 0.161 0.018 0.179
25 Tersier C – 11 67,5 0,002 0,015 0.322 0.161 0.018 0.179
26 Tersier C – 12 67,4 0,002 0,015 0.322 0.161 0.018 0.179
27 Tersier C – 13 72,4 0,002 0,015 0.319 0.160 0.018 0.177
28 Tersier C – 14 88,2 0,002 0,015 0.316 0.158 0.018 0.176
29 Tersier C – 15 91,1 0,002 0,015 0.327 0.163 0.018 0.182
30 Tersier C – 16 108,7 0,002 0,015 0.333 0.167 0.019 0.185
31 Tersier C – 17 66,2 0,002 0,015 0.563 0.282 0.031 0.313
32 Tersier D – 1 194 0,002 0,015 0.399 0.199 0.022 0.221
33 Tersier D – 2 85 0,002 0,015 0.298 0.149 0.017 0.166
34 Tersier D – 3 64,8 0,002 0,015 0.319 0.159 0.018 0.177
35 Tersier D – 4 64,1 0,002 0,015 0.318 0.159 0.018 0.177
36 Tersier D – 5 64 0,002 0,015 0.318 0.159 0.018 0.176
37 Tersier D – 6 63,1 0,002 0,015 0.753 0.376 0.042 0.418
38 Tersier D – 7 65,8 0,002 0,015 0.320 0.160 0.018 0.178
39 Tersier D – 8 65,8 0,002 0,015 0.320 0.160 0.018 0.178
40 Tersier D – 9 65,9 0,002 0,015 0.320 0.160 0.018 0.178
41 Tersier D – 10 66 0,002 0,015 0.320 0.160 0.018 0.178
42 Tersier D – 11 103 0,002 0,015 0.358 0.179 0.020 0.199
43 Tersier D – 12 85,2 0,002 0,015 0.360 0.180 0.020 0.200
44 Tersier D – 13 98 0,002 0,015 0.352 0.176 0.020 0.196
45 Tersier D – 14 97,3 0,002 0,015 0.352 0.176 0.020 0.196
46 Tersier D – 15 66 0,002 0,015 0.558 0.279 0.031 0.310
Sumber : Analisis data
4.2. Drainase dengan Sumur Resapan
Perencanaan sumur resapan pada kawasan perumahan Kota Baru Medan Hills
didasarkan pada pengurangan debit banjir keseluruhan yang dialirkan ke saluran primer.
Debit air yang masuk dari atap rumah
Debit air yang masuk dari atap dihitung dengan rumus rasional (persamaan 1).
Perhitungan debit air yang masuk dari atap rumah – Tipe 36
3
𝑄𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘 = 0,002778 . 1 . 0,95 . 125,641 .0,0036 = 1,194 × 10−3 𝑚 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘

Perhitungan debit air yang masuk dari atap rumah – Tipe 45


3
𝑄𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘 = 0,002778 . 1 . 0,95 . 125,641 .0,0045 = 1,492 × 10−3 𝑚 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘

Perencanaan desain dan dimensi sumur resapan pada rumah tipe 36


Perencanaan desain dan dimensi sumur resapan dihitung dengan metode yang dikemukakan
oleh Sunjoto (Suripin, 2004). Sumur resapan berbentuk lingkaran dengan diameter 1 m dan
kedalaman 1,610 m, memiliki kapasitas 1,265 m³, waktu pengisian sumur resapan selama 18
menit sampai penuh dan setelah itu air akan keluar dari sumur menuju saluran drainase
perumahan, sehingga untuk 399 unit rumah tipe 36 dapat mengisi air tanah sebesar:
399 unit x 1,265 m3/unit = 504,735 m3
Perencanaan desain dan dimensi sumur resapan pada rumah tipe 45
Sumur resapan berbentuk lingkaran dengan diameter 1 m dan kedalaman 2,012 m, memiliki
kapasitas 1,580 m³, waktu pengisian sumur resapan selama 18 menit sampai penuh dan
setelah itu air akan keluar dari sumur menuju saluran drainase perumahan, sehingga untuk
148 unit rumah tipe 45 dapat mengisi air tanah sebesar:
148 unit x 1,580 m3/unit = 233,840 m3
Pengurangan debit banjir dengan adanya sumur resapan
Dari analisis dan perhitungan diatas didapat bahwa debit banjir mengalami pengurangan
sebesar debit air yang masuk dari atap kedalam sumur resapan serta memberikan waktu tunda
limpasan air hujan dari atap menuju saluran drainase (Gemilang, 2013).
10
Pengurangan debit banjir pada rumah tipe 36
Total debit banjir yang tereduksi adalah sebesar:
3 3
1,194 × 10−3 𝑚 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 𝑥 399 = 0,476 𝑚 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘

Pengurangan debit banjir pada rumah tipe 45


Total debit banjir yang tereduksi adalah sebesar:
3 3
1,492 × 10−3 𝑚 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 𝑥 148 = 0,221 𝑚 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘

Pengurangan debit banjir yang terjadi pada kawasan perumahan


Perencanaan sumur resapan pada kawasan perumahan Kota Baru Medan Hills mengakibatkan
berkurangnya debit banjir yang akan masuk ke dalam saluran primer selama waktu tunda
pengaliran limpasan air hujan dari atap menuju saluran drainase. Persentasi reduksi debit
banjir rencana dengan perencanaan sumur resapan pada kawasan perumahan Kota Baru
Medan Hills adalah: (0,679 m3/dtk : 2,870 m3/dtk) x 100% = 23,66 %.
Desain saluran drainase akibat adanya sumur resapan
Sketsa desain saluran primer bila digabungkan dengan sumur resapan ditunjukkan pada
Gambar 6.

Gambar 6 Sketsa Desain Saluran Primer bila Digabung dengan Sumur Resapan

4.3. Perencanaan sumur resapan kolektif (Kolam Resapan)


Direncanakan bahwa kolam resapan akan menampung debit banjir rencana yang
dialirkan melalui saluran sekunder-2 sebesar 50%.
Debit banjir rencana = 1,138 m3/detik
Debit banjir yang masuk ke kolam resapan = 50%
= 0,50 x 1,138 = 0,569 m3/detik
Debit air yang dialirkan ke saluran = 1,138 m3/detik – 0,569 m3/detik
= 0,569 m3/detik
Menurut Pd.T-02-2006 Perencanaan Sistem Drainase Jalan, debit air yang
ditampung dan debit yang dialirkan saluran sekunder-2 setelah direduksi kolam
resapan dapat digambarkan dengan hidrograf debit yang ditunjukkan pada Gambar 7.

Maka, volume air yang ditampung dihitung dengan perhitungan luas segitiga dan
dimensi kolam resapan dapat ditentukan dari perhitungan luas persegi sebagai berikut:
𝑏 × ℎ = 𝐴𝑘𝑜𝑙𝑎𝑚 𝑟𝑒𝑠𝑎𝑝𝑎𝑛
𝑏 2 = 845,833 𝑚3
𝑏 = 29,1 𝑚
ℎ = 29,1 𝑚

11
Gambar 7 Grafik Hidrograf Debit Saluran Sekunder-2 yang Akan Ditampung dan Akan Dialirkan
Sketsa desain kolam resapan ditunjukkan pada Gambar 8 dan Gambar 9.

Gambar 8 Sketsa Desain Kolam Resapan


Dengan demikian, direncanakan kolam resapan berbentuk persegi berukuran 29,1 m x
29,1 m dengan kedalaman air 1,2 m. Volume tampungan kolam resapan adalah sebesar 847
m3. Debit banjir yang direduksi akibat adanya kolam resapan adalah sebesar 0,569 m 3/detik.
Dengan demikian, debit yang masuk ke saluran primer tereduksi sebesar 0,569 m3/detik
(19,826%) dari debit banjir rencana saluran primer sebesar 2,870 m3/detik.

Gambar 9 Tampak Samping Sketsa Desain Kolam Resapan

Desain saluran drainase akibat adanya kolam resapan


Sketsa desain saluran sekunder-2 bila digabungkan dengan kolam resapan ditunjukkan pada
Gambar 10.

Gambar 10 Sketsa Desain Saluran Sekunder-2 bila Digabung dengan Kolam Resapan
12
Perencanaan ulang dimensi saluran primer
Sketsa desain saluran primer bila digabungkan dengan kolam resapan ditunjukkan pada
Gambar 11.

