Anda di halaman 1dari 47

TUGAS BESAR PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR LIMBAH

KECAMATAN LIMA PULUH


2019

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Air limbah merupakan sisa dari suatu hasil dan/atau kegiatan yang berwujud
cair (PP No 82 Tahun 2001). Limbah cair merupakan salah satu bentuk limbah
yang umumnya dihasilkan oleh industri yang dalam prosesnya banyak
menggunakan air. Limbah cair yang dihasilkan dapat sebagai sumber pencemar
lingkungan tergantung jumlah, jenis dan kualitas dari bahan pencemaran yang
dikandungnya, baik yang bersifat fisik, kimia maupun biologi serta kualitas dan
kuantitas lingkungan sebagai penerima (Ginting, 1995).
Indonesia adalah negara berkembang yang memiliki jumlah penduduk
237.641.326 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk 1,49 persen/tahun (BPS,
2010). Meningkatnya jumlah penduduk akan meningkatkan air limbah yang
dihasilkan baik dari sektor rumah tangga maupun industri. Indonesia
menghasilkan air limbah perkotaan sebanyak 115 juta liter per hari (MLD), dan
hanya sekitar 1 persen yang dikumpulkan dan diolah secara memadai. Lebih dari
60 persen penduduk perkotaan menggunakan toilet yang disiram dengan air dan
dialirkan ke tangki septik, namun lumpur tinja dari tangki septik yang diolah
hanya sebanyak 4 persen, meskipun saat ini telah ada hampir 150 instalasi
pengolahan lumpur tinja (IPLT) yang dibangun dalam 20 tahun terakhir (Kajian
Sanitasi Perkotaan Asia Timur Pasifik, 2013).
Hampir setengah dari 245 juta penduduk Indonesia tinggal di daerah
perkotaan dan kebutuhan akan layanan pengelolaan air limbah yang aman
bertumbuh dengan cepat. Mayoritas rumah tangga dan fasilitas bisnis di daerah
perkotaan di Indonesia menggunakan tangki septik untuk pemlimbah air
limbahnya dan umumnya menggunakan water-flush toilet. Walaupun akses
terhadap sanitasi yang layak di daerah perkotaan Indonesia telah mencapai sekitar
73 persen pada tahun 2010, hal ini hanya berdasarkan pada ketersediaan akses
sanitasi dasar seperti yang didefinisikan oleh World Health Organization (WHO)
Joint Monitoring Program (JPM) dan belum menjamin tersedianya sistem
pengumpulan dan pemlimbah air limbah dan lumpur tinja yang aman. Hanya
sekitar 1% air limbah dan 4% lumpur tinja yang dikumpulkan dan diolah secara
aman (Kajian Sanitasi Perkotaan Asia Timur Pasifik, 2013).
Perencanaan wilayah pemukiman di Kota Pekanbaru memiliki kondisi
pengolahan air limbah di kota Pekanbaru belum terintegrasi dengan baik. Hal ini
disebabkan karena belum adanya fasilitas pengolahan air limbah terpusat(off site),
semuanya masih bersifat (on site). Sistem pembuangan setempat adalah fasilitas

RAMIDA ELISA KRISTIANI SIMANJUNTAK (1507123578) 1


TUGAS BESAR PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR LIMBAH
KECAMATAN LIMA PULUH
2019

sanitasi yang berada di dalam daerah persil (batas tanah yang dimiliki). Sarana
sistem pembuangan setempat dapat dibagi 2 (dua) yaitu sistem individual seperti
tangki septic, cubluk dan sistem komunal seperti MCK. Prinsip operasi septic tank
dilengkapi sarana pengolahan efluen berupa bidang resapan atau sumur resapan.
Kecepatan daya resap tanah > 0,0146 cm/menit dan < 1,25 cm/menit. Septic tank
dengan peresapan merupakan jenis fasilitas pengolahan air buangan rumah tangga
yang paling banyak digunakan di Indonesia.
Kecamatan Lima puluh memiliki jumlah penduduk dengan 41.437 jiwa
kepadatan penduduk 10.257 jiwa/ Km2.Padatnya jumlah penduduk yang
mengakibatkan tingginya jumlah air limbah yang dihasilkan membuat sistem
penyaluran belum terintegrasi dengan baik dan menjadi suatu permasalahan bagi
masyarakat di Kecamatan Lima Puluh (Kecamatan Lima Puluh Dalam
Angka,2017).
Apabila penanganan dan pengelolaan air limbah ini tidak dikelola dengan
tepat, maka air limbah ini akan mendatangkan efek yang sangat buruk bagi
makhluk hidup dan lingkungan. Untuk itu diperlukan sebuah unit Banguna
Pengolahan Ai Limbah yang merupakan suatu cara untuk mengelola air limbah
yang dihasilkan oleh berbagai sumber tersebut.

1.2 Maksud dan Tujuan.


Maksud dari pembuatan tugas besar ini adalah sebagai syarat lulus dari mata
kuliah Perencanaan Bangunan Pengolahan Air limbah di Jurusan Teknik
Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Riau. Sedangkan tujuan dari pembuatan
laporan tugas besar ini adalah untuk lebih memahami dan mengaplikasikan mata
kuliah Perencanaan Bangunan Pengolahan Air limbah dalam merancang
bangunan pengolahan air limbah yang sesuai dengan ketentuan dan kriteria yang
berlaku.

1.3 Ruang Lingkup


Ruang lingkup dari perencanaan sistem penyaluran air limbah domestik ini
adalah membuat perencanaan sistem penyaluran air limbah domestik lengkap
untuk Kecamatan Lima Puluh dengan periode perencanaan 20 tahun, antara lain
mencakup:
1. Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Limbah ini dilaksanakan di
Kecamatan Lima Puluh, Kota Pekanbaru
2. Analisa data-data yang berhubungan dengan kondisi wilayah perencanaan,
aspek fisik kota, penduduk dan tenaga kerja, sosial, pertanian, industri,
geologi, tata guna lahan, dan perhubungan;

RAMIDA ELISA KRISTIANI SIMANJUNTAK (1507123578) 2


TUGAS BESAR PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR LIMBAH
KECAMATAN LIMA PULUH
2019

3. Penentuan dan perencanaan unit pengolahan pendahuluan (pre treatment),


unit pengolahan biologis, unit pengolahan BP II, unit pengolahan kimia,
dan unit pengolahan lumpur.
4. Pemilihan alternatif pengolahan untuk pengolahan air limbah;
5. Lay out bangunan pengolahan air limbah;
6. Profil hidrolis unit-unit pengolahan air limbah yang akan direncanakan;
7. Perhitungan dimensi perencanaan bangunan pengolahan air limbah dan
sistem penyaluran air limbah.

RAMIDA ELISA KRISTIANI SIMANJUNTAK (1507123578) 3


TUGAS BESAR PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR LIMBAH
KECAMATAN LIMA PULUH
2019

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bangunan Pengolahan Pertama (Pretreatment)


Tujuan dari pengolahan tingkat pendahuluan adalah:
1. Menyisihkan konstituen-konstituen yang dapat menimbulkan masalah
operasional dan pemeliharaan proses.
2. Menyisihkan dan menghaluskan benda-benda kasar serta eliminasi pasir-
pasir kasar dan lain-lain. Skematik tahapan pengolahan pertama dapat
dilihat dari Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Tahapan Proses Pengolahan Pertama

Beberapa unit yang bisa digunakan pada pengolahan awal adalah:


1. Sump well(Sumur Pengumpul)
Sump well berfungsi untuk menampung air limbah dari saluran industri
sebelum pemompaan. Perencanaan sumur pengumpul bergantung pada sistem
pemompaan yang berkaitan dengan adanya fluktuasi air limbah dan waktu detensi
atau lamanya air limbah berada pada sumur tersebut. Hal-hal yang perlu
diperhatikan :

RAMIDA ELISA KRISTIANI SIMANJUNTAK (1507123578) 4


TUGAS BESAR PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR LIMBAH
KECAMATAN LIMA PULUH
2019

a) Bentuk bak
Bentuk bak yang dirancang tergantung kualitas air limbah yaitu :
 Adanya padatan yang mudah mengendap
 Diperlukan pengadukan
 Diperlukan oksigenasi/suplay udara
b) Waktu tinggal
Waktu tinggal air limbah dalam bak akan menentukan dimensi bak yaitu :
 Kualitas air limbah (apakah berbau)
 Lahan yang tersedia
 Kerusakan/perbaikan peralatan
 Jumlah/debit air limbah per hari
 Untuk mengetahui jumlah air yang harus ditampung
 Luas Penampang :
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑏𝑎𝑘
𝐴= (2.1)
𝐾𝑒𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑘

 Volume bak Penampung : Waktu tinggal x Jumlah Air

Penggunaan sumur pengumpul berfungsi sebagai berikut:


a. Menampung air buangan dari sumber yang kedalamannya dibawah
permukaan dari instalasi pengolahan air buangan sebelum air buangan
tersebut dipompakan ke atas.
b. Menstabilkan atau mengkonstankan variasi debit dan konsentrasi air
buangan.
c. Meningkatkan kinerja pada proses selanjutnya

Gambar 2.2 Sump Well

RAMIDA ELISA KRISTIANI SIMANJUNTAK (1507123578) 5


TUGAS BESAR PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR LIMBAH
KECAMATAN LIMA PULUH
2019

2. Screw pump
Screw pump berfungsi untuk menaikkan air limbah dari sumur pengumpul
ke unit pengolahan selanjutnya. Pertimbangan penggunaan screw pump:
a. Mampu memompa cairan dengan kapasitas yang berfluktuasi berdasarkan
tinggi muka air pada inletnya. Dengan demikian tidak diperlukan sistem
pemompaan secara berangkai seperti halnya penggunaan pompa sentrifugal,
untuk mengatasi fluktuasi debit.
b. Mampu mengangkat cairan sampai ketinggian 9 meter.
c. Menghitung power pompa digunakan persamaan 2.1 sebagai berikut :
 .Q.H
P= (2.2)

Dimana : P = Power pompa (K. Nm/ dt)


δ = Berat spesifikasi air (KN / m3)
H = Head loss total
η = Efisiensi pompa (45 – 75%)
Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam pemilihan pompa dan penentuan
sistem dalam pompa adalah sebagai berikut :
a. Kandungan padatan dalam air buangan
b. Kandungan kimia dalam air buangan
c. Kondisi air buangan / suhu
d. Penentuan jumlah pompa
e. Daya yang harus disediakan pompa
f. Kondisi suction pompa itu sendiri

Gambar 2.3 Bak Pengumpul Inlet dengan Screw Pump

RAMIDA ELISA KRISTIANI SIMANJUNTAK (1507123578) 6


TUGAS BESAR PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR LIMBAH
KECAMATAN LIMA PULUH
2019

3. Saluran pembawa
Saluran pembawa berfungsi menyalurkan air limbah dari screw pump ke bar
screen dan untuk menyalurkan air limbah dari satu unit pengolahan ke unit
pengolahan selanjutnya. Diharapkan selama penyaluran tidak terjadi pengendapan
serta penggerusan terhadap saluran dan tidak dibutuhkan waktu lama ( 18 jam)
agar tidak terjadi pembusukan. Kecepatan pengaliran air limbah di dalam saluran
adalah (0,5-2) m/dt. Dalam mendesain saluran pembawa digunakan persamaan 2.2
dan 2.3 berikut:
Q=Axv (2.3)
2 1
v  1 R 3S 2 (2.4)
n
Dimana :
Q = Debit (m3/dt)
A = Luas saluran pembawa (m2)
V = Kecepatan aliran pada saluran terisi penuh (m/dt)
R = Jari – jari hidrolis pada saat pipa penuh (D/4) (m)
D = Diameter saluran (m)
S = Slope saluran (m/m)
4. Screening
Screening berfungsi untuk menahan padatan yang terbawa aliran air limbah,
seperti kayu, plastik, lemak yang menggumpal dalam bentuk busa, dan lain-lain.
Maksud penyisihan adalah agar benda-benda tersebut tidak mengganggu
pengoperasian unit-unit pengolahan berikutnya. Jenis screening adalah bar
screen (6 – 150 mm), fine screen (< 6mm) dan microscreen (< 0,5 μm).
a. Bar racks
Saringan tipe ini berupa gabungan dari batang–batang yang tersusun secara
paralel dengan bukaan bersih  15 mm (5/8). Headloss melalui bar racks dapat
ditentukan dengan persamaan 2.5 (Qasim, 1985):
 2 2
h l  1  V  v  (2.5)
0,7  2g 
 

