BAB I
PENDAHULUAN
ke depan dengan memperhatikan kebutuhan akan air minum baik secara kualitas,
kuantitas dan kontinuitas dapat terpenuhi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Overflow Rate
Overflow rate dipengaruhi oleh surface area, semakin besar surface
area, maka kecepatan pengendapan akan semakin cepat dan efisien semakin
baik
Q
Rumus: So …………………………………….(2.2)
As
Vs
Xr …………………………………...(2.3)
Q
A
Dimana: So = overflow rate (m/jam)
As = surface area (m3 /jam)
Q = debit (m3 /s)
Xr = efisiensi penyisihan partikel
Vs = kecepatan pengendapan (m/s)
Bilangan Reynolds
Perhitungan ini digunakan untuk mengontrol kondisi aliran dalam
bangunan agar laminer.
VH .R
Rumus : NRe = ………………………………..(2.6)
Dimana: NRe = Bilangan Reynolds
VH = Kecepatan aliran horizontal (m/s)
R = Jari-jari hidrolis (m)
υ = Viskositas kinematik air ((m2 /detik)
Bilangan Froude
Perhitungan ini digunakan untuk mengontrol terjadinya aliran pendek.
2
VH
Rumus : NFR = …………………………………(2.7)
g .R
Maka,
2
Q
hf = .........................................(2.10)
Cd . A. 2.g
Kriteria desain untuk unit prasedimentasi dapat dilihat pada Tabel 2.4
berikut.
2.3 Koagulasi
Bangunan pengaduk cepat (flash mix) digunakan untuk proses koagulasi
yang merupakan awal untuk pengendapan partikel-partikel koloid yang terdapat
dalam air baku. Partikel koloid sangat halus dan sulit untuk diendapkan tanpa
proses pengolahan lain (plain sedimentation). Adapun karakteristik dari partikel
koloid adalah sebagai berikut :
a. Sangat halus
b. Umumnya bermuatan listrik dimana partikel anorganik memiliki muatan
positif sedangkan partikel organik bermuatan negatif.
c. Koloid dapat digolongkan atas hydrophobic (sukar bereaksi dengan air) dan
hydrophilic (mudah bereaksi dengan air).
Karena sifat partikel yang sangat halus, maka ukuran partikel koloid harus
diperbesar dengan menggabungkan partikel-partikel koloid tersebut melalui
proses koagulasi dan flokulasi sehingga mudah untuk mengendapkannya.
Koagulasi adalah proses pengadukan cepat dengan pembubuhan bahan
kimia/koagulan yang berfungsi untuk mengurangi gaya tolak-menolak antar
partikel koloid kemudian bergabung mmbentuk flok-flok. Pengaduk cepat
digunakan dalam proses koagulasi, karena:
a. Untuk melarutkan koagulan dalam air.
b. Untuk mendistribusikan koagulan secara merata dalam air.
c. Untuk menghasilkan partikel-partikel halus sebagai inti koagulasi
(coagulating agent) sebelum reaksi koagulan selesai.
Proses pengadukan cepat dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu:
1. Pengadukan mekanis
Adalah membuat aliran turbulen dengan tenaga penggerak motor dimana
bak pengaduk dilengkapi dengan peralatan mekanis, seperti:
2. Pengaduk hidrolis
Pengadukan cepat secara hidrolis dapat dibedakan menjadi dua berdasarkan
kondisi alirannya, yaitu:
a. Open channel flow
Hydraulic jump mixer
Dengan lompatan air menggunakan drop atau tanpa drop pada
saluran sehingga dapat membentuk aliran superkritis.
Parshall flume
Sangat efektif untuk pengadukan cepat ketika hydraulic jump
digabung dekat downstream saluran.
Palmer Bowlus flume
Merupakan modifikasi dari parshall flume
Weir
Sangat efektif digunakan sebagai pengaduk cepat bila kapasitasnya
kecil.
3. Pengadukan pneumatis
Pengadukan pneumatis adalah pengadukan yang menggunakan udara (gas)
berbentuk gelembung sebagai tenaga pengadukan. Gelembung tersebut
dimasukkan ke dalam air dan akan menimbulkan gerakan pada air (Gambar 2.6).
Injeksi udara bertekanan ke dalam air akan menimbulkan turbulensi, akibat
lepasnya gelembung udara ke permukaan air. Aliran udara yang digunakan untuk
pengadukan cepat harus mempunyai tekanan yang cukup besar sehingga mampu
menekan dan menggerakkan air. Makin besar tekanan udara, kecepatan
gelembung udara yang dihasilkan makin besar dan diperoleh turbulensi yang
makin besar pula.
1. Prinsip Proses
a. Destabilisasi Partikel Koloid
Pada umumnya, paartikel koloid adalah penyebab kekeruhan yang
bersifat hydrophobic (bermuatan negatif). Agar terjadi penggabungan
diperlukan destabilisasi yang hanya dapat dicapai dengan penambahan
elektrolit yang bermuatan positif, sehingga diharapkan gaya tolak menolak
antar partikel dapat diperkecil. Selanjutnya diperlukan suatu gaya yang dapat
b. Pembentukan Mikroflok
Pada proses koagulasi, tahap destabilisasi partikel koloid dan
pembentukan mikroflok terjadi pada penambahan elektrolit positif Al3+ dari
koagulan Al2(SO4)3. Didalam air, koagulan alum akan bereaksi ganda yakni
dissosiasi dan hidrolisa dengan persamaan reaksi sebagai berikut :
Reaksi dissosiasi : Al2(SO4)3 2 Al 3+ + 3 SO42-
Reaksi hidrolisa : Al2(SO4)3 + 6H2O 2Al(OH)3 + 3H2SO4
Dalam hal ini Al3+ berfungsi sebagai elektrolit positif penetral muatan
negatif partikel pada proses destabilisasi. Al(OH)3 merupakan presipitat
sebagai inti pembentuk mikroflok. Sesuai dengan konsep destabilisasi koloid,
apabila konsentrasi muatan partikel koloid kecil (kekeruhan rendah), maka
penetralan oleh Al3+ sulit terjadi. Untuk itu diperlukan penambahan zat bantu
koagulasi berupa material kekeruhan.
c. Proses koagulasi
Proses mixing atau pengadukan adalah proses dimana dua atau lebih
material dicampur untuk memperoleh derajat keseragaman yang diinginkan.
Proses mixing digunakan untuk menimbulkan kondisi turbulensi yang cukup
besar pada aliran. Pada proses pengadukan cepat memerlukan waktu yang
relatif cukup singkat, karena pada prinsipnya tujuan utam adari mixing adalah
mendispersikan zat-zat kimia. Dengan waktu pengadukan yang singkat, maka
volume pengadukan relatif kecil. Waktu mixing yang pendek dikonversikan
dengan meningkatnya gradien kecepatan (G).
2. Faktor-Faktor Desain
a. Gradien kecepatan (G)
Merupakan perbedaan kecepatan antara dua titik atau volume terkecil
fluida yang tegak lurus perpindahan. Gradien kecepatan berhubungan dengan
waktu pengadukan. Nilai G yang terlalu besar dapat mengganggu titik akhir
pembentukan flok.
1/ 2
P
Rumus: G …………………………………..(2.11)
V
2.4 Flokulasi
Bangunan pengaduk lambat merupakaan tempat terjadinya flokulasi yaitu
proses yang bertujuan untuk menggabungkan flok-flok kecil yang titik akhir
pembentukannya terjadi di bak pengaduk cepat agar ukurannya menjadi lebih
besar sehingga cukup besar untuk dapat mengendapkan secara gravitasi.
Pengadukan lambat (agitasi dan stirring) digunakan dalam proses flokulasi,
karena:
b. Cara Hidrolis
Baffle channel flocculator
Flokulator yang berbentuk saluran dan dilengkapi dengan baffle. Ada 2
jenis aliran yaitu aliran horizontal dan vertikal.
Hydraulic jet action flocculator
Sangat sesuai dengan pengolahan air minum debit kecil.
Gravel bed flocculator
Menggunakan media kerikil untuk membentuk flok dan sangat sesuai
untuk pengolahan air minum skala kecil.
Sistem Orifice
Menggunakan pipa-pipa orifice yang dipasang pada dinding-dinding
betondimana pengadukan terjadi (diharapkan) melewati lubang-lubang
orifice tersebut.
Pada pengadukan lambat ini dimana titik akhir flok-flok yang telah terbentuk
karena proses koagulasi, diperbesar sehingga flok tersebut dapat bergabung dan
akan diendapkan dalam bak sedimentasi. Proses ini memanfaatkan ketidakstabilan
dari partikel-partikel koloid sehingga flok-flok tersebut dapat berikatan satu
dengan yang lain. Dua mekanisme yang penting dalam proses flokulasi ini adalah:
a. Perikinesis, dimana pengumpulan dihasilkan dari pengadukan lambat dalam
air dan sangat signifikan untuk partikel lebih kecil dari 1 – 2 mm.
b. Orthokinesis, berhubungan dengan gradien kecepatan (G), dimana dengan G
tertentu diharapkan terjadi pengadukan yang membantu pengumpulan flok
dan tidak menyebabkan flok-flok yang sudah terbentuk pecah.
Faktor-faktor yang berpengaruh pada flokulator sama dengan yang
berpengaruh pada bangunan flash mix, diantaranya yaitu:
a. Waktu detensi
V
Rumus: td = ……………………………………………………………..(2.16)
Q
Dimana: td= waktu detensi (det)
V= volume bak (m3 )
Hf akibat belokan k
b 2
……………………………….................(2.20)
2g
Dimana: k = konstanta empiris
vb = kecepatan aliran (m/det)
g = percepatan gravitasi (m/det2)
Kriteria desain untuk unit flokulasi dapat dilihat pada Tabel 2.3:
2.5 Sedimentasi
Bangunan sedimentasi berfungsi mengendapkan partikel-partikel flokulen
yang terbentuk pada proses koagulasi-flokulasi pada bak pengaduk cepat dan
lambat. Bentuk bangunan sedimentasi ada yang rectangular dan circular tank,
dimana pada tiap tangki terdapat 4 zona, yaitu:
a. Zona Inlet
Berfungsi sebagai tempat memperhalus transisi aliran dari aliran influen
ke aliran steady uniform di settling zona.
b. Zona Outlet
Berfungsi sebagai tempat memperhalus transisi dari settling zona ke aliran
effluen.
c. Zona Settling (pengendapan)
Berfungsi sebagai tempat berlangsungnya proses pengendapan partikel
dari air.
d. Zona lumpur
Berfungsi sebagai tempat untuk menampung lumpur hasil dari proses
pengendapan.
b. Overflow rate
Overflow rate dipengaruhi oleh surface area. Semakin besar surface area
maka kecepatan pengendapan akan semakin cepat dan efisiensi semakin baik.
Q
Rumus: So …………………………………….......................(2.24)
As
Dimana:So = overflow rate (m/jam)
Q = debit (m3/det)
As = surface area (m2)
2.6 Filtrasi
Bangunan filter berfungsi untuk menyaring flok-flok halus yang masih
terdapat didalam air yang tidak terendapkan pada sedimentsi II dan juga
menyaring bakteri atau mikroorganisme lain yang ada dalam air.
1) Mechanical straining
Mechanical straining adalah proses penyaringan partikel suspended matter
yang terlalu besar untuk lolos dari lubang diantara butiran pasir. Proses ini
terjadi pada permukaan filter.
2) Sedimentasi
Sedimentasi adalah proses pengendapan partikel tersuspensi yang lebih halus
ukurannya daripada lubang pori pada permukaan butiran.
3) Adsorpsi
Adsorpsi adalah proses yang paling penting dalam proses filtrasi karena dapat
menghilangkan partikel-partikel koloidal yang berasal dari bahan-bahan
organik maupun non organik yang tidak terendapkan. Proses ini dapat terjadi
karena secara alamiah pasir kwarsa pada pH normal mempunyai muatan
negatif sehingga dapat terjadi karena menarik partikel koloid yang bermuatan
positif (berasal dari anorganik) seperti flok dari besi, mangan, aluminium dan
lain-lain. Bila telah banyak muatan negatif yang tertahan pada butiran filter
maka filter menjadi jenuh dan bermuatan positif sehingga dapat menarik
partikel koloid yang berasal dari bahan organik yang bermuatan negatif.
Apabila jenuh lagi maka muatan kembali menjadi negatif.
4) Aktivitas kimia
Dalam filter ada aktivitas kimia karena bereaksinya beberapa senyawa kimia
dengan oksigen ataupun dengan bikarbonat.
5) Aktivitas biologis
Aktivitas mikroorganisme yang hidup didalam filter yang secara alamiah
hidup didalam air baku dan bila melalui filter dapat berkembang biak dalam
filter. Mikroorganisme ini dapat berkembang biak dalam filter dengan sumber
makanan yang berasal dari bahan organik dan anorganik yang terdapat dalam
air yang akan diolah.
Adapun prinsip dari proses filtrasi ini adalah dengan melewatkan air kedalam
media berpori untuk menyaring flok-flok halus dan belum dapat diendapkan
dalam sedimentasi II untuk memperbaiki kualitas air.
Pada perencanaan ini digunakan dual media (pasir dan antrasit) dengan
konstan rate pada Rapid Sand Filter (RSF). Penggunaan dual media ini
didasarkan pada:
a. Menghindari terjadinya clogging atau penyumbatan yang terlalu cepat
b. Efektivitas lapisan filter mudah dicapai.
c. Headloss dapat diminimalkan.
Pada filter, pencucian dilakukan karena adanya proses penyumbatan
dengan tetap menjaga agar media filter tetap terstrata dengan antrasit kasar (Berat
Jenis kecil) pada bagian atas dan pasir yang lebih halus (Berat Jenis besar)
dibagian bawah. Pencucian media dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan
backwashing system atau dengan surface washing system. Terdapat beberapa jenis
filtrasi, yaitu:
Kriteria desain untuk kehilangan tekanan pada media pasir dan penyangga
adalah:
1. Saringan Pasir Cepat
a. Effective size = (0,6 – 1) mm;
b. Uniformity coefficient = (1,3 – 1,7) m;
c. Sperity () = 0,73 – 1;
d. Porositas = 0,4 – 0,5;
e. Kecepatan filtrasi = (5 – 10) m/jam;
f. Tebal media pasir = minimum 300 mm;
g. Tebal media kerikil = (10 – 24) inchi;
h. Diameter kerikil = 3/64 inchi;
i. Konstanta kerikil = 10 – 14;
j. Perbandingan ukuran tiap lapisan = 2 : 1;
k. Konstanta Manning = 0,014;
l. Waktu Pencucian = (3 − 15) menit;
m. Kedalaman air baku di atas media filter = (0,2 − 2) m;
n. Panjang bak : Lebar bak = 3 : 1.
2. Saringan Pasir Lambat
a. Kedalaman air baku di atas media filter = (1 – 1,5) m;
b. Effective size(Es) = 0,15 – 0,35;
c. Koefisien keseragaman (Uc) = 1,2 – 1,6;
d. Kecepatan filtrasi = 0,1 – 0,4 m/jam.
3. Kriteria desain untuk kehilangan tekanan pada underdrain:
a. Rasio luas orifice dengan luas area filter = (0,0015 : 1) – (0,005 : 1);
b. Panjang pipa lateral maksimum = 20 ft;
c. Diameter orifice = (0,25 – 0,75) inchi;
d. Jarak orifice dengan manifold = (3 – 12) inchi;
e. Jarak antar orifice (3 – 4) inchi;
f. Underdrain menggunakan manifold dengan pipa lateral pada sisi-sisinya
dan dilengkapi dengan sejumlah orifice;
g. Panjang filter = panjang bak filtrasi = 6 m;
h. Diameter orifice 0,5 inchi (1,27 cm);
i. Jarak antar orifice 6 – 20 cm;
j. Luas media filter 12 m2;
k. Perbandingan luas pipa lateral dengan luas orifice (2 − 4) : 1;
l. Perbandingan luas pipa manifold dengan luas pipa lateral (1,5 − 3) : 1;
m. Panjang pipa manifold = panjang bak
2.7 Desinfeksi
Adapun prinsip atau metode yang digunakan dalam proses desinfeksi adalah
menggunakan klor sebagai desinfektan. Beberapa desinfektan lainnya adalah
klorin dioksida, ozon, ultra violet, bromin, iodine dan pemanasan. Klorin dioksida
25 kali lebih efektif dibanding gas klor, yang mudah meledak pada suhu tinggi.
Tidak menghasilkan Trihalometan dan tidak bereaksi dengan ammonia.
Sedangkan UV lebih mahal disbanding dengan penggunaan klor dan tidak
menyediakan perlindungan residu. Klorinasi merupakan pilihan penting untuk
suatu instalasi pengolahan air minum. Pada pengolahan air untuk kebutuhan
industri, klor bukanlah satu-satunya desinfektan yang dipakai, namun khlor
meupakan desinfektan efektif yang telah dikenal. Hal tersebut didasarkan pada
pertimbangan sebagai berikut:
a. Hanya senyawa klor yang relatif murah dan mudah didapat. Klor juga mudah
ditangani dalam operasinya. Desinfeksi dengan klor merupakan yang paling
sederhana dan tidak membutuhkan operator yang sangat ahli
b. Kemampuan klor dalam membunuh bakteri atau virus (agen desinfektan)
c. Klor menyediakan perlindungan residual, yaitu kemampuan untuk tetap bisa
membunuh organisme patogen detelah air keluar dari instalasi pengolahan
(distribusi)
d. Klor juga berfungsi sebagai oksidan zat-zat oganik dan ion-ion logam (Fe,
Mn) serta dapat mengurangi rasa dan bau serta dapat menghilangkan amoniak
(NH4+). Reaksi klor yang terjadi adalah sebagai berikut :
Ca(OCl)2 + 2 H2O 2 HOCl + Ca(OH)2
HOCl OCl- + H+
(Hipoklorit)
Beberapa kerugian dari penggunaan klor:
a. Klor adalah senyawa kimia yang berbahaya.
b. Bila klor bereaksi dengan zat organik, konsentrasinya berkurang dan tekanan
rendah maka akan terbentuk trihalometan (THM). Trihalometan yang
terkandung bersifat karsinogenik.
c. Serangkaian tes perlu dilakukan untuk mengetahui dosis klor yang efektif dan
aman.
1. Karakteristik Klor
Klor tersedia dalam bentuk dibawah ini dalam pengolahan air minum
adalah:
a. Gas (Cl2) yang korosif dan beracun.
b. Hipoklorit solid berupa NaOCl atau Ca(OCl)2. Lebih aman dibanding gas klor
namun 4 - 5 kali lebih mahal.
c. Hipoklorit terlarut berbentuk cairan berkonsentrasi 5 – 10%. Jarang dipakai
karena mahal dan menyebabkan kondisi bulking.
Reaksi kimia yang terjadi adalah sebagai berikut:
Cl2 + H2O H+ + OCl- + Cl-
Dua asam terbentuk (Hipoklor dan Hidroklor)
NaOCl Na+ + OCl-