Gambar 11 Sketsa Desain Saluran Primer bila Digabung dengan Kolam Resapan

5. KESIMPULAN DAN SARAN


5.1. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Upaya mewujudkan kawasan perumahan yang bebas banjir merupakan perencanaan
konsep sistem drainase untuk mengantisipasi banjir yang berasal dari intensitas curah
hujan yang tinggi dengan adanya perubahan tata guna lahan.
2. Konsep sistem drainase yang direncanakan terdiri atas 3 bagian, yaitu hanya
menggunakan saluran drainase, penambahan sumur resapan pada saluran drainase, dan
penambahan kolam resapan pada saluran drainase.
3. Curah hujan rencana untuk menghitung intensitas curah hujan maksimum menggunakan
data curah hujan harian maksimum daerah Tuntungan – Medan sekitarnya dalam periode
10 tahun terakhir (2004 – 2013).
4. Debit banjir rencana dihitung menggunakan metode rasional, dan diperoleh hasil total
debit banjir yang dihasilkan pada kawasan perumahan Kota Baru Medan Hills sebesar
2,870 m3/detik.
5. Jaringan saluran drainase yang direncanakan pada kawasan perumahan Kota Baru Medan
Hills tersusun atas saluran primer, saluran sekunder, dan saluran tersier.
6. Hasil analisis data menunjukkan desain saluran primer eksisting dan saluran sekunder
eksisting tidak efektif untuk mengalirkan debit banjir rencana, sedangkan desain saluran
tersier sudah efektif. Debit banjir rencana sebagai dasar perencanaan saluran primer
adalah 2,870 m3/detik, debit banjir rencana sebagai dasar perencanaan saluran sekunder
eksisting adalah 0,469 m3/detik, sedangkan debit banjir rencana sebagai dasar
perencanaan saluran sekunder – 2 adalah 0,976 m3/detik dan saluran tersier besarnya
bervariasi.
7. Perencanaan satu sumur resapan pada setiap unit rumah dapat mereduksi debit banjir
sebesar 0,679 m3/detik (23,66%) secara keseluruhan dengan waktu tunda aliran 18 menit.
8. Kolam resapan direncanakan berbentuk persegi ukuran 29,1 m x 29,1 m dan kedalaman
air 1,2 m, dengan kapasitas tampungan 1.015 m3. Aliran air yang masuk ke kolam
resapan berasal dari saluran sekunder – 2.

5.2. Saran
1. Skema jaringan drainase rencana yang digunakan dalam pembahasan merupakan hasil
pengolahan data dan mengikuti kondisi pada saat pembangunan sedang berlangsung.
Skema jaringan drainase yang digunakan pada penelitian selanjutnya diharapkan
mengikuti perencanaan yang diterapkan di lapangan.

13
2. Nilai koefisien pengaliran (C) yang digunakan dalam analisis perhitungan masih
menggunakan asumsi berdasarkan data yang ada dan diambil dari sumber referensi yang
dimuat dalam tulisan Suripin, Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan.
Diharapkan ada penelitian nilai C yang bisa mewakili kondisi sebenarnya.

6. DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1997. Drainase Perkotaan. Jakarta : Gunadarma.
Badan Standardisasi Nasional. 2004. Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di
Perkotaan. Standar Nasional Indonesia nomor : 03-1733-2004.
Departemen Pekerjaan Umum. 2006. Perencanaan Sistem Drainase Jalan. Pedoman
Konstruksi dan Bangunan : Pd.T-02-2006.
Gemilang, Galih. 2013. Kajian Sumur Resapan dalam Mereduksi Debit Banjir pada
Kawasan Perumahan (Studi Kasus: Perumahan Anugerah Lestari Kuala Gumit,
Langkat). Medan : Universitas Sumatera Utara.
Harahap, Marlina Sari. 2010. Studi Identifikasi dan Analisa Sistem Drainase untuk
Penanggulangan Banjir pada Kecamatan Medan Johor dan Kecamatan Medan
Polonia (Studi Kasus : Jln. Brigjend Katamso dan Jln. Diponegoro). Medan:
Universitas Sumatera Utara.
Hasmar, Halim. 2012. Drainasi Terapan. Yogyakarta: UII Press.
Kuesnaidi. 2000. Sumur Resapan untuk Pemukiman Perkotaan dan Pedesaan. Jakarta:
Penebar Swadaya.
Mardiansyah, Yudi. 2012. Evaluasi Kapasitas dan Sistem Drainase di Kampus Universitas
Sumatera Utara dengan Hec-Ras. Medan : Universitas Sumatera Utara.
Sosrodarsono, Suyono. 2006. Hidrologi untuk Pengairan. Jakarta : Pradnya Paramita.
Suria, Asmadi. 2012. Kajian Sistem Drainase terhadap Banjir Akibat Curah Hujan (Studi
Kasus: Jalan Sudirman Ujung Kota Langsa). Medan: Universitas Sumatera Utara.
Suripin. 2004. Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan. Yogyakarta: Andi Offset.
Wesli. 2008. Drainase Perkotaan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

14

Anda mungkin juga menyukai