Dimana:
hl = Headloss (m)
0,7 = Koefisien empiris untuk menghitung turbulensi
V = Kecepatan yang melalui bukaan bar (m/s)
V = Kecepatan sebelum melalui bar (m/s)
G = Percepatan gravitasi (m/s2)

RAMIDA ELISA KRISTIANI SIMANJUNTAK (1507123578) 7


TUGAS BESAR PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR LIMBAH
KECAMATAN LIMA PULUH
2019

b. Screen
Merupakan saringan yang terdiri dari plat berlubang/jaring–jaring kawat
dengan bukaan bersih 15 mm (5/8“). Screen berguna untuk menyaring hasil
pemisahan bar racks seperti di dapat pada Gambar 2.11. Headloss dihitung
berdasarkan persamaan 2.6 (Qasim, 1985):
 
2
h l  1  Q  (2.6)
(2g)  CA 
Dimana :
hl = Headloss (m)
C = Koefisien pengaliran
Q = Debit aliran yang melalui screen (m3/dt)
A = Area efektif dari saringan yang terendam (m2)

Tabel 2.1 Kriteria Desain Bar Screen


Parameter Manual Mekanis
Ukuran Batang
Lebar, mm 5 – 15 5 – 15
Dalam, mm 25 – 75 25 – 75
Jarak Bersih antar Batang 25 – 50 15 – 75
Kemiringan dari Atas 30 - 40 0 -340
Kecepatan yang Diharapkan, m/dt 0,3 – 0,6 0,6 – 1
Kehilangan Tekanan, mm 150 150
Kehilangan Tekanan Maksimum 800 800
Sumber: Metcalf & Eddy, 1991
5. Comminutor
Comminutor berfungsi untuk memotong-motong sisa-sisa materi, terutama
bahan organik yang masih terbawa aliran dan tidak tersaring oleh bar screen.
Setelah melalui comminutor, materi-materi tersebut diharapkan menjadi
berukuran seragam dan lebih kecil daripada ukuran sebelumnya sehingga
memudahkan pengolahan.
Mekanisme kerja comminutor adalah: aliran dilewatkan pada alat pemotong,
sehingga benda-benda yang terbawa aliran otomatis akan terpotong-potong
sehingga akan diperoleh material yang lebih kecil tidak membebani proses
pengolahan berikutnya.
Tipe-tipe comminutor berdasarkan prinsip kerjanya yaitu:
a. Vertical revolving drum screen (drum berputar)
b. Stationary Drum (pemotong yang berputar)

RAMIDA ELISA KRISTIANI SIMANJUNTAK (1507123578) 8


TUGAS BESAR PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR LIMBAH
KECAMATAN LIMA PULUH
2019

Berdasarkan headloss-nya comminutor dapat dibedakan atas:


a. Free discharge (Drumnya berputar dan pisaunya diam)
b. Non free discharge (Drumnya diam dan pisaunya yang berputar

Gambar 2.4 Communitor


6. Grit chamber
Grit chamber berfungsi memisahkan pasir, kerikil, biji-bijian, serta partikel
padat lainnya dan partikel-partikel yang bersifat abrasif. Grit chamber biasanya
ditempatkan setelah bar racks sebelum screen dan primary sedimentation tanks.
Hal ini untuk memudahkan pengoperasian dan perawatan. Tujuan penggunaan
grit chamber adalah:
a. Melindungi peralatan dari abrasi yang akan menyebabkan pipa tersumbat.
b. Untuk melindungi peralatan dari gesekan benda keras.
c. Mengurangi endapan pada saluran dan pipa.
d. Mengurangi frekuensi pembersihan digester.
Ada tiga tipe dari grit chamber, yaitu :
a. Horizontal flow, terdiri dari :
1) Rectangular horizontal-flow

Gambar 2.5 Rectangular horizontal-flow

RAMIDA ELISA KRISTIANI SIMANJUNTAK (1507123578) 9


TUGAS BESAR PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR LIMBAH
KECAMATAN LIMA PULUH
2019

Didesain untuk mempertahankan kecepatan mendekati 0,3 m/s sehingga


diperoleh waktu yang cukup bagi partikel pasir untuk mengendap ke dasar
saluran.
2) Square horizontal-flow
Didesain berdasarkan pada kecepatan limpahan yang bergantung pada
ukuran partikel dan temperatur.

Gambar 2.6 Square horizontal-flow


b. Aerated Grit chamber
Didesain untuk menyingkirkan partikel berukuran 0,2 mm atau lebih dengan
waktu detensi 2–5 menit pada debit aliran jam puncak.

Gambar 2..7 Aerated Grit chamber


c. Vortex-type Grit chambers
Didesain dengan menggunakan pusaran air dalam menyingkirkan pasir.
Akibat dari pusaran tersebut material yang mempunyai massa jenis besar
serta air akan berkumpul dan mengendap.

RAMIDA ELISA KRISTIANI SIMANJUNTAK (1507123578) 10


TUGAS BESAR PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR LIMBAH
KECAMATAN LIMA PULUH
2019

Gambar 2.8 Vortex-type Grit chambers

Berikut adalah kriteria desain untuk grit chamber pada Tabel 2.2

Tabel 2.2 Kriteria Desain Grit Chamber


Faktor Rencana Kriteria Keterangan
Jika diperlukan untuk menangkap pasir halus
Dimensi
2–5 (0,21 mm), gunakan waktu detensi (td) yang
Kedalaman (m)
7,5 – 20 lebih lama.
Panjang (m)
2,5 – 7 Lebar disesuaikan juga untuk peralatan
Lebar (m)
1:1 s/d 5:1 pengeruk pasir mekanik, kalau terlalu lebar
Rasio lebar/dalam
2,5:1 s/d dapat menggunakan buffle pemisah aliran
Rasio panjang/lebar
5:1 untuk mencegah aliran pendek.
Kecepatan Aliran
0,6 – 0,8 Di permukaan air
(m/detik)
Detention time
2 – 5 menit
pada aliran puncak
Pasokan udara
(liter/detik.m 5 – 12 Jika diperlukan untuk mengurangi bau
panjang tangki)

7. Tangki Aliran Rata-rata


Tangki aliran rata-rata berfungsi untuk membuat debit aliran dan
konsentrasi air limbah hampir ekivalen. Dengan demikian diharapkan fluktuasi
aliran dan konstituennya dapat teratasi.

RAMIDA ELISA KRISTIANI SIMANJUNTAK (1507123578) 11


TUGAS BESAR PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR LIMBAH
KECAMATAN LIMA PULUH
2019

Fluktuasi karakteristik limbah cair yang tinggi menyebabkan kerugian di


unit pengolahan berikutnya seperti :
a. Penggunaan bahan kimia yang tidak tepat
b. Pengoperasian alat mekanis yang berlebihan
c. Pembebanan yang berlebihan di suatu rentang waktu yang singkat (beban
kejutan atau shock loading).

Dua prinsip dasar penurunan fluktuasi karakteristik limbah cair, yaitu:


a. Bak Penyimpanan
Limbah cair dengan kuantitas berlebih (Qout rata–rata) yang masuk ke
dalam bak ditahan terlebih dahulu dalam bak, kemudian dilepaskan saat air
limbah yang masuk memiliki kuantitas yang rendah ( Qout rata– rata).
Fluktuasi debit limbah cair terlihat dari pergerakan tinggi muka air (TMA).
Jika TMA turun berarti aliran keluar lebih besar dari aliran masuk (Qout
Qin) dan sebaliknya.
b. Bak Equalisasi
Tipe bak Ekualisasi, yaitu (Metcalf & Eddy, 2004):
1) In-line Equalization
Pada tipe ini semua aliran air limbah hanya lewat melalui bak. Ukuran
partikel dan aliran air dapat di tekan jumlahnya.
2) Off-line Equalization
Hanya sebagian aliran yang masuk kedalam bak, biasanya bak ini di
gunakan pada saat first flush pada sistem kombinasi.
Pengadukan membuat karakteristik kualitatif limbah cair lebih
seragam/homogen. Pengadukan membutuhkan gaya mekanis yang dapat
memberikan turbulensi tinggi sehingga mampu menggerakkan berbagai senyawa
dalam limbah cair. Semakin tinggi turbulensi semakin cepat pula proses
penyeragaman karakteristik air limbah. Pengadukan dilakukan secara hidrolis dan
mekanik. Metoda hidrolis yang sering digunakan adalah penyemprotan dan
penghambatan aliran. Pencampuran mekanis dilakukan dengan bantuan alat
pengaduk (mixer), pompa sirkulasi dan aerator.
Volume unit ekualisasi ditentukan dengan menggunakan diagram aliran
massa, dengan memplotkan perubahan inflow dengan waktu (hari). Penempatan
unit ini biasanya sebelum primary treatment atau setelah primary treatment.
Penentuan dimensi TAR tergantung dari bentuk TAR yang direncanakan.
Terdapat beberapa komponen utama dan pendukung yang harus diperhatikan
dalam menentukan perencanaan bak equalisasi. Adapun komponen-komponen
tersebut adalah :
a. Rumah Pompa. Untuk mengatur debit air limbah domestik, maka penggunaan

RAMIDA ELISA KRISTIANI SIMANJUNTAK (1507123578) 12


TUGAS BESAR PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR LIMBAH
KECAMATAN LIMA PULUH
2019

pompa dapat diatur dengan debit sesuai penghitungan debit ekualisasi.


b. Mixer/Aerator. Komponen ini berfungsi untuk menyeragamkan air limbah
domestik, khususnya terkait kualitas, selama berada di dalam bak ekualisasi.
Hal ini dilakukan agar tidak terjadi pengendapan material padatan ke dasar bak
Keuntungan unit ekualisasi antara lain:
a. Mengatasi shock loading sehingga kinerja proses bologis tetap optimum dan
pH terjaga.
b. Effluen dan luas filter pada proses filtrasi dapat dikurangi, sehingga
kemampuan dari filter dapat ditingkatkan.

Dalam perencanaan bak equalisasi terdapat beberapa kriteria desain yang perlu
dipenuhi. Adapun kriteria desain yang perlu dipenuhi adalah :

Tabel 2.3 Kriteria Desain Bak Equalisasi

No Parameter Simbol Nilai Satuan Sumber


Kedalaman air
1 hmin 1,5-2 M
minimum
Tchobanoglous
2 Ambang bebas hfb 1 M
et al,2003
Laju pemompaan
3 Qudara 0,01-0,015 m3/m3-menit
Udara
Kemiringan dasar
4 S 40-100 mm/m diameter Qasim,1985
tangki

Kelebihan pengolahan tingkat awal:


a. Efisiensi pengolahan BOD tinggi Grit chamber biasanya ditempatkan
setelah bar racks sebelum screen dan primary sedimentation tanks.
b. Hal ini untuk memudahkan pengoperasian dan perawatan. Menggunakan
TAR yang berfungsi untuk menyeragamkan BOD, COD, dan debit (Q)
c. Menggunakan screw pump sehingga tidak memerlukan sistem pemompaan
secara berangkai.
Kekurangan pengolahan tingkat awal ini adalah investasi awal tinggi.
Pengolahan ini bertujuan untuk mengurangi konsentrasi zat padat tercampur
melalui pengendapan atau pengapungan. Contoh: Pengendapan pertama
(sedimentasi).
1. Netralisasi
Beberapa limbah industri bersifat asam dan basa, sehingga diperlukan bak
netralisasi untuk mencapai nilai pH yang diinginkan sesuai dengan pengolahan
yang akan dilakukan.

RAMIDA ELISA KRISTIANI SIMANJUNTAK (1507123578) 13


TUGAS BESAR PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR LIMBAH
KECAMATAN LIMA PULUH
2019

2. Bak Sedimentasi I /Primary Sedimentation


Bak Pengendapan Pertama berfungsi untuk mengurangi kandungan
suspended solid dalam air limbah domestik. Bak pengendap didesain pada waktu
tinggal tertentu untuk memberikan kesempatan sebagian partikel mengendap pada
kecepatan pengendapan (vs ) tertentu. Secara teori, efisiensi penyisihan padatan di
dalam bak pengendap dapat dihitung berdasarkan kecepatan pengendapan dan
kecepatan permukaan atau Overflow Rate (OR atau vo). OR juga disebut sebagai
Hydraulic Surface Loading atau Surface Loading dengan satuan m3 /hari.m2 .
Pada Gambar 2.2 ditampilkan hubungan antara kecepatan pengendapan dan
overflow rate dalam proses pengendapan.

Gambar 2.9 Penyisihan partikel pada bak sedimentasi yang ideal

Jika kecepatan pengendapan (vs ) memiliki nilai yang sama dengan


overflow rate (vo ) maka 100% partikel akan mengendap di dasar bak
pengendapan. Namun, jika kecepatan pengendapan lebih kecil dari overflow rate
maka partikel akan lolos, tidak terendapkan, kecuali posisi partikel tersebut berada
pada setengah kedalaman bak pengendapan di inlet maka 50% akan terendapkan.
Oleh karena itu, dalam perencanaan bak pengendapan, penentuan kecepatan
pengendapan menjadi sangat penting yang berpengaruh langsung terhadap
efisiensi penyisihan material padatan. Pengujian kecepatan pengendapan di
laboratorium disarankan untuk dilakukan agar dapat diketahui nilai yang lebih
representatif. Hal ini dikarenakan karakteristik air limbah domestik dapat berbeda
di setiap area perencanaan.Efisiensi penyisihan BOD atau COD adalah 30-40%,
sedangkan SS adalah 50-65 %.
Rekayasa terhadap kecepatan aliran di Bak Sedimentasi merupakan kunci
utama keberhasilan dalam penyisihan material padatan maupun organik. Namun,
selain kecepatan aliran, pengaturan distribusi aliran air limbah domestik di dalam
bak pengendapan juga memegang peranan penting untuk mengoptimalkan
efisiensi pengolahan. Oleh karena itu, dalam perencanaan harus memerhatikan

RAMIDA ELISA KRISTIANI SIMANJUNTAK (1507123578) 14


TUGAS BESAR PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR LIMBAH
KECAMATAN LIMA PULUH
2019

pola aliran air di dalam bak pengendapan yang akan mempengaruhi kebutuhan
desain komponen inlet dalam pengaturan distribusi aliran air limbah domestik.
Beberapa komponen inlet yang harus diperhatikan agar distribusi aliran air limbah
domestik dapat berjalan dengan baik yakni adanya bak perata dengan sistem
distribusi sesuai dengan lebar bangunan bak pengendap dan sekat (baffle). Konsep
pengendapan dalam bak pengendap dapat dilihat dari Gambar 2.4

Gambar 2.10 Konsep pengendapan dalam bak pengendap


Keberadaan sekat (baffle) yang berjarak tertentu dari lubang distribusi inlet
harus didesain secara seksama. Posisi sekat yang terlalu dalam berpotensi dapat
menyebabkan aliran, yang cenderung dapat turbulen, pada zona ruang lumpur
sehingga menyebabkan terangkat dan terbawanya lumpur keluar bak sedimentasi.
Distribusi aliran air limbah domestik direncanakan dapat mengalir sesuai dengan
desain bangunan bak pengendap sehingga dapat memenuhi waktu detensi sesuai
dengan penghitungan. Salah satu jenis sekat yang dapat digunakan, yakni
perforated plate. Sekat jenis ini dapat mendistribusikan aliran air baik secara akial
maupun radial. Unit pengolahan ini memiliki efisiensi penyisihan berkisar 50-
70% untuk TSS (Qasim, 1985) dan 25-40% BOD5 (Metcalf, 1991). Efisiensi
tersebut dipengaruhi langsung oleh faktor kecepatan permukaan atau overflow
rate dan waktu detensi. Selengkapnya, hubungan efisiensi terhadap overflowrate
dan waktu detensi dapat dilihat pada Gambar 2.10. Bak Pengendap Pertama yang
ditempatkan sebelum proses pengolahan biologi biasanya didesain dengan waktu
detensi yang lebih pendek dan beban permukaan (surface loading) yang lebih
besar. Pada sedimentasi kedua waktu detensi dan beban permukaan lebih besar
karena harus mempertimbangkan faktor resirkulasi waste activated sludge
(Metcalf & Eddy,1991).

RAMIDA ELISA KRISTIANI SIMANJUNTAK (1507123578) 15


TUGAS BESAR PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR LIMBAH
KECAMATAN LIMA PULUH
2019

Gambar 2.11 Karateristik Distribusi Air Limbah Pada Inlet Bak Sedimentasi
Pertama

Gambar 2.12 Hubungan Efisiensi BOD dan TSS terhadap Overflow Rate dan
Waktu Detensi
Sumber : Qasim,1994

Untuk lebih mengetahui berbagai jenis tipe pengendapan yang ada dalam
proses sedimentasi dapat dilihat pada Gambar 2.11 dan Tabel 2.12

RAMIDA ELISA KRISTIANI SIMANJUNTAK (1507123578) 16


TUGAS BESAR PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR LIMBAH
KECAMATAN LIMA PULUH
2019

Gambar 2.13 Ilustrasi Tipe Sedimentasi pada Proses Pengendapan Air


Limbah Domestik

Tabel 2.4 Tipe Pengendapan yang Biasa Digunakan


Tipe Deskripsi Aplikasi
Pengendapan
Tipe I Diperuntukkan bagi partikel Tipe I ini digunakan
(untuk partikel tersuspensi, dimana konsentrasi solid untuk penyisihan
diskrit) rendah. Partikel akan mengendap pasir dalam air
dengan sendirinya (tak bergabung limbah.
dengan partikel lainnya).
Tipe II Diperuntukkan bagi suspensi yang Tipe II ini
(Untuk agak cair. Dimana setelah adanya digunakan untuk
partikel pengadukan beberapa partikel akan penyisihan suspensi
Flokulan) mengendap secara bersama-sama solid dalam
karena dengan adanya pengadukan, pengendapan primer
maka beberapa partikel akan bersatu dan sekunder serta
sehingga menambah massa dari menghilangkan flok
pertikel tersebut dan pengendapan dalam bak

RAMIDA ELISA KRISTIANI SIMANJUNTAK (1507123578) 17


TUGAS BESAR PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR LIMBAH
KECAMATAN LIMA PULUH
2019

semakin cepat terjadi sedimentasi.


Tipe III Diperuntukkan pada suspensi yang Tipe III ini
(untuk partikel memiliki konsentrasi tinggi. Dimana digunakan pada
penghalang/ gerak antara partikel cukup untuk pengendapan
hindered) menghalangi pengendapan partikel sekunder
lainnya. Partikel cenderung untuk (pengolahan
saling berinteraksi biologis)

Tipe IV Diperuntukkan bagi pengendapan Tipe IV ini


(compression) partikel yang membentuk struktur digunakan pada
pengendapan. Dapat terjadi apabila proses sludge
struktur dipadatkan. thickening
(pengentalan
lumpur).
Sumber: Metcalf & Eddy, 1991

Terdapat beberapa komponen utama dan pendukung yang harus diperhatikan


dalam melakukan perencanaan bak pengendap pertama. Adapu komponen
pendukung yang harus dipertimbangkan dalam perencanaan, yakni:
a. Skimmer, berfungsi untuk menyisihkan minyak dan lemak yang mengapung di
atas permukaan. Terdapat pula saluran khusus yang menampung minyak dan
lemak untuk selanjutya dibuang.
b. Scrapper sludge, berfungsi untuk mengumpulkan lumpur di dasar bak
pengendapan menuju ke titik pembuangan baik menggunakan pompa maupun
manual secara gravitasi (jika memungkinkan).
c. Pompa lumpur, berfungsi untuk memompa keluar lumpur menuju ke
pengolahan lumpur.
d. Weir atau pelimpah, berfungsi untuk mengalirkan air permukaan atau overflow
yang merupakan air yang telah mengalami proses sedimentasi.
Dalam perencanaan Bak Pengendap Pertama terdapat beberapa kriteria desain
yang perlu dipenuhi. Adapun kriteria desain tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.5

RAMIDA ELISA KRISTIANI SIMANJUNTAK (1507123578) 18


TUGAS BESAR PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR LIMBAH
KECAMATAN LIMA PULUH
2019

Tabel 2.5 Kriteria Desain Bak Pengendap Pertama


No Parameter Simbol Satuan Besaran Sumber
Overflow rate
1
Debit rata-rata OR 30-50 m3/m2.hari Qasim,1985
Debit Puncak 70-130
2 Waktu Detensi 1,-2 Qasim,1985
td Jam
1,5-2,5 Metcalf&Eddy,1991
Beban permukaan 124-496 m3/m2.hari Metcalf&Eddy,1991
3 (Weir Loading )
DIMENSI
Bentuk Kotak (rectangular)
4
Panjang P 10-100 M
Lebar l 6-24 M
Kedalaman h 2,5-5 M
Rasio p dan l 1-7,5D Qasim,1985
Rasio p dan t 4-2-25
Bentuk lingkaran (Circular)
5
Diameter d 3-60 M
Kedalaman h 3-6 M
6 Penyisihan SS 50-70 %
Metcalf&Eddy,1991
7 Penyisihan BOD 25-40 %
8 Kemiringan Dasar S 1-2 % Qasim,1985

Penghitungan unit sedimentasi dilakukan secara bertahap terhadap seluruh


komponen-komponen yang dalam unit tersebut. Adapun pada tahapan
penghitungan yang harus dilakukan sebagai berikut.
1. Bangunan Utama
Perhitungan dimensi bangunan utama
a. Luas Permukaan Tiap Bak Pengendap Pertama (As)
𝑄
As = ⁄𝑂𝑅
Asumsikan rasio panjang dan lebar(lihat kriteria desain Tabel 2.5 )
Panjang bak = 3 x lebar (2.6)
2
Luas = Pxl = 3 l (2.7)
Tinggi bak dapat dihitung dengan menentukan nilai dari kriteria tinggi pada
Tabel 2.4 . Nilai tinggi tersebut ditambahkan dengan ketinggian ruang bebas atau
free board sehingga:
Ketinggian total (h) = kedalaman air + free board (2.8)

Volume Total Tiap Pengendap Pertama (V)


Volume (V) = A x H (2.9)

RAMIDA ELISA KRISTIANI SIMANJUNTAK (1507123578) 19


TUGAS BESAR PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR LIMBAH
KECAMATAN LIMA PULUH
2019

Kontrol Desain Perhitungan


Perhitungan untuk mengecek pemenuhan kriteria desain berdasarkan dimensi
bangunan hasil perhitungan pada poin (a), yakni :
𝑄
𝑂𝑣𝑒𝑟𝑓𝑙𝑜𝑤 𝑟𝑎𝑡𝑒 = ⁄𝐴 (2.10)
𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝐷𝑒𝑡𝑒𝑛𝑠𝑖 = 𝑉⁄𝑄 (2.11)
Perhitungan Pembentukan Lumpur
Laju BOD dan TSS Influen
Laju BOD(Kg/hari) = CBOD(g/m3) x Q(m3/hari) x (1.000 g/kg)-1 (2.12)
Laju TSS(Kg/hari) = CTSS(g/m3) x Q(m3/hari) x (1.000 g/kg)-1 (2.13)

Karateristik Primary Sludge (Lumpur Pengendapan Pertama)


Laju Pengendapan (Organik, BOD) = % Penyisihan BOD x Laju BOD(Kg/hari)
Laju Pengendapan (Suspended Dolid) = % Penyisihan TSS x Laju TSS (Kg/hari)
Konsentrasi Solid = 5%
Specific Gravity = 1,03

Debit Lumpur

𝑆𝑆 𝑟𝑒𝑚𝑜𝑣𝑒 𝑥 1.000 𝑔/𝑘𝑔 (2.14)


𝑑𝑒𝑏𝑖𝑡 𝑙𝑢𝑚𝑝𝑢𝑟 = 𝑔
5% 𝑥 1,03 𝑐𝑚3 x 106 𝑐𝑚3/𝑚3
Komponen Inlet
a. Menghitung luas permukaan pipa inlet
𝑄
𝐴 𝑝𝑖𝑝𝑎 𝑖𝑛𝑙𝑒𝑡 = 𝑉 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑝𝑖𝑝𝑎 (2.15)

2.2 Bangunan Pengolahan Kedua (Biologis)


Pengolahan tahap kedua merupakan pengolahan yang ditujukan untuk
menyisihkan atau mendegradasi material organik karbon yang terkandung di
dalam air limbah domestik. Pada tahap ini, pengolahan dilakukan dengan
menggunakan metode pengolahan biologi. Pengolahan air limbah domestik
secara biologi merupakan pengolahan yang memanfaatkan mikroorganisme
untuk menguraikan bahan organik yang terkandung dalam air limbah sehingga
menjadi senyawa kimia sederhana dan mineral yang siap dan aman dibuang ke
lingkungan. Pengolahan biologi melibatkan pertumbuhan mikroorganisme aktif
yang kontak dengan air limbah domestik sehingga mikroorganisme tersebut
bisa mengkonsumsi organik karbon sebagai makanan. Secara umum, skematik

RAMIDA ELISA KRISTIANI SIMANJUNTAK (1507123578) 20


TUGAS BESAR PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR LIMBAH
KECAMATAN LIMA PULUH
2019

pengolahan tahap kedua dapat diilustrasikan pada skematik Gambar 2.8 berikut
ini.

Gambar 2.14 Skematik Tahapan Pengolahan Kedua


Berdasarkan kebutuhan oksigennya, pengolahan biologi dapat dikategorikan
menjadi beberapa kelompok yakni anaerob, aerob, dan kombinasi anaerob-aerob.
Dalam pengolahan tahap kedua terdapat unit pengolahan pengendapan kedua
(secondary sedimentation) yang berfungsi untuk mengendapkan padatan atau
bioflok yang terbentuk khususnya jika menggunakan metode pengolahan biologi
secara aerob. Keberadaan unit pengolahan pendendapan kedua sangat tergantung
pada jenis teknologi yang dipilih pada pengolahan secara biologi. Selain itu,
berdasarkan media pertumbuhan mikroorganisme, sistem pengolahan biologi
dapat dikategorikan menjadi dua yakni sistem terlekat (attached growth microbe)
dan sistem tersuspensi (suspended growth microbe). Sistem terlekat merupakan
sistem pengolahan biologi dengan memanfaatkan pertumbuhan mikroorganisme
dipermukaan media seperti cakram pada rotating biological contactor, bioball/batu
pada trickling filter, MBBR, dan lain-lain. Sistem berikutnya yakni sistem
tersuspensi yang dilakukan dengan memanfaatkan mikroorganisme yang tumbuh
di dalam air limbah domestik (tersuspensi).
1. Proses Aerobik
Proses aerobik adalah proses dekomposisi materi organik oleh
mikroorganisme yang prosesnya membutuhkan oksigen. Proses aerobik berguna
dalam proses nitrifikasi dan penyingkiran BOD carbonaceous (mengandung
karbon).
a. Pertumbuhan tersuspensi (suspended-growth)

RAMIDA ELISA KRISTIANI SIMANJUNTAK (1507123578) 21


TUGAS BESAR PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR LIMBAH
KECAMATAN LIMA PULUH
2019

 Proses Lumpur Aktif (activated sludge process)


 Nitrifikasi Pertumbuhan tersuspensi (suspended-growth nitrification)
 Kolam aerasi (aerated lagoons)
 Aerobic digestion

b. Pertumbuhan Mengikat (attached-growth)


 Trickling filters
 Gabungan dari Pertumbuhan Tersuspensi dan Pertumbuhan Mengikat
 Proses biofilter aktif

1. Proses anaerobik
Proses anaerobik berguna dalam proses stabilisasi dan penyingkiran BOD
carbonaceous.
a. Pertumbuhan tersuspensi (suspended-growth)
 Anaerobic digestion.
 Proses kontak anaerobic.
 Upflow Anaerobic.
b. Pertumbuhan mengikat (attached-growth)
 Proses anaerobic filter
2. Gabungan aerobic, anoxic dan anaerobic, berguna dalam nitirfikasi,
denitrifikasi, penyingkiran pospor dan BOD carbonaceous.
a. Pertumbuhan tersuspensi (suspended-growth).
b. Proses tunggal dan bertingkat.
3. Kolam proses (pond processes), berguna untuk proses nitrifikasi dan
penyingkiran BOD carbonaceous.
a. Kolam anaerobik
Kolam Anaerobik merupakan salah satu teknologi pengolahan yang
memanfaatkan peran mikroorganisme anaerob untuk mendegradasi materi
organik karbon yang terkandung di dalam air limbah domestik. Kolam
anaerobik dapat dirancang tunggal atau seri bersama dengan kolam lainnya,
diantaranya fakultatif dan/atau maturasi. Skenario metode pengolahan
dengan melibatkan kolam anaerobik, kolam fakultatif, dan kolam maturasi
secara seri disebut juga sebagai kolam stabilisasi. Masing-masing kolam
tersebut memiliki fungsi yang berbeda-beda. Variasi skenario pengolahan
dengan menggunakan kolam anaerobik dapat dilihat pada Gambar 4-3.
Metode pengolahan air limbah domestik dengan menggunakan Kolam
Anaerobik dapat memiliki efisiensi yang sangat baik

RAMIDA ELISA KRISTIANI SIMANJUNTAK (1507123578) 22


TUGAS BESAR PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR LIMBAH
KECAMATAN LIMA PULUH
2019

Gambar 2.15 Alternatif skenario Penggunaan kolam anerobik

(Mara, 2003). Desain yang tepat, sesuai dengan kriteria desain dan
lingkungan yang tepat, dapat menyisihkan BOD hingga >60% pada
temperatur 20o C. Pada kondisi konsentrasi BOD kurang dari 300 mg/L,
waktu tinggal kolam anaerobik relatif singkat, yakni 1 hari pada temperatur
20o C (Mara, 2003). Untuk daerah tropis seperti Indonesia, sistem kolam
anaerobik cukup efektif dan efisien untuk dapat bekerja dengan baik karena
tidak terganggu dengan perubahan temperatur yang signifikan seperti yang
terjadi pada daerah subtropis. Selain itu, posisi Indonesia yang berada di
daerah tropis juga memberikan kesempatan kepada sistem kolam maturasi
untuk bekerja dengan baik karena penyinaran matahari yang lebih lama jika
dibandingkan dengan daerah subtropis. Pada kolam anaerobik, pengendapan
padatan terjadi, terakumulasi, dan terdegradasi (digesting) di dasar kolam.
Akumulasi lumpur tersebut memerlukan penyedotan secara regular.
Menurun Mara (2003), penyedotan endapan lumpur pada kolam anaerobik
dapat dilakukan setiap 1 hingga 3 tahun. Pembentukan scum juga berpotensi
terjadi sehingga dapat membuat lapisan di atas permukaan kolam yang turut
membantu menjaga kondisi anaerob di dalam kolam. Kolam anaerobik pada
umumnya memiliki bangunan yang relatif sederhana. Tidak memerlukan
fasilitas pendukung khusus seperti yang umum diperlukan oleh metode
pengolahan aerob. Hal penting yang perlu diperhatikan oleh perencana
yakni metode pengurasan endapan lumpur di kolam anaerob. Pengurasan
lumpur dapat dilakukan dengan menggunakan pompa atau penggalian
dengan alat berat. Penggunaan alat berat memungkinkan untuk dilakukan
dengan mempertimbangkan area yang relatif luas. Adapun kriteria desain
dalam perencanaan Kolam Anaerobik dapat dilihat pada Tabel 2.6 hingga
Tabel 2.8

RAMIDA ELISA KRISTIANI SIMANJUNTAK (1507123578) 23


TUGAS BESAR PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR LIMBAH
KECAMATAN LIMA PULUH
2019

Tabel 2.6 Kriteria Desain Kolam Anaerobik


No Parameter Nilai Satuan Sumber
1 Kedalam Air 2-5 M
2 Rasio Panjang : Lebar 2-3:1 - Mara,2003
Waktu Pengurasan
3 Lumpur 1-3 Tahun

Tabel 2.7 Nilai Volumentrik Beban BOD dan Persentase Penyisihan BOD
di Kolam Anaerobik pada Berbagai Temperatur

Beban Penyisihan BOD


No Temperatur Volumetrik Sumber
(%)
BOD(g/m3.hari)
1 <10 100 40
2 10-25 20T-100 20T+20 Mara &
3 20-25 10T+100 20T+20 Pearson,1998
4 >25 350 70

Tabel 2.8 Hubungan Waktu Detensi, Volumentrik Beban BOD, dan Persen
Penyisihan BOD
Waktu Beban Penyisihan
No Detensi Volumetrik BOD Sumber
( Hari) (g/m3/hari) (%)
1 0,8 306 76
2 1,0 215 76
3 1,9 129 80
Mara,2013
4 2,0 116 75
5 4,0 72 68
6 6,0 35 74
Penghitungan kolam anaerobik dilakukan secara bertahap untuk seluruh
komponen bangunan pada unit pengolahan tersebut. Adapun pada tahapan
penghitungan yang harus dilakukan sebagai berikut. A. Hitung Luas dan
Volume Kolam Kolam Anaerobik pada umumnya memiliki geometri
berbentuk rectangular, walaupun dapat pula disesuaikan dengan kondisi area
perencanaan setempat. Bentuk rectangular direncanakan dengan memiliki
rasio panjang dan lebar seperti pada kriteria desain, lihat Tabel 5.1 dan
Gambar 5.2. Kebutuhan volume kolam anaerobik dapat ditentukan dengan
menggunakan persamaan berikut ini:

(2.16)

RAMIDA ELISA KRISTIANI SIMANJUNTAK (1507123578) 24


TUGAS BESAR PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR LIMBAH
KECAMATAN LIMA PULUH
2019

di mana: Li = konsentrasi BOD Influen (mg/L)


Q = debit air limbah domestik (m3 /hari)
Va = volume kolam anaerobik (m3 )
λV = beban volumetrik BOD (g/m3 .hari)
Hubungan volume juga dapat dilakukan dengan menggunakan
pendekatan terhadap waktu detensi (θa , hari). Adapun persamaan yang
dapat digunakan yakni:

(2.17)
atau

(2.18)

Da merupakan kedalaman air pada kolam anaerobik.


Hasil penghitungan area dan volume berdasarkan persamaan di atas
selanjutnya digunakan untuk menghitung dimensi kolam. Kolam Anaerobik
umumnya didesain menggunakan geometri limas terpancung seperti yang
diilustrasikan pada Gambar 4-4. Untuk menghitung dimensi kolam,
persamaan berikut ini (Environmental Protection Agency, 1983):

(2.19)
di mana:
Va = volume kolam (m3 )
L = panjang kolam pada permukaan air atau Top Water Level/TWL (m)
W = lebar kolam pada permukaan/TWL (m)
s = faktor kemiringan horizontal (contoh: kemiringan 1 dalam s)
D = kedalaman air kolam, belum termasuk free board (m)
Dengan mensubtitusi L sebagai nW (nilai n berdasarkan rasio n
hingga 1) maka persamaan Va dapat diselesaikan untuk mendapatkan nilai
W yang selanjutnya dapat secara langsung untuk menentukan nilai L.
Kolam maturasi.

b. Kolam fakultatif.
Setelah melewati kolam anaerobik, air limbah masuk ke proses
fakultatif yang merupakan kolam dengan kedalaman 1-2.5 meter. Pada
kolam ini kedalaman air terbagi menjadi tiga zona, yaitu zona aerobik di
bagian atas, zona fakultatif di bagian tengah dan zona anaerobik dibagian
atas dasar kolam. Alga yang menempati bagian atas akan melakukan

RAMIDA ELISA KRISTIANI SIMANJUNTAK (1507123578) 25


TUGAS BESAR PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR LIMBAH
KECAMATAN LIMA PULUH
2019

fotosintesis pada siang hari, pada lapisan kedua jumlah oksigen relatif
lebih sedikit dan pada lapisan di dasar kolam terjadi proses anaerobik
atau tanpa adanya oksigen. Pada Proses fakultatif terjadi upaya
penurunan bahan organik secara anaerob dan aerob , pada proses
fakultatif terjadi proses reduksi BOD sampai 80 %, peningkatan kadar
Oksigen( Dari Reaerasi dan Proses Fotosintesa), serta penurunan
Bakteri Pathogen.

c. Kolam Maturasi
Proses terakhir adalah maturasi merupakan proses pematangan air
buangan sebagai penyempurnaan dari kualitas efluen akhir sesuai dengan
standar baku mutu yang berlaku sebelum dibuang ke badan air atau
sungai

2.3 Bangunan Pengolahan Ketiga (BP II)


Bak pengendap II atau biasa dikenal dengan sedimentasi, sedimentasi
adalah pengendapan partikel-partikel padat yang melayang dan mengapung dalam
air limbah. Pengendapan ini terjadi dalam suatu bak. Bentuk bak pengendap dapat
diklasifikasikan sebagai persegi panjang ( rectangular ), lingkaran ( circular )
atau persegi ( square ). Pada bentuk persegi panjang air mengalir dari ujung satu
ke ujung yang lainnya dan lumpur yang mengendap dikeruk secara mekanis ke
ujung inlet, dimana terdapat bak lumpur untuk kemudian dipompa keluar ( sludge
hopper ). Pada bentuk lingkaran atau persegi air kotor biasanya masuk dari
tengah dan mengalir secara radial kea rah sisi luar, lumpur yang mengendap
didorong atau dibawa kearah tengah(Valentina, 2008).

2.4 Bangunan Secara Kimia


Menurut literatur ( USU,2013), bangunan secara kimia melibatkan beberapa
proses pengolahan secara kimia (chemical treatment), yaitu dapat dilihat pada
Gambar 2.15.

RAMIDA ELISA KRISTIANI SIMANJUNTAK (1507123578) 26


TUGAS BESAR PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR LIMBAH
KECAMATAN LIMA PULUH
2019

Netralisasi dengan asam basa

Koagulasi dan flokulasi

Adsorpsi
Pengolahan
secara kimia Dialisis

Perpindahan oksigen

Ozonisasi

Khlorin dioksida

Penghilangan amonia

Gambar 2.15 Proses Pengolahan Limbah Cair Secara Kimia


1. Netralisasi dengan basa atau asam
Air limbah dari industri pada umumnya bersifat alkali atau asam sehingga
diperlukan proses kimia netralisasi limbah cair. Limbah cair yang bersifat basa,
maka proses netralisasi dilakukan dengan penambahan HCl, atau asam sulfat, atau
gas CO2 sehingga dicapai nilai pH antara 6,50 - 8,50. Jika gas karbondioksida
tidak tersedia, maka netralisasi dilakukan dengan menggunakan asam sulfat
karena harganya jauh lebih murah jika dibandingkan dengan asam asam khlorida.
Reaksi kimia netralisasi berlangsung cepat, diperlukan pengadukan, dilengkapi
dengan sensor nilai pH, dan alat pengendali penambahan asam. Limbah cair yang
bersifat asam dinetralkan dengan penambahan bahan kimia air kapur atau
Ca(OH)2, kostik soda atau NaOH, soda abu atau Na2CO3.
2. Koagulasi dan flokulasi
Koagulasi adalah proses destabilisasi partikel senyawa koloid dalam air
limbah. Proses pengendapan dengan menambahkan bahan koagulan ke dalam air
limbah sehingga terjadi endapan pada dasar tangki pengendapan. Flokulasi adalah
proses pengendapan pencemar dalam limbah cair dengan penambahan bahan
koagulan utama dan koagulan pendukung sehingga terjadi gumpalan sebelum
mencapai dasar tangki pengendap.
Flokulasi dikenal pula sebagai pencampuran (mixing), namun kecepatan
pencampuran sangat lambat, dan tangki flokulasi dilengkapi dengan pengaduk
bentuk pedal, dan baffle atau sirip di dinding tangki flokulasi. Air limbah yang
diberi koagulan dengan dosis tertentu diaduk dalam tangki flokulasi kemudian

RAMIDA ELISA KRISTIANI SIMANJUNTAK (1507123578) 27


TUGAS BESAR PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR LIMBAH
KECAMATAN LIMA PULUH
2019

pengaduk dimatikan dan didiamkan, maka akan terbentuk endapan di bagian


bawah. Nilai pH untuk koagulasi harus diperhatikan, misal garam-garam besi
bekerja pada nilai pH antara 4,50 sampai 5,50. Sebaliknya, garam alumunium
bekerja pada nilai pH antara 5,50 sampai 6,30. Air limbah pada perlakuan primer
terdiri atas senyawa organik dalam bentuk suspense dan senyawa organik terlarut
kemudian mengalir masuk ke dalam tangki sedimentasi dan didiamkan selama 2
sampai 3 jam sehingga terbentuk air limbah relatif bersih dengan campuran
padatan dan air limbah atau lumpur primer (primary sludge).
3. Adsorpsi
Proses adsorpsi dengan menggunakan adsorben digunakan untuk
memisahkan senyawa pencemar dalam air limbah. Proses adsorpsi adalah
kumpulan senyawa kimia dipermukaan adsorben, padat sebaliknya absorpsi
adalah penetrasi kumpulan senyawa kimia ke dalam senyawa padat. Jika kedua
peristiwa terjadi simultan maka peristiwa ini disebut adsorpsi. Karbon aktif
digunakan sebagai adsorben untuk menghilangkan kontaminan. Karbon aktif
terbuat dari kayu, batu bara, lignit, tempurung kepala, dan tulang ternak serta
limbah sayuran kemudian dipanaskan tanpa adanya oksigen sehingga terbentuk
arang utuh.
4. Dialisis
Proses membran adalah proses pemisahan senyawa dari larutan yang berisi
senyawa dengan menggunakan membran permiabel selektif. Proses membran
terdiri atas proses dialisis, elektrodialisis, dan reverseosmosis. Dialisis adalah
proses pemisahan solute dari berbagai ionik atau ukuran molekul dalam larutan
oleh membran permiabel selektif.
5. Perpindahan oksigen dan pencampuran
Pada perlakuan lumpur aktif, lagon teraerasi, dan proses digesi diperlukan
adanya oksigen dalam proses aerobik dan proses pencampuran dengan hasil
padatan tersuspensi. Perpindahan oksigen dan proses pencampuran dilakukan
dengan aerasi dari alat kompresor. Sistem aerobic menggunakan bak terbuka yang
berisi limbah cair kemudian dipasok oksigen dalam udara untuk proses
metabolisme sehingga mampu mendegradasi senyawa organik dalam air limbah
dengan nilai BOD yang tidak terlalu tinggi.
6. Ozonisasi
Pendekatan bioteknologi ramah lingkungan terhadap air limbah pestisida
dan air limbah senyawa organik lainnya merupakan pendekatan yang sangat
dianjurkan untuk diterapkan meskipun proses ozonisasi lebih lama jika
dibandingkan dengan proses kimia. Ozonisasi adalah salah sat pendekatan proses

RAMIDA ELISA KRISTIANI SIMANJUNTAK (1507123578) 28


TUGAS BESAR PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR LIMBAH
KECAMATAN LIMA PULUH
2019

kimia untuk mendegradasi air limbah pestisida dalam air limbah dan air limbah
senyawa organik meskipun limbah pestisida merupakan residu yang permanen.
Residu pestisida organofosfor sangat sensitif terhadap ozonisasi misalnya
parathion, malathion, fosalon, dimefox, dan lain-lain. Tujuan ozonisasi adalah
mengeliminasi bakteri patogen dalam air maupun air limbah.
7. Khlorin dioksida
Metode penambahan khlorin ke air limbah untuk mengoksidasi senyawa
ammonia menjadi gas nitrogen dipengaruhi oleh: waktu kontak reaksi, suhu
reaksi, dan nilai pH reaksi. Kerugian dengan melakukan metode ini adalah:
a. Diperlukan sistem pengendalian nilai pH.
b. Diperlukan biaya operasi mahal karena jumlah larutan NaOH dan khlorin
cukup besar dan mahal serta merupakan bahan berbahaya dan beracun (B3).
c. Diperlukan dekhlorinasi.
d. Adanya senyawa karsinogen hidrokarbon terkhlorinasi.
e. Sangat peka terhadap perubahan suhu untuk menghilangkan senyawa
ammonia-nitrogen sampai konsentrasi 0,10 mg/L.
8. Penghilangan ammonia
Ammonia dihasilkan oleh dekomposisi senyawa organik terdapat dalam air
limbah yang harus dihilangkan sebab ammonia bersifat toksik atau beracun
terhadap kehidupan ikan air tawar jika konsentrasi ammonia dalam air lebih dari 3
mg/L dan senyawa ammonia akan dioksidasi oleh mikroba menjadi nitrat dengan
menggunakan oksigen.

2.5 Bangunan Pengolahan Lumpur


Dari setiap tahap pengolahan limbah cair akan dihasilkan lumpur, sehingga
dibutuhkan penanganan khusus agar lumpur tersebut tidak mencemari lingkungan.
Lumpur yang dihasilkan dari berbagai proses harus diolah terlebih dahulu untuk
mengurangi bahaya yang ditimbulkannya. Tahapan - tahapan dalam proses dan
pembuangan lumpur sebagai berikut (Metcalf & Eddy, 1991):

Gambar 2.16 Tahapan Pengolahan Lumpur

RAMIDA ELISA KRISTIANI SIMANJUNTAK (1507123578) 29


TUGAS BESAR PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR LIMBAH
KECAMATAN LIMA PULUH
2019

1. Pengentalan (thickening)
Pengentalan ini bertujuan untuk : meningkatkan kandungan material padat
pada lumpur dengan menghilangkan persentase air dalam lumpur, mengurangi
volume tangki digester, mengurangi pemakaian bahan kimia.
Proses pengentalan yang biasa digunakan adalah : Pengentalan dengan
gravitasi (gravity thickening). Proses ini sangat efektif untuk lumpur primer.
Dimana aliran supernatan yang dihasilkan dikembalikan ke dalam tangki
pengumpul primer. Lumpur yang telah dikentalkan dan terkumpul di dasar tangki
dipompa ke unit pengolahan lumpur selanjutnya.

Tabel 2.9 Kriteria Desain Thickener


No Parameter Satuan Besaran Sumber
3 2
1 Overflow rate m /m /hari 12–32 Metcalf &
Eddy, 1991
2 Solid loading Kg/m2/hari 15–150 Qasim, 1985
3 Radius M 3–60 Qasim, 1985
4 Kedalaman bak M 3,5-5,0 Metcalf &
Eddy, 1991
5 Dry solid influen % 0,5-2,0 Qasim, 1985
6 Dry solid effluen % 4,0-6,0 Qasim, 1985
7 Hydraulic loading m3/m2/hari 2,0-1,0 Qasim, 1985
8 Solid loading Kg/m2/hari 25-80 Qasim, 1985
9 Solid capture % 85-92 Qasim, 1985
10 SS pada supernatan Mg/l 300-800 Qasim, 1985

Tabel 2.10 Perbandingan Kelebihan dan Kekurangan Beberapa Metode


Thickening
No. Metode Kelebihan Kekurangan
1. Gravity a. Operator tidak a. Membutuhkan lahan
thickening memerlukan yang luas
keterampilan khusus b. Padatan yang
b. Biaya operasi yang mengapung
murah
c. Penggunaan energi
minimum
2. Flotation a. Memberikan konsentrasi a. Biaya operasional lebih
thickening padatan yang lebih baik mahal

RAMIDA ELISA KRISTIANI SIMANJUNTAK (1507123578) 30


TUGAS BESAR PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR LIMBAH
KECAMATAN LIMA PULUH
2019

daripada gravity b. Penggunaan energi


thickening cenderung besar
b. Memerlukan luasan c. Memiliki kapasitas
lahan yang lebih sedikit penyimpanan sangat
sedikit dibandingkan
dengan gravity thickener
3. Graviy belt a. Penggunaan lahan a. Memerlukan biaya yang
thickening cenderung lebih sedikit besar
b. Konsumsi energi yang
tinggi
c. Memerlukan operator
yang memiliki keahlian
khusus
d. Perawatan yang sulitt

2. Penstabilan (stabilitation)
Penstabilan lumpur bertujuan untuk : mengurangi materi patogen,
mengeliminasi material berbau, mencegah, mengurangi atau mengeliminasi
material yang potensial untuk mengalami pembusukan. Keberhasilan dalam
pelaksanaan sistem ini berhubungan dengan operasi penstabilan volatile atau
fraksi organik lumpur.
Teknologi untuk penstabilan lumpur adalah:
a. Stabilisasi kapur (lime stabilitation)
Pada proses ini kapur ditambahkan pada lumpur dalam kuantitas tertentu
untuk meningkatkan pH sebesar 12 atau lebih. pH yang tinggi akan menciptakan
suatu kondisi dimana mikroorganisme tak dapat bertahan hidup. Zat yang biasa
digunakan dalam stabilisasi kapur : Ca(OH)2, hidrat kapur, CaO dan lain-lain.
b. Pengolahan dengan panas (heat treatment)
Pada proses ini lumpur dipanaskan sampai suhu diatas 500oF (260oC) dan
tekanan diatas 2760 kN/m2 dengan jangka waktu yang pendek (30 menit).
Pengolahan dengan panas mengkondisikan lumpur dengan pengolahan tanpa
menggunakan zat kimia.
c. Penghancuran secara aerobik (aerobic digestion)

RAMIDA ELISA KRISTIANI SIMANJUNTAK (1507123578) 31


TUGAS BESAR PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR LIMBAH
KECAMATAN LIMA PULUH
2019

Digunakan untuk: limbah lumpur aktif, pengadukan limbah lumpur aktif


atau lumpur dari proses trickling filter dengan lumpur primer, limbah lumpur dari
proses aerasi, pengolahan lumpur aktif yang tidak menggunakan tangki
pengumpul primer.
Keuntungan sistem ini adalah: pengurangan volatile solid diperkirakan
seimbang untuk proses aerobik, konsentrasi BOD5 dalam larutan supernatan lebih
rendah, pengoperasian yang mudah dan biaya rendah.
Kerugian sistem ini adalah : nilai daya yang tinggi diasosiasikan dengan
suplai oksigen yang dibutuhkan. Proses sangat tergantung dari temperatur, lokasi
dan tipe tangki.
3. Penghancuran secara anaerobik (Anaerobik digestion)
Proses penghancuran secara anaerobik menggunakan tangki yang
mengandung sedikit Oksigen sehingga mikroorganisme anaerobik dapat
menstabilisasi material organik dengan menghasilkan gas metana dan karbon
dioksida, kendala utama pada sistem ini adalah modal investasi awal yang cukup
tinggi, gangguan operasional dan cenderung memproduksi kualitas supernatan
yang jelek.
Penghancuran secara anaerobik melibatkan proses biokimia yang kompleks
dimana beberapa kelompok mikroorganisme fakultatif dan anaerobik secara
serentak mengasimilasi dan menghancurkan material organik. Proses tersebut
dibagi menjadi dua fase yaitu asam dan metana. Pada fase asam mikroorganisme
fakultatif pembentuk asam mengubah senyawa kompleks material organik
menjadi asam-asam organik (asetat, propionat, butirat dan asam lainnya).
4. Pengurangan air (dewatering)
Dewatering adalah unit operasi yang digunakan untuk mengurangi
kandungan air dalam lumpur dengan alasan:
a. Biaya pengangkutan lumpur ke tempat pembuangan akan rendah karena
volume lumpur berkurang dengan berkurangnya air.
b. Lumpur yang persentase airnya sedikit lebih mudah ditangani daripada
lumpur yang mempunyai kandungan air banyak.
c. Lebih mudah dalam pembakaran.
d. Berkurangnya air akan mengurangi jumlah leachet yang dihasilkan lumpur.
4. Pengeringan (drying)
Merupakan suatu proses unit operasi yang melibatkan pengurangan
kandungan air dengan cara penguapan air ke udara. Lumpur yang telah kering
dapat ditebarkan ke permukaan tanah. Tetapi hal ini hanya dilakukan jika lumpur

RAMIDA ELISA KRISTIANI SIMANJUNTAK (1507123578) 32


TUGAS BESAR PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR LIMBAH
KECAMATAN LIMA PULUH
2019

memiliki karakteristik yang tidak merugikan lingkungan. Lumpur yang dapat


ditebarkan ke tanah harus mempunyai karakteristik:
a. Kandungan padatan tinggi, sekitar 30 % (SS  10 %).
b. Tidak mengandung senyawa kimia yang bersifat agresif dan dapat bereaksi
secara alamiah.
c. Memiliki kandungan organik terurai.
d. Memiliki kandungan senyawa nutrien sehingga lumpur mengandung unsur
N, P dan K yang dapat digunakan sebagai pupuk tanaman.
e. Tidak memiliki kandungan patogen. Kandungan patogen dapat dikurangi
dengan pencampuran kapur terlebih dahulu.
Metode - Metode yang dapat digunakan dalam proses pengeringan ini
disajikan dalam Tabel 2.11
Tabel 2.11 Metode - Metode Pengeringan Lumpur
Metode Keuntungan Kerugian

Vacuum  Biaya perawatan rendah  Dibutuhkan energi yang


filter  Mudah dalam pengoperasian besar dalam pengoperasian.
 Pompa vakum berisik dan
saringan akan mengandung
material tersupensi tinggi.
Solid Bowl  Hasil yang baik,  Membutuhkan grit removal
Centrifuge meminimalkan efek bau, dan penghancur lumpur
cepat dan gampang dalam dalam sistem aliran.
pengoperasian.  Dibutuhkan keahlian
 Mudah dalam khusus dalam
pengaplikasian pengoperasian.
 Biaya pengoperasian murah
 Memproduksi lumpur
kering secara relatif.
Belt filter  Energi yang dibutuhkan  Dibutuhkan penghancur
press rendah lumpur di dalam saluran
 Biaya pengoperasian murah  Sangat sensitif
 Mesin bertekanan  Tak dapat dioperasikan
dapat memproduksi secara otomatis
lumpur yang sangat kering
Sludge  Tidak dibutuhkan  Dibutuhkan lahan yang
drying beds operator yang banyak. luas
 Energi yang digunakan  Disain harus memperhatikan

RAMIDA ELISA KRISTIANI SIMANJUNTAK (1507123578) 33


TUGAS BESAR PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR LIMBAH
KECAMATAN LIMA PULUH
2019

Metode Keuntungan Kerugian

sedikit pengaruh cuaca


 Dapat menyesuaikan
dengan beragam lumpur
 Kandungan solid lebih
tinggi dari metoda
mekanik.
Sludge  Kebutuhan energi rendah  Sangat potensial dalam
lagoons  Tidak membutuhkan menimbulkan masalah bau
bahan kimia  Sangat potensial dalam
 Lebih baik dalam polusi air
menstabilkan materi organik  Kebutuhan lahan yang lebih
 Tidak membutuhkan luas dari sistem mekanik
tenaga operator yang  Hasil tak dapat dilihat
banyak dalam langsung
pengoperasian  Proses desain harus
mempertimbangkan iklim
Sumber: Metcalf & Eddy ,1991

2.6 Intalasi Pengolahan Air Limbah Di Indonesia

1. Kota Medan

RAMIDA ELISA KRISTIANI SIMANJUNTAK (1507123578) 34


TUGAS BESAR PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR LIMBAH
KECAMATAN LIMA PULUH
2019

Gambar 2.17 Proses Pengolahan Air Limbah di PDAM Tirtanadi IPA


Limbah Cemara
a. Sumber Air Limbah yang diolah di PDAM Tirtanadi IPA Limbah Cemara
Pengolahan air limbah kota Medan di mulai pada tahun 1995 di tandai dengan
selesainya proyek MMUDP II sektor air limbah dengan jumlah pelanggan
16.225 NPAL sampai bulan Mei 2015. Lokasi pengolahan air limbah terletak
di jalan Perkebunan Kelurahan Pulo Brayan Bengkel. Luas area pengolahan
air limbah yaitu ±11 Ha. Sumber utama air limbah yang diolah oleh IPA
Limbah PDAM Tirtanadi Cemara adalah air limbah domestik/rumah tangga.
Penyaluran air limbah domestik melalui jaringan perpipaan menuju unit
instalasi pengolahan air limbah domestik PDAM Tirtanadi Cemara. Jalur
sarana dan prasarana air limbah saat ini dibangun pada kawasan inti kota
dengan luas 520 Ha dalam 8 zona yaitu:
Zona 1 : Luas area pelayanan 95 Ha, terletak di lokasi Kelurahan Mesjid Kota
Matsum III, dan Kota Matsum IV.
Zona 2 : Luas area pelayanan 85 Ha, terletak di lokasi Kelurahan Pusat
Pasar, Kelurahan Rengas I, Kelurahan Rengas Permata.
Zona 3 : Luas area pelayanan 85 Ha, terletak di lokasi Kelurahan Sidodali,
Kelurahan Pandan Hulu I, Kelurahan Pusat Pasar, Kelurahan Rengas I, dan
Kelurahan Rengas Permata.

RAMIDA ELISA KRISTIANI SIMANJUNTAK (1507123578) 35


TUGAS BESAR PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR LIMBAH
KECAMATAN LIMA PULUH
2019

Zona 4 : Luas area pelayanan 77 Ha, terletak di lokasi Kelurahan Pandau


Hilir, dan Pandau Hulu I.
Zona 5 : Luas area pelayanan 26 Ha, terletak di lokasi Kelurahan Pandau
Hilir dan Pandau Hulu I.
Zona 6 : Luas area pelayanan 28 Ha, terletak di lokasi Kelurahan Pandau
Hilir.
Zona 7 : Luas area pelayanan 32 Ha, terletak di lokasi Kelurahan Rengas II,
Kelurahan Rengas Permata, dan Kelurahan Sukaramai.
Zona 8 : Luas area pelayanan 97 Ha, terletak di lokasi Kelurahan Kota
Matsum I, Kelurahan Kota Matsum II, dan Kelurahan Sukaramai I.

b. Sistem Pengolahan Air Limbah PDAM Tirtanadi IPA Limbah Cemara


1. Jaringan Pengolahan Air Limbah Domestik PDAM Tirtanadi IPA Limbah
Cemara
Sumber utama air limbah domestik adalah air limbah yang berasal dari
rumah tangga. Secara khusus berasal dari kamar mandi, WC (berupa feses
rumah tangga, dan urin) atau black water dan air bekas cucian dapur atau grey
water. penyaluran air limbah domestik untuk menuju pusat pengolahan
melalui jalur tertentu. Limbah rumah tangga langsung disalurkan melalui pipa
yang disebut House Connection (HC) selanjutnya disalurkan ke Inspection
Box (IB) yang terdiri dari beberapa buah pipa yang banyaknya tergantung
jumlah pelanggan. IB ini berukuran 40x40 cm, kemudian disalurkan ke
Inspection Chamber (IC) yang juga lebih dari satu box yang terdapat pada
belokan. Pada akhir saluran ini ada box yang disebut Dead End (DE), yang
merupakan cadangan untuk sambungan untuk pelanggan baru.

2. Lubang Pemeriksaan (Manhole)


Lubang pemeriksaan (Manhole) ini dibuat untuk melakukan pemeriksaan
pada saat diperlukan atau pada saat ada laporan dari masyarakat tentang
adanya gangguan pada pipa. Penempatan Manhole ini berdasarkan atas
pertimbangan, antara lain:
a. Di tempat-tempat dimana terdapat perubahan arah saluran limbah atau
pembelokan
b. Tempat dimana saluran mendapatkan tambahan aliran dari pipa lain atau
pada sambungan Bentuk Manhole yang digunakan adalah bentuk bulat dan
menggunakan konstruksi dengan beberapa persyaratan, antara lain:

RAMIDA ELISA KRISTIANI SIMANJUNTAK (1507123578) 36


TUGAS BESAR PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR LIMBAH
KECAMATAN LIMA PULUH
2019

a. Bagian bawah dari saluran cukup luas untuk keperluan melakukan


pekerjaan membungkuk dan jongkok bagi pekerja jika diharuskan turun dan
ada sebagian yang memiliki tangga.
b. Bagian atas lubang atau ring cukup luas untuk masuknya pekerja (minimal
berukuran 60 cm).

3. Pusat Pemompaan (Lift Pump Station)


Untuk mengalirkan air limbah dari suatu sumber asal air limbah ke tempat
pengolahan diperlukan perbedaan tinggi dan kemiringan pipa tertentu agar
limbah dapat mengalir dengan lancar tanpa menimbulkan gangguan pada
pipa. Mengingat jarak yang cukup jauh ke tempat pengolahan, maka akan
memerlukan perbedaan tinggi yang cukup besar. Untuk memperoleh tinggi
seperti yang diharapkan, maka salah satu cara adalah dengan jalan menanam
pipa saluran lebih dalam dari penanaman sebelumnya. Dengan menggali
saluran yang dalam maka akan memperbesar biaya pemasangan. Untuk itu
dibangunlah suatu pusat pemompaan dimana pada tempat tersebut air limbah
yang sudah berada pada pipa di tampung kembali ke dalam bak untuk
selanjutnya di pompa kembali ke saluran berikutnya. Ada empat lift station
dan 1 pumping station, yaitu:
1. Lift Satation Jl. Laksana Mengcover area zona 1, berjumlah dua unit,
kapasitas @42L/detik.
2. 2. Lift Station Jl. Sutarno Mengcover area zona 8, berjumlah 3 unit,
kapasitas @42L/detik.
3. 3. Lift Station Jl. Waja Mengcover area zona 7, berjumlah 3 unit, kapasitas
@42L/detik.
4. 4. Lift Station Jl. Tulip Perumahan Cemara Asri Mengcover area zona
Perumahan Cemara Asri, berjumlah 2 unit, kapasitas @42L/detik
5. Pumping Station Jl. H.M. Yamin Mengcover area zona 1-8, berjumlah 3
unit, kapasitas @107L/detik.
Dengan adanya pusat pemompaan ini, maka penanaman pipa akan menjadi
dangkal kembali karena air limbah sudah berada pada permukaan tanah lagi.
Untuk mengangkat air limbah ini digunakan pompa yang dimasukkan ke
dasar bak penampung tersebut. Lumpur yang ada dalam bak tersebut di
bersihkan dan di angkat ke atas. Untuk memudahkan hal itu setiap bak
memiliki tangga. Jumlah pompa masing-masing Lift Pump Station terdiri dari
3 buah. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari penumpukan air limbah pada
jam tertentu dan mencegah kalau sampai terjadi kerusakan pada pompa. Dari
lift station, air limbah akan disalurkan ke central pumping station Jl. H.M.

RAMIDA ELISA KRISTIANI SIMANJUNTAK (1507123578) 37


TUGAS BESAR PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR LIMBAH
KECAMATAN LIMA PULUH
2019

Yamin yang merupakan bak penampung yang lebih besar dengan kedalaman
9 m. disini juga tersedia beberapa pompa untuk memompa agar air limbah
naik ke atas permukaan. Selanjutnya dialirkan ke pengolahan di Cemara
untuk diolah menjadi air limbah memenuhi standar, yang walaupun di buang
ke sungai tidak mencemari lingkungan.

4. Peralatan Pemeliharaan
Salah satu usaha untuk menanggulangi penyumbatan pada pipa adalah
dengan menggunakan kendaraan pembersih keliling yang disebut mobil
flushing. Mobil ini dilengkapi dengan tangki air, alat penyemprotan dengan
kekuatan cukup tinggi sampai 2000 psi. Air semprotan ini disalurkan dengan
selang yang cukup panjang, yang diujungnya dipasang nozzle dengan
berbagai ukuran sesuai dengan bahan yang menyumbat saluran. Nozzle ini
mempunyai lubang air yang menghadap ke depan dan ke samping. Apabila
air disemprotkan maka nozzle akan terdorong kedepan dan selang akan
bergerak maju sambil menyemprotkan air keluar. Pancaran air kesamping
akan membersihkan saluran, sedangkan pancaran kedepan akan
menghancurkan sumbatan yang berada di depanny

5. Proses Pengolahan Air Limbah Domestik di PDAM Tirtanadi IPA Limbah


Cemara
Proses Pengolahan Air Limbah Domestik di PDAM IPA Limbah Cemara
sebagai berikut:
1. Inlet
Merupakan bak pengumpul utama air limbah yang masuk secara gravitasi
melalui Trunk Sewer dari bahan Reinforced Concrete Pipe (RCP) 1300 mm
dari Pumping Station di Jl. HM Yamin dengan debit maksimum 20,137m3
/hari dan dari Kompleks Perumahan Cemara Asri dengan debit maksimum
2.945m3 /jam.

2. Screw Pumps
Berfungsi untuk memompakan air limbah dari inlet pada elevasi +8,87
sampai pada ketinggian +16,59 yang cukup untuk dapat mengalirkan air
limbah secara gravitasi ke unit instalasi pengolahan air limbah selanjutnya.
Pompa yang digunakan adalah jenis Ardrimedia Screw. Tipe pompa ini
merupakan jenis yang tepat digunakan untuk mengangkat air terutama bila air
limbah mengandung partikel atau benda yang keras dan besar. Pada kondisi
saat ini (tahap 1) dibutuhkan 2 (dua) unit pompa dengan kapasitas masing-

RAMIDA ELISA KRISTIANI SIMANJUNTAK (1507123578) 38


TUGAS BESAR PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR LIMBAH
KECAMATAN LIMA PULUH
2019

masing 1.310m3 /jam, 1 (satu) pompa untuk kondisi normal dan 1 (satu) unit
lagi untuk kapasitas maksimum. Unit ini dilengkapi pula dengan pipa by pass
ke Sungai Kera (overflow).
5. Screen Screen (saringan)
berfungsi untuk menyisihkan benda-benda yang terbawa dalam aliran.
Dengan demikian tidak mengganggu aliran dan dapat melindungi instalasi
pengolahan dari kemungkinan penyumbatan atau rusaknya peralatan pada
unit-unit selanjutnya. Screen terdiri dari 2 (dua) jenis yaitu : a. Screen kasar
dengan jarak antara kisi adalah 50 mm, bekerja secara normal. b. Screen halus
dengan jarak antara kisi adalah 6 mm, bekerja secara otomatis. Kotoran yang
terkumpul pada screen dibuang ke dalam kontainer yang selanjutnya diangkut
ke tempat pembuangan akhir.

6. Grit Chamber
Fungsi unit ini untuk memisahkan kerikil dan pasir yang terbawa dalam
aliran untuk mencegah penyumbatan dan terbentuknya endapan pasir dalam
reaktor UASB. Pemisahan pasir ini dilaksanakan secara mekanikal dan
dilengkapi dengan alat untuk membuang pasir ke luar reaktor.
7. Splitter Box
Splitter Box adalah tangki pembagi aliran yang berfungsi untuk
mendistribusikan aliran ke unit pengolahan utama (reaktor UASB). Tangki
pembagi aliran ini mempunyai 6 (enam) outlet yang masing-masing memiliki
kapasitas 450m3 /jam.

8. UASB Reactor
UASB merupakan singkatan dari Up Flow Anaerobic Sludge Blanket,
yang sering juga dikenal dengan istilah Pengolahan Air Limbah menggunakan
selimut lumpur Anaerobic Sistem Aliran ke atas Sesuai dengan namanya, air
buangan yang masuk dialirkan ke atas dan akan mengalami kontak dengan
mikroorganisme yang terdapat pada selimut lumpur. Pada selimut lumpur ini
terjadi proses pengolahan air buangan tersebut. Saat ini terdapat 1 (satu) unit
reaktor UASB dengan volume masing-masing 3.040 m3 (19,2 m x 9,02 m x
4,06 m). Dengan waktu detensi rata-rata 7 (tujuh) jam, diharapkan efisiensi
pemisahan BOD pada proses ini adalah 79% (tujuh puluh sembilan persen).
Dalam proses ini juga akan dihasilkan gas methane yang dapat dimanfaatkan
sebagai tenaga listrik

RAMIDA ELISA KRISTIANI SIMANJUNTAK (1507123578) 39


TUGAS BESAR PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR LIMBAH
KECAMATAN LIMA PULUH
2019

9. Sludge Drying Beds


Lumpur dari reaktor UASB dipompakan dan dikeringkan pada unit Sludge
Drying Beds ini. Berdasarkan pengalaman, lumpur dari reaktor UASB
mempunyai karakteristik pengeringan yang sangat baik. Untuk desain ini
direncanakan periode 4 (empat) minggu baik untuk siklus pengisian,
pengeringan, pembersihan, dan perbaikan dari Drying Bed ini. Setelah kering,
lumpur dipisahkan dengan scraper manual atau mekanis. Supernatan dari
sistem sludge drying bed dialirkan kembali ke stasiun pompa (intake). Lumpur
yang telah dikeringkan ini tidak diolah lagi untuk ke tahapan selanjutnya
karena PDAM Tirtanadi Cemara masih belum memiliki alat/teknologi untuk
itu. Lumpur yang telah dikeringkan biasanya hanya diambil dan digunakan
sebagai pupuk untuk tanaman - tanaman yang ada di kawasan Kantor PDAM
Tirtanadi Cemara.

10. Skimming Tank


Skimming Tank berfungsi untuk menghilangkan scum dari effluent UASB
yang terjadi. Unit ini dilengkapi dengan spray nozzle untuk memecahkan
scum.
11. Aerated and Facultative Pond
Merupakan kelanjutan proses pengolahan air limbah dari UASB sehingga
memenuhi kriteria persyaratan yang ditetapkan pemerintah. Kolam aerasi ini
dilengkapi dengan 2 (dua) unit aerator yang berfungsi untuk menginjeksi
oksigen agar kadar oksigen di dalam air cukup sehingga mikroorganisme
dapat hidup dan air menjadi lebih bersih. Kedalaman kolam ±2.5 m untuk
mencegah dasar kolam tergerus oleh turbulensi dari aerator. Kolam fakultatif
berfungsi untuk memisahkan suspended solid yang berasal dari proses aerasi.
Total luas kolam ±3.1 ha.

RAMIDA ELISA KRISTIANI SIMANJUNTAK (1507123578) 40


TUGAS BESAR PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR LIMBAH
KECAMATAN LIMA PULUH
2019

BAB III
GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

3.1 Kondisi Wilayah Perencanaan


Kecamatan Lima Puluh terdiri atas pemukiman penduduk, perdagangan,
pertanian, peternakan, dan industri. Adapun batas-batas administrasi Kecamatan
Lima Puluh adalah sebagai berikut:
Sebelah Utara = Kecamatan Rumbai Pesisir
Sebelah Selatan = Kecamatan Sail
Sebelah Barat = Kecamatan Senapelan
Sebelah Timur = Kecamatan Tenayan Raya
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Peta Administrasi Kecamatan Lima
Puluh.

3.2 Aspek Fisik Kota


Kecamatan Lima Puluh merupakan salah satu kecamatan di kota Pekanbaru
yang bertopografi dataran. Suhu udara rata-rata di Kecamatan Lima Puluh tahun
2013 maksimum berkisar antara 32,1°C – 34,6°C dan suhu minimum berkisar
antara 23,6°C - 24,0°C dan kelembaban udara rata-rata berkisar antara 72%-84%.
Curah hujan tertinggi tercatat pada bulan Desember yakni 614,0 mm dan curah
hujan terendah pada bulan Juni yakni 56,0 mm. Struktur tanah pada umumnya
terdiri dari jenis elluvial dengan pasir Pinggiran kota umumnya terdiri dari jenis
tanah agromosial dan humus yang merupakan rawa-rawa yang bersifat asam
sangat kerosif untuk besi. Keempat kelurahan di Kecamatan Lima Puluh,
seluruhnya bertofografi dataran. Kecamatan Lima Puluh berada pada ketinggian
5-50 m dari permukaan laut. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3.2
Peta Topografi Kecamatan Lima Puluh

3.3 Penduduk dan Tenaga Kerja


Dari data statistik, terlihat jumlah penduduk di Kecamatan Lima Puluh terus
meningkat dari tahun ke tahun, kecuali pada tahun 2010 mengalami penurunan
jumlah penduduk dan kembali naik pada tahun 2011. Tabel 3.1 berikut
menunjukkan jumlah penduduk Kecamatan Lima Puluh 10 tahun terakhir.

RAMIDA ELISA KRISTIANI SIMANJUNTAK (1507123578) 41


TUGAS BESAR PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR LIMBAH
KECAMATAN LIMA PULUH
2019

Tabel 3.1 Jumlah Penduduk Kecamatan Lima Puluh Tahun 2008-2017

No Tahun Jumlah Penduduk (Jiwa)

1 2008 39485
2 2009 39637
3 2010 39954
4 2011 40668
5 2012 41983
6 2013 42015
7 2014 42328
8 2015 42701
9 2016 43337
10 2017 45142
Sumber: Kecamatan Lima Puluh dalam angka,2017
Sedangkan untuk mata pencaharian penduduk Kecamatan Lima Puluh dapat
dilihat pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Jenis Mata Pencaharian Penduduk Kecamatan Lima Puluh


No Jenis Mata Pencaharian Persentase (%)
1 Pertanian 1,19
2 Perkebunan 0,98
3 Perikanan 0,98
4 Peternakan 0,68
5 Industri Pengolahan 0,06
6 Perdagangan 34,02
7 Jasa 43,73
8 Angkutan 9,54
9 Dan Lain-lain 8,72
Sumber: Kecamatan Lima Puluh dalam angka, 2017

3.4 Sosial
Data sosial pada bab ini menguraikan sebagian dari fasilitas sosial yang ada
di Kecamatan Lima Puluh. Adapun fasilitas sosial yang ada di Kecamatan Lima
Puluh terdiri atas sarana pendidikan, sarana kesehatan, sarana peribadatan, sarana
perdagangan, sarana perkantoran, dan lainnya
Pendidikan merupakan sarana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, oleh
sebab itu berhasil tidaknya pembangunan banyak dipengaruhi oleh tingkat
pendidikan penduduknya. Sekolah yang ada di Kecamatan Lima Puluh cukup

RAMIDA ELISA KRISTIANI SIMANJUNTAK (1507123578) 42


TUGAS BESAR PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR LIMBAH
KECAMATAN LIMA PULUH
2019

lengkap pada setiap jenjang pendidikan, baik negeri maupun swasta. Fasilitas
pendidikan pada Kecamatan Lima Puluh dapat dilihat pada Tabel 3.3 berikut ini.

Tabel 3.3 Jumlah Sarana Pendidikan di Kecamatan Lima Puluh Tahun 2017
No Jenis Fasilitas Jumlah (unit)
1 TK 18
2 SD/sederajat 22
3 SMP/sederajat 10
4 SMA 4
5 SMK 1
Sumber: Kecamatan Lima Puluh dalam angka, 2017

3.4.2 Sarana Kesehatan


Pembangunan bidang kesehatan bertujuan agar semua lapisan masyarakat
dapat memperoleh pelayanan kesehatan secara mudah, murah dan merata. Dengan
tujuan tersebut diharapkan akan tercapai derajat kesehatan masyarakat yang baik.
Jenis sarana kesehatan yang ada di Kecamatan Lima Puluh dapat dilihat pada
Tabel 3.4 berikut ini.

Tabel 3.4 Jumlah Sarana Kesehatan di Kecamatan Lima Puluh Tahun 2017

No Jenis Fasilitas Jumlah (unit)

1 Rumah Sakit 1
2. Rumah Sakit Bersalin 3

3 Puskesmas 4
4 Poliklinik 4
5 Praktek Dokter 12
Sumber: Kecamatan Lima Puluh dalam angka, 2017

3.4.3 Sarana Peribadatan


Rincian jumlah setiap rumah ibadah yang ada di Kecamatan Lima Puluh
dapat dilihat pada Tabel 3.5 berikut ini.

RAMIDA ELISA KRISTIANI SIMANJUNTAK (1507123578) 43


TUGAS BESAR PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR LIMBAH
KECAMATAN LIMA PULUH
2019

Tabel 3.5 Jumlah Rumah Ibadah di Kecamatan Lima Puluh Tahun 2017

No Jenis Fasilitas Jumlah (unit)

1 Mesjid 24
2 Mushalla 16
3 Gereja 9
4 Vihara 4
Sumber: Kecamatan Lima Puluh dalam angka, 2017

3.4.4 Sarana Perdagangan


Rincian jumlah setiap sarana perdagangan yang ada di Kecamatan Lima
Puluh dapat dilihat pada Tabel 3.6 berikut ini.

Tabel 3.6 Jumlah Sarana Perdagangan di Kecamatan Lima Puluh Tahun 2017

No Jenis Fasilitas Jumlah (unit)

1 Pasar 1
2 Toko -
Sumber: Kecamatan Lima Puluh dalam angka, 2017

3.4.5 Sarana Perbankan


Rincian jumlah setiap sarana Perbankan yang ada di Kecamatan Lima Puluh
dapat dilihat pada Tabel 3.7 berikut ini.

Tabel 3.7 Jumlah Sarana Perbankan di Kecamatan Lima Puluh Tahun 2017

No Jenis Fasilitas Jumlah (unit)

1 Bank 11

Sumber: Kecamatan Lima Puluh dalam angka, 2017

3.4.6 Sarana Komunikasi


Kegiatan komunikasi yang ada di Kecamatan Lima Puluh dapat dilihat pada
Tabel 3.8 berikut ini.

RAMIDA ELISA KRISTIANI SIMANJUNTAK (1507123578) 44


TUGAS BESAR PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR LIMBAH
KECAMATAN LIMA PULUH
2019

Tabel 3.8 Jumlah Sarana komunikasi di Kecamatan Lima Puluh Tahun 2017

No Jenis Fasilitas Jumlah (unit)

1 Kantor Pos 11
Sumber: Kecamatan Lima Puluh dalam angka, 2017

3.4.7 Sarana Sosial lainnya


Kegiatan Sosial lainnya yang ada di Kecamatan Lima Puluh dapat dilihat
pada Tabel 3.8 berikut ini
Tabel 3.9 Jumlah Sarana Sosial lainnya di Kecamatan Lima Puluh Tahun 2017

No Jenis Fasilitas Jumlah (unit)

1 Hotel 12

2 Kolam renang 1

Sumber: Kecamatan Lima Puluh dalam angka, 2017


Untuk bidang sosial lainnya seperti usaha kesejahteraan social dilaksanakan
oleh pemerintah bersama dengan masyarakat untuk mewujudkan tata kehidupan
dan penghidupan sosial material dan spiritual

3.5 Pertanian
Kecamatan Lima Puluh merupakan kecamatan yang tidak berpontesi
terhadapa pertanian, namun pada kecamatan ini terdapat beberapa keluarga yang
memiliki ternak sapi,kerbau,dan kambing. Ada juga rumah tangga perikanan dan
unggas. Karena sebagian wilayah kecamatan Lima Puluh berada dibantaran
sungai Untuk bidang sosial lainnya seperti usaha kesejahteraan sosial
dilaksanakan oleh pemerintah bersama dengan masyarakat untuk mewujudkan
tata kehidupan dan penghidupan sosial material dan spiritual

Tabel 3.10 Populasi Ternak Menurut Jenis Ternak di Kecamatan Rumbai Tahun
2017
No Jenis Ternak Jumlah Ternak (Ekor)
1 Sapi 38
2 Kerbau 14
3 Kambing 398
4 Babi -
Sumber: Kecamatan Lima Puluh dalam angka, 2017

RAMIDA ELISA KRISTIANI SIMANJUNTAK (1507123578) 45


TUGAS BESAR PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR LIMBAH
KECAMATAN LIMA PULUH
2019

Tabel 3.11 Populasi Unggas Menurut Jenis Ternak di Kecamatan Lima Puluh
Tahun 2017

No Jenis Unggas Jumlah (unit)

1 Ayam Kampung 1880

2 Itik Manila 358

3 Itik 314
Sumber: Kecamatan Lima Puluh dalam angka, 2017

3.6 Industri
Industri sedang merupakan industri yang mempunyai tenaga kerja 20
sampai dengan 90 orang, sedangkan industry besa yang mempunyai tenaga kerja
100 orang atau lebih. Industri kecil adalah perusahaan dengan tenaga kerja 5
sampai 19 orang.
Tabel 3.12 Banyak Industri Kecil, Unit Usaha, Tenaga Kerja dan Investasi di
Kecamatan Lima Puluh, 2017
No Uraian Jumlah
1 Unit Usaha 3
2 Tenaga Kerja 16
3 Investasi 36 ,000 ,000
Sumber: Kecamatan Lima Puluh dalam angka, 2017

3.7 Geologi
Pada umumnya struktur geologi Kota Pekanbaru yang dikelilingi oleh
alluvium muda sepanjang aliran sungai Siak dan alluvium tua yang berawa rawa.
Tanah di Kota Pekanbaru terdiri dari jenis tanah alluvial yang berasal dari
endapan tanah liat dan asosiasi alluvial dengan pasir. Pada daerah yang tinggi
sebagian besarnya tanahnya berjenis podzolik merah kuning sedangkan didaerah
yang lebih rendah berawa dan gambut berjenis tanah organosol / glei humus.
Keadaan tanah di Kota Pekanbaru memiliki sifat sedikit menahan / kedap air yang
menyebabkan peresapan air berjalan lambat. Untuk keadaan tanah di Kota
Pekanbaru sendiri memiliki daya pikul tanah antara 0,7 kg/cm2 – 1 kg/cm2,
sedangkan ada beberapa yang berdekatan dengan anak sungai memiliki daya pikul
tanah antara 0,4 kg/cm2 – 0,6 kg/cm2.

RAMIDA ELISA KRISTIANI SIMANJUNTAK (1507123578) 46


TUGAS BESAR PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR LIMBAH
KECAMATAN LIMA PULUH
2019

3.8 Tata Guna Lahan


Lahan di Kecamatan Lima Puluh belum seluruhnya dipadati dengan
pemukiman. Hal ini ditandai dengan masih terdapatnya perkebunan dan sawah
dari jumlah total lahan yang ada lagi masih berupa hutan. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada tabel 3.13

Tabel 3.13 Tata Guna Lahan Kecamatan Lima Puluh 2017

Tata Guna Lahan Luas (Ha) Persentase (%)

Bangunan atau pekarangan 330,79 81,88 %

Tanah kering 37,74 9,34 %

Lainnya 31,47 7,79%


Sumber: Kecamatan Lima Puluh dalam angka, 2017

RAMIDA ELISA KRISTIANI SIMANJUNTAK (1507123578) 47

Anda mungkin juga menyukai