BAB I
PENDAHULUAN
sanitasi yang berada di dalam daerah persil (batas tanah yang dimiliki). Sarana
sistem pembuangan setempat dapat dibagi 2 (dua) yaitu sistem individual seperti
tangki septic, cubluk dan sistem komunal seperti MCK. Prinsip operasi septic tank
dilengkapi sarana pengolahan efluen berupa bidang resapan atau sumur resapan.
Kecepatan daya resap tanah > 0,0146 cm/menit dan < 1,25 cm/menit. Septic tank
dengan peresapan merupakan jenis fasilitas pengolahan air buangan rumah tangga
yang paling banyak digunakan di Indonesia.
Kecamatan Lima puluh memiliki jumlah penduduk dengan 41.437 jiwa
kepadatan penduduk 10.257 jiwa/ Km2.Padatnya jumlah penduduk yang
mengakibatkan tingginya jumlah air limbah yang dihasilkan membuat sistem
penyaluran belum terintegrasi dengan baik dan menjadi suatu permasalahan bagi
masyarakat di Kecamatan Lima Puluh (Kecamatan Lima Puluh Dalam
Angka,2017).
Apabila penanganan dan pengelolaan air limbah ini tidak dikelola dengan
tepat, maka air limbah ini akan mendatangkan efek yang sangat buruk bagi
makhluk hidup dan lingkungan. Untuk itu diperlukan sebuah unit Banguna
Pengolahan Ai Limbah yang merupakan suatu cara untuk mengelola air limbah
yang dihasilkan oleh berbagai sumber tersebut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
a) Bentuk bak
Bentuk bak yang dirancang tergantung kualitas air limbah yaitu :
Adanya padatan yang mudah mengendap
Diperlukan pengadukan
Diperlukan oksigenasi/suplay udara
b) Waktu tinggal
Waktu tinggal air limbah dalam bak akan menentukan dimensi bak yaitu :
Kualitas air limbah (apakah berbau)
Lahan yang tersedia
Kerusakan/perbaikan peralatan
Jumlah/debit air limbah per hari
Untuk mengetahui jumlah air yang harus ditampung
Luas Penampang :
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑏𝑎𝑘
𝐴= (2.1)
𝐾𝑒𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑘
2. Screw pump
Screw pump berfungsi untuk menaikkan air limbah dari sumur pengumpul
ke unit pengolahan selanjutnya. Pertimbangan penggunaan screw pump:
a. Mampu memompa cairan dengan kapasitas yang berfluktuasi berdasarkan
tinggi muka air pada inletnya. Dengan demikian tidak diperlukan sistem
pemompaan secara berangkai seperti halnya penggunaan pompa sentrifugal,
untuk mengatasi fluktuasi debit.
b. Mampu mengangkat cairan sampai ketinggian 9 meter.
c. Menghitung power pompa digunakan persamaan 2.1 sebagai berikut :
.Q.H
P= (2.2)
3. Saluran pembawa
Saluran pembawa berfungsi menyalurkan air limbah dari screw pump ke bar
screen dan untuk menyalurkan air limbah dari satu unit pengolahan ke unit
pengolahan selanjutnya. Diharapkan selama penyaluran tidak terjadi pengendapan
serta penggerusan terhadap saluran dan tidak dibutuhkan waktu lama ( 18 jam)
agar tidak terjadi pembusukan. Kecepatan pengaliran air limbah di dalam saluran
adalah (0,5-2) m/dt. Dalam mendesain saluran pembawa digunakan persamaan 2.2
dan 2.3 berikut:
Q=Axv (2.3)
2 1
v 1 R 3S 2 (2.4)
n
Dimana :
Q = Debit (m3/dt)
A = Luas saluran pembawa (m2)
V = Kecepatan aliran pada saluran terisi penuh (m/dt)
R = Jari – jari hidrolis pada saat pipa penuh (D/4) (m)
D = Diameter saluran (m)
S = Slope saluran (m/m)
4. Screening
Screening berfungsi untuk menahan padatan yang terbawa aliran air limbah,
seperti kayu, plastik, lemak yang menggumpal dalam bentuk busa, dan lain-lain.
Maksud penyisihan adalah agar benda-benda tersebut tidak mengganggu
pengoperasian unit-unit pengolahan berikutnya. Jenis screening adalah bar
screen (6 – 150 mm), fine screen (< 6mm) dan microscreen (< 0,5 μm).
a. Bar racks
Saringan tipe ini berupa gabungan dari batang–batang yang tersusun secara
paralel dengan bukaan bersih 15 mm (5/8). Headloss melalui bar racks dapat
ditentukan dengan persamaan 2.5 (Qasim, 1985):
2 2
h l 1 V v (2.5)
0,7 2g
Dimana:
hl = Headloss (m)
0,7 = Koefisien empiris untuk menghitung turbulensi
V = Kecepatan yang melalui bukaan bar (m/s)
V = Kecepatan sebelum melalui bar (m/s)
G = Percepatan gravitasi (m/s2)
b. Screen
Merupakan saringan yang terdiri dari plat berlubang/jaring–jaring kawat
dengan bukaan bersih 15 mm (5/8“). Screen berguna untuk menyaring hasil
pemisahan bar racks seperti di dapat pada Gambar 2.11. Headloss dihitung
berdasarkan persamaan 2.6 (Qasim, 1985):
2
h l 1 Q (2.6)
(2g) CA
Dimana :
hl = Headloss (m)
C = Koefisien pengaliran
Q = Debit aliran yang melalui screen (m3/dt)
A = Area efektif dari saringan yang terendam (m2)
Berikut adalah kriteria desain untuk grit chamber pada Tabel 2.2
Dalam perencanaan bak equalisasi terdapat beberapa kriteria desain yang perlu
dipenuhi. Adapun kriteria desain yang perlu dipenuhi adalah :
pola aliran air di dalam bak pengendapan yang akan mempengaruhi kebutuhan
desain komponen inlet dalam pengaturan distribusi aliran air limbah domestik.
Beberapa komponen inlet yang harus diperhatikan agar distribusi aliran air limbah
domestik dapat berjalan dengan baik yakni adanya bak perata dengan sistem
distribusi sesuai dengan lebar bangunan bak pengendap dan sekat (baffle). Konsep
pengendapan dalam bak pengendap dapat dilihat dari Gambar 2.4
Gambar 2.11 Karateristik Distribusi Air Limbah Pada Inlet Bak Sedimentasi
Pertama
Gambar 2.12 Hubungan Efisiensi BOD dan TSS terhadap Overflow Rate dan
Waktu Detensi
Sumber : Qasim,1994
Untuk lebih mengetahui berbagai jenis tipe pengendapan yang ada dalam
proses sedimentasi dapat dilihat pada Gambar 2.11 dan Tabel 2.12
Debit Lumpur
pengolahan tahap kedua dapat diilustrasikan pada skematik Gambar 2.8 berikut
ini.
1. Proses anaerobik
Proses anaerobik berguna dalam proses stabilisasi dan penyingkiran BOD
carbonaceous.
a. Pertumbuhan tersuspensi (suspended-growth)
Anaerobic digestion.
Proses kontak anaerobic.
Upflow Anaerobic.
b. Pertumbuhan mengikat (attached-growth)
Proses anaerobic filter
2. Gabungan aerobic, anoxic dan anaerobic, berguna dalam nitirfikasi,
denitrifikasi, penyingkiran pospor dan BOD carbonaceous.
a. Pertumbuhan tersuspensi (suspended-growth).
b. Proses tunggal dan bertingkat.
3. Kolam proses (pond processes), berguna untuk proses nitrifikasi dan
penyingkiran BOD carbonaceous.
a. Kolam anaerobik
Kolam Anaerobik merupakan salah satu teknologi pengolahan yang
memanfaatkan peran mikroorganisme anaerob untuk mendegradasi materi
organik karbon yang terkandung di dalam air limbah domestik. Kolam
anaerobik dapat dirancang tunggal atau seri bersama dengan kolam lainnya,
diantaranya fakultatif dan/atau maturasi. Skenario metode pengolahan
dengan melibatkan kolam anaerobik, kolam fakultatif, dan kolam maturasi
secara seri disebut juga sebagai kolam stabilisasi. Masing-masing kolam
tersebut memiliki fungsi yang berbeda-beda. Variasi skenario pengolahan
dengan menggunakan kolam anaerobik dapat dilihat pada Gambar 4-3.
Metode pengolahan air limbah domestik dengan menggunakan Kolam
Anaerobik dapat memiliki efisiensi yang sangat baik
(Mara, 2003). Desain yang tepat, sesuai dengan kriteria desain dan
lingkungan yang tepat, dapat menyisihkan BOD hingga >60% pada
temperatur 20o C. Pada kondisi konsentrasi BOD kurang dari 300 mg/L,
waktu tinggal kolam anaerobik relatif singkat, yakni 1 hari pada temperatur
20o C (Mara, 2003). Untuk daerah tropis seperti Indonesia, sistem kolam
anaerobik cukup efektif dan efisien untuk dapat bekerja dengan baik karena
tidak terganggu dengan perubahan temperatur yang signifikan seperti yang
terjadi pada daerah subtropis. Selain itu, posisi Indonesia yang berada di
daerah tropis juga memberikan kesempatan kepada sistem kolam maturasi
untuk bekerja dengan baik karena penyinaran matahari yang lebih lama jika
dibandingkan dengan daerah subtropis. Pada kolam anaerobik, pengendapan
padatan terjadi, terakumulasi, dan terdegradasi (digesting) di dasar kolam.
Akumulasi lumpur tersebut memerlukan penyedotan secara regular.
Menurun Mara (2003), penyedotan endapan lumpur pada kolam anaerobik
dapat dilakukan setiap 1 hingga 3 tahun. Pembentukan scum juga berpotensi
terjadi sehingga dapat membuat lapisan di atas permukaan kolam yang turut
membantu menjaga kondisi anaerob di dalam kolam. Kolam anaerobik pada
umumnya memiliki bangunan yang relatif sederhana. Tidak memerlukan
fasilitas pendukung khusus seperti yang umum diperlukan oleh metode
pengolahan aerob. Hal penting yang perlu diperhatikan oleh perencana
yakni metode pengurasan endapan lumpur di kolam anaerob. Pengurasan
lumpur dapat dilakukan dengan menggunakan pompa atau penggalian
dengan alat berat. Penggunaan alat berat memungkinkan untuk dilakukan
dengan mempertimbangkan area yang relatif luas. Adapun kriteria desain
dalam perencanaan Kolam Anaerobik dapat dilihat pada Tabel 2.6 hingga
Tabel 2.8
Tabel 2.7 Nilai Volumentrik Beban BOD dan Persentase Penyisihan BOD
di Kolam Anaerobik pada Berbagai Temperatur
Tabel 2.8 Hubungan Waktu Detensi, Volumentrik Beban BOD, dan Persen
Penyisihan BOD
Waktu Beban Penyisihan
No Detensi Volumetrik BOD Sumber
( Hari) (g/m3/hari) (%)
1 0,8 306 76
2 1,0 215 76
3 1,9 129 80
Mara,2013
4 2,0 116 75
5 4,0 72 68
6 6,0 35 74
Penghitungan kolam anaerobik dilakukan secara bertahap untuk seluruh
komponen bangunan pada unit pengolahan tersebut. Adapun pada tahapan
penghitungan yang harus dilakukan sebagai berikut. A. Hitung Luas dan
Volume Kolam Kolam Anaerobik pada umumnya memiliki geometri
berbentuk rectangular, walaupun dapat pula disesuaikan dengan kondisi area
perencanaan setempat. Bentuk rectangular direncanakan dengan memiliki
rasio panjang dan lebar seperti pada kriteria desain, lihat Tabel 5.1 dan
Gambar 5.2. Kebutuhan volume kolam anaerobik dapat ditentukan dengan
menggunakan persamaan berikut ini:
(2.16)
(2.17)
atau
(2.18)
(2.19)
di mana:
Va = volume kolam (m3 )
L = panjang kolam pada permukaan air atau Top Water Level/TWL (m)
W = lebar kolam pada permukaan/TWL (m)
s = faktor kemiringan horizontal (contoh: kemiringan 1 dalam s)
D = kedalaman air kolam, belum termasuk free board (m)
Dengan mensubtitusi L sebagai nW (nilai n berdasarkan rasio n
hingga 1) maka persamaan Va dapat diselesaikan untuk mendapatkan nilai
W yang selanjutnya dapat secara langsung untuk menentukan nilai L.
Kolam maturasi.
b. Kolam fakultatif.
Setelah melewati kolam anaerobik, air limbah masuk ke proses
fakultatif yang merupakan kolam dengan kedalaman 1-2.5 meter. Pada
kolam ini kedalaman air terbagi menjadi tiga zona, yaitu zona aerobik di
bagian atas, zona fakultatif di bagian tengah dan zona anaerobik dibagian
atas dasar kolam. Alga yang menempati bagian atas akan melakukan
fotosintesis pada siang hari, pada lapisan kedua jumlah oksigen relatif
lebih sedikit dan pada lapisan di dasar kolam terjadi proses anaerobik
atau tanpa adanya oksigen. Pada Proses fakultatif terjadi upaya
penurunan bahan organik secara anaerob dan aerob , pada proses
fakultatif terjadi proses reduksi BOD sampai 80 %, peningkatan kadar
Oksigen( Dari Reaerasi dan Proses Fotosintesa), serta penurunan
Bakteri Pathogen.
c. Kolam Maturasi
Proses terakhir adalah maturasi merupakan proses pematangan air
buangan sebagai penyempurnaan dari kualitas efluen akhir sesuai dengan
standar baku mutu yang berlaku sebelum dibuang ke badan air atau
sungai
Adsorpsi
Pengolahan
secara kimia Dialisis
Perpindahan oksigen
Ozonisasi
Khlorin dioksida
Penghilangan amonia
kimia untuk mendegradasi air limbah pestisida dalam air limbah dan air limbah
senyawa organik meskipun limbah pestisida merupakan residu yang permanen.
Residu pestisida organofosfor sangat sensitif terhadap ozonisasi misalnya
parathion, malathion, fosalon, dimefox, dan lain-lain. Tujuan ozonisasi adalah
mengeliminasi bakteri patogen dalam air maupun air limbah.
7. Khlorin dioksida
Metode penambahan khlorin ke air limbah untuk mengoksidasi senyawa
ammonia menjadi gas nitrogen dipengaruhi oleh: waktu kontak reaksi, suhu
reaksi, dan nilai pH reaksi. Kerugian dengan melakukan metode ini adalah:
a. Diperlukan sistem pengendalian nilai pH.
b. Diperlukan biaya operasi mahal karena jumlah larutan NaOH dan khlorin
cukup besar dan mahal serta merupakan bahan berbahaya dan beracun (B3).
c. Diperlukan dekhlorinasi.
d. Adanya senyawa karsinogen hidrokarbon terkhlorinasi.
e. Sangat peka terhadap perubahan suhu untuk menghilangkan senyawa
ammonia-nitrogen sampai konsentrasi 0,10 mg/L.
8. Penghilangan ammonia
Ammonia dihasilkan oleh dekomposisi senyawa organik terdapat dalam air
limbah yang harus dihilangkan sebab ammonia bersifat toksik atau beracun
terhadap kehidupan ikan air tawar jika konsentrasi ammonia dalam air lebih dari 3
mg/L dan senyawa ammonia akan dioksidasi oleh mikroba menjadi nitrat dengan
menggunakan oksigen.
1. Pengentalan (thickening)
Pengentalan ini bertujuan untuk : meningkatkan kandungan material padat
pada lumpur dengan menghilangkan persentase air dalam lumpur, mengurangi
volume tangki digester, mengurangi pemakaian bahan kimia.
Proses pengentalan yang biasa digunakan adalah : Pengentalan dengan
gravitasi (gravity thickening). Proses ini sangat efektif untuk lumpur primer.
Dimana aliran supernatan yang dihasilkan dikembalikan ke dalam tangki
pengumpul primer. Lumpur yang telah dikentalkan dan terkumpul di dasar tangki
dipompa ke unit pengolahan lumpur selanjutnya.
2. Penstabilan (stabilitation)
Penstabilan lumpur bertujuan untuk : mengurangi materi patogen,
mengeliminasi material berbau, mencegah, mengurangi atau mengeliminasi
material yang potensial untuk mengalami pembusukan. Keberhasilan dalam
pelaksanaan sistem ini berhubungan dengan operasi penstabilan volatile atau
fraksi organik lumpur.
Teknologi untuk penstabilan lumpur adalah:
a. Stabilisasi kapur (lime stabilitation)
Pada proses ini kapur ditambahkan pada lumpur dalam kuantitas tertentu
untuk meningkatkan pH sebesar 12 atau lebih. pH yang tinggi akan menciptakan
suatu kondisi dimana mikroorganisme tak dapat bertahan hidup. Zat yang biasa
digunakan dalam stabilisasi kapur : Ca(OH)2, hidrat kapur, CaO dan lain-lain.
b. Pengolahan dengan panas (heat treatment)
Pada proses ini lumpur dipanaskan sampai suhu diatas 500oF (260oC) dan
tekanan diatas 2760 kN/m2 dengan jangka waktu yang pendek (30 menit).
Pengolahan dengan panas mengkondisikan lumpur dengan pengolahan tanpa
menggunakan zat kimia.
c. Penghancuran secara aerobik (aerobic digestion)
1. Kota Medan
Yamin yang merupakan bak penampung yang lebih besar dengan kedalaman
9 m. disini juga tersedia beberapa pompa untuk memompa agar air limbah
naik ke atas permukaan. Selanjutnya dialirkan ke pengolahan di Cemara
untuk diolah menjadi air limbah memenuhi standar, yang walaupun di buang
ke sungai tidak mencemari lingkungan.
4. Peralatan Pemeliharaan
Salah satu usaha untuk menanggulangi penyumbatan pada pipa adalah
dengan menggunakan kendaraan pembersih keliling yang disebut mobil
flushing. Mobil ini dilengkapi dengan tangki air, alat penyemprotan dengan
kekuatan cukup tinggi sampai 2000 psi. Air semprotan ini disalurkan dengan
selang yang cukup panjang, yang diujungnya dipasang nozzle dengan
berbagai ukuran sesuai dengan bahan yang menyumbat saluran. Nozzle ini
mempunyai lubang air yang menghadap ke depan dan ke samping. Apabila
air disemprotkan maka nozzle akan terdorong kedepan dan selang akan
bergerak maju sambil menyemprotkan air keluar. Pancaran air kesamping
akan membersihkan saluran, sedangkan pancaran kedepan akan
menghancurkan sumbatan yang berada di depanny
2. Screw Pumps
Berfungsi untuk memompakan air limbah dari inlet pada elevasi +8,87
sampai pada ketinggian +16,59 yang cukup untuk dapat mengalirkan air
limbah secara gravitasi ke unit instalasi pengolahan air limbah selanjutnya.
Pompa yang digunakan adalah jenis Ardrimedia Screw. Tipe pompa ini
merupakan jenis yang tepat digunakan untuk mengangkat air terutama bila air
limbah mengandung partikel atau benda yang keras dan besar. Pada kondisi
saat ini (tahap 1) dibutuhkan 2 (dua) unit pompa dengan kapasitas masing-
masing 1.310m3 /jam, 1 (satu) pompa untuk kondisi normal dan 1 (satu) unit
lagi untuk kapasitas maksimum. Unit ini dilengkapi pula dengan pipa by pass
ke Sungai Kera (overflow).
5. Screen Screen (saringan)
berfungsi untuk menyisihkan benda-benda yang terbawa dalam aliran.
Dengan demikian tidak mengganggu aliran dan dapat melindungi instalasi
pengolahan dari kemungkinan penyumbatan atau rusaknya peralatan pada
unit-unit selanjutnya. Screen terdiri dari 2 (dua) jenis yaitu : a. Screen kasar
dengan jarak antara kisi adalah 50 mm, bekerja secara normal. b. Screen halus
dengan jarak antara kisi adalah 6 mm, bekerja secara otomatis. Kotoran yang
terkumpul pada screen dibuang ke dalam kontainer yang selanjutnya diangkut
ke tempat pembuangan akhir.
6. Grit Chamber
Fungsi unit ini untuk memisahkan kerikil dan pasir yang terbawa dalam
aliran untuk mencegah penyumbatan dan terbentuknya endapan pasir dalam
reaktor UASB. Pemisahan pasir ini dilaksanakan secara mekanikal dan
dilengkapi dengan alat untuk membuang pasir ke luar reaktor.
7. Splitter Box
Splitter Box adalah tangki pembagi aliran yang berfungsi untuk
mendistribusikan aliran ke unit pengolahan utama (reaktor UASB). Tangki
pembagi aliran ini mempunyai 6 (enam) outlet yang masing-masing memiliki
kapasitas 450m3 /jam.
8. UASB Reactor
UASB merupakan singkatan dari Up Flow Anaerobic Sludge Blanket,
yang sering juga dikenal dengan istilah Pengolahan Air Limbah menggunakan
selimut lumpur Anaerobic Sistem Aliran ke atas Sesuai dengan namanya, air
buangan yang masuk dialirkan ke atas dan akan mengalami kontak dengan
mikroorganisme yang terdapat pada selimut lumpur. Pada selimut lumpur ini
terjadi proses pengolahan air buangan tersebut. Saat ini terdapat 1 (satu) unit
reaktor UASB dengan volume masing-masing 3.040 m3 (19,2 m x 9,02 m x
4,06 m). Dengan waktu detensi rata-rata 7 (tujuh) jam, diharapkan efisiensi
pemisahan BOD pada proses ini adalah 79% (tujuh puluh sembilan persen).
Dalam proses ini juga akan dihasilkan gas methane yang dapat dimanfaatkan
sebagai tenaga listrik
BAB III
GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI
1 2008 39485
2 2009 39637
3 2010 39954
4 2011 40668
5 2012 41983
6 2013 42015
7 2014 42328
8 2015 42701
9 2016 43337
10 2017 45142
Sumber: Kecamatan Lima Puluh dalam angka,2017
Sedangkan untuk mata pencaharian penduduk Kecamatan Lima Puluh dapat
dilihat pada Tabel 3.2.
3.4 Sosial
Data sosial pada bab ini menguraikan sebagian dari fasilitas sosial yang ada
di Kecamatan Lima Puluh. Adapun fasilitas sosial yang ada di Kecamatan Lima
Puluh terdiri atas sarana pendidikan, sarana kesehatan, sarana peribadatan, sarana
perdagangan, sarana perkantoran, dan lainnya
Pendidikan merupakan sarana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, oleh
sebab itu berhasil tidaknya pembangunan banyak dipengaruhi oleh tingkat
pendidikan penduduknya. Sekolah yang ada di Kecamatan Lima Puluh cukup
lengkap pada setiap jenjang pendidikan, baik negeri maupun swasta. Fasilitas
pendidikan pada Kecamatan Lima Puluh dapat dilihat pada Tabel 3.3 berikut ini.
Tabel 3.3 Jumlah Sarana Pendidikan di Kecamatan Lima Puluh Tahun 2017
No Jenis Fasilitas Jumlah (unit)
1 TK 18
2 SD/sederajat 22
3 SMP/sederajat 10
4 SMA 4
5 SMK 1
Sumber: Kecamatan Lima Puluh dalam angka, 2017
Tabel 3.4 Jumlah Sarana Kesehatan di Kecamatan Lima Puluh Tahun 2017
1 Rumah Sakit 1
2. Rumah Sakit Bersalin 3
3 Puskesmas 4
4 Poliklinik 4
5 Praktek Dokter 12
Sumber: Kecamatan Lima Puluh dalam angka, 2017
Tabel 3.5 Jumlah Rumah Ibadah di Kecamatan Lima Puluh Tahun 2017
1 Mesjid 24
2 Mushalla 16
3 Gereja 9
4 Vihara 4
Sumber: Kecamatan Lima Puluh dalam angka, 2017
Tabel 3.6 Jumlah Sarana Perdagangan di Kecamatan Lima Puluh Tahun 2017
1 Pasar 1
2 Toko -
Sumber: Kecamatan Lima Puluh dalam angka, 2017
Tabel 3.7 Jumlah Sarana Perbankan di Kecamatan Lima Puluh Tahun 2017
1 Bank 11
Tabel 3.8 Jumlah Sarana komunikasi di Kecamatan Lima Puluh Tahun 2017
1 Kantor Pos 11
Sumber: Kecamatan Lima Puluh dalam angka, 2017
1 Hotel 12
2 Kolam renang 1
3.5 Pertanian
Kecamatan Lima Puluh merupakan kecamatan yang tidak berpontesi
terhadapa pertanian, namun pada kecamatan ini terdapat beberapa keluarga yang
memiliki ternak sapi,kerbau,dan kambing. Ada juga rumah tangga perikanan dan
unggas. Karena sebagian wilayah kecamatan Lima Puluh berada dibantaran
sungai Untuk bidang sosial lainnya seperti usaha kesejahteraan sosial
dilaksanakan oleh pemerintah bersama dengan masyarakat untuk mewujudkan
tata kehidupan dan penghidupan sosial material dan spiritual
Tabel 3.10 Populasi Ternak Menurut Jenis Ternak di Kecamatan Rumbai Tahun
2017
No Jenis Ternak Jumlah Ternak (Ekor)
1 Sapi 38
2 Kerbau 14
3 Kambing 398
4 Babi -
Sumber: Kecamatan Lima Puluh dalam angka, 2017
Tabel 3.11 Populasi Unggas Menurut Jenis Ternak di Kecamatan Lima Puluh
Tahun 2017
3 Itik 314
Sumber: Kecamatan Lima Puluh dalam angka, 2017
3.6 Industri
Industri sedang merupakan industri yang mempunyai tenaga kerja 20
sampai dengan 90 orang, sedangkan industry besa yang mempunyai tenaga kerja
100 orang atau lebih. Industri kecil adalah perusahaan dengan tenaga kerja 5
sampai 19 orang.
Tabel 3.12 Banyak Industri Kecil, Unit Usaha, Tenaga Kerja dan Investasi di
Kecamatan Lima Puluh, 2017
No Uraian Jumlah
1 Unit Usaha 3
2 Tenaga Kerja 16
3 Investasi 36 ,000 ,000
Sumber: Kecamatan Lima Puluh dalam angka, 2017
3.7 Geologi
Pada umumnya struktur geologi Kota Pekanbaru yang dikelilingi oleh
alluvium muda sepanjang aliran sungai Siak dan alluvium tua yang berawa rawa.
Tanah di Kota Pekanbaru terdiri dari jenis tanah alluvial yang berasal dari
endapan tanah liat dan asosiasi alluvial dengan pasir. Pada daerah yang tinggi
sebagian besarnya tanahnya berjenis podzolik merah kuning sedangkan didaerah
yang lebih rendah berawa dan gambut berjenis tanah organosol / glei humus.
Keadaan tanah di Kota Pekanbaru memiliki sifat sedikit menahan / kedap air yang
menyebabkan peresapan air berjalan lambat. Untuk keadaan tanah di Kota
Pekanbaru sendiri memiliki daya pikul tanah antara 0,7 kg/cm2 – 1 kg/cm2,
sedangkan ada beberapa yang berdekatan dengan anak sungai memiliki daya pikul
tanah antara 0,4 kg/cm2 – 0,6 kg/cm